Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BERDARAH (DBD)
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Proses Keperawatan Dan Aplikasi Evidence Based Practice (EBP) Pada Anak Dengan
Demam Berdarah”. Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan informasi kepada
pembaca dalam meningkatkan pengetahuan tentang demam berdarah dan penerapannya
dalam asuhan keperawatan pada anak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Halaman Judul
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................... 3
1.4.1 Aplikasi Keperawatan............................................................................................ 3
1.4.2 Ilmu Keperawatan.................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
DBD.......................................................................................................................................... 4
2.1.1 Defenisi ......................................................................................................................... 4
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................................... 4
2.1.3 Patofisiologi................................................................................................................ 4
2.1.4 Manifestasi klinis........................................................................................................ 6
2.1.5 Fase Demam ................................................................................................................. 6
2.1.6 Derajat DBD ...................................................................................................... 8
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................. 8
2.1.8 Penatalaksanaan...............................................................................................................11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................................... 18
2.2.1 Pengkajian..................................................................................................................... 18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................... 18
2.2.3 Perencanaan.................................................................................................................. 19
2.2.4 Implementasi................................................................................................................ 19
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (Infodatin, 2016).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok
umur,khususnya anak-anak. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2014) Penyakit demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan di
Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar keberbagai negara.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD
menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya
kasus DBD.
Menurut Kemenkes (2016) Indonesia adalah daerah endemis DBD dan mengalami
epidemik sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan air bersih
yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi dan cepatnya trasportasi antar
daerah, menyebabkan sering terjadinya demam berdarah dengue. Indonesia termasuk dalam
salah satu Negara yang endemik demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang
terus menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas (Chandra, 2017).
Demam berdarah merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) di Indonesia (Kemenkes,2016).Saat ini Indonesia sedang mengalami endemik
demam berdarah di penghujung akhir tahun 2018 hingga saat ini di awal tahun 2019,jumlah
kasus KLB demam berdarah di indonesia 16.683 dan diantaranya anak usia balita hingga usia
sekolah sebanyak 10.600 kasus dan kasus meninggal pada anak 133 anak.Jawa Barat
menduduki kasus DBD tertinggi kedua sebanyak 2.008 kasus dengan kasus kematian 11
orang termasuk anak-anak.
Penyebaran DBD yang tinggi karena berpengaruhnya faktor cuaca dan iklim serta
musim pancaroba yang cenderung menambah jumlah habitat vector DBD, sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya) (Ananda,
2015).Partisipasi masyarakat pun sangat penting terkait dengan pencegahan DBD yaitu
dengan melakukan 3M menguras bak mandi,menutup genangan air dan mengubur barang-
barang bekas.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti (Infodatin,
2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur,khususnya anak-anak. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah apa saja yang akan dibahas
dalam makalah ini :
a. Bagaimana proses pengkajian pada anak dengan demam berdarah?
b. Apa saja diagnosa keperawatan pada anak dengan demam berdarah?
c. Bagaimana perencanaan (intervensi) bagi anak dengan demam berdarah?
d. Bagaimana evaluasi pada anak dengan demam berdarah?
e. Bagaiamana Aplikasi Evidence Based Practice (EBP), pada anak dengan demam
berdarah?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Patofisiologi
Viremia
Resiko kekurangan
volume cairan
GG rasa nyaman
2.1.4 Tanda dan Gejala
a) Tiba-tiba anak mengalami demam tinggi mencapai 40 derajat Celcius atau lebih.
Demam bisa berlangsung selama 1-7 hari dan kemudian mulai menurun.
b) Ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
c) Nyeri pada otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam
muncul.
d) Nyeri pada belakang mata
e) Pusing
f) Kelelahan. Bisa terjadi sampai setelah anak sembuh dari DBD.
g) Kehilangan nafsu makan
h) Mimisan atau perdarahan ringan pada gusi
i) Kulit anak mudah memar
Setelah demam, gejala juga bisa menjadi lebih buruk, seperti:
a) Perdarahan yang lebih berat
b) Masalah pada pencernaan, seperti mual, muntah, atau nyeri di perut
c) Masalah pernapasan, seperti kesulitan bernapas
a) Fase demam
Gejala yang paling khas saat terkena demam berdarah adalah demam tinggi. Karena
itulah fase awal demam berdarah disebut dengan fase demam. Pada fase ini, penderita
akan mengalami demam secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius selama 2
sampai 7 hari. Munculnya demam tinggi pada kasus demam berdarah sering kali
disertai dengan muka kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan
sakit kepala. Namun, bila demam berlangsung selama lebih dari 10 hari, maka
kemungkinan demam tersebut bukanlah gejala demam berdarah.
Pada beberapa kasus lainnya ditemukan gejala berupa nyeri dan infeksi tenggorokan,
sakit di sekitar bola mata, anoreksia, mual dan muntah. Gejala-gejala inilah yang
menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit yang mengarahkan
dokter pada diagnosis demam berdarah. Gejala-gejala demam berdarah yang dirasakan
membuat penderita menjadi sulit untuk menjalani aktivitas sehari-hari, misalnya
menjadi tidak mampu untuk pergi ke sekolah, melakukan pekerjaan kantor, dan
kegiatan rutin lainnya.
Untuk mencegah hal negatif lainnya, penderita demam berdarah dianjurkan untuk
memperbanyak minum air putih untuk membantu menurunkan suhu tubuh dan
mencegah terjadinya dehidrasi. Pasien juga harus terus dipantau karena hal ini rentan
untuk memasuki fase kritis.
b) Fase kritis
Setelah melewati fase demam, pasien demam berdarah akan mengalami fase kritis.
Fase ini biasanya menjadi ‘pengecoh’ karena penderita merasa sembuh dan dapat
melakukan aktivitas kembali. Pasalnya, fase kritis ini ditandai dengan penurunan suhu
tubuh hingga 37 derajat celcius ke suhu normal. Bila fase ini terabaikan dan tidak
segera mendapatkan pengobatan, trombosit pasien akan terus menurun secara drastis
dan dapat mengakibatkan perdarahan yang sering tidak disadari. Oleh sebab itu,
pasien harus cepat ditangani oleh tim medis karena fase kritis ini berlangsung tidak
lebih dari 24-38 jam.
Selama masa transisi dari fase demam ke fase kritis, pasien memasuki risiko tertinggi
untuk mengalami kebocoran pembuluh darah. Indikasi dini kebocoran pembuluh darah
tersebut dapat dilihat saat penderita demam berdarah mengalami muntah secara terus
menerus, mimisan, pembesaran organ hati, atau nyeri perut yang tak tertahankan.
c) Fase penyembuhan
Bila pasien demam berdarah berhasil melewati fase kritisnya, penderita demam
berdarah akan kembali merasakan demam. Namun, hal ini tidak perlu terlalu
dikhawatirkan. Pasalnya, kondisi ini merupakan fase penyembuhan dimana trombosit
akan perlahan naik dan normal kembali. Penderita akan mengalami pengembalian
cairan tubuh secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.Penderita akan mengalami
pengembalian cairan tubuh secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.Mulai
memasuki fase penyembuhan, kesehatan pasien demam berdarah akan berangsur-
angsur membaik yang ditandai dengan peningkatan nafsu makan, penurunan gejala
nyeri perut, dan fungsi diuretik yang membaik. Jumlah sel darah putih pasien akan
kembali normal yang kemudian diikuti dengan pemulihan jumlah trombosit.Untuk
menurunkan kemungkinan komplikasi atau kematian pada penderita demam berdarah
adalah dengan memberikan asupan yang dapat menaikkan jumlah trombosit pada saat
memasuki fase kritis.
b. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau perdarahan
lain.
c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak
gelisah.
a. Pemeriksaan Torniquet
Tes torniquet atau dikenal dengan tes rumple leed adalah metode untuk menentukan
kecenderungan perdarahan pada pasien.Tes ini menilai kerapuhan dinding kapiler dan
digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia.Pengujian ini didefinisikan oleh
WHO sebagai salah satu syarat yang diperlukan untuk diagnosis DBD.Ketika manset
tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan darah sistolik dan diastolik selama lima
menit,maka tes ini akan dinilai.Tes positif jika ada 10 atau lebih petechiae per inci
peer per segi.
b. Pemeriksaan Trombosit
Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis.Sel ini tidak
memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum tulang.Pada pasien
DBD terjadi tombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap trombosit karena
kompleks antigen-antibodi yang terbentuk.Pada Dbd umumnya terdapat trobositopenia
pada hari ke 3-8 (< 100.000/ µL) dengan nilai normal 150.000-400.000/µL.
c.Pemeriksaan Hematokrit
Hematokrit merupakan kadar sel darah merah dalam darah.Nilai hematokrit akan
meningkat (hemokonsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan
volume plasma darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan
menurun (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar plasma
darah, seperti pada anemia.Pada kasus DBD peningkatan hematokrit >20% nilai
awal,yang umumnya terjadi dimulai hari ke 3 demam akibat kebocoran plasma.Nilai
normal hematokrit pada pria 40-48%,wanita 37-43% dan anak-anak 33-38%.
d.Pemeriksaan IgM dan IgG
Mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue,Ada dua antibodi yang dideteksi
yaitu IgM dan IgG, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh terhadap
masuknya virus ke dalam tubuh penderita. IgM biasanya muncul sekitar hari ke 3-5 awal
infeksi, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari. IgM
mencapai puncak pada hari ke 5, kemudian turun perlahan dalam kadar yang rendah
sampai seumur hidup, hal ini terjadi pada semua kasus infeksi primer. Sedangkan IgG
pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-14. Pada infeksi sekunder IgM hilang
sedangkan IgG masih dalam titer yang rendah.
Infeksi virus dengue untuk yang kedua kalinya akan memacu timbulnya IgG yang akan
naik dengan cepat, sedangkan IgM akan timbul kemudian.Pada infeksi sekunder, IgG
mulai terdeteksi pada hari ke-2.Oleh karena itu, diagnosis infeksi primer hanya dapat
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari ke-5, sedangkan diagnosis
infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG
yang cepat.
2.1.8 Penatalaksanaan
a.Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
b. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
f.Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
g.Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
a.Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
d.Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
e.Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.
2.1.9 Komplikasi
Demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome sebagai dua komplikasi
demam dengue yang mematikan, meskipun dua kondisi tersebut tergolong langka dan
lebih berisiko terjadi pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak mampu
melawan infeksi demam dengue atau pada orang yang sebelumnya pernah terkena
demam dengue dari tipe virus berbeda.
Sebelum DBD muncul, biasanya penderita demam dengue akan mengalami penurunan
suhu tubuh terlebih dahulu. Namun pada tahap ini, kerusakan dan kebocoran pembuluh
darah mulai terjadi dan trombosit menurun. Ketika gejala DBD makin parah, maka
penderita akan:
b.Mengalami pendarahan pada lapisan kulit yang mengakibatkan kulit tampak seperti
memar.
Apabila DBD terlambat ditangani, maka bisa berkembang menjadi dengue shock
syndrome yang mana tekanan darah menurun secara drastis dan pendarahan menjadi makin
berat.
a.Densitas larva
Rumah yang memiliki bak mandi biasanya jarang dikuras dan selalu ada jentik nyamuk akan
tetapi rumah yang tidak memiliki bak mandi,jarang ditemukan jentik nyamuk karena
biasanya memakai baskom untuk menampung air yang selalu sering dikuras (Maria,2017).
Penelitian Sari, Martini dan Ginanjar (2016) menyimpulkan bahwa kepadatan larva yang
tinggi dan dinilai dari Container Index (CI). Keberadaan kontainer di lingkungan rumah
sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes, karena semakin banyak kontainer akan
semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes.
Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus
DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat
meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.
Kepadatan penghuni adalah perbandingan jumlah penghuni dengan luas rumah dimana
berdasarkan standar kesehatan adalah 10 m2 per penghuni, semakin luas lantai rumah maka
semakin tinggi pula kelayakan hunian sebuah rumah. Risiko yang tinggal di hunian padat
untuk terkena Demam Berdarah Dengue 4,28 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
tinggal di hunian yang tidak padat (Maya,2017). Kepadatan penduduk yang tinggi dan jarak
rumah yang sangat berdekatan membuat penyebaran penyakit DBD lebih intensif di wilayah
perkotaan dari pada wilayah pedesaan karena jarak rumah yang berdekatan memudahkan
nyamuk menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang lain yang ada di sekitarnya
(Lestari,2015).
c.Ventilasi Rumah
Pemakaian kawat kasa pada ventilasi rumah adalah salah satu upaya untuk mencegah
penyakit DBD. Pemakaian kawat kasa pada setiap lubang ventilasi yang ada dalam rumah
bertujuan agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah dan menggigit manusia. Risiko
responden di dalam rumah dengan ventilasi yang tidak berkasa untuk terkena DBD 9,04 kali
lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki ventilasi udara yang berkasa
(Maya,2017).
d.Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan
penghuni suatu rumah. Kondisi kelembaban udarah dalam ruangan dipengaruhi oleh musim,
kondisi udara luar, kondisi ruangan yang kebanyakan tertutup. Risiko responden yang
tinggal di rumah yang lembab untuk terkena Demam Berdarah Dengue 3,36 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang tinggal di rumah yang tidak lembab. kelembaban
berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Suatu daerah akan menjadi potensial
untuk penularan DBD apabila didukung oleh faktor lingkungan misalnya kelembaban
(Boesri dan Boewono, 2016).
e.Suhu
Keberhasilan perkembangan nyamuk aedes aegypti ditentukan oleh tempat perindukan yang
dibatasi oleh temperatur tiap tahunnya dan perubahan musimnya (Oktaviani, 2015). Salah
satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes
aegypti adalah suhu udara. Nyamuk aedes aegypti sangat rentan terhadap suhu udara. Dalam
waktu tiga hari telur nyamuk telah mengalami embriosasi lengkap dengan temperatue udara
25-30ºC (Yudhastuti dan Vidiyani, 2017). Namun telur akan mencoba menetas 7 hari pada
air dengan suhu 16ºC. Telur nyamuk ini akan berkembang pada air dengan suhu udara 20-
30ºC.
2.1.11 Pencegahan
Air merupakan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti . Nyamuk betina bertelur
pada dinding bak yang terisi air, larva nyamuk kemudian akan mendapat makanan dari
mikroorganisme yang hidup di sekitarnya. Selama masa ini, larva nyamuk akan melepaskan
kulit pelindung mereka dan berkembang biak hingga mencapai tahap terakhir. Ketika larva
nyamuk sudah cukup kuat, selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa. Pada tahap pupa,
tidak dibutuhkan makanan. Pupa hanya akan mengalami perubahan bentuk hingga akhirnya
menjadi nyamuk biasa yang siap terbang.Keseluruhan siklus ini berlangsung 8 – 10 hari
dalam suhu ruang. Membersihkan bak mandi Anda setidaknya satu minggu sekali dapat
memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.
Baskom berisi air, vas bunga, ember, dan wadah lain yang dapat menampung air berpotensi
menjadi tempat nyamuk bersarang. Rajin-rajinlah membersihkan tempat-tempat tersebut
setidaknya dua kali seminggu untuk mengurangi risiko munculnya nyamuk pembawa
demam berdarah.
Perhatikanlah gantungan baju di balik pintu. Baju kotor yang menumpuk dapat menjadi
tempat favorit untuk dihinggapi nyamuk. Memang tumpukan baju kotor bukan tempat
nyamuk berkembang biak, tetapi merupakan tempat favorit nyamuk hinggap. Hal ini
dikarenakan nyamuk menyukai aroma tubuh manusia. Jika memang harus menyimpan
kembali baju yang telah dipakai, letakkan baju pada tempat yang bersih dan tertutup
Ketika hendak bepergian, jangan lupa gunakan lotion anti nyamuk terutama pada bagian
tubuh yang tidak tertutup oleh pakaian. Namun tidak hanya saat bepergian tetap harus
melindungi diri dari gigitan nyamuk ketika sedang tidur karena nyamuk demam berdarah
aktif pada malam hari hingga menjelang subuh. Selain menggunakan lotion anti nyamuk,
menggunakan kelambu saat tidur juga dapat membantu menghindari gigitan nyamuk dan
mencegah demam berdarah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Contoh Kasus
An W berusia 10 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri pada
punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing.Orang tua mengatakan sudah diberi
kompres dan obat demam di warung tetapi tidak kunjung turun demamnya.Ibu
mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap di puskesmas.Didapatkan
TD 100/60,mmHg,RR 25x/menit,HR 98x/menit,suhu 380 -390C sudah terjadi hampir 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Uji torniket positif, petekie (+), mual (+), muntah (+),
BAB terakhir encer. Nilai lab: Ht 40,3%, Hb 13g/dL, LED 36 mm/jam, Trombosit
130.000,Leukosit 5700/µL,BB 30 kg,TB 137 cm, Pasien saat ini merasa lemas dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik.
A. Pengkajian
1) Identitas Anak
Nama : An.W
Usia : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
3) Riwayat Kesehatan
Alasan masuk RS
Orang tua mengatakan anaknya masih demam, disertai nyeri punggung yang hilang
timbul dan juga pusing disertai BAB encer.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Orang tua mengatakan saat anak mengalami demam sempat di kompres dan diberikan
obat demam yang dibeli di warung tetapi tidak kunjung sembuh.
Riwayat imunisasi
Orang tua mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi, BCG, DPT, HB,
Polio, dan campak.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Antropometri
BB : 30 kg, TB : 137 cm
b) Keadaan Umum
5) Analisa Data
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 27 Maret 2019 DS: Pasien merasa Gigitan nyamuk aedes Kekurangan
lemas dan tidak mampu aegypti volume
melakukan aktifitas fisik cairan
DO:Hasil pemeriksaan la
yang menunjukkan: Masuknya virus dengue
-Ht: 45,3% dalam tubuh
-Hb: 13 g/dl
-LED :5700/µL
-Trombosit : 130.000 Kontak dengan antibodi
Terbentuknya kompleks
virus antibodi
Aktivasi C3 & C5
Merangsang mikrofag
melepaskan IL-1, TNF-α
& IFN-γ (pirogen
endogen)
Aktivasi IL-1 di
Hipotalamus
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter
Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus
Peningkatan thermostatic
set poin
Hipertemi
Agregasi trombosit
Mengaktivasi sistem
Koagulasi
Pengeluaran ADP
(Adenosin Di Phosphat)
Trombosit dihancurkan
oleh RES
Hepatomegali
Splenomegali
Mendesak lambung
Peningkatan HCl
Mual,Muntah
Nausea
4 27 Maret 2019 DS:Pasien mengatakan Peningkatan permeabilitas Nyeri
nyeri pada punggung dan kapiler dinding pembuluh
tulang hilang timbul darah
DO: -
Kebocoran plasma
Peningkatan hematokrit
Viskositas darah
meningkat
Suplai O2 menurun
Nyeri
6) Diagnosa keperawatan
1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme
regulasi ditandai dengan peningkatan hematokrit.
2.Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit panas
ketika disentuh
3.Nausea berhubungan dengan adanya iritasi gastrointestinal ditandai dengan mual
4.Nyeri akut berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien
menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul
7) Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan volume Setelah diberikan NIC Label: Fluid Management
cairan berhubungan tindakan keperawatan Fluid Management 1.Untuk mengetahui jumlah
dengan penurunan selama 2x 24 jam di 1.Memonitor status hydrasi urine yang dapat dihasilkan
mekanisme regulasi harapkan cairan tubuh pasien seperti keadaan oleh pasien dan terpenuhinya
ditandai dengan pasien terpenuhi dan membrane mukosa keseimbangan cairan (intake
peningkatan rentang normal 2.Memonitor tekanan darah cairan =output cairan)
hematokrit Dengan kriteria hasil : pasien 2.Mukosa yang kering
NOC Label: 3.Memonitor hasil lab terutama mukosa bibir dapat
Fluid Balance terutama adanya penurunan menjadi indikasi pasien
1.Tekanan darah dari hematokrit pasien dari kekurangan cairan.
pasien dalam rentan 45,3% dapat turun ke batas 3.Memastikan tekanan darah
normal yaitu 120/80 normal yaitu 33-38% pasien tidak terlalu rendah
mmHg. 4.Memberikan terapi cairan dibawah normal.
2.Turgor kulit intravena pada pasien sesuai 4.Hematocrit pasien
pasien normal. kebutuhan dehidrasi akan mengalami
3.Hematocrit pasien 5.Memberikan cairan peningkatan,maka perlu
dalam keadaan melalui oral sesuai mengetahui jumlah
normal yaitu 33-38%. kebutuhan hematocrit.
Hydration 6.Memberikan makanan 5.Pasien yang kekurangan
1.Intake cairan pasien atau minuman yang cairan harus mendapatkan
terpenuhi mengandung banyak air cairan baik oral maupun
(intakecairan=output seperti buah, juice dan intravena.
cairan) minuman berasa. 6.Menambah cairan tubuh
7. Memonitor pasien pasien
2.Pasien mampu yang mendapatkan 7.Makanan atau minuman
menghasilkan urine. terapi elektrolit. yang mengandung banyak
3.Bagian membrane air
mukosa tubuh tidak 8.Membantu dalam
kering (seperti mulut) penambahan cairan pada
tubuh pasien
4.Pasien tidak merasa
kehausan
2 Hipertermi Setelah diberikan NIC: Fever Treatment
berhubungan dengan tindakan keperawatan Fever Treatment 1.Agar mengetahui perubahan
penyakit DHF selama 2x24 jam di 1.Memonitor temperatur suhu yang dialami pasien dan
ditandai dengan kulit harapkan suhu tubuh pasien paling sedikit setiap jika tidak ada perubahan atau
panas ketika pasien menuju normal 2jam kearah yang lebih buruk dapat
disentuh Dengan kriteria hasil : 2.Monitor frekuensi diberikan medikasi yang
NOC: pernafasan, nadi dan sesuai
Thermoregulation tekanan darah pasien 2.Untuk mengetahui
1.Terjadi penurunan agar tetap dalam perubahan yang terjadi pada
pada suhu pasien rentang normal pernafasan, nadi dan
yaitu disentuh tidak 3.Monitor intake dan tekanan darah pasien dan
terasa panas output pasien sesuai dengan dapat diberikan medikasi
2.Warna kulit kebutuhan yang sesuai
pasien kembali ke 4.Berikan cairan melalui IV 3.Agar terjadi keseimbangan
warna aslinya dengan jumlah sesuai antara intake dan output
3.Pasien tidak anjuran serta menghindari dehidrasi
mengalami dehidrasi 5.Berikan obat anti yang mungkin terjadi pada
selama hipertermi piretik dengan dosis pasien
Vital signs sesuai anjuran dokter 4.Mempertahankan kebutuhan
1.Suhu tubuh stabil 6.Berikan kompres cairan pasien sehingga
dan menuju rentang hangat pada lipat paha dan mencegah terjadinya dehidrasi
normal yaitu 36,50C- aksila pasien
37,50C. 7.Monitor komplikasi 5.Untuk menurunkan panas
2. Frekuensi pernafasan terkait demam pasien dari 38,5oC
(16-20x/menit),tekanan (kejang,penurunan 6.Dengan kompres
darah (120/80mmHg) kesadaran, status ketidak hangat pembuluh darah
dan nadi (60- abnormalan melebar sehingga pori-pori
100x/menit) pasien elektrolit,ketidakseimbangan kulit terbukan dan membuat
dalam rentang normal asam basa) panas yang terperangkap
8. Fasilitasi konsumsi dalam tubuh bisa menguap
cairan sesuai anjuran keluar, selain itu saat
dan kebutuhan pasien kompres hangat membuat
hipotalamus menangkap
pesan bahwa suhu tubuh
tinggi,sehingga panas tubuh
harus diturunkan
7.Untuk mengetahui
komplikasi yang dapat
terjadi dan menentukkan
tindakan yang harus
dilakukan
8.Konsumsi cairan dapat
mencegah dehidrasi pada
pasien
Pada kasus dikatakan bahwa jumlah platelet (trombosit) pasien yaitu 130.000sel/mm3,
sedangkan rentang nilai normal platelet pada orang dewasa yaitu 150.000-400.000sel/mm3
(Kusuma & Nurarif, 2014). Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa pasien
mengalami trombositopenia. Trombositopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah trombosit
dalam tubuh menurun atau berkurang dari jumlah normalnya (Henilayati, 2015).
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat. Dalam setiap aspek keperawatan perawat perlu memahami implikasi
hukum terhadap pemikiran dan tindakan kritis yang dilakukan untuk melindungi dirinya
sendiri dan pasien terhadap masalah yang mungkin muncul.
Pada makalah ini penulis mengemukakan prinsip etik Beneficence (Mengusahakan manfaat
sebesar-besarnya dan memperkecil kerugian atau resiko bagi subjek). Berdasarkan hasil
review yang penulis dapatkan bahwa perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada
anak, perlu mengetahui tentang therapi komplementer disamping menggunakan pengobatan
medis,yaitu dengan menggunakan caricca pepaya atau daun pepaya dimana hal tersebut dapat
meningkatkan trombosit pada anak dengan demam berdarah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti (Infodatin, 2016).Penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam berdarah secara menyeluruh di mulai dengan pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, implementasi tindakan dan
melakukan evaluasi dengan melibatkan tim kesehatan lain dapat mengurangi angka
kejadian, mencegah komplikasi bahkan mengurangi angka kematian pada anak
dengan demam berdarah.
Berdasarkan hasil literatur Review terkait penanganan pada anak dengan demam
berdarah dimana nilai trombosit yang kurang dibatas normal dengan menggunakan
pengobatan terapi komplementer,dimana daun pepaya bisa mengurangi komplikasi
dan meningkatkan trombosit pada anak dengan demam berdarah.
4.2 Saran
4.2.1 Bidang Pendidikan (teoritis)
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan demam berdarah dan melakukan penelitian yang
berfokus pada penatalaksanaan keperawatan pada anak dengan demam berdarah.
4.2.2 Bidang Pelayanan (aplikatif)
Diharapkan pelayanan di rumah sakit, khususnya kepada perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dapat
mengaplikasikan tindakan-tindakan dalam mengatasi masalah keperawatan, dengan
tetap memperhatikan prinsip legal etik.
DAFTAR PUSTAKA