Está en la página 1de 12

I. Analisis dan pembahasan.

Percobaan yang berjudul kinetika reaksi saponifikasi etil asetat bertujuan


untuk memberikan gambaran bahwa reaksi saponifikasi hidroksida adalah reaksi
berorde dua, selain itu untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi
tersebut.

Percobaan pertama adalah melakukan titrasi blanko yaitu menyiapkan 10


mL HCl 0,02 N yang merupakan larutan tidak berwarna dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian ditambahlan indikator PP. fungsi penambahan indikator
adalah untuk mengetahui bahwa mol ekivalen asam tepat sama dengan mol
ekivalen basa, ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi soft
pink. Lalu dititrasi dengan larutan NaOH (tidak berwarna) hingga larutan berubah
warna dari yang awalnya tidak berwarna menjadi soft pink. Volume NaOH yang
didapat pada percobaan ini adalah 9,6 mL

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemah oleh basa kuat dalam
praktikum ini yaitu NaOH. Langkah pertama yaitu 25 mL etil asetat 0,02 N dan
20 ml NaOH 0,02 N disiapkan kemudian dicampurkan lalu didiamkan beberapa
menit hingga suhu konstan dan terbentuk larutan tidak berwarna, fungsi
dikontrolnya suhu adalah karena suhu dapat mempengaruhi reaksi. Kemudian
setelah suhu konstan dikocok hingga homogen lalu didiamkan hingga 3 menit
atau 180 detik, fungsi didiamkan selama 3 menit adalah untuk memastikan
larutan bereaksi dengan sempurna. Persamaan reaksi dari etil asetat dan natrium
hidroksida adalah sebagai berikut :

NaOH (aq) + CH3COOC2H5 (aq) → C2H5OH (aq) + CH3COONa (aq)

Kemudian langkah selanjutnya adalah menyiapkan untuk titrasi larutan, 5


mL campuran larutan NaOH dan etil asetat diambil menggunakan pipet tetes
setelah dilakukan proses pencampuran 3 menit setelah pengocokan. Kemudian
dimasukkan dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 10 mL HCl 0,02 N fungsi
penambahan HCl adalah untuk menghentikan reaksi sampai NaOH habis bereaksi
sehingga dalam erlenmeyer adalah HCl sisa, etil asetat, dan produk. Setelah itu
ditambahkan 2 tetes indikator PP, fungsi penambahan indikator adalah untuk

10
mengetahui bahwa mol ekivalen asam tepat sama dengan mol ekivalen basa,
ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi soft pink. Setelah
dilakukan titrasi didapat vomule NaOH titran yaitu 7,5 mL Persamaan reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut

HCl sisa (aq) + NaOH (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Diulangi percobaan dengan langkah yang sama, tetapi dengan memanipulasi


waktu pengambilan campuran etil asetat dan NaOH.

Masing-masing didapat volume NaOH sebagai berikut:

Waktu pemanasan Volume NaOH titran


180 detik 7,5 mL
480 detik 7,7 mL
900 detik 7,9 mL
1500 detik 7,9 mL
2400 detik 8,0 mL
3900 detik 8,2 mL

Dari data yang diperoleh hasil titrasi larutan campuran digunakan untuk
menghitung orde reaksi. Dimana secara teori, orde reaksi pada saponifikasi etil
asetat adalah orde 2. Untuk menghitung orde dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
grafik dan non grafik. Perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan K (konstanta laju reaksi) adalah sebagai berikut

k orde 1 k orde 2
k1 2,020444x10-4 2,350231
k2 2,36102x10-4 0,962818
k3 2,185666x10-4 0,565916
k4 1,3114x10-4 0,33955
k5 1,004841 x10-4 0,223645
k6 0,862748x10-4 0,154264

11
Gambar grafik hasil dari data Konstanta laju reaksi adalah sebagai berikut:

Grafik Orde 1
-2.9
-2.95 0 1000 2000 3000 4000 5000

-3
ln (a-x)

-3.05
ln (a-x)
-3.1
Linear (ln (a-x))
-3.15
-3.2 y = -7E-05x - 2.9604
R² = 0.8793
-3.25
t (s)

Grafik Orde 2
0.4
0.35 y = 2E-05x + 0.2621
R² = 0.9126
0.3
ln (a-x)/(b-X)

0.25
0.2
ln (a-x)/(b-x)
0.15
Linear (ln (a-x)/(b-x))
0.1
0.05
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
t (s)

Pada grafik orde 2, didapatkan nilai regresi yang paling dekat dibandingkan
dengan regresi grafik orde 1. Sehingga pada reaksi saponifikasi ini termasuk
reaksi orde 2 sesuai dengan teori.

J. Kesimpulan
1. Reaksi saponifikasi etil asetat merupakan reaksi berorde 2.
2. pada metode non grafik nilai K yang memiliki perbedaan nilai tidak
terlalu jauh adalah orde 2, Sedangkan pada metode grafik didapatkan
regresi yang mendekati 1 pada grafik orde 2.

12
K. Daftar Pustaka
Atkins, P. W.. 1999. Kimia Fisika Edisi keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia Dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Sakti.
Naomi, Phatalina, dkk. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak
Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Kimia No.2 Vol. 19. Universitas Sriwijaya: jurnal tidak diterbitkan.
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Wahyuni, Sri. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang:
Jurusan Kimia FMIPA UNNES.

13
L. LAMPIRAN
a) JAWABAN PERTANYAAN
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat ini adalah reaksi orde dua ?

Jawab :

Yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini


adalah reaksi orde dua yaitu dapat dilihat dari grafik dibawah
ini:

Grafik Orde 2
0.4
0.35 y = 2E-05x + 0.2621
R² = 0.9126
0.3
ln (a-x)/(b-X)

0.25
0.2
ln (a-x)/(b-x)
0.15
0.1 Linear (ln (a-x)/(b-x))
0.05
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
t (s)

Nilai regresi yang mendekati satu menunjukkan bahwa


perhitungan menggunakan metode grafik untuk orde dua
sesuai dengan reaksi penyabunan etil asetat.

2. Apakah perbedaan antara orde reaksi dengan kemolekulan reaksi


?

Jawab :
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan
yang mempengaruhi kecepatan reaksi sedangkan kemolekulan
reaksi adalah banyaknya molekul zat pereaksi (reaktan) dalam

14
sebuah persamaan stoikiometri reksi yang sederhana.
Kemolekulan reaksi selalu berupa bilangan bulat positif.

aA + bB → cC + dD

kemolekulan reaksinya = a + b Contoh :

Reaksi : 2 A + B → 3 C + 2 D
Kemolekulan reaksinya = 2 + 1 = 3

3. Apakah yang mempengaruhi laju reaksi ? Jelaskan !

Jawab :

Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Luas permukaan sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat


penting dalam jumlah yang besar, sehingga menyebabkan
laju reaksi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, apabila
semakin kecil luas permukaan bidang sentuh maka semakin
kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga reaksi
pun semakin kecil.

b. Suhu

Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,


maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak
sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering,
menyebabkan laju reaksi semakin bear. Sebaliknya, apabila
suhu diturunkan maka partikel semakin tidak aktif sehingga
laju reaksi semakin kecil.

c. Molaritas

15
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan
volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah
bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin
cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada
molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih
lambat daripada molaritas yang tinggi.

d. Konsentrasi

Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul


reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan
reaksi meningkat. Begitu sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi maka semakin sedikit molekul reaktan yang
tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan
semakin sedikit juga sehingga kecepatan reaksi menurun

e. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia


pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai
oleh reaksi itu sendiri

Suatu katalis berperan dalam suatu reaksi tetapi bukan


sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan
reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan jalur pilihan dengan energi aktivasi
yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

4. Apakah yang dimaksud dengan tetapan laju reaksi ?

Jawab :

16
Tetapan laju reaksi adalah perbandingan antara laju reaksi
dengan konsentrasi reaktan. Nilai tetapan laju reaksi akan
semakin besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan
konsentrasi reaktan yang tersedia dengan demikian
kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat.

b) Lampiran gambar

No Gambar Alur
1. Alat yang digunakan
pada praktikum kinetika
saponifikasi etil asetat

2. Larutan blanko sebelum


dititrasi

17
3. Persiapan titrasi larutan
dengan persiapan larutan
NaOH dalam buret

4. Titrasi larutan blanko

5. Laruran blanko setelah


dititrasi

18
6. Larutan NaOH 20 ml dan
25 ml etil asetat

7. Penambahan campuran
larutan dan HCl ke
dalam erlenmeyer

8. Titrasi larutan campuran


yang sudah ditambah
HCl dititrasi dengan
NaOH

19
9. Larutan campuran dan
HCl yang dititrasi dengan
NaOH setelah 3 menit

10. Larutan campuran dan


HCl yang dititrasi dengan
NaOH setelah 8 menit

11. Larutan campuran dan


HCl yang dititrasi dengan
NaOH setelah 15 menit

20
12. Larutan campuran dan
HCl yang dititrasi dengan
NaOH setelah 25 menit

13. larutan campuran dan hcl


yang dititrasi dengan
NaOH setelah 40 menit

14. larutan campuran dan


HCl yang dititrasi dengan
NaOH setelah 65 menit

21

También podría gustarte