Está en la página 1de 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara agraris, petani di Indonesia dalam kegiatan budidaya masih


terpengaruh oleh cuaca dan iklim. Kerap kali petani gagal panen karena gangguan
cuaca buruk atau karena tidak tersedianya air selama proses budidaya
berlangsung. Kedua komponen tersebut merupakan faktor yang sangat penting
untuk menjaga keberhasilan pertanian di Indonesia. Pengetahuan khusus akan
dunia iklim dan cuaca atau disebut juga ilmu meteorologi, diperlukan untuk
menganalisis komponen-komponen tersebut. Selain ilmu meteorologi kita juga
perlu ilmu agroklimatologi.

Agroklimatologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang


hubungan antara keadaan cuaca dan berbagai masalah khususnya kegiatan di
bidang/sektor pertanian, terutama membahas tentang pengaruh perubahan cuaca
dan iklim dalam jangka pendek. Untuk menentukan iklim suatu tempat diperlukan
data cuaca yang telah terkumpul lama yang didapatkan dari hasil pengukuran
cuaca dengan alat ukur yang khusus. Alat yang digunakan harus tahan lama dari
pengaruh cuaca buruk untuk dapat setiap waktu mengukur perubahan cuaca.

Dengan pengetahuan akan dunia meteorologi dan agroklimatologi tersebut


maka cuaca yang akan terjadi beberapa hari mendatang dapat diperkirakan, curah
hujan di daerah pertanian dapat dihitung, serta intensitas cahaya matahari pada
siang hari dapat dihitung. Data cuaca yang benar diperoleh hasil pengamatan yang
panjang. Data yang benar tentunya dihasilkan dari peralatan yang baku, cara, dan
waktu pengamatan yang mengikuti aturan yang disepakati secara nasional. Di
dalam hal ini peralatan meteorologi yang digunakan selama pengukuran cuaca
haruslah dapat menghasilkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Dengan mengetahui unsur-unsur tersebut maka lahan/sektor
pertanian dapat diolah dengan optimal.

Pengenalan alat-alat yang berkaitan dengan meteorologi dan


agroklimatologi adalah dasar dalam melakukan pengamatan ke depannya. Dengan
diketahui dan dipahaminya fungsi alat-alat meteorologi ini diharapkan usaha dan
aktivitas di bidang pertanian akan lebih tinggi tingkat keberhasilannya.
Pengetahuan akan agroklimatologi sangat dibutuhkan guna menunjang
kemampuan praktikan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pada praktikum ini
akan dipelajari alat-alat meteorologi konvensional secara terpisah.

B. Tujuan
1. Mengenal cara kerja alat-alat meteorologi pertanian.
2. Mengenal cara-cara pengamatan alat-alat meteorologi pertanian.
3. Mengetahui tata letak dan pemasangan alat-alat meteorologi pertanian.

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui bagaimana alat-alat meteorologi pertanian bekerja.
2. Dapat mengetahui bagaimana mengamati data yang terukur pada alat-
alat meteorologi pertanian.
3. Dapat mengetahui instalasi komponen alat-alat meteorologi.
BAB II
DASAR TEORI

Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari


atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya
dengan permukaan bumi di bawahnya. Ilmu yang mempelajari mengenai cuaca
disebut meteorologi yakni cabang ilmu yang membahas pembentukan dan
perubahan cuaca serta proses-proses fisika yang terjadi diatmosfer. Secara luas
menyatakan bahwa meteorologi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan dari
atomosfer mempunyai kaitan secara fisik, dinamik, dan menyangkut status kimia
atmosfer dan interaksi antara atmosfer bumi dengan permukaan bumi. Nilai total
dari perubah fisik atmosfer yang berlangsung dalam keadaan sesaat yang terjadi
pada tempat terntentu. Nilai tersebut diperoleh melaui pengukuran pada stasium
pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca. Meteorologi lebih menekankan proses
terjadinya cuaca misalnya mengapa sampai terjadi suhu ekstrim, hujan lebat,
kelembaban rendah, penguapan tinggi, sedangkan klimatologi penekannya lebih
menekan kepada penyebaran hasil dari proses tersebut misalnya penyebaran suhu
udara, kelembaban udara, curah hujan, frekuensi terjadinya banjir, kekeringan, El
Nino, baik skala harian, bulanan maupun tahunan (Sabaruddin, 2014).

Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistic cuaca untuk jangka


waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu
tertentu (Hermawan, 2010). Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena
atmosfer yang keberadaannya sangant penting dalam berbagai aktivitas
kehidupan. Perhatian mengenai informasi, cuaca dan iklim semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau bisa
disebut dengan cuaca ekstream yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi
(STMKG, 2015)
Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global.
Perubahaniklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola
iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menetu. Perubahan
iklim terjadi karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang
antara 50 sampai 100 tahun. Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Jenis dan sifat iklim juga
akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada satu
kawasan serta produksinya, penjadwalan budidaya pertanian, dan yeknik budidaya
yang dilakukan petani. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data
yang banyak sehingga memerlukan stastik dalam pengerjaannya, orang-orang
sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistic (Tjasyono,
2004)

Dalam bidang pertanian, Wisnubroto (2000) menyatakan bahwa ilmu


prakiraan penentu kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah
pengembangan tanaman. Presipitasi, evaporasi, suhu, angina, dan kelembaban
nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Kemampuan menyimpn air oleh
tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi,
evaporasi, dan drainase.

Cabang ilmu meteorologi pertanian (agrometeorologi) atau klimatologi


(agroklimatologi) adalah ilmu terapan yang membahas tanggapan (respon)
organisme terhadap lingkungan fisikanya. Dalam arti sempit klimatologi pertanian
adalah cabang ilmu yang mengkaji proses fisik dari atmosfer yang membentuk
kondisi skala mikro yang berhubungan dengan proses produksi sedangkan dalam
arti luas sebagai subyek yang mengkaji tanggap organisme terhadap lingkungan
fisik. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa bidang agrometeorologi lebih
menerapkan pengetahuan atmosfer untuk mewujudkan peningkatan produktivitas
sedangkan agroklimatologi lebih tertuju kea rah pengambilan kebijakan untuk
pengembangan daerah pertanian (Sabaruddin,2014)
Jenis Alat-alat Meteorologi, Ditinjau dari cara pembacaannya, alat-alat
Meteorologi dibagi menjadi dua jenis yaitu bersifat Recording dan Non
Recording. Alat yang bersifat Recording adalah alat yang dapat mencatat data
dengan sendirinya secara terus menerus sejak pemasangan pias hingga
penggantian pias berikutnya. Dari data yang diperoleh dapat ditentukan harga
minimum dan harga maximum. Sedangkan alat yang bersifat Non Recording
adalah alat-alat yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data
(Darsiman, 2006).
BAB III

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas, pulpen, alas kertas,
dan kamera pada ponsel (sebagai tambahan untuk memotret bahan praktikum).

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat-alat meteorologi


yang terdiri dari :

 Anemometer vane probe


 Psychrometer
 Phyranometer
 Ombrometer Digital
 Termometer Tanah
 Lux Meter
 Pan Evaporimeter
 Termohigrograph
 Thermograf
 Ombrometer Semi Manual
 Alat pengukur suhu dan lengas tanah
 Bimetal Actinography
 Hair Higrograf
 Ombrometer Manual
 Cup Anemometer
B. Cara Kerja

Praktikan bersama dengan co-ass praktikum dating ke laboratorium TSLA


yang terletak di lantai bawah (basement). Kemudian akan ditunjukkan alat-alat
meteorologi asli yang semuanya berjumlah 16 buah. Fungsi, cara kerja, dan
bagian-bagian dari setiap alat yang ada dijelaskan oleh co-ass praktikum.
Kemudian alat-alat tersebut diamati secara saksama, lalu digambar pada selembar
kertas dengan disertai bagian-bagainnya.

C. Cara Analisis Data

Praktikan mengamati alat-alat meteorologi di Laboratorium Teknik Sumber


Daya Lahan dan Air Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat yang sudah dijelaskan
digambar dan ditulis bagian-bagian alatnya, dan diabadikan dengan menggunakan
kamera ponsel jika perlu.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan alat-alat meteorologi pertanian yang telah


dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Cara kerja alat-alat meteorologi pertanian ada yang otomatis, semi otomatis,
dan manual.
2. Pengamatan alat-alat meteorologi pertanian dapat dilakukan diantaranya
dengan melihat grafik yang tertulis pada kertas pias, melalui data yang tertera
pada layar digital alat, melalui computer server yang tersambung pada data
logger alat atau secara langsung diamati pada alat tersebut.
3. Alat-alat meteorologi pertanian ditempatkan dan dipasangkan pada lapangan
terbuka dimana bisa didapat sinar matahari atau cahaya, curah hujan, suhu
udara dan tanah, kelembaban, angin, dan penguapan.

B. Saran

Alangkah baiknya jika alat-alat meteorologi yang ada di Laboratorium


TSLA, Fakultas Teknologi Pertanian dirawat dengan baik dan jika rusak
sebaiknya dilakukan perbaikan atau diganti dengan alat yang baru agar dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh para sivitas akademika yang hendak
menggunakan alat tersebut untuk berbagai keperluan.

También podría gustarte