Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Selanjutnya, mari kita panjatkan Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan karuniaNya kita dapat merasakan dan menikmati hidup yang penuh
berkah, terutama penulis dapat membuat dan menyusun makalah ini. Selain itu,
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Junjungan Besar kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan juga para sahabat yang senantiasa menemani dan
mendukung Beliau, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana
banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari
bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah, oleh
karena itu, penulis memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman serta
para pembimbing yang bijak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masayarakat
umum dan khususnya bagi penulis, serta dapat menambah ilmu juga memperluas
wawasan kita.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang…………………………………………………………….4
1.2. Rumusan
Masalah…………………………………………………………5
1.3. Tujuan…………………………………………………………………
…...5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Isi………………………………………………………………………
……6
3.1 Simpulan……………………………………………………………………15
3.2 Saran………………………………………………………………………..15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………...17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan bahwa
masyarakat bisa menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan
(ekosistem), sebab bila manusia terus melakukan tindakan atau perbuatan yang
berdampak langsung pada keseimbangan ekosistem, maka keseimbangan ekosistem
ini akan hancur, dan secara tidak langsung juga berdampak pada kehidupan manusia
itu sendiri.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis akan membahas tentang Hutan
Mangrove atau Hutan Bakau. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang
3
cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan
sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar,
merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria
(1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan
hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan
disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh
air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon
yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan
subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran
apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah,
perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang).
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
4
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan
bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.3. Tujuan
Untuk menjelaskan definisi dari Hutan Mangrove, fungsi dari Hutan Mangrove
tersebut, keanekaragaman yang berada dalam ekosistem Hutan Mangrove,
permasalahan yang di alami, dan dampak yang di timbulkan.
BAB II
5
PEMBAHASAN
Hutan Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah.
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove.
6
ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu
menopang keanekaragaman jenis yang tinggi.
Hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber daya,
yakni : (1) Fungsi fisik, hutan mangrove secara fisik menjaga dan menstabilkan garis
pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus,
mempercepat pembentukan lahan baru serta melindungi pantai dari erosi laut/abrasi
(green belt). (2) Fungsi biologis adalah sebagai tempat asuhan (nursery ground),
tempat mencari makanan (feeding ground) ) untuk berbagai organisme yang bernilai
ekonomis khususnya ikan dan udang, tempat berkembang biak (spawning ground),
sebagai penghasil serasah/zat hara yang cukup tinggi produktivitsnya, dan habitat
berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu,
hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah. (3) Fungsi ekonomi yakni
kawasan hutan mangrove berpotensi sebagai tempat rekreasi (ecotourism), lahan
pertambakan, dan penghasil devisa dengan produk bahan baku industri. ( Saparinto,
Cahyo. 2007)
Selain itu, secara khusus hutan mangrove juga berguna sebagai perangkap zat-
zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, mengolah limbah organik,
dan sebagainya. Setiap saat pantai terancam abrasi akibat arus dan gelombang laut
yang selalu bergerak. Tanpa keberadaan hutan mangrove dan hutan pantai, sangat
besar peluang pinggir pantai tergerus oleh arus dan gelombang yang terus
menerpanya.
7
Beberapa contoh hasil penelitian juga menunjukkan fungsi hutan mangrove
dan hutan pantai dalam meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari
hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto dkk (2003). Pratikto melaporkan
bahwa hutan mangrove di Teluk Grajagan - Banyuwangi mampu mereduksi atau
mengurangi energi gelombang yang menerpa kawasan pantai tersebut. Istiyanto dkk
(2003) melalui pengujian laboratorium juga menyimpulkan bahwa rumpun bakau
(Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami
yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui
rumpun tersebut.
Selain itu, Hutan Mangrove juga merupakan potret ekosistem yang miliki
keanekaragaman hayati yang banyak di dalamnya. Keanekaragaman hayati tersebut
membentuk hubungan yang erat dan saling menjaga satu sama lain, layaknya
keluarga besar, serta menjadi contoh potret keluarga yang harmonis.
Mereka menghasilkan akar panggung mana proyek di atas lumpur dan air
untuk menyerap oksigen. Terendam di air asin dan sampai berlutut di lumpur,
tanaman di Rawa Mangrove memiliki cara cerdas untuk mengatasi lingkungan
mereka. Tanaman mangrove membentuk komunitas yang membantu untuk
menstabilkan bank dan garis pantai dan menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan. .
Disamping itu Hutan Mangrove juga memiliki manfaat yang lain, yaitu
menyediakan buffer untuk negeri itu, bakau juga berinteraksi dengan laut. Sedimen
terperangkap oleh akar mencegah pendangkalan habitat laut yang berdekatan di mana
air keruh mungkin membunuh karang atau padang rumput melimpahi lamun. Selain
itu, tanaman bakau dan sedimen telah terbukti untuk menyerap polusi, termasuk
logam berat. Mangrove juga sangat efektif dalam menyimpan karbon.
Bila diamati dan dipahami dengan baik, Hutan Mangrove mempunyai banyak
manfaat yang mendukung kelangsungan kehidupan manusia. Namun, manusia selalu
merasa belum puas dan ingin mendapatkan lebih banyak keuntungan, sehingga
8
menggunakan segala upaya untuk memperoleh keuntungan yang besar walaupun
harus merusak ekosistem Hutan Mangrove.
Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Sumatera Utara yaitu adanya
pengalihan fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak masyarakat dan dikonversi
lagi menjadi lahan kelapa sawit. Seperti yang sudah kita ketahui Hutan mangrove
atau bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau, terletak pada
garis pantai dan dipengaruhi pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di
tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di
teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di
mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dan penyebabnya antara lain, (1)
Tekanan penduduk untuk kebutuhan ekonomi yang tinggi sehingga permintaan
konversi mangrove juga semakin tinggi. Penduduk disini lebih mementingkan
kebutuhannya sendiri-sendiri dibandingkan kepentingan ekologis dan kepedulian
akan dampak lingkungan hidup. Banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab juga
dengan meminta untuk mengkonversi lahan mangrove tapi setelah dikonversi lahan
tersebut mereka tidak menindak lanjutinya. Mereka lebih paham bahwa manfaat
dengan dikonversinya hutan mangrove menjadi tambak dan lahan kelapa sawit akan
lebih menguntungkan padahal kalau ditinjau secara keuntungan jangka panjang hutan
9
mangrove akan lebih bermanfaat. (2) Perencanaan dan pengelolaan sumber daya
pesisir di masa lalu bersifat sangat sektoral. Dari sini kita mengetahui bahwa
pengelolaan yang sektoral ini akan mengakibatkan terjadinya perusakan hutan
mangrove berat yang akan berdampak pada masa yang akan datang. Kemudian
rendahnya kesadaran masyarakat tentang konversi dan fungsi ekosistem mangrove.
(3) Hutan rawa dalam lingkungan yang asin dan anaerob di daerah pesisir selalu
dianggap daerah yang yang marginal atau sama sekali tidak cocok untuk pertanian
dan akuakultur. Namun karena kebutuhan lahan pertanian dan perikanan yang
semakin meningkat maka hutan mangrove dianggap sebagai lahan alternative.
Reklamasi seperti itu telah memusnakan ekosistem mangrove dan juga
mengakibatkan efek – efek yang negatif teradap perikanan di perairan pantai
sekitarnya.
11
Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang
selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi. Karena dengan adanya lahan hutan
mangrove yang dikonversi ini fauna-fauna baik itu pemangsa maupun yang dimangsa
akan berpindah ke lahan yang belum mengalami kerusakan. Contohnya saja spesies
monyet dan bangau mungkin tidak aka ada lagi karena spesies ikan yang ada akan
berkurang dan habitat mereka telah rusak. Pengaruh bahan-bahan kimia dari pupuk
pertanian juga. Secara tidak langsung akan mengubah siklus biogeokimianya karena
unsur-unsur yang ada akan berubah dan berkurang.
Ternyata dengan adanya lahan perkebunan kelapa sawit ini tentu saja akan
menurunkan tingkat kualitas tanah sebagai salah satu indikator dan pemegang
peranan penting didalam ekosistem apalagi dengan semua aspek fungsi ekologis yang
dimilikinya. Juga akan terjadi pendangkalan perairan pantai karena pengendapan
sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap dihutan mangrove.
Dengan begitu hutan mangrove yang asalnya tempat pemijahan ikan dan udang
secara alami akan beralih fungsi dan bahkan tidak berfungsi lagi sebagai tempat
pemijahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa lahan tersebut secara struktur akan
berubah dan mungkin tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari pupuk
pertanian untuk lahan kelapa sawit. Sehingga dengan melihat tingkat degradasi dan
konversi pada areal hutan mangrove tersebut maka harus direncanakan suatu
penelitian untuk mengetahui dan mengkaji kualitas tanah sebagai akibat dari konversi
mangrove yang telah dilakukan. (Anonim, 2009)
Dari situ kita tahu bahwa dengan adanya lahan konversi baik itu menjadi
tambak atau pun lahan perkebunan kelapa sawit. Ternyata akan merusak ekositem
mangrove dan akan mengubah struktur kimia fisika dan fungsi ekologisnya yaitu
rantai makanan, rantai energy dan siklus biogeokimianya. Seharusnya kita menyadari
dan menyadarkan masyarakat akan fungsi dan peranan masing-masing ekosistem
karena untuk ke depannya alam ini akan merugikan kita apabila kita merusaknya.
Mungkin secara waktu dekat lahan kelapa sawit akan menguntungkan tapi untuk
jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan akan merugikan. persepsi yang
12
menganggap mangrove merupakan sumber daya yang kurang berguna yang hanya
cocok untuk pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain harus
diluruskan. Karena apabila persepsi keliru tersebut tidak dikoreksi, maka masa depan
hutan mangrove Indonesia dan juga hutan mangrove dunia akan menjadi sangat
suram.
Oleh karena itu, diperlukan solusi yang dapat menolong ekosistem Hutan
Mangrove tersebut dari segala ancaman. Berikut adalah beberapa solusinya:
13
dilibatkan dalam pengelolaan, pengembangan hutan mangrove dan diberi penyuluhan
atau wawasan mengenai arti pentingan lingkungan hutan mangrove, maka pemerintah
harus menindaklanjuti dengan menegakkan hukum sesuai dengan ketetapan undang-
undang yang berlaku. Masyarakat baik perorangan maupun berkelompok atau
perseroan harus ditindak tegas bilamana melakukan pelanggaran. Selama ini yang
terjadi adalah di samping pemerintah kurang dalam memberikan bimbingan dan
penyuluhan terhadap masyarakat, aspek penegakan hukum pun sangat lemah. Apalagi
jika yang melanggar seorang pejabat atau pengusaha kaya. Sering kali si pelanggar
dapat dengan mudah terbebas dari jeratan hukum.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Selain itu, bila Hutan Mangrove di alih fungsikan menjadi tambak, lalu dialih
fungsikan lagi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal itu tidak dapat memberikan
investasi yang lama disebabkan salinitas diwilayah tersebut sangat tinggi, dan juga
jenis tanah yang digunakan sebagai perekebunan tersebut kurang cocok untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit,serta hal itu
hanya akan menurunkan kualitas tanah.
Dan juga, bila ekosistem Hutan Mangrove terusik, secara tidak langsung akan
berdampak pada ekosistem yang lain, karena ekosistem yang satu dengan yang lain
saling memiliki keterkaitan atau hubungan. Disamping itu, flora fauna yang hidup
dalam ekosistem tersebut dapat terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, dan
yang paling parah flora fauna tersebut punah. Bila hal itu terjadi, maka manusia pun
akan merasakan dampaknya sendiri.
3.2 Saran
Ada beberpa saran atau solusi yang dapat membantu menjaga dan memlihara
ataupun membudidayakn Hutan Mangrove, yaitu : 1) Mengharidi pertemuan kota dan
menyambaikan suara keberatan atas pembangunan mengganggu habitat satwa liar
maupun suatu ekosistem, 2) Pelajari semua tetang pentinganya Rawa Mangrove, dan
membuat orang lain terkesan mengenai pentingnya Rawa Mangrove terhadap
15
keanekaragaman hayati di Bumi, 3) gunakan produk yang ramah lingkungan untuk
mengurangi polusi air.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NjkxOQ
Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2011. Diakses pada tanggal 15 september 2011
di
www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf
16
FAO. Management and Utilization of mangroves in Asia Pasific. FAO Environmental
Paper 3, FAO, Rome. 1983 Hutching, P and P.Saenger. Ecology of Mangroves.
University of Queensland,London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters.
Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie.
Global Status of Mangrove Ecosystems.
17