Está en la página 1de 16

Mekanisme Kerja Ginjal dan Pembentukan Urin

Fauzan Fidadi 102010161, Yolanda Febriani R.H 102015004,


Rizka Noviyanti R. 102013218, Clement Panduwinata 102015081.
Aidil Rifki Abar 102013551 Vivianne Herlecia 102015101,
Thangke Margonda T. 102014044, Mutiara Rajany 102015129
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

Tutor: dr. Ineke Kusumawati Santoso

Abstrak

Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi utama ginjal
adalah mengeluarkan sisa hasil ekskresi dari tubuh. Bagian dari ginjal yang berfungsi untuk
menyaring zat-zat tesebut disebut dengan unit kerja ginjal atau nefron. Selain filtrasi, urin
diproduksi melalui tahapan-tahapan lain seperti reabsorpsi, sekresi, mekanisme counter current
dan autoregulasi. Setelah urin diproduksi di ginjal, urin akan mengalir ke ureter untuk kemudian
dikeluarkan melalui sistem berkemih.

Kata kunci : Ginjal, Ureter, Refleks Berkemih

Abstract

The kidney is one of the important organs in the human body. The main function of the kidneys is
to pass the rest of the results from excretion of body. Part of the kidney that functions to filter
substances are referred to as kidney work units or more commonly called nefron. Beside that,
urine are produced by another steps such reabsorption, secretion, counter current mechanism,
and autoregulation. After the urine is produced, it will flew to the ureters and will be taken out
by the micturition reflex.

Key Words : Kidney, Ureters, Micturition Reflex

1
Pendahuluan

Sistem renal berfungsi menyaring darah secara terus menerus sehingga mempertahankan
zat-zat di dalam tubuh kita tetap di kisaran yang memungkinkan untuk melaksanakan fungsi
tubuh manusia secara normal dan sehat. Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin. Adanya kerusakan terhadap kedua sistem
ini dapat mengganggu organ tubuh yang lain dalam melaksanakan fungsi yang seharusnya.

Struktur Makroskopis Ginjal

Ginjal berjumlah 2 buah. Kedua ginjal terletak retroperitoneum pada dinding abdomen
posterior setinggi vertebra torakalis terakhir sampai lumbal ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena hati menduduki banyak ruang di sebelah kanan. Setiap ginjal
panjangnya 6-7,5 cm dan tebal 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gram.
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan firus yang rapat dan jaringan lemak perinefrik
yang melindungi ginjal dari trauma. Pada bagian medial ginjal terdapat cekungan yang disebut
hilum. Selain itu terdapat korteks di sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Medulla tersusun
atas 15-16 piramis ginjal. Puncak-puncaknya mengarah ke hilum renalis dan berakhir di kalises.
Kalises akan menghubungkannya dengan pelvis ginjal.1,2 (Lihat gambar 1)

Gambar 1. Potongan Frontal Ginjal.3

2
Unit fungsional ginjal disebut nefron yang terdapat pada bagian korteks. Nefron terdiri
dari corpus renalis yang terdiri dari glomerulus dan kapsula Bowman, tubulus kontortus
proksimal, ansa henle dan tubulus kontortus distal.3 (lihat gambar 2)

Gambar 2. Struktur Makroskopis Nefron.3

Pada aspek superior, permukaan posterior ginjal berbatasan dengan diafragma, yang
membatasi ginjal dengan rongga pleura dan ke-12 pasang ginjal. Sementara pada aspek inferior,
permukaan posterior ginjal berbatasan dengan m. quadratus lumborum dan m. psoas major di
sebelah medial. Nervus dan pembuluh subcostalis, serta nervus iliohypogastricus dan ilio-
inguinalis berjalan turun dan menyilang permukaan posterior kedua ginjal. Hati, duodenum, dan
kolon ascendens terletak anterior terhadap ginjal kanan. Ginjal kanan dipisahkan dari hati oleh
recessus hepatorenalis. Ginjal kiri berbatasan dengan lambung, pankreas, jejunum, limpa, dan
kolon descendens.4

Ginjal mendapat suplai darah dari aorta abdominalis yang akan mempercabangkan arteri
renalis. Arteri renalis kemudian membentuk arteri segmentalis yang yang memperdarahi 5
segmen ginjal yaitu segmen antero superior, segmen antero inferior, segmen superior, segmen
inferior dan segmen posterior. Arteri segmentalis akan bercabang lagi dan berjalan di atas lobus
ginjal menjadi arteri interlobaris. Arteri ini memperdarahi setiap piramid di daerah medulla
renalis. Selain itu, juga terdapat arteri arkuata yang memperdarahi daerah korteks dan medulla
serta arteri interlobularis, cabang dari arteri arkuata yang mempercabangkan vas afferens
glomerulus vas efferens.4

3
Pembuluh balik ginjal mengikuti nadi nya mulai dari dekat permukaan ginjal sebagai
kapiler. Sebagian ke arah permukaan ginjal, yaitu vv. Stellatae Verheynii. Sebagian lagi ke arah
medulla, yaitu vv. Interlobularis. Kedua pembuluh balik ini akan bermuara ke vena cava
inferior.4

Ginjal dipersarafi oleh plexus saraf renalis dari plexus coeliacus yaitu saraf-saraf
simpatik vasomotorik + visceral aferen segmen torakal XII – lumbal I-II. Aliran getah bening
ginjal yaitu ke nnll. Para-aorticae.4

Struktur Mikroskopis Ginjal

Korteks pada ginjal dibetuk dari korpus renalis, tubulus kontortus proksimal, dan tubulus
kontortus distal. Lapisan dalam kapsul malpighi menyelubungi kapiler glomerulus disebut
lapisan visceral. Lapisan luar membentuk batas luar korpus renalis dan disebut lapisan parietal
kapsula Bowman. Antara kedua lapis ini terdapat ruang urinarius yang menampung cairan yang
disaring melalui dinding kapiler dan lapisan visceral. Setiap korpus kel.ginjal memiliki kutub
vascular tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub
urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berasal.5

Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina
basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius epitelnya berubah menjadi selapis
kuboid atau silindris rendah. Sel-sel lapisan visceral disebut podosit. Di antara sel-sel endotel
bertingkap dan kapiler glomerulus dan podosit yang menutup permukaan luarnya, terdapat
membrane basal yang tebal. Lapisan ini berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam
kapiler dari ruang urinarius.5 (Lihat gambar 3)

Gambar 3. Struktur Mikroskopis Korteks Ginjal.6

4
Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15mm dan sangat berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen, tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboid yang kaya akan
mikrovili (brush border) dan memperluas area permukaan lumen. Tubulus kontortus proksimal
yang mengarah ke tungkai Descenden Ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk
lengkungan jepit tajam (lekukan), dan membalik ke atas membentuk tungkai Ascenden Ansa
Henle. Nefron yukstaglomerular terletak dekat medula. Nefron ini menjulur ke dalam piramid
medula.7

Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5mm dan membentuk
segmen terakhir nefron. Disepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol
aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang
disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh
penurunan ion natrium. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa
mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular. Sel ini
distimulasi melalui penurunan tekanan darah untuk memproduksi renin. Macula densa, sel
jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk membentuk apparatus
jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.7
Duktus pengumpul. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus.
Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks
minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal,
urin dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.7

Medula pada ginjal yang dibentuk dari struktur piramidal yang dikenal sebagai piramida
ginjal. Medula terletak di dekat sisi cekung ginjal. Puncak piramida dikenal sebagai papilla.
Papilla memenuhi kelopak, sebuah cabang dari pelvis ginjal. Basal bagian dari struktur piramida
memanjang dan memperluas saat mereka tumbuh menuju korteks. Ruang antara piramida ginjal
dikenal sebagai kolom ginjal. Pada bagian medulla dapat ditemui ansa Henle segmen tipis, ansa
Henle segmen tebal pars asendens, ansa Henle segmen tebal pars desendens, dan duktus
koligens.5 (Lihat gambar 4)

5
Gambar 4. Struktur Mikroskopis Medula Ginjal.6

Struktur Makroskopis Ureter

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya adalah 25 cm sampai 30 cm dan
berdiameter 4 mm sampai 6 mm. Ureter terdiri dari dua bagian, pars abdominalis dan pars
pelvina yang berawal ketika ureter menyilang bifurctio arteri iliaka komunis. Ureter berjalan
posteroinferior dinding lateral pelvis, anterior dari arteri iliaka interna, dan eksternal dari
peritoneum perietal pelvis. Ureter berjalan memasuki vesika urinaria setelah melingkar
anteromedial, superior dari muskulus levator ani. Ureter berjalan secara oblik di dalam dinding
otot vesika urinaria. Pintu masuknya memberi kontur seperti valvula flap yang akan akan
bertindak seperti sfingter bila otot vesika urinaria berkontraksi untuk mencegah refluks urin.8

Tiga tempat penyempitan pada ureter yang dapat mengakibatkan sumbatan pada aliran
urin menuju orificium uretra eksternum antara lain uretero- pelvic junction, tempat penyilangan
ureter dengan vassa iliaca atau flexura marginalis, dan muara ureter ke dalam vesica urinaria.
Suplai darah dari ureter berasal dari ginjal,aorta, iliaka ,mesenterik, gonad, dan arteri vesikalis.
Serat nyeri menghantarkan rangsang kepada T12-L2.8

Struktur Mikroskopis Ureter

Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan: lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di
tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar, dan
lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang mensekresi selaput mukus pelindung. Lapisan
otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urine dari
kandung kemih keluar tubuh.7

6
Mekanisme Kerja Ginjal

Filtrasi 8,9
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk
kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan
akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan
epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas membarana glomerulus 100-
1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan
menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu
direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan
waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate) 8,9

Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah
dibandingkan pada pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran
anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di
dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya
berbagai tekanan sebagai berikut:

1. Tekanan hidrostatik kapiler pada glomerulus yang bersifat mendorong filtrasi


2. Tekanan hidrostatik pada kapsula Bowman yang bersifat melawan filtrasi
3. Tekanan onkotik protein plasma yang bersifat mendorong filtrasi

Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi
tekanan hidrostatik glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi

7
tekanan hidrostatik kapsula Bowman serta tekanan onkotik protein plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.

Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. Tekanan darah sistemik merupakan faktor yang paling kuat dan yang mempengaruhi laju
filtrasi.
2. Diameter arteriola aferen dan eferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan
menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan
laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya. Perubahan arteriol efferent, pada
kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus
begitupun sebaliknya.

Autoregulasi 8,9

Autoregulasi dipengaruhi oleh dua faktor internal yaitu:

1. Mekanisme Miogenik. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui


autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen
sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan sebaliknya
2. Tubuloglomerular feedback. Penurunan tekanan arteri akan menaikan GFR dan arus
filtrasi akan menurun. Karena arus filtrasi menurun, durasi reabsorbsi menjadi lebih
lama daripada biasanya diakibatkan karena tekanan arteri yang kurang. Lamanya
durasi reabsorbsi membuat filtrat mengandung banyak Na+ dan membuat kadar Na+
pada tubulus proximal semakin sedikit. Sedikitnya Na+ dideteksi oleh macula densa
dan kemudian mengaktifkan RAS (Renin Angiotensin Aldosteron) dan pada akhirnya
tekanan arteri, arus darah dan juga GFR kembali meningkat.

Autoregulasi diatur juga oleh 8,9 :

1. Sistem saraf intrinsik


2. Faktor-faktor humoral :
a. Angiotensin II merupakan vasokontriktor kuat
b. Prostaglandin Intrarenal merupakan vasodilator potent

8
c. Vasopressin dari hipofise posterior (ADH) yang aktif dalam arteriol juxta

Reabsorbsi 8,9

Hampir 99% dari cairan filtrate direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut
didalam cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat direabsorpsi
dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino. Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada
tubulus melalui dua cara yaitu:

Transport aktif

Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-,
NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+, melalui sel
tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik didalam
ep-itel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan electrochemical gradient ini
membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar
sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium
diesbabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini
dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses
ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.

Transport pasif

Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen
tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan
perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif, misalnya
ureum, sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui proses osmosis.

Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan diluar lumen tubulus
menyebabkan terjadinya proses difusi ion Na+ dari lumen tubulus kedalam sel epitel tubulus dan
selanjutnya menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan ion Na+ diikuti
pula terbawanya ion Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorpsi ini
ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus.

9
8,9
Sekresi

Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan epitel


reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi
tubulus dapat aktif dan pasif.bahan yang paling penting disekresi adalah ion hidrogen dan ion
kalium, anion dan kation organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh.

Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh.


Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal,
distal, dan koligens. Tingkat konsentrasi H+ bergantung pada keasaman tubuh.

Ion kalium adalah zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan diberbagai
bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di
tubulus distal dan koligens. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan
dengan reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang berganung energi. Pompa ini
tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruangan lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam
sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam
lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasif melalui
sejumlah besar saluran K+ di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan
interstisium rendah, yaitu memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Dari cairan interstium di
sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus
ke dalam cairan interstisium. Kalium yang keluar melalui cara ini kemudian dipompakan ke
dalam sel, dan dari tempat ini kalium berdifusi ke dalam lumen. Dengan cara ini, pompa
basolateral secara aktif menginduksi sekresi netto K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam
lumen tubulus.

Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk
sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Fungsi dari jalur
sekresi ini, yaitu:

1. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah
mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organik
mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.

10
2. Mempermudah eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat difiltrasi.

3. Mengeliminasi senyawa asing dari tubuh.

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun


bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun,
yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi
urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun
lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.

Counter Current 8

Mekanisme pemekatan urine bergantung pada adanya kestabilan gradien peningkatan


osmolalitas sepanjang piramida medulla. Adanya gradien ini memungkinkan oleh kerja ansa
Henle sebagai countercurrent multiplier dan dipertahankan oleh kerja vasarekta sebagai
countercurrent exchanger. Sistem arus balik adalah suatu system dengan aliran masuk yang
berjalan sejajar, berlawanan arah, dan berdekatan dengan aliran keluar untuk jarak tertentu.hal
ini terjadi baik di ansa Henle maupun vasa rekta di medulla ginjal.

Kerja tiap ansa Henle sebagai countercurrent multiplier bergantung pada transportaktif
Na⁺ dan Cl⁻ yang keluar dari lumen pars asendens, permeabilitas yang tinggi terhadap air di
bagian tipis pars desendens, dan aliran masuk cairan tubulus distal.

Gradien osmotik dipiramid medulla tidak akan dapat dipertahankan bila Na⁺ dan ureun di
ruangan interstisial dikeluarkan oleh aliran darah. Zat-zat terlarut ini akan tertinggal di piramid
terutama karena kerja vasa rekta sebagai countercurrent exchanger . Zat terlarut akan bersifat
keluarpembuluh darah yang mengalirkan darah kekorteks untuk kemuian masuk kedalam
pembuluh yang turun menuju piramid. Sebaliknya, airakan berdifusi keluar pembuluh yang
berjalan kebawah (vasa rekta pars desendens) dan memasuki vasa rekta pars asendens yang
berpori. Oleh karena itu, zat-zat terlarut cendrung mengalami resirkulasi di medulla dan air
cendrung mengambil jalan pintas dan tidak melalui medulla, dengan demikian keadaan

11
hipertinisitas medulla dapat dipertahankan. Air yang direabsorpsi dari duktus koligentas didaerah
piramid juga akan diangkut oleh vasa rekta dan masuk dalam sirkulasi umum. countercurrent
exchange ini belangsung secara pasif; proses ini bergantung pada pergerakan air dan tidak dapat
mempertahankan gradien osmotic yang tinggi di piramid bila proses countercurrent multiplier di
ansa Henle tidak berlangsung.

Fungsi Homeostasis Ginjal 8

Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan


mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh system
pernapasan. Ginjal melaksanakan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, misalnya zat sisa metabolisme dan kelebihan garam / air,
sementara menahan zat yang bermanfaat bagi tubuh. Organ ini juga mampu mempertahankan
konstituen – konstituen plasma yang konsentrasinya dijaga dalam rentang sempit agar tidak
megganggu kehidupan walaupun pemasukan dan pengeluaran konstituen – konstituen tersebut
dari jalan lain sangat bervariasi. Berikut ini adalah cara – cara spesifik yang dilakukan ginjal
untuk membantu homeostasis:

Fungsi Regulasi

•Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektolit CES ( Cairan Ekstrasel ),
termasuk elektolit-elektolit yang penting untuk mengatur eksitabilitas neuromuskulus

•Ginjal berperan mempertahankan pH yang sesuai dengan mengeliminasi kelebihan H+ ( asam )


/ HCO3 ( basa ) dalam urin

•Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai untuk pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri dengan mengontrol keseimbangan garam dalam tubuh

•Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh yang penting untuk mempertahankan
osmolitas ( konsentrasi zat terlarut ) CES yang sesuai.

12
Fungsi Eksresi

Mengeksresikan produk – produk akhir, metabolisme dalam urin. Zat – zat sisa ini bersifat toksik
bagi tubuh apabila tertimbun. Ginjal juga mengeksresikan banyak senyawa asing yang masuk ke
dalam tubuh

Fungsi Hormonal

Ginjal mensekresikan eritropoiein, hormon yang merangsang produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan
kandungan O2 yang optimal di dalam darah lebih dari 98 % O2 dalam darah terikat ke
hemoglobin di dalam sel darah merah

Ginjal juga mensekresikan renin, hormon yang mengawali jalur renin angiotensin-oldosteron
untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus yang penting dalam pemeliharaan jangka panjang
volume plasma dan tekanan darah arteri

Fungsi Metabolisme

Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting penyerapan
Ca ++ dari saluran pencernaan, kalsium, sebaliknya memiliki banyak fungsi homeostatik.

Mekanisme Berkemih
Ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolik dan mengatur komposisi
cairan tubuh melalui tiga proses utama yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi
tubulus. Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma memnembus kapiler glomerulus masuk ke
ruang interstisium yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang disebut sebagai ruang
Bowman. Di glomerulus, sekitar 20% plasma secara terus-menerus disaring ke dalam ruang
Bowman. Komposisi filtrat ini sama dengan komposisi plasma, yang berbeda adalah molekul
protein biasanya tidak disaring. Filtrat awal berdifusi menembus ruang Bowman dan menuju
pangkal bagian tubulus, yaotu kapsula Bowman, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanannya
melewati bagian tubulus yang lain.7,10
Sebagian besar zat yang masuk ke tubulus di kapsula Bowman tidak menetap di tubulus.
Zat-zat tersebut mengalir (atau dialirkan) kembali ke darah melewati kapiler peritubulus melalui
proses reabsorpsi. Zat-zat yang lain ditambahkan ke filtrat urine, yang juga melewati kapiler

13
peritubulus, melalui proses sekresi. Melalui proses reabsorpsi dan sekresi inilah nefron
memanipulasi komposisi dan volume filtrat urine awal untuk menghasilkan urine akhir.10
Setelah terbentuk di ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (vesica
urinaria). Urin tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi. Kontraksi peristaltik
(mendorong maju) otot polos dinding ureter mendorong urin maju dari ginjal ke kandung kemih.
Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik, melewati dinding kandung kemih
beberapa sentimeter sebelum membuka ke dalam rongga kandung kemih. Sewaktu kandung
kemih terisi, ujung ureter di dalam dinding kandung kemih tertekan hingga menutup. Namun,
urin masih tetap dapat masuk karena kontraksi ureter menghasilkan cukup tekanan untuk
mengatasi resistensi dan mendorong urin melewati ujung yang tertutup.8

Berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh dua mekanisme:
refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam
dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung
hingga 250 sampai 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk
mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar
tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula
spinalis dan akhirnya, melalui antar neuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung
kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis
kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang
dibutuhkan untuk membuka sfingter internus; perubahan bentuk kandung kemih selama
berkontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter
eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan
urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.
Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal, mengatur pengosongan kandung
kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara
otomatis berkemih.8

Pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan akan keinginan untuk
berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternus secara refleks
melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan terjadi. Jika waktu refleks miksi tersebut

14
dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah
pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis.
Sebaliknya, pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi dinding
abdomen dan diafragma pernafasan. Peningkatan tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya
menekan kandung kemih ke bawah untuk mempermudah pengosongan.8

Komposisi dan Sifat Umum Urin


Komposisi urin yang normal terdiri dari senyawa nitrogen, klorida, sulfat, fosfat, oksalat,
mineral, vitamin, hormon, dan enzim. Senyawa nitrogen dalam urin diantaranya adalah urea,
kreatinin, asam urat, dan amoniak. Sementara urin yang abnormal mengandung protein, glukosa,
badan keton, bilirubin, eritrosit, hemoglobin, dan porfirin. Volume urin dewasa rata-rata antara
600-2500ml, dengan berat jenis 1,003-1,030. PH urin yang normal berkisar antara 4,7-8,0.
Makanan dan obat-obatan dapat mempengaruhi warna urin, tetapi normalnya berwanrna kuning
jernih. Bau urin khas, namun dapat berbeda-beda tergantung pada makanan yang dikonsumsi.11

Ringkasan

Ginjal adalah organ pembentuk urin yang berguna untuk membuang sisa-sisa zat dalam
tubuh manusia. Pada ginjal, terjadi beberapa mekanisme kerja yaitu filtrasi, reabsorbsi, sekresi,
transport aktif & pasif, dan dapat terjadi sistem counter current. Selain memproduksi urin, ginjal
juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh melalui fungsi regulasi,
ekskresi, hormonal dan metabolism. Urin yang berisi zat-zat yang sudah tidak berguna bagi
tubuh kemudian akan diekskresikan dari tubuh melalui ureter yang sebelumnya dapat ditampung
terlebih dahulu di vesika urinaria.

Daftar Pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2009.
2. Chung KW, Chung HM. Gross anatomy. 7th edition. Philadelphia: Lippincot
Williams&Wilkins; 2012.

15
3. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC; 2009.
4. Moore KL, Dalley AF, Agur AM. Moore clinically oriented anatomy. 7th edition.
Philadelphia: Lippincot Williams&Wilkins; 2014.
5. Junqueira LC, Carneiro J. Teks dan Atlas Histologi Dasar. Edisi ke-10. Penerbit buku
kedokteran EGC; 2007.
6. Eroschenko P. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2007.
7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2006.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.
10. Corwin, EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
11. Kusumahastuti, Rumiati F, Sumadikarya IK, Sumbayak EM, Winata H, Sutardhio H, et
al. Modul kuliah blok 10: traktus urogenitalis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana; 2016.

16

También podría gustarte