Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh :
Pelangi Rizqeeta
G1A116087
A. Gangguan Cemas
B. Farmakokinetik
C. Farmakodinamik
3. Benzodiazepin
Hampir semua efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi
otot, dan antikonvulsi. Hanya dua efek saja ynag merupakan kerja golongan ini pada jaringan
perifer: vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis-terapi benzodiazepin tertentu secara IV,
dan blokade neuromuskular yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi. Berbagai efek
yang menyerupai benzodiazepin yang diamati secara in-vivo maupun in-vitro telah
digolongkan sebagai: Efek agonis penuh yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek
benzodiazepin misalnya diazepam; Efek agonis parsial, yaitu efek senyawa yang
menghasilkan efek maksimum yang kurang kuat dibandingkan diazepam; Efek inverse
agonists, yaitu senyawa yang menghasilkan efek kebalikan dari efek diazepam pada saat
tidak adanya senyawa yang mirip benzodiazepin (benzodiazepin-like agonists), dan efek
invers-agonis parsial (partial inverse agonists). Sebagian besar efek agonis dan inversagonis
dapat dilawan atau dicegah oleh antagonis benzodiazepin flu-mazenil, melalui persaingan
ikatannya dengan reseptor benzodiazepin. Zat ini mewakili berbagai golongan senyawa yang
bekerja memblok secara spesifik efek agonis dan inversagonis benzodiazepin.3
D. Dosis
Dosis optimal suatu antidepresan bergantung pada indikasi dan pasien. Untuk SSRI,
SNRI, dan sejumlah obat yang lebih baru, dosis awal pengobatan depresi biasanya adalah
dosis terapeutik. Pasien yang kurang atau tidak memperlihatkan respons setelah paling
sedikit 4 minggu pengobatan mungkin dapat memperoleh manfaat dari dosis yang lebih
tinggi meskipun sulit untuk membuktikan adanya keuntungan yang jelas dari peningkatan
dosis SSRI, SNRI, dan antidepresan baru lainnya. Dosis umumn'ya dititrasi hingga ke
dosis maksimal yang dianjurkan atau ke dosis tertinggi yang masih ditoleransi jika pasien
tidak berespons terhadap dosis yang lebih rendah. Sebagian pasien mungkin sudah
tegbantu pada dosis yang ,lebih frendah daripada dosis terapeutik minimal yang
dianjurkan. TCA dan MAOI biasanya memerlukan titrasi beberapa minggu untuk
mencapai dosis terapeutik Dosis TCA dapat dipandu dari hasil pemantauan kadar TCA
dalam serum. Beberapa gangguan cemas mungkin memerlukan antidepresan dengan dosis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis yang digunakan pada depresi mayor.
Sebagai contoh, pasien yang diterapi untuk OCD sering memerlukan dosis maksimal atau
agak lebih tinggi daripada dosis maksimal untuk MDD untuk memperoleh manfaat
optimal. Demikian juga, dosis minimal paroksetin agar efektif untuk mengobati gangguan
panik lebih tinggi daripada dosis minimal yang dibutuhkan untuk mengatasi depresi
secara efektif.
Dalam pengobatan gangguan nyeri, dosis rendah TCA sering sudah memadai. Sebagai
contoh, 25-50 mg/hari imipramin mungldn sudah bermanfaat dalam pengobatan nyeri
yang bcrkaitan dengan neuropati, meskipun ini adalah dosis subterapeutik dalam
pengobatan MDD. Sebaliknya, untuk gangguan nyeri SNRI biasanya diresepkan pada
dosis yang sama dengan yang digunakan untuk tcrapi depresi. 1
F. Khusus Geriatri
Obat antipsikotik tradisional (fenotiazin dan haIoperidol) telah digunakan secara luas
(dan mungkin disalahgunakan) dalam penatalaksanaan berbagai penyakit kejiwaan pada
pasien lanjut usia. Tidak diragukan lagi bahwa mereka berguna dalam penanganan
skizofrenia di usia lanjut dan juga dalam pengobatan beberapa gejala yang berkaitan
dengan delirium, demensia, agitasi, mengamuk, dan sindrom paranoid yang terjadi pada
sebagian pasien geriatrik. Namun, obat-obat ini belum sepenuhnya memuaskan pada
berbagai penyakit geriatrik ini dan dosis jangan ditingkatkan berdasarkan anggapan
bahwa penyakit dapat scpenuhnya dikontrol. Tidak ada bukti bahwa obat obat ini berguna
dalam demensia Alzheimer dan secara teoretis efek antimuskarinik fenotiazin dapat
diperkirakan memperparah gangguan daya ingat dan intelektual.
Banyak perbaikan yang dijumpai pada pasien dengan agitasi dan agresif mungkin
sebenarnya mencerminkan efek sedatif obat. Jika diinginkan suatu antipsikotik sedatif.
dapatdigunakan auatu fcnotiazln misalnya tioridazin. jika sedasi ingin dihindari.
halopcridol atau antipsikotik atipikal akan lebih sesuai. Namun,
haloperidol memperlihatkan peningkatan toksisitas ekstrapiramidal dan perlu dihindari
pada pasien yang sudah mengidap penyakit ekstrapiramidal. Golongan fenotiazin.
khususnya obat lama seperti klorpromazin. sering mcnyebabkan hipotensi ortostatik
karena efek blokade adrenoseptor a mereka. Efek ini bahkan cenderung lebih nyata pada
pasien lanjut usia. Dosis abat obat ini seyogianya dimulai dcngan sebagian dosis yang
diberikan pada pasien dewasa muda.Litium sering digunakan dalam pengobatan mania
pada lanjut usia. Karena obat ini dibersihkan oleh ginjal, dosisnya hams disesuaikan dan
kadar dalam darah dipantau. Pemakaian bersamaan dengan diuretik tiazid akan
mengurangi bersihan litium dan perlu disertai oleh penurunan dosis lebih lanjut dan
pengukuran kadar litium darah yang lebih sering. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Trevor AJ, Katzung BG, Masters SB. Basic & Clinical Pharmacology Edisi 12. Basic
& Clinical Pharmacology. 2013.