Polyester

Structural composite material – campbell asm

polyester resins Polyesters are used extensively in commercial applications but are limited for use in
highperformance composites. Although lower in cost than epoxies, polyesters generally have lower
temperature capability, lower mechanical properties and inferior weathering resistance, and they exhibit
more shrinkage during cure. Polyesters cure by addition reactions in which unsaturated carbon-carbon
double bonds (C=C) are the locations where crosslinking occurs. A typical polyester consists of at least
three ingredients: a polyester; a crosslinking agent such as styrene; and an initiator, usually a peroxide
such as methyl ethyl ketone peroxide or benzoyl peroxide. Styrene acts as the crosslinking agent and
also lowers the viscosity to improve processability. Styrene is not the only curing agent (crosslinker);
others include vinyl toluene, chlorostyrene (which imparts flame retardance), methyl methacrylate
(improved weatherability), and diallyl phtalate, which has low viscosity and is often used for prepregs.
The properties of the resultant polyester are strongly dependent on the crosslinking or curing agent used.
One of the main advantages of polyesters is that they can be formulated to cure at either room or elevated
temperature, allowing great versatility in their processing.
The basic chemical structure of a typical polyester (Fig. 3.4) contains ester groups and unsaturated or
double bond reactive groups (C=C). Polyesters are usually viscous liquids consisting of a solution of
polyester in a monomer, usually styrene. Styrene in amounts up to 50 percent reduces the viscosity of
the solution, thereby improving processability, and reacts with the polyester chain to form a rigid
crosslinked structure. Since polyesters have a limited pot life and will set or gel at room temperature
over a long period of time, small quantities of inhibitors, such as hydroquinone, can be added to slow
the reaction rate and extend the out-time. A solution of polyester and styrene alone polymerizes too
slowly for practical purposes; therefore, small amounts of accelerators or catalysts are always added to
speed up the reaction. Catalysts are added to the resin just prior to use to initiate the polymerization
reaction. The catalyst does not actually take part in the chemical reaction but simply activates the
process. Accelerators, such as cobalt napthenate, diethyl aniline, and dimethyl aniline, can also be added
to speed up the reaction. A wide variety of monomers and curing agents are available that yield a broad
range of physical and mechanical properties. For example, the bulky benzene ring improves rigidity
and thermal stability.
Vinyl esters are very similar to polyesters but only have reactive groups at the ends of the molecular
chain (Fig. 3.4). Since this results in lower crosslink densities, vinyl esters are normally tougher than
the more highly crosslinked polyesters. In addition, since the ester group is susceptible to hydrolysis by
water and since vinyl esters have fewer ester groups than polyesters, they are more resistant to
degradation from water and moisture
Poliester digunakan secara luas dalam aplikasi komersial tetapi terbatas untuk digunakan dalam
komposit berperforma tinggi. Meskipun biayanya lebih rendah daripada epoxies, poliester umumnya
memiliki kemampuan temperatur yang lebih rendah, sifat mekanik yang lebih rendah dan ketahanan
pelapukan yang lebih rendah, dan mereka menunjukkan lebih banyak penyusutan selama penyembuhan.
Poliester menyembuhkan dengan reaksi adisi dimana ikatan ganda karbon-karbon tak jenuh (C = C)
adalah lokasi di mana terjadi ikatan silang. Poliester tipikal terdiri dari setidaknya tiga bahan: poliester;
zat pengikat silang seperti stirena; dan inisiator, biasanya peroksida seperti metil etil keton peroksida
atau benzoil peroksida. Styrene bertindak sebagai agen pengikat silang dan juga menurunkan viskositas
untuk meningkatkan kemampuan proses. Styrene bukan satu-satunya zat pengawet (crosslinker); yang
lain termasuk vinil toluena, chlorostyrene (yang menghasilkan retardansi nyala), metil metakrilat
(peningkatan cuaca), dan diallyl phtalate, yang memiliki viskositas rendah dan sering digunakan untuk
prepreg. Sifat-sifat poliester yang dihasilkan sangat bergantung pada bahan pengikat silang atau
pengawet yang digunakan. Salah satu keuntungan utama dari poliester adalah bahwa mereka dapat
diformulasikan untuk disembuhkan di salah satu ruangan atau suhu yang ditinggikan, yang
memungkinkan fleksibilitas luar biasa dalam pengolahannya.
Struktur kimia dasar poliester khas (Gambar. 3.4) mengandung gugus ester dan gugus reaktif ikatan tak
jenuh atau rangkap dua (C = C). Poliester biasanya cairan kental yang terdiri dari larutan poliester dalam
monomer, biasanya styrene. Styrene dalam jumlah hingga 50 persen mengurangi viskositas larutan,
sehingga meningkatkan kemampuan proses, dan bereaksi dengan rantai poliester untuk membentuk
struktur silang yang kaku. Karena poliester memiliki kehidupan pot terbatas dan akan mengatur atau
gel pada suhu kamar selama jangka waktu yang panjang, sejumlah kecil inhibitor, seperti hydroquinone,
dapat ditambahkan untuk memperlambat laju reaksi dan memperpanjang waktu keluar. Larutan
poliester dan stirena saja berpolimerisasi terlalu lambat untuk tujuan praktis; oleh karena itu, sejumlah
kecil akselerator atau katalis selalu ditambahkan untuk mempercepat reaksi. Katalis ditambahkan ke
resin sesaat sebelum digunakan untuk memulai reaksi polimerisasi. Katalis tidak benar-benar
mengambil bagian dalam reaksi kimia tetapi hanya mengaktifkan proses. Akselerator, seperti kobalt
napthenate, diethyl aniline, dan dimethyl aniline, juga dapat ditambahkan untuk mempercepat reaksi.
Berbagai monomer dan bahan pengawet tersedia yang menghasilkan berbagai sifat fisik dan mekanik.
Misalnya, cincin benzena besar meningkatkan kekakuan dan stabilitas termal.
Ester vinil sangat mirip dengan poliester tetapi hanya memiliki kelompok reaktif di ujung rantai molekul
(Gambar 3.4). Karena ini menghasilkan kerapatan crosslink yang lebih rendah, vinil ester biasanya lebih
keras daripada poliester crosslink yang lebih tinggi. Selain itu, karena gugus ester rentan terhadap
hidrolisis oleh air dan karena vinil ester memiliki lebih sedikit gugus ester daripada poliester, mereka
lebih tahan terhadap degradasi dari air dan uap air.