Está en la página 1de 7

AGENDA MUSYAWARAH HARIAN MAHALAH

1. Zihin (minimal seminggu sekali) singkat untuk membentuk pikir para


musyawwirin tentang arti, maksud, dan tujuan musyawarah. Timbulkan jazbah
pada setiap ahli musyawarah sehingga tidak ada yang merasa diperintah.
targhib sedepa tasykil sejengkal
2. Pilih Faisalat untuk seminggu
3. Kargozari / Laporan Kerja mahalah kemarin
4. Pembentangan Takaza / Target (seminggu sekali)
- Rijal 4 bulan neja, IPB, 4 bulan Jalan Kaki dan biasa, 40 hari dan 3 hari
- Masturah 2 bulan neja, IP 2 bulan, 40 hari, 10 hari / 15 hari dan 3 hari
5. Takaza mahalah hari ini : orang Islam yang akan dikunjungi hari ini kerja UMM
2,5 Jam untuk dibawa keluar dijalan Allah, hajat orang kampung dll.
6. Membahas dan merealisasikan “Agenda Musyawarah Harian Mahalah” agar semua
Takaza tertunaikan (seperti dibawah ini) :
7. Amalan petugas Taklim besok, jaula 1, jaula 2, taklim mahalah mingguan
8. USULAN- USULAN

CONTOH AGENDA MUSYAWARAH HARIAN MAHALAH

No Hari Agenda
1 Senin 1. kerja atas jamaah 4 bulan, 40 hari dan ahbab 1/3 masa
2. kunjungan kepada ahbab 4 bulan, 40 hari, 3 hari (yang tidak
aktif)
2 Selasa 1. Kerja menambah jumlah taklim rumah
2. Kerja membentuk jamaah masturah 2 bulan neja, IP 2 bulan,
40 hari, 10 hari / 15 hari dan 3 hari
3. Kerja takazah rumah yang siap terima jamaah masturah
3 Rabu 1. Kerja meningkatkan / menyempurnakan amalan maqomi di
mahalah sendiri
2. Kunjunggan kepada keluarga yang ditinggalkan Khuruz
4 Kamis 1. Usuli djor bulanan halaqah
2. Usuli ahbab hadir malam sabguzari
5 Jum’at 1. kunjungan kepada ulama, umarah dan khowas
2. Menyempurnakan jamaah nisab 3 hari
3. Agenda dan usuli hadir taklim mingguan mastirah
6 Sabtu 1. Kerja atas pemuda, pelajar, mahasiswa dan santri
2. Kunjungan kepada orang sakit, rumah sakit, dan lapas
7 Ahad 1. Usuli jamaah nisab 3 hari
2. Usaha maktab Al-Qur’an anak-anak
3. Nusrah jamaah gerak
Musyawarah
Dipublikasi pada 3 September 2008 oleh Abu Al Arif
Maksud dan Tujuan Musyawarah :
Bagaimana kita bisa menyatukan hati, fikir, dan kerja kita dan apa yang akan kita buat
sehingga mampu mendatangkan hidayah Allah SWT dan kita siap untuk
menggunakan harta, diri, dan waktu kita untuk memenuhi takaza-takaza (keperluan)
agama.
Target Musyawarah :
1. Wujud amal agama yang sempurna di kampung kita dan seluruh alam
2. Bagaimana kita bisa memenuhi takaza-takaza dari seluruh alam
3. Bagaimana kita bisa membentuk jemaah-jemaah ke seluruh alam dan jemaah-
jemaah seluruh alam dating ke tempat kita.
Manfaat Musyawarah :
Meredam nafsu kita untuk mentaati Allah dan Rasul serta jemaah, mendatangkan
rahmat, cinta Allah, Rasul dan para hamba serta satu hati di antara jemaah.
Kerja Musyawarah :
1. Targhib
2. Laporan Kerja
3. Pembagian Kerja
Agenda Musyawarah :
1. Targhib
2. Kargozari / Laporan Kerja
3. Pembentangan Takaza
4. Santri / Pelajar / Mahasiswa
5. Masturah
6. Masalah-masalah daerah / halaqah / mahalla
Dalam Musyawarah Hendaknya :
1. Fikir seluruh dunia, manusia bisa taat pada Allah dan Rasul, jumlah negara,
jumlah umat Islam, keadaan umat Islam sebenarnya.
2. Kalau kita fikir seluruh dunia, maka bantuan Allah pun untuk seluruh dunia.
3. Sudahkah kita kirim jemaah ke seluruh dunia dan sudahkah negara
tersebut datang ke tempat kita.
4. Bila ada jemaah luar negeri dating, tanyakan tentang jumlah penduduk, agama
lain, agama Islam yang sudah shalat berjamaah, yang shalat / tidak shalat.
5. Kita harus mengetahui jumlah negara di dunia.
6. Baru fikir negara kita. Mulai dari wilayah yang rawan agama, menengah, dan
yang baik.
7. Kemudian fikir mahalla, jumlah masjid, penduduk, karkun, jumlah rumah dan
masjid yang hidup amal maqami, yang shalat di rumah / tidak shalat.
8. Sebelum musyawarah kargozari tentang takaza markaz.
9. Takaza tetap : Mengirimkan jemaah ke IPB (India, Pakistan, dan Banglades)
10. Takaza sementara : Santri/Pelajar/Mahasiswa bisa keluar saat liburan.
11. Jauh-jauh sebelum masa liburan sudah dipikirkan keluar mereka, jadi harus
tahu jadwal liburan pelajar.
12. Orang yang hadir musyawarah harus diberi kebebasan utnuk mengemukakan
pendapatnya secara terang.
13. Amir musyawarah harus mengosongkan fikiran dari rencana-rencana dan harus
memerlukan pendapat orang lain.
2 Perkara yang Dimusyawarahkan :
1. Maksud Dakwah (Intiqali dan Maqami)
2. Keperluan Dakwah (petugas khususi, bayan, mudzakarah, khidmat, istiqbal,
tasykil, hirosah)
3 Perkara yang Harus Dipikirkan Setiap Da’I :
1. Mewujudkan kerja dakwah, dengan mengeluarkan jemaah ke seluruh alam.
2. Memelihara kerja dakwah, dengan musyawarah dan amal maqami.
3. Meningkatkan kerja dakwah, dengan tambah korban harta, diri, masa dan fikir.

#Musyawarah
Musyawarah merupakan perintah Allah S.W.T dan sunnah Rasulullah S.A.W, menaati
hasil musyawarah adalah termasuk perintah Allah S.W.T:
"Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya." (Qs. Ali 'Imran: 159)
Maulana Ilyas rah.a. berkata, "Musyawarah adalah suatu perkara yang besar. Allah
S.W.T berjanji apabila kalian duduk bermusyawarah dan bertawakkal kepada Allah
S.W.T, maka sebelum kalian berdiri, kalian akan mendapat taufik ke jalan yang lurus."
Rasulullah S.A.W bersabda,

"Barangsiapa yang hendak mengerjakan suatu urusan, lalu ia bermusyawarah dengan


seorang muslim, niscaya Allah akan memberinya taufik kepada urusan yang paling
benar dan paling baik untuknya." (Hr. Thabrani)
Begitu pentingnya ijtima'iyyat dalam kerja dakwah ini, sehingga Allah S.W.T
memerintahkan untuk bermusyawarah. Dan Nabi S.A.W mengajarkan kepada
umatnya untuk senantiasa bermusyawarah agar kehidupan ijtima'iyyat tetap terjalin
dalam kehidupan umat ini. Musyawarah tidak hanya kerja dakwah, tetapi juga pada
setiap urusan.
Musyawarah juga merupakan sifat orang yang beriman, ini dinyatakan dalam firman
Allah S.W.T,

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.
Dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka."
(Qs. as Syura: 38)
Allah S.W.T menjelaskan bahwa perintah musyawarah dihubungkan dengan perintah
shalat. Jika shalat adalah rukun Islam, maka musyawarah adalah rukun dakwah,
sehingga terjadi kerja sama bukan sama-sama (masing-masing) kerja.
Musyawarah adalah asas dari usaha dakwah yang menjadi ruh dalam setiap
pengorbanan. Pengorbanan tanpa musyawarah akan sia-sia. Tanpa musyawarah
maka ijtima'iyyat kerja akan hilang dan pertolongan Allah S.W.T akan menjauh.
Karena nushratullah akan datang melalui kebersamaan umat ini.
Musyawarah ibarat pengganti turunnya wahyu yang tidak akan turun lagi. Usaha ini
tidak mengharap bantuan dari dunia, tetapi semata-mata hanya pertolongan dari Allah
S.W.T. Dengan musyawarah kesatuan hati akan terwujud dan akan meningkatkan
pikir. Musyawarah adalah ámal ijtima'i sebagaimana shalat berjamaáh, bukan sekadar
untuk memutuskan sesuatu tetapi untuk membentangkan masalah dengan meminta
usul dari semua orang.
Ketika Nabi Sualaiman a.s mengirim surat ke negeri Saba', maka Ratu Balqis
bermusyawarah dengan seluruh rakyatnya. Asbab musyawarah seluruh penduduk
negeri mendapat hidayah.
Ijtima'iyyat bukan berkumpulnya sekelompok orang, tetapi adanya kesatuan hati, pikir,
dan gerak. Sebagaimana di dalam shalat berjamaáh. Ketika shalat seluruh jamaáh
satu hati (tawajjuh), satu pikir (khusyu'), dan satu gerak. Dan ini akan terwujud jika
memiliki sifat itsar (mengutamakan orang lain daripada diri sendiri) dan tawadhu
(merasa orang lain lebih baik daripada diri sendiri),
Maulana I'namul Hasan rah.a. berkata, "Musyawarah adalah berkumpul, berpikir dan
menaati keputusan. Seluruh Anbiya a.s biasa duduk dan berpikir. Di mana ada
kerisauan di situ ada petunjuk Allah S.W.T. Seekor Ayam mau mujahadah duduk
mengerami telurnya, maka telur pun mendapat ruh dan hidup. Sehingga bila duduk
dalam musyawarah maka Allah S.W.T akan bukakan jalan pemecahan."
Sebelum waktu musyawarah diadakan, para ahli musyawarah banyak berdoá dan
menangis agar Allah S.W.T memberikan keputusan yang terbaik dan tetap tawajjuh
dalam musyawarah. Apabila di dalam musyawarah terjadi kerusakan, maka
kerusakan ini akan wujud ke seluruh alam.
Kerja ini adalah kerja Nabi, Rasulullah S.A.W tidak bekerja seorang diri, tetapi bekerja
sama dengan para sahabat r.a, sehingga mereka semua mendapatkan tarbiyah dari
Allah S.W.T. Maka betulkan niat hanya mencari keridhaan-Nya, agar Allah S.W.T
memberi tarbiyah yang sama.
Sasaran musyawarah adalah, bagaimana agar setiap usulan dengan mudah dan
senang hati diterima oleh musyawwirin. Setiap usul dan keputusan harus jelas
terbentang di hadapan seluruh ahli musyawarah agar tidak terjadi perpecahan. Dan
selama musyawarah diperbolehkan mengganti usul, selama hal itu merupakan yang
terbaik untuk umat.
Tidak menyimpan prasangka dalam musyawarah, seluruhnya harus dibentangkan dan
diajukan. Bila banyak usulan yang muncul berarti pikir jamaáh bertambah (jangan
sembunyikan masalah dalam musyawarah, pendapat yang disampaikan di luar
musyawarah akan menjadi fitnah. Hasil musyawarah hanya dapat diubah oleh
musyawarah lagi).
Syetan selalu berusaha menggoda manusia, demikian pula dalam musyawarah.
Syetan menggoda untuk memberi usul dengan paksa. Syetan berusaha agar
memandang remeh usulan yang lain dan berusaha agar tidak ikhlas menerima
keputusan musyawarah.
Adapun usul yang muncul harus ditanggapi dengan hati lapang. Bila tidak demikian,
orang tidak akan menganggap penting duduk dalam musyawarah.
Tidak memotong, meremehkan atau menertawakan usul orang lain. Rasulullah S.A.W
berkata kepada Abu Bakar r.a, "Anggaplah diri kita hina pada setiap mengajukan usul,
jangan membicarakan keburukan usul seseorang di belakangnya. Bertambah takutlah
kepada Allah, bila usul diterima. Sebaliknya bila usul tidak diterima boleh merasa
lega."
Perbanyaklah bersyukur sepanjang musyawarah, jangan ada maksud-maksud yang
lain ketika memberikan usul. Kemukakan usul semata-mata untuk kepentingan Dien,
maka Allah S.W.T akan menjadikan musyawarah sebagai tarbiyah bagi diri kita.
Ada tiga jenis orang yang tidak akan memberi manfaat di dalam musyawarah, yaitu:
(1) orang yang mempersulit usulan; (2) orang yang menekan usulan orang lain; dan
(3) menolak usulan orang lain, sehingga membuat orang enggan mengajukan usul.
Berpikirlah dengan sungguh-sungguh, cari kecocokan antara tugas dan
pelaksanaannya. Jangan sampai orang diberi tugas merasa terbebani. Berikan usul
yang terbaik, singkat, jelas dan mampu diámalkan.
Setiap orang harus dapat membaca kemampuan orang lain menggunakan sesuai
dengan kemampuannya. Orang yang berkemampuan, tetapi tidak hadir dalam
musyawarah sebaiknya diundang dan dimanfaatkan kebaikan pikirnya.
Suatu ketika seorang pelayan yang setiap hari sibuk melayani tuannya merapikan
tempat tidur raja, lalu muncul keinginan dalam hatinya untuk merasakan tidur di atas
kasur yang empuk. Dan ia pun terlelap hingga malam gelap. Lalu permaisuri raja
masuk dan langsung merebahkan dirinya di samping pelayan tadi. Tak lama
kemudian sang raja menyusul masuk ke dalam kamar, dan menemukan pelayan dan
istrinya tidur di atas pembaringannya. Timbul keinginan sang raja untuk membunuh
keduanya, lalu mengajak pejabat istana untuk menjadi saksi atas kejadian ini. Mereka
pun bermusyawarah dan seorang menterinya mengusulkan sebelum keduanya
dijatuhi hukuman mati, sebaiknya ditanya. Keduanya pun menceritakan awal kejadian
itu yang sesungguhnya. Sang Raja lalu tersadar, hampir saja dia membunuh orang
yang tak berdosa. Walaupun pendapatnya dibenarkan oleh hukum yang berlaku di
negeri itu.
Maksud dan Tujuan Musyawarah
Untuk menyatukan pikir, saran dan cara kerja, agar setiap orang siapa menerima dan
mengámalkan agama secara sempurna, sehingga agama ini wujud dalam diri,
keluarga kita, dan umat seluruh alam. Bukan sekadar menyelesaikan masalah, karena
Allah S.W.T yang menciptakan masalah maka hanya Dia yang akan menyelesaikan
masalah, agar kita yakin bahwa apa saja yang Allah S.W.T janjikan, akan Dia
tunaikan melalui keberkahan musyawarah.
Keutamaan Musyawarah
Apabila di suatu tempat ada musyawarah agama, maka ketika akan turun azab akan
ditangguhkan, atau Allah S.W.T akan pindahkan ke tempat lain. Sebaliknya apabila
akan diturunkan rahmat, akan dipercepat.
Rasulullah S.A.W bermusyawarah dengan para sahabat r.a mengenai tawanan
perang yang cukup banyak, beliau S.A.W meminta usul bagaimana mengatasi para
tawanan itu? Berbagai usul pun diutarakan oleh para sahabat r.a. Abu Bakar r.a
mengusulkan, "Wahai Nabiyullah, mereka itu masih termasuk kerabat kita, hendaknya
engkau mengambil tebusan dari mereka jika ada yang mau menebusnya. Sehingga
kita memiliki kekuatan untuk menghadapi orang-orang kafir dan semoga Allah S.W.T
memberi mereka petunjuk untuk memeluk Islam."
Ada yang mengusulkan agar tawanan yang pandai baca tulis mengajarkan kepada
anak-anak muslim hingga mereka dibebaskan. Abdullah bin Rawahah a.s
mengusulkan, "Ya Rasulullah, lihatlah di lembah terdapat banyak kayu bakar, bakar
saja mereka dengan api."
Dan Umar r.a mengusulkan, "Wahai Rasulullah, dengan menghukum mati mereka
akan memperkokoh kekuatan kita. Engkau bisa memerintahkan kepada Ali bin Abi
Thalib untuk menghukum Aqil (kerabat dekat Ali r.a) dengan memenggal lehernya.
Dan memerintahkan kepadaku untuk memenggal leher si Fulan (masing-masing diberi
wewenang untuk menghukum kaum kerabatnya masing-masing). Sesungguhnya
mereka itu adalah pemimpin dan pemuka kaum kuffar."
Setelah menerima berbagai usul dari para sahabat r.a, ternyata Rasulullah S.A.W
menerima usul Abu Bakar r.a.
Keesokan harinya Umar r.a hendak menemui Rasulullah S.A.W, Ia melihat Rasulullah
S.A.W dan Abu Bakar r.a duduk sambil menangis. Umar r.a lalu berkata,
"Kabarkanlah kepadaku sehingga aku juga bisa menangis?" Kemudian Rasulullah
S.A.W memberi karghazari kepada Umar r.a bahwa semalam Allah S.W.T berfirman,
"Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan
musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan
Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah,
niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil." (Qs. al
Anfal: 67-68)
Seharusnya usul Umar r.a yang diterima bukan usul Abu Bakar r.a, seandainya
keputusan itu bukan hasil musyawarah, hampir saja Allah S.W.T menurunkan azab.
Namun karena keputusan itu hasil musyawarah maka Allah S.W.T memindahkan
bencana itu pada pepohonan di sekitar itu, yang nampak hangus terbakar. Lalu
Rasulullah S.A.W bersabda,
"Hampir saja kita tertimpa azab yang besar karena menyalahi pendapat Umar bin
Khattab dan jika azab itu menimpa tidak akan ada yang selamat dari azab itu, kecuali
Umar."
Musyawarah merupakan tarbiyah untuk menyatukan hati sebagai suatu kelapangan
yang akan memudahkan cara penyelesaiannya, sebab suatu takaza (tugas) yang
langsung diputuskan tanpa musyawarah akan menjadi beban.
Rasulullah S.A.W bersabda,
"Tidak merugi orang yang beristikharah dan tidak menyesal orang yang
bermusyawarah." (Hr. Thabrani)
Musyawarah adalah hal yang penting, kita berkumpul dan berpikir untuk agama. Dan
ini termasuk golongan yang akan mendapat naungan Allah Ta'ala di akhirat kelak,
yaitu orang-orang yang bertemu dan berpisah karena Allah.
Beliau S.A.W juga bersabda,
"Berpikir sesaat (untuk agama) lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun."
(Nashaihul Ibad)
Adab-adab musyawarah di antaranya:
● Musyawarah dipimpin oleh seorang amir, sebaiknya amir shaf. Sebelum
musyawarah, hendaknya amir mengosongkan hati dan pikirannya dari rencana
(pribadi) yang mungkin akan diputuskan dalam musyawarah.
● Musyawarah diawali dengan basmalah, hamdalah, dan shalawat. Tidak ada doá
khusus dalam musyawarah, hendaknya masing-masing berdoá:
"Ya Allah, berilah kepada kami petunjuk (ilham) apa yang menjadi urusan kami. Dan
kami berlindung dari kejahatan diri kami dan dari keburukan perbuatan orang lain."
● Zihin singkat untuk membentuk pikir para musyawwirin tentang arti, maksud, dan
tujuan musyawarah. Timbulkan jazbah pada setiap ahli musyawarah sehingga tidak
ada yang merasa diperintah. targhib sedepa tasykil sejengkal.
● Musyawwirin menyampaikan karghazari (laporan kegiatan program yang telah
dilakukan).
● Amir musyawarah meminta usul-usul dari sebelah kanan ke sebelah kiri (sebaiknya
seluruh ahli musyawarah memberikan usul). Mengajukan usul yang terbaik dan
setelah usul disampaikan, anggaplah usul orang lain lebih baik.
● Apabila usul diterima segera beristighfar, sebab kemungkinan usul itu
mendatangkan mudharat bagi orang lain. Sebaliknya jika usul ditolak ucapkan
Alhamdulillah.
● Tidak memotong pembicaraan (interupsi), tunggulah orang lain selesai bicara dan
tidak boleh menguatkan pendapat yang lain.
● Keputusan bukanlah pada suara yang terbanyak, kebenaran hanya pada Allah dan
Rasul-Nya. Hendaknya keputusan sesuai dengan laporan (karghazari) atau data yang
ada.
● Tidak mengajukan diri sendiri dalam suatu tugas, kecuali tugas khidmat dan
mutakallim.
● Apabila keputusan telah ditetapkan, maka ini adalah suatu amanah dari Allah S.W.T
dan semua siap melaksanakannya (sami'na wa atha'na). Menerima keputusan
musyawarah sebagai hadiah bukan sebagia suatu beban. Takaza datangnya dari
Allah S.W.T, orang yang senantiasa mengambil takaza, maka Allah S.W.T akan
meningkatkan ámalnya dalam usaha dakwah.
● Apabila dari hasil musyawarah terjadi hal yang tidak diinginkan, janganlah berandai-
andai. Hal ini akan menimbulkan peluang syetan untuk memecah belah hati kita.
Apabila usul tidak diterima dan usulan orang lain diterima, hendaknya tidak
mengungkit-ungkitnya lagi. Walaupun usul yang diterima itu tidak mendatangkan hasil
yang memuaskan. Hindari musyawarah kecil-kecilan (musyawarah lain di luar yang
utama)
● Perbedaan pendapat dalam musyawarah adalah rahmat, dan beda pendapat di luar
musyawarah adalah laknat. Beda pendapat boleh terjadi dalam musyawarah, tetapi
tidak boleh dijadikan perselisihan dalam musyawarah. Umar r.a pernah berkata
kepada Abu Bakar r.a, "Mengapa engkau selalu berbeda pendapat denganku?" Tetapi
perbedaan itu tidak mengurangi sifat mahabbah di antara mereka.
● Musyawarah diakhiri dengan doá:
َ‫إِلَيْك‬ ُ‫َوأَتُوب‬ َ‫أَ ْستَ ْغ ِف ُرك‬ َ‫أ َ ْنت‬ َّ‫إِال‬ َ‫إِلَه‬ َ‫ال‬ ‫أ َ ْن‬ ‫أ َ ْش َه ُد‬ َ‫َوبِ َح ْمدِك‬ ‫اللَّ ُه َّم‬ َ‫س ْب َحانَك‬
ُ
Subhānallāhi wa bihamdihī subhānakallāhumma wa bihamdika asyhaduan lā ilāha ilā
anta astaghfiruka
"Maha suci Allah dengan segala pujian untuk-Nya, Maha Suci Engkau ya Allah, dan
segala pujian bagi-Mu, aku bersaksi tiada yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku
memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu." (Hr. Hakim)
#AdabDanSunnah

También podría gustarte