Está en la página 1de 6

A.

KEGIATAN BANK UMUM


1. Definisi
Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 : Bank umum adalah bank yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkang menurut
Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 : Bank Umum adalah bank yang
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dalam usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat dimpulkan bahwa Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki
tugas yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
kredit (lending), bank umum juga berfungsi sebagai agent of trust, agent of equity,
dan agent of development.
2. Tugas dan fungsi bank umum

 Menghimpun dana yang berasal dari masyarakat ( funding)


 Menyalurkan dana lending.

3. Fungsi dari Bank Umum sendiri yaitu :


 Agent of Trust (Agen Kepercayaan)
 Agent of Equity (Agen Ekuitas/Permodalan)
 Agent of Development (Agen Pembangunan)
4. Jenis Bank Umum Berdasarkan Statusnya
ank umum juga memiliki kemampuan dalam melayani masyarakat yang luas
sehingga bank umum dibagi menjadi 2. Dalam pembagian bank umum ini juga
terbagi berdasarkan kedudukan atau status bank. Dimana jika menurut kedudukan
maka akan menunjukkan dari suatu kemampuan bank tersebut dalam melayani
masyarakat yang bisa dilihat berdasarkan dari jumlah penduduk, modal dan kualitas
pelayanan.
1. Bank Devisa
Bank Devisa yaitu bank yang ditunjuk oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk
melakukan kegiatan usaha dibidang perbankan dalam valuta asing. Beberapa
kelebihan yaitu bank devisa ini juga bisa menawarkan jasa yang masih ada
kaitannya dengan mata uang asing. Contohnya: transfer uang ke luar negeri,
transaksi ekspor dan impor, jual beli valuta asing, dll.
2. Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah suatu bank yang belum memiliki izin untuk
melaksanakan usaha atau kegiatan transaksi sebagai bank devisa sehingga bank
non devisa ini tidak bisa melakukan hal seperti bank devisa yang sudah
dijelaskan diatas.

5. Kegiatan Bank Umum


1. Menghimpun Dana (Funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat.
Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana
dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Simpanan
sering disebut dengan nama reke-ning atau account. Jenis-jenis simpanan yang
ada dewasa ini adalah:
a. Simpanan Giro (Demand Deposit),
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit),
c. Simpanan Deposito (Time Deposit),
2. Menyalurkan Dana (Lending)
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang ber-hasil dihimpun dari
masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan Lending. Penyaluran dana
yang dilakukan oleh bank dila-kukan melalui pemberian pinjaman yang dalam
masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri
dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank yang menya-lurkannya.
Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Sebelum
kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh
nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan
dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya.
Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat
keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan.
3. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang,
kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan
dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi
keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan
cenderung negatif spread (bunga sim-panan lebih besar dari bunga kredit).
Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan
semakin baik. Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank
dalam menyediakan SDM yang handal. Disamping itu ,juga perlu didukung oleh
kecanggihan teknologi yang dimilikinya. Dalam praktiknya jasa-jasa bank yang
ditawarkan meliputi :
a. Kiriman Uang (Transfer)
b. Kliring (Clearing)
c. Inkaso (Collection)
d. Safe Deposit Box
e. Bank Card (Kartu kredit)
f. Bank Notes
g. Bank Garansi
h. Bank Draft
i. Letter of Credit (L/C)
j. Cek Wisata (Travellers Cheque)
k. Menerima setoran-setoran.

B. KEGIATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)


1. Definisi BPR
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari
(LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga
lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan
memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan
tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah
berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh
masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan
Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk
menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persy-
ratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
2. Kegiatan BPR. Pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang menjadi
perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilaku-kan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi
oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum.
Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri. Dalam
praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut :
 Menghimpun dana hanya dalam bentuk :
- Simpanan Tabungan
- Simpanan Deposito
 Menyalurkan dana dalam bentuk :
- Kredit Investasi
- Kredit Modal Kerja
- Kredit Perdagangan
 Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak
boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal--hal sebagai berikut :
- Menerima Simpanan Giro
- Mengikuti Miring
- Melakukan Kegiatan Valbta Asing
- Melakukan kegiatan Perasuransian
3. Kegiatan Yang Tidak Boleh Dilakukan Bpr
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan
BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
 Menerima simpanan berupa giro.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
 Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
 Melakukan usaha perasuransian.
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.
4. Alokasi Kredit BPR

 Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa,
yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang
terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan
BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai
batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa,
yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang
memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga),
anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan
yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang
memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga),
anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak
melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia.
1. Dalam Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tersebut dijelaskan

También podría gustarte