Está en la página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembicaraan tentang tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot pemikiran


manusia sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tantang siapa di balik adanya
alam semesta ini. Apakah alam semesta terjadi dengan sendirinya ataukah ada kekuatan lain
yang mengatur alam semesta ini. Bertitik-tolak dari keinginan manusia untuk mengetahui
keberadaan alam semesta ini,maka manusia mencoba mengkaji sesuai dengan kemampuan akal
yang dimilikinya. Hasil dari kajian-kajian yang dilakukan manusia sejak zaman primitif sudah
mempercayai adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang disebut Tuhan. Namun,
kepercayaan kepada adanya tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat
kemampuan akal manusia dan mempercai adanya tuhan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Iman?


2. Sebutkan sifat-sifat orang yang beriman?
3. Apa saja tugas-tugas orang yang beriman?
4. Apa pengertian taqwa?
5. Jelaskan perintah bertaqwa?
6. Apa saja kriteria orang yang bertaqwa?
7. Apa saja balasan bagi orang yang bertaqwa?
8. Apa ketertaikatan iman dan taqwa?
9. Apa implementasi konsep keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Iman.


2. Untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat orang yang beriman.
3. Untuk mengetahui dan memahami tugas-tugas orang yang beriman.

1
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian taqwa.
5. Untuk mengetahui dan memahami perintah bertaqwa.
6. Untuk mengetahui dan memahami kriteria orang yang bertaqwa.
7. Untuk mengetahui dan memahami balasan bagi orang yang bertaqwa.
8. Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan iman dan taqwa.
9. Untuk mengetahui dan memahami implementasi konsep keimanan dan ketaqwaan
dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEIMANAN

1. Pengertian Iman

Iman berasal dari bahasa arab, yang berakar dari kata: amana yu’minu
imanan atau ya’manu amnan yang artinya: percaya atau yakin, yang dalam
bahasa inggris dikatakan atau dinamakan: believe. Dengan demikian beriman
kepada tuhan yang maha esa itu berarti mempercayai tuhan yang maha esa itu
dinamakan: mu’min (orang yang mempercayai atau diyakini) atau disebut orang
beriman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Ikhlas ayat 1-4 yang
berkata: 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Dari ayat diatas menjelaskan bahwasannya keimanan kepada tuhan yang


maha esa yang dimaksud adalah keimanan kepada Allah Swt, yang harus dijaga
dan dipelihara pada diri kita sebagai seorang mu’min.

Menrut al-thabari,iman adalah suatu kata yang menggabungkan


pengakuan terhadap wujud Allah,kitab-kitab-Nya,rasul-rasul-Nya dan
pembenaran pengakuan tersebut dengan perbuatan. Sedangkan al-naisburi
dalam karyanya, berusaha menyimpulkan perbedaan pendapat para ulama
tentang apa yang dikatakan iman, kepada empat pendapat:

a. Mu’tazilah, khawarij, zaidiyah dan ahli hadist berpendapat


bahwa iman itu adalah nama bagi perbuatan hati, lidah dan
anggota badan.
b. Sebagian ulama berpendapat, bahwa iman itu dengan hati dan
lisan. Akan tetapi dalam perumusannya, mereka berbeda
pendapat sebagai berikut:
1) Menurut abu hanifah dan kebanyakan ahli fiqih, iman itu
adalah pengakuan dengan lidah dan makrifat dengan
hati.

3
2) Menurut mazhab abu hasan al-asy’ari, iman itu adalah
pembenaran hati dengan lisan.
3) Sebagian ulama tasawuf berpendapat bahwa iman itu
adalah pengakuan dengan lidah dan ikhlas dalam hati.
c. Jahm bin safwan mengatakan bahwa iman itu adalah
pengamalan hati atau makrifah terhadap Allah Swt dengan
hatinya. Jadi barangsiapa mengenal Allah dengan hatinya,
kemudian mengingkari-Nya dengan lidahnya lalu meninggal
dunia sebelum mengakui-Nya dengan lisan, maka dia adalah
mukmin yang sempurna imannya.
d. Menurut mazhab karamiyah, iman itu adalah pengakuan dengan
lisan. Oleh karena itu, orang munafik itu secara lahiriah
dianggap mukmin sekalipun batinnya kafir, didunia
dikategorikan mukmin dan diakherat termasuk orang kafir.
Searah dengan sebagian pendapat tersebut, al-jurjani
mendeskripsikan bahwa iman itu secara leksikal adalah
pembenaran dengan hati, sedangkan menurut syara’ adalah
keyakinan dalam hati dan pengakuan dengan lisan. Jadi,
barangsiapa mengucapkan kalimay syahadat dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama islam. Tetapi tidak meyakini dalam hatinya
adalah munafik; barangsiapa mengucapkan kalimat syahadat
serta meyakini dalam hati, tetapi tidak beramal adalah fasik dan
barangsiapa merusak syahadatnya adalah kafir. Lebih lanjut,
beliau memaparkan lima tingkatan iman menurut Al-jurjani
yaitu:
a. Iman madhu (tercetak) yaitu imannya para malaikat
b. Iman mas’hum (terpelihara), yaitu imannya para nabi
c. Iman maqbul (diterima), imannya orang-orang mukmin
d. Iman maukuf (terhenti), yaitu imannya para pembuat bid’ah
e. Iman mardud (tertolak), yaitu imannya orang-orang munafik

4
Rukun iman itu ada enam antara lain sebagai berikut:

1) Beriman kepada Allah


Kata iman yang seakar dengannya ditemukan sebanyak 877 kali
dalam Al-Qur’an. Dari segi morfologi, kata tersebut
berkembang menjadi amanah, yu’minu, dan mu’min. secara
etimologi kata tersebut bermakna al-tashdiq al-aldzhi ma’ahu
amn (membenarkan yang disertai dengan rasa aman), dan secara
terminologis, iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan
dengan lidah dan pengamalan dengan anggota badan.

2) Beriman kepada malaikat


Terma al-malaikat (malaikat) terdapat sebanyak 68 kali dan kata
malaikatuhu (malaikat-Nya) sebanyak 5 kali dalam Al-Qur’an.
Kata malaikah adalah jamak dari malak yang secara etimologis
bermakna utusan, dan secara terminologis berarti alam gaib yang
diciptakan oleh Allah dari cahaya dan dijadikan taat dan
merendahkan diri kepada Allah.

3) Percaya kepada kitab yang diturunkan oleh Allah


Kitab yang diturunkan oleh Allah adalah Al-Qur’an, injil, taurot,
zabur dan lain-lainnya wajib dipercayai oleh umat islam. Siapa
yang tidak beriman kepada salah satu kitab atau ayat-ayat yang
diwahyukan itu maka dia kafir.

4) Beriman kepada Rasul


Terma rasul terdapat sebanyak 116 kali, rasul ditemukan
sebanyak 34 kali dan dirusulkan tercantum sebanyak 10 kali
dalam Al-Qur’an. Kata rusul adalah jamak dari kata rasul, yang
secara leksikal berarti manusia yang diperintah untuk
melaksanakan misinya dengan mengaku menjadi rasul,
sedangkan secara terminologis bermakna insan yang diutus oleh
Allah kepada manusia untuk menyampaikan syariat.

5
5) Beriman kepada Hari Kiamat
Kata akhirat yang terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 115 kali
yang berarti alam setelah kehidupan didunia, alam baka. Akhirat
lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia
berakhir,

6) Beriman kepada Takdir


Terma takdir yang terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 5 kali,
bermakna ukuran tertentu bagi makhluk yang telah dijadikan
oleh Allah sesuai hikmah-Nya. Dalam beberapa hal takdir
adalah ketetapan dan ketentuan-ketentuan tentang nasib
makhluk-Nya.

2. Sifat-sifat Orang yang Beriman

Didalam Al-Qur’an banyak sekali disebutkan tentang sifat-sifat orang


yang beriman kepada Allah Swt, antara lain:

a) Dia suka menolong


b) Senang berbuat kebaikan
c) Tidak suka melakukan perbuatan yang jahat
d) Mendirikan shalat
e) Menunaikan zakat
f) Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Selain dari pada itu, orang yang beriman juga memiliki sifat kepekaan
hati, dia mudah sekali tersentuh hatinya dan bertambah kuat keyakinan-Nya,
apabila disebutkan kalimat-kalimat atau asma-asma Allah.

3. Tugas-tugas orang yang Beriman

Orang yang beriman adalah orang yang memiliki pemikiran, bahwa apa
yang mereka lakukan dan apa yang mereka kerjakan akan selalu diawasi dan

6
dicatat oleh Allah Swt. Dan juga ereka yang memiliki keyakinan bahwasannya
apapun yang mereka lakukan akan dibalas oleh Allah Swt. Oleh karena itu,
mereka dalam melakukan segala aktifitas kehidupan bersandarkan hanya
kepada Allah Swt semata. Dia tidak akan ragu sedikitpun didalam hatinya dan
jiwanya. Dan juga orang yang beriman hidupnya akan selalu optimis dengan
tugas-tugas yang mereka lakukan didalam hidup ini. Sesuai dengan firman
Allah Swt Qs. Muhammad ayat 7 yang artinya:

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya


Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad:7).

B. KETAQWAAN

1. Pengertian Taqwa
Menurut harfiah taqwa berarti : hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada.
kata taqwa tidak dapat diartikan sama dengan “takut”, karena sifat takut itu lebih
banyak bercampur dengan rasa benci. Padahal persoalan taqwa ialah segi
hubugan antara manusia dengan rasa tuhan-Nya, dimana tidak boleh terdapat
dalam hubungan itu unsur benci walaupun sedikit.
Sedangkan dalam pengertian umum, taqwa ialah sikap mental orang-
orang mu’min dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah
Allah swt, serta menjauhi larangan-laranganNya atas dasar kecintaaan
semata.
Secara etimologis, terma taqwa dan seakarnya tertera dan terulang
sebanyak 258 kali dalam Al-Qur’an, berasal dari kata akar kata waqaa-yaqi,
infinitif (mashdar)-nya adalah riqayah yang berarti memelihara, menjaga,
melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab. Taqwa dapat juga
berarti al-khasyyah dan al-khauf yang berarti takut kepada azab Allah. Disini
dapat dikatakan bahwa “taqwa al-lah” adalah takut kepada azab Allah, yang
menimbulkan suatu konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam ensiklopedia islam indonesia, taqwa diartikan dengan waspada,
menjaga diri, dan takut. Disini terlihat bahwa taqwa merupakan suatu sikap

7
yang menyimpulkan setiap kebaikan manusia, dan dalam Al-Qur’an, dikatakan
bahwa kebaikan harus terfokus pada tuhan.
Sachiko murata, dalam sebuah karyanya, mengartikan kata taqwa
sebagai “kesadaran akan tuhan”. Pengertian ini tersimpul dari pendapat para
ahli tafsir yang menterjemahkan taqwa dengan berbagai ungkapan seperti:
“pengabdian, ketaatan, kebajikan, perilaku baik, melawan kejahatan, takut
kepada tuhan, dan sadar akan tuhan”. Selain itu kata taqwa dapat juga diartikan
dengan “melindungi, menjadi sadar, berhati-hati, dan menjaga dengan baik”.
Disini terlihat bahwa taqwa merupakan suatu sikap yang menyimpulkan setiap
kebaikan manusia, dan dalam Al-Qur’an, dikatakan bahwa kebaikan harus
terfokus kepada tuhan.
Pendapat-pendapat para pakar tentang makna taqwa diatas
memunculkan pemahman bahwa secara leksikal taqwa mengandung beberapa
pengertian, yaitu: memelihara, menjaga, melindungi dan menjauhi sesuatu dari
segala yang menyakiti dan yang memberi mudarat didunia dan diakhirat, hati-
hati, waspada, takut kepada azab Allah, menghalangi, mencegah, iman, tauhid,
taubat, taat, meninggalkan maksiat, ikhlas, beribadah dan membersihkan hati
dari dosa, dan inilah hakikat pengertian yang sebenarnya dari taqwa.

2. Perintah Bertaqwa
Perintah bertaqwa merupakan refleksi kewajiban kita sebagai manusia
yang telah meyakini (beriman) akan keberadaan Allah Swt. Taqwa juga yang
dapat menunjukan akan kebenaran apa yang mereka katakan, sebagai wujud
pembuktian yang dilakukan dengan amal perbuatan. Ini sesuai firman Allah Swt
yang terdapat dalam Qs. Az-zumar ayat 10 yang artinya:
“katakanlah: hai hamba-hambaKU yang beriman. Bertaqwalah kepada
Tuahanmu. Orang-orang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Qs. Az-zumar:10).
Manusia yang mampu menjalankan semua apa yang menjadi perintah-
Nya dan yang mampu meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya, dia akan
menjadi manusia yang mulia. Dan manusia yang bertaqwalah dan menurut

8
Allah Swt yang akan mendapat kedudukan mulia tersebut. Ini sesuai dengan
firman Allah Swt dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13 yang artinya:
“hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui lagi maha mengenal. (Qs. Al-
Hujurat:13).

3. Kriteria orang yang bertaqwa


Untuk memahami taqwa dengan sebaik-baiknya, sudah barang tentu Al-
Qur’an lah sebagai penuntun bagi kita dalam memberikan penjelasan dan
keterangan kepada kita, kriteria orang yang bertaqwa adalah sebagai berikut
dalam Qs. Al-Baqarah ayat 1-5:
1) Alif laam miim.
2) Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa,
3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami
anugerahkan pada mereka.
4) Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah
diturunkan kepadamu kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin adanya (kehidupan) akhirat.
5) Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa taqwa itu terdapat pada:
a) Mereka yang beriman kepada yang ghaib seperti adanya Allah,
malaikat-malaikat dan hari akhir.
b) Mereka yang melaksanakan pokok-pokok ibadah (terutama
shalat, zakat, dan mereka yang berinfaq, membelanjakan
hartanya djalan Allah)

9
Beruntunglah bagi mereka orang-orang yang bertaqwa karena cita-cita
dan tujuan akhir dari segala kerja manusia didunia ini, tidak lain hanya karena
Allah semata. Mereka telah sampai pada derajat pemahaman yang paling tinggi
dalam menjalani hidup dan kehidupan didunia ini.

4. Balasan bagi orang yang Bertaqwa

Apabila manusia mampu menjadikan dirinya orang yang bertaqwa,


maka Allah Swt akan member balasan kepadanya dengan:

a) Dimudahkan jalan keluar dari berbagai macam kesulitan (Qs.


At-Talaq:2)
b) Diberikan rizki yang tidak disangka-disangka datangnya (Qs.At-
Talaq:3)
c) Diberikan keberkahan dari langit dan bumi (Qs. Al-‘Araf:96)
d) Mereka tidak pernah merasa takut khawatir dan sedih (Qs.
Yunus:62)
e) Mereka akan dihapuskan segala dosa dan kesalahannya dengan
memperoleh pahala (Qs. Al-Baqoroh:103)
f) Kelak mereka diakhirat akan memperoleh kenikmatan surge
disisi tuhan-Nya (Qs. Al-Qomar:55)

Dengan demikian maka sudah seharusnya bagi kita sebagai manusia,


untuk selalu mencari dan menemukan tentang hakekat dan makna taqwa
tersebut, karena itu dengan akan pikiran yang kita miliki, harus selalu kita
fungsikan untuk berfikir agar menemukan semua apa yang menjadi tujuan hidup
kita sebagai manusia yang bertaqwa, agar mendapatkan keselamatan baik
didunia lebih-lebih diakherat.

5. Keterkaitan Iman dan Taqwa

Pada prinsionya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.


Kedudukan iman sebagai styarat menunjukan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat

10
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga
demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari
puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan
taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan
bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa
tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan
itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derajat
ketaqwaan.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana


yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, Al-Qur’an dengan
tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia disisi Allah adalah
orang-orang yang paling taqwa. Predikat kemuliaan ini sangat ditentukan
oleh kualitas taqwa, semakin tinggi ketaqwaan seseorang maka semakin mulia
pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa
ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk
menuju nilai kesempurnaannya.

6. Implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari


Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah Swt untuk
kaumnya harus disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal,
misalnya disamping menjalankan ibadah wajib (solat, zakat, puasa), juga
menjalankan ibadah sunnah, misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari sebagai
berikut:

1. Menjalankan keenam rukun iman


2. Menaati perintah Allah dan beramal soleh untuk mendapatkan
ridho Allah
3. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari
keharaman)
4. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia
5. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama

11
6. Menjaga amanah dan menepati janji, sebagai orang beriman dan
bertaqwa haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan pada
dirinya dan berusaha untuk selalu menepati janji selagi masih
mampu
7. Menjaga solat wajib, menjaga solat dalam kehidupan sehari-hari
bukan persoalan yang mudah. Menjaga solat ini berarti oang
tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu solat tepat waktu dan
tidak menunda-nunda solatnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan demikian beriman kepada tuhan yang maha esa itu berarti mempercayai tuhan
yang maha esa itu dinamakan: mu’min (orang yang mempercayai atau diyakini) atau
disebut orang beriman. Sedangkan dalam pengertian umum, taqwa ialah sikap mental
orang- orang mu’min dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah
swt, serta menjauhi larangan-laranganNya atas dasar kecintaaan semata.

13
DAFTAR PUSTAKA

Shaleh H. M. Ashaf, Makna dan hikmahnya dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penerbit


Erlangga
Mahdi Muhannad Sayyid Allamah, agar iman senantiasa meningkat, Jakarta: 2011
https://www.scribid.com/document/327737402/B-Kolerasi-Iman-Dan-Takwa

14

También podría gustarte