Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian taqwa.
5. Untuk mengetahui dan memahami perintah bertaqwa.
6. Untuk mengetahui dan memahami kriteria orang yang bertaqwa.
7. Untuk mengetahui dan memahami balasan bagi orang yang bertaqwa.
8. Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan iman dan taqwa.
9. Untuk mengetahui dan memahami implementasi konsep keimanan dan ketaqwaan
dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEIMANAN
1. Pengertian Iman
Iman berasal dari bahasa arab, yang berakar dari kata: amana yu’minu
imanan atau ya’manu amnan yang artinya: percaya atau yakin, yang dalam
bahasa inggris dikatakan atau dinamakan: believe. Dengan demikian beriman
kepada tuhan yang maha esa itu berarti mempercayai tuhan yang maha esa itu
dinamakan: mu’min (orang yang mempercayai atau diyakini) atau disebut orang
beriman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Ikhlas ayat 1-4 yang
berkata: 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
3
2) Menurut mazhab abu hasan al-asy’ari, iman itu adalah
pembenaran hati dengan lisan.
3) Sebagian ulama tasawuf berpendapat bahwa iman itu
adalah pengakuan dengan lidah dan ikhlas dalam hati.
c. Jahm bin safwan mengatakan bahwa iman itu adalah
pengamalan hati atau makrifah terhadap Allah Swt dengan
hatinya. Jadi barangsiapa mengenal Allah dengan hatinya,
kemudian mengingkari-Nya dengan lidahnya lalu meninggal
dunia sebelum mengakui-Nya dengan lisan, maka dia adalah
mukmin yang sempurna imannya.
d. Menurut mazhab karamiyah, iman itu adalah pengakuan dengan
lisan. Oleh karena itu, orang munafik itu secara lahiriah
dianggap mukmin sekalipun batinnya kafir, didunia
dikategorikan mukmin dan diakherat termasuk orang kafir.
Searah dengan sebagian pendapat tersebut, al-jurjani
mendeskripsikan bahwa iman itu secara leksikal adalah
pembenaran dengan hati, sedangkan menurut syara’ adalah
keyakinan dalam hati dan pengakuan dengan lisan. Jadi,
barangsiapa mengucapkan kalimay syahadat dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama islam. Tetapi tidak meyakini dalam hatinya
adalah munafik; barangsiapa mengucapkan kalimat syahadat
serta meyakini dalam hati, tetapi tidak beramal adalah fasik dan
barangsiapa merusak syahadatnya adalah kafir. Lebih lanjut,
beliau memaparkan lima tingkatan iman menurut Al-jurjani
yaitu:
a. Iman madhu (tercetak) yaitu imannya para malaikat
b. Iman mas’hum (terpelihara), yaitu imannya para nabi
c. Iman maqbul (diterima), imannya orang-orang mukmin
d. Iman maukuf (terhenti), yaitu imannya para pembuat bid’ah
e. Iman mardud (tertolak), yaitu imannya orang-orang munafik
4
Rukun iman itu ada enam antara lain sebagai berikut:
5
5) Beriman kepada Hari Kiamat
Kata akhirat yang terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 115 kali
yang berarti alam setelah kehidupan didunia, alam baka. Akhirat
lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia
berakhir,
Selain dari pada itu, orang yang beriman juga memiliki sifat kepekaan
hati, dia mudah sekali tersentuh hatinya dan bertambah kuat keyakinan-Nya,
apabila disebutkan kalimat-kalimat atau asma-asma Allah.
Orang yang beriman adalah orang yang memiliki pemikiran, bahwa apa
yang mereka lakukan dan apa yang mereka kerjakan akan selalu diawasi dan
6
dicatat oleh Allah Swt. Dan juga ereka yang memiliki keyakinan bahwasannya
apapun yang mereka lakukan akan dibalas oleh Allah Swt. Oleh karena itu,
mereka dalam melakukan segala aktifitas kehidupan bersandarkan hanya
kepada Allah Swt semata. Dia tidak akan ragu sedikitpun didalam hatinya dan
jiwanya. Dan juga orang yang beriman hidupnya akan selalu optimis dengan
tugas-tugas yang mereka lakukan didalam hidup ini. Sesuai dengan firman
Allah Swt Qs. Muhammad ayat 7 yang artinya:
B. KETAQWAAN
1. Pengertian Taqwa
Menurut harfiah taqwa berarti : hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada.
kata taqwa tidak dapat diartikan sama dengan “takut”, karena sifat takut itu lebih
banyak bercampur dengan rasa benci. Padahal persoalan taqwa ialah segi
hubugan antara manusia dengan rasa tuhan-Nya, dimana tidak boleh terdapat
dalam hubungan itu unsur benci walaupun sedikit.
Sedangkan dalam pengertian umum, taqwa ialah sikap mental orang-
orang mu’min dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah
Allah swt, serta menjauhi larangan-laranganNya atas dasar kecintaaan
semata.
Secara etimologis, terma taqwa dan seakarnya tertera dan terulang
sebanyak 258 kali dalam Al-Qur’an, berasal dari kata akar kata waqaa-yaqi,
infinitif (mashdar)-nya adalah riqayah yang berarti memelihara, menjaga,
melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab. Taqwa dapat juga
berarti al-khasyyah dan al-khauf yang berarti takut kepada azab Allah. Disini
dapat dikatakan bahwa “taqwa al-lah” adalah takut kepada azab Allah, yang
menimbulkan suatu konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam ensiklopedia islam indonesia, taqwa diartikan dengan waspada,
menjaga diri, dan takut. Disini terlihat bahwa taqwa merupakan suatu sikap
7
yang menyimpulkan setiap kebaikan manusia, dan dalam Al-Qur’an, dikatakan
bahwa kebaikan harus terfokus pada tuhan.
Sachiko murata, dalam sebuah karyanya, mengartikan kata taqwa
sebagai “kesadaran akan tuhan”. Pengertian ini tersimpul dari pendapat para
ahli tafsir yang menterjemahkan taqwa dengan berbagai ungkapan seperti:
“pengabdian, ketaatan, kebajikan, perilaku baik, melawan kejahatan, takut
kepada tuhan, dan sadar akan tuhan”. Selain itu kata taqwa dapat juga diartikan
dengan “melindungi, menjadi sadar, berhati-hati, dan menjaga dengan baik”.
Disini terlihat bahwa taqwa merupakan suatu sikap yang menyimpulkan setiap
kebaikan manusia, dan dalam Al-Qur’an, dikatakan bahwa kebaikan harus
terfokus kepada tuhan.
Pendapat-pendapat para pakar tentang makna taqwa diatas
memunculkan pemahman bahwa secara leksikal taqwa mengandung beberapa
pengertian, yaitu: memelihara, menjaga, melindungi dan menjauhi sesuatu dari
segala yang menyakiti dan yang memberi mudarat didunia dan diakhirat, hati-
hati, waspada, takut kepada azab Allah, menghalangi, mencegah, iman, tauhid,
taubat, taat, meninggalkan maksiat, ikhlas, beribadah dan membersihkan hati
dari dosa, dan inilah hakikat pengertian yang sebenarnya dari taqwa.
2. Perintah Bertaqwa
Perintah bertaqwa merupakan refleksi kewajiban kita sebagai manusia
yang telah meyakini (beriman) akan keberadaan Allah Swt. Taqwa juga yang
dapat menunjukan akan kebenaran apa yang mereka katakan, sebagai wujud
pembuktian yang dilakukan dengan amal perbuatan. Ini sesuai firman Allah Swt
yang terdapat dalam Qs. Az-zumar ayat 10 yang artinya:
“katakanlah: hai hamba-hambaKU yang beriman. Bertaqwalah kepada
Tuahanmu. Orang-orang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Qs. Az-zumar:10).
Manusia yang mampu menjalankan semua apa yang menjadi perintah-
Nya dan yang mampu meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya, dia akan
menjadi manusia yang mulia. Dan manusia yang bertaqwalah dan menurut
8
Allah Swt yang akan mendapat kedudukan mulia tersebut. Ini sesuai dengan
firman Allah Swt dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13 yang artinya:
“hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui lagi maha mengenal. (Qs. Al-
Hujurat:13).
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa taqwa itu terdapat pada:
a) Mereka yang beriman kepada yang ghaib seperti adanya Allah,
malaikat-malaikat dan hari akhir.
b) Mereka yang melaksanakan pokok-pokok ibadah (terutama
shalat, zakat, dan mereka yang berinfaq, membelanjakan
hartanya djalan Allah)
9
Beruntunglah bagi mereka orang-orang yang bertaqwa karena cita-cita
dan tujuan akhir dari segala kerja manusia didunia ini, tidak lain hanya karena
Allah semata. Mereka telah sampai pada derajat pemahaman yang paling tinggi
dalam menjalani hidup dan kehidupan didunia ini.
10
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga
demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari
puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan
taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan
bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa
tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan
itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derajat
ketaqwaan.
11
6. Menjaga amanah dan menepati janji, sebagai orang beriman dan
bertaqwa haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan pada
dirinya dan berusaha untuk selalu menepati janji selagi masih
mampu
7. Menjaga solat wajib, menjaga solat dalam kehidupan sehari-hari
bukan persoalan yang mudah. Menjaga solat ini berarti oang
tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu solat tepat waktu dan
tidak menunda-nunda solatnya.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian beriman kepada tuhan yang maha esa itu berarti mempercayai tuhan
yang maha esa itu dinamakan: mu’min (orang yang mempercayai atau diyakini) atau
disebut orang beriman. Sedangkan dalam pengertian umum, taqwa ialah sikap mental
orang- orang mu’min dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah
swt, serta menjauhi larangan-laranganNya atas dasar kecintaaan semata.
13
DAFTAR PUSTAKA
14