Está en la página 1de 31

1

Askep bayi dengan postmatur


Untuk memenuhi TUGAS REMIDI GADAR KHUSUS

Disusun Oleh :
NAMA : I Putu Surya Adinata
NIM : 1501470051

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S.Tr KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2018
2

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi Postmatur

Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk

kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan

bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur

294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya

(Manuaba, 1999).

Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari

atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT (Hari pertama

Haid Terakhir). Biasanya usia kehamilan normal antara 38-42 minggu.

Namun, sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung

sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi diatas bervariasi tergantung

pada kriteria yang di pakai oleh peneliti (Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi

Penyebab dari kehamilan post matur ini masih belum diketahui

secara jelas. Menurut ( Sarjowo, 2010) beberapa teori yang diajukan

antara lain :

1. Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan

perubahan endokrin yang dapat memacu proses biomolekur pada

saat persalinan dan meningkatkan sensitivitas unterus terhadap

oksitosin, sehingga terjadi kehamilan post matur karena masih

dipengaruhi progesteron.

2. Teori oksitosin
3

Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan,

secara fisiologis memiliki peranan penting dalam menimbulkan

persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil

yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu

peyebab kehamilan post matur.

3. Teori Kortisol/ ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan kadar

kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta

sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi

estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produksi

prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anasefalus,

hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kalenjar hipofisis pada

janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik

sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan

4. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan

meningkatkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada

tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat

pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuannya diduga sebagai

penyebab terjadinya kehamilan post matur.

5. Herediter

Bebrapa penuulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami

kehamilan post matur mempunyai kecenderungan untuk melahirkan


4

lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa

jika ada seorang ibu menngalami kehamilan pot matursaat

melahirkan anak perempuan, makan kemungkinan besar anak

perempuan tersebut akan mengalami kehamilan post matur.

Menurut ( Bayu,2009) penyebab post matur belum diketahui,

faktor yang dikemukakan adalah:

1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat menurun walaupun

kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap

okstitosin berkurang.

2. Herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga

tertentu

3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan

kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His

4. Kurangnya air ketuban

5. Insufisiensi plasenta

3. Tanda dan Gejala

Tanda post matur dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono

Prawirohardjo) :

1. Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi

berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

2. Stadium II

Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

3. Stadium III
5

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)

2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

4. Verniks kaseosa di bidan kurang

5. Kuku-kuku panjang

6. Rambut kepala agak tebal

7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

4. Patofisiologi

Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus

terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya

kadar kortisol yang rendah pada darah janin membuat kadar esterogenn

meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan oksitosin sehingga

kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibatnya produksi

protaglandin tidak maksimal sehingga penipisan serviks tidak terjadi

dan terjadi kehamilan post matur.

Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu

dan kemudian mulai menurun terutam setelah 42 minggu. Hal ini dapat

dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya

fungsi plasenta beraitan dengan peningkatan kejadian gawat janin

dengan dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu

adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran


6

CO/CO2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2

menuun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis

menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.

Makin menurun sirkulasi darah meuju sirkulasi plasenta dapat

mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penuruanan berat

disebut dismatur sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan

tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin,

jumlah air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan

perubahan abnormal jantung janin ( Wiknjosastro, H. 2009, Manuaba,

G.B.I, & Mochtar R, 2009).


7

BAYI POST TERM

Hormonal Saraf uterus Herediter

Kortisol plasma Regangan dinding


uterus oleh isi
konsepsi tidak ada

Esterogen
Progesteron

Tekanan isi konsepsi


pada pleksus saraf
Oksitosin Frankenhausertidak
ada

Kepekaan uterus-
oksitoin menurun
Stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos
uterus tidak timbul.

Produksi
prostaglandin tidak
maksimal

Kontraksi uterus
tidak terjadi
Penipisan Serviks Tidak
Terjadi

Kehamilan
postmatur
8

5. Penatalaksanaan Medis

Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat

waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:

1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai

gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil

positif, segera lakukan seksio sesarea.

2. Induksi Persalinan. Induksi persalinan merupakan suatu usaha

supaya persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang

timbulnya his. Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai

proses induksi, yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada

dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang

fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.

a. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara,

seperti menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta

memecahkan ketuban.

b. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang

diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,

diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak

lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan

merasakan datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi post matur antara lain:

1. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang

diberikan antara lain :


9

a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya,

pastikan bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah

dihangatkan telah tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin

pada suhu 22 C, dengan kelembaban relatif 60%-65%.

b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang

belebihan, khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang

telah dihangatkan sebelumnya

c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian

d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan

pindahkan bayi ke ibu.

e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong

dengan selimut yang hangat

2. Resiko cidera

a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin

terhadap kontraksi uterus selama asuhan intrapartum

b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia

sebelum pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran

c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi

d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada

kemampuan infan

e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan

terhadap infan
10

Menurut Mochtar (1998), setelah usia kehamilan lebih dari 40 –

42 minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada

tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu

dengan pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan

keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan

lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian janin dalam kandungan,

pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua makan dapat

dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa

janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1

minggu dengan menilai gerakan janin.

Menurut Achadiat (2004), penatalaksanaan post matur tanpa

patologi lain, yaitu:

1.Pasien dirawat

2.Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG

3.NST reaktif periksa keadaan serviks

4.Servik matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung diinduksi

5.Jika serviks belum matang, perlu dimatangkan dulu

6.Bila terdapat patologi lain (misalnya preeklamsi berat, bekas SC,

dsb), maka dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan

SC

7. Jika induksi gagal atau terrjadi gawat janin, dilakukan SC.


11

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Kasus
Ny.W (35 th) merupakan istri dari Tn.D (38 th). Ny. W datang ke
rumah sakit cinta bunda untuk memeriksakan kehamilannya.Kehamilan
yang dialami Ny W merupakan kehamilan yang kedua, sebelumnya Ny
W pernah mengalami kehamilan post matur pada kehamilan yang
pertama. kehamilan Ny. W sudah berlangsung lama namun belum juga
melahirkan. Diketahui sudah 46 minggu Ny. W hamil. Setelah diperiksa
oleh dokter kandungan ternyata kehamilan Ny. W sudah lewat waktu
(kehamilan post matur). Dokter menyarankan untuk dilakukan SC.
Setelah dilakukan SC, bayi keadaan bayi Ny. W tercatat sebagai
berikut : Tanggal Lahir Bayi : 12 September 2016, Jam : 13.20
WIB.Berat badan lahir : 4000 gram. Panjang badan : 54 cm, Lingkar
kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm.Denyut Jantung : 165 x/mt,
pernafasan : 75 x/mt.Bunyi pernafasan paru-paru kiri kanan : Vesikuler,
Ronchi/whezing : tidak terdengar.Suhu : 34C.
1. Pengkajian
1.1 Pengkajian Ibu
a. Identitas klien
Identitas klien diperlukan untuk melengkapi data yang
dibutuhkan untuk mempermudah penanganan dan perawatan serta
penanggung jawab perawatan klien atau pasien.Identitas klien
diantaranya meliputi:
1) Nama : Ny. W
2) Usia : 35 tahun
3) Jenis kelamin : perempuan
4) Agama : Islam
5) Suku bangsa/ras : Batak
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8) Status perkawinan : menikah
12

b. Keluhan utama
Ny. W mengeluhkan kehamilan nya telah lewat dari taksiran
persalinannya yaitu 46 minggu, tidak datang haidl >10 bulan dan
gerakan janin kurang dari biasanya.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan terdahulu
Ny. W pernah mengalami kehamilan post matur sebelumnya.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ny. W tidak memiliki penyakit yang serius.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang serius.
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat perkawinan
Ny W menikah pada umur 25 tahun. Selama 1 tahun menikah Ny
W hamil anak pertama dengan post matur. Setelah 7 tahun
kemudian Ny W hamil anak kedua.
2) Riwayat menstruasi
Ny W hari pertama haid terakhir pada tanggal 14 november 2015.
Setelah itu Ny W tidak datang haid > 10 bulan.
3) Riwayat kehamilan
Ny W pernah mendapat imunisasi TT. Ny W tidak permah
mengkonsumsi obat-obatan selama hamil dan tidak memilki
penyakit yang berhubungan dengan kehamilannya.
4) Riwayat Kontrasepsi
Ny W tidak pernah mengguakan alat kotrasepsi atau KB apapun.
5) Riwayat Sosial, ekonomi, dan budaya
hubungan Ny. W dengan suami, keluarga dan masyarakat
berjalan dengan baikKondisi ekonomi keluarga Ny. W tergolong
kurang.
6) Riwayat spiritual
Ny. W masih dapat melakukan ibadah agama dan
kepercayaannya dengan baik. Spiritual (ibadah) sangat
13

diperlukan pada saat hamil untuk menumbuhkan rasa percaya diri


saat menghadapi persalinan.
7) Riwayat psikologis
Ny. W cemas dan gelisah dengan kehamilannya.
e. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
Ny. W jarang memeriksakan kehamilannya ke dokter ataupun ke
bidan. Ny. W memeriksakan kehamilan hanya pada saat merasa
bahwa kehamilannya sudah berlangsung lama.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Ny. W memiliki riwayat ketidakcukupan nutrisi sehingga terjadi
penurunan jumlah air ketuban.
3) Pola Eliminasi
Menurut etiologi, pola eliminasi tidak berpengaruh terhadap
kehamilan postterm.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Ny. W mengalami gangguan istirahat dan tidur, hal ini
disebabkan oleh rasa cemas yang timbul dari kehamilannya yang
melewati bulan.
5) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ny. W mengalami kecemasan dengan kondisi yang sedang
dialaminya dan keselamatan janin yang sedang dikandung.
6) Pola Aktivitas dan Latihan
Ny. W mudah letih dalam beraktivitas. Hal ini disebabkan bayi
yang terus tumbuh dalam rahim memerlukan nutrisi yang tidak
sedikit dikarenakan bayi tumbuh semakin besar.
7) Pola Hubungan dan Peran
Ny. W masih bisa berhubungan baik dengan lingkungan
sekitarnya dan masih bisa menjalankan perannya dirumah
maupun dimasyarakat.
8) Pola Reproduksi dan Seksual
14

Ibu dengan kehamilan postterm biasanya mengalami penurunan.


hal ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormone
progesterone dan adanya kecemasan ibu akan kesehatan bayi
dalam kandungan.
9) Pola Koping dan Toleransi Stres
Dukungan keluarga Ny. W sangat berpengaruh dalam
memotivasi dirinya untuk mengurangi tingkat kecemasan yang
dirasakanolehibudengan post term.
10) Pola Keyakinan dan Nilai
Ny. W meyakini bahwa kondisi yang dialaminya merupakan
takdir dari Tuhan YME.
f. Pemeriksaan FisikIbu dengan Post term
Adapun pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Keadaan emosional : Cemas
4) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Suhu tubuh : 36,7 oC
c) Denyut nadi : 87 kali/menit
d) Pernapasan : 22 kali/menit
5) BB sebelum hamil : 58 Kg
6) BB sekarang : 68 Kg
7) LILA : 25 cm.
8) Kepala dan Wajah
a) Mata
Konjunctiva Ny. W terlihat anemis
b) Hidung
Saat hamil Ny. W tidak pernah mengalami gangguan pada
hidung.
c) Telinga
15

Saat hamil Ny. W tidak pernah mengalami gangguan pada


telinga.
d) Mulut dan gigi
Kondisi gigi dan mulut Ny. W baik. Tidak terdapat stomatitis
maupun gigi berlubang.
e) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP normal.
f) Dada
Jantung : suara jantung normal
Paru : tidak ada suara napas tambahan.
Payudara:
- Kesan umum
Payudara simetris. Tidak terjadi terjadi hiperpigmentasi
areola. palpasi tidak terdapat nodul yang abnormal.
- Putting susu
Putting terlihat bersih.
g) Punggung, pinggang, posisi tulang belakang
- Posisi tulang belakang : Lordosis
- Nyeri pada pinggang : Tidak ada
h) Abdomen
- Keadaan
1.) Leopold I
Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 jari dibawah PX, bagian
fundus teraba bulat, tidak melenting dan lunak yang
kemungkinan adalah bokong janin. TFU= 40 cm
2.) Leopold II
Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
adalah ekstremitas janin, sedangkan bagian perut kiri teraba
keras memanjang, ada tahanan yaitu punggung janin. Nilai
DJJ normal adalah 120 – 140 kali/menit.
3.) Leopold III
16

Bagian bawah janin teraba bulat kersa ada lentingan dan


tidak adda goyangan. Jika kepala tidak bisa digoyang makan
sudah masuk PAP ( pintu atas panggul).
4.) Leopold IV
Kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP) devergen.
i) Ekstermitas atas dan bawah
Terdapat Varises dan edema karena terdapat gangguan
sirkulasi dari ekstremitas bawah menuju jantung akibat dari
penekanan uterus terhadap vena femoralis sehingga alir darah
balik ke vena cava inferior terhambat dan terbentuk bendungan
di vena bawah.
j) Urogenital
Urogenital terlihat bersih, tidak ada tanda keputihan. Tidak
ada hemoroid pada rektum.

1.1.2 PengkajianBayi
A. Bayi Post Term
1. Kondisi Umum
a. Tonus otot : Lunak (tonus otot menurun)
b. Kulit :
1) Warna : Pucat, sianosis, sebagian terwarnai oleh mekonium
2) Tekstur : kering, mengelupas, dan pecah-pecah
c. Tangisan : Lemah
2. Pengukuran
a. Berat badan : 4000 gram (makrosomia)
b. Panjang : 54 cm
c. Lingkar kepala : 33 cm
d. Lingkar dada : 36 cm
2. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 34o C
b. Pernapasan : dispnea, bayi kesulitan bernafas, adanya
pernapasan cuping hidung, 75 kali/menit.
17

c. Nadi : 165 kali/menit (Takikardi)


3. Kepala
a. Bentuk : simetris, ukuran dalam batas normal
b. Ubun-ubun : datar, keras
c. Wajah : ukuran kecil, bayi tampak tua
d. Mata : mata lebar dan sudah terbuka
e. Mulut : bibir, gusi, palatum utuh. Adanya
mekonium pada trakea/jalan napas bayi (melihat kondisi dalam
mulut), bibir pucat
f. Hidung : simetris, lubang hidung paten, septum utuh.
g. Telinga : kartilago terbentuk dengan baik, simetris
kanan-kiri
4. Leher : pendek, tebal, rentang gerak terbatas, tidak
ada massa
5. Toraks : simetris, prosesus xifoid deus menonjol
a. Bunyi nafas : peningkatan bunyi nafas, adanya bunyi
nafas tambahan
b. Payudara : simetris, datar dengan putting tegak.
6. Abdomen : simetris, agak menonjol, tidak ada massa
7. Genetalia : perempuan.

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang bisa ditegakkan dari data diatas adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan aspirasi
mekonium ditandai dengan Terlihat adanya mekonium pada
trakea/jalan napas bayi, adanya suara napas tambahan, bayi terlihat
kesulitan bernafas dan menangis, dan Dispnea
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas,
asfiksia ditandai dengan Dispnea, Pernapasan cuping hidung, Terlihat
bayi menggunakan otot aksesorius untuk bernapas, dan RR 75x/m.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen keseluruh tubuh bayi, sianosis ditandai dengan Waktu
18

pengisian kapiler (CRT) > 3 detik, Warna kulit pucat, Kulit teraba
dingin, Sianosis, dan Nadi 175x/m
4. Gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh
tidak stabil akibat penurunan lemak subkutan ditandai dengan Suhu 34o
C, Kulit bayi teraba dingin, dan Bayi terlihat menggigil.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nutrisi janin menurun,
berkurangnya lemak subcutan ditandai dengan Kerusakan lapisan kulit,
Kulit kering, mengelupas, pecah-pecah, longgar dan berkerut.

1.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan keperawatan selama 2x24 jam oral/tracheal suctioning
napas berhubungan diharapkan bersihan jalan nafas 2. Hisap hidung dan orofaring
dengan aspirasi pasien kembali normal dengan dengan hati-hati, sesuai
mekonium kriteria hasil: kebutuhan
1. Menunjukkan jalan napas yang 3. Auskultasi suara napas
paten (frekuensi napas dalam sebelum dan sesudah
rentang normal, tidak ada suctioning
suara napas abnormal). 4. Berikan oksigen
2. Suara nafas bersih, tidak ada menggunakan nasal untuk
sianosis dan dispnea memfasilitasi suction
nasotrakeal
5. Monitor status oksigen
pasien
6. Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
7. Monitor respirasi dan status
oksigen
19

2. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Buka jalan napas, gunakan


pola napas keperawatan selama 2x24 jam teknik chin lift atau jaw
berhubungan diharapkan pola napas pasien thrust bila perlu
dengan obstruksi kembali normal dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk
jalan napas, asfiksia hasil: memaksimalkan ventilasi
1. Suara nafas bersih, tidak ada 3. Monitor respirasi dan status
sianosis dan dispnea oksigen
2. Menunjukkan jalan napas yang 4. Bersihkan mulut, hidung,
paten (frekuensi napas dalam dan secret trakea
rentang normal, tidak ada 5. Pertahankan jalan napas
suara napas abnormal). yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam 6. Atur peralatan oksigenasi
rentang normal (tekanan darah, 7. Monitor aliran oksigen
nadi, pernapasan) 8. Pertahankan posisi pasien
9. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
10. Monitor suara pernapasan
abnormal
11. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda vital. Catat
jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam pengisian kapiler (CRT)
berhubungan diharapkan saluran napas klien 2. Pertahankan masukkan
dengan penurunan bersih, dengan kriteria hasil: cairan adekuat. Awasi
suplai oksigen 1. Tanda-tanda vital dalam haluaran urin.
keseluruh tubuh rentang normal 3. Pertahankan suhu
bayi, sianosis 2. Tidak ada tanda-tanda lingkungan dan kehangatan
peningkatan tekanan tubuh.
intracranial 4. Berikan cairan (IV/peroral)
3. Menunjukkan fungsi sensori sesuai indikasi
motori cranial yang utuh. 5. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai dengan indikasi
20

hasil GDA dan toleransi


pasien.
4. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor suhu minimal tiap
termoregulasi: keperawatan selama 3 x 24 jam 2 jam
hipotermi diharapkan resiko perubahan 2. Monitor TD, nadi, dan RR
berhubungan perfusi klien tidak terjadi, dengan 3. Tingkatkan intake cairan
dengan suhu tubuh kriteria hasil: dan nutrisi
tidak stabil akibat 1. Keseimbangan antara produksi 4. Selimuti pasien untuk
penurunan lemak panas, panas yang diterima, mencegah hilangnya
subkutan kehilangan panas kehangatan tubuh
2. Temperature stabil: 36,5-37o C 5. Ajarkan penanganan
3. Tidak ada kejang hipotermia yang diperlukan
4. Pengendalian risiko: pada keluarga
hipotermia 6. Kolaborasikan dengan tim
medis terkait pemberian
antipiretik
5. Kerusakan Setelah diberikan askep selama 1. Berikan baju yang longgar
integritas kulit 2x24 jam diharapkan nutrisi klien untuk pasien
berhubungan terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Jaga agar kulit tetap bersih
dengan nutrisi janin 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan kering
menurun, 2. Integritas kulit yang baik bisa 3. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
berkurangnya dipertahankan sekali atau sesuai keperluan
lemak subcutan 3. Menunjukkan terjadinya proses 4. Oleskan lotion atau baby oil
penyembuhan pada daerah yan tertekan
5. Monitor status nutrisi
pasien
6. Memandikan pasien dengan
menggunakan sabun dan air
hangat
7. Kolaborasikan dengan ahli
gizi terkait pemberian
nutrisi pada pasien
21

8. Hindari kerutan pada tempat


tidur
22

1.4 Implementasi Keperawatan


Hari / Diagnosa
No Implementasi Paraf
Tanggal Keperawatan
1. Ketidakefektifan 1. Memastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
bersihan jalan napas 2. Menghisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai
berhubungan dengan kebutuhan
aspirasi mekonium 3. Melakukan Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah
suctioning
4. Memberikan oksigen menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
5. Memonitor status oksigen pasien
6. Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
7. Mmonitor respirasi dan status oksigen
2. Ketidakefektifan pola 1. Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw
napas berhubungan thrust bila perlu
dengan obstruksi jalan 2. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
napas, asfiksia 3. Memonitor respirasi dan status oksigen
4. Membersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
23

5. Mempertahankan jalan napas yang paten


6. Mengatur peralatan oksigenasi
7. Memonitor aliran oksigen
8. Mempertahankan posisi pasien
9. Malakukan monitor TD, nadi, suhu, dan RR
10. Memonitor suara pernapasan abnormal
11. Mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
3. Gangguan perfusi 1. Memantau tanda vital. Catat pengisian kapiler (CRT)
jaringan berhubungan 2. Mempertahankan masukkan cairan adekuat. Awasi
dengan penurunan haluaran urin.
suplai oksigen 3. Mempertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh.
keseluruh tubuh bayi, 4. Memberikan cairan (IV/peroral) sesuai indikasi
sianosis 5. MEmberikan oksigen tambahan yang sesuai dengan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
4. Gangguan 1. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
termoregulasi: 2. Memonitor TD, nadi, dan RR
hipotermi berhubungan 3. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
dengan suhu tubuh tidak 4. Memberikan selimut pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
24

stabil akibat penurunan 5. Mengajarkan penanganan hipotermia yang diperlukan pada


lemak subkutan keluarga
6. Melakukan Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian
antipiretik
5. Kerusakan integritas 1. Memberikan baju yang longgar untuk pasien
kulit berhubungan 2. Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
dengan nutrisi janin 3. Melakukan Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali atau sesuai
menurun, berkurangnya keperluan
lemak subcutan 4. Mengoleskan lotion atau baby oil pada daerah yan tertekan
5. Memonitor status nutrisi pasien
6. Memandikan pasien dengan menggunakan sabun dan air
hangat
7. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemberian
nutrisi pada pasien
8. Menghindari kerutan pada tempat tidur
25

1.5 Evaluasi

Bayi Post Term


Hari/Tanggal DiagnosaKeperawatan Evaluasi
Ketidakefektifan bersihan S: Keluarga pasien mengatakan, “bayinya
jalan napas berhubungan sudah bisa bernafas lancar sus, sudah bisa
dengan aspirasi mekonium menangis juga”.
O:
a. Tidak terlihat adanya mekonium yang
menyumbat dijalan napas bayi
b. Suara nafas normal (vesikuler)
c. Tidak ada dispnea
d. Bayi terlihat mudah bernafas dan
sesekali menangis dengan keras
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Ketidakefektifan pola S:Keluarga mengatakan, “bayinya sudah
napas berhubungan nafas lancar sus, sudah gak sesak juga”.
dengan obstruksi jalan O:
napas, asfiksia a. Tidak ada dispnea
b. Tidak terlihat pernapasan cuping
hidung
c. Tidak terlihat penggunaan otot
acesorius pernapasan
d. RR 40 x/m
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Gangguan perfusi jaringan S: Keluarga mengatakan, “bayinya sudah
berhubungan dengan tidak dingin dan pucat sus, sudah mulai
penurunan suplai oksigen hangat dan kulitnya tidak pucat seperti
kemarin”.
26

keseluruh tubuh bayi, O:


sianosis a. CRT < 3 detik
b. Nadi 140x/m
c. Kulit bayi teraba hangat
d. Tidak pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Gangguan termoregulasi: S: Keluarga mengatakan, “bayinya sudah
hipotermi berhubungan hangat sus, kulitnya tidak dingin lagi”.
dengan suhu tubuh tidak O:
stabil akibat penurunan a. Suhu 36,5o C
lemak subkutan b. Kulit teraba hangat
c. Bayi terlihat tenang, tidak menggigil
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Kerusakan integritas kulit S:Keluarga mengatakan, “kulit bayinya
berhubungan dengan sudah tidak mengelupas, tidak berkerut juga
nutrisi janin menurun, sus”.
berkurangnya lemak O:
subcutan a. Tidak ada kerusakan lapisan kulit
b. Terlihat kulit bersih, tidak berkerut,
tidak pecah-pecah
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
27

SOP BAYI DENGAN POSTMATUR


1. Persiapan Alat dan Gambar
1. Tensi Meter 2. Meteran

3. Stetoskop 4. Doopler

5. USG
28

2. Persiapan Pasien
b. Memberitahu dan menjelaskan maksud dan tujuan
c. Menyiapkan atau mengatur pasien senyaman mungkin
d. Barang logam dari pasien di lepaskan
3. Langkah – langkah pelaksanaan
 Pastikan Usia kehamilan dengan USG
 Jika dari hasil USG terjadi oligohidramnion dan maka dilakukan Induksi, (oksitosin
drip atau seksio atas indikasi obstetric), menunggu.
 Bidan mempertimbangkan kesejahteraan janin (NST). Dan penilaian Pelvik Score
(PS) pada usia kehamilan 41 minggu
 Bila NST baik,
a. PS lebih sama dengan 5  lakukan drip oksitosin serial,jika drip serial pertama
janin belum lahir,maka drip serial ke dua diulangai setelah 1 hari
b. PS kurang dari 5  dilakukan pematangan seviks
c. NST serial dan USG tiap minggu s/d umur kehamilan 41 minggu atau PS ≥ 5
 Bila NST mencurigakan,
Bila PS ≥ 5.
 Oksitosin drip dengan pemantauan KTG
 Bila terdapat tanda insufisiensi plasenta, lakukan Seksio Sesarea
Bila kesejahteraan janin jelek, lakukan Seksio sesarea
29

4. SOP BAYI DENGAN POSTMATUR

5. Pengertian Kehamilan lewat waktu/post term Adalah Kehamilan yang berlangsung


melebihi 42 minggu atau melebihi dua minggu dari perkiraan tanggal
persalinan dihitung dari hari pertama hari terakhir menurut rumus “ Naegel”.

6. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam mencegah komplikasi kehamilan lewat waktu

7. Kebijakan Keputusan Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Kediri Nomor. 07.11/SK/UPT-


BLUD.PKM.KDR/I/2016 tentang Pelayanan Klinis.
8. Referensi MNH,2002
OBSTETRI, 2015

9. Alat dan 1. Alat


Bahan a. Tensi Meter
b. Meteran
c. Stetoskop
d. Doopler
e. USG
10.Prosedur  Pastikan Usia kehamilan dengan USG
 Jika dari hasil USG terjadi oligohidramnion dan maka dilakukan Induksi,
(oksitosin drip atau seksio atas indikasi obstetric), menunggu.
 Bidan mempertimbangkan kesejahteraan janin (NST). Dan penilaian
Pelvik Score (PS) pada usia kehamilan 41 minggu
 Bila NST baik,
d. PS lebih sama dengan 5  lakukan drip oksitosin serial,jika drip serial
pertama janin belum lahir,maka drip serial ke dua diulangai setelah 1
hari
e. PS kurang dari 5  dilakukan pematangan seviks
f. NST serial dan USG tiap minggu s/d umur kehamilan 41 minggu atau
PS ≥ 5
30

 Bila NST mencurigakan,


Bila PS ≥ 5.
 Oksitosin drip dengan pemantauan KTG
 Bila terdapat tanda insufisiensi plasenta, lakukan Seksio Sesarea
Bila kesejahteraan janin jelek, lakukan Seksio sesarea

11.Unit Terkait Semua Unit Terkait

(sumber UPT BLUD Puskesmas Kediri )


31

REFERENSI

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: :EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

También podría gustarte