Está en la página 1de 14

PELESTARIAN KEBUDAYAAN DESA KAFAKBEKA DALAM BIDANG

PARIWISATA DI ERA GLOBALISASI

OLEH

Selfina Olang

Universitas Tribuana Kalabahi

Kegiatan Belajar dan pendampingan Masyarakat

di Desa Kafakbeka

2018
PELESTARIAN KEBUDAYAAN DESA KAFAKBEKA DALAM BIDANG
PARIWISATA DI ERA GLOBALISASI
Selfina Olang
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas KIP
Universitas Tribuana Kalabahi
ABSTRAK

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai akal atau pikiran manusia. Dalam
Bahasa Inggris, kebudayaan disebut Culture yang berasal dari kata Latin “Colere” yaitu
mengolah atau mengerjakan. Hal ini berarti, bahwa budaya yang dimiliki harus terus dikelola
dengan cara melestarikan budaya tersebut. pelestarian ini, memerlukan wadah yaitu dalam
bidang Pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelestarian kebudayaan desa
Kafakbeka dalam bidang pariwisata di era globalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Observasi dan Wawancara dengan mengunakan alat bantu Kamera,
Pena dan buku. Pada saat observasi dan wawancara, peneliti memperoleh informasi mengenai
sejarah setempat dan menemukan situs-situs bersejarah dan juga kebudayaan yang hampir
punah, yang jauh dari pemeliharaan. Pelestarian kebudayaan di Desa kafakbeka, seharusnya
menjadi perhatian bukan saja di kalangan generasi muda namun merupakan bahan perhatian
bagi seluruh golongan masyarat dan pemerintah.
Kata Kunci : Budaya, Pelestarian, Pariwisata dan Desa Kafakbeka.

ABSTRACT

Culture come from Sansekerta Language as Buddhayah that as the plurar of Buddhi
(Opinion) that meaned as the opinion of human. In English “Culture” come from Latin
Language “Colere” as working. It means that the culture must have preservation.
Preservation need tourism. This research purpose to have knowledge about “Preservation of
culture in Kafakbeka Village in Preservation and Globalitation area” this research use a
camera, a book and a pen. In observation reseacher get the information about the history of
the place and get archaelogical that not have perservation and also the problems about the
cultures that will past away. Preservation and Development of culture in Kafakbeka Village
must be attention for all of society and government.

Keywords: Culture, Preservation,Tourism and Kafakbeka Village


PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Di era globalisasi sekarang ini, Mempunyai negara yang maju memang sudah
menjadi harapan setiap bangsa dan kini hampir semua negara sudah mengalami
kemajuan tersebut. Mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi,
bahkan budaya sekalipun, itu semua karena pengaruh dari globalisasi.
(http://cabiklunik.blogspot.com)
Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif maupun negatif
yang ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita rasakan
sendiri, yaitu teknologi yang semakin canggih, kemajuan alat transportasi dan ilmu
pengetahuan lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh dari globalisasi
ini, banyak budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita. Akibat pengaruh budaya
tersebut, banyak generasi muda yang lebih memilih budaya barat dari pada budaya
tradisionalnya. Itu dikarenakan pola pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu
lebih modern dan lebih populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya
tradisional menurun. Yang pada akhirnya membawa kebudayaan lokal ke ambang
kepunahan. Desa Kafakbeka memiliki kebudayaan yang terbilang banyak dan unik
namun tidak dijaga dengan baik dan berakhir punah, namun patut dilestarikan.
Dari uraian diatas inilah yang menjadi dasar pikir peneliti melakukan penelitian
tentang “Pelestarian Kebudayaan Desa Kafakbeka dalam bidang Pariwisata di era
globalisasi”

2. Tujuan Penelitian
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui “Pelestarian Kebudayaan Desa Kafakbeka
dalam bidang Pariwisata di era globalisasi”.
METODE

1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi dan
Wawancara tentang “ Pelestarian kebudayaan Desa Kafakbeka dalam bidang Pariwisata
di era globalisasi”.

2. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Juli sampai 14 Agustus 2018. Di Desa
Kafakbeka, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

3. Prosedur Penelitian

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan alat-alat berupa Camera, Buku dan Pena

b) Tahap Wawancara

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dan memperoleh data dari
tamukung tertua (Arkalaus Maaloka) Desa Kafakbeka.

c) Tahap Observasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi ke tempat-tempat bersejarah di Desa


Kafakbeka..

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Situs bersejarah

1. Batu tombak (Kafak wi)

Kafak wi merupakan batu bersejarah di desa kafakbeka. Konon, ada sepasang suami
istri (Tongkai dan Falengpada) yang merupakan manusia pertama yang tinggal di Tonfui
yang kemudian melahirkan dua anak laki-laki yaitu Landu dan Lando. Tongkai dan
Falengpada menciptakan sebuah alat perang yaitu Kafak Beka (Tombak Sakti).suatu ketika
orang dari kampung buafeng mencuri babi dan anjing mereka; oleh karena itu, Landu dan
Lando marah dan kemudian pergi berperang melawan orang Buafeng dengan menggunakan
tombak sakti yang sudah dibuat oleh orangtua mereka. Mereka membunuh semua orang di
kampung Buafeng.kemudian mereka kembali dan menyandarkan tombak sakti (KafakBeka)
mereka di sebuah batu besar yang kemudian batu itu diberi nama “Kafakwi” dari situs
bersejarah inilah maka, kampung Tonfoui diubah namanya menjadi Kafakbeka.

2. Batu Babi (Fe wi)


(1) (2) bekas luka

Fe wi (1) merupakan tempat yang konon dijadikan tempat bersemedi sebelum


berperang. Batu ini dinamakan Batu babi, karena ketika pemujanya pergi berperang,batu ini
berubah menjadi babi lalu kemudian mendahului pemujanya.
Fe wi(2) batu ini juga disebut batu babi karena, konon batu ini berubah menjadi babi
dan mengganggu warga di malam hari. Oleh karenanya, batu ini mempunyai lubang kecil
yang dipercaya merupakan bekas panah yang melukainya.
3. Batu Ayam (Ruol wi)

Ruol wi merupakan batu yang konon dipercaya berubah menjadi ayam dan berkokok
sebelum ayam berkokok pada waktu hampir pagi.

4. Batu Matahari (Wari wi)


Wari wi merupakan tempat yang konon orang-0rang duduk diatasnya dan melihat
musim (Musim tanam, musim potong kebun dan sebagainya.) sambil melihat pantulan sinar
matahari pada pepohonan di perbukitan kampung. Budaya melihat musim diatas batu ini,
masih berlaku higga saat ini.

5. Batu Ikan (Afui wi)

Afui wi merupakan batu yang konon di gunakan sebagai tempat permainan


tradisional “Congklak” di masa lampau. Permainan-permainan tradisional harus tetap
dilestarikan agar generasi muda tidak terjerumus dalam permainan-permainan modern seperti
“kecanduan game online”.

6. Pohon kenari (kanai bata)


Pohon kenari ini merupakan pohon kenari terbesar dan tertinggi di kabupaten Alor
yang mempunanyi tinggi 50 meter dan lebar 12 depa yang ditasnya terdapat sebuah batu .
yang terletak di Kecamatan Alor Tengah Utara Desa Kafakbeka yang telah mendapat
Apresiasi penghargaan dari Kecamatan Alor Tengah Utara. Pohon kenari ini harus
dilestarikan dengan cara memasang spanduk berutlisan tentang keterangan mengenai pohon
kenari tersebut.

Cerita dari situs-situs bersejarah diatas akan menjadi punah apabila tidak dilestarikan
dengan baik, salahsatu cara yang tepat adalah dengan menjaganya dalam sebuah wadah yakni
dalam bidang Pariwisata. Pelestarian kebudayaan tentunya menjadi perhatian bagi semua
golongan masyarakat pemilik kebudayaan lokal, untuk hal inilah Pariwisata sebagai wadah
untuk mengolah kebudayaan lokal agar tetap terjaga kelestarian di era globalisasi.

B. Kebudayaan yang hampir punah


1. Rumah Tradisional

Rumah adat modifikasi Rumah adat asli

Rumah adat merupakan tempat tinggal dan merupakan tempat untuk menyimpan harta
benda. Namun di era globalisasi ini, rumah adat sudah mulai tidak terlihat bahkan hampir
punah. Hal ini dikarenakan oleh pembangunan rumah-rumah modern yang semakin banyak
dengan tidak diperhatikan atau dilestarikannya rumah adat lokal, yang merupakan warisan
dari nenek moyang mereka. rumah adat setidaknya dibangun ditempat-tempat tertentu dan
diperhatikan, agar tetap terjaga kelestariannya di era globalisasi. Misalnya, rumah adat
dibangun di tempat-tempat yang mempunyai situs bersejarah dan dijadikan sebagai tempat
wisata.

2. Mesbah
Mesbah merupakan tempat untuk melakukan upacara adat bagi pemilik budaya itu
sendiri. Namun dewasa ini, mesbah yang dahulu menjadi tempat untuk melakukan upacara
adat, kini telah menjadi tempat pemakaman. Mesbah seharusnya dilestarikan agar menjadi
tempat untuk upacara adat atau pada saat melakukan lego-lego.
3. Lego-lego

Lego-lego merupakan tarian tradisional Desa Kafakbeka. Lego-lego biasanya


dilakukan pada saat upacara adat atau dalam acara-acara tertentu lainnya. dewasa ini, tarian
tradisional ini, mulai punah dikarenakan oleh masuknya pudaya luar yakni, dangsa, Poco-
poco, dan lain sebagainya. generasi muda yang merupakan penerus kebudayaan cenderung
menyukai budaya asing daripada budayanya sendiri hal ini terlihat dari ketika diadakannya
pesta generasi muda cenderung meresponinya dengan melakukan budaya asing yang bukan
merupakan jati diri mereka. tarian lego-lego hanya bisa dilakukan oleh sebagian kecil orang-
orang tua setempat yang pada hakekatnya kebudayaan lokal adalah kewajiban bagi generasi
muda untuk melestarikannya. Lego-lego dapat kita lestarikan lewat pendidikan, misalnya
lomba pentas seni budaya di sekolah-sekolah, agar menjadi pembentukan dasar, generasi
muda dapat mengenali budaya lokalnya sendiri.

4. Pakaian Tradisional

Pakaian tradisional di Desa Kafakbeka terbilang hampir punah, karena pakaian yang
masih ada hanya untuk laki-laki, yang ketika dibutuhkan dalam prosesi-prosesi tertentu
pakaian adat untuk wanita biasanya dipinjam dari daerah-daerah tertentu yang sama pakaian
adatnya. Pakaian untuk laki-laki merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan;
olehkarenaitu, jika salah satunya mulai punah, harus ada usaha-usaha tertentu untuk tetap
terjaga kelestariannya.

C. Cara melestarikan Budaya Lokal


1. Kenali budaya
1) Mencari tahu tentang budaya anda
2) Mengikuti kegiatan Budaya
3) Bergabung dalam komunitas budaya lokal
2. Perkenalkan budaya kepada orang lain
1) Di sekitar lingkungan anda
2) Di lingkungan Sekolah
3. Perkenalkan Budaya ke Luar Negeri
1) Memposting kesenian Lokal di media sosial
2) Mengenakan produk Lokal di Luar Negeri
3) Mengekspor hasil kesenian lokal
4. Tidak terpengaruh Budaya Asing
1) Jadikan budaya Anda Sebagai Identitas anda
2) Memilah kebudayaan Asing

SIMPULAN DAN SARAN


Kebudayaan merupakan jati diri pemilik kebudayaan itu Sendiri, dengan demikian
maka ketika Kebudayaan itu perlahan mulai hilang, maka hilang juga jati diri pemiliknya.
Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai budaya
tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan kita akan jauh lebih terkikis. Pelestarian
kebudayaan di Desa kafakbeka, seharusnya menjadi perhatian bukan saja di kalangan
generasi muda namun merupakan bahan perhatian bagi seluruh golongan masyarat khususnya
di bidang pemerintahan (Dinas Pariwisata).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka, penulis menyarankan agar
kebudayaan lokal Di desa kafakbeka harus segera dilestarikan agar menjadi aset bagi
kemajuan dan kemakmuran Desa Kafakbeka dalam bidang pariwisata di era Globalisasi.
Sebelum Jati diri kita perlahan mulai hilang, mari kita memperjuangkan kembali kebudayaan
tradisional yang sudah nenek moyang kita wariskan kepada kita dengan cara melestarikan
kebudayaan yang sudah diwariskan kepada kita dan mengembangkannya dengan ide dan
cara-cara baru yang dapat membantu mempertahankan kebudayaan yang kita miliki dari
Kepunahan.

DAFTAR PUSTAKA
KesenianTradisionalPandeglangBantenyangMulahPunah.
http://www.kaskus.co.id/thread/52bd3745be29a040098b45d0/kesenian-tradisional-
pandeglang—banten-yang-mulai-punah/. Diakses pada tanggal 7 September 2018.

Redaksi SuaraBanten. 2015 .Budaya Kesenian Tanggerang Hampir Punah.


http://suarabanten.com/budaya-kesenian-tanggerang-hampir-punah/. Diakses pada
tanggal 7 September 2016..

“Selamatkan Budaya Dari Mekanisme”,


http://cabiklunik.blogspot.com,. Diakses pada tanggal 7 September 2018

También podría gustarte