Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar i
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
DAFTAR ISI
Daftar Isi ii
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
LAMPIRAN............................................................................................................................. 1
Daftar Isi iv
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel v
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tabel 2 17. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan/Ha dan Rasio Jenis Kelamin menurut Desa di
Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2013 ........................................................................................ II-51
Tabel 2 18. Jumlah Penduduk, KK dan Rata-rata per KK Menurut Desa di Kecamatan Palabuhanratu ............ II-53
Tabel 2 19. Jenis-jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Palabuhanratu ............................................. II-53
Tabel 2 20. Pemahaman Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut di Pesisir Pantai
Karangsari....................................................................................................................................... II-55
Tabel 2 21. Sumber Informasi Responden Tentang Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut .............. II-56
Tabel 2 22. Pemahaman Responden Terhadap Manfaat Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ...................... II-57
Tabel 2 23. Adakah Lahan Responden Yang Terpakai oleh Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ? ............... II-58
Tabel 2 24. Tenaga Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2011 ................ II-62
Tabel 2 25. Sarana Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2011 ................. II-62
Tabel 2 26. Jumlah Rumah Sehat di Puskesmas Palabuhanratu Tahun 2012 ....................................................... II-63
Tabel 2 27. Jumlah Keluarga Memiliki Akses Air Bersih ...................................................................................... II-64
Tabel 2 28. Jumlah Sarana Air Bersih .................................................................................................................... II-64
Tabel 2 29. Jumlah Sarana Jamban ......................................................................................................................... II-65
Tabel 2 30. Jumlah Sarana Tempat Sampah ........................................................................................................... II-66
Tabel 2 31. Jumlah Sarana Pengelolaan Air Limbah ........................................................................................... III-66
Tabel 2 32. Kejadian 10 Penyakit Tertinggi ......................................................................................................... III-67
Tabel 3 1. Pembobotan Dampak Kegiatan Survey dan Perijinan Tahap Pra-Konstruksi Yang Berdampak Pada
Keresahan Masyarakat ................................................................................................................... III-5
Tabel 3 2. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembebasan Lahan Tahap Pra-Konstruksi Yang Berdampak Pada
Keresahan Masyarakat ................................................................................................................... III-6
Tabel 3 3. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembebasan Lahan Tahap Pra-Konstruksi Yang Berdampak Pada
Penurunan Pendapatan Masyarakat pedagang ............................................................................. III-7
Tabel 3 4. Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Kesempatan Kerja dan Berusaha ................................................................................................... III-9
Tabel 3 5 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Perubahan Tingkat Pendapatan tenaga kerja ............................................................................. III-10
Tabel 3 6 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Peningkatan Pendapatan Pedagang ............................................................................................ III-11
Tabel 3 7 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Keresahan Masyarakat ................................................................................................................. III-13
Tabel 3 8. Perkiraan Peningkatan Pencemar Udara Pada Kegiatan Konstruksi Mobilisasi Alat dan Bahan .... III-14
Tabel 3 9. Perkiraan Peningkatan Udara Pada Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan ......................................... III-15
Tabel 3 10 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Penurunan Kualitas Udara ........................................................................................................... III-16
Tabel 3 11 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Peningkatan Intensitas Kebisingan ............................................................................................. III-18
Daftar Tabel vi
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tabel 3 33 Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Peningkatan Sedimentasi .................................................................................................... III-47
Tabel 3 34 Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Terganggunya biota perairan .............................................................................................. III-49
Tabel 3 35. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Penurunan Pendapatan Nelayan ........................................................................................ III-50
Tabel 3 36. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Gangguan Aktifitas Pariwisata Pesisir ................................................................................ III-51
Tabel 3 37. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Timbulnya Keresahan Masyarakat ..................................................................................... III-52
Tabel 3 38. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Konstruksi yang Berdampak Pada Penurunan Kualitas Udara Ambien .................................... III-53
Tabel 3 39. Perkiraan Kualitas Udara Pada Kegiatan Kontruksi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional .......... III-54
Tabel 3 40 Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Penurunan Kualitas Udara .................................................................................................. III-55
Tabel 3 41. Pembobotan Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak Pada
Peningkatan Intensitas Kebisingan ............................................................................................. IV-56
Tabel 3 42. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Gangguan Kesehatan Masyarakat ....................................................................................... IV-57
Tabel 3 43 Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Penurunan Kunjungan Tamu Hotel ................................................................................... IV-58
Tabel 3 44 Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Gangguan Aktifitas Pariwisata Pesisir ................................................................................ IV-59
Tabel 3 45. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang Berdampak
Pada Timbulnya Keresahan Masyarakat ..................................................................................... IV-60
Tabel 3 46 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Terciptanya Kesempatan Kerja ......................................... IV-62
Tabel 3 47 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan Tenaga Kerja ............................ IV-64
Tabel 3 48 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan Pedagang .................................. IV-65
Tabel 3 49. Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Peningkatan Arus Lalulintas ............................................. IV-69
Tabel 3 50 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Peningkatan Kunjungan Tamu Hotel............................... IV-70
Tabel 3 51 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Penurunan Kualitas Air Laut ............................................ IV-71
Tabel 3 52 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Peningkatan Sedimenatsi dan Abrasi ............................... IV-79
Tabel 3 53 Pembobotan Dampak Kegiatan Operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Pada Tahap
Operasional Yang Berdampak Pada Gangguan Terhadap Plankton, Benthos dan Nekton ...... IV-80
Daftar Tabel ix
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 1. Peta Overlay Lokasi Proyek dengan Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Sukabumi........................ I-2
Gambar 1 2. Peta Overlay Lokasi Proyek dengan Peta Pola Ruang dan Stuktur Ruang Provinsi Jawa Barat ....... I-3
Gambar 1 3. Peta Pengembangan Fasilitas Pariwisata Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ................................. 6
Gambar 1 4. Dimensi kapal 1000 DWT .................................................................................................................... I-7
Gambar 1 5 Lokasi Pelabuhan Sukabumi.................................................................................................................. I-8
Gambar 1 6. GAMBAR LAYOUT Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ............................................................ I-11
Gambar 1 7. Peta Luas Areal Darat Pelabuhan Laut Pengumpan Regional .......................................................... I-12
Gambar 1 8. Peta Rencana Pengerukan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ................................................... I-13
Gambar 1 9. Peta Rencana Reklamasi Lahan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ........................................... I-14
Gambar 1 10. Neraca Air Pada Tahap Konstruksi .................................................................................................. I-19
Gambar 1 11. Lokasi Dumping Material Keruk ...................................................................................................... I-23
Gambar 1 12. Urugan Pasir dan Geobag ................................................................................................................. I-25
Gambar 1 13. Pekerjaan Secant Pile ........................................................................................................................ I-25
Gambar 1 14. Gambar Pemancangan ...................................................................................................................... I-26
Gambar 1 15. Pekerjaan Penyambungan Tiang Pancang Baja di Laut .................................................................. I-26
Gambar 1 16 Pekerjaan Pemotongan Tiang Pancang ............................................................................................. I-26
Gambar 1 17 Tiang Pancang Yang Telah Terpasang .............................................................................................. I-27
Gambar 1 18 Pekerjaan HDPE dan Perlindungan Katodik .................................................................................... I-27
Gambar 1 19. Pemasangan Bekisting Untuk Pile Cap ............................................................................................ I-28
Gambar 1 20. Pemasangan Bekisting Untuk Block Fender & Capping Balok ....................................................... I-28
Gambar 1 21. Potongan Pondasi Crane Dermaga ................................................................................................... I-29
Gambar 1 22. Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai di Dermaga 3 ............................................................................. I-30
Gambar 1 23. Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai di Dermaga 1 dan 2 ................................................................... I-30
Gambar 1 24. Pekerjaan Pemasangan Fender di Dermaga ..................................................................................... I-31
Gambar 1 25. Pekerjaan Pemasangan Bollard di Dermaga .................................................................................... I-31
Gambar 1 26. Proses Pengeboran Dead Anchor ..................................................................................................... I-32
Gambar 1 27. Proses Pemasangan Tulang Beton Pengisi Tiang ............................................................................. I-32
Gambar 1 28. Pekerjaan Pengerukan ...................................................................................................................... I-33
Gambar 1 29. Neraca Penggunaan Air .................................................................................................................... I-37
Gambar 1 30. Peta Situasi Sekitar............................................................................................................................ I-45
Gambar 1 31. Diagram Alir Tahap Pra Konstruksi ................................................................................................. I-62
Gambar 1 32. Diagram Alir Tahap Konstruksi (1) .................................................................................................. I-63
Gambar 1 33. Diagram Alir Tahap Konstruksi (2) .................................................................................................. I-64
Daftar Gambar x
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Daftar Gambar xi
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Gambar 2 32. Jenis-jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Palabuhanratu ......................................... II-54
Gambar 2 33. Prosentase Pemahaman Responden Terhadap Rencana Kegiatan ................................................. II-55
Gambar 2 34. Sumber Informasi Responden ......................................................................................................... II-56
Gambar 2 35. Prosentase Pendapat Responden Tentang Manfaat Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ....... II-57
Gambar 2 36. Prosentase Lahan Responden Yang Terkena Proyek ..................................................................... II-58
Gambar 2 37. Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ................ II-60
Gambar 2 38. Kekhawatiran Responden Lainnya Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut .II-60
Gambar 2 39. Jenis Pekerjaan dan Peluang Usaha Yang Diminati Responden .................................................... II-61
Gambar 2 40. Diagram Presentase Rumah Sehat...................................................................................................II-63
Gambar 2 41. Diagram Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih ....................................................................... II-64
Gambar 2 42. Diagram Keluarga yang Memiliki Sarana Air Bersih ..................................................................... II-65
Gambar 2 43. Diagram Keluarga yang Memiliki Sarana Jamban .......................................................................... II-65
Gambar 2 44. Diagram Keluarga yang Memiliki Sarana Tempat Sampah ............................................................ II-66
Gambar 2 45. Diagram Keluarga yang Memiliki Sarana SPAL ............................................................................. II-66
Gambar 3 1. Pola Arus Perairan Karang Sari saat Pasang ................................................................................... III-72
Gambar 3 2. Pola Arus Perairan Karang Sari saat Surut ...................................................................................... III-73
Gambar 3 3. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat dalam kurun waktu 10 tahun ............................ III-74
Gambar 3 4. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Daya dalam kurun waktu 10 tahun .................. III-75
Gambar 3 5. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Laut dalam kurun waktu 10 tahun ................... III-76
Gambar 3 6. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Selatan dalam kurun waktu 10 tahun......................... III-77
Gambar 3 7. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Tenggara dalam kurun waktu 10 tahun ..................... III-78
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan I-1
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Gambar 1 1. Peta Overlay Lokasi Proyek dengan Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I-2
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Gambar 1 2. Peta Overlay Lokasi Proyek dengan Peta Pola Ruang dan Stuktur Ruang Provinsi Jawa Barat
Pendahuluan I-3
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I-4
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I-5
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I-6
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Dermaga yang akan dibangun diperuntukan bagi Kapal berbobot 1000 DWT dan
kurang dari 3000 DWT. Pelabuhan ini dibangun diperuntukkan untuk mobilisasi orang
untuk kebutuhan mobilisasi pariwisata. Panjang dermaga 70 m untuk satu kapal dengan
konstruksi beton dengan kedalaman -5 m LWS. Dimensi kapal 1000 DWT dapat dilihat
pada gambar berikut:
Pada tabel berikut standart dermaga kapal 1000 DWT yang akan digunakan dalam
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
Tabel 1 2. Pembangunan dermaga kapal 1000 DWT
Item
Ukuran Panjang 140 m
Lebar 8m
Balok 400x700
Precast Ukuran:
-Standar 3660x900x175
-Tipe B 3660x900x175
Tiang Pancang o 457.2 dan o 508
Kepala Tiang Tipe 1 1600x1200x1000
Tipe 2 dan 3 1200x1200x800
Boliard 25 Ton
Bi 15 Ton
Cleat Min (1800x150x150)
Min (2000x250x150)
Sumber : Masterplan dan DED Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, Pelabuhan Ratu, 2012
- Semua tulangan baja merupakan BJTD 40
- Standart kekuatan beton K-300
- Slump 7-10 cm (SNI 1972-2008)
- Tulangan deformed 400 Mpa, Rouded 240 Mpa (SNI 07-2052-2002, JIS G 3112, ASTM A 615)
- Semen kelas V atau sejenis (SNI 15-2049-2004)
Pendahuluan I-7
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I-8
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jenis bangunan yang direncanakan terbagi menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
Pendahuluan I-9
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tahap 2
a) Panjang dermaga direncanakan sepanjang 140 m
b) Kolam pelabuhan dikerukan dengan jari-jari 75 m dan dikeruk hingga kedalaman -5
m LWS
c) Pekerjaan Dinding Penahan Tanah dan Revetment
Tahap 3
a) Panjang pemecah ombak direncanakan sebanyak 2 buah pada sisi kanan dan kiri
dermaga
b) Pekerjaan Dinding Penahan Tanah dan Revetment
Tahap 4
a) Panjang dermaga direncanakan sepanjang 140 m
b) Kolam pelabuhan dikeruk hingga kedalaman -5 m LWS
c) Pekerjaan urugan tanah untuk akses jalan di dermaga sepanjang 500 m dengan lebar
6 m dan tebal urugan tanah 5 m
d) Pekerjaan Dinding Penahan Tanah dan Revetment
Pendahuluan I - 10
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 11
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 12
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 13
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 14
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 15
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
2) Tahap Konstruksi
luar.
Perekrutan tenaga kerja konstruksi akan mengacu pada Undang-undang RI Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penerimaan tenaga kerja akan di
prioritaskan dari wilayah sekitar dan disesuaikan dengan kualifikasi tenaga kerja
yang dibutuhkan serta tenaga kerja yang tersedia di wilayah sekitar. Setelah
pekerjaan konstruksi selesai, maka akan terjadi pelepasan tenaga kerja pada
akhir tahap konstruksi ini. Pengurangan tenaga kerja dilakukan secara
bertahap sesuai dengan progres pekerjaan. Perkiraan jumlah tenaga kerja dan
keahliannya disajikan pada tabel berikut.
Pendahuluan I - 16
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Kebutuhan Kualifikasi
No Keahlian
(orang)
1 Manager Proyek 1 S1
2 Tukang Kayu dan Tukang Besi 10 SD/SMP
3 Tukang Batu 10 SD/SMP
4 Tukang Listrik 2 SD/SMP
5 Buruh 15 SD/SMP
6 Operator Mesin/Alat Berat 28 SMA/SMK
7 Tukang Cat 3 SD/SMP
8 Tenaga ahli arsitek 2 S1
9 Tenaga ahli teknik sipil 2 S1
Total 73
Sumber : Dinas perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2013
Base Camp tersebut direncanakan dapat menampung sekitar 73 pekerja baik untuk
tempat tinggal dan kantor proyek. Guna menunjang kegiatan maka kontraktor
pelaksana akan menyediakan air bersih, MCK, tempat sampah, dan fasilitas lainnya
yang menunjang pekerjaan konstruksi.
Pendahuluan I - 17
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
TOTAL
JUMLAH KEBUTUHAN
NO. JENIS KEGIATAN JUMLAH KEBUTUHAN
JIWA (L/Orang/Hr)
AIR (m3)
1. Project Office
Project Manager, HRD Staff, 1 10 1) 0,01
ADM Staff dan Security
2. Site Office
Site Coordinator dan 4 10 1) 0,04
Engineering Staff
3. Staf Pelaksana
Pelaksana, Surveyor dan Ass. 2 10 1) 0,02
Surveyor
4. Pekerja
Mandor, Tukang, Operator, 66 2) 80 5,28
Mekanik dan Helper
5. Campuran Konstruksi 1 - 15.000 15
6. Mencuci Ban Mobil 1 - 1.500 1,5
Kebutuhan Lain (penyiraman 1 - 3.000 3
7.
dan lainnya)
Total 24,85
Sumber : Analisis Penyusun, 2013
1) Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996; (10 L/pegawai/hari)
2) Kebutuhan air bersih, dikurangi tenaga kerja lokal 123 orang (20%)
Untuk kebutuhan air pada tahap konstruksi diperkirakan maksimum akan membutuhkan
air sebesar 24,85 m3/hari dengan volume air limbah yang dihasilkan 19,48 m3/hari, yang
akan menggunakan air dari air permukaan yang ada dan atau sumur yang ada di sekitar
lokasi kegiatan.
Pendahuluan I - 18
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Mencuci Ban
Mobil Terbuang Q = 1,5 m3/hari
1,5 m3/hari
Menyerap ke tanah
Q = 2,4 m3/hari
Kebutuhan Lain
3,0 m3/hari
Melimpas Q = 0,6 m3/hari
Base camp tersebut direncanakan dapat menampung sekitar ± 73 orang pekerja baik untuk
tempat tinggal dan kantor proyek maupun kegiatan perbengkelan. Untuk itu base camp
dilengkapi dengan MCK dengan unit biofilter, tempat penampungan sampah sementara/TPS
untuk limbah dari kegiatan sehari-hari dan TPS Limbah B3 untuk limbah dari kegiatan
pemeliharaan peralatan kendaraan/pertukangan, seperti oli bekas dan accu. Penanganan limbah
B3 akan di kerjasamakan dengan Pihak ke 3 yang telah berijin dari KLH.
Pendahuluan I - 19
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Untuk besaran limbah padat domestik yang dihasilkan dari kegiatan operasional base camp
selama tahap konstruksi berlangsung adalah sebesar 537,25 liter/hari. Pengangkutan sampah
akan bekerjasama dengan dinas kebersihan setempat
1. Traktor 5
2. Dump Truck 15
3. Buldoser 3
4. Excavator / Backhoes 5
5. Transit mixers 9
6. Generator 1
7. Cutter section dredger 1
8. Tronton 2
Sumber : Dinas perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2013
Material yang akan dimobilisasi adalah tanah timbunan, pasir, kerikil, batu gunung,
besi beton, kawat, dan tiang pancang.
Pendahuluan I - 20
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 21
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
yang besar dihancurkan kemudian dihisap dengan pipa hisap), setelah itu dibawa ke lokasi
dumping (pembuangan). Setelah selesai maka material keruk dibiarkan mengendap didasar
laut baru kemudian screen dilepas. Pengerukan dilakukan karena kedalaman kolam tidak
memenuhi kedalaman yang diperlukan sesuai jenis kapal. Penggunaan screen dilakukan
agar material keruk terperangkap di sepanjang areal kerja pengerukan saja dan perairan di
sekitar pengerukan tetap jernih. Material keruk di perairan Sukabumi berupa pasir gembur
yang mudah mengendap.
Agar kapal 1000 DWT dengan panjang 70 m dapat melakukan sandar dengan baik dan
aman, maka diperlukan 5 buah breasting dolphin dengan jarak antar breasting
sepanjang 15 m. Masing-masing breasting dolphin dilengkapi sistem fender yang
terdiri dari frontal frame dan dua unit fender cell, serta 1 buah bollard. Sedangkan
mooring dolphin cukup diperlukan 2 buah, mengingat kecepatan arus maupun
gelombang cukup tinggi. Mooring dolphin hanya dilengkapi 2 buah bollard. Baik
breasting dolphin maupun mooring dolphin direncanakan terbuat dari blok beton
bertulang yang menumpu pada tiang-tiang pancang. Sebagai penghubung antara
masing-masing struktur, dibuat konstruksi tambahan berupa catwalk yang berfungsi
untuk lalu lintas bagi petugas tambat tali kapal.
Konstruksi penghubung dermaga berfungsi sebagai penghubung antara areal darat
pelabuhan dengan dermaga. Konstruksi ini dapat berupa trestle, causeway atau
kombinasi antara trestle dan causeway. Konstruksi penghubung yang dipilih adalah
kombinasi antara trestle dan causeway. Konstruksi trestle direncanakan sepanjang 14
m dengan lebar 5 m terbuat dari plat beton bertulang menumpu pada tiang -tiang
pancang.
Pembuangan Materi Keruk/ Lokasi dumping
Lokasi dumping di rencanakan akan menggunakan area dumping yang telah
dikoordinasikan dengan instansi terkait, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
: 392/Kpts/IK.120/4/99 Tentang Jalur-Jalur Penangkapan Ikan seperti disajikan dalam
Tabel 2, lokasi pembuangan material keruk berada pada Jalur 1, yaitu :
Perairan pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut yang terendah sampai
dengan 3 (tiga) mil taut, kapal yang diperbolehkan : Alat Penangkap Ikan yang
menetap, tidak menetap yang tidak dimodifikasi; dan/atau Kapal Perikanan tanpa
motor dengan ukuran panjang keseluruhan tidak lebih dari 10 m
Pendahuluan I - 22
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Perairan pantai di luar 3 (tiga) mil laut sampai dengan 6 (enam) mil laut. Kapal yang
Pendahuluan I - 23
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
o Pemasangan geobag dan urugan pasir pertama untuk penahan pekerjaan secant pile.
o Pekerjaan pertama adalah pemasangan geobag kira-kira dua atau tiga tumpukan,
kemudian dilanjutkan dengan urugan pasir.
o Pekerjaan tersebut dilakukan berulang – ulang atau lapis per lapis sampai elevasi
rencana yang diinginkan tercapai
o Pekerjaan selanjutnya adalah urugan pasir, pemasangan geotextile dan pemasangan
geobag untuk dermaga
Pendahuluan I - 24
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
o Pemancangan dilakukan di atas ponton service, tiang baja yang digunakan berdiameter
812mm dan tebal 16mm.
Pendahuluan I - 25
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
o Penyambungan bisa dilakukan di darat (workshop) atau di laut dengan cara pengelasan.
o Mobilisasi pancang menggunakan crane dan tiang ponton service.
Pendahuluan I - 26
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
F. Pekerjaan Beton
Pendahuluan I - 27
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Balok
o Pekerjaan ini terdiri atas balok memanjang, balok melintang, block fender dan capping
balok
o Urutan pekerjaan untuk balok adalah pemasangan perancah, bekisting, dilanjutkan
dengan pemasangan tulangan, pengecoran dan finishing
Gambar 1 20. Pemasangan Bekisting Untuk Block Fender & Capping Balok
Pendahuluan I - 28
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pondasi Crane
o Pekerjaan ini terdiri atas pekerjaan pondasi, pile cap, dan balok crane
o Pondasi yang digunakan bore pile berdiameter 880mm sedalam 15m dengan tulangan,
proses yang dilakukan sama dengan primary pile
o Pile cap di atas proses dipasang bore pile, pekerjaannya sama dengan pekerjaan pile cap
sebelumnya
o Balok crane dipasang di atas pile cap memanjang sisi pelabuhan, proses pekerjaannya
sama dengan pekerjaan balok sebelumnya
Pelat Lantai
o Pekerjaan ini dilakukan dengan cara cor di tempat dengan ketebalan 40 cm.
o Adapun urutan pekerjaan plat lantai ini adalah sebagai berikut:
1. Rangkai besi tulangan sesuai gambar desain
2. Pemasangan bekisting di sisi yang akan dicor
3. Letakkan beton tahu pada sisi yang akan dicor
4. Letakkan besi tulangan di atas beton tahu
5. Pengecoran dan finishing
Pendahuluan I - 29
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 30
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
I. Dead Anchor
Pendahuluan I - 31
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 32
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
o Pekerjaan ini dilakukan dari capping beam sampai dengan 10m jarak miring dari elevasi
tanah keras
o Pekerjaan pertama adalah pengeboran dari arah capping beam sampai ke tanah keras
o Setelah itu dilakukan pemasangan kabel tendon anchor dan grouting di dasar anchor
o Ujung anchor di capping beam dikunci dan dilakukan penarikan (stressing) di atas plat
distribusi.
o Merakit dan memasang tulangan di depan ujung anchor kemudian dilanjutkan dengan
pengecoran dan finishing.
o Langkah pertama adalah melakukan pengukuran untuk menentukan elevasi dasar sea
bed. Pengukuran juga dilakukan selama pengerukan dan sesudah pengerukan untuk
kontrol kedalaman dari elevasi yang direncanakan
o Pengerukan dilaksanakan dengan unit Trailing suction hopper dredger untuk
kemudian dibuang ke dumping area yang sudah ditentukan.
o Sebuah Trailing Suction Hopper Dredger atau TSHD menyeret pipa penghisap ketika
bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung
(hopper) di dalam kapal. Ketika penampung sudah penuh, TSHD akan berlayar ke
lokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui pintu yang ada di bawah
kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal.
Pendahuluan I - 33
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3) Tahap Operasional
a) Penerimaan Tenaga Kerja
Untuk mendukung operasional Pelabuhan Laut Pengumpan Regional maka
dibutuhkan ± 35 orang karyawan dengan posisi sebagai manajer, operator,
administrasi dan keamanan. Tenaga kerja tersebut akan mendapat upah sesuai
Pendahuluan I - 34
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
dengan jenis pekerjaan dan keahliannya. Sistem penggajian bagi tenaga kerja
adalah sistem bulanan atau kontrak sesuai peraturan yang ditetapkan manajemen
perusahaan.
Tabel 1 8. Perkiraan Kebutuhan (orang) Berdasarkan Keterampilan Selama Tahap Operasional
No Keahlian Kebutuhan (orang) Kualifikasi
1 Enginer 2 Sarjana
2 Teknisi 4 SMA/SMK
3 Tenaga Pembantu 8 SMA/SMK
Teknisi
4 Administrasi 2 SMA/SMK
5 Security 4 SMP/SD
6 Tenaga Pekerja lainnya 15 SMA/SMP/SD
Jumlah 35 -
Sumber : Dinas perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2013
Pendahuluan I - 35
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 36
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Septik Tank
Pertokoan
0,23 m3/hari 2,02
2,25 m3/hari
m3/hari
Septik Tank
Air Tanah Gudang tertutup 0,02 m3/hari
0,2 m3/hari 0,18
Dangkal 51,21
m3/hari
m3/hari
5,4 m3/hari
Rumah dinas
6 m3/hari
Keterangan :
Air Bersih
Air Limbah Domestik
* Air limbah domestik sebesar 80 % (grey water) akan dialirkan ke bak sedimentasi dan 20 %
(black water) dialirkan ke tangki septik
** Apabila terjadi kebakaran, penggunaan air bersih akan digunakan seluruhnya untuk hidran
Pendahuluan I - 37
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 38
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Untuk mereduksi/ memanfaatkan sampah dari jenis organik akan dikelola dengan
menyediakan sarana komposting. Sementara sampah yang bersifat anorganik yang
masih bernilai ekonomis dijual ke pihak ketiga (pengumpul) dan yang tidak
bernilai ekonomis akan diangkut oleh truk Dinas Kebersihan Kabupaten Sukabumi
ke TPA.
Sampah-sampah yang dihasilkan oleh kegiatan pelabuhan baik dari bongkar muat
barang maupun naik turunnya penumpang dilakukan dengan cara pengumpulan
pada wadah, penampungan sementara dan pengangkutan ke TPA. Pengelola
kebersihan dan sampah di Pelabuhan ini dilakukan oleh pengelola pelabuhan.
Sampah yang akan dihasilkan dari Kawasan Pelabuhan ini terdiri dari sampah
domestik dari kegiatan pembersihan kapal serta kegiatan penunjangnya.
Energi Listrik
Jaringan listrik merupakan salah satu sarana utilitas yang sangat diperlukan untuk
operasionalisasi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ini. Bangunan Gardu
Distribusi Listrik tegangan rendah 220/380 Volt dibangun di beberapa titik sesuai
dengan keperluan daya. Dibutuhkan Gardu Distribusi bermuara pada Gardu
Hubung yang merupakan awal interconnecting dengan PLN. Penyediaan genset
bila PLN mengalami gangguan ketersediaannya juga akan dilakukan, genset yang
disediakan oleh pengelola hanya digunakan untuk unit mesin pompa pada sistem
hidran (untuk tanggap darurat bila terjadi kebakaran).
Pendahuluan I - 39
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
2. Menegaskan kepada pihak kapal/tug boat/barge agar pada saat sandar di dermaga
tidak diperbolehkan berhimpitan yang mengakibatkan alur pelayaran menjadi
tertutup/sempit.
3. Menegaskan kepada plak kapal/tug boat/barge agar membunyikan klakson (horn)
pada saat akan melewati tikungan dan kecepatan maksimum laju ponton < 6
(enam) knot.
4. Menegaskan kepada pihak kapal/tug boat/barge agar semua ABK dilarang
membuang kotoran minyak, sampah dan mencuci ponton di sepanjang sungai dan
disekitar dermaga.
5. Menegaskan kepada pihak kapal, khususnya kapal motor (KM) agar pada saat air
surut supaya mengendorkan tali tambat bagian belakang kapal untuk menghindari
kemiringan kapal yang dapat mengakibatkan kapal rebah/ tenggelam.
6. Memonitor pemasangan rambu rambu lalu lintas pelayaran di daerah daerah
berbahaya yang dipasang oleh pihak pelabuhan setiap 4 bulan sekali.
7. Menyediakan dan menggunakan perlengkapan pelayaran yang baik di area
dermaga.
Pemeliharaan dermaga dan pengerukan di alur pelayaran/kolam pelabuhan adalah
kegiatan yang mutlak diperlukan. Ini berkaitan dengan kelancaran operasi atau kerja
pelabuhan secara menyeluruh. Berkaitan dengan hal ini maka dampak yang
ditimbulkan dimungkinkan berupa padatan beserta bahan-bahan yang sebelumnya
telah terakumulir.
Pendahuluan I - 40
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tabel 1 11. Jadwal Kegiatan (tentatif) Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
Bulan Ke
No Tahapan Kegiatan
0-6 7-12 13-18 19-24 25-36 36-dst
I Prakonstruksi
1 Pemilihan lokasi
2 Pengurusan perizinan
3 Sosialisai&konsultasi publik
II Konstruksi
1 Pengurugan (reklamasi)
2
Konstruksi prasarana dasar,
sarana produksi dan sarana
penunjang/pendukung
III Operasi
1 Operasional Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional
Sumber : Dinas perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2013
1.3. Kegiatan-Kegiatan yang Ada di Sekitar Rencana Lokasi Beserta Dampak-Dampak yang
Ditimbulkannya Terhadap Lingkungan Hidup
Berbagai kegiatan yang ada di sekitar lokasi kegiatan beserta dampaknya terhadap
lingkungan hidup adalah:
a. Pemukiman
Pemukiman terdekat adalah Kelurahan Palabuhanratu yang terletak di sebelah utara
dari rencana kegiatan. Sebagian wilayah Kampung tersebut merupakan daerah pesisir.
Keberadaan lokasi rencana pelabuhan tidak jauh dari pemukiman tersebut dapat
memberikan dampak berupa peluang kerja dan usaha bagi penduduk sekitar.
b. Pelabuhan Lain
Selain dermaga Pelabuhan Laut Pengumpan Regional yang akan dibangun, di kawasan
Palabuhanratu terdapat pelabuhan dengan Kegiatan bongkar muat hasil perikanan dan
bahan baku industri. Pelabuhan ini juga digunakan sebagai tempat bongkar muat pelayaran
rakyat muatan komoditi kebutuhan pokok. Jarak pelabuhan ini dengan rencana kegiatan
berjarak sekitar + 1 km
c. Perikanan
Kegiatan perikanan di daerah perairan sekitar Pelabuhanratu meliputi usaha penangkapan
ikan secara tradisional/bukan budidaya. Hasil perikanan di pesisir Palabuhanratu bertujuan
Pendahuluan I - 41
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
subsisten yaitu untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan dalam bentuk skala kecil.
Sedangkan untuk penangkapan ikan oleh nelayan harus menempuh jarak jauh dari teluk
Palabuhanratu.
d. PLTU
adanya operasional PLTU di Palabuhanratu yang mensuplai listrik Jawa Bali berada di
sebelah barat dari lokasi pelabuhan yang akan dibangun. Kegiatan lalulintas kapal tongkang
yang membawa batubara untuk operasional PLTU sudah disesuaikan dengan alur pelayaran
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional. Jarak antara lokasi PLTU dengan rencana kegiatan
berjarak sekitar + 2 km
e. Hotel dan Penginapan
Sebagai daerah kunjungan wisata pantai, tidak lengkap kiranya apabila tidak ditunjang
dengan adanya beberapa fasilitas pendukung wisata lainnya seperti hotel dan penginapan.
Di Palabuhanratu terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan fasilitas yang cukup
baik, dilengkapi dengan area parkir yang luas dan berlokasi disekitar pantai. Jarak yang
relatif dekat pantai ini membawa daya tarik tersendiri bagi pengunjung domestik maupun
mancanegara. Beberapa Hotel yang berada di sekitar Palabuhan ratu diantaranya adalah :
Inna Samudra Beach Hotel , Augusta Hotel, Pondok Dewata, Padi-padi Resort, Desa Resort,
Ocean Queen Resort, Wisma Putera, Laut Kidul, Gunung Mulia, Karangnaya, Bukit Indah,
Mahkota Pantai, Bunga Ayu, Witama, Batu Alam, Mahesa Indah, Wisma Sederhana,
Karangsari, Simpang Pojok, Rengganis, Martha Indah, Karang Laut, Goa Lalay, Sindang
Laut, Bukit Ratu, Pantai Mutiara, P Wisma Tenang, Mustika Ratu, Bumi Pasundan, Villa
Pondok Kencana, Kumala Samudera Indah, Griya MM, Andreas, Daun daun, Alwina,
Karang Hawu Permai, Kuda Laut, Villa Amanda Ratu, Bayu Amarta Resort, Bukit Indah
Bungalows, Cleopatra Hotel, Di Desa Resort, Hotel Kumala Samudra Indah, Karangsari
Hotel dan beberapa penginapan lain yang berada di kawasan wisata pantai Palabuhanratu.
Hotel yang sangat berdekatan dengan lokasi kegiatan yaitu Hotel Karangsari yang akan
terkena dampak langsung baik negatif pada saat konstruksi ataupun positif pada saat
operasional.
f. Restoran, Rumah Makan dan Cafe
Fasilitas pendukung wisata pantai lainnya di Palabuhanratu berupa restoran, rumah makan
dan Cafe yang dapat memanjakan lidah penikmat kuliner dengan ciri khas makanan
berbahan dasar ikan laut, beberapa tempat makan yang menjadi rujukan turis domestik
Pendahuluan I - 42
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
maupun mancanegara seperti : Ombak Tujuh Pub, Baraya Rumah Makan, Bundo Rumah
Makan, Ratu Minang, Sanning Asih, Mirah Sari, Katineung Rasa, Puri Surya Rawakalong,
Ratu Rasa Resto, RM. Cempaka Ratu dan rumah makan lainnya bernuansa makanan Cita
rasa tradisional khas Jawa Barat.
g. Rumah Sakit dan Klinik
Fasilitas Kesehatan yang berada di Kelurahan Palabuhanratu berupa Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Palabuhan Ratu yang terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 2. Selain
RSUD ada pula Puskesmas dan Klinik yang terletak di Kecamatan Palabuhan Ratu.
Pendahuluan I - 43
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 44
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 45
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 46
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Survey lapangan & Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya Keresahan di masyarakat antara lain terjadi akibat dari kekhawatiran terhadap proses survey lapangan dan Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 1 Tahun sesuai
Perijinan Keresahan perijinan yang akan menyangkut pembebasan lahan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
Masyarakat keresahan masyarakat dianggap dampak penting hipotetik. DPH Kecamatan Tahap Survey
Terdapat beberapa pedagang eksisting yang berdaganng di lokasi kegiatan (point 2) Palabuhanratu lapangan &
Tidak Ya Tidak Tidak Perijinan.
2 Pembebasan Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya Pada pelaksanaan pengadaan lahan, terutama keberatan terhadap hasil penetapan dan pemberian ganti Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 1 Tahun sesuai
Lahan Keresahan kerugian diperkirakan akan dapat menyebabkan terjadinya persepsi negatif masyarakat terhadap proyek yang dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
Masyarakat dapat mengganggu berjalannya proyek. Keresahan di masyarakat antara lain terjadi akibat dari kekhawatiran DPH Kecamatan Tahap Survey
terhadap proses pembebasan lahan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga keresahan Palabuhanratu lapangan &
masyarakat dianggap dampak penting hipotetik. Perijinan.
Terdapat beberapa pedagang eksisting yang berdaganng di lokasi kegiatan (point 2)
Tidak Ya Tidak Tidak
Tidak Ada Sosial Ekonomi Penurunan Pada saat pembebasan lahan, pedagang-pedagang yang sebelumnya berjualan di lokasi kegiatan akan menutup Merupakan dampak potenisal yang harus Di lokasi 1 Tahun sesuai
Pendapatan usaha mereka untuk sementara yang akan menurunkan pendapatan masyarakat pedagang di lokasi kegiatan. dikaji kegiatan yang dengan lamanya
Masyarakat Terdapat beberapa pedagang eksisting yang berdaganng di lokasi kegiatan (point 2) DPH merupakan Tahap Survey
pedagang Terdapat kekhawatiran masyarakat pedagang lain yang berada di luar lokasi kegiatan (Point 3) Kelurahan lapangan &
Tidak Ya Ya Tidak Palabuhanratu Perijinan.
TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Tenaga Tidak Ada Sosial Ekonomi Timbulnya Peluang Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan tahap kontruksi berpotensi membuka kesempatan kerja dan berusaha Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 6 bulan sesuai
Kerja Kerja & Usaha secara langsung maupun tidak langsung sebagai multiplier effect dan akan mempengaruhi meningkatkan dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
pendapatan penduduk. Peluang kerja yang diciptakan dari kegiatan mobilisasi tenaga kerja tahap konstruksi DPH Kecamatan Tahap mobilisasi
dengan Rencana kebutuhan tenaga kerja tahap kontruksi sekitar 73 orang. merupakan dampak positif bagi Palabuhanratu tenaga kerja.
masyarakat sekitar.
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan
konstruksi (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap konstruksi (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Sosial Ekonomi Peningkatan Pengadaan tenaga kerja non skill untuk kegiatan tahap kontruksi berpotensi akan mempengaruhi pendapatan Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 6 bulan sesuai
PendapatanTenaga penduduk secara langsung maupun tidak langsung sebagai multiplier effect. Apabila melihat jenis kegiatan dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
Pendahuluan I - 46
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Kerja konstruksi yang akan dilakukan, maka tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus dapat dipenuhi DPH Kecamatan Tahap mobilisasi
dari masyarakat setempat. Sedangkan keberadaan tenaga kerja pendatang dan berbagai kebutuhan selama Palabuhanratu tenaga kerja.
kegiatan akan membuka peluang berusaha bagi penduduk setempat. Dampak yang ditimbulkan adalah
kesempatan kerja, karena terbukanya peluang kerja bagi masyarakat setempat, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan mereka. Dampak dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan
konstruksi (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap konstruksi (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Sosial Ekonomi Peningkatan keberadaan tenaga kerja pendatang dan berbagai kebutuhan selama kegiatan akan membuka peluang berusaha Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 6 bulan sesuai
Pendapatan bagi penduduk setempat. Dampak yang ditimbulkan adalah peningkatan pendapatan pedagang, karena dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
Pedagang kebutuhan untuk tenaga kerja luar akan di bantu oleh pedagang-pedagang di lokasi kegiatan, sehingga dapat DPH Kecamatan Tahap mobilisasi
meningkatkan pendapatan mereka. Dampak dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik. Palabuhanratu tenaga kerja.
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan
konstruksi (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap konstruksi (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Sosial Budaya Sikap dan Persepsi Sikap dan persepsi masyarakat akan timbul akibat tidak diprioritaskan tenaga kerja lokal, dan kegiatan Bukan dampak potenisal yang harus dikaji Kelurahan 6 bulan sesuai
masyarakat kontruksi yang lokasinya berdekatan dengan permukiman penduduk. Dampak dikategorikan penting hipotetik TDPH Palabuhanratu dengan lamanya
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak Kecamatan Tahap mobilisasi
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan Palabuhanratu tenaga kerja.
konstruksi (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap konstruksi (point 3)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak Ada Sosial Budaya Keresahan Keresahan yang timbul di masyarakat akibat tidak diprioritaskan tenaga kerja lokal, dan kegiatan kontruksi Merupakan dampak potenisal yang harus Kelurahan 6 bulan sesuai
Masyarakat yang lokasinya berdekatan dengan permukiman penduduk. Dampak dikategorikan penting hipotetik dikaji Palabuhanratu dengan lamanya
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak DPH Kecamatan Tahap mobilisasi
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan Palabuhanratu tenaga kerja.
konstruksi (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap konstruksi (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Pendahuluan I - 47
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
2 Mobilisasi Alat Tidak Ada Kimia Fisik Penurunan Kualitas Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi akan melibatkan berbagai perlatan berbahan bakar Berdasarkan pengamatan secara visual, Dilokasi 1 Tahun sesuai
dan Bahan udara ambien minyak seperti buldozer, excavator, backhoe, traktor dan truk, sehingga akan mengemisikan gas buang. Emisi tingginya aktivitas lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan dan dengan lamanya
gas buang akan menyebabkan penurunan kualitas udara akibat meningkatnya zat pencemar seperti SO2, akan mempengaruhi penurunan kualitas Kelurahan Tahap Mobilisasi
NO2dan CO serta meningkatnya debu lokal akibat serpihan tanah yang tertiup angin.Kegiatan yang potensial udara ambien Palabuhanratu Alat dan Bahan.
yaitu menyebabkan peningkatan kandungan debu lokal khususnya pada musim kemarau, jalur pengangkutan DPH secara umum
yang melewati kawasan pemukiman penduduk. Oleh karena itu maka dampak dapat dikategorikan dampak
penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, akan melibatkan berbagai perlatan seperti traktor, Berdasarkan pengamatan secara visual, Dilokasi 1 Tahun sesuai
Intensitas buldozer, excavator, backhoe, loader dan truk, sehingga akan meningkatkan intensitas kebisingan, terutama tingginya aktivitas lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan dan dengan lamanya
Kebisingan pada jalur pengangkutan yang melewati kawasan pemukiman penduduk. Peningkatan intensitas kebisingan akan mempengaruhi peningkatan kebisingan Kelurahan Tahap Mobilisasi
dapat menyebabkan gangguan pendengaran jika terpapar dalam waktu yang cukup lama dan dalam kisaran dimana daerah sekitar terdapat area Palabuhanratu Alat dan Bahan.
bising diatas 70 dBA. Oleh karena itu maka dampak dapat dikategorikan dampak penting hipotetik permukiman secara umum
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2) DPH
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan kebisingan di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Lalulintas Peningkatan arus Kegiatan mobilisasi alat berat dan kendaraan tersebut dilakukan karena material dan peralatan harus Akan terjadinya gangguan lalu lintas pada Dilokasi 1 Tahun sesuai
lalu lintas didatangkan dari luar lokasi kegiatan. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak terhambatnya laju ruas jalan Kabupaten dan jalan local yang kegiatan dan dengan lamanya
kendaraan dengan jumlah ritasi yang meningkat. Akibat meningkatnya lalu lintas karena kegiatan saat ini mempunyai kepadatan lalulintas Kelurahan Tahap Mobilisasi
pengangkutan peralatan (ecavator, buldozer dsb) dan material yang menggunakan dump truck maka akan cukup tinggi Palabuhanratu Alat dan Bahan.
menyebabkan terjadinya gangguan lalu lintas. DPH secara umum
Jalan yang dilalui merupakan jalan akses masyarakat sekitar dan juga pariwisata yang berkunjung ke
Palabuhanratu (point 1)
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan arus lalulintas di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan adanya tonase pengangkutan material dan alat (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Kondisi jalan/ prasana Peningkatan Kondisi eksisting jalan menuju lokasi dalam keadaan cukup baik yaitu berupa jalan aspal dengan sedikit Akan terjadinya kerusakan pada ruas jalan Dilokasi 1 Tahun sesuai
jalan Kerusakan Jalan mengalami kerusakan karena dilalui oleh berbagai macam kendaraan berat. Karena kendaraan yang akan Kabupaten dan jalan lokal kegiatan dan dengan lamanya
Pendahuluan I - 48
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
digunakan untuk alat dan material konstruksi adalah kendaraan dengan tonase (muatan sumbu terberat) 5 ton, DPH Kelurahan Tahap Mobilisasi
tidak melebihi tonase maksimum jalan, akan tetapi mobilisasi alat dan bahan ini berlangsung cukup lama Palabuhanratu Alat dan Bahan.
sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik secara umum
Jalan yang dilalui merupakan jalan akses masyarakat sekitar dan juga pariwisata yang berkunjung ke
Palabuhanratu (point 1)
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan arus lalulintas di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan adanya tonase pengangkutan material dan alat (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Kesehatan Peningkatan Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi akan melibatkan berbagai perlatan berbahan bakar Kegiatan ini diduga berpotensi terhadap Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat penyakit ISPA minyak seperti buldozer, excavator, backhoe, traktor dan truk, sehingga akan mengemisikan gas buang. Emisi peningkatan jumlah emisi debu di udara kegiatan dan dengan lamanya
gas buang akan menyebabkan penurunan kualitas udara akibat meningkatnya zat pencemar seperti SO2, ambien sehingga jika terhirup oleh Kelurahan Tahap Mobilisasi
NO2dan CO serta meningkatnya debu lokal akibat serpihan tanah yang tertiup angin.Kegiatan yang potensial masyarakat sekitar diduga dapat berpotensi Palabuhanratu Alat dan Bahan.
yaitu menyebabkan peningkatan kandungan debu lokal khususnya pada musim kemarau, jalur pengangkutan terhadap peningkatan penyakit ISPA secara umum
yang melewati kawasan pemukiman penduduk. Dengan demikian potensi untuk peningkatan penyakit ISPA. DPH
Oleh karena itu maka dampak dapat dikategorikan dampak penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya sikap Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari adanya berbagai dampak dari Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
dan Persepsi kegiatan mobilisasi alat berat dan material, sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik TDPH kegiatan dan dengan lamanya
masyarakat Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2) Kelurahan Tahap Mobilisasi
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3) Palabuhanratu Alat dan Bahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara secara umum
dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan (point 4)
Pendahuluan I - 49
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan (point 4)
Tidak Ya Ya Ya
3 Pematangan Lahan Tidak Ada Kimia Fisik Penurunan Kualitas Kegiatan pematangan lahan dari lahan eksisting berupa areal pantai berpasir dan bukit, diperkirakan dapat Kegiatan Pematangan Lahan diprakirakan Dilokasi 1 Tahun sesuai
udara ambien menimbulkan penurunan kualitas udara ambient terutama dari resuspensi debu akibat kegiatan pematangan dapat menimbulkan pengaruh pada kualitas kegiatan dan dengan lamanya
lahan. rencana pembangunan secara bertahap hingga 1 tahun mendatang dan akan dilakukan perataan udara ambien Kelurahan Tahap
sehingga menjadi lahan siap bangun. Penyiapan lahan tersebut akan dilakukan selama jam kerja dan DPH Palabuhanratu Pematangan
menggunakan alat berat yang wajib lolos uji emisi dan layak operasi. Mengigat pematangan lahan dilakukan secara umum Lahan.
secara bertahap sesuai jam kerja dan diperkirakan debu dan emisi yang dihasilkan akan cukup banyak
mempegaruhi kondisi disekitar kegiatan sehingga dampak tersebut perlu dikaji lebih lanjut dan merupakan
dampak penting hipotetik.
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Kegiatan pematangan lahan dapat meningkatkan intensitas kebisingan, terutama dari debu mesin alat berat Berdasarkan pengamatan secara visual, Dilokasi 1 Tahun sesuai
Intensitas (buldozer dan backhoe) yang digunakan dalam pematangan lahan. Intensitas kebisingan akan timbul saat tingginya aktivitas kegiatan Pematangan kegiatan dan dengan lamanya
Kebisingan kendaraan/ alat berat dihidupkan dan digunakan untuk pemapasan dan pemadatan lahan. Jenis kebisingan Lahan di sekitar lokasi akan mempengaruhi Kelurahan Tahap
yang ditimbulkan oleh kendaraan mesin alat berat (buldozer dan backhoe). Perataan dengan menggunakan peningkatan kebisingan dimana daerah Palabuhanratu Pematangan
alat berat tersebut tidak secara terus menerus, tergantung lokasi yang diratakan. Kegiatan ini berlangsung sekitar terdapat area permukiman secara umum Lahan.
selama jam kerja, sehingga intensitas kebisingan yang dihasilkan akan berpengaruh kepada pemukiman sekitar DPH
dan akan berada dibawah baku tingat bising yang diperyaratkan sehingga dampak peningkatan kebisingan
akan dikaji lebih lanjut dan merupakan dampak penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan kebisingan dilokasi kegiatan (point 3)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
(point 4)
Tidak Ya ya Ya
Pendahuluan I - 50
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Air Kegiatan pematangan lahan akan merubah kondisi fisik lahan yang semula merupakan lahan bersemak dan Didasarkan hasil evaluasi, bangkitan run off Dilokasi 1 Tahun sesuai
Larian dapat meresapkan air menjadi lahan yang diperkeras/dipadatkan akan menimbulkan bangkitan air limpasan dan sedimen tersuspensi akibat kegiatan kegiatan dan dengan lamanya
permukaan. Lahan yang terpadatkan secara tidak langsung menutup ruang antar butir tanah sehingga pematangan lahan tahap kontruksi bersifat Kelurahan Tahap
mempersempit aliran air yang meresap ke dalam tanah, dan menjadi bangkitan air limpasan permukaan. lokal, tetapi dengan pengelolaan. Palabuhanratu Pematangan
Bersamaan dengan terbentuknya bangkitan air limpasan permukaan akan menggerus dan mengikis permukaan Tidak Dampak Penting Hipotetik/TDPH. secara umum Lahan.
lahan sehingga material tanah yang tersuspensi dan terhanyutkan bersamaan dengan mengalirnya air limpasan
tersebut selanjutnya akan masuk ke badan air penerima yaitu laut Teluk Pelabuhanratu di sekitar Citepus.
Sedimen lumpur yang masuk ke badan laut ini akan terurai di bawah gelombang dan arus laut yang cukup kuat
selanjutnya akan terendapkan di tempat tertentu dan bergantung pada arah arus pantai “longshore current” di
pantai Citepus.
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Kimia Fisik Penurunan kualitas Dampak kegiatan pematangan lahan akan menghasilkan angkutan lumpur (sedimen) yang terbawa air Hasil evaluasi, dampak kegiatan pematangan Dilokasi 1 Tahun sesuai
air laut limpasan permukaan selanjutnya masuk ke badan air penerima yaitu ke laut Teluk Pelabuhanratu sekitar lahan tahap kontruksi pada pembangunan kegiatan dan dengan lamanya
Citepus yang selanjutnya akan menyebabkan penurunan kualitas air laut. Mengingat cukup besarnya PLPR memberikan dampak yang bersifat Kelurahan Tahap
gelombang laut di pantai Citepus, maka material halus yang tersuspensi ini masuk ke perairan laut ini akan lokal. Palabuhanratu Pematangan
terurai dan terbawa gelombang arus (longshore current) hingga di tempat tertentu atau tidak terendapkan di Tidak Dampak Penting Hipotetik/TDPH. secara umum Lahan.
sekitar dekat tapak proyek. Dengan demikian penurunan kualitas air laut akibat pelumpuran yang terbawa air
limpasan dengan adanya pengelolaan dengan cara “sedimen trap” tidak terlalu signifikan
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah cukup tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar
lokasi kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Tidak Ya Ya Tidak
Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Dampak dari kegiatan pematangan lahan yaitu berubahnya tekstur tanah dimana kondisi asalnya adalah areal Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
sedimentasi pesisir pantai dengan beberapa pohon peneduh menjadi lahan kosong yang dipadatkan. peningkatan laju air dikaji kegiatan dan dengan lamanya
larian (Air Larian) dan berkurangnya laju infiltrasi karena berkurangnya water catchment area yang mampu DPH Kelurahan Tahap
menahan air/proses peresapan. Kegiatan tersebut dapat membawa sedimen yang berasal dari pematangan lahan Palabuhanratu Pematangan
Pendahuluan I - 51
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
dilokasi kegiatan. Dengan demikian peningkatan sedimenatsi akan dikaji lebih lanjut dan merupakan dampak secara umum Lahan.
penting hipotetik.
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Biologi Gangguan Terhadap Gangguan terhadap biota akuatik timbul karena adanya pematangan lahan yang menyebabkan penurunan penetrasi sinar matahari ke lingkungan Dilokasi 1 Tahun sesuai
Plankton, Benthos kualitas air laut dan sedimentasi dan menyebabkan dampak turunan yaitu terganggunya plankton, benthos dan ekosistem laut yang berdampak kepada kegiatan dan dengan lamanya
dan Nekton nekton akibat habitat mereka yang berkurang kualitasnya, sehingga hal tersebut termasuk dampak penting terganggunya proses fotosintesis pada Kelurahan Tahap
hipotetik organisme tingkat produsen yang ada di laut Palabuhanratu Pematangan
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi seperti plankton sehingga diduga berpotensi secara umum Lahan.
kegiatan (point 1) dapat menimbulkan ketidakseimbangan
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut dalam rantai makanan
sebagai matapencaharian meraka (point 2) DPH
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Kesehatan Peningkatan Kegiatan konstruksi yang akan melibatkan berbagai peralatan berbahan bakar minyak akan mengemisikan gas Kegiatan ini diduga berpotensi terhadap Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat penyakit ISPA buang, yang akan menyebabkan penurunan kualitas udara. Selain itu operasional peralatan tersebut akan peningkatan jumlah emisi debu di udara kegiatan dan dengan lamanya
berdampak kepada peningkatan kebisingan terutama untuk kendaraan yang jalur pengangkutannya melewati ambien sehingga jika terhirup oleh Kelurahan Tahap
kawasan pemukiman penduduk. sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik masyarakat sekitar diduga dapat berpotensi Palabuhanratu Pematangan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) terhadap peningkatan penyakit ISPA secara umum Lahan.
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) DPH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Penurunan Kegiatan Pembukaan dan penyiapan lahan berupa kegiatan pembersihan semak belukar maupun pepohonan Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Kunjungan Tamu penutup, kegiatan ini biasa dilakukan secara manual maupun mempergunakan peralatan seperti halnya dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Hotel bulldozer, beberapa peralatan berat mempunyai intensitas getaran maupun bunyi yang sangat tinggi sehingga DPH Kelurahan Tahap
meningkatkan intensitas kebisingan. Ditambah dengan meningkatnya konstruksi diperkirakan akan Palabuhanratu Pematangan
Pendahuluan I - 52
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
berdampak pada penurunan kualitas udara. Dampak tersebut akan mengurangi kenyamanan pengunjung yang secara umum Lahan.
berdampak pada penurunan kunjungan tamu hotel. sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya Keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari adanya berbagai aktivitas kegiatan pematangan lahan, Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Keresahan sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Masyarakat Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi DPH Kelurahan Tahap
kegiatan (point 1) Palabuhanratu Pematangan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) secara umum Lahan.
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Gangguan Aktifitas Kegiatan pematangan lahan memungkinkan terjadi peningkatan kebisingan dan juga penurunan kualitas air Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pariwisata Pesisir laut yang akan menyebabkan gangguan terhadap aktifitas pariwisata pesisir. sehingga hal tersebut termasuk dikaji kegiatan dan dengan lamanya
dampak penting hipotetik DPH Kelurahan Tahap
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) Palabuhanratu Pematangan
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) secara umum Lahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
6 Pembangunan Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Kegiatan pembangunan fasilitaslaut akan melibatkan berbagai perlatan berat untuk pemasangan tiang pancang, Kegiatan pekerjaan pondasi akan Dilokasi 1 Tahun sesuai
Fasilitas Laut Intensitas sehingga akan meningkatkan intensitas kebisingan, terutama pada lokasi kegiatan yang dekat dengan kawasan meningkatkan kebisingan kegiatan dan dengan lamanya
Kebisingan pemukiman penduduk. Peningkatan intensitas kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran jika DPH Kelurahan Tahap
terpapar dalam waktu yang cukup lama dan dalam kisaran bising diatas 70 dBA. Oleh karena itu maka dampak Palabuhanratu Pembangunan
dapat dikategorikan dampak penting hipotetik secara umum fasilitas laut
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan kebisingan dilokasi kegiatan (point 3)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
(point 4)
Tidak Ya ya Ya
Pendahuluan I - 53
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Tidak ada Kimia Fisik Penurunan kualitas Pembangunan fasilitas laut terutama pengerukan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air laut. Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
air Laut Sehingga dampaknya dapat dikategorikan ke dalam dampak penting hipotetik dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi DPH Kelurahan Tahap
kegiatan (point 1) Palabuhanratu Pembangunan
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut secara umum fasilitas laut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Kimia Fisik Peningkatan Pembangunan fasilitas laut terutama pengerukan menimbulkan dampak terhadap peningkatan sedimen pada Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Sedimentasi saat pembuangan sedimen hasil kerukan yang berasal dari pembangunan fasilitas laut. Sehingga dampaknya dikaji kegiatan dan dengan lamanya
dapat dikategorikan ke dalam dampak penting hipotetik DPH Kelurahan Tahap
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi Palabuhanratu Pembangunan
kegiatan (point 1) secara umum fasilitas laut
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya Keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari adanya berbagai dampak dari kegiatan pembangunan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Keresahan fasilitas laut, sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Masyarakat Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi DPH Kelurahan Tahap
kegiatan (point 1) Palabuhanratu Pembangunan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) secara umum fasilitas laut
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Biologi Gangguan Gangguan terhadap biota akuatik timbul karena adanya pembangunan fasilitas laut yang menyebabkan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Palnkton, Benthos penurunan kualitas air laut dan sedimentasi dan menyebabkan dampak turunan yaitu terganggunya plankton, dikaji kegiatan dan dengan lamanya
dan Nekton benthos dan nekton akibat habitat mereka yang berkurang kualitasnya, sehingga hal tersebut termasuk dampak DPH Kelurahan Tahap
penting hipotetik Palabuhanratu Pembangunan
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi secara umum fasilitas laut
Pendahuluan I - 54
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Penurunan Kegiatan pematangan lahan dan pemancangan tiang pancang maupun pengerukan alur pelayaran Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pendapatan memungkinkan terjadi peningkatan kekeruhan maupun total suspended Solid, peningkatan beberapa indikator dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Nelayan diatas memungkinkan terjadinya gangguan pada ekosistem biota air yaitu plankton, benthos dan nekton. DPH Kelurahan Tahap
Gangguan biota air akan berpengaruh kepada penurunan pendapatan nelayan yang ada di lokasi kegiatan. Palabuhanratu Pembangunan
sehingga hal tersebut termasuk dampak penting hipotetik secara umum fasilitas laut
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Gangguan Aktifitas Kegiatan pembangunan fasilitas laut meliputi pemancangan tiang pancang maupun pengerukan alur pelayaran Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pariwisata Pesisir memungkinkan terjadi peningkatan kebisingan dan juga penurunan kualitas air laut yang akan menyebabkan dikaji kegiatan dan dengan lamanya
gangguan terhadap aktifitas pariwisata pesisir. sehingga hal tersebut termasuk dampak penting hipotetik DPH Kelurahan Tahap
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) Palabuhanratu Pembangunan
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) secara umum fasilitas laut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
7. Pembangunan Tidak Ada Kimia Fisik Penurunan Kualitas Kegiatan pembangunan fasilitas darat akan melibatkan berbagai perlatan berbahan bakar minyak seperti Kegiatan konstruksi jalan tol diprakirakan Dilokasi 1 Tahun sesuai
Fasilitas Darat udara ambien buldozer, excavator, backhoe, traktor dan truk, sehingga akan mengemisikan gas buang. Emisi gas buang akan dapat menimbulkan pengaruh pada kualitas kegiatan dan dengan lamanya
menyebabkan penurunan kualitas udara akibat meningkatnya zat pencemar seperti SO2, NO2 dan CO serta udara ambien Kelurahan Tahap
meningkatnya debu lokal akibat serpihan tanah yang tertiup angin.Kegiatan yang potensial yaitu DPH Palabuhanratu Pembangunan
menyebabkan peningkatan kandungan debu lokal khususnya pada musim kemarau. Oleh karena itu maka secara umum fasilitas darat
dampak dapat dikategorikan dampak penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Pendahuluan I - 55
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Kimia Fisik Peningkatan Kegiatan pembangunan fasilitas darat akan melibatkan berbagai perlatan seperti traktor, buldozer, excavator, Kegiatan pembangunan fasilitas darat akan Dilokasi 1 Tahun sesuai
Intensitas backhoe, loader dan truk, sehingga akan meningkatkan intensitas kebisingan, terutama pada lokasi kegiatan meningkatkan kebisingan kegiatan dan dengan lamanya
Kebisingan yang dekat dengan kawasan pemukiman penduduk. Peningkatan intensitas kebisingan dapat menyebabkan DPH Kelurahan Tahap
gangguan pendengaran jika terpapar dalam waktu yang cukup lama dan dalam kisaran bising diatas 70 dBA. Palabuhanratu Pembangunan
Oleh karena itu maka dampak dapat dikategorikan dampak penting hipotetik secara umum fasilitas darat
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan kebisingan dilokasi kegiatan (point 3)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Budaya Timbulnya Keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari adanya berbagai aktivitas kegiatan seperti Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Keresahan pembangunan fasilitas darat, sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Masyarakat Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi DPH Kelurahan Tahap
kegiatan (point 1) Palabuhanratu Pembangunan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) secara umum fasilitas darat
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Kesehatan Peningkatan Kegiatan konstruksi yang akan melibatkan berbagai peralatan berbahan bakar minyak akan mengemisikan gas Kegiatan ini diduga berpotensi terhadap Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat penyakit ISPA buang, yang akan menyebabkan penurunan kualitas udara.Selain itu operasional peralatan tersebut akan peningkatan jumlah emisi debu di udara kegiatan dan dengan lamanya
berdampak kepada peningkatan kebisingan terutama untuk kendaraan yang jalur pengangkutannya melewati ambien sehingga jika terhirup oleh Kelurahan Tahap
kawasan pemukiman penduduk. sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik masyarakat sekitar diduga dapat berpotensi Palabuhanratu Pembangunan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) terhadap peningkatan penyakit ISPA secara umum fasilitas darat
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) DPH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Penurunan Kegiatan Pembukaan dan penyiapan lahan berupa kegiatan pembersihan semak belukar maupun pepohonan Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Kunjungan Tamu penutup, kegiatan ini biasa dilakukan secara manual maupun mempergunakan peralatan seperti halnya dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Hotel bulldozer, beberapa peralatan berat mempunyai intensitas getaran maupun bunyi yang sangat tinggi sehingga DPH Kelurahan Tahap
Pendahuluan I - 56
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
meningkatkan intensitas kebisingan. Ditambah dengan meningkatnya konstruksi diperkirakan akan Palabuhanratu Pembangunan
berdampak pada penurunan kualitas udara. Dampak tersebut akan mengurangi kenyamanan pengunjung yang secara umum fasilitas darat
berdampak pada penurunan kunjungan tamu hotel. sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Sosial Ekonomi Gangguan Aktifitas Kegiatan pembangunan fasilitas darat meliputi pembangunan gedung, ruang tunggu, pertokoan, kantin, Merupakan dampak potenisal yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pariwisata Pesisir rumah dinas, masjid dan sarana prasarana lainnya yang memungkinkan terjadi peningkatan kebisingan dan dikaji kegiatan dan dengan lamanya
juga penurunan kualitas air laut yang akan menyebabkan gangguan terhadap aktifitas pariwisata pesisir. DPH Kelurahan Tahap
sehingga hal tersebut termasuk dampak penting hipotetik Palabuhanratu Pembangunan
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) secara umum fasilitas darat
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
TAHAP OPERASIONAL
1 Operasional Tidak Ada Kimia Fisik Penurunan Kualitas Gangguan kualitas air tanah diakibatkan adanya operasional pelabuhan terutama adanya intrusi air laut akibat Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Fasilitas Darat Air Tanah abrasi pantai dari perubahan arus air laut. sehingga dampak merupakan penting hipotetik. TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Adanya kekhawatiran masyarakat pada saat konsultasi publik mengenai penurunan kualitas air tanah (point 3) Kelurahan Tahap operasional
Palabuhanratu fasilitas darat
Tidak Tidak Tidak Tidak secara umum
Tidak Ada Masyarakat Timbulnya Keresahan masyarakat berasal dari adanya kekhawatiran masyarakat terhadap operasional pelabuhan yang Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Keresahan dapat mengurangi tangkapan ikan mereka. Selain itu adanya penerimaan tenaga kerja diluar daerah mereka, TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Masyarakat sehingga dampak dapatdikategorikan penting hipotetik Kelurahan Tahap operasional
Adanya kekhawatiran masyarakat pada saat konsultasi publik mengenai penurunan kualitas lingkungan (point Palabuhanratu fasilitas darat
3) secara umum
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak Ada Lalulintas Peningkatan Arus Bertambahnya jumlah kendaraan yang melalui jalan esksiting yang berasal dari kegiatan pelabuhan danjuga Merupakan dampak poetnsial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Lalulintas lalu lalang kendaraan pemeliharaan pelabuhan. Kondisi eksisting jalan menuju lokasi dalam keadaan cukup dikaji kegiatan dan dengan lamanya
baik yaitu berupa jalan aspal dengan sedikit mengalami kerusakan karena dilalui oleh berbagai macam DPH Kelurahan Tahap operasional
kendaraan berat. Karena kendaraan yang akan digunakan untuk operasional pelabuhan adalah kendaraan Palabuhanratu fasilitas darat
dengan tonase (muatan sumbu terberat) 5 ton, tidak melebihi tonase maksimum jalan, akan tetapi operasional secara umum
Pendahuluan I - 57
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
akan dilakukan oleh pengunjung dan juga yang memanfaatkan pelabuhan dengan berbagai jenis kendaraan
dengan tonse yang berbeda dan ini berlangsung cukup lama sehingga dampak dikategorikan penting hipotetik
Jalan yang dilalui merupakan jalan akses masyarakat sekitar dan juga pariwisata yang berkunjung ke
Palabuhanratu (point 1)
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2)
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan arus lalulintas di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3)
Peraturan adanya tonase pengangkutan material dan alat (point 4)
ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Masyarakat Timbulnya Peluang Dampak kesempatan kerja dan usaha diidentifikasi sebagai dampak potensial dari kegiatan tahap operasional. Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Kerja dan berusaha Kebutuhan tenaga kerja saat operasional sekitar 35 orang, akan tetapi peluang untuk berusaha disekitar dikaji kegiatan dan dengan lamanya
pelabuhan sangat terbuka, sehingga dampak merupakanpenting hipotetik DPH Kelurahan Tahap operasional
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak Palabuhanratu fasilitas darat
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan secara umum
operasional (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Pendapatan Peningkatan Dampak kesempatan kerja dan usaha diidentifikasi sebagai dampak potensial dari kegiatan tahap operasional. Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat Pendapatan Kebutuhan tenaga kerja saat operasional sekitar 35 orang. Dengan beroperasinya Pelabuhan Laut Pengumpan dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Pedagang Regional (fasilitas darat dan laut) diperkirakan mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha bagi DPH Kelurahan Tahap operasional
masyarakat sekitar. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan dan juga pengunjung pelabuhan yang tinggi akan Palabuhanratu fasilitas darat
meningkatkan pendapatan pedagang dan pendapatan tenaga kerja. akan tetapi peluang untuk berusaha secara umum
disekitar pelabuhan sangat terbuka, sehingga dampak merupakan penting hipotetik
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan
operasional (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Pendapatan Peningkatan Pada tahap operasional pelabuhan memerlukan tenaga kerja sekitar 35 orang dan terbukanya kesempatan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat Pendapatan Tenaga berusaha untuk masyarakat sekitar sehingga dampak merupakan penting hipotetik dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Kerja Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak DPH Kelurahan Tahap operasional
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan Palabuhanratu fasilitas darat
operasional (point 1) secara umum
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak Ada Soaial Ekonomi Peningkatan Dengan beroperasinya Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (fasilitas darat dan laut) diperkirakan mampu Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pendahuluan I - 58
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Kunjungan Tamu meningkatkan kunjungan tamu hotel yang berasal dari mobilisasi penumpang dan juga pengguna pelabuhan. dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Hotel sehingga dampak merupakan penting hipotetik DPH Kelurahan Tahap operasional
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) Palabuhanratu fasilitas darat
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) secara umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak ada Kesehatan Peningkatan Jarak permukiman dan juga lokasi pariwisata yang letak lokasi kegiatan relatif dekat sehingga dapat Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat penyakit ISPA dikategorikan penting hipotetik TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Banyaknya masyarakat yang beraktifitas di lokasi kegiatan dan juga jalur pengangkutan material (point 2) Kelurahan Tahap operasional
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu di jalan dan dilokasi kegiatan (point 3) Palabuhanratu fasilitas darat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara secara umum
(point 4)
Tidak Tidak Tidak Tidak
2. Operasional Tidak ada Kimia Fisik Penurunan Kualitas Penurunan kualitas air lautdengan beroperasinya pelabuhan dapat terjadi akibat adanya aktivitas kapal dan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Fasilitas Laut Air Laut manusia yang dapat menimbulkan limbah terhadap perairan. Dampak berlangsung lama dan dapat dikaji kegiatan dan dengan lamanya
berakumulatif selama pelabuhan beroperasi, sehingga dampaknya dapat dikategorikan ke dalam dampak DPH Kelurahan Tahap operasional
negatif penting hipotetik Palabuhanratu fasilitas laut
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi secara umum
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Kimia Fisik Peningkatan Penurunan kualitas air lautdengan beroperasinya pelabuhan dapat terjadi akibat adanya aktivitas kapal dan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Sedimenatsi dan manusia yang dapat menimbulkan limbah terhadap perairan. Dampak berlangsung lama dan dapat dikaji kegiatan dan dengan lamanya
Abrasi berakumulatif selama pelabuhan beroperasi, sehingga dampaknya dapat dikategorikan ke dalam dampak DPH Kelurahan Tahap operasional
negatif penting hipotetik Palabuhanratu fasilitas laut
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi secara umum
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
Pendahuluan I - 59
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Masyarakat Peluang Kerja dan Dampak kesempatan kerja dan usaha diidentifikasi sebagai dampak potensial dari kegiatan tahap operasional. Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Berusaha Kebutuhan tenaga kerja saat operasional sekitar 35 orang, akan tetapi peluang untuk berusaha disekitar TDPH kegiatan dan dengan lamanya
pelabuhan sangat terbuka, sehingga dampak merupakanpenting hipotetik Kelurahan Tahap operasional
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak Palabuhanratu fasilitas laut
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan secara umum
operasional (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak ada Sosial Ekonomi Penurunan Beroperasinya fasilitas laut diidentifikasi menimbulkan dampak potensial Gangguan terhadap biota air Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pendapatan (Plankton, benthos dan nekton), hal itu dimungkinkan terjadi sebagai akibat dari tumpahan dari sampah TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Nelayan maupun bahan bakar yang digunakan oleh kapal kapal yang beraktivitas maupun berlabuh di areal pelabuhan. Kelurahan Tahap operasional
Dengan terganggunya biota air akan menimbulkan damapk lanjutan yaitu penurunan pendapatan nelayan di Palabuhanratu fasilitas laut
lokasi kegiatan. sehingga dampak merupakanpenting hipotetik secara umum
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak ada Sosial Ekonomi Peningkatan Dengan beroperasinya Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (fasilitas darat dan laut) diperkirakan mampu Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Pendapatan menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha bagi masyarakat sekitar. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Pedagang dan juga pengunjung pelabuhan yang tinggi akan meningkatkan pendapatan pedagang. sehingga dampak Kelurahan Tahap operasional
merupakan penting hipotetik Palabuhanratu fasilitas laut
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak secara umum
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan
operasional (point 1)
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Pendahuluan I - 60
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
PELINGKUPAN
EVALUASI DAN KRITERIA
APAKAH KOMPONEN
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN TERSEBUT
DESKRIPSI
LINGKUNGAN MEMEGANG
RENCANA APAKAH ADA
YANG SUDAH PERANAN PENTING
KEGIATAN APAKAH BEBAN KEKHAWATIRAN APAKAH ADA KEBIJAKAN
DIRENCANAKAN KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN
YANG TERHADAP MASYARAKAT DAN/ ATAU PERATURAN WILAYAH BATAS WAKTU
NO SEJAK AWAL LINGKUNGAN DAMPAK SEHARI-HARI
BERPOTENSI KOMPONEN YANG TINGGI YANG AKAN DILANGGAR DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) STUDI KAJIAN
SEBAGAI TERKENA DAMPAK POTENSIAL MASYARAKAT
MENIMBULKAN LINGKUNGAN TENTANG DAN/ ATAU DILAMPAUI
BAGIAN DARI SEKITAR (NILAI
DAMPAK TERSEBUT SUDAH KOMPONEN OLEH DAMPAK TERSEBUT
RENCANA SOSIAL-EKONOMI)
LINGKUNGAN TINGGI ? LINGKUNGAN ?
KEGIATAN DAN TERHADAP
TERSEBUT ?
KOMPONEN
LINGKUNGAN
LAINNYA (NILAI
EKOLOGIS) ?
Tidak ada Pendapatan Peningkatan Tenaga Pada tahap operasional pelabuhan memerlukan tenaga kerja sekitar 35 orang dan terbukanya kesempatan Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Masyarakat Kerja berusaha untuk masyarakat sekitar sehingga dampak merupakan penting hipotetik TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Jumlah masyarakat Kelurahan Palabuhanratu sebanyak 32.897 orang dan yang bermatapencaharian sebanyak Kelurahan Tahap operasional
13.792, berarti masyarakat yang menganggur sebanyak 19. 105 orang yang bisa dilibatkan dalam kegiatan Palabuhanratu fasilitas laut
operasional (point 1) secara umum
Banyaknya masyarakat yang cukup tertarik untuk ikut bekerja dalam tahap operasional (point 3)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak ada Sosial Ekonomi Peningkatan Dengan beroperasinya Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (fasilitas darat dan laut) diperkirakan mampu Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Kunjungan Hotel meningkatkan kunjungan tamu hotel yang berasal dari mobilisasi penumpang dan juga pengguna pelabuhan. dikaji kegiatan dan dengan lamanya
sehingga dampak merupakan penting hipotetik DPH Kelurahan Tahap operasional
anyaknya masyarakat yang beraktifitas khususnya aktifitas hotel di lokasi kegiatan (point 2) Palabuhanratu fasilitas laut
Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap peningkatan debu dilokasi kegiatan (point 3) secara umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(point 4)
Tidak Ya Ya Ya
Tidak ada Biologi Gangguan Terhadap Gangguan terhadap biota akuatik timbul karena adanya operasional fasilitas laut yang menyebabkan Merupakan dampak potensial yang harus Dilokasi 1 Tahun sesuai
Plankton, Benthos penurunan kualitas air laut dan sedimentasi dan menyebabkan dampak turunan yaitu terganggunya plankton, dikaji kegiatan dan dengan lamanya
dan Nekton benthos dan nekton akibat habitat mereka yang berkurang kualitasnya, sehingga hal tersebut termasuk dampak DPH Kelurahan Tahap operasional
penting hipotetik Palabuhanratu fasilitas laut
Pencemaran terhadap perairan dilokasi kegiatan sudah tinggi oleh adanya kegiatan eksisting di sekitar lokasi secara umum
kegiatan (point 1)
Perairan pantai yang berada di lokasi kegaitan masih banyak nelayan yang memanfaatkan pantai tersebut
sebagai matapencaharian meraka (point 2)
Masyarakat nelayan khawatir akan adanya penurunan pendapatan mereka selama terjadinya pencemaran
(point 3)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (point 4)
Ya Ya Ya Ya
Tidak ada Sosial Budaya Munculnya Keresahan masyarakat berasal dari adanya kekhawatiran masyarakat terhadap operasional pelabuhan yang Bukan dampak potensial yang harus dikaji Dilokasi 1 Tahun sesuai
Keresahan dapat mengurangi tangkapan ikan mereka. Selain itu adanya penerimaan tenaga kerja diluar daerah mereka, TDPH kegiatan dan dengan lamanya
Masyarakat sehingga dampak dapat dikategorikan penting hipotetik Kelurahan Tahap operasional
Adanya kekhawatiran masyarakat pada saat konsultasi publik mengenai penurunan kualitas lingkungan (point Palabuhanratu fasilitas laut
3) secara umum
Tidak Tidak Tidak Tidak
Pendahuluan I - 61
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
TAHAP PRA
KONSTRUKSI
Pendahuluan I - 62
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
TAHAP KONSTRUKSI
MOBILISASI ALAT
PENGADAAN TENAGA KERJA
DAN MATERAIAL
Kesempatan
Kerja dan Kualitas udara
Peningkatan
Berusaha ambien dan
Arus Lalulintas
Tingkat
Kebisingan
Kerusakan Morbiditas
Jalan Penyakit
Pendahuluan I - 63
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
TAHAP
KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN
Pematangan PEMBANGUNAN FASILITAS
Lahan FASILITAS DARAT
LAUT
Gangguan Kualitas
Air Larian Gangguan
Aktifitas Udara Tingkat Kualitas Air Laut Kualitas
Pariwisata Ambien dan Kebisingan dan Sedimentasi Aktifitas udara
Pesisir TIngkat Pariwisata ambien dan
Kebisingan Kualitas Air Pesisir Kebisingan
Laut dan
Sedimentasi Plankton,
Gangguan Benthos dan
Kunjungan Aktifitas Nekton Kunjungan
Tamu Hotel Pariwisata
Morbiditas Plankton, Tamu Hotel Morbiditas
Penyakit Benthos dan Pesisir Penyakit
Nekton Pendapatan
Nelayan
Keresahan Keresahan
Masyarakat Keresahan
Masyarakat
Masyarakat
Pendahuluan I - 64
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
TAHAP
OPERASIONAL
OPERASIONAL OPERASIONAL
FASILITAS FASILITAS
LAUT DARAT
Kesempatan Peningkata
Kualitas Air Kunjungan
Kerja dan Kunjungan n Arus
Laut, Abrasi Tamu Hotel Kualitas
Berusaha Tamu Hotel Lalulintas
dan dan
Sedimentasi Kuantitas
Air Tanah
Pendapatan
Nelayan, Plankton,
Pedagang Benthos dan
dan Tenaga Nekton
Kerja
Keresahan Keresahan
Masyarakat Masyarakat
Pendahuluan I - 65
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Gambar 1 35. Bagan Alir Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
TIPOLOGI KEGIATAN: DAMPAK PENTING HIPOTETIK
DAMPAK POTENSIAL
1) Prakonstruksi Pra-Konstruksi
1. Pra konstruksi
a) Survey Lapangan dan 1) Timbulnya Keresahan Masyarakat
1. Timbulnya Keresahan 2. Penurunan Pendapatan
Perizinan 2) Penurunan Pendapatan Pedagang
Masyarakat Pedagang
Sumber Data b) Pembebasan Lahan
Pemrakarsa Konstruksi
2. Konstruksi
2) Konstruksi 1) Penurunan kualitas udara Ambien
1. Penurunan kualitas udara 9. Penurunan Kunjungan
a) Penerimaan Tenaga 2) peningkatan intensitas kebisingan
Ambien Tamu Hotel
Kerja Konstruksi 3) Peningkatan kesempatan kerja &
2. peningkatan intensitas 10. Peningkatan Morbiditas
b) Mobilisasi alat dan kesempatan berusaha
kebisingan Penyakit
material 4) Penurunan kualitas air Laut
3. Peningkatan kesempatan 11. Terganggunya Plankton,
c) Pematangan Lahan 5) Peningkatan Sedimentasi
kerja & kesempatan Benthos dan Nekton
d) Pembangunan Fasilitas 6) Peningkatan Pendapatan Tenaga Kerja
RENCANA berusaha 12. Timbulnya Keresahan
Laut 7) Peningkatan Pendapatan Pedagang
4. Penurunan kualitas air Laut Masyarakat
PEMBANGUNAN e) Pembangunan Fasilitas 5. Peningkatan Sedimentasi 13. Penurunan Kualitas Jalan
8) Penurunan Kunjungan Tamu Hotel
PELABUHAN LAUT Input Darat 9) Peningkatan Morbiditas Penyakit
6. Timbulnya Sikap dan 14. Peningkatan Arus
Informasi 10) Terganggunya Plankton, Benthos
PENGUMPAN Persepsi Masyarakat lalulintas
3) Operasional dan Nekton
Data 7. Peningkatan Pendapatan 15. Peningkatan Air Larian
REGIONAL a) Operasional Fasilitas Tenaga Kerja 16. Penurunan Pendapatan
11) Penurunan Pendapatan Nelayan
PALABUHANRATU Darat 12) Timbulnya Keresahan Masyarakat
8. Peningkatan Pendapatan Nelayan
b) Operasional Fasilitas 13) Penurunan Kualitas Jalan
Pedagang 17. Gangguan Aktifitas Pesisir
Laut 14) Peningkatan Arus lalulintas
3. Operasional
15) Peningkatan Air Larian
1) Timbulnya Sikap dan 9) Peningkatan Pendapatan
16) Gangguan Aktifitas Pariwisata
Persepsi Masyarakat Tenaga Kerja
TIPOLOGI LINGKUNGAN: Pesisir
2) Peningkatan kesempatan 10) Penurunan Pendapatan
Konsultasi Masyarakat 1. GeoFisik-Kimia
a) Kualitas Udara
kerja & kesempatan Nelayan
Saran, pendapat & tanggapan Operasional
b) Kebisingan berusaha 11) Terganggunya Plankton,
Masyarakat (stakeholders) 1) Peningkatan kesempatan kerja &
c) Bentang Alam 3) Penurunan kualitas air Benthos dan Nekton
Data Sekunder d) Sedimentasi kesempatan berusaha
Laut 12) Timbulnya Keresahan
Pemda setempat e) Kualitas Air Laut 2) Penurunan kualitas air Laut
4) Peningkatan Sedimentasi Masyarakat
Instansi terkait f) Kualitas Air Tanah 3) Peningkatan Sedimentasi dan Abrasi
2. Tata Ruang, Transportasi dan Abrasi 13) Penurunan Kualitas Jalan
Observasi Pendahuluan 4) Peningkatan Pendapatan Pedagang
a) Tata Guna Lahan 5) Penurunan Kualitas Air 14) Peningkatan Arus
Observasi terhadap rencana 5) Peningkatan Pendapatan Tenaga
b) Sistem Transportasi Tanah lalulintas
kegiatan 3. Biologi Kerja
6) Peningkatan Kunjungan 15) Peningkatan Morbiditas
a) Plankton, Benthos dan 6) Peningkatan Kunjungan Tamu Hotel
Tamu Hotel penyakit
Nekton 7) Terganggunya Plankton, Benthos dan
4. Sosekbud 7) Kuantitas Air Tanah
Nekton
a) Mobilitas Penduduk 8) Peningkatan Pendapatan
8) Peningkatan Arus lalulintas
b) Mata Pencaharian Pedagang
c) Kondisi Sosek 9) Penurunan Kuantitas Air Tanah
d) Persepsi Masyarakat
e) Keamanan & Ketertiban
5. Kesehatan Masyarakat
a) Gangguan Kesehatan
IDENTIFIKASI DAMPAK
POTENSIAL EVALUASI DAMPAK
Dengan : Matriks Identifikasi,Check-list,Overlay,dll POTENSIAL
Pendahuluan I - 66
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi
ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak penting dan dengan memperhatikan keterbatasan
sumber daya, waktu dan tenaga, serta saran dan pendapat dan tanggapan dari masyarakat
yang berkepentingan. Batas wilayah studi untuk studi AMDAL Pembangunan Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional meliputi :
1. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang di mana kegiatan pembangunan proyek dari mulai tahap pra-
konstruksi, konstruksi dan operasi berada yaitu pada lahan seluas seluas + 15,13 Ha di lokasi
tapak proyek pembangunan Pelabuhan Sukabumi yang terletak di Kelurahan Palabuhanratu
Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
menurut media transportasi limbah (air, tanah dan udara) dimana proses alami yang
berlangsung di dalam ruang di sekitar kegiatan diperkirakan akan mengalami perubahan
yang mendasar.
Pada dasarnya batas ekologis ditentukan berdasarkan dampak penting hipotetik terutama
berdasarkan pada pendekatan media air laut. Batas ekologis melalui media air adalah
penyebaran TSS dan tingkat kekeruhan yang diakibatkan oleh kegiatan dreging atau
pengerukan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Palabuhanratu Kab. Sukabumi,
mengingat kecepatan arus yang relatif kecil yaitu sebesar 0,59-0,294 m/s menuju barat daya
pada saat Purnama dan 0,015-0,186 m/s menuju tenggara pada saat perbani, maka batas
ekologis ditentukan sejauh 500 meter.
3. Batas Sosial
Batas sosial adalah suatu ruang gerak tempat berlangsungnya suatu kegiatan dan interaksi
sosial. Di dalam ruang tersebut terdapat berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai-nilai tertentu yang sudah mapan. Di sekitar rencana kegiatan Pembangunan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, merupakan tempat berlangsungnya proses sosial,
Pendahuluan I - 67
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
yang diakibatkan oleh dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar akibat dari rencana kegiatan. Wilayah yang diprakirakan
mengalami perubahan adalah daerah sekitar tapak proyek yaitu Kelurahan Palabuhanratu
Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi secara umum.
4. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah batas ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi.
Batas waktu kajian ditentukan tidak lebih dari 5 tahun dengan pertimbangan
dalam kurun waktu tersebut tidak ada perubahan oleh sebab lain selain Pembangunan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, sedangkan batas waktu kajian untuk masing-masing
dampak adalah sebagai berikut :
Pendahuluan I - 68
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
BATAS
DAMPAK PENTING
No WAKTU ALASAN
HIPOTETIK
KAJIAN
I TAHAP PRAKONSTRUKSI
1 Timbulnya Keresahan 1 tahun Tahap pra-konstruksi berlangsung selama 1
Masyarakat tahun, dan perkembangan masyarakat setelah
tahapan tersebut bisa berubah oleh sumber-
sumber lain.
2 Penurunan Pendapatan 1 tahun Tahap pra-konstruksi berlangsung selama 1
Pedagang tahun, dan perkembangan masyarakat setelah
tahapan tersebut bisa berubah oleh sumber-
sumber lain.
II TAHAP KONSTRUKSI
1 Penurunan Kualitas Udara 1 tahun Selama satu tahun tahap konstruksi diasumsikan
Ambien kontribusi pencemaran udara dan debu
bersumber dari kegiatan konstruksi (mobilisasi
alat dan bahan).dapat menyebabkan penurunan
kualitas udara ambien. Namun setelah kegiatan
mobilisasi alat dan material selesai,
perkembangan jumlah kendaraan sebagai salah
satu penyumbang pencemaran udara setelah
waktu tersebut sulit untuk diprediksi.
2 Peningkatan Intensitas 1 tahun Sumber peningkatan kebisingan berasal dari
Kebisingan kegiatan mobilisasi alat dan material, dan
pembangunan sarana dan prasaran, kegiatan ini
berlangsung selama 1 tahun, setelah kegiatan
selesai tingkat kebisingan diperkirakan akan
menurun hingga sama dengan rona lingkungan.
3 Penurunan Kualitas Air Laut 1 tahun Model akan disimulasi untuk kondisi
hidrooseanografi selama 15 hari dari kegiatan
pengerukan alur pelayaran. Sebagai dampak
turunan dari kegiatan pengerukan tersebut adalah
peningkatan kandungan TSS di perairan sekitar,
maka dampak berupa peningkatan kekeruhan
diprediksikan selama kegiatan pengerukan
dilaksanakan.
4 Peningkatan Sedimentasi 1 tahun Model akan disimulasi untuk kondisi
hidrooseanografi selama 15 hari dari kegiatan
pengerukan alur pelayaran. Sebagai dampak
turunan dari kegiatan pengerukan tersebut adalah
peningkatan kandungan TSS di perairan sekitar,
maka dampak berupa peningkatan kekeruhan
diprediksikan selama kegiatan pengerukan
dilaksanakan.
5 Terganggunya Plankton, 1 tahun Terganggunya Plankton, Benthos dan Nekton
Benthos dan Nekton dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan
dermaga, dimana kegiatan ini berlangsung selama
Pendahuluan I - 69
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
BATAS
DAMPAK PENTING
No WAKTU ALASAN
HIPOTETIK
KAJIAN
1 tahun.
6 Peningkatan Morbiditas 1 tahun Selama satu tahun tahap konstruksi diasumsikan
Penyakit kontribusi pencemaran udara dan debu
bersumber dari kegiatan konstruksi (mobilisasi
alat dan bahan)dapat menyebabkan dampak
turunan Peningkatan Morbiditas Penyakit.
Namun setelah kegiatan mobilisasi alat dan
material selesai, perkembangan jumlah kendaraan
sebagai salah satu penyumbang pencemaran
udara setelah waktu tersebut sulit untuk
diprediksi.
7 Kesempatan kerja dan usaha 1 tahun Kesempatan untuk bekerja di Proyek, dampaknya
dibatasi hingga 1 tahun sejak dimulainya
konstruksi, dengan asumsi dalam kurun waktu
tersebut belum ada kegiatan lain yang menyerap
banyak tenaga kerja.
Dampak terhadap kesempatan berusahan dibatasi
hingga 1 tahun sejak dimulainya konstruksi
dengan asumsi dalam kurun waktu tersebut
belum ada kegiatan lain yang dapat membuka
usaha baru
8 Peningkatan pendapatan 1 tahun Peningkatan pendapatan timbul akibat adanya
Tenaga Kerja keterlibatan masyarakat pada saat konstruksi
berlangsung. Dampak peningkatan pendapatan
hanya bersifat sementara yaitu pada saat
konstruksi berlangsung, sehingga batas waktu
kajian dibatasi selama 1 tahun
9 Keresahan masyarakat 1 tahun Keresahan sebagai dampak turunan dari
kemungkinan adanya pencemaran udara,
penurunan kualitas air laut, dan dampak lainnya,
dibatasi hingga 1 tahun.
10 Peningkatan Air Larian 1 tahun Peningkatan Air Larian sebagai dampak dari
adanya kegiatan pematangan lahan, dibatasi
hingga 1 tahun.
11 Peningkatan Arus Lalulintas 1 tahun Peningkatan arus lalulintas sebagai dampak dari
adanya kegiatan mobilitas alat dan bahan, dibatasi
hingga 1 tahun.
12 Penurunan Kualitas Jalan 1 tahun Penurunan kualitas jalan sebagai dampak dari
adanya kegiatan mobilitas alat dan bahan, dibatasi
hingga 1 tahun.
Pendahuluan I - 70
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
BATAS
DAMPAK PENTING
No WAKTU ALASAN
HIPOTETIK
KAJIAN
Pedagang dampak dari adanya kegiatan konstruksi, dibatasi
hingga 1 tahun.
Pendahuluan I - 71
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
BATAS
DAMPAK PENTING
No WAKTU ALASAN
HIPOTETIK
KAJIAN
setelah 1 tahun operasional, dengan asumsi tidak
ada kegiatan yang lain mempengaruhi.
8 Peningkatan Arus Lalulintas 1 tahun Peningkatan arus lalulintas sebagai dampak dari
adanya kegiatan operasional Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional, dibatasi hingga 1 tahun.
9 Penurunan Kuantitas Air 1 tahun Penurunan Kuantitas Air Tanah di sekitar
Tanah pelabuhan diperkirakan akan mengalami
penurunan setelah 1 tahun operasional, dengan
asumsi tidak ada kegiatan yang lain
mempengaruhi.
Pendahuluan I - 72
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Pendahuluan I - 73
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Komponen rona lingkungan yang ditelaah adalah komponen geofisik kimia, biologi
dan sosial ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Komponen geofisik kimia meliputi
iklim, kualitas udara, kelerengan, hidro-oceanografi, dan kualitas air. Komponen biologi
meliputi biota darat (flora dan fauna) dan biota perairan. Adapun komponen sosial ekonomi
meliputi kepadatan penduduk, mata pencaharian, dan pendapatan penduduk. Komponen
sosial budaya meliputi, adat istiadat, interaksi sosial budaya dan persepsi masyarakat
terhadap proyek. Komponen kesehatan masyarakat meliputi kondisi kesehatan masyarakat
dan kesehatan lingkungan.
Berdasarkan data stasiun klimatologi Pelabuhan Ratu-Sukabumi selama kurun waktu tahun
2007-2011, suhu udara rata-rata bulanan di Kabupaten Sukabumi berkisar atara 20,5°C -
27,3°C. Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan November 2010 (28,4°C) dan suhu udara
terendah terjadi pada bulan Agsutus 2009 (20,0°C), sedangkan suhu udara rata-rata adalah
24,5°C. Untuk lebih jelasnya data suhu udara bulanan di Kabupaten Sukabumi disajikan
pada Tabel 2.1.
Kelembapan udara rerata di Kabupaten Sukabumi berkisar antara 80% - 89% dengan
kelembapan tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember 2008, sedangkan
kelembapan terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus 2011 dengan kelembapan rata-rata
73%. Lebih jelasnya data kelembapan udara bulanan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada
Tabel 2.2.
RATA 2 89 88 88 80 80
Sumber : BMG Pelabuhan Ratu-Sukabumi, 2011
Kecepatan angin rata-rata bulanan di Kabupaten Sukabumi berkisar antara 1 knots – 6,9
knots, dengan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan September 2007 dan kecepatan angin
terendah terjadi pada Desember 2007 dan April, Juni dan Desember 2009. Lebih jelasnya
data kecepatan angin bulanan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 2.3.
Curah hujan bulanan berkisar antara 0 – 1.161 mm/bulan dengan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Desember 2007 dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli 2008
dan Juli-Oktober 2011, (Tabel 2.4).
Banyaknya hari hujan di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 2.5. Dalam kurun
waktu antara 2007 hingga 2011, Kabupaten Sukabumi memiliki jumlah hujan tertinggi pada
tahun 2010 dengan 195 hari hujan dan terendah pada tahun 2011 dengan 138 hari hujan.
RATA 2 13 13 12 16 13
Sumber : BMG Pelabuhan Ratu-Sukabumi, 2011
Untuk mengetahui kualitas udara di lokasi proyek dan sekitarnya dilakukan pengukuran
kualitas udara dengan cara penangkapan udara menggunakan absorben dan selanjutnya
dianalisis di laboratorium. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter kualitas udara
dilakukan oleh Laboratorium Unilab Perdana.
Untuk lebih jelasnya, pada tabel dibawah ini disajikan hasil pengukuran kualitas udara,
metoda pengujian dan baku mutu kualitas udara.
HASIL
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU*
UW DW PM
1 Temperatur o
C - 30 - 31 31 - 32 33 - 34
2 Kelembaban % RH - 67 - 70 63 - 67 56 - 59
3 Arah Angin Dominan - - Barat Barat Barat
4 Kecepatan Angin Rata-rata km/Jam - 2,1 2,3 2,6
5 Cuaca - - Cerah Cerah Cerah
6 Sulfur Dioksida, SO2 µg/m3 900/1H 23,73 22,92 20,12
7 Karbon Monoksida, CO µg/m3 30000/1H 2.795 2.555 2.497
HASIL
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU*
UW DW PM
8 Nitrogen Dioksida, NO2 µg/m 3 400/1H 16,36 13,11 11,28
9 Oksidan, O3 µg/m3 235/1H 28,78 27,25 35,46
10 Hidrokarbon, HC µg/m 3 160/3H 85 79 79
11 Debu, Partikulat µg/m 3 230 85 75 63
12 Timbal, Pb µg/m3 2 0,06 <0.001 0,03
13 Kebisingan dB (A) 70.0** 72,3 65,9 55,2
Sumber : Data Primer PT. UNILAB PERDANA, 2014
Keterangan :
UW = Up Wind LS 06º 58’ 54‚10” BT 106º 32’ 19‚30”
DW = Down Wind LS 06º 58’ 55‚71” BT 106º 32’ 25‚85”
PM = Pemukiman Masyarakat / Kp. Babadan LS 06º 58’ 56‚22” BT 106º 32’ 33‚80”
*) Baku Mutu Kualitas Udara Berdasarkan PPRI No 41 Tahun 1999
**) Baku Mutu Kebisingan Berdasarkan Kepmenlh No.Kep-48/MENLH/11/1996
2.2. HidroGeologi
Kajian hidrologi dalam rencana pembangunan Pelabuhan di Kecamatan Palabuhanratu
adalah dengan menyajikan potensi aliran permukaan dan kondisi neraca air.
KADAR *) HASIL
NO PARAMETER SATUAN MAKSIMUM I II
I PARAMETER WAJIB HASIL
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kese hatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli MPN/100 ml 0 0 0
2) Total Bakteri Koliform MPN/100 ml 0 0 0
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/L 0,01 <0,005 <0,005
2) Fluorida (F) **) mg/L 1,5 0,42 0,32
3) Total Kromium (Cr) mg/L 0,05 <0,00312 <0,00312
4) Kadmium (Cd) mg/L 0,003 <0,00180 <0,00180
5) Nitrit (sebagai NO2-) **) mg/L 3 <0,002 <0,002
6) Nitrat, (sebagai NO3-) **) mg/L 50 12,4 12,8
7) Sianida (CN) **) mg/L 0,07 <0,005 <0,005
8) Selenium (Se) mg/L 0,01 <0,002 <0,002
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kese hatan
a. Parameter Fisik
1) Bau - Tdk.berbau Tdk berbau Tdk berbau
2) Warna **) TCU 15 2 2
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 500 190 216
4) Kekeru han NTU 5 5 4
5) Rasa - Tdk.berasa Tdk berasa Tdk berasa
o
6) Su hu (insitu)**) C Su hu udara + 3 28,4 29,4
b. Parameter kimiawi
1) Aluminium (Al) mg/L 0,2 <0,00371 <0,00371
2) Besi (Fe) **) mg/L 0,3 <0,00306 <0,00306
3) Kesada han **) mg/L 500 64,7 70,6
4) Khlorida (Cl) **) mg/L 250 26,0 35,5
5) Mangan (Mn) **) mg/L 0,4 <0,00289 <0,00289
6) pH (insitu) 26 °C) **) - 6,5-8,5 7,78 7,25
7) Seng (Zn) mg/L 3 <0,00851 <0,00851
8) Sulfat **) mg/L 250 12,9 14,1
9) Tembaga (Cu) **) mg/L 2 <0,00864 <0,00864
10) Amonia **) mg/L 1,5 0,01 0,09
II PARAMETER TAMBAHAN
a. KIMIAWI
Ba han Anorganik
1) Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 <0,0005 <0,0005
2) Antimon (Sb) mg/L 0,02 <0,002 <0,002
3) Barium (Ba) mg/L 0,7 <0,00419 <0,00419
4) Boron (B) mg/L 0,5 <0,01 <0,01
5) Molybdenum (Mo) mg/L 0,07 <0,02 <0,02
6) Nikel (Ni) mg/L 0,07 <0,00430 <0,00430
7) Sodium (Na) mg/L 200 15,0 19,9
8) Timbal (Pb) mg/L 0,01 <0,00451 <0,00451
b. Ba han Organik
1) Zat Organik (KMnO4) **) mg/L 10 1,0 1,3
2) Deterjen (MBAS) mg/L 0,05 <0,01 <0,01
c. Pestisida mg/L - - -
d. Desinfektan dan hasil sampingnya
1) Chlorine (Cl2) mg/L 5 <0,01 <0,01
Sumber : Data Primer PT. UNILAB PERDANA, 2014
I = Sumur mushola pemukiman masyarakat
II = Sumur hotel
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum
2.3. Hidrologi
2.3.1. Air Permukaan
Dijumpai sebagai sungai relatif kecil yaitu Sungai Ci Pelabuhan terletak ± 600 m di arah
selatan. Anak sungai yang menggabung ke Ci Pelabuhan di bagian hulu yaitu Ciparigi.
Sungai kecil lainnya yang terdapat di sekitar daerah kajian ini adalah Citepus, terletak
sekitar 800 m di arah utara. Kesemua sungai tersebut tergolong sebagai sungai yang
mengalir sepanjang musim (perennial stream) dan bermuara di Teluk Pelabuhanratu.
Keberadaan sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi sering dimanfaatkan
penduduk terutama yang mendiami daerah disepanjang alur sungai untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan untuk pengairan. Sungai sangat penting dalam pengelolaan
wilayah pesisir, karena fungsi-fungsinya untuk transportasi, sumber air bagi masyarakat,
perikanan, pemeliharaan hidrologi rawa dan lahan basah. Sebagai alat angkut, sungai
membawa sedimen (lumpur, pasir dan kerikil), sampah dan limbah serta zat hara, melalui
wilayah permukiman, teriminal, perkantoran dan akhirnya yaitu ke laut. Dampaknya
adalah terciptanya dataran berlumpur, pantai berpasir dan bentuk pantai lainnya.
Seandainya debit air sungai berkurang dan beban penggunaannya semakin banyak, maka
kualitas air semakin menurun sampai titik yang membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Kondisi fisiografi dan penutupan lahan di wilayah kajian saat ini antara lain memiliki
relief curam dengan tanah berpasir, jenis batuan gunung api neogen. Berdasarkan
informasi tersebut dan rujukan pada Tabel 3.3, maka pendekatan nilai rata-rata koefisien
aliran permukaan adalah 0,20, nilai rata-rata curah hujan per hari yang digunakan adalah
6 mm/hari, sedangkan nilai maksimum mutlak curah hujan maksimum per hari adalah 90
mm/hari. Dengan demikian perkiraan potensi maksimum dan potensi rata-rata aliran
permukaan per hari adalah:
Dengan kondisi alami seperti saat ini, diperkirakan rata-rata sekitar 12 m3/ha air per hari
atau setara dengan 3 It/dt air per ha curah hujan akan menjadi aliran permukaan dan
mengalir memasuki hulu sungai Cipatuguran. Pada kondisi ekstrim, diperkirakan sekitar
140 m3/ha air per hari atau setara dengan 39 It/dt air per ha curah hujan akan menjadi aliran
permukaan dan mengalir memasuki hulu sungai Cipatuguran
Teluk Pelabuhanratu
Skala 1 : 100.000
Keterangan
Setempat akifer produktif sedang pada pedataran alluvium pantai,
debit sumur < 5 lt/detik.
Peta sumber gempa bumi terkait dengan keberadaan struktur sesar seperti disajikan pada
Gambar berikut. Menurut pembagian zona percepatan gempa permukaan (Beca Carter,
1979) dan Peta Zonasi Gempa Indonesia (Kem. PU, 2010), daerah studi termasuk pada
percepatan () 0.2 – 0.3 gal.
Peta sumber gempabumi di Jawa Barat dan Banten (Soehaimi dkk, 2004).
1. Tsunami
Salah satu faktor kendala lainnya yang harus dipertimbangkan dalam suatu
perencanaan pembangunan di pantai Pelabuhanratu adalah tsunami. Pantai ini
berhadapan langsung dengan lajur tumbukan lempeng Samudera Hindia-Australia dan
Lempeng Kontinen Asia (Eurasia) yang merupakan salah satu jalur gempa paling aktip di
dunia (Katili, 1972, Hamilton, 1979). Didasarkan hasil Kajian Nasional Bahaya Tsunami
Indonesia (Nick Horspool, dkk., 2013), pantai Pelabuhanratu termasuk pada daerah
berpotensi tsunami cukup tinggi dengan probabilitas 3,3 %. Pada perioda ulang 100
tahun ketinggian landaan tsunami maksimum > 3 m, dan pada perioda ulang 500 tahun
ketinggian landaan tsunami maksimum mencapai 10,6 m, sedangkan pada perioda ulang
2500 tahun ketinggian landaan tsunami mencapai 28,0 m. Berdasarkan sejarahnya,
dengan:
ET = evapotraspirasi hutan tahunan
P = jumlah curah hujan tahunan
ft = fungsi suhu = 300 + 25t + 0,05t³, dengan t adalah suhu rata-rata
tahunan dalam derajat celcius.
Seperti disinggung di atas, curah hujan rata-rata tahunan daerah studi adalah 3146,8
mm dan suhu rata-rata tahunan adalah 24,60 C, sehingga ET hutan adalah 1484,3 mm
atau 47,16 % dari curah hujan tahunan. Besarnya evapotranspirasi pada lahan bukan
hutan dapat dihitung dengan cara pendekatan Engler (dalam Seyhan, 1977), yaitu
bahwa besarnya perbandingan evapotranspirasi (ET) hutan dan belukar yaitu 1 : 43.
Berdasarkan peta rupa bumi (Bakosurtanal, 2000), daerah studi ditempati oleh
semaka/belukar sehingga besarnya evapotranspirasi di tapak studi adalah 638,2
mm/tahun atau sekitar 20,28 % dari curah hujan, atau dengan koefisien
evapotranspirasi = 0, 20.
- Run off
Komponen run off merupakan kebalikan dari infiltrasi artinya semakin besar nilai run
off maka infiltrasi semakin kecil. Nilai koefisien run off daerah studi mangacu pada
klasifikasi run off menurut Suripin (2004) dimana untuk lahan pedataran berpasir
dengan sudut kemiringan lahan 2 – 7 % yaitu Cr = 0,15.
Infiltrasi
Dengan diketahuinya ketiga komponen yang telah diketahui di atas, maka infiltrasi (I) =
P – (R + ET) = 3146,8 mm – (638,2 mm + 472,02 mm) = 2036,58 mm. Sehingga koefisien
infiltrasi (Ci) adalah 0,64.
2.3.4. Hidrooseanografi
Survei hidro-oseanografi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai
kondisi actual dari perairan disekitar lokasi studi. data-data yang diperoleh merupakan
data dari pekerjaan yang pernah dilakukan di lokasi yang sama dengan lokasi studi. Lebih
jelas mengenai data yang diperoleh dari pelaksanaan survei yang dilakukan akan
dijelaskan pada bagian ini selanjutnya.
1. Kualitas Air Laut
Pengambilan sampel kualitas air laut dilakukan di 3 (tiga) titik sampling yaitu pada
koordinat GPS;
Air Laut (500 M Sebelah Selatan) LS 06º 59’ 17‚11” BT 106º 32’ 20‚90”
Air Laut (500 M Sebelah Barat) LS 06º 54’ 17‚00” BT 106º 32’ 10‚70”
Air Laut (500 M Sebelah Utara) LS 06º 58’ 56‚36” BT 106º 32’ 04‚14”
Data selengkapnya hasil pengukuran kualitas air laut disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2 8 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut Di Lokasi Studi
HASIL
NO PARAMETER SATUAN
MUTU I II III
A. FISIKA
coral: > 5
1. Kecera han (insitu) Meter mangrove: - 2,6 2,5 2,8
lamun: >3
2. Kebauan (insitu) - Alami Alami Alami Alami
3. Kekeru han NTU <5 3 4 5
coral: 20
4. Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L mangrove: 80 3 6 7
lamun: 20
Alami
5. Su hu (insitu) **) OC coral: 28-30 Ni hil Ni hil Ni hil
mangrove:d 28 -32
lamun: 28-30
6. Lapisan minyak (insitu) - Ni hil 29,8 29,6 29,8
7. Sampa h (insitu) - Ni hil Ni hil Ni hil Ni hil
B. KIMIA
1 pH (insitu) **) - 7 - 8.5 8,39 8,42 8,47
2 Salinitas 0 Alami 37 36 37
3 Oksigen terlarut (DO) mg/L >5 6,6 6,6 6,6
4 BOD5 mg/L 20 2 5 2
5 Amonia total (NH3-N) **) mg/L 0,3 0,10 0,15 0,10
6 Fosfat (PO4-P) **) mg/L 0,015 0,01 0,02 0,34
7 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,008 0,634 0,811 0,683
8 Sianida (CN) mg/L 0,5 <0,005 <0,005 <0,005
9 Sulfida (H2S) mg/L 0,01 <0,002 <0,002 <0,002
10 Fenol mg/L 0,002 <0,001 <0,001 <0,001
11 Surfactan anion (MBAS) mg/L 1,0 <0,01 <0,01 <0,01
12 Minyak & Lemak mg/L 1,0 <0,2 <0,2 <0,2
13 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 <0,0005 <0,0005 <0,0005
14 Khromium VI (Cr 6') mg/L 0,005 <0,005 <0,005 <0,005
15 Arsen (As) mg/L 0,012 <0,002 <0,002 <0,002
16 Kadmium (Cd) mg/L 0,001 <0,00180 <0,00180 <0,00180
17 Tembaga (Cu) mg/L 0,008 <0,0005 <0,0005 <0,0005
18 Timbal (Pb) mg/L 0,008 <0,005 <0,005 <0,005
19 Seng (Zn) mg/L 0,05 <0,0005 <0,0005 <0,0005
20 Nikel (Ni) mg/L 0,05 <0,002 <0,002 <0,002
C. MIKROBIOLOGI
1 Coliform (total) MPN/100ml Ni hil 0 0 0
2 Bakteri Patogen Sel/100ml Ni hil 0 0 0
Sumber : Data Primer PT. UNILAB PERDANA, 2014
I = Air Laut (500 M Sebelah Selatan) LS 06º 59’ 17‚11” BT 106º 32’ 20‚90”
II = Air Laut (500 M Sebelah Barat) LS 06º 54’ 17‚00” BT 106º 32’ 10‚70”
III = Air Laut (500 M Sebelah Utara) LS 06º 58’ 56‚36” BT 106º 32’ 04‚14”
*) Baku Mutu Berdasarkan Kepmenlh No. Kep-51/MENLH/2004, Untuk Pelabuhan
Berdasarkan keempat sampel kualitas air laut diatas menunjukan hampir semua
parameter kualitas air laut yang diukur masih memenuhi baku mutu air laut (Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut).
Terdapat sebanyak tiga parameter yang tidak memenuhi baku mutu air laut yakni
Kecerahan, Fosfat dan Nitrat yaitu di titik 3 pengambilan sampel air laut. Hal ini
diperkirakan berasal dari BBM dan minyak pelumas yang berasal dari kapal yang
beroperasional di sekitar perairan Pelabuhanratu.
2. Pasang Surut
Data pasang surut diperoleh dari hasil pengolahan data dari pekerjaan yang pernah
dilakukan di lokasi studi yang sama. Data yang dihasilkan untuk periode pengamatan
tanggal 7 – 22 Juni 2012 selama 15 hari pengamatan dapat dilihat pada tabel pengamatan
dibawah.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
6/11/2012 53.0 56.1 57.7 57.8 56.5 54.5 52.2 50.2 48.7 47.8
6/12/2012 47.2 46.3 44.9 42.7 39.9 36.9 34.3 32.9 33.2 35.3 39.2 44.0 48.9 52.9 55.2 55.5 54.0 51.3 48.4 46.3 45.6 46.5 48.8 51.5
6/13/2012 53.7 54.2 52.6 48.7 43.2 37.1 32.0 29.2 29.5 32.9 38.9 46.1 52.9 57.6 59.2 57.5 53.0 47.1 41.4 37.8 37.1 39.8 45.1 51.5
6/14/2012 57.2 60.5 60.1 55.8 48.5 39.8 31.9 26.9 26.0 29.8 37.3 46.8 56.0 62.4 64.5 61.8 55.0 45.8 36.8 30.4 28.3 31.1 38.3 47.8
6/15/2012 57.2 63.9 66.0 62.8 54.9 44.4 33.9 26.2 23.5 26.6 34.8 46.1 57.6 66.4 70.1 67.7 59.6 47.8 35.4 25.5 20.6 22.1 29.6 41.1
6/16/2012 53.6 63.9 69.3 68.3 61.2 50.0 37.6 27.4 22.3 23.7 31.6 43.9 57.6 69.0 75.1 74.1 66.0 52.7 37.5 24.0 15.6 14.4 20.6 32.5
6/17/2012 47.0 60.5 69.3 71.4 66.4 55.7 42.3 30.1 22.6 21.8 28.4 40.8 55.8 69.6 78.5 79.8 73.1 59.6 42.6 26.1 14.1 9.3 12.9 23.6
6/18/2012 38.7 54.2 66.2 71.6 69.4 60.4 47.3 34.0 24.3 21.2 25.8 37.2 52.6 68.1 79.6 83.9 79.5 67.3 50.0 31.5 16.3 7.8 7.9 16.1
6/19/2012 30.2 46.4 60.5 68.9 69.9 63.4 51.7 38.3 27.2 21.9 24.1 33.7 48.5 64.8 78.3 85.5 84.1 74.3 58.1 39.2 21.9 10.2 6.5 11.3
6/20/2012 23.0 38.3 53.2 63.8 67.7 64.1 54.7 42.3 30.8 23.8 23.8 31.1 44.2 60.1 74.7 84.3 86.1 79.4 65.6 47.7 29.8 15.9 8.9 10.0
6/21/2012 18.4 31.5 45.7 57.2 63.2 62.6 55.8 45.3 34.5 26.8 24.8 29.7 40.6 55.0 69.5 80.5 84.9 81.6 71.0 55.5 38.6 23.9 14.6 12.4
6/22/2012 17.1 27.1 39.3 50.4 57.5 59.0 54.9 46.9 37.6 30.2 27.1 29.8 38.1 50.4 63.6 74.7 80.8 80.4 73.3 61.2 46.6 32.8 22.7 18.1
6/23/2012 19.5 26.0 35.2 44.5 51.4 54.1 52.3 46.9 39.8 33.5 30.3 31.5 37.5 47.0 58.0 68.0 74.5 76.0 72.1 63.5 52.3 40.8 31.5 26.0
6/24/2012 25.0 28.2 34.1 40.7 46.1 48.8 48.4 45.2 40.6 36.3 33.9 34.6 38.7 45.6 53.8 61.6 67.2 69.3 67.5 62.2 54.7 46.5 39.4 34.6
6/25/2012 32.7 33.4 36.2 39.6 42.5 44.1 43.9 42.3 40.0 38.0 37.3 38.5 41.7 46.4 51.7 56.6 60.0 61.3 60.3 57.4 53.3 48.9 45.0 42.3
6/26/2012 40.9 40.6 41.0 41.3 41.3 40.7 39.7 38.6 38.1 38.4 39.9 42.6 45.9 49.4
Sumber : Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Palabuhanratu, 2012
Dari hasil pengamatan diatas dibuat grafik pasang surut untuk menentukan perioda
pasang surut yang dapat dilihat pada grafik dibawah.
Berdasarkan hasil pengukuran diatas, maka dapat diketahui bahwa tipe pasang surut dari
lokasi studi adalah Campuran Semi Diurnal yaitu dalam sehari mengalami 2 kali perioda
pasang dan surut, dengan nilai F = 0,46.
3. Bathimetri
Data bathimetri diperoleh dari hasil pengolahan data pemeruman dari pekerjaan yang
pernah dilakukan di lokasi studi yang sama. Berikut ini diperlihatkan gambaran
kedalaman laut di sekitar lokasi studi.
Dari gambaran kedalaman laut diatas diketahui kedalaman lokasi studi bervariasi dari 0
meter dibawah permukaan laut hingga 135 meter dibawah permukaan laut.
1m
1.5 m
1m
Lokasi Pelabuhan
Ratu
1m
1.5 m
0.7 m
0.1 m
Lokasi Pelabuhan
Ratu
0.7 m
0.05 m
0.05 m
0.1 m
4. Arus Laut
Arus laut, baik arus prevalen maupun arus yang berhubungan dengan pasang surut,
sangat berpengarauh di dalam olah-gerak kapal, bahkan dapat menjadi faktor yang
menentukan ukuran kapal. Wilayah ini diplih karena kecepatan arus yang relatif
kecil.yaitu sebesar 0,59-0,294 m/detik menuju barat daya pada saat Purnama dan 0,015-
0,186 m/detik menuju tenggara pada saat perbani.
Raya yang merupakan jalan utama yang menghubungkan Kota Palabuhan Ratu dengan
Desa Citepus dan Desa Cisolok. Disekitar pantai ini banyak ditemui penginapan-
penginapan sehingga pantai ini terbilang cukup ramai dipenuhi wisatawan. Pantai
Karang Sari merupakan Pantai yang akan dirubah fungsinya menjadi Pelabuhan baru.
Kondisi umum Pantai Karang Sari dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2 8. Situasi Di Pantai Karang Sari, Terlihat Banyak Bangunan Semi Permanen
Milik Pedagang Setempat
Di Pantai Karang Sari ditemukan adanya Abrasi yang mengakibatkan berubahnya garis
pantai, lokasi abrasi ini terdapat pada sebelah utara pantai. Lokasi tersebut merupakan
ujung utara dari Pantai Karang Sari, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Endang
yang merupakan warga setempat yang membuka usaha berupa warung di Pantai Karang
Sari mengatakan bahwa lokasi tersebut mengalami abrasi, pada tahun 2000 di lokasi
abrasi tersebut masih bisa dilewati oleh pengunjung karena masih merupakan pantai
berpasir, namun saat ini pantai berpasir sudah hilang dan hanya ada batuan karang yang
mana batuan karang tersebut juga merupakan pondasi dari hotel yang ada diatasnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Bapak Endang juga menjelaskan bahwa pada musim Barat (Desember – Januari), air laut
mencapai ke bangunan semi permanen milik pedagang, dan menyebabkan kerusakan
cukup parah pada bangunan semi permanen tersebut, gelombang terbesar yang pernah
terjadi adalah musim barat pada Tahun 2007 dan Tahun 2012.
Menurut hasil wawancara dengan warga setempat, Bapak Husni yang merupakan
nelayan Gado Bangkong, pada tahun 1998 di lokasi abrasi tersebut merupakan
pemukiman nelayan, namun karena tingkat abrasi yang tinggi di daerah tersebut dan
merusak bangunan pemukiman, warga akhirnya pindah dan pantai tersebut hanya
dijadikan tempat sandar kapal- kapal nelayan setempat. Pada Musim Barat, pantai ini
juga mendapat imbas langsung dari gelombang yang besar, sehingga nelayan- nelayan
lokal menyandarkan perahunya di Pantai Karang Sari karena Pantai tersebut relatif lebih
aman dibandingkan dengan Pantai Gado Bangkong.
c. Pantai Cipatuguran
Pantai Cipatuguran merupakan Pantai yang bersebelahan langsung dengan lokasi PLTU
Palabuhan Ratu, sekitar 2 Km dari alun-alun Kota Palabuhan Ratu. Lokasi pantai ini
berada tepat di sebelah utara breakwater milik PLTU Palabuhan Ratu, terletak pada
07°01’09.94” LS dan 106°32’25.06” BT. Fungsi dari Pantai ini adalah untuk wisata, namun
pada saat survey lapangan dilaksanakan, tidak ada pengunjung yang datang ke pantai ini.
Kebanyakan hanya ada nelayan lokal yang datang ke pantai ini untuk menjual hasil
tangkapannya. Selain sebagai tempat wisata, Pantai ini merupakan tempat nelayan
setempat menjual hasil tangkapannya ke tengkulak lokal.
Gambar 2 12. Lokasi Sandar Perahu milik nelayan di Pantai Cipatuguran dengan latar
belakang PLTU Palabuhan Ratu
Lokasi Akresi di Pantai ini terdapat pada daerah pantai yang berbatasan langsung dengan
breakwater milik PLTU Palabuhan Ratu. Menurut Bapak Barnas yang merupakan
Nelayan setempat, pada tahun 2000 garis pantai berada 50 meter kearah daratan dari garis
pantai yang sekarang. Bapak Barnas menambahkan bahwa proses Akresi tersebut mulai
ada sejak pembangunan breakwater PLTU Palabuhan Ratu dimulai. Hal ini mungkin
disebabkan oleh pendangkalan akibat hasil sedimentasi dari sedimen yang terperangkap
oleh breakwater. Sehingga hasil akumulasi dari endapan sedimen yang terperangkap
tersebut merubah garis pantai di lokasi tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 2 13. Lokasi Akresi di Pantai Cipatuguran yang bersebelahan langsung dengan
PLTU Palabuhan Ratu
Gambar 2 15. Hasil Pemodelan Transformasi Gelombang (Arah Gelombang Menuju: Timur)
Gambar 2 16. Hasil Pemodelan Transformasi Gelombang (Arah Gelombang Menuju: Timur Laut)
Gambar 2 17. Hasil Pemodelan Transformasi Gelombang (Arah Gelombang Menuju: Utara)
Gambar 2 18. Hasil Pemodelan Transformasi Gelombang (Arah Gelombang Menuju: Utara)
Berdasarkan hasil permodelan seperti yang digambarkan pada gambar diatas, dapat
dilihat bahwa gelombang maksimum yang masuk di kolam pelabuhan masih mencapai
lebih dari 0.50 meter.
.PETA BATHIMETRI
Gambar 2 19
2. Pemodelan Batimetri
Peta batimetri dihasilkan dari proses pengolahan data survei batimetri menggunakan
software pemodelan Mike 21 agar dapat terintegrasi dengan berbagai modul hydro-
oseanografi. Berikut adalah peta batimetri Perairan Karang Sari.
Posisi pelabuhan yang direncanakan menghadap ke arah Barat Daya, terlihat dengan pola
kedalaman artifisial yang diperuntukkan sebagai kolam pelabuhan. Lokasi perairan yang
dimodelkan adalah seluas 360 m x 327 m dengan variasi kedalaman 0 s/d -25 m
berdasarkan LLWS (Lowest Low Water Surface).
3. Pemodelan Pola Arus
Pola arus di perairan Karang Sari dipetakan menggunakan software Mike21 dengan
modul FMHD (Flowmodel Hydrodynamic). Data-data yang digunakan adalah batimetri
perairan Karang Sari dan data pasang surut di ketiga batas lokasi pemodelan (boundary).
Hasil pemodelan adalah sebagai berikut:
Hasil pemodelan arus menunjukkan bahwa saat pasang arah arus bergerak dominan dari
Barat Daya ke Utara kemudian berbelok ke Barat Laut dengan sebagian kecil terpecah ke
arah Tenggara pada posisi mendekati daratan atau rencana causeway. Distribusi
kecepatan arus mengikuti pola arah dominan yang terjadi, dengan kisaran 7-7.5 m/dtk
dari Barat Daya hingga 5-5.5 m/dtk ke Barat Laut dan melambat didepan rencana kolam
pelabuhan lalu kemudian meningkat lagi hingga 4-4.5 m/dtk ke arah Tenggara.
Dari kedua hasil pemodelan diatas dapat disimpulkan bahwa pola arah arus dominan di
Perairan Karang Sari relatif konstan dengan faktor pembeda hanya pada rentang
kecepatannya saja. Terlihat dari hasil pemodelan pola arus pada saat surut, kecepatan arus
di Barat Daya dapat mencapai 8.4 m/dtk kemudian menurun mengikuti pola arah arus
dominan.
4. Pemodelan Gelombang
Informasi karakteristik gelombang di suatu perairan merupakan faktor yang sangat
penting pada perencanaan pelabuhan, dalam hal ini khususnya ketinggian gelombang
maksimum (Hmax) dalam periode tertentu. Pemodelan gelombang di Perairan Karang
Sari dikhususkan untuk menampilkan data ketinggian gelombang maksimal dan arah
pergerakannya dalam kurun waktu 10 tahun. Pemodelan gelombang masih
menggunakan software Mike21 dengan modul SW (Spectral Wave). Data-data yang
digunakan adalah batimetri perairan Karang Sari, data angin, dan data ketinggian serta
periode gelombang signifikan dari 5 arah mata angin yaitu, Barat, Barat Daya, Selatan,
Tenggara dan Barat Laut. Hasil pemodelan adalah sebagai berikut:
Gambar 2 23. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat dalam kurun waktu 10 tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat berkisar antara 0.45
m hingga lebih dari 2.1 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian gelombang
berkisar antara 1.5 m hingga 1.8 m dengan arah perambatan konstan. Arah perambatan
mengalami perubahan ke Timur Laut (refraksi) di area rencana causeway.
Gambar 2 24. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Daya dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat Daya berkisar antara
0.7 m hingga diatas 1.25 m dengan pola perambatan yang konstan ke arah Timur Laut.
Gambar 2 25. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Laut dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat Laut berkisar antara
0.45 m hingga lebih dari 2.25 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian
gelombang berkisar antara 1.35 m hingga 1.95 m dengan arah perambatan konstan. Arah
perambatan mengalami perubahan ke Timur Laut (refraksi) di area rencana causeway
hingga memanjang ke arah Tenggara dengan ketinggian yang menurun saat mendekati
pantai.
Gambar 2 26. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Selatan dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Selatan berkisar antara 0.7
m hingga diatas 1.8 m dengan pola perambatan yang konstan ke arah Utara. Terlihat
cakupan area perambatan gelombang dengan kisaran ketinggian diatas 1.8 m yang luas
karena perambatannya mengikuti morfologi dasar perairan Karang Sari.
Gambar 2 27. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Tenggara dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Tenggara berkisar antara
0.45 m hingga 2.25 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian gelombang berkisar
antara 1.5 m hingga 1.8 m dengan arah perambatan relatif konstan menuju Barat Laut.
Arah perambatan mengalami sedikit perubahan ke Barat Laut-Utara (refraksi) mendekati
area rencana pelabuhan karena dipengaruhi bentuk morfologi daratan serta dasar
perairan.
2.4.1. Transportasi
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi, pengembangan wilayah, Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban
fungsi pelayanan publik. Di nisi lain transportasi juga berkembang sebagai industri jasa.
Untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum
transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan
pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat lugs dengan harga terjangkau baik di
perkotaan maupun perdesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah pedalaman dan terpencil, serta untuk melancarkan mobilitas distribusi barang
dan jasa dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Oleh sebab itu
pembangunan transportasi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi
secara efisien, andal, berkualitas, aman dan harga terjangkau.
jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Sukabumi yang paling dominan adalah sepeda
motor, disusul dengan kendaraan jenis otolet dan kendaraan roda empat berupa minibus.
Prasarana dan sarana transportasi sangat dibutuhkan dalam melakukan aktivitas
perjalanan atau pergerakan baik barang dan penumpang yang dapat dilayani melalui jalur
darat dan jalur laut. Sedangkan kondisi utilitas diperlukan karena merupakan penunjang
dalam memenuhi setiap kebutuhan dasar manusia.
1. Transportasi Darat
Perencanaan sistem transportasi di Kabupaten Sukabumi pada dasarnya Bertujuan untuk
menciptakan pergerakan barang dan orang yang optimal sehingga sistem transportasi
yang direncanakan dapat mendukung seluruh kegiatan yang terjadi baik di dalam
wilayah Kabupaten Sukabumi maupun di wilayah sekitarnya. Berdasarkan penjelasan
diatas, prasarana dan sarana transportasi darat dibutuhkan untuk memudahkan
pergerakan barang dan penumpang di daratan. Hal-hal yang berkaitan dengan
transportasi darat dalam pembahasan ini meliputi : jaringan jalan dan sarana transportasi
lainnya seperti terminal.
- Jaringan Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007 yang dikelola
oleh negara sepanjang 49.932 km, yang dikelola oleh prpinsi sepanjang 426.448 km, dan
yang dikelola kabupaten sepanjang 1.316.300 km untuk jalan desa terdapat sepanjang
408.350 km.
Tabel 2 11. Panjang Jalan Menurut Kewenangan
No Jenis Kewenangan Panjang Jalan
(Km)
1 Jalan Nasional 49.932
2 jalan Provinsi 426.448
3 Jalan Kabuapaten 1.316.300
4 Jalan Kota 27.660
Sumber: Dinas Perhubungan 2010
Kondisi pasir dasar laut berupa pasir putih dan karang abu-abu kehitaman.
Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dapat disimpulkan bahwa karang-karang
yang terdapat di perairan sekitar lokasi merupakan karang tidak aktif (karang mati). Hal
ini dicirikan berwarna hitam. Di lokasi kegiatan juga tidak terdapat ekosistem lamun
ataupun ekosistem mangrove yang terhampar di persisir pantai.
Secara umum vegetasi di lokasi pembangunan merupakan tanaman pesisir yang hanya
terdiri dari beberapa jenis tanaman sebagian besar berfungsi sebagai tanaman peneduh.
Penutupan vegetasi di lokasi pembangunan cukup terbuka, hanya terdapat beberapa jenis
pohon dan semak dan herba. Di lokasi kegiatan tidak ditemukan mangrove yang tumbuh
pada pesisir pantai tersebut. Jumlah jenis flora yang dapat tercatat adalah sebanyak 11
jenis tanaman. Jenis tanaman yang termasuk kelompok pohon ada 4 jenis, kelompok
semak ada 3 jenis dan yang termasuk herba ada 4 jenis. Untuk lebih lengkapnya
mengenai data jenis vegetasi di wilayah studi disajikan pada Tabel di bawah ini
internasional. Data selengkapnya jenis mammalia dan reptilia yang ditemukan di wilayah
studi disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2 14 Jenis mammalia dan reptilia yang ditemukan di wilayah studi
Nama
No. Kelas Bangsa Suku Nama Jenis Penemuan
Indonesia
1 Mammalia Chiroptera Pteropodidae Cynopterus sp. Codot Observasi
2 Rodentia Muridae Rattus norvegicus Tikus got Observasi
Hemidactylus
3 Reptilia Squamata Gekkonidae Cicak rumah Observasi
frenatus
Eutropis
4 Scincidae Kadal Observasi
multifasciata
Sumber: Data Primer, 2014.
HASIL SAMPLING
NO INDIVIDU I II III
Fitoplankton
CHRYSOPHYTA
1 Amphiprora sp. 495 990
2 Amphora sp. 495
3 Bacillaria paradoxa 3960 5940 4455
4 Bacteriastrum hyalinum 2970 1980 2475
5 Bacteriastrum varians 1980 2475 1485
6 Bacteriastrum sp. 990 1485 1980
7 Biddulphia mobilliensis 2475 2970
8 Biddulphia sinensis 1485 2475 1980
9 Chaetoceros brevis 2970 2475 3465
10 Chaetoceros curvisetum 7425 5940 6435
11 Chaetoceros decipiens 3465 2970 3960
12 Chaetoceros laevis 1980 2475 1485
13 Chaetoceros pendulum 2475 1485 2475
14 Chaetoceros sp.1 2970 1485 2475
15 Chaetoceros sp.2 990 1485
16 Chaetoceros sp.3 1485
17 Coscinodiscus asteromphalus 1980 2475 1485
18 Coscinodiscus sp. 3465 3960 2970
19 Climacosphenia sp. 1485 1980
20 Ditylum sol 2970 3960 3465
21 Eucampia sp. 990 1485
22 Ethmodiscus gazellae 495 990 990
23 Guinardia flaccida 3960 3465 4455
24 Hemiaulus sinensis 990 990
25 Hemidiscus cuneiformis 495 990 990
26 Hyalodiscus stelliger 990 1980 1485
27 Lauderia borealis 4455 3960 3465
28 Navicula sp.1 1980 1980 2475
29 Navicula sp.2 990 1485
30 Nitzschia longissima 1980 2970 2475
CHRYSOPHYTA
31 Nitzschia seriata 7425 8910 8415
32 Nitzschia sigma 1485 1980 1980
33 Nitzschia sp. 990
34 Pleurosigma angulatum 990 1485 990
35 Pleurosigma elongatum 2970 3465 3960
36 Pleurosigma normanii 495 990 990
37 Pleurosigma rectum 990 495
38 Pleurosigma sp.1 495 495
39 Pleurosigma sp.2 495 495
40 Rhizosolenia alata 2970 2475 3465
41 Rhizosolenia arafurensis 2475 1485 1980
42 Rhizosolenia calcar-avis 1980 2970 1485
43 Rhizosolenia robusta 495 990
44 Rhizosolenia setigera 3960 3465 4455
45 Rhizosolenia styliformis 1485 1980 1980
46 Rhizosolenia stolterfothii 3465 2970 3960
47 Rhizosolenia sp.1 1485 990 990
48 Rhizosolenia sp.2 495 495
HASIL SAMPLING
NO INDIVIDU
I II III
49 Stepphanopyxis sp. 1980 1485 2475
50 Surirella sp.1 990 495 990
51 Surirella sp.2 495
52 Thalassionema nitzschiodes 10395 8910 7920
53 Thalassionema frauenfeldii 12870 10890 11880
Zooplankton
ARTRHOPODA
CRUSTAC EA
1 Acartia sp. 495 990 990
2 Acartia sp. (nauplius) 3465 2970 3960
3 Microstella sp. 990 1485
4 Oithona sp. 990 495 1485
5 Oithona sp. (nauplius) 2970 3465 2475
6 COPEPODA (sp.) 495 990
PROTOZOA
CILIATA
7 Codonellopsis parva 1980 1485 2475
8 Favella campanula 2475 2970 1980
9 Leprotintinnus boltnicus 495 90
10 Leprotintinnus nordvisti 2970 2475 3465
11 Prorodon sp. 3960 3465
12 Rhabdonella sp. 495 495
13 Tintinnopsis beroidea 2970 3465 2475
14 Tintinnopsis gracilis 1980 2970 1980
15 Tintinnopsis radix 2475 1980 2970
16 Tintinnopsis sp.1 495 990
17 Tintinnus lusus-undae 1980 2475 3465
Benthos
MOLLUSCA
BIVALVIA
1 Limaria sp. 5 3 4
2 Tellina sp. 1 6 5 5
3 Tellina sp. 2 4 5 2
4 Veneridae 4 2 5
5 BIVALVIA (sp.1) 2 2 1
6 BIVALVIA (sp.2) 1 2
GASTROPODA
HASIL SAMPLING
NO INDIVIDU
I II III
7 Atys sp. 4 6 5
8 Vexillum sp. 1
9 GASTROPODA (sp.1) 2 1 2
10 GASTROPODA (sp.2) 2 1
11 GASTROPODA (sp.3) 1 1
SCAPHOPODA
12 Dentalium sp. 2 4 3
PROTOZOA
FORAMINIF ERA
13 Asterorotalia sp. 10 8 5
14 Cavarotalia sp. 14 17 12
15 Pseudorotalia sp. 9 12 10
16 Quinqueloculina sp. 5 4 6
Berdasarkan tabel tersebut, Desa Cibodas merupakan Desa dengan luas wilayah paling
tinggi dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Palabuhanratu yaitu seluas 1526 Ha
(18,47%), sedangkan wilayah terkecil berada di Desa Jayanti dengan luas 288 Ha (3,49%).
Desa Cimanggu merupakan pemekaran dari Desa Cibodas, sehingga sampai dengan
pendataan Potensi Desa th 2014 masih menggunakan data Desa Cibodas.
Tabel 2 17. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan/Ha dan Rasio Jenis
Kelamin menurut Desa di Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2013
Cimanggu 4.36%
Jayanti 8.25%
Tonjong 6.33%
Pasirsuren 6.74%
Cikadu 8.39%
Buniwangi 4.78%
Cibodas 8.98%
Citepus 10.36%
Palabuhanratu 30.04%
Citarik 11.78%
0 5 10 15 20 25 30 35
Prosentase (%)
Cimanggu 2.98
Jayanti 29.86
Tonjong 17.83
Pasirsuren 13.13
Cikadu 7.56
Buniwangi 6.79
Cibodas 6.13
Citepus 15.13
Palabuhanratu 30.16
Citarik 32.83
0 5 10 15 20 25 30 35
Kepadatan (Jiwa/Ha)
Berdasarkan gambar tersebut, Desa Citarik mempunyai tingkat kepadatan paling tinggi
bila dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Palabuhanratu. Sedangkan desa
Cimanggu mempunyai tingkat kepadatan penduduk paling kecil. Lokasi Studi berada di
Kelurahan Palabuhanratu yang mempunyai tingkat kepadata 30 jiwa/ha dan berada di
Notaris 0.03
POLRI 0.66
TNI 0.30
Bidan 0.06
Dokter 0.04
Nelayan 11.75
Peternak 0.38
Pedagang 62.88
Pengrajin/industri kecil 0.11
PNS 6.50
Buruh Tani 8.29
Petani 8.99
0 10 20 30 40 50 60 70
Prosentase (%)
Tabel 2 20. Pemahaman Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut di
Pesisir Pantai Karangsari
Jumlah Prosentase
No Pertanyaan
Responden (%)
1 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui bahwa di sekitar
Bapak/Ibu/Sdr ada kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ?
a. Ya Mengetahui 34 91,89
b. Tidak Mengetahui 3 8,11
Jumlah 37 100
Sumber : Data Primer, 2014
60
50
40
30
20
8.11%
10
0
Ya Mengetahui Tidak Mengetahui
Sedangkan yang menjadi sumber informasi bagi responden disekitar lokasi kegiatan
adalah petugas lapangan, aparat pemerintah desa, media massa, tetangga sekitar, dan
Televisi, Radio -
Tetangga 67.57%
Koran -
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Prosentase (%)
Tabel 2 22. Pemahaman Responden Terhadap Manfaat Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut
Jumlah Prosentase
No Pertanyaan
Responden (%)
3 Apakah Bapak/Ibu/Sdr mengetahui manfaat dari kegiatan
Pembangunan Dermaga Laut?
a. Ya 17 45,95
b. Tidak 20 54,05
Jumlah 37 100
Sumber : Data Primer, 2014
50
48
45.95 %
46
44
42
40
Ya Tidak
Gambar 2 35. Prosentase Pendapat Responden Tentang Manfaat Kegiatan Pembangunan Dermaga
Laut
Tabel 2 23. Adakah Lahan Responden Yang Terpakai oleh Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut ?
Jumlah Prosentase
No Pertanyaan
Responden (%)
4 Adakah lahan yang Bapak/Ibu/Sdr manfaatkan selama ini yang
terkena proyek?
a. Ya 0 0
b. Tidak Ada 37 100
Jumlah 37 100
Sumber : Data Primer, 2014
Gambar berikut menjelaskan bahwa di lokasi tapak proyek TIDAK ada satupun tanah
responden atau masyarakat lainnya yang terkena oleh pembangunan Dermaga Laut.
Ya
0%
Tidak
100%
51.35 %
60
43.24 %
Prosentase (%) 50
40
30
20
5.41 %
10
0
SETUJU TIDAK SETUJU TIDAK TAHU
60
50
40
30 21.62 %
20
10
0
YA TIDAK
0 10 20 30 40
Prosentase (%)
Gambar 2 37. Kekhawatiran Responden Terhadap Rencana Kegiatan Pembangunan Dermaga Laut
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Prosentase (%)
0 5 10 15 20 25
Prosentase (%)
Gambar 2 39. Jenis Pekerjaan dan Peluang Usaha Yang Diminati Responden
Jenis pekerjaan yang diminati responden adalah sebagai buruh bangunan sebesar 16,22%,
sebagai kontraktor 13,51%, sopir dan satpam masing-masing 10,81% dan operator alat
berat 8,11%. Sedangkan peluang usaha yang diharapkan adalah buka warung makan
24,32 % dan jual kerajinan khas palabuhanratu 16,22 %.
Tabel 2 24. Tenaga Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2011
Tabel 2 25. Sarana Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2011
Tempat
No Desa/Kelurahan Poliklinik Puskesmas Pustu RSUD Praktek Posyandu
Dokter
1 Citarik - 1 - - 2 18
2 Palabuhanratu - 1 - 1 6 35
3 Citepus - - - - 2 12
4 Cibodas - - 1 - - 11
5 Buniwangi - - 1 - - 9
6 Cikadu - - - - - 4
7 Pasirsuren - - 1 - - 4
8 Tonjong - - - - 1 8
Jumlah - 2 3 1 11 101
Sumber : Kecamatan Palabuhanratu Dalam Angka, 2011
- Rumah Sehat
Berdasarkan data hasil dari laporan puskesmas palabuhanratu yang melakukan program
IS (Inspeksi Sanitasi) yang membina 1 Kelurahan dan 3 Desa yakni kelurahan
palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Cibodas dan Desa Buniwangi, memiliki presentasi
keseluruhan rumah sehat sebesar 79,7 dari jumlah sampel yang dilakukan sebesar 1268
rumah, dari total rumah sebesar 16271. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2 26. Jumlah Rumah Sehat di Puskesmas Palabuhanratu Tahun 2012
No. Desa Jumlah Rumah Jumlah Diperiksa Jumlah Rumah Sehat Presentase (%)
1 Palabuhanratu 8672 328 269 82,0
2 Citepus 2869 317 252 79,5
3 Cibodas 2219 338 262 77,5
4 Buniwangi 2511 285 228 80,0
Total 16271 1268 1011 79,7
Sumber : Laporan Puskesmas Palabuhanratu, 2012
10000
9000
8000
7000
6000 Jumlah Rumah
5000
Jumlah Diperiksa
4000
3000 Jumlah Rumah Sehat
2000
1000
0
Palabuhanratu Citepus Cibodas Buniwangi
10,000
9,000 Kelaurga yang Ada
8,000
Keluarga diperiksa
7,000
Ledeng
6,000
5,000 PMA
4,000 SGL
3,000 SPL
2,000
PP
1,000
0 Lainnya
Palabuhanratu Citepus Cibodas Buniwangi
Dari hasil laporan tahunan yang dilakukan Puskesmas Palabuhanratu, dimana mendata
antara lain kepemilikan sarana air bersih, jamban, tempat sampah dan SPAL (Sistem
Pembuangan Air Limbah) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 28. Jumlah Sarana Air Bersih
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000 Jumlah KK
3,000 KK diperiksa
2,000
1,000 Jumlah Memiliki Air Bersih
0
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000 Jumlah KK
5,000
KK Diperiksa
4,000
3,000 KK memiliki Jamban
2,000
1,000
0
Palabuhanratu Citepus Cibodas Buniwangi
10,000
8,000
6,000 Jumlah KK
4,000
KK Diperiksa
2,000
0
Jumlah KK yang Memiliki
Tempat Sampah
10,000
8,000
6,000
4,000 Jumlah KK
2,000 KK Diperiksa
0 KK Memiliki SPAL
- Morbiditas
Sepuluh kejadian penyakit tertinggi yang ada di puskesmas palabuhanratu per tahun
2012 yang mencakup 1 kelurahan dan 3 desa, yakni Kelurahan Palabuhanratu, Desa
Citepus, Desa Cibodas dan Desa Buniwangi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pada tanggal 25 Maret 2014 Bupati Sukabumi mengadakan acara Pembahasan Persiapan
Pembangunan Pelabuhan Regional Karangsari di Palabuhanratu. Dari undangan yang
diundang semuanya menyatakan dukungannya untuk ditindaklanjuti pada tahap
Pembangunan Dermaga Regional Karangsari di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
(Lampiran).
Pada tanggal 17 April 2014 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
mengadakan acara Audiensi Pembahasan Pembangunan Dermaga Regional Karangsari di
Palabuhanratu. Dari undangan yang diundang menyatakan “senantiasa mendukung
Pembangunan Pelabuhan Regional Karangsari Palabuhanratu dengan harapan kami
selalu dilibatkan dalam hal kegiatan pembangunan ataupun operasionalnya pelabuhan
nanti” (Lampiran).
Pada BAB 3 ini akan diprakirakan tingkat pentingnya dampak yang diperkirakan akan
muncul sebagai akibat dari Rencana Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
yang berlokasi di Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat sebagaimana diuraikan pada Sub Bab 1.2 tentang
Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah. Tujuan bab ini adalah menyaring
kembali apakah dampak-dampak tersebut merupakan dampak penting, sehingga
pengelolaan lingkungan pada proyek ini lebih diarahkan pada dampak yang dianggap
penting tanpa mengabaikan dampak yang dianggap tidak penting.
Mengingat tujuan dari prakiraan dampak ini adalah untuk lebih memfokuskan
penanganan lingkungan, maka prakiraan dampak dilakukan terhadap dampak langsung
(dampak primer) dan tidak langsung (dampak sekunder/ ikutan). Prakiraan ini
bermaksud menyeleksi dampak langsung yang dianggap penting.
Jika suatu dampak yang diprakirakan akan muncul memenuhi beberapa nilai penting
pada beberapa kriteria tersebut di atas, maka dampak tersebut dianggap sebagai dampak
penting. Dampak tersebut ditunjukkan berdasarkan kriteria pentingnya dampak yaitu :
Intensitas Dampak
Penting bila : Melebihi baku mutu.
Melebihi kriteria ilmiah.
Melebihi batas toleransi sosial (untuk aspek sosial).
Spesies yang langka terancam punah.
Menimbulkan kerusakan kawasan lindung.
Merusak/memusnahkan peninggalan sejarah.
Mengubah areal yang mempunyai nilai estetika.
Lamanya Dampak Berlangsung
Penting bila : Dampak tersebut berlangsung lebih lama dibandingkan dengan masa
kegiatan penyebab dampak yang sedang dilakukan. Dengan kata lain,
dampak tersebut masih terus berlangsung walaupun penyebab
dampaknya sudah tidak ada/berhenti.
Jika suatu dampak yang diprakirakan akan muncul memenuhi kriteria tersebut di atas,
walaupun hanya satu kriteria, maka dampak tersebut dianggap sebagai dampak penting.
Kegiatan-kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap lingkungan hidup adalah:
1) PraKonstruksi
a) Survey Lapangan dan Perijinan
b) Pembebasan Lahan
2) Konstruksi
a) Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
b) Mobilisasi alat dan material
c) Pematangan Lahan
d) Pembangunan Fasilitas Laut
e) Pembangunan Fasilitas Darat
3) Operasional
a) Pemeliharaan Fasilitas Darat
b) Operasional Fasilitas Laut
Tabel 3 1. Pembobotan Dampak Kegiatan Survey dan Perijinan Tahap Pra-Konstruksi Yang
Berdampak Pada Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk dewasa (angkatan kerja) yang Penting
terkena dampak mencapai 104231 jiwa
2 Luas wilayah persebaran Wilayah Kec. Palabuhanratu Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap pra konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum konstruksi.
Dampak yang ditimbulkan yaitu ketidakpuasan
kelompok yang menolak sehingga menimbulkan
protes dan unjukrasa
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena ketertiban sosial.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap pra konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara penduduk dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
mengenai hal–hal yang dapat mengakomodasi
keinginan masyarakat.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari keresahan
masyarakat akibat kegiatan survey dan perijinan pada tahap pra-konstruksi dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 (enam) dari enam kriteria pedoman
mengenai ukuran dampak penting. maka dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan
pada tahap pra-konstruksi, terutama kegiatan survey dan perijinan, terhadap keresahan
masyarakat tergolong dampak negatif penting.
mempunyai kesepakatan secara lisan bahwa apabila lahan tersebut akan dipergunakan
maka masyarakat siap dan bersedia untuk meninggalkan lokasi tersebut.
Atas ketidakpuasan masyarakat tersebut akan menimbulkan keresahan. Jumlah
penduduk yang berpotensi melakukan unjukrasa minimal adalah penduduk yang
melakukan aktivitas di lokasi pantai Karangsari yaitu sebanyak 24 KK. Mengingat
besarnya potensi jumlah penduduk yang terlibat unjukrasa, maka dampak dikatergorikan
Negatip Penting (-P)
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk dewasa (angkatan kerja) yang Penting
terkena dampak mencapai 24 KK
2 Luas wilayah persebaran Wilayah Kel. Palabuhanratu Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap pra konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum konstruksi.
Dampak yang ditimbulkan yaitu ketidakpuasan
masyarakat yang melakukan aktivitas usaha di
pantai Karangsari yang menolak sehingga
menimbulkan unjukrasa
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena ketertiban sosial.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap pra konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara penduduk dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
mengenai hal–hal yang dapat mengakomodasi
keinginan masyarakat.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari keresahan
masyarakat akibat kegiatan pembebasan lahan pada tahap pra-konstruksi dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 (enam) dari enam kriteria pedoman
mengenai ukuran dampak penting. maka dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan
pada tahap pra-konstruksi, terutama kegiatan pembebasan lahan, terhadap keresahan
masyarakat tergolong dampak negatif penting.
kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. maka dapat disimpulkan bahwa
dampak kegiatan pada tahap ini tergolong dampak positif penting.
Tabel 3 4. Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Kesempatan Kerja dan Berusaha
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk lokal yang dapat mengambil Penting
terkena dampak manfaat dari kegiatan pada tahap konstruksi yang
akan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 73
orang untuk tenaga kerja skill, semi skill dan non
skill, kerja, adalah berasal dari Kel. Palabuhanratu
2 Luas wilayah persebaran Lokasi studi di Kelurahan Palabuhanratu, Penting
dampak Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional.
Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya
penambahan sumber penghasilan baru bagi
penduduk lokal.
4 Banyaknya komponen Dampak tidak berkelanjutan dan bersifat linear penting
lingkungan yang terkena selama tahap konstruksi
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak dapat maksimal apabila penduduk lokal Penting
berbaliknya dampak dapat memanfaatkan peluang kerja yang ada
selama tahap konstruksi
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari terciptanya
kesempatan kerja dan berusaha akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada tahap
konstruksi dapat dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 (enam) dari enam kriteria
pedoman mengenai ukuran dampak penting. maka dapat disimpulkan bahwa dampak
kegiatan pada tahap konstruksi, terutama kegiatan mobilisasi tenaga kerja, terhadap
kesempatan kerja dan berusaha(serta mata pencaharian) tergolong dampak positif
penting.
JIka diperhitungkan rata –rata upah buruh konstruksi minimal sebesar Upah Minimum
Kab Sukabumi tahun 2015 (Penetapan revisi UMK Jabar 2015 berdasarkan Keputusan
Gubernur No. 561/Kep.1746-Bangsos/2014 tanggal 24 Desember 2014 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep.1581-Bangsos/2014
Tentang Upah Minimum Kabupaten / Kota di Jawa Barat tahun 2015 yang diberlakukan
per 1 Januari 2015 ) maka jika bekerja konsisten selama 26 hari dalam satu bulan akan
Tabel 3 5 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Perubahan Tingkat Pendapatan tenaga kerja
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk lokal yang dapat mengambil Penting
terkena dampak manfaat sebanyak 73 orang
2 Luas wilayah persebaran Lokasi studi di Kelurahan Palabuhanratu Penting
dampak Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
Besar Dampak:
Apabila 73 penduduk Kelurahan Palabuhanratu aktif bekerja, nilai uang yang diraih
seluruh penduduk tersebut yang bekerja pada kegiatan konstruksi adalah Rp 141 620
000,-. Per bulan. Bila saja setiap orang pekerja tersebut membelanjakan uangnya sebesar
minimal Rp 30.000 per orang untuk membeli kebutuhan makan di warung-warung
sekitar, maka akan diperoleh pendapatan tambahan bagi warung nasi sebesar Rp 2 190
000 per hari atau setara dengan Rp 56 940 000 per bulan. Meninjau manfaat yang
diberikan, maka dampak bersifat positif penting.
Tabel 3 6 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Peningkatan Pendapatan Pedagang
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk lokal yang dapat mengambil Penting
terkena dampak manfaat sebanyak 73 orang
2 Luas wilayah persebaran Lokasi studi di Kelurahan Palabuhanratu Penting
dampak Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
D. Keresahan Masyarakat
Sumber Dampak:
Besar Dampak:
Meskipun ada dampak positif dari kegiatan ini, tetapi potensi perebutan peluang kerja
dan peluang usaha dimaksud, terutama apabila ada ketidakpuasan dari salah satu dari
lingkungan RT di Kelurahan Palabuhanratu. Dengan asumsi 10% penduduk di Kelurahan
Palabuhanratu mencari pekerjaan/penganggur, diperoleh 3130 orang. Jika Tenaga Kerja
yang terserap sebanyak 73 orang (2,33%) berbanding dengan 3057 (97,66%) orang
pencari kerja di Kelurahan Palabuhanratu. Kemudian kemungkinan adanya tuntutan dari
penduduk/pengusaha lokal untuk dapat menjadi mitra kerja. Pada pihak lain, kontraktor
yang telah mempunyai mitra kerja langganan, cenderung menggunakan mitranya
tersebut sebagai perusaan sub-kontrak. Hal ini menimbulkan ketegangan sosial antara
penduduk lokal dengan pemrakarsa kegiatan , sehingga menghambat kegiatan proyek.
Atas ketidakpuasan tersebut akan menimbulkan protes dan unjukrasa oleh penduduk
yang membutuhkan pekerjaan. Jumlah penduduk yang berpotensi melakukan unjukrasa
minimal adalah kelompok pencar kerja/penganggur di Kelurahan Palabuhanratu.
Mengingat besarnya potensi jumlah penduduk yang terlibat pada protes dan unjukrasa,
maka dampak dikatergorikan Negatip Penting (-P)
Tabel 3 7 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah penduduk lokal di pemukiman berstatus Penting
terkena dampak sebagai oencari kerja yaitu mencapai 3130 jiwa
2 Luas wilayah persebaran Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Penting
dampak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional
Dampak yang ditimbulkan yaitu persepsi negatip
masyarakat yang menganggap bahwa kegiatan
mobilisasi tenaga kerja pada kegiatan konstruksi
tidak memprioritaskan penduduk setempat,
meskipun ada penyeimbang dari sejumlah
penduduk yang direkrut dan aktif dalam kegiatan
konstruksi.
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena ketertiban sosial yang berdampak pada gangguan
dampak kelancaran aktivitas penduduk dan gangguan
terhadap kegiaan konstruksi Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara penduduk dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi mengenai hal –
hal yang dapat mengakomodasi kebutuhan kerja
penduduk lokal.
Sehingga dapat disimpulkan, berdasarkan ke-6 kriteria dampak penting di atas dampak
kegiatan pada tahap konstruksi, terutama kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap
keresahan masyarakat tergolong dampak Negatif penting.
Tabel 3 8. Perkiraan Peningkatan Pencemar Udara Pada Kegiatan Konstruksi Mobilisasi Alat dan
Bahan
1 Tabel dari Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dalam Emissions of Light & Heavy
Vehicles, Design Manual for Road and Bridge, Vol. 11, Environmental Assesment, HMSO, London, 1994.
Tabel 3 9. Perkiraan Peningkatan Udara Pada Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi pencemar yang
diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan untuk Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi secara umum masih berada dibawah baku mutu kecuali
parameter CO menurut PP RI No. 41 tahun 1999, parameter CO peningkatannya terlihat
sudah cukup signifikan, yaitu hampir mencapai 11 kali lipat dibandingkan kondisi
sebelum ada proyek, dari sekitar 2.497 - 2.795 µg/m3 (ditapak proyek down wind)
menjadi sekitar 29.848 - 30.146 µg/m3.
Penurunan kualitas udara selain dari adanya kontribusi gas CO, SO2 dan NOx yang
diemisikan dari kendaraan Truk pengangkut juga dapat terjadi dengan adanya kontribusi
debu yang berasal dari terangkatnya debu ke udara akibat pergerakan roda
kendaraan/alat berat selama kegiatan maupun ceceran tanah yang tertiup angin.
Secara teori, kuantitas debu yang dihasilkan dari kegiatan ini, terutama dari kegiatan
pengangkutan material/tanah dapat didekati dengan rumus empirik dari Midwest
Research Institute (MRI, 1979) sebagai berikut :
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/3) 0,7 (w/4) 0,5 (d/365)
Dimana :
eu == Jumlah debu per kecepatan (lb/mile)
s == Silt content (%)
S == Kecepatan kendaraan (mile/hour)
W == Berat kendaraan (ton)
w == Jumlah roda kendaraan
d == Jumlah hari tidak hujan
Tabel 3 10 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Tahap Konstruksi
Yang Berdampak Pada Penurunan Kualitas Udara
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di jalur pengangkutan alat dan bahan dalam
radius 10 m di kiri-kanan jalan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada jalur Kelurahan Penting
dampak Palabuhanratu dalam radius 10 m di kiri-kanan
jalan.
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m ) 3
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
yang telah melampaui baku mutu ( BM 230
g/m3) serta parameter CO yang meningkat + 11
kali lipat dari kondisi eksisting. Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan mobilisasi
alat dan bahan
4 Banyaknya komponen Debu bisa menempel pada permukaan daun Penting
lingkungan yang terkena /tumbuhan di pinggir jalan yang dilalui pada
dampak Kelurahan Palabuhanratu
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Penting
kegiatan mobilisasi alat dan bahan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak dan/atau debu yang menempel pada
daun/tumbuhan menjadi bersih kembali dengan
turunnya hujan
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari penurunan
kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan 5 dari enam kriteria pedoman mengenai
ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen
kualitas udara tergolong Penting.
Besar Dampak:
Kondisi rona awal intensitas kebisingan di lokasi rencana kegiatan secara umum
masih berada dibawah baku tingkat kebisingan menurut KepMenLH No. Kep-
48/MENLH/11/1996 yaitu kurang 70 dBA dimana tingkat kebisingan untuk up wind
sebesar 72,3 dBA dan down wind sebesar 65,9 dBA.
pengangkutan, secara teori dapat didekati dengan rumus dari Rau dan Wooten
(1980) :
Leq = Loi + log (NiSi) + log (15/d) + 0,3 - 13
Dimana :
Loi : Tingkat kebisingan kendaraan type I = 80 dBA
(J. Rau dan Wooten,1980)
Ni : Jumlah kendaraan (Truk) yang lewat per jam
Si : Kecepatan rata-rata Truk, 30 km/jam
d : Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S : “Shiedding Factor” = 3 dBA
Dengan demikian intensitas kebisingan pada jalur pengangkutan adalah:
Leq = 80 + log (10.30) + log 15/15 + 0,3 -13
= 69,78 dBA.
Maka intensitas kebisingan yang terjadi dikatakan masih berada di bawah baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan (69,78 dBA < 70 dBA).
Dari perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa setelah ada kegiatan mobilisasi alat dan
bahan (rona akhir) sudah terjadi peningkatan kebisingan pemukiman masyarakat sebesar
65,9 dBA menjadi 135,68 dBA, namun demikian besarnya peningkatan kebisingan
tersebut sangat signifikan dan melebihi baku tingkat kebisingan yang dipersyaratkan.
Selanjutnya, dengan adanya kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada lokasi rencana
Kegiatan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi pada tahap
konstruksi ditinjau berdasarkan faktor penentu bobot dampak seperti tersebut pada tabel
dibawah.
Tabel 3 11 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Tahap Konstruksi
Yang Berdampak Pada Peningkatan Intensitas Kebisingan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di jalur pengangkutan alat dan bahan dalam
radius 10 m di kiri-kanan jalan.
2 Luas wilayah persebaran Lokasi studi terbatas pada jalur Kelurahan Penting
dampak Palabuhanratu dalam radius 10 m di kiri-kanan
jalan.
3 Intensitas dan Lamanya Besarnya kebisingan 69,78 dBA menjadi 135,68 Penting
dampak berlangsung dBA (BM 70 dBA di lingkungan proyek). Namun
demikian lama pemaparan kebisingan relatif
singkat saat kendaraan pengangkut (Truk)
melintas di titik penerima (orang yang berada di
pinggir jalan), serta hanya selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan mobilisasi
alat dan bahan
4 Banyaknya komponen Fauna (hewan peliharaan dan burung) yang ada Tidak penting
lingkungan yang terkena disepanjang jalur pengangkutan Kelurahan
dampak Palabuhanratu
5 Sifat kumulatif dampak Efek kumulatif yang ada tidak signifikan Tidak penting
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari peningkatan
kebisingan akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan pedoman mengenai ukuran dampak penting.
Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen kebisingan tergolong Penting.
C. Bangkitan lalulintas
Sumber Dampak:
Dampak penting hipotetik Bangkitan lalulintas merupakan dampak dari kegiatan
Mobilisasi Alat dan Bahan.
Besar Dampak:
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material yang dilakukan pada tahap
konstruksi akan memberikan dampak terjadinya gangguan terhadap sistem transportasi.
Dampak terjadi karena pada kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material
menggunakan kendaraan berupa truk.
Untuk pengangkutan alat berat yang akan dimobilisasi berupa : back hoe, buldozer,
loader, concret mixer, vibration, mollen, stamper, mesin pancang dan trailer yang
keseluruhannya didatangkan dari Sukabumi.
cukup tinggi akan berdampak besar terhadap kinerja jalan palabuhanratu. Tingkat
Pelayanan Jalan palabuhanratu saat ini menunjukan performansi cukup baik yang
ditunjukkan oleh nilai derajat kejenuhan (DS) antara 0,4-0,7 dengan kondisi jalan baik.
Untuk mengetahui besarnya bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi bahan
material, maka digunakan perhitungan sebagai berikut :
Kendaraan yang akan digunakan pada tahap mobilisasi alat berat sebanyak 46 truk
dan dilakukan awal tahap konstruksi.
Kegiatan mobilisasi material akan dilaksanakan selama masa konstruksi, yaitu 2 bulan,
sehingga diperkirakan pada kegiatan ini akan dimobilisasi 22 truk per hari.
Berdasarkan asumsi tersebut, jumlah bangkitan yang ditimbulkan adalah relatif kecil,
namun karena kendaraan yang dipakai adalah kendaraan besar, maka gangguan
keselamatan lalu lintas perlu mendapat perhatian,
Tabel 3 13 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Timbulnya Kemacetan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk pengguna jalan Raya Tidak Penting
terkena dampak palabuhanratu yang dilalui oleh kendaraan
pengangkut material dan peralatan
2 Luas wilayah persebaran Jalan yang dilalui mobilisasi alat berat dan Penting
dampak material untuk kegiatan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
Gardenia
3 Intensitas dan Lamanya Untuk alat berat akan dimobilisasi selama ± 1 Penting
dampak berlangsung bulan. sedangkan material akan memobilisasi
22/truk hari selama ± 2 bulan. Mobilisasi
material dan alat berat ini berpotensi untuk
mengakibatkan tundaan dan hambatan
samping saat kendaraan keluar dan masuk
sehingga akan mengurangi pelayanan ruas
jalan palabuhanratu.
4 Banyaknya komponen Bisa Berdampak terhadap munculnya Penting
lingkungan yang terkena persepsi negatif masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak berdampak kumulatif berupa peningkatan Penting
debu dan kebisingan.
6 Berbalik dan tidak Dapat kembali kepada keadaan semula Tidak Penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari timbulnya
kemacetan akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan dapat dikategorikan dampak penting
berdasarkan 6 (enam) kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena
itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan tergolong Penting.
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material yang dilakukan pada tahap
konstruksi akan memberikan dampak terjadinya gangguan terhadap sistem transportasi.
Dampak terjadi karena pada kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material
menggunakan kendaraan berupa truk.
Untuk pengangkutan alat berat yang akan dimobilisasi berupa : back hoe, buldozer,
loader, concret mixer, vibration, mollen, stamper, mesin pancang dan trailer yang
keseluruhannya didatangkan dari Sukabumi.
Kendaraan yang akan digunakan pada tahap mobilisasi alat berat sebanyak 50 truk dan
dilakukan awal tahap konstruksi.
Kegiatan mobilisasi material akan dilaksanakan selama masa konstruksi, yaitu 2 bulan,
sehingga diperkirakan pada kegiatan ini akan dimobilisasi 22 truk per hari.
Berdasarkan asumsi tersebut, jumlah bangkitan yang ditimbulkan adalah relatif kecil,
namun karena kendaraan yang dipakai adalah kendaraan besar, maka gangguan
keselamatan lalu lintas perlu mendapat perhatian,
Tabel 3 15 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Penurunan Kualitas Jalan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk pengguna jalan Raya Penting
terkena dampak palabuhanratu yang dilalui oleh kendaraan
pengangkut material dan peralatan
2 Luas wilayah persebaran Jalan yang dilalui mobilisasi alat berat dan Penting
dampak material untuk kegiatan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
Gardenia
3 Intensitas dan Lamanya Untuk alat berat akan dimobilisasi selama ± 1 Penting
dampak berlangsung bulan. sedangkan material akan memobilisasi
22/truk hari selama ± 2 bulan. Mobilisasi
material dan alat berat ini berpotensi untuk
mengakibatkan tundaan dan hambatan
samping saat kendaraan keluar dan masuk
sehingga akan mengurangi pelayanan ruas
jalan palabuhanratu.
4 Banyaknya komponen Bisa Berdampak terhadap munculnya Penting
lingkungan yang terkena persepsi negatif masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak berdampak kumulatif berupa peningkatan Penting
debu dan kebisingan.
6 Berbalik dan tidak Dapat kembali kepada keadaan semula Tidak Penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari kerusakan
jalan akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan dapat dikategorikan dampak penting
berdasarkan 6 (enam) kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena
itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan tergolong Penting.
Besar Dampak:
konsentrasi pencemar yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan untuk
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi secara umum masih berada
dibawah baku mutu kecuali parameter CO menurut PP RI No. 41 tahun 1999, parameter
CO peningkatannya terlihat sudah cukup signifikan, yaitu hampir mencapai 11 kali lipat
dibandingkan kondisi sebelum ada proyek, dari sekitar 2.497 - 2.795 µg/m3 (ditapak
proyek down wind) menjadi sekitar 29.848 - 30.146 µg/m3.
Penurunan kualitas udara selain dari adanya kontribusi gas CO, SO2 dan NOx yang
diemisikan dari kendaraan Truk pengangkut juga dapat terjadi dengan adanya kontribusi
debu yang berasal dari terangkatnya debu ke udara akibat pergerakan roda
kendaraan/alat berat selama kegiatan maupun ceceran tanah yang tertiup angin.
jumlah debu yang akan dihasilkan oleh bergeraknya satu buah truk pada jalan yang telah
diperkeras tersebut adalah 12,78 lb/mile (3,61 kg/km), apabila per hari terdapat sekitar 10
truk bermuatan yang melintas jalan sepanjang 1 km dengan luas area penyebaran
diasumsi seluas 60 m2 (dasar dari lebar jalan dan tinggi kepul), maka debu sepanjang jalan
tersebut adalah sebesar 292 g/m3.
Kadar debu sebesar 292 g/m3 menurut perhitungan tersebut telah berada di atas baku
mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999, dimana kadar debu dipersyaratkan maksimum
sebesar 230 g/m3.
Tabel 3 16 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Gangguan kesehatan masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di jalur pengangkutan alat dan bahan dalam
radius 10 m di kiri-kanan jalan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada jalur Kelurahan Tidak penting
dampak Palabuhanratu dalam radius 10 m di kiri-kanan
jalan.
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m ) 3
F. Keresahan Masyarakat
Sumber Dampak:
Besar Dampak:
konsentrasi pencemar yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan untuk
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi secara umum masih berada
dibawah baku mutu kecuali parameter CO menurut PP RI No. 41 tahun 1999, parameter
CO peningkatannya terlihat sudah cukup signifikan, yaitu hampir mencapai 11 kali lipat
dibandingkan kondisi sebelum ada proyek, dari sekitar 2.497 - 2.795 µg/m3 (ditapak
proyek down wind) menjadi sekitar 29.848 - 30.146 µg/m3.
Penurunan kualitas udara selain dari adanya kontribusi gas CO, SO2 dan NOx yang
diemisikan dari kendaraan Truk pengangkut juga dapat terjadi dengan adanya kontribusi
debu yang berasal dari terangkatnya debu ke udara akibat pergerakan roda
kendaraan/alat berat selama kegiatan maupun ceceran tanah yang tertiup angin.
jumlah debu yang akan dihasilkan oleh bergeraknya satu buah truk pada jalan yang telah
diperkeras tersebut adalah 12,78 lb/mile (3,61 kg/km), apabila per hari terdapat sekitar 10
truk bermuatan yang melintas jalan sepanjang 1 km dengan luas area penyebaran
diasumsi seluas 60 m2 (dasar dari lebar jalan dan tinggi kepul), maka debu sepanjang jalan
tersebut adalah sebesar 292 g/m3.
Kadar debu sebesar 292 g/m3 menurut perhitungan tersebut telah berada di atas baku
mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999, dimana kadar debu dipersyaratkan maksimum
sebesar 230 g/m3.
Tabel 3 17 Pembobotan Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Bahan Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu. Penting
terkena dampak
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran pada Kelurahan Tidak penting
dampak Palabuhanratu
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m ) 3
Tabel 3 18. Perkiraan Peningkatan Pencemar Udara Pada Kegiatan Pematangan Lahan
2 Tabel dari Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dalam Emissions of Light & Heavy
Vehicles, Design Manual for Road and Bridge, Vol. 11, Environmental Assesment, HMSO, London, 1994.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi pencemar yang
diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan untuk Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi secara umum masih berada dibawah baku mutu menurut
PP RI No. 41 tahun 1999, parameter CO peningkatannya terlihat sudah cukup signifikan,
yaitu hampir mencapai 11 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum ada proyek, dari
sekitar 2.497 - 2.795 µg/m3 (ditapak proyek down wind) menjadi sekitar 29.848 - 30.146
µg/m3.
Penurunan kualitas udara selain dari adanya kontribusi gas CO, SO2 dan NOx yang
diemisikan dari kendaraan Truk pengangkut juga dapat terjadi dengan adanya kontribusi
debu yang berasal dari terangkatnya debu ke udara akibat pergerakan roda
kendaraan/alat berat selama kegiatan maupun ceceran tanah yang tertiup angin.
Secara teori, kuantitas debu yang dihasilkan dari kegiatan ini, terutama dari kegiatan
pengangkutan material/tanah dapat didekati dengan rumus empirik dari Midwest
Research Institute (MRI, 1979) sebagai berikut :
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/3) 0,7 (w/4) 0,5 (d/365)
Dimana :
eu == Jumlah debu per kecepatan (lb/mile)
s == Silt content (%)
S == Kecepatan kendaraan (mile/hour)
W == Berat kendaraan (ton)
W == Jumlah roda kendaraan
d == Jumlah hari tidak hujan
penyebaran diasumsi seluas 60 m2 (dasar dari lebar jalan dan tinggi kepul), maka debu
sepanjang jalan tersebut adalah sebesar 292 g/m3.
Kadar debu sebesar 292 g/m3 menurut perhitungan tersebut telah berada di atas baku
mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999, dimana kadar debu dipersyaratkan maksimum
sebesar 230 g/m3.
Dari perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa setelah ada kegiatan pematangan lahan
(rona akhir) sudah terjadi peningkatan konsentrasi terutama parameter CO dan debu.
Oleh karena itu, maka kegiatan pematangan lahan terhadap penurunan kualitas udara
memberikan skala kualitas lingkungan yang tergolong Sedang.
Selanjutnya, dengan adanya kegiatan pematangan lahan pada lokasi rencana Kegiatan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi pada tahap konstruksi
ditinjau berdasarkan faktor penentu bobot dampak seperti tersebut pada tabel dibawah.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di sekeliling lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan. Tidak penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m ) 3
Maka intensitas kebisingan yang terjadi dikatakan masih berada di bawah baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan (69,78 dBA < 70 dBA).
Dari perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa setelah ada kegiatan mobilisasi alat dan
bahan (rona akhir) sudah terjadi peningkatan kebisingan pemukiman masyarakat sebesar
65,9 dBA menjadi 135,68 dBA, namun demikian besarnya peningkatan kebisingan
tersebut sangat signifikan dan melebihi baku tingkat kebisingan yang dipersyaratkan.
Selanjutnya, dengan adanya kegiatan pematangan lahan pada lokasi rencana Kegiatan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi pada tahap konstruksi
ditinjau berdasarkan faktor penentu bobot dampak seperti tersebut pada tabel dibawah.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di sekeliling lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan. Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya peningkatan kebisingan pemukiman Penting
dampak berlangsung masyarakat sebesar 65,9 dBA menjadi 135,68
dBA. Namun demikian lama pemaparan
kebisingan relatif singkat saat kendaraan
pengangkut (Truk) melakukan pematangan lahan
4 Banyaknya komponen Fauna (hewan peliharaan dan burung) yang ada Tidak penting
lingkungan yang terkena disekitar lokasi kegiatan
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Efek kumulatif yang ada tidak signifikan Tidak penting
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari peningkatan
kebisingan akibat kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi dapat dikategorikan
dampak tidak penting berdasarkan pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh
karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen kebisingan tergolong Penting.
Tabel 3 22. Bangkitan Air Larian Pada Pematangan Lahan Fasilitas Darat PLPR
(Tahap Kontruksi)
Luas Vr Vr
CH Cr
Kegiatan Tapak Rona Awal Tahap Kontruksi
(m) Lahan
(ha) (m3/tahun) (m3/tahun)
0,15
Pekerjaan
1,78 3,146 0,60*) 8.399,8 33.599,3
pematangan lahan
Keterangan: CH = curah hujan, Cr = koefisien run off (0,15 pada kondisi eksisting, dan 0, 60*)=
kondisi tahap kontruksi), Vr = volume run off ,
kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting seperti diperlihatkan pada Tabel
3.23.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Tidak ada penduduk yang terkena dampak karena Tidak Penting
terkena dampak lahan tapak proyek tidak terletak diantara
permukiman dan lahan ini melandai ke arah laut.
2 Luas wilayah persebaran Luas wilayah penyebaran dampak cenderung ke Penting
dampak arah laut, sehingga air limpasan permukaan yang
mengandung material lumpur akan masuk ke laut
dan akan terbawa dan terendapkan sesuai arah
arus (longshore current) di sekitar pantai Teluk
Pelabuhanratu.
3 Intensitas dan Lamanya Intensitas bangkitan air limpasan permukaan Tidak
dampak berlangsung relatip kecil, sedangkan lamanya dampak pada Penting
musim hujan dan selama tahap kontruksi.
4 Banyaknya komponen Tidak banyak komponen lingkungan hidup lain Penting
lingkungan yang terkena yang terkena dampak kecuali di tapak proyek dan
dampak air limpasan permukaan dan pelumpuran di
sekitar pantai rencana pembangunan pelabuhan .
5 Sifat kumulatif dampak Dampak dapat bersifat kumulatif jika ada kegiatan Tidak
lainnya. Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak yang limpasan air permukaan berupa Tidak
berbaliknya dampak endapan lumpur yang terbawa oleh banjir Penting
limpasan permukaan akan berbalik setelah tahap
kontruksi selesai. .
menunjukkan masih memenuhi bakumutu dengan nilai baku mutu yang ditetapkan oleh
Kepmenlh No. Kep-51/MENLH/2004 kecuali fosfat dan nitrat.
Pada pembersihan/pematangan lahan, kondisi kualitas air Laut akan melampaui baku
mutu dan akan berdampak pada kualitas air Laut dikarenakan adanya kegiatan
pematangan lahan yang akan membebani kondisi kualitas perairan disekitar lokasi
kegiatan.
Tabel 3 24. Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Penurunan Kualitas air Laut
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di pantai, serta Penting
terkena dampak adanya kekhawatiran warga sekitar terhadap
terjadinya run off.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah sekitar tapak proyek dan pesisir pantai Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Besarnya peningkatan air larian 33.599,3 Penting
dampak berlangsung m3/tahun. Selama tahap konstruksi walaupun
terbatas saat musim hujan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada tidak signifikan karena Tidak penting
berlangsung sesaat saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari kegiatan
pembersihan/pematangan lahan pada tahap konstruksi dapat dikategorikan dampak
penting berdasarkan 5 dari enam kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting.
Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen kualitas air Laut tergolong
Penting.
E. Peningkatan sedimentasi
Sumber Dampak:
Dampak penting hipotetik Peningkatan Sedimentasi merupakan dampak dari kegiatan
pematangan lahan.
Besar Dampak:
Keadaan rona awal sebelum dilakukan pembukaan, penyiapan dan pematangan lahan di
wilayah studi, ditemukan adanya lahan yang tumbuh beberapa tumbuhan terletak di
lokasi kegiatan. Kegiatan pembukaan, penyiapan dan pematangan lahan diprakirakan
dapat menimbulkan dampak berupa hilangnya tumbuhan yang ada akibat perubahan
lahan menjadi lahan yang diratakan/dimatangkan untuk Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional. Besarnya peningkatan air larian 33.599,3 m3/tahun akan membawa
sedimentasi yang akan masuk ke badan air penerima dalam hal ini adalah air laut.
Sedimentasi yang terjadi berasal dari material yang terbawa arus pada saat kegiatan
pematangan lahan. Hasil pembobotan dampak kegiatan pembukaan, penyiapan dan
pematangan lahan terhadap peningkatan sedimentasi dapat dilihat pada Tabel 3 25
berikut.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di sekitar saluran Penting
terkena dampak drainase, serta adanya kekhawatiran warga
sekitar terhadap terjadinya run off.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah sekitar tapak proyek dan pesisir pantai Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Besarnya peningkatan air larian 33.599,3 Penting
dampak berlangsung m3/tahun. Selama tahap konstruksi walaupun
terbatas saat musim hujan
4 Banyaknya kompo-nen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada tidak signifikan karena Tidak penting
berlangsung sesaat saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari peningkatan
sedimentasi akibat kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi dapat dikategorikan
dampak tidak penting berdasarkan 6 dari 6 (enam) kriteria pedoman mengenai ukuran
dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen peningkatan
sedimentasi tergolong penting.
Tabel 3 26 Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Pada Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Terganggunya biota perairan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di sekitar Tidak Penting
terkena dampak Sukabumi yang memanfaatkan hasil biota Laut.
Hanya masyarakat yang memancing di Laut
2 Luas wilayah persebaran Wilayah sekitar tapak proyek dan pesisir pantai Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Besarnya peningkatan air larian 33.599,3 Penting
dampak berlangsung m3/tahun. Selama tahap konstruksi walaupun
terbatas saat musim hujan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada tidak signifikan karena Tidak penting
berlangsung sesaat saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari
Terganggunya biota perairan akibat kegiatan pematangan lahan dapat dikategorikan
dampak penting berdasarkan 3 kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting.
Tabel 3 27 Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Pada Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Gangguan Kesehatan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Adanya kegiata pariwisata di sekitar lokasi Penting
terkena dampak kegiatan termasuk hotel
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan Penting
dampak memiliki batas dengan kegiatan masyarakat
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m3)
yang telah melampaui baku mutu ( BM 230
g/m3) serta parameter CO yang meningkat + 11
kali lipat dari kondisi eksisting. Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pematangan lahan. Akan tetapi jarak masyarakat
dengan lokasi kegiatan cukup jauh
4 Banyaknya komponen Akan terjadi keresahan yang menimbulkan Penting
lingkungan yang terkena adanya unjuk rasa dari masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Tidak Penting
kegiatan pematangan lahan berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak dan/atau debu yang menempel pada
daun/tumbuhan menjadi bersih kembali dengan
turunnya hujan
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari timbulnya
Gangguan Kesehatan Masyarakat akibat kegiatan pematangan lahan dapat dikategorikan
dampak penting berdasarkan 6 kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting.
Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan tergolong
Penting.
jumlah debu yang akan dihasilkan oleh bergeraknya satu buah truk pada jalan yang telah
diperkeras tersebut adalah 12,78 lb/mile (3,61 kg/km), apabila per hari terdapat sekitar 10
truk bermuatan yang melintas jalan sepanjang 1 km dengan luas area penyebaran
diasumsi seluas 60 m2 (dasar dari lebar jalan dan tinggi kepul), maka debu sepanjang jalan
tersebut adalah sebesar 292 g/m3.
Kadar debu sebesar 292 g/m3 menurut perhitungan tersebut telah berada di atas baku
mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999, dimana kadar debu dipersyaratkan maksimum
sebesar 230 g/m3.
terjadi peningkatan kebisingan pemukiman masyarakat sebesar 65,9 dBA menjadi 135,68
dBA, namun demikian besarnya peningkatan kebisingan tersebut sangat signifikan dan
melebihi baku tingkat kebisingan yang dipersyaratkan.
Adanya penurunan kualitas lingkungan khususnya Kualitas udara dan kebisingan serta
banyaknya debu akan mempengaruhi kawasan hotel dan penginapan. Selanjutnya,
dengan adanya kegiatan pematangan lahan berdasarkan faktor penentu bobot dampak
seperti tersebut pada Tabel 3 27 dibawah.
Tabel 3 28 Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Pada Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Penurunan Kunjungan Tamu Hotel
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak, yaitu Penting
terkena dampak sekitar 44 orang pemilik hotel, bungalow, villa
dan penginapan.
Tabel 3 29 Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Pada Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Gangguan Aktifitas Pariwisata Pesisir
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah warga yang melakukan aktivitas sebagai Penting
terkena dampak pedagang dan jasa di pesisir Karangsari sejumlah
24 KK
2 Luas wilayah persebaran Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Penting
dampak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional
Dampak yang ditimbulkan yaitu persepsi negatip
warga yang menganggap bahwa kegiatan
pematangan lahan pada kegiatan konstruksi dapat
mengganggu aktivitas pariwisata pesisir
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena keresahan masyarakat yang berdampak pada
dampak gangguan kelancaran aktivitas kegiaan konstruksi
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara warga dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi mengenai hal–hal
yang dapat mengakomodasi kebutuhan warga.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari timbulnya
Gangguan kegiatan pariwisata pesisir akibat kegiatan pematangan lahan dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 kriteria pedoman mengenai ukuran
dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan
tergolong Penting.
Tabel 3 30. Pembobotan Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Pada Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Timbulnya Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah warga yang melakukan aktivitas sebagai Penting
terkena dampak pedagang dan jasa di pesisir Karangsari sejumlah
24 KK
2 Luas wilayah persebaran Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Penting
dampak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional
Dampak yang ditimbulkan yaitu persepsi negatip
warga yang menganggap bahwa kegiatan
pematangan lahan pada kegiatan konstruksi dapat
mengganggu aktivitas pariwisata pesisir
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena keresahan masyarakat yang berdampak pada
dampak gangguan kelancaran aktivitas kegiaan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara warga dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi mengenai hal–hal
yang dapat mengakomodasi kebutuhan warga.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari keresahan
masyarakat akibat kegiatan pematangan lahan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
dapat dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 kriteria pedoman mengenai ukuran
dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan
tergolong Penting.
Kondisi rona awal intensitas kebisingan di lokasi rencana kegiatan (tapak proyek)
ada yang melebihi baku tingkat kebisingan menurut KepMenLH No. Kep-
48/MENLH/11/1996 yaitu kurang 70 dBA dimana kebisingan untuk up wind sebesar
72,3 dBA dan down wind sebesar 65,9 dBA.
Berdasarkan hal tersebut di atas terlihat bahwa setelah ada kegiatan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (rona akhir) peningkatan kebisingan tersebut
dinilai signifikan. Oleh karena itu, maka kegiatan konstruksi Pelabuhan Laut Pengumpan
Tabel 3 31. Pembobotan Dampak Kegiatan Konstruksi Pembangunan Fasilitas Laut Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Peningkatan Intensitas Kebisingan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Terdapat manusia yang terkena dampak, karena Penting
terkena dampak peningkatan kebisingan diperkirakan masih
dibawah baku mutu yang dipersyaratkan.
2 Luas wilayah persebaran Lokasi studi terbatas pada sekitar lokasi kegiatan. Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya peningkatan kebisingan pemukiman Penting
dampak berlangsung masyarakat sebesar 65,9 dBA menjadi 135,68
dBA. Namun demikian lama pemaparan
kebisingan relatif singkat saat kendaraan
pengangkut (Truk) melakukan pematangan lahan
4 Banyaknya komponen Tempat penginapan dan juga kegiatan pariwisata Penting
lingkungan yang terkena yang ada disekitar lokasi kegiatan
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Efek kumulatif yang ada tidak signifikan Tidak penting
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari peningkatan
intensitas kebisingan akibat kegiatan konstruksi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
dan sarana penunjangnya pada tahap konstruksi dapat dikategorikan dampak tidak
penting berdasarkan 5 dari 6 kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh
karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen kualitas udara tergolong Penting.
kegiatan pembangunan fasilitas laut yang akan membebani kondisi kualitas perairan
disekitar lokasi kegiatan.
Tabel 3 32. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Tahap Konstruksi
Yang Berdampak Pada Penurunan Kualitas air Laut
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di sekitar pantai Penting
terkena dampak karangsari, serta adanya kekhawatiran warga
sekitar terhadap penurunan kualitas air laut
2 Luas wilayah persebaran Tapak proyek dan masyarakat sekitar proyek Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Tingginya kegiatan pembangunan fasilitas laut Penting
dampak berlangsung akan menurunkan kualitas air laut, Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pembangunan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang cukup signifikan terutama Penting
saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari kegiatan
pembangunan fasilitas laut pada tahap konstruksi dapat dikategorikan dampak penting
berdasarkan 5 dari enam kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh
karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen kualitas air Laut tergolong
Penting.
C. Peningkatan Sedimentasi
Pembangunan fasilitas laut ini meliputi kegiatan pembuatan alur pelayaran dan kolam
putar, pembangunan dermaga, sistem bongkar muat, dan konstruksi penghubung
dermaga.
Dermaga direncanakan untuk melayani kapal 1000 DWT dan kurang dari 3000 DWT.
Berdasarkan data karakteristik kapal, kapal dengan bobot 1000 DWT dan kurang dari
3000 DWT dermaga harus memiliki panjang 70 m serta konstruksi beton/baja dengan
kedalaman -5 m LWS. Agar kapal dapat melakukan olah gerak (manuver) dengan
baik dan aman maka alur pelayaran dan kolam dermaga harus memiliki kedalaman dan
luasan yang cukup.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di sekitar pantai Penting
terkena dampak karangsari, serta adanya kekhawatiran warga
sekitar terhadap penurunan kualitas air laut
2 Luas wilayah persebaran Tapak proyek dan masyarakat sekitar proyek Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Tingginya kegiatan pembangunan fasilitas laut Penting
dampak berlangsung akan menurunkan kualitas air laut, Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pembangunan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang cukup signifikan terutama Penting
saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari sedimentasi
akibat kegiatan pembangunan fasilitas laut dapat dikategorikan dampak penting
berdasarkan 5 kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu,
berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan tergolong Penting.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di sekitar Tidak Penting
terkena dampak Sukabumi yang memanfaatkan hasil biota Laut.
Hanya masyarakat yang memancing di Laut
2 Luas wilayah persebaran Wilayah sekitar tapak proyek dan pesisir pantai Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Tingginya kegiatan pembangunan fasilitas laut Penting
dampak berlangsung akan menurunkan kualitas air laut, Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pembangunan
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang cukup signifikan terutama Penting
saat musim hujan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari
Terganggunya biota perairan akibat kegiatan ini dapat dikategorikan dampak penting
berdasarkan 5 kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu,
berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan tergolong Penting.
Tabel 3 35. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Penurunan Pendapatan Nelayan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Terbatas pada sebagian kecil nelayan yang Tidak Penting
terkena dampak melakukan penangkapan ikan di sekitar lokasi
kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada tapak proyek Tidak penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Tidak penting
dampak berlangsung penurunan pendapatan nelayan selama kegiatan
konstruksi
4 Banyaknya komponen Dampak tidak berkelanjutan dan bersifat linear Tidak Penting
lingkungan yang terkena selama tahap konstruksi
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Tidak Penting
kegiatan konstruksi bangunan
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak konstruksi
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari Penurunan
pendapatan nelayan akibat kegiatan pelabuhan Laut Pengumpan Regional dapat
dikategorikan dampak penting berdasarkan 6 kriteria pedoman mengenai ukuran
dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan komponen lingkungan
tergolong Penting.
Tabel 3 36. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Gangguan Aktifitas Pariwisata Pesisir
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah warga yang melakukan aktivitas sebagai Penting
terkena dampak pedagang dan jasa di pesisir Karangsari sejumlah
24 KK
2 Luas wilayah persebaran Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Penting
dampak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional
Dampak yang ditimbulkan yaitu persepsi negatip
warga yang menganggap bahwa kegiatan
pembangunan fasilitas laut pada kegiatan
konstruksi dapat mengganggu aktivitas pariwisata
pesisir
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena keresahan masyarakat yang berdampak pada
dampak gangguan kelancaran aktivitas kegiaan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara warga dengan
manajemen Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional Kabupaten Sukabumi mengenai hal–hal
yang dapat mengakomodasi kebutuhan warga.
Sehingga dapat disimpulkan, berdasarkan ke-6 kriteria dampak penting di atas dampak
kegiatan pada tahap konstruksi, terutama kegiatan pembangunan fasilitas laut tergolong
dampak Negatif penting.
tapak proyek dengan tempat pelelangan ikan (TPI) dan/atau dermaga sandar kapal
nelayan 500 meter. Kemudian kemungkinan adanya tuntutan dari komunitas nelayan
terhadap pemrakarsa. Hal ini menimbulkan ketegangan sosial antara komunitas nelayan
dengan pemrakarsa kegiatan , sehingga menghambat kegiatan proyek.
Atas ketidakpuasan tersebut akan menimbulkan protes dan unjukrasa oleh komunitas
nelayan. Jumlah nelayan yang berpotensi melakukan unjukrasa minimal adalah
kelompok nelayan yang tergabung dalam HNSI Palabuhanratu.
Mengingat besarnya potensi jumlah penduduk yang terlibat pada protes dan unjukrasa,
maka dampak dikatergorikan Negatip Penting (-P)
Tabel 3 37. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Laut Pada Tahap
Konstruksi Yang Berdampak Pada Timbulnya Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah nelayan lokal yang tergabung pada HNSI Penting
terkena dampak Palabuhanratu.
2 Luas wilayah persebaran Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Penting
dampak Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap konstruksi berlangsung sampai Penting
dampak berlangsung dengan sebelum tahap operasional
Dampak yang ditimbulkan yaitu persepsi negatip
nelayan yang menganggap bahwa kegiatan
pembangunan fasilitas laut pada kegiatan
konstruksi dapat mengganggu aktivitas nelayan
4 Banyaknya komponen Komponen yang terkena dampak adalah penting
lingkungan yang terkena keresahan masyarakat yang berdampak pada
dampak gangguan kelancaran aktivitas kegiaan konstruksi
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
5 Sifat kumulatif dampak Dampak berlangsung selama tahap konstruksi Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak negatif berbalik apabila ada komunikasi Penting
berbaliknya dampak dan kesepakatan antara komunitas nelayan/HNSI
Palabuhanratu dengan manajemen Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional Kabupaten Sukabumi
mengenai hal–hal yang dapat mengakomodasi
kebutuhan nelayan lokal.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari Penurunan
Sehingga dapat disimpulkan, berdasarkan ke-6 kriteria dampak penting di atas dampak
kegiatan pada tahap konstruksi, terutama kegiatan pembangunan fasilitas laut tergolong
dampak Negatif penting.
3 Tabel dari Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dalam Emissions of Light & Heavy
Vehicles, Design Manual for Road and Bridge, Vol. 11, Environmental Assesment, HMSO, London, 1994.
Tabel 3 39. Perkiraan Kualitas Udara Pada Kegiatan Kontruksi Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi pencemar yang
diakibatkan oleh kegiatan konstruksi bangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
secara umum masih berada dibawah baku mutu menurut PP RI No. 41 tahun 1999,
namun parameter CO peningkatannya terlihat sudah cukup signifikan, yaitu hampir
mencapai 7 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum ada proyek, dari sekitar 2.497 - 2.795
µg/m3 (ditapak proyek down wind) menjadi sekitar 20.731 - 21.039 µg/m3.
Dari perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa setelah ada kegiatan ini (rona akhir)
sudah terjadi peningkatan konsentrasi namun demikian masih berada dibawah baku
mutu, maka kegiatan konstruksi bangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
terhadap kualitas udara memberikan skala kualitas lingkungan yang tergolong masih
Sedang.
Selanjutnya, dengan adanya kegiatan konstruksi bangunan Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional pada lokasi rencana Kegiatan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Kabupaten
Sukabumi pada tahap konstruksi ditinjau berdasarkan faktor penentu bobot dampak
seperti tersebut pada Tabel 3.24. dibawah.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Tidak Penting
terkena dampak di sekeliling lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan. Tidak penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Tidak penting
dampak berlangsung peningkatan polutan terutama debu (292 g/m3)
yang telah melampaui baku mutu ( BM 230
g/m3) serta parameter CO yang meningkat + 11
kali lipat dari kondisi eksisting. Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pematangan lahan
4 Banyaknya komponen Debu bisa menempel pada permukaan daun Tidak Penting
lingkungan yang terkena /tumbuhan di sekitar lokasi kegiatan di Kelurahan
dampak Palabuhanratu
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Tidak Penting
kegiatan pematangan lahan berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak dan/atau debu yang menempel pada
daun/tumbuhan menjadi bersih kembali dengan
turunnya hujan
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari penurunan
kualitas udara akibat kegiatan konstruksi bangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
pada tahap konstruksi dapat dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan enam
kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala
kepentingan komponen kualitas udara tergolong Tidak Penting.
Tabel 3 41. Pembobotan Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi Yang
Berdampak Pada Peningkatan Intensitas Kebisingan
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di sekeliling lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan. Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya peningkatan kebisingan pemukiman Penting
dampak berlangsung masyarakat. Namun demikian lama pemaparan
kebisingan relatif singkat saat kendaraan
pengangkut (Truk) melakukan pematangan lahan
4 Banyaknya komponen Fauna (hewan peliharaan dan burung) yang ada Tidak penting
lingkungan yang terkena disekitar lokasi kegiatan
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Efek kumulatif yang ada tidak signifikan Tidak penting
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari peningkatan
intensitas kebisingan akibat kegiatan konstruksi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
pada tahap konstruksi dapat dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan 4 (empat)
dari tujuh kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu,
berdasarkan skala kepentingan komponen kualitas udara tergolong Penting.
Tabel 3 42. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi
Yang Berdampak Pada Gangguan Kesehatan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Tidak Penting
terkena dampak di lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan Tidak penting
dampak yang cukup jauh dari kegiatan masyarakat
3 Intensitas dan Lamanya Dampak yang ditimbulkan yaitu adanya Tidak Penting
dampak berlangsung peningkatan parameter CO yang meningkat + 7
kali lipat dari kondisi eksisting. Selama tahap
konstruksi berlangsung pada kegiatan
pembangunan gedung sarana dan prasarana. Akan
tetapi jarak masyarakat dengan lokasi kegiatan
cukup jauh
4 Banyaknya komponen Debu bisa menempel pada permukaan daun Tidak Penting
lingkungan yang terkena /tumbuhan di pinggir jalan yang dilalui pada
dampak Kelurahan Palabuhanratu
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Tidak Penting
kegiatan pembangunan gedung sarana dan
prasarana berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat berbalik dengan selesainya kegiatan Tidak penting
berbaliknya dampak dan/atau debu yang menempel pada
daun/tumbuhan menjadi bersih kembali dengan
turunnya hujan
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari Gangguan
Kesehatan Masyarakat dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan enam kriteria
pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala
kepentingan komponen Gangguan Kesehatan Masyarakat tergolong Tidak Penting.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak, yaitu Tidak Penting
terkena dampak sekitar 44 orang pemilik hotel, bungalow, villa
dan penginapan.
2 Luas wilayah persebaran Luasnya wilayah persebaran dampak meliputi Tidak penting
dampak wilayah penginapan disekitar lokasi kegiatan
3 Intensitas dan Lamanya Intensitas dampak akan berlangsung terus- Tidak Penting
dampak berlangsung menerus selama pematangan lahan berlangsung.
4 Banyaknya komponen Terdapat komponen lain yang terkena dampak, Tidak Penting
lingkungan yang terkena yaitu persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif. Tidak Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak bisa berbalik apabila ada gangguan Tidak penting
berbaliknya dampak terhadap kegiatan operasi.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari penurunan
kunjungan hotel dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan enam kriteria
pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala
kepentingan komponen Gangguan Kesehatan Masyarakat tergolong Tidak Penting.
dari sekitar 2.497 - 2.795 µg/m3 (ditapak proyek down wind) menjadi sekitar 20.731 -
21.039 µg/m3.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak, yaitu Tidak Penting
terkena dampak sekitar 44 orang pemilik hotel, bungalow, villa
dan penginapan.
2 Luas wilayah persebaran Luasnya wilayah persebaran dampak meliputi Tidak penting
dampak wilayah penginapan disekitar lokasi kegiatan
3 Intensitas dan Lamanya Intensitas dampak akan berlangsung terus- Tidak Penting
dampak berlangsung menerus selama pematangan lahan berlangsung.
4 Banyaknya komponen Terdapat komponen lain yang terkena dampak, Tidak Penting
lingkungan yang terkena yaitu persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif. Tidak Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak bisa berbalik apabila ada gangguan Tidak penting
berbaliknya dampak terhadap kegiatan operasi.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari Gangguan
aktifitas pariwisata pesisir dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan enam
kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala
kepentingan komponen ini tergolong Tidak Penting.
Tabel 3 45. Pembobotan Dampak Kegiatan Pembangunan Fasilitas Darat Tahap Konstruksi
Yang Berdampak Pada Timbulnya Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak, yaitu Tidak Penting
terkena dampak sekitar 44 orang pemilik hotel, bungalow, villa
dan penginapan.
2 Luas wilayah persebaran Luasnya wilayah persebaran dampak meliputi Tidak penting
dampak wilayah penginapan disekitar lokasi kegiatan
3 Intensitas dan Lamanya Intensitas dampak akan berlangsung terus- Tidak Penting
dampak berlangsung menerus selama pematangan lahan berlangsung.
4 Banyaknya komponen Terdapat komponen lain yang terkena dampak, Tidak Penting
lingkungan yang terkena yaitu persepsi masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif. Tidak Penting
6 Berbalik dan tidak Dampak bisa berbalik apabila ada gangguan Tidak penting
berbaliknya dampak terhadap kegiatan operasi.
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari keresahan
Masyarakat dikategorikan dampak tidak penting berdasarkan enam kriteria pedoman
mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan
komponen keresahan Masyarakat tergolong Tidak Penting.
Jangka waktu pekerjaan yang relatif lama, juga akan menimbulkan dampak positif, dari
upah yang diterima penduduk lokal. Dari warga di sekitar kegiatan, terdapat kelompok
penduduk dengan kapasitas sosial ekonomi dan tingkat pendidikan rendah.
Selain peluang kerja di atas, ada pula peluang usaha bagi kontraktor dan suplier lokal,
yang menjadi mitra bagi pemrakrsa kegiatan. Mereka dapat menjadi pemborong bagian –
bagian tertentu dari pekerjaan konstruksi sehingga dampaknya menjadi positip penting
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong Penting
terkena dampak beragam, yaitu sekitar 35 orang tenaga kerja yang
direkrut untuk bekerja pada Pengelola Kawasan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, ditambah
pelaku-pelaku usaha yang menikmati peluang
usaha sebagai akibat kegiatan berbagai fasilitas
pada tahap operasi.
dan penerimaan tenaga kerja baru untuk mendukung kegiatan operasi; 2) kegiatan
operasi.
Besar Dampak:
Perekonomian lokal, terutama wilayah Kelurahan Palabuhanratu dan wilayah yang
berdekatan dan secara ekonomi terakses langsung dengan kawasan Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional diperkirakan akan berkembang pada tahap operasi. Penerimaan
tenaga kerja sebanyak 35 orang untuk kebutuhan Pengelola Kawasan akan
membangkitkan berbagai kegiatan ekonomi lokal seperti sewa tempat tinggal, warung
dan rumah makan, jasa-jasa lain yang dibutuhkan. Jika diperhitungkan gaji pegawai
minimal sama dengan UMK Kab Sukabumi (tahun 2015) ,maka minimal setiap pegawai
akan mendapatkan upah Rp 1.940 000,-Penerimaan tenaga kerja tersebut akan
pendapatan masyarakat berupa gaji sebesar Rp. 67.900.000 per bulannya akan
dibelanjakan di wilayah sekitar Pelabuhan Laut Pengumpan Regional untuk membayar
barang dan jasa kebutuhan tenaga kerja. Disamping itu, sebagian dari tenaga kerja
diproyeksikan akan direkrut dari daerah setempat, yang meliputi satpam, office boy, dan
cleaning service. Gaji yang diterima oleh tenaga kerja setempat akan meningkatkan daya
beli keluarga tenaga bersangkutan, yang pada akhirnya akan berdampak pada
peningkatan perputaran uang pada kegiatan ekonomi setempat.
Disamping gaji tenaga kerja, dan belanja tenaga kerja, operasi berbagai fasilitas Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional berupa penyelenggaraan berbagai operasional Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional, operasional akan berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi
di sekitar lokasi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional seperti warung dan rumah makan,
pusat perbelanjaan, penginapan, jasa transportasi dan lainnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan: 1) mobilisasi dan penerimaan
tenaga kerja, dan 2) operasi Pelabuhan Laut Pengumpan Regional akan membangkitkan
berbagai kegiatan usaha masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan meningkatkan lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dampak terhadap kondisi sosial ekonomi atau perekonomian lokal tergolong dampak
besar.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong Penting
terkena dampak beragam, yaitu sekitar 35 orang tenaga kerja yang
direkrut untuk bekerja pada Pengelola Kawasan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, terutama
21 orang tenaga kerja setempat, serta pelaku
usaha di sekitar Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong Penting
terkena dampak beragam, yaitu sekitar 35 orang tenaga kerja yang
direkrut untuk bekerja pada Pengelola Kawasan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, terutama
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
21 orang tenaga kerja setempat, serta pelaku
usaha di sekitar Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional.
- Debit air tanah yang akan dieksploitasi untuk kebutuhan air bersih 51,21 m3/hari,
atau sekitar 0,592 liter/detik (pembulatan = 0,6 liter/detik). Untuk memenuhi
kebutuhan air bersih bagi kapal-kapal yang bersandar tampaknya masih
dimungkinkan jika volume air maksimum secara keseluruhan mencapai 300 m3/hari,
atau air tanah yang diambil sekitar 3,47 liter/detik. Kemungkinan terjadinya intrusi
air laut akibat pengambilan air tanah relative kecil karena debit pengambilan air
masih lebih rendah disbanding debit sumur yang dapat dieksploitasi 5 liter/detik.
Namun demikian upaya mencari alternative sumber air lainnya diluar air tanah perlu
dilakukan.
Didasarkan uraian di atas, maka pengambilan air tanah untuk kebutuhan air bersih pada
tahap operasi masih aman dan diprakirakan tidak menyebabkan penurunan kuantitas air
tanah.
Tabel 3.49 Rencana Kebutuhan Air Bersih
Besaran Jumlah
Jenis Penggunaan Besaran kegiatan Penggunaan kebutuhan air
No air bersih* bersih (m3/hari)
Gedung kantor dan
1.035 Orang 15 liter/org/hari 15,53
1 ruang tunggu
2 Pertokoan 150 Orang 15 liter/org/hari 2,25
3 Kantin 500 Orang 15 liter/org/hari 7,50
4 Gudang tertutup 20 Orang 10 liter/org/hari 0,20
5 Rumah dinas 100 Orang 60 liter/org/hari 6
6 Masjid 500 Orang 10 liter/org/hari 5
7 Toilet umum 500 Orang 15 liter/org/hari 7,5
8 Taman & RTH 8.014 m 2 0,1 liter/ha/det** 7,23
Total 51.21
Sumber : *)SNI 03-7065-2005* dan **)Kepmen Kimpraswil,2001
Keterangan :
*) SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing
**) Kepmen Kimpraswil No. 534-KPTS-M-2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal
***) Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan kebutuhan puncak apabila semua gedung
beroperasi
Penentuan tingkat kepentingan dampak akibat kegiatan operasional pelabuhan terhadap
menurunnya kuantitas air tanah berdasarkan dua dari enam kriteria pedoman mengenai
ukuran dampak penting diperlihatkan pada Tabel 3.50 dan dapat dikategorikan sebagai
Dampak Negatip Tidak Penting.
Kriteria Dampak
No Uraian Kesimpulan
Penting
1 Besarnya jumlah
Penduduk yang akan terkena dampak Tidak
penduduk yang
berupa penurunan kuantitas air tanah Penting
akan terkena
dangkal di sekitar tapak proyek pada
dampak tahap operasional diprakirakan tidak
signifikan karena debit air tanah yang
diambil 0,6 lt/detik, sedangkan potensi
ketersediaan air tanah di daerah kegiatan
yaitu dengan Q (debit) sumur 5 lt/detik.
2 Luas wilayah Adapun penurunan kuantitas air tanah Tidak
penye-baran akan bersifat lokal dan diprakirakan Penting
dampak tidak menyebabkan penyebaran luas, jika
pun terjadi kemungkinannya hanya di
sekitar tapak proyek karena tapak proyek
terletak di bagian hilir (down stream)
dari sistim aliran air tanah pedataran
pantai.
3 Intensitas dan Intensitas dampak relatif rendah dan Tidak
lama-nya dampak berlangsung selama tahap operasi. Penting
berlang-sung
4 Banyaknya Komponen lain yang terkena dampak Tidak
komponen adalah fluktuasi kedudukan muka air Penting
lingkungan hidup tanah (freatik) di sekitar pusat
lain yang akan pengambilan dalam radius terbatas di
terkena dampak tapak proyek.
5 Dampak dapat bersifat kumulatif jika ada Penting
Sifat kumulatif kegiatan lainnya atau pengambilan debit
dampak air melampui kapasitas debit sumur (>
5lt/detik).
6 Berbalik atau tidak Dampak penurunan kuantitas air tanah Penting
berbaliknya tidak berbalik selama pelabuhan
dampak beroperasi.
Kesimpulan Dampak Negatif Tidak Penting
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk Kelurahan Palabuhanratu yang berada Penting
terkena dampak di lokasi kegiatan.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan penting
dampak Kelurahan Palabuhanratu
3 Intensitas dan Lamanya Jumlah kendaraan akan meningkat di jalan Penting
dampak berlangsung eksisting. Selama tahap operasional berlangsung
4 Banyaknya komponen Kerusakan jalan yang ada di Kelurahan Penting
lingkungan yang terkena Palabuhanratu
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Dampak bersifat kumulatif berlangsung selama Penting
kegiatan operasional berlangsung
6 Berbalik dan tidak Tidak berbalik dampak karena akan terjadi selama penting
berbaliknya dampak operasional
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong Penting
terkena dampak beragam, yaitu sekitar 35 orang tenaga kerja yang
direkrut untuk bekerja pada Pengelola Kawasan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, terutama
21 orang tenaga kerja setempat, serta pelaku
usaha di sekitar Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Penduduk sekitar yang berada di pantai, serta Penting
terkena dampak adanya kekhawatiran warga sekitar terhadap
terjadinya penurunan kualitas air laut.
2 Luas wilayah persebaran Wilayah sekitar tapak proyek dan pesisir pantai Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap operasional Penting
dampak berlangsung
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada cukup signifikan karena Penting
berlangsung selama operasional berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat tidak dapat berbalik Penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka secara umum dampak dari penurunan
kualitas air Laut dikategorikan dampak penting berdasarkan enam kriteria pedoman
mengenai ukuran dampak penting. Oleh karena itu, berdasarkan skala kepentingan
komponen penurunan kualitas air Laut tergolong Penting.
Hasil pemodelan arus menunjukkan bahwa saat pasang arah arus bergerak dominan dari
Barat Daya ke Utara kemudian berbelok ke Barat Laut dengan sebagian kecil terpecah ke
arah Tenggara pada posisi mendekati daratan atau rencana causeway. Distribusi
kecepatan arus mengikuti pola arah dominan yang terjadi, dengan kisaran 7-7.5 m/dtk
dari Barat Daya hingga 5-5.5 m/dtk ke Barat Laut dan melambat didepan rencana kolam
pelabuhan lalu kemudian meningkat lagi hingga 4-4.5 m/dtk ke arah Tenggara.
Dari kedua hasil pemodelan diatas dapat disimpulkan bahwa pola arah arus dominan di
Perairan Karang Sari relatif konstan dengan faktor pembeda hanya pada rentang
kecepatannya saja. Terlihat dari hasil pemodelan pola arus pada saat surut, kecepatan arus
di Barat Daya dapat mencapai 8.4 m/dtk kemudian menurun mengikuti pola arah arus
dominan.
Pemodelan Gelombang
Informasi karakteristik gelombang di suatu perairan merupakan faktor yang sangat
penting pada perencanaan pelabuhan, dalam hal ini khususnya ketinggian gelombang
maksimum (Hmax) dalam periode tertentu. Pemodelan gelombang di Perairan Karang
Sari dikhususkan untuk menampilkan data ketinggian gelombang maksimal dan arah
pergerakannya dalam kurun waktu 10 tahun. Pemodelan gelombang masih
menggunakan software Mike21 dengan modul SW (Spectral Wave). Data-data yang
digunakan adalah batimetri perairan Karang Sari, data angin, dan data ketinggian serta
periode gelombang signifikan dari 5 arah mata angin yaitu, Barat, Barat Daya, Selatan,
Tenggara dan Barat Laut. Hasil pemodelan adalah sebagai berikut:
Gambar 3 3. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat dalam kurun waktu 10 tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat berkisar antara 0.45
m hingga lebih dari 2.1 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian gelombang
berkisar antara 1.5 m hingga 1.8 m dengan arah perambatan konstan. Arah perambatan
mengalami perubahan ke Timur Laut (refraksi) di area rencana causeway.
Gambar 3 4. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Daya dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat Daya berkisar antara
0.7 m hingga diatas 1.25 m dengan pola perambatan yang konstan ke arah Timur Laut.
Gambar 3 5. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Barat Laut dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Barat Laut berkisar antara
0.45 m hingga lebih dari 2.25 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian
gelombang berkisar antara 1.35 m hingga 1.95 m dengan arah perambatan konstan. Arah
perambatan mengalami perubahan ke Timur Laut (refraksi) di area rencana causeway
hingga memanjang ke arah Tenggara dengan ketinggian yang menurun saat mendekati
pantai.
Gambar 3 6. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Selatan dalam kurun waktu 10 tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Selatan berkisar antara 0.7
m hingga diatas 1.8 m dengan pola perambatan yang konstan ke arah Utara. Terlihat
cakupan area perambatan gelombang dengan kisaran ketinggian diatas 1.8 m yang luas
karena perambatannya mengikuti morfologi dasar perairan Karang Sari.
Gambar 3 7. Gelombang Maksimum (Hmax) dari arah Tenggara dalam kurun waktu 10
tahun
Ketinggian gelombang maksimum dengan arah bangkitan dari Tenggara berkisar antara
0.45 m hingga 2.25 m. Mendekati area rencana pelabuhan ketinggian gelombang berkisar
antara 1.5 m hingga 1.8 m dengan arah perambatan relatif konstan menuju Barat Laut.
Arah perambatan mengalami sedikit perubahan ke Barat Laut-Utara (refraksi) mendekati
area rencana pelabuhan karena dipengaruhi bentuk morfologi daratan serta dasar
perairan.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Masyarakat sekitar pantai karangsari kelurahan Penting
terkena dampak Palabuhanratu
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap operasional Penting
dampak berlangsung
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada cukup signifikan karena Penting
berlangsung selama operasional berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat tidak dapat berbalik Penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka tergolong Penting.
FAKTOR PENENTU
NO KETERANGAN SIFAT DAMPAK
BOBOT DAMPAK
1 Jumlah manusia yang Masyarakat sekitar pantai karangsari kelurahan Penting
terkena dampak Palabuhanratu
2 Luas wilayah persebaran Wilayah persebaran terbatas pada lokasi kegiatan Penting
dampak
3 Intensitas dan Lamanya Selama tahap operasional Penting
dampak berlangsung
4 Banyaknya komponen Komponen lingkungan yang terpengaruh adalah Penting
lingkungan yang terkena masalah sosial/persepsi (negatif) di masyarakat.
dampak
5 Sifat kumulatif dampak Sifat kumulatif yang ada cukup signifikan karena Penting
berlangsung selama operasional berlangsung
6 Berbalik dan tidak Dapat tidak dapat berbalik Penting
berbaliknya dampak
Dengan memperhatikan kriteria yang ada, maka tergolong Penting.
Untuk memperoleh hasil penilaian secara totalitas tersebut, maka suatu komponen
lingkungan hidup yang paling sensitif terhadap rencana kegiatan dilihat dari
penjumlahan horisontal dari komponen kegiatan yang mempengaruhinya. Sedangkan
untuk komponen kegiatan yang memberikan dampak penting dapat dilihat dari
penjumlahan secara vertikal.
Beberapa pedoman yang digunakan dalam menyimpulkan hasil evaluasi secara totalitas
ialah :
Dari uraian tersebut tampak bahwa komponen kualitas udara dan kesehatan masyarakat
dapat dikategorikan sebagai komponen lingkungan yang paling sensitif terkena dampak
negatif penting dari rencana kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional. Hasil prediksi dapat dilihat pada Tabel 4.1
Pembangunan Fasilitas
Pembangunan Fasilitas
Operasional Fasilitas
Operasional Fasilitas
Survey lapangan dan
Pembebasan Lahan
Pematangan Lahan
Perizinan
Material
Darat
Darat
Komponen
Laut
Laut
Lingkungan
I Fisik Kimia
1 Kualitas Udara Ambien DP DP X
2 Tingkat Kebisingan DP DP DP DP
3 Kualitas Air Tanah
4 Kualitas Air Laut DP DP DP
5 Sedimentasi DP DP DP
Pembangunan Fasilitas
Pembangunan Fasilitas
Operasional Fasilitas
Operasional Fasilitas
Survey lapangan dan
Pembebasan Lahan
Pematangan Lahan
Perizinan
Material
Darat
Darat
Komponen
Laut
Laut
Lingkungan
6 Abrasi DP
7 Air Larian DP
II Biologi
7 Plankton, Benthos dan Nekton DP DP DP
III Sosekbud dan Kesmas
8 Kesempatan Kerja dan Berusaha DP DP
9 Pendapatan Nelayan X
10 Pendapatan Pedagang DP DP DP
11 Pendapatan Tenaga Kerja DP DP
12 Kunjungan Tamu Hotel DP X DP
13 Sikap dan Persepsi masyarakat
14 Keresahan masyarakat DP DP DP DP DP DP X
15 Aksesibilitas
16 Sanitasi lingkungan
17 Morbiditas Penyakit DP DP X
18 Gangguang Aktifitas Pariwisata DP DP X
Pesisir
IV Infrastruktur
18 Peningkatan Arus Lalulintas DP DP
19 Kerusakan Jalan DP
Keterangan :
(X) = Dampak Tidak Penting
(DP) = Dampak Penting
TAHAP PRA
KONSTRUKSI
TAHAP KONSTRUKSI
MOBILISASI ALAT
PENGADAAN TENAGA KERJA
DAN MATERAIAL
Kesempatan
Kerja dan Kualitas udara
Peningkatan
Berusaha ambien dan
Arus Lalulintas
Tingkat
Kebisingan
Kerusakan Morbiditas
Jalan Penyakit
TAHAP
KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN
Pematangan PEMBANGUNAN FASILITAS
Lahan FASILITAS DARAT
LAUT
Gangguan Kualitas
Air Larian
Aktifitas Udara Tingkat Kualitas Air Laut
Pariwisata Ambien dan Kebisingan dan Sedimentasi Kebisingan
Pesisir TIngkat
Kebisingan Kualitas Air
Laut dan
Sedimentasi Plankton,
Gangguan Benthos dan
Kunjungan Aktifitas Nekton
Tamu Hotel Pariwisata
Morbiditas Plankton,
Penyakit Benthos dan Pesisir
Nekton
Keresahan Keresahan
Masyarakat Masyarakat
TAHAP
OPERASIONAL
OPERASIONAL OPERASIONAL
FASILITAS FASILITAS
LAUT DARAT
Plankton,
Benthos dan Pendapatan
Nekton Peningkata Pedagang
n Arus dan Tenaga
Lalulintas Kerja
yang berasal dari polusi dan mobilitas kendaraan. Dengan demikian komponen
lingkungan ini dikatagorikan sebagai dampak penting yang perlu dikelola.
4.2.3. Peningkatan Air larian, Peningkatan Sedimentasi dan Abrasi, penurunan kualitas
air Laut, Gangguan terhadap Biota Air, pendapatan nelayan, Gangguang Aktifitas
Pariwisata Pesisir, serta penurunan kualitas air tanah
Besarnya air larian 209,24 m3/hr akibat adanya perubahan tata guna lahan yang
menyebabkan meningkatnya air larian, menyebabkan dampak-dampak turunan yaitu
peningkatan sedimentasi dan abrasi, penurunan kualitas air laut, gangguan terhadap biota
air, pendapatan nelayan, gangguang aktifitas pariwisata pesisir, serta penurunan kualitas
air tanah.
Dampak yang merupakan dampak yang saling berkaitan ini akan mengalami penurunan
kualitas lingkungan dengan seiring berjalannya kegiatan konstruksi dan terutama
kegiatan operasional. Pada saat kegiatan operasional sangat menyebabkan dampak serta
penurunan kualitas air tanah. Dengan demikian komponen lingkungan ini dikatagorikan
sebagai dampak penting yang perlu dikelola.
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Usaha dan/atau
Kegiatan sudah di prakirakan. Berdasarkan prakiraan mengenai besaran dan sifat
penting dampak terhadap setiap dampak penting hipotetik yang akan terjadi dari
rencana kegiatan, dihasilkan beberapa dampak penting baik yang bersifat positif
penting maupun negatif penting terhadap lingkungan hidup Semua prakiraan
dampak sudah dikaji, terdapat 40 dampak yang termasuk dampak penting dan 6
dampak yang termasuk dampak tidak penting.
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting. Telah dilakukan
Evaluasi secara holistik terhadap dampak penting yang ada, menunjukkan
dampak primer yang timbul dari rencana kegiatan tersebut diatas diantaranya;
timbul persepsi masyarakat, kesempatan kerja dan berusaha, penurunan kualitas
udara, peningkatan kebisingan, peningkatan air larian, bangkitan lalulintas,
penurunan kualitas air laut dan peningkatan sedimentasi. Kemudian untuk
dampak sekundernya berupa; terganggunya biota perairan, gangguan aktifitas
pariwisata dan gangguan kesehatan masyarakat. Dampak sekunder dapat
diminimalisir apabila pengelolaan terhadap dampak primer dijalankan dengan
baik. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat telah mempunyai komitmen
sebagaimana tercantum di dalam RKL-RPL untuk mengelola seluruh damapk
tersebut secara konsisten.
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak penting yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau
Kegiatan. Berdasarkan evaluasi potensi kemampuan untuk mengelola keseluruha
dampak, pemrakarsa kegiatan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
berbagai macam pendekatan-pendekatan pengelolaan lingkungan baik secara
teknologi (dengan SOP pembangunan pelabuhan), sosial, dan kelembagaan serta
sinergitas dengan institusi teknis pusat dan daerah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut
dalam dokumen RKL-RPL
7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view). Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional yang berlokasi di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi tidak menganggu
nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic view). Hal ini dikarenakan
rencana kegiatan tersebut mendukung pengembangan aktifitas pariwisata di
wilayah tersebut.
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan.
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
Berdasarkan pengamatan di lokasi kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional tidak ditemukan adanya spesies kunci yang mempunyai
nilai penting baik secara ekologis, ekonomis, sosial maupun ilmiah.
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan. Aktivitas masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan meliputi
pemukiman, perhotelan dan aktivitas masyarakat (pariwisata dan olahraga).
Adanya dampak dari Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
khususnya pada tahap konstruksi dan tahap operasi setelah dilakukan
pengelolaan lingkungan dengan pendekatan teknolobi, sosial dan kelembagaan,
maka pengaruh dampak negatif rencana kegiatan terhadap lingkungan sekitarnya
akan menjadi minimal dan diharapkan akan saling mendukung satu dengan yang
lainnya.
10.Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Rencana
kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional di Karangsari
Kelurahan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan. Namun demikian hal tersebut akan diatasi
oleh pemrakarsa kegiatan, dengan melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup melalui pendekatan teknologi baik pada tahap konstruksi dan
operasional kegiatan. Hal tersebut diharapkan tidak akan dilampauinya daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan adanya kegiatan pelabuhan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi
Tahun 2012-2032.
Canter L.W. 1996 Enviromental Impact Assessment. Mc. Graw Hill Inc. New York.
Husin, Y.A. 1987. Dampak Terhadap Kualitas Air. BKLH-MISETA IPB. Sukabumi.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper & Row Publishing. New York.
Lee, J. 1985. The Environment, Public Health and Human Ecology; Consideration for
Economic Development. World Bank Publ, John Hopkins University Press,
Baltimore, Maryland.
McNeely, R.N. V.P. Neimanis and L. Dwyer. 1979 Water Quality Sourcebook, A Guide
to Water Quality. Directorate, Water Quality Branch, Otawa, Canada.
Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.
Schwab. G.O. R.K. Frevert. T.W. Eminster and K.K. Barnes. 1981. Soil and Water
Conservation Engineering. John Willey, New York.
Soemarwoto, Otto, 1994, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Soedarto P. Hadi, 1995, Aspek Sosial AMDAL sejarah, Teori dan Metode, Gajah Mada
University University Press, Yogyakarta
Stern. A.C., R.W. Bouble D.L. Fok. 1984. Fundamental of Air Pollution. Second Edition.
Academic Press Inc. New York.
LAMPIRAN
Pelabuhan sebagai alat yang melayani hubungan suatu tempat dengan tempat lain, maka
sistem dan pola jaringan transportasi seakan-akan ditentukan oleh struktur wilayah yang
dilayaninya, tetapi pada kenyataannya terkadang terjadi sebaliknya, dimana struktur
wilayah akan sangat dipengaruhi oleh sistem dan pola jaringan transportasi. Dengan
demikian sistem dan pola jaringan transportasi akan membentuk suatu sistem yang rumit
baik di dalam dirinya sendiri maupun dalam kaitan dengan kegiatan yang dilayaninya.
Letak geografis bagian selatan Jawa Barat yang bersinggungan dengan Samudera
Indonesia dipandang sangat strategis untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan
terpadu dengan jangkauan pelayanan regional, nasional maupun lintas negara, selain itu
letaknya yang berada pada jalur lalu-lintas pelayaran nasional justru menambah \
keunggulan wilayah selatan ini untuk menjadi outlet transportasi penumpang, kendaraan
dan barang di Jawa Barat.
Dengan demikian fungsi dari upaya pengembangan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
regional Jawa Barat bagian selatan diarahkan sebagai wilayah untuk menopang kegiatan
pengembangan bagian selatan Propinsi Jawa Barat, Untuk itu perlu adanya koordinasi
dengan program-program pemerintah di sektor lain serta ditunjang dengan penyediaan
sarana dan prasarana pendukung di sektor transportasi laut ini agar lebih dapat
mengoptimalkan perencanaan pengembangannya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 dan 2012 telah melaksanakan Kegiatan
Penyusunan Sudi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan Laut Di Jawa Barat Bagian Selatan
di mana terdapat beberapa lokasi disepanjang pesisir selatan Jawa Barat yang berpeluang
untuk dijadikan maupun dikembangkan sebagai pelabuhan, diantaranya Kabupaten
Tasikmalaya, Sukabumi, Garut dan Cianjur. Berdasarkan hasil studi Masterplan dan FS
Lampiran
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Perda No 22 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sukabumi Tahun 2012-2032, Pasal 8 menyebutkan bahwa Palabuhanratu sebagaimana
dimaksud memiliki fungsi utama sebagai pusat bisnis kelautan dengan skala pelayanan
nasional dan internasional dan fungsi penunjang sebagai kawasan pengembangan
Pelabuhan Perikanan Samudera dan minapolitan. Surat Penetapan Lokasi dari Menteri
perhubungan dengan nomor : KP 686 Tahun 2014 tanggal 3 Juli 2014 menetapkan lokasi
tersebut digunakan untuk Pelabuhan Laut Pengumpan Regional Palabuhanratu yang
berlokasi di Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat.
Lampiran
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Berkaitan dengan hal tersebut, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, kegiatan
Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional, merupakan kegiatan yang wajib
dilengkapi AMDAL karena pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional ini
diprakirakan dapat menimbulkan perubahan terhadap komponen lingkungan baik fisik
kimia, flora, fauna, biota air, maupun sosial, ekonomi dan budaya sehingga untuk
mengantisipasi timbulnya permasalahan dan atau dampak lingkungan akibat adanya
kegiatan tersebut, maka Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat selaku pemrakarsa
kegiatan bermaksud melakukan studi dan penyusunan studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Sesuai dengan lampiran II, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun
2008 tanggal 16 Juli 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis yang
penilaiannya dilakukan oleh Komisi Penilai Provinsi, untuk Pembangunan pelabuhan
nasional dan/atau regional dengan panjang > 200m Luas > 6.000m, Pembangunan
Penahan Gelombang > 200m dan Kunjungan kapal yang cukup tinggi dengan bobot
Lampiran
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
sekitar 5.000-10.000 DWT penilaiannya dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi
dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Barat.
1.2.2 Manfaat
Manfaat Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional sebagai berikut :
1. Untuk menunjang aktivitas ekonomi masyarakat dan pengembangan wilayah di
Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya
2. Untuk meningkatkan perekonomian mikro dan makro serta untuk menggerakkan
dan merangsang perekonomian daerah.
3. Terbukanya lapangan pekerjaan dan usaha/jasa dan membawa dampak positif
terhadap perekonomian khususnya di Kabupaten Sukabumi.
Lampiran
ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PENGUMPAN REGIONAL
Karangsari, Kelurahan Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tabel 1.1 Susunan Tim AMDAL Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional
Palabuhanratu
JABATAN
NO NAMA KUALIFIKASI
DALAM TIM
1. Sertifikat KTPA Intakindo (000793/SKPA-
Drs. Sulaeman MT Ketua Tim P1/LSK-INTAKINDO/I/2013) dan Kursus
AMDAL Penyusun
2. Sertifikat ATPA Intakindo
Sarif Hidayatullah, S.Si Anggota Tim (000920/SKPA/LSK-INTAKINDO/VI/2013)
dan Kursus AMDAL Penyusun
3. Deyna Handiyana, S.Si Anggota Tim Sertifikat ATPA Intakindo (000839/SKPA-
P1/LSK-INTAKINDO/II/2013)
4. Shinta Harliantiy, ST, MT. Ahli Kimia-fisik
Lampiran