Está en la página 1de 5

BAB I

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit
dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah
“Shortness Of Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma. Penyakit paru
Obstruktif kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.

B. ETIOLOGI
Penyebab Dispnea menurut Djojodibroto (2009) adalah :
1. System kardiovaskuler : gagal jantung
2. System pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal,
faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)

C. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengannapas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan
pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau
alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronchitis,
asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru
tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitive, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada.Batuk adalah gejala
umum penyakit pernapasan.
Hal ini disebabkan oleh :
1. Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam laring,
akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah.
2. Bronkitis kronik, asma, tuberculosis, dan pneumonia merupakan penyakit
dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006).
3. Pemeriksaan sputum/dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit
paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai
adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari
warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis
penyakitnya.
4. Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah.
Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik,
pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberculosis, bronkiektasis, dan
emboli paru.
5. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falan1 distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga
pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada
tuberculosis, abses paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit
hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna
kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam
kapiler (Price dan Wilson, 2006).
6. Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusical, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran
napas besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronchitis,
bronkiektasis.
7. Wheezing/mengik berupa suara kontinu, musical, nada tinggi, durasi
panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati
saluran napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma,
bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung.
8. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan
obstruksi parsial pada laring atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat
pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak
(Reviono, dkk, 2006).

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi
pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam
hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolish).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

E. PATHWAY
Obstruksi dispnea yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Ventilasi pernafasan obstruksi jalan nafas / Perubahan


volume sekuncup,
pengeluaran mucus pre load dan after
load
yang banyak serta kontraktilitas

Hipoventilasi/
Hiperventilasi terganggunya
Bersihan jalan nafas difusi (pertukaran
tidak efektif O2 dan CO2 di
alveolus)

Takipneu/bradipneu
Pola nafas tidak
efektif
Pola nafas tidak
efektif

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
2. Foto rontgen dada
3. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
4. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
5. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun
(alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH,
penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)

G. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan terhadap pemajanan alergi
2. Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
3. Terapi cairan parenteral
4. Terapi pengobatan sesuai program
5. Beta 2 - agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos
bronchial Albuterol (proventil, ventolin)
6. Tarbutalin
7. Epinefrin
8. Metaprotenol
9. Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai efek bronkodilatasi
10. Anti kolinergik, seperti atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek
bronchodilator yang sangat baik.
11. Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison),
inhalasi (deksametason)

También podría gustarte