Está en la página 1de 27

AURAMU

Alunan dawai musim semi


Seirama jemari lentik menari nari

Senyum mu laksana sang fajar mengikis


pekatnya suram

Kasihmu membangkitkan asa yang lama


karam

Hangatnya merasuk ke relung jiwa

Tenangkan serpihan kalbu yang lama luka

Bisikan Mendung | 1
Aku…
Bungkam kelu

Tatapmu pendar menyejukkan kalbu


Mengisi kekosongan relung yang kian usang
tertelan waktu

Bisikan Mendung | 2
BIMBANG

Ketika pekat, sunyi singgah dan merasuki


serpihan kalbu
Untai demi untai yang ku panjatkan
membisu

Gundah, resah, penat


Seolah berlomba merasuki serpihan kalbu

Mengobarkan api amarah dan egoismu

Bisikan Mendung | 3
Haruskah aku menyusuri pekat nya malam?
Sementara hati kecilku mendamba pancaran
intan

Yang manakah harus ku susuri?

Pekat dan kesunyian ataukah benderang


nan berkilauan?

Bisikan Mendung | 4
BINAR REMBULAN

Pagi ini fajar enggan menyapa


Menoleh pun sungkan

Rona risau merajai mega

Mengundang arakan muram


Desah angin bercerita

Melayangkan haru nestapa

Geruhnya mepati putih


Sayapnya terkulai

Terobak-rabik

Bisikan Mendung | 5
Terkoyak nafsu berahi

Mengeja kehidupanpun tak mampu


Lentera jelaga tak tahu menau

Khayalnya seketika terhempas


Mimpi demi mimpi mulai samar-samar

Jejakpun tak berbekas


Asa tak lagi terdengar

Bisikan Mendung | 6
BISIKAN MENDUNG

Koruptor! Sebutnya lantang


Sari nya kau peras hingga belulang
Perut buncit mu ialah saksi

Tak pandang bulu kau maki

Liahtlah cerminmu!

Kepercayaan terjual oleh harta


Hidup bagaikan dewa diatas budak
Hidup diatas jeruji semua orang

Bisikan Mendung | 7
Pernahkah kau dengar jerit perihnya setiap
pisau yang kau hunuskan?
Pernahkah kau dengar adu keluhnya setiap
darah yang mengalir dari nganga luka?

Wahai dewa . . .

Di mana kau simpan hatimu?


Lekas ambil dan ceritakanlah betapa
kejamnya sosokmu

Bisikan Mendung | 8
BUIH BAHTERA

Pijak meniti lembar bahtera


Sinambung rotasi alam seirama tak derau
Senja mengintip sela rimbun helaian

Jingga merekah mengusik biru

Mega mendung berbisik lirih

Bukan mendung merindukan bulan


Cendawan menyapa hangat tetes buih
Katak riang menyanyi mendambakan

Bisikan Mendung | 9
CORAK SYAHDU

Si putih…
Si merah…

Si ungu…

Si biru…

Elok rupawan Ibu Pertiwiku

Bermacam corak menambah syahdu

Mengikat pasti tak lekang waktu

Bisikan Mendung | 10
Namun kini usai
Ideologi menghunus belati

Tak kenal sapa tak kenal arti

Retak remuk ragaku


Angin membelah sanubariku

Binasa terseret gerusan waktu


Saling mengegokan ideologimu

Wahai corak corakku


Kemanakah alunan syahdumu ?
Apakah luntur

Tersiram tinta pembeda satu ?

Bisikan Mendung | 11
Satu pinta ini
Jangan menyebabkan tirani
Merasa paling agung sendiri

Bisikan Mendung | 12
ELEGI ANGELINE

Rona pancar temaram


Takdir khalik kekal dalam diam
Sapa hangat juga sapa duka dalam

Syair nestapa
Terangkai nyanyian sedu kalbu

Selaras seirama pilu


Berangkat untuk pulang kembali
kepangkuan-Mu

Bisikan Mendung | 13
Sepi menjalar meradang
Merasuk sukma penuh asa

Namun, asa telah hilang


Merpati terbang meninggalkan singgasana

Doa-doa berbaur haru biru

Tetesnya terus mencurah


Menjelma hujan

Menjelma sungai

Mengalir ke malaka sembilu

Dan, jeritan demi jeritan

Takkan tergerus ombak waktu

Bisikan Mendung | 14
INTUISI ALAM

Rimbun menyejukan terik


Sejuk merasuk memeluk
Terik sesak menukik

Rimbun kekal memeluk

Desiran angin mendayu sukma

Mendawai indah alunan seirama


Rindangnya menyejukkan bahtera
Pertiwi menyimpul senyum mengusik muram
durja

Bisikan Mendung | 15
MELODI ALAM

Awan kelam mencekam


Menghalau pelita alam
Desir angin merayu

Semerbak aroma merambat

Rintik lambat laun mencurah

Akasia berayun selaras terarah


Kerontang menjelma basah
Tetes kehidupan menyela ruas ruas tanah

Bak lentera bahtera dan anugerah

Bisikan Mendung | 16
MERADANG

Bayangmu menjalar meradang merajai kalbu


Berbunga sendu pilu
Merekah mewangi semerbak

Serpihan rindu gugur tak terelak

Kasih dekaplah aku

Perasaan ini kian menggebu


Perasaan ini tak bisa ku bendung lagi
Dimanakah waktu kan berkata menyetujui
temu ini ?

Bisikan Mendung | 17
OPERA

Wahai deklerer ku !
Apa kau bisu?
Buta rasa kemanusiaan?

Buta rasa keadilan?

Kau puaskan dahaga nafsu mu

Tindas yang tak punya nama


Anggap angin lalu
Bicik akal hanya bualan

Bisikan Mendung | 18
Wahai raja bengis !

Daulat kau peras


Sari kau serap, tulang belulang habis

Raga kau hempas

Kami bersimbah luka


Sayat demi sayat mengucur menganga
Tapi kau tetap tutup mata

Yang ada hanya drama semata

Bisikan Mendung | 19
PEKIK MENGHUNJAM

Sang raja siang pun telah usai

Detik waktu terasa singkat berlalu


Ku Ingin berkeluh kesah tentang jiwa yg
lara ini

Namun, kau selalu sibuk dengan duniamu

Mendung meluapkan muatannya


Suaranya menggema bagai panggilan sang
khalik

Bisikan Mendung | 20
Dengan menyebut Esa-Mu ku bergegas
Melukis paras selaras tanpa kanvas

Di sini ku berselimut kelam dan sunyi

Hanya berteman sepi sendiri


Tiadakah kau iba padaku kini

Aku layaknya unggun kehilangan api

Lihatlah aku ayah …

Lihatlah aku ibu …


Lihatlah aku …

Bisikan Mendung | 21
PRAHARA LAMPAU

Lampau pelita benderang


Temara sorot pekat jalan
Hangat dekap sunyi melayang

Lembut merasuk angan

Kini lentera temaram

Muka muram suram


Badai menerpa karam

Cercah gemerlap redup tenggelam

Bisikan Mendung | 22
RESAH MEREKAH

Rintik hujan tiada bertepi


Menuang janji tak pasti
Harapku karam

Malam menerkam

Kau gores luka baru di atas luka lalu

Kau junjung tinggi ego mu

Kau patahkan ambisiku


Kau terjang asaku

Bisikan Mendung | 23
Ombakmu menerjang tiada henti
Dan sikap egomu

Membunuhku perlahan …

Bisikan Mendung | 24
SAJAK SENJA

Beranjak meninggalkan singgasana


Mega merah berkecampung
Jingga mengusik biru jagat raya

Menebar rona tenang

Surya tenggelam, ditelan kabut kelam

Sunyi merambat perlahan

Kilau kerlip memperelok mega temaram


Kunang-kunang riang berhamburan

Bisikan Mendung | 25
SEMU MERAYU

Sulih tirai jendela, kupandang angkasa


Terisak rupanya
Isak menaungi akasia dan gaharu

Samar banjiri angan semu

Mata menerka bayang semu

Wajahmu terlintas dalam derai

Simpul senyum semanis madu


Merayu rasa bercengkrama merenungi

Bisikan Mendung | 26
Gulir roda waktu singkat terasa
Hangat sapa berganti muram durja

Kini sendiri kutapaki langkah dunia

Hariku sepi tak bertepi


Menunggu waktu menjemput mati

Bisikan Mendung | 27

También podría gustarte