Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Penilaian Kinerja
ABSTRAK
Reverse logistics adalah proses pengendalian aliran bahan baku, produk jadi dan informasi terkait dari
kegiatan konsumsi untuk menangkap nilai dari pengembalian produk. PT Sinar Sosro Kantor Pabrik Mojokerto
menerapkan reverse logistics dengan memproduksi minuman teh dalam kemasan returnable glass bottling
(RGB). Penelitian ini bertujuan menentukan bobot kepentingan tiap variabel untuk penilaian kinerja
Departemen Produksi dalam menerapkan reverse logistics dengan Analytical Hierarchy Process (AHP),
melakukan penilaian kinerja untuk proses produksi setiap jenis produk dengan Data Envelopment Analysis
(DEA) dan melakukan proyeksi perbaikan nilai efisiensi untuk proses produksi inefisien dengan proyeksi CCR
berorientasi input. Metode yang digunakan yaitu penggabungan AHP dan DEA pada proses produksi 6 jenis
produk RGB (Teh Botol Sosro, Joy Tea, Tebs, S-tee, Fruit Tea Apple dan Fruit Tea Black Currant) selama 20
bulan (Januari 2010-Agustus 2011). Variabel penilaian yaitu variabel input dan output. Hasil penelitian
menunjukkan bobot kepentingan variabel input dan output masing-masing 0,5. Subkriteria variabel input dengan
urutan bobot terbesar sampai terkecil yaitu hambatan produksi, paid hour, botol nonstandar, botol pecah, botol
isi nonstandar dan losses dengan bobot berturut-turut sebesar 0,185, 0,160, 0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020.
Subkriteria variabel output dengan urutan bobot terbesar sampai terkecil yaitu hasil produksi, mechanical
efficiency, line utility, line efficiency dan volume dengan bobot kepentingan berturut-turut sebesar 0,265, 0,085,
0,070, 0,060, dan 0,020. Penilaian kinerja menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18 proses produksi inefisien.
Proses produksi yang inefisien dapat diperbaiki nilai efisiensinya dengan proyeksi CCR berorientasi input, yaitu
dengan mengoptimalkan nilai subkriteria variabel input dan output.
Kata Kunci : Penilaian Kinerja, Reverse Logistics, AHP, DEA
ABSTRACT
Reverse logistics is process of controlling the flow of raw materials, finished products and related
information of the consumption activities to capture the value of product returns. PT Sinar Sosro Mojokerto
Factory Office applies reverse logistics by producing tea-based beverages in returnable glass bottling (RGB).
The research objectives was to determine the weight of each variable to assess performance of the Production
Department in implementing reverse logistics with Analytical Hierarchy Process (AHP), to assess performance
or efficiency of production processes for each product types with Data Envelopment Analysis (DEA) and made
projections for the improvement of inefficiency production by using the input-oriented CCR projection. The
method used was incorporation of AHP and DEA in production of six types of RGB products (Teh Botol Sosro,
Joy Tea, Tebs, S-tee, Fruit Tea Apple and Fruit Tea Black Currant) for 20 months (January 2010-August 2011).
Variables for assessment are input and output variable. The results showed weight of both, input and output
variables were 0.5. Input variables subcriterias from the biggest until smallest weight namely inhibition of
production, paid hour nonstandart bottles, broken bottles, fully nonstandart bottles and losses with successive
weights of 0,185, 0,160, 0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020. Output variable subcriterias from the biggest until
smallest weight namely production, mechanical efficiency, line utility, line efficiency and volume with
successive weights of 0,265, 0,085, 0,070, 0,060, dan 0,020. The performance assessment showed, 18
production processes were inefficient. Inefficient production process could be improved with input-oriented
CCR projection, by optimizing the value of the input and output variable subcriterias.
Keywords: Performance Assessment, Reverse Logistics, AHP, DEA
94
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
95
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
Losses Hambatan Paid Botol Non Botol Botol Volume Hasil Line Mechanical Line
(x1) Produksi Hour Standar Isi Non Pecah (y1) Produksi Utility Efficiency Efficiency
(x2) (x3) (x4) Standar (x6) (y2) (y3) (y4) (y5)
(x5)
Gambar 1 Hierarki Penilaian Kinerja Departemen Produksi untuk Proses Produksi Minuman Teh
dalam Kemasan RGB
a. Perkalian baris (z) dengan rumus: Tabel 1 Nilai Random Index (RI)
Orde (n) RI Orde (n) RI
𝑛 𝑛
zi = 𝑗 =1 𝑎𝑖𝑗 (2.1) 1 0 9 (2.1)
1,45
2 0 10 1,49
dimana, i,j adalah jumlah kriteria atau 3 0,58 11 1,51
4 0,90 12 1,54
subkriteria (n = 2 untuk kriteria variabel 5 1,12 13 1,56
input dan output, n = 6 untuk subkriteria 6 1,24 14 1,57
variabel input dan n = 5 untuk subkriteria 7 1,32 15 1,59
8 1,41
variabel output
b. Perhitungan vektor eigen Pengolahan Data dengan
𝑛 𝑛
𝑗 =1 𝑎 𝑖𝑗 Menggunakan Data Envelopment
𝑒𝑉𝑃𝑖 =
𝑛 𝑛
(2.2)
𝑖=1
𝑛
𝑗 =1 𝑎𝑖𝑗 Analysis
𝑒𝑉𝑃𝑖 adalah elemen vektor prioritas ke-i Nilai bobot untuk tiap subkriteria variabel
c. Perhitungan nilai eigen maksimum yang diperoleh dari metode AHP kemudian
VA = 𝑎𝑖𝑗 x VP, dengan VA = (𝑉𝑎𝑖 ) dikalikan dengan nilai asli dari tiap
VB = VA/VP, dengan VB = (𝑉𝑏𝑖 ) subkriteria variabel input dan output (data
1 𝑛
𝜆𝑚𝑎𝑥 =
𝑛 𝑖=1 𝑉𝑏𝑖 (2.3) kuantitatif) sehingga menjadi nilai variabel
VA = VB = Vektor antara terbobot (weighted value). Data asli untuk
d. Consistency Index (CI) : perhitungan setiap subkriteria perlu distandarisari terlebih
indeks konsistensi dahulu untuk memperkecil range data.
𝜆 𝑚𝑎𝑥 − 𝑛
𝐶𝐼 =
𝑛−1
(2.4) Standarisari data dapat dilakukan dengan cara
Semakin kecil nilai CI (mendekati 0), adalah data awal sebagai berikut (Peaw dan
maka semakin konsisten observasi Mustafa, 2006):
tersebut.
𝑥 𝑗𝑖 − 𝜇 𝑗
e. Consistency Ratio (CR): perhitungan rasio 𝑍𝑗𝑖 =
𝜎𝑗
(2.6)
konsistensi
𝐶𝐼
𝐶𝑅 =
𝑅𝐼
(2.5) dimana, 𝑍𝑗𝑖 adalah data terstandarisasi, 𝑥𝑗𝑖 , 𝜇𝑗
Nilai Random Index (RI) atau indeks acak adalah rata-rata data awal dan 𝜎𝑗 adalah standar
dapat dilihat pada Tabel 1. deviasi.
97
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
Setelah efisiensi relatif dari masing- Nilai subkriteria variabel hasil perbaikan
masing DMU diketahui, selanjutnya dengan menggunakan proyeksi CCR yang
berorientasi input diformulasi kembali untuk
dilakukan proyeksi perbaikan dengan mendapatkan nilai efisiensi relatif setelah
menggunakan proyeksi CCR yang proyeksi. Kemudian seluruh nilai dikembalikan
berorientasi input yaitu sebagai berikut ke nilai data aslinya sehingga dapat diketahui
(Cooper et al., 2007): perubahan data asli dan proyeksinya
Input = x ji k - S i berdasarkan nilai efisiensinya.
(2.10)
Output = y jr + S r HASIL DAN PEMBAHASAN
(2.11)
dimana, k adalah DMU yang diteliti (k Profil PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
adalah1,2.,..,6), j adalah DMU (j adalah 1,2.,..6), Mojokerto
i adalah subkriteria variabel input (i adalah Sosro merupakan pelopor produk teh
1,2.,..,6), r adalah subkriteria variabel output (r
siap minum dalam kemasan yang pertama
adalah 1,2.,..,5), k adalah efisiensi relatif, S i
di Indonesia. Nama Sosro diambil dari
adalah variabel slack untuk input ke-i, S r nama keluarga pendirinya yakni Sosrodjojo.
adalah variabel slack untuk output ke-r, x ji PT Sinar Sosro merupakan anak
adalah nilai input suatu DMU ke-j dan y jr perusahaan dari Rekso Company yang
adalah nilai output suatu DMU ke-j. Model bergerak dibidang produksi minuman
tersebut diterapkan pada masing-masing DMU berbasis teh dan nonteh. Saat ini PT Sinar
ke-k yang inefisien.
98
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
Sosro memiliki 10 pabrik yang tersebar di PT Sinar Sosro Kantor Pabrik Mojokerto
beberapa kota di Indonesia. merupakan pabrik kunjungan. Pabrik ini
Tujuan didirikannya perusahaan ini menerima kunjungan dari semua kalangan
tercermin dalam kebijakan mutunya yaitu masyarakat yang ingin mengetahui proses
yang pertama untuk memproduksi produksi di PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
minuman yang berkualitas, unggul dan Mojokerto, sejarah perkembangan bisnis
aman sesuai kebutuhan dan keinginan Sosro sampai profil untuk setiap jenis
pelanggan. Kedua yaitu pimpinan dan produk. Pabrik ini juga telah memperoleh
seluruh karyawan PT Sinar Sosro secara sertifikat ISO 9001:2008 dan SNI 01-4852-
konsisten menerapkan sistem manajemen 1998 yang berarti bahwa pabrik ini telah
mutu dan sistem keamanan pangan melalui menerapkan sistem manajemen mutu dalam
pengendalian mutu terpadu di semua lini memproduksi minuman teh dalam kemasan.
perusahaan sesuai standar yang telah
ditetapkan. Produk PT Sinar Sosro telah Penilaian Kinerja Departemen
merambah pasar internasional seperti Asia, Produksi dalam Menerapkan
Amerika, Eropa, Afrika sampai Australia Reverse Logistics di PT Sinar Sosro
dan Kepulauan Pasifik. Di Indonesia Kantor Pabrik Mojokerto
sendiri produk PT Sinar Sosro telah Penilaian kinerja Departemen Produksi
didistribusikan ke seluruh penjuru pada PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
nusantara dengan lebih dari 150 kantor Mojokerto selama ini masih didasarkan
cabang penjualan. pada line efficiency (LE). Line efficiency
Produk yang dihasilkan pabrik ini adalah merupakan nilai efisiensi mesin dalam satu
khusus untuk produk returnable glass lini produksi yang diperoleh melalui
bottling (RGB). Hingga bulan Agustus persamaan berikut:
2011 ada 6 jenis produk yang telah
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚
diproduksi yaitu Teh Botol Sosro (TBS), LE =
(𝑃𝑎𝑖𝑑 𝐻𝑜𝑢𝑟 −𝑉𝑂𝑆 ) 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑐 ℎ𝑖𝑛𝑒
x 100%
Joy Tea Botol (JTB), S-tee Botol (STB),
Tebs Botol (TBS), Fruit Tea Apple (FTBA) Selama ini jika proses produksi suatu
dan Fruit Tea Black Currant (FTBBC). produk yang dinilai memperoleh line
Produk returnable glass bottling (RGB) ini efficiency sebesar >90%, maka proses
termasuk dalam penerapan reverse logistics, produksinya sudah dianggap efisien.
dimana produk yang telah terjual dan Standar tersebut ditentukan berdasarkan
dikonsumsi oleh konsumen akan rata-rata pencapaian line efficiency dan
dikembalikan lagi kemasannya (botol kaca) apabila jumlah produk yang dihasilkan
ke pabrik untuk selanjutnya digunakan dapat memenuhi peramalan permintaan
kembali sebagai bahan baku kemasan. yang telah ditentukan.
PT Sinar Sosro tetap mempertahankan Penilaian kinerja berdasarkan line
penerapan reverse logistics melalui efficiency pada 120 proses produksi
penggunaan kembali botol kaca selain menunjukkan terdapat 38 proses produksi
karena kesegaran dan manfaat dari produk inefisien karena memiliki nilai dibawah
teh dapat terjaga baik juga karena dapat 90%. Dari 38 proses produksi yang dinilai
meningkatkan keuntungan perusahaan inefisien, hampir sebagian besar nilainya
melalui penghematan pembelian bahan telah mendekati 90% atau > 80%, kecuali
baku kemasan. Reverse logistics yang pada beberapa produk seperti Tebs (bulan
diterapkan juga dapat menimbulkan citra Januari, Februari dan Juni 2010) dan Fruit
hijau pada perusahaan. Penggunaan botol Tea Black Currant (Januari dan April 2010).
kaca secara berulang dapat membantu Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
mengurangi pencemaran lingkungan akibat kinerja Departemen Produksi sudah cukup
penggunaan botol plastik sekali pakai yang bagus.
semakin marak.
99
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
100
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
yang dapat terjadi karena perpindahan, April, Oktober, November dan Desember,
pengisian ataupun karena reject. tahun 2011 bulan Januari), proses produksi
Subkriteria variabel output hasil Fruit Tea Black Currant (tahun 2010 bulan
produksi memiliki bobot tertinggi diantara Januari, Maret, Juli dan Agustus dan tahun
subkriteria variabel output lainnya sehingga 2011 bulan Januari) dan proses produksi
dianggap terpenting untuk diminimalkan Fruit Tea Apple (tahun 2010 bulan Oktober
atau paling berpengaruh terhadap nilai dan Desember, tahun 2011 bulan Juni).
efisiensi oleh para pakar (manajer dan Pada penelitian ini digunakan metode
supervisor). Hasil produksi dianggap optimasi berorientasi input. Suatu DMU
sebagai faktor terpenting untuk dikatakan efisien jika (Cooper et al., 2007):
dimaksimalkan karena jumlahnya harus - Memiliki nilai efisiensi sama dengan
memenuhi peramalan permintaan atau 100% (θk=100%)
rencana produksi. Hasil produksi dapat - Semua slack-nya nol ( Si = 0, S r = 0).
dimaksimalkan jika jumlah hambatan Nilai slack digunakan untuk proyeksi
produksi, losses, botol pecah dan perbaikan subkriteria variabel input dan
sebagainya minimal. Subkriteria variabel subkriteria variabel output yang merupakan
output volume memiliki bobot terendah penyebab inefisiensi suatu proses produksi.
diantara subkriteria variabel output lainnya, Perbaikan nilai efisiensi untuk unit yang
karena jumlah volume yang diproduksi belum efisien dapat dilakukan dengan
terbatas besarnya permintaan terhadap menggunakan proyeksi CCR yang
produk tiap bulannya. berorientasi input (Cooper et al., 2007).
Penilaian Kinerja dengan Data Cara proyeksi untuk subkriteria variabel
Envelopment Analysis input, nilai subkriteria dikalikan dengan
Data Envelopment Analysis (DEA) nilai efisiensi kemudian dikurangi dengan
adalah alat manajemen untuk mengevaluasi nilai slack-nya. Cara proyeksi untuk
tingkat efisiensi relatif Decision Making subkriteria variabel output, nilai subkriteria
Unit (DMU) yang bersifat nonparametrik ditambah dengan nilai slack-nya.
dan multifaktor, baik output maupun input Perbaikan Nilai Efisiensi dengan
sehingga tidak memerlukan asumsi Proyeksi DEA-CCR Berorientasi
distribusi (Ramanathan, 2006). Analisis Input
efisiensi yang digunakan adalah metode Proyeksi perbaikan merupakan
DEA-CCR dengan pendekatan yang peningkatan nilai efisiensi DMU yang
berorientasi input. Maksud dari orientasi inefisien. Proyeksi didapatkan dengan
input adalah ingin diketahui tingkat melibatkan nilai subkriteria variabel input,
penggunaan optimal suatu sumber daya subkriteria variabel output, nilai efisiensi,
produksi dalam menghasilkan suatu produk. slack input dan slack output. Perhitungan
Model DEA-CCR digunakan untuk proyeksi menggunakan Persamaan (2.10)
mencari nilai efisiensi yang didefinisikan dan (2.11) sesuai dengan tujuan dari model
sebagai θk. Efisiensi (θk) merupakan rasio DEA-CCR berorientasi input yaitu untuk
antara input dan output (Cooper et al., mengetahui kemampuan optimal
2007). penggunaan sumber daya yang menjadi
Hasil penilaian kinerja menunjukkan indikator kinerja proses produksi (DMU)
bahwa dari 120 proses produksi terdapat (Cooper et al., 2007).
102 proses produksi yang efisien dan 18 Hasil proyeksi proses produksi inefisien
proses produksi lainnya inefisien (bernilai menunjukkan bahwa keseluruhan DMU
kurang dari 100%). Proses produksi yang inefisien telah menjadi efisien (100%).
inefisien yaitu pada proses produksi Joy Untuk mencapai nilai efisiensi optimum,
Tea (tahun 2010 bulan Februari dan Maret, setiap nilai subkriteria variabel input
tahun 2011 bulan Januari), proses produksi masing-masing proses produksi mengalami
Tebs (tahun 2010 bulan Januari, Maret, penurunan tergantung pada nilai efisiensi
101
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
dan nilai slack variabel input tersebut. merupakan penyebab inefisiensi. Secara
Perubahan output-nya hanya tergantung umum dapat dilihat bahwa nilai inefisiensi
pada nilai slack variabel output. Beberapa sudah mendekati 100%, sehingga kinerja
subkriteria variabel input, ada yang bernilai Departemen Produksi PT Sinar Sosro
0, yang berarti seharusnya tidak boleh ada Kantor Pabrik Mojokerto dalam
nilai untuk subkriteria tersebut, misalnya menerapkan reverse logistics dinilai baik.
pada subkriteria variabel input hambatan
produksi proses produksi Fruit Tea Black Analisis Efisiensi berdasarkan Jenis
Currant bulan Maret 2010. Besarnya Produk
penurunan nilai subkriteria variabel input Penilaian kinerja Departemen Produksi
untuk proses produksi inefisien dipengaruhi dalam menerapkan reverse logistics yang
oleh besarnya volume produksi pada telah dilakukan di PT Sinar Sosro Kantor
masing-masing proses produksi tersebut. Pabrik Mojokerto dengan metode DEA-
Keseluruhan subkriteria variabel input CCR menunjukkan bahwa dari 120 proses
yaitu losses (x1), hambatan produksi (x2), produksi (DMU), sebanyak 102 dinilai
paid hour (x3), botol nonstandar (botol efisien dan sisanya dinilai masih inefisien.
nonstandar Pos I+botol nonstandar Pos DMU yang efisien dan inefisien secara
II+botol nonstandar EBI) (x4), botol isi relatif berdasarkan jenis produk dapat
nonstandar (x5), dan botol pecah (x6) dilihat pada Gambar 4.
25
20
Jumlah DMU
3 3 5
7
15 Jumlah
DMU
10 20 20
17 17 15 Inefisien
13 Jumlah
5
DMU
0 Efisien
Teh Botol Sosro
Joy Tea Tebs S-tee
Fruit Fruit
Tea Apple
Tea Black Currant
Jenis Proses Produksi
Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa (tanpa pengawet, pewarna dan pemanis) dan
dari 20 proses produksi Teh Botol Sosro cenderung stabil. Hasil produksi juga hampir
dalam 20 bulan selalu efisien (efisiensi selalu dapat memenuhi peramalan
100%). Demikian pula untuk produk S-tee. permintaan terhadap produk. Selain itu,
Untuk 4 jenis produk lainnya yaitu Joy Tea, hambatan produksi yang dialami juga relatif
Tebs, Fruit Tea Black Currant dan Fruit Tea kecil. Teh Botol Sosro merupakan produk
Apple masih mengalami inefisiensi pada pelopor dan menjadi andalan dari PT Sinar
beberapa proses produksi di bulan tertentu. Sosro karena permintaannya semakin
Produk Teh Botol Sosro dan S-tee selalu meningkat dari tahun ke tahun serta
efisien secara relatif terhadap proses mendominasi proses produksi produk
produksi produk lainnya di bulan yang sama lainnya. Oleh karena itu proses produksinya
karena nilai untuk tiap subkriteria variabel sangat dikontrol baik.
input-nya masih minimal dan sesuai dengan Produk Tebs lebih sering mengalami
volume produksi sehingga tidak inefisien secara relatif jika dibandingkan
menyebabkan inefisiensi. Proses produksi produk lainnya, yaitu terdapat 7 proses
Teh Botol Sosro dan S-tee cukup sederhana produksi inefisien dari 20 proses produksi
102
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
dalam 20 bulan. Hal ini dikarenakan pada 2. Penilaian kinerja Departemen Produksi
proses produksi Tebs, keseluruhan dalam memproduksi 6 jenis produk teh
subkriteria variabel input merupakan faktor dalam kemasan botol kaca (RGB) selama
yang menyebabkan inefisiensi. Nilai dari Januari 2010 sampai Agustus 2011 (120
subkriteria variabel input untuk proses proses produksi/DMU) dengan metode
produksi Tebs yang inefisien cukup besar DEA, menunjukkan bahwa sebanyak 18
sehingga kurang sesuai dengan volume proses produksi inefisien.
produksi yang dihasilkan jika dibandingkan 3. Proses produksi yang inefisien dapat
dengan proses produksi produk lain di bulan diperbaiki nilai efisiensinya dengan
yang sama. proyeksi CCR berorientasi input, yaitu
Selain itu, kemungkinan juga disebabkan dengan mengoptimalkan nilai subkriteria
karena proses produksi Tebs yang sedikit variabel input dan output.
berbeda dari proses produksi produk lainnya.
Tebs merupakan teh bersoda (minuman Saran
berkarbonasi) sehingga proses produksinya Departemen Produksi di PT Sinar Sosro
juga lebih rumit dari proses produksi produk Kantor Pabrik Mojokerto bisa mengkaji lebih
lainnya yaitu adanya proses pendinginan dan lanjut dalam penggunaan input dan output
penambahan karbon dioksida. Filler machine produksi secara optimal agar proses produksi
yang digunakan untuk proses produksi Tebs selalu efisien. Selain itu dapat dilakukan
juga berbeda dengan filler machine untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran
produk lainnya, sehingga faktor yang berorientasi output.
berpengaruh juga diduga lebih kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Abardeen Group. 2007. Industry Best
Kesimpulan
Practice in Reverse Logistics :
Berdasarkan penelitian yang telah
Benchmarking the Success Strategies
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
of Top Industry Performance.
1. Bobot kepentingan untuk variabel input
Aberdeen Group, Inc. Boston.
dan output yang dihitung dengan metode
Massachusetts.
AHP masing-masing sebesar 0,5.
Azadeh, et al., 2011. Integration of Analytic
Subkriteria variabel input dengan urutan
Hierarchy Process and Data
bobot terbesar sampai terkecil yaitu
Envelopment Analysis for Assessment
hambatan produksi, paid hour, botol
and Optimization of Personnel
nonstandar, botol pecah, botol isi
Productivity In A Large Industrial
nonstandar dan losses dengan bobot
Bank. Expert Systems with
berturut-turut sebesar 0,185, 0,160,
Applications 38 (2011):5212–5225.
0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020. Subkriteria
variabel output dengan urutan bobot Cooper et al., 2007. Data Envelopment
terbesar sampai terkecil yaitu hasil Analysis: A Comprehensive Text with
produksi, mechanical efficiency, line Models, Applications, References and DEA-
utility, line efficiency dan volume dengan Solver Software Second Edition. Springer.
bobot kepentingan berturut-turut sebesar New York.
0,265, 0,085, 0,070, 0,060, dan 0,020.
103
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja
104