Está en la página 1de 11

Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.

Penilaian Kinerja

PENILAIAN KINERJA DEPARTEMEN PRODUKSI DALAM MENERAPKAN


REVERSE LOGISTICS DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS DAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (Studi Kasus Di Pt Sinar Sosro
Kantor Pabrik Mojokerto)

PERFORMANCE ASSESSMENT OF PRODUCTION DEPARTMENT IN


IMPLEMENTING REVERSE LOGISTICS WITH ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS AND DATA ENVELOPMENT ANALYSIS APPROACH (Case Study at PT
Sinar Sosro Mojokerto Factory Office)

Riska Septifani1), Usman Effendi2), dan Ika Atsari Dewi2)


1)
Alumni Jur. Teknologi Industri Pertanian Fak Tek. Pertanian Universitas Brawijaya Malang
2)
Staf Pengajar Jur. Teknologi Industri Pertanian Fak Tek. Pertanian Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK

Reverse logistics adalah proses pengendalian aliran bahan baku, produk jadi dan informasi terkait dari
kegiatan konsumsi untuk menangkap nilai dari pengembalian produk. PT Sinar Sosro Kantor Pabrik Mojokerto
menerapkan reverse logistics dengan memproduksi minuman teh dalam kemasan returnable glass bottling
(RGB). Penelitian ini bertujuan menentukan bobot kepentingan tiap variabel untuk penilaian kinerja
Departemen Produksi dalam menerapkan reverse logistics dengan Analytical Hierarchy Process (AHP),
melakukan penilaian kinerja untuk proses produksi setiap jenis produk dengan Data Envelopment Analysis
(DEA) dan melakukan proyeksi perbaikan nilai efisiensi untuk proses produksi inefisien dengan proyeksi CCR
berorientasi input. Metode yang digunakan yaitu penggabungan AHP dan DEA pada proses produksi 6 jenis
produk RGB (Teh Botol Sosro, Joy Tea, Tebs, S-tee, Fruit Tea Apple dan Fruit Tea Black Currant) selama 20
bulan (Januari 2010-Agustus 2011). Variabel penilaian yaitu variabel input dan output. Hasil penelitian
menunjukkan bobot kepentingan variabel input dan output masing-masing 0,5. Subkriteria variabel input dengan
urutan bobot terbesar sampai terkecil yaitu hambatan produksi, paid hour, botol nonstandar, botol pecah, botol
isi nonstandar dan losses dengan bobot berturut-turut sebesar 0,185, 0,160, 0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020.
Subkriteria variabel output dengan urutan bobot terbesar sampai terkecil yaitu hasil produksi, mechanical
efficiency, line utility, line efficiency dan volume dengan bobot kepentingan berturut-turut sebesar 0,265, 0,085,
0,070, 0,060, dan 0,020. Penilaian kinerja menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18 proses produksi inefisien.
Proses produksi yang inefisien dapat diperbaiki nilai efisiensinya dengan proyeksi CCR berorientasi input, yaitu
dengan mengoptimalkan nilai subkriteria variabel input dan output.
Kata Kunci : Penilaian Kinerja, Reverse Logistics, AHP, DEA

ABSTRACT

Reverse logistics is process of controlling the flow of raw materials, finished products and related
information of the consumption activities to capture the value of product returns. PT Sinar Sosro Mojokerto
Factory Office applies reverse logistics by producing tea-based beverages in returnable glass bottling (RGB).
The research objectives was to determine the weight of each variable to assess performance of the Production
Department in implementing reverse logistics with Analytical Hierarchy Process (AHP), to assess performance
or efficiency of production processes for each product types with Data Envelopment Analysis (DEA) and made
projections for the improvement of inefficiency production by using the input-oriented CCR projection. The
method used was incorporation of AHP and DEA in production of six types of RGB products (Teh Botol Sosro,
Joy Tea, Tebs, S-tee, Fruit Tea Apple and Fruit Tea Black Currant) for 20 months (January 2010-August 2011).
Variables for assessment are input and output variable. The results showed weight of both, input and output
variables were 0.5. Input variables subcriterias from the biggest until smallest weight namely inhibition of
production, paid hour nonstandart bottles, broken bottles, fully nonstandart bottles and losses with successive
weights of 0,185, 0,160, 0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020. Output variable subcriterias from the biggest until
smallest weight namely production, mechanical efficiency, line utility, line efficiency and volume with
successive weights of 0,265, 0,085, 0,070, 0,060, dan 0,020. The performance assessment showed, 18
production processes were inefficient. Inefficient production process could be improved with input-oriented
CCR projection, by optimizing the value of the input and output variable subcriterias.
Keywords: Performance Assessment, Reverse Logistics, AHP, DEA

94
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

PENDAHULUAN digunakan adalah model CCR (Charnes


Penerapan reverse logistics atau reverse Cooper Rhodes) berorientasi input.
supply chain semakin berkembang di Penelitian ini mengaplikasikan AHP
berbagai industri. Reverse logistics yang dipasangkan dengan DEA untuk
merupakan proses perencanaan dan mengembangkan metode penelitian kinerja
implementasi dari pengendalian aliran yang lebih efektif dalam penerapan reverse
bahan baku, persediaan, produk jadi serta logistics. Penilaian kinerja yang dimaksud
informasi terkait kegiatan konsumsi untuk adalah penilaian terhadap proses produksi
dapat menangkap nilai pengembalian keenam jenis produk teh RGB selama
produk atau pembuangan yang tepat Januari 2010 sampai Agustus
(Tonanont et al., 2008). Reverse logistics 2011(Decision Making Unit/DMU). Hasil
dapat meminimasi biaya layanan dan biaya penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
persediaan bahan baku serta meningkatkan evaluasi perbaikan, sehingga proses
keuntungan layanan dan kepuasan produksi yang dijalankan selanjutnya dapat
konsumen (Abardeen Group, 2007). selalu efisien.
Perusahaan selalu berusaha memperbaiki Penelitian ini bertujuan menentukan
penerapan reverse logistics untuk mencapai bobot kepentingan masing-masing variabel
keunggulan bersaing. dan subkriterianya untuk penilaian kinerja
PT Sinar Sosro Mojokerto menerapkan reverse logistics di Departemen Produksi
reverse logistics melalui produksi minuman PT Sinar Sosro Kantor Pabrik Mojokerto
teh dalam kemasan botol kaca (returnable dengan menggunakan AHP, melakukan
glass bottling). Produk yang dihasilkan penilaian kinerja terhadap proses produksi
perusahaan ini sampai bulan Agustus 2011 tiap jenis produk dengan pendekatan DEA
yaitu Teh Botol Sosro, Joy Tea, Tebs, S-tee, dan melakukan proyeksi perbaikan nilai
Fruit Tea Apple dan Fruit Tea Black efisiensi untuk proses produksi yang
Currant. inefisien dengan menggunakan proyeksi
Penilaian kinerja dapat dilakukan DEA-CCR yang berorientasi input.
dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). AHP dapat METODE PENELITIAN
membantu dalam penentuan bobot dari Waktu dan Tempat Penelitian
faktor terpenting yang digunakan dalam Penelitian dilaksanakan di PT Sinar
penilaian kinerja (Labib and Jinesh, 2001). Sosro Kantor Pabrik Mojokerto pada bulan
Bobot kepentingan setiap subkriteria ini Januari 2012 sampai Februari 2012.
kemudian dikalikan dengan data asli Pengolahan data dilaksanakan di
(kuantitatif) dari perusahaan untuk masing- Laboratorium Komputasi dan Analisis
masing jenis proses produksi dan Sistem Jurusan Teknologi Industri
selanjutnya dinilai efisiensinya dengan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Data Envelopment Analysis (DEA). Universitas Brawijaya Malang.
DEA dibuat sebagai alat bantu penilaian
kinerja suatu aktifitas dalam unit entitas Prosedur Penelitian
(organisasi) (Azadeh et al., 2011). Hasil a. Melakukan survei pendahuluan dan
penilaian DEA berupa efisiensi relatif. studi literatur
Keunggulan DEA yaitu DEA dapat b. Mengidentifikasi dan merumuskan
menangani banyak input dan output. Input masalah
dan output boleh memiliki satuan c. Menentukan batasan masalah
pengukuran yang berbeda dan DEA tidak d. Menentukan DMU, variabel input dan
hanya mengidentifikasi unit yang tidak output
efisien, tetapi juga derajat e. Menyusun kuesioner pairwise
ketidakefisienannya. Model DEA yang comparison
f. Mengumpulkan data

95
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

g. Mengolah data subkriteria losses (x1), hambatan produksi


- Membobotkan kriteria dengan AHP (x2), paid hour (x3), botol nonstandar (x4),
- Menghitung efisiensi masing-masing botol isi nonstandar (x5) dan botol pecah
DMU berdasarkan variabel input dan (x6). Variabel output dengan subkriteria
output dengan menggunakan DEA volume (y1), hasil produksi (y2), line utility
CCR berorientasi input (y3), mechanical efficiency (y4) dan line
- Memperbaiki nilai DMU inefisien efficiency (y5).
dengan menggunakan proyeksi CCR Penyusunan Kuesioner
berorientasi input Kuesioner yang digunakan yaitu
h. Membuat kesimpulan dan saran kuesioner perbandingan berpasangan
Batasan Masalah (pairwise comparison) (Sandor et.al. 2011)
Batasan masalah dalam penelitian ini yang merupakan kuesioner pembobotan
yaitu tidak membahas mengenai besarnya skala Analytical Hierarchy Process (AHP)
biaya yang digunakan dalam proses dengan skala pembobotan 1 sampai 9.
produksi, terbatas pada lingkup Responden dalam penelitian ini adalah
Departemen Produksi dalam satu manajer dan 3 orang supervisor
perusahaan serta tidak mencakup Departemen Produksi.
bagaimana proses pengiriman produk ke
konsumen dan pengembalian produk dari Analisis Data
konsumen ke perusahaan yang dilakukan Pengolahan data dengan
oleh kantor perwakilan penjualan (KPW). menggunakan Analytical
Penentuan Decision Making Unit Hierarchy Process
(DMU), Variabel Input dan Terdapat tiga prinsip dalam
Variabel Output memecahkan persoalan dengan AHP
DMU dalam penelitian ini yaitu proses (Marimin dan Maghfiroh, 2010) :
produksi dari keenam jenis produk teh 1. Penyusunan Hierarki
returnable glass bottling (RGB) yaitu Teh Hierarki Penilaian Kinerja Departemen
Botol Sosro (TBS), Joy Tea (JTB), S-tee Produksi untuk Proses Produksi Minuman
(STB), Tebs (TBS), Fruit Tea Apple Teh dalam Kemasan RGB dapat dilihat
(FTBA) dan Fruit Tea Black Currant pada Gambar 1.
(FTBBC) di setiap bulannya. DEA 2. Penetapan Prioritas
merupakan pendekatan nonparametrik, Perbandingan berpasangan setiap level
sehingga variabel input dan output yang hierarki dilakukan untuk menentukan
digunakan memiliki satuan yang beragam prioritas. Hasil dari perbandingan
(Peaw dan Mustafa, 2006). Kriteria berpasangan dibentuk dalam matriks
pemilihan input dan output sangat subjektif, perbandingan berpasangan. Bentuk matriks
tidak ada aturan baku dalam menentukan perbandingan kriteria dan subkriteria dapat
variabel input dan output (Ramanathan, dilihat pada Gambar 3.
2003).
Goal K1 K2 ... Kn
Dalam penelitian ini, subkriteria variabel K1 1
input dan variabel output ditentukan K2 1
... ...
berdasarkan pengamatan kondisi lapang, Kn 1
wawancara dengan manajer dan supervisor Gambar 3 Matriks Perbandingan Kriteria dan
Departemen Produksi, serta studi literatur. Subkriteria
Variabel input merupakan hal-hal yang dimana, Kn adalah kriteria ke-n (n = 2 untuk
berpengaruh terhadap proses produksi dan kriteria variabel input dan output, n = 6 untuk
subkriteria variabel input dan n = 5, untuk
penting untuk diminimalkan, sedangkan subkriteria variabel output).
variabel output merupakan hasil dari proses 3. Konsistensi Logis
produksi yang penting untuk Rasio yang dianggap baik, yaitu apabila
dimaksimalkan. Variabel input dengan rasio konsistensi atau consistency ratio
96
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

(CR) kurang atau sama dengan 0,1


(Marimin dan Maghfiroh, 2010). Namun
sebelum menghitung nilai CR, terlebih
dahuli dilakukan perhitungan :

Penilaian Kinerja Departemen Produksi

Variabel Input Variabel Output

Losses Hambatan Paid Botol Non Botol Botol Volume Hasil Line Mechanical Line
(x1) Produksi Hour Standar Isi Non Pecah (y1) Produksi Utility Efficiency Efficiency
(x2) (x3) (x4) Standar (x6) (y2) (y3) (y4) (y5)
(x5)

Teh Botol Fruit Tea Fruit Tea Black


Joy Tea Tebs S-tee
Sosro Apple Currant

Gambar 1 Hierarki Penilaian Kinerja Departemen Produksi untuk Proses Produksi Minuman Teh
dalam Kemasan RGB

a. Perkalian baris (z) dengan rumus: Tabel 1 Nilai Random Index (RI)
Orde (n) RI Orde (n) RI
𝑛 𝑛
zi = 𝑗 =1 𝑎𝑖𝑗 (2.1) 1 0 9 (2.1)
1,45
2 0 10 1,49
dimana, i,j adalah jumlah kriteria atau 3 0,58 11 1,51
4 0,90 12 1,54
subkriteria (n = 2 untuk kriteria variabel 5 1,12 13 1,56
input dan output, n = 6 untuk subkriteria 6 1,24 14 1,57
variabel input dan n = 5 untuk subkriteria 7 1,32 15 1,59
8 1,41
variabel output
b. Perhitungan vektor eigen Pengolahan Data dengan
𝑛 𝑛
𝑗 =1 𝑎 𝑖𝑗 Menggunakan Data Envelopment
𝑒𝑉𝑃𝑖 =
𝑛 𝑛
(2.2)
𝑖=1
𝑛
𝑗 =1 𝑎𝑖𝑗 Analysis
𝑒𝑉𝑃𝑖 adalah elemen vektor prioritas ke-i Nilai bobot untuk tiap subkriteria variabel
c. Perhitungan nilai eigen maksimum yang diperoleh dari metode AHP kemudian
VA = 𝑎𝑖𝑗 x VP, dengan VA = (𝑉𝑎𝑖 ) dikalikan dengan nilai asli dari tiap
VB = VA/VP, dengan VB = (𝑉𝑏𝑖 ) subkriteria variabel input dan output (data
1 𝑛
𝜆𝑚𝑎𝑥 =
𝑛 𝑖=1 𝑉𝑏𝑖 (2.3) kuantitatif) sehingga menjadi nilai variabel
VA = VB = Vektor antara terbobot (weighted value). Data asli untuk
d. Consistency Index (CI) : perhitungan setiap subkriteria perlu distandarisari terlebih
indeks konsistensi dahulu untuk memperkecil range data.
𝜆 𝑚𝑎𝑥 − 𝑛
𝐶𝐼 =
𝑛−1
(2.4) Standarisari data dapat dilakukan dengan cara
Semakin kecil nilai CI (mendekati 0), adalah data awal sebagai berikut (Peaw dan
maka semakin konsisten observasi Mustafa, 2006):
tersebut.
𝑥 𝑗𝑖 − 𝜇 𝑗
e. Consistency Ratio (CR): perhitungan rasio 𝑍𝑗𝑖 =
𝜎𝑗
(2.6)
konsistensi
𝐶𝐼
𝐶𝑅 =
𝑅𝐼
(2.5) dimana, 𝑍𝑗𝑖 adalah data terstandarisasi, 𝑥𝑗𝑖 , 𝜇𝑗
Nilai Random Index (RI) atau indeks acak adalah rata-rata data awal dan 𝜎𝑗 adalah standar
dapat dilihat pada Tabel 1. deviasi.

97
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

Data yang telah terstandarisasi kemudian  m t



min  k     Si   Sr 
 i  (2.9)
diskalakan kembali (rescaling) untuk r

mendapatkan data positif yang digunakan dengan kendala:


n
dalam proses pengolahan data selanjutnya.  k xki    j x ji  S i  0
Rescaling dilakukan dengan cara sebagai n
j

berikut (Peaw dan Mustafa, 2006):  j


j y jr  y kr  S r  0
𝑅𝑍𝑗𝑖 = 𝑍𝑗𝑖 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (2.8)
dimana, 𝑅𝑍𝑗𝑖 adalah rescaled data, 𝑍𝑗𝑖 adalah  j , Si , Sr  0
data terstandarisasi dan 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 adalah dimana k adalah DMU yang diteliti (k
bilangan konstan untuk mempositifkan data adalah1,2.,..,6), j adalah DMU (j adalah 1,2.,..6), i
terstandarisasi. adalah subkriteria variabel input (i adalah 1,2.,..,6),
Data asli untuk tiap subkriteria variabel r adalah subkriteria variabel output (r adalah
input dan output yang telah distandarisasi, 1,2.,..,5), k adalah efisiensi relatif,  adalah
-8
rescaling serta dikalikan bobot kepentingan nilai positif yang sangat kecil (10 ), S i adalah
subkriterianya siap diolah dengan formulasi variabel slack untuk input ke-i, S r adalah variabel
DEA-CCR untuk mengetahui nilai slack untuk output ke-r,  j adalah bobot tiap
efisiensinya. Pengolahan data ini dilakukan
dengan bantuan software LINGO 13. Data- DMU, x ji adalah nilai input suatu DMU ke-j, x ki
data tersebut dibentuk sesuai dengan adalah nilai input DMU yang diteliti, y jr adalah
formulasi berikut: nilai output suatu DMU ke-j dan y kr adalah nilai
Fungsi tujuan: output DMU yang diteliti. Struktur data dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Struktur Data Nilai Subkriteria Variabel Input dan Output


DMU
No x1 x2 x3 x4 x5 x6 y1 y2 y3 y4 y5
(Jenis Produk Teh Botol) / (j)
1 Teh Botol Sosro (TBS) x11 x12 x13 x14 x15 x16 y11 y12 y13 y14 y15
2 Joy Tea (JTB) x21 x22 x23 x24 x25 x26 y21 y22 y23 y24 y25
3 Tebs (TSB) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
4 S-tee (STB) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
5 Fruit Tea Apple (FTBA) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
6. Fruit Tea Black Currant (FTBC) x61 x62 x63 x64 x65 x66 y61 y62 y63 y64 y65

Setelah efisiensi relatif dari masing- Nilai subkriteria variabel hasil perbaikan
masing DMU diketahui, selanjutnya dengan menggunakan proyeksi CCR yang
berorientasi input diformulasi kembali untuk
dilakukan proyeksi perbaikan dengan mendapatkan nilai efisiensi relatif setelah
menggunakan proyeksi CCR yang proyeksi. Kemudian seluruh nilai dikembalikan
berorientasi input yaitu sebagai berikut ke nilai data aslinya sehingga dapat diketahui
(Cooper et al., 2007): perubahan data asli dan proyeksinya
Input = x ji  k - S i berdasarkan nilai efisiensinya.
(2.10)
Output = y jr + S r HASIL DAN PEMBAHASAN
(2.11)
dimana, k adalah DMU yang diteliti (k Profil PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
adalah1,2.,..,6), j adalah DMU (j adalah 1,2.,..6), Mojokerto
i adalah subkriteria variabel input (i adalah Sosro merupakan pelopor produk teh
1,2.,..,6), r adalah subkriteria variabel output (r
siap minum dalam kemasan yang pertama
adalah 1,2.,..,5),  k adalah efisiensi relatif, S i
di Indonesia. Nama Sosro diambil dari
adalah variabel slack untuk input ke-i, S r nama keluarga pendirinya yakni Sosrodjojo.
adalah variabel slack untuk output ke-r, x ji PT Sinar Sosro merupakan anak
adalah nilai input suatu DMU ke-j dan y jr perusahaan dari Rekso Company yang
adalah nilai output suatu DMU ke-j. Model bergerak dibidang produksi minuman
tersebut diterapkan pada masing-masing DMU berbasis teh dan nonteh. Saat ini PT Sinar
ke-k yang inefisien.

98
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

Sosro memiliki 10 pabrik yang tersebar di PT Sinar Sosro Kantor Pabrik Mojokerto
beberapa kota di Indonesia. merupakan pabrik kunjungan. Pabrik ini
Tujuan didirikannya perusahaan ini menerima kunjungan dari semua kalangan
tercermin dalam kebijakan mutunya yaitu masyarakat yang ingin mengetahui proses
yang pertama untuk memproduksi produksi di PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
minuman yang berkualitas, unggul dan Mojokerto, sejarah perkembangan bisnis
aman sesuai kebutuhan dan keinginan Sosro sampai profil untuk setiap jenis
pelanggan. Kedua yaitu pimpinan dan produk. Pabrik ini juga telah memperoleh
seluruh karyawan PT Sinar Sosro secara sertifikat ISO 9001:2008 dan SNI 01-4852-
konsisten menerapkan sistem manajemen 1998 yang berarti bahwa pabrik ini telah
mutu dan sistem keamanan pangan melalui menerapkan sistem manajemen mutu dalam
pengendalian mutu terpadu di semua lini memproduksi minuman teh dalam kemasan.
perusahaan sesuai standar yang telah
ditetapkan. Produk PT Sinar Sosro telah Penilaian Kinerja Departemen
merambah pasar internasional seperti Asia, Produksi dalam Menerapkan
Amerika, Eropa, Afrika sampai Australia Reverse Logistics di PT Sinar Sosro
dan Kepulauan Pasifik. Di Indonesia Kantor Pabrik Mojokerto
sendiri produk PT Sinar Sosro telah Penilaian kinerja Departemen Produksi
didistribusikan ke seluruh penjuru pada PT Sinar Sosro Kantor Pabrik
nusantara dengan lebih dari 150 kantor Mojokerto selama ini masih didasarkan
cabang penjualan. pada line efficiency (LE). Line efficiency
Produk yang dihasilkan pabrik ini adalah merupakan nilai efisiensi mesin dalam satu
khusus untuk produk returnable glass lini produksi yang diperoleh melalui
bottling (RGB). Hingga bulan Agustus persamaan berikut:
2011 ada 6 jenis produk yang telah
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚
diproduksi yaitu Teh Botol Sosro (TBS), LE =
(𝑃𝑎𝑖𝑑 𝐻𝑜𝑢𝑟 −𝑉𝑂𝑆 ) 𝑥 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑐 ℎ𝑖𝑛𝑒
x 100%
Joy Tea Botol (JTB), S-tee Botol (STB),
Tebs Botol (TBS), Fruit Tea Apple (FTBA) Selama ini jika proses produksi suatu
dan Fruit Tea Black Currant (FTBBC). produk yang dinilai memperoleh line
Produk returnable glass bottling (RGB) ini efficiency sebesar >90%, maka proses
termasuk dalam penerapan reverse logistics, produksinya sudah dianggap efisien.
dimana produk yang telah terjual dan Standar tersebut ditentukan berdasarkan
dikonsumsi oleh konsumen akan rata-rata pencapaian line efficiency dan
dikembalikan lagi kemasannya (botol kaca) apabila jumlah produk yang dihasilkan
ke pabrik untuk selanjutnya digunakan dapat memenuhi peramalan permintaan
kembali sebagai bahan baku kemasan. yang telah ditentukan.
PT Sinar Sosro tetap mempertahankan Penilaian kinerja berdasarkan line
penerapan reverse logistics melalui efficiency pada 120 proses produksi
penggunaan kembali botol kaca selain menunjukkan terdapat 38 proses produksi
karena kesegaran dan manfaat dari produk inefisien karena memiliki nilai dibawah
teh dapat terjaga baik juga karena dapat 90%. Dari 38 proses produksi yang dinilai
meningkatkan keuntungan perusahaan inefisien, hampir sebagian besar nilainya
melalui penghematan pembelian bahan telah mendekati 90% atau > 80%, kecuali
baku kemasan. Reverse logistics yang pada beberapa produk seperti Tebs (bulan
diterapkan juga dapat menimbulkan citra Januari, Februari dan Juni 2010) dan Fruit
hijau pada perusahaan. Penggunaan botol Tea Black Currant (Januari dan April 2010).
kaca secara berulang dapat membantu Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
mengurangi pencemaran lingkungan akibat kinerja Departemen Produksi sudah cukup
penggunaan botol plastik sekali pakai yang bagus.
semakin marak.

99
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja berdasarkan line kepentingan yang berbeda terhadap kinerja


efficiency tidak diketahui secara jelas proses produksi suatu jenis produk. Bobot-
penyebab inefisiensinya sehingga bobot nilai merupakan salah satu informasi
perusahaan hanya sebatas tahu apakah yang diperlukan manajemen terkait dalam
proses produksinya sudah efisien atau penilaian kinerja Departemen Produksi
belum. Faktor yang menyebabkan (Marimin dan Maghfiroh, 2010).
inefisiensi sangat banyak apalagi untuk Bobot dari kedua jenis kriteria yaitu
perusahaan yang menerapkan reverse variabel input dan variabel output dikalikan
logistics karena produksi hanya dapat dengan bobot masing-masing
dilakukan apabila stok botol kaca sebagai subkriterianya. Bobot ini dapat disebut
bahan baku kemasan produk tersedia dalam sebagai bobot yang disesuaikan. Dalam
jumlah cukup di gudang. Faktor lain metode AHP, proses ini disebut Global
misalnya jumlah botol yang pecah, jumlah Weight (Susila dan Munadi, 2007).
botol yang cacat, jumlah jam kerja dan
hambatan produksi yang tentu berperan Tabel 3 Global Weight (Bobot yang
disesuaikan)
besar sebagai penentu efisiensi suatu proses Subkriteria Subkriteria
Bobot Bobot
produksi yang dijalankan. Variabel Input Variabel Output
Losses 0,020
Penilaian kinerja yang efektif yaitu Hambatan 0,185 Volume 0,020
mencari aspek apa yang kurang atau lebih Produksi Hasil Produksi 0,265
Paid Hour 0,160 Line Utility 0,070
luas lagi yaitu membantu pihak yang dinilai Botol Nonstandar 0,055 Mechanical 0,085
untuk mencapai kinerja yang diharapkan Botol Isi 0,030 Efficiency
Nonstandar Line Efficiency 0,060
dan berorientasi pada pengembangan Botol Pecah 0,050
kinerja dan organisasi (Hariandja, 2002). Jumlah 0,5 Jumlah 0,5
Dengan dilakukan penilaian kinerja Sumber : Data Primer Diolah (2012)
Departemen Produksi maka diharapkan
hasilnya akan dapat digunakan sebagai Berdasarkan Tabel 3, subkriteria
bahan evaluasi, sehingga dapat variabel input yang memiliki bobot
menghasilkan kinerja yang lebih baik pada tertinggi adalah hambatan produksi dan
periode berikutnya. yang memiliki bobot terrendah adalah
losses. Hambatan produksi merupakan
Penilaian Kinerja Departemen Produksi keadaan dimana mesin berhenti beroperasi
dalam Menerapkan Reverse Logistics dikarenakan beberapa sebab misalnya
dengan pendekatan Analytical Hierarchy kerusakan pada mesin itu sendiri atau listrik
Process dan Data Enveloment Analysis padam. Hambatan produksi menjadi faktor
Berdasarkan hasil kuesioner, keempat terpenting dari subkriteria variabel input
pakar berpendapat bahwa variabel input lainnya karena hambatan produksi dapat
dan output sama penting, sehingga variabel menjadi faktor yang menyebabkan nilai
input dan variabel output masing-masing dari subkriteria variabel input lain menjadi
memiliki bobot 0,5. Rasio konsistensi dari semakin besar. Misalnya saja jika mesin
keempat pakar sama yaitu 0,00, pencuci botol (bottle washer) rusak, akan
menunjukkan bahwa pakar konsisten dalam dapat menyebabkan banyak botol pecah.
memberikan penilaian. Variabel input Kerusakan mesin juga dapat menimbulkan
memiliki enam subkriteria, jumlah bobot waktu produksi semakin lama dan losses.
dari keenam subkriteria tersebut adalah 1. Salah satu cara meminimalkan hambatan
Variabel output memiliki 5 subkriteria, produksi yaitu dengan melakukan
jumlah bobot dari kelima subkriteria perawatan mesin secara berkala. Losses
tersebut juga sama dengan 1. Nilai (bobot) memiliki bobot kepentingan terendah
yang diperoleh pada setiap subkriteria dibandingkan subkriteria variabel input
dapat menggambarkan bahwa setiap lainnya. Losses merupakan hilangnya
subkriteria mempunyai pengaruh sejumlah produk selama proses produksi

100
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

yang dapat terjadi karena perpindahan, April, Oktober, November dan Desember,
pengisian ataupun karena reject. tahun 2011 bulan Januari), proses produksi
Subkriteria variabel output hasil Fruit Tea Black Currant (tahun 2010 bulan
produksi memiliki bobot tertinggi diantara Januari, Maret, Juli dan Agustus dan tahun
subkriteria variabel output lainnya sehingga 2011 bulan Januari) dan proses produksi
dianggap terpenting untuk diminimalkan Fruit Tea Apple (tahun 2010 bulan Oktober
atau paling berpengaruh terhadap nilai dan Desember, tahun 2011 bulan Juni).
efisiensi oleh para pakar (manajer dan Pada penelitian ini digunakan metode
supervisor). Hasil produksi dianggap optimasi berorientasi input. Suatu DMU
sebagai faktor terpenting untuk dikatakan efisien jika (Cooper et al., 2007):
dimaksimalkan karena jumlahnya harus - Memiliki nilai efisiensi sama dengan
memenuhi peramalan permintaan atau 100% (θk=100%)
rencana produksi. Hasil produksi dapat - Semua slack-nya nol ( Si = 0, S r = 0).
dimaksimalkan jika jumlah hambatan Nilai slack digunakan untuk proyeksi
produksi, losses, botol pecah dan perbaikan subkriteria variabel input dan
sebagainya minimal. Subkriteria variabel subkriteria variabel output yang merupakan
output volume memiliki bobot terendah penyebab inefisiensi suatu proses produksi.
diantara subkriteria variabel output lainnya, Perbaikan nilai efisiensi untuk unit yang
karena jumlah volume yang diproduksi belum efisien dapat dilakukan dengan
terbatas besarnya permintaan terhadap menggunakan proyeksi CCR yang
produk tiap bulannya. berorientasi input (Cooper et al., 2007).
Penilaian Kinerja dengan Data Cara proyeksi untuk subkriteria variabel
Envelopment Analysis input, nilai subkriteria dikalikan dengan
Data Envelopment Analysis (DEA) nilai efisiensi kemudian dikurangi dengan
adalah alat manajemen untuk mengevaluasi nilai slack-nya. Cara proyeksi untuk
tingkat efisiensi relatif Decision Making subkriteria variabel output, nilai subkriteria
Unit (DMU) yang bersifat nonparametrik ditambah dengan nilai slack-nya.
dan multifaktor, baik output maupun input Perbaikan Nilai Efisiensi dengan
sehingga tidak memerlukan asumsi Proyeksi DEA-CCR Berorientasi
distribusi (Ramanathan, 2006). Analisis Input
efisiensi yang digunakan adalah metode Proyeksi perbaikan merupakan
DEA-CCR dengan pendekatan yang peningkatan nilai efisiensi DMU yang
berorientasi input. Maksud dari orientasi inefisien. Proyeksi didapatkan dengan
input adalah ingin diketahui tingkat melibatkan nilai subkriteria variabel input,
penggunaan optimal suatu sumber daya subkriteria variabel output, nilai efisiensi,
produksi dalam menghasilkan suatu produk. slack input dan slack output. Perhitungan
Model DEA-CCR digunakan untuk proyeksi menggunakan Persamaan (2.10)
mencari nilai efisiensi yang didefinisikan dan (2.11) sesuai dengan tujuan dari model
sebagai θk. Efisiensi (θk) merupakan rasio DEA-CCR berorientasi input yaitu untuk
antara input dan output (Cooper et al., mengetahui kemampuan optimal
2007). penggunaan sumber daya yang menjadi
Hasil penilaian kinerja menunjukkan indikator kinerja proses produksi (DMU)
bahwa dari 120 proses produksi terdapat (Cooper et al., 2007).
102 proses produksi yang efisien dan 18 Hasil proyeksi proses produksi inefisien
proses produksi lainnya inefisien (bernilai menunjukkan bahwa keseluruhan DMU
kurang dari 100%). Proses produksi yang inefisien telah menjadi efisien (100%).
inefisien yaitu pada proses produksi Joy Untuk mencapai nilai efisiensi optimum,
Tea (tahun 2010 bulan Februari dan Maret, setiap nilai subkriteria variabel input
tahun 2011 bulan Januari), proses produksi masing-masing proses produksi mengalami
Tebs (tahun 2010 bulan Januari, Maret, penurunan tergantung pada nilai efisiensi

101
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

dan nilai slack variabel input tersebut. merupakan penyebab inefisiensi. Secara
Perubahan output-nya hanya tergantung umum dapat dilihat bahwa nilai inefisiensi
pada nilai slack variabel output. Beberapa sudah mendekati 100%, sehingga kinerja
subkriteria variabel input, ada yang bernilai Departemen Produksi PT Sinar Sosro
0, yang berarti seharusnya tidak boleh ada Kantor Pabrik Mojokerto dalam
nilai untuk subkriteria tersebut, misalnya menerapkan reverse logistics dinilai baik.
pada subkriteria variabel input hambatan
produksi proses produksi Fruit Tea Black Analisis Efisiensi berdasarkan Jenis
Currant bulan Maret 2010. Besarnya Produk
penurunan nilai subkriteria variabel input Penilaian kinerja Departemen Produksi
untuk proses produksi inefisien dipengaruhi dalam menerapkan reverse logistics yang
oleh besarnya volume produksi pada telah dilakukan di PT Sinar Sosro Kantor
masing-masing proses produksi tersebut. Pabrik Mojokerto dengan metode DEA-
Keseluruhan subkriteria variabel input CCR menunjukkan bahwa dari 120 proses
yaitu losses (x1), hambatan produksi (x2), produksi (DMU), sebanyak 102 dinilai
paid hour (x3), botol nonstandar (botol efisien dan sisanya dinilai masih inefisien.
nonstandar Pos I+botol nonstandar Pos DMU yang efisien dan inefisien secara
II+botol nonstandar EBI) (x4), botol isi relatif berdasarkan jenis produk dapat
nonstandar (x5), dan botol pecah (x6) dilihat pada Gambar 4.

25
20
Jumlah DMU

3 3 5
7
15 Jumlah
DMU
10 20 20
17 17 15 Inefisien
13 Jumlah
5
DMU
0 Efisien
Teh Botol Sosro
Joy Tea Tebs S-tee
Fruit Fruit
Tea Apple
Tea Black Currant
Jenis Proses Produksi

Gambar 4 Grafik Efisiensi DMU

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa (tanpa pengawet, pewarna dan pemanis) dan
dari 20 proses produksi Teh Botol Sosro cenderung stabil. Hasil produksi juga hampir
dalam 20 bulan selalu efisien (efisiensi selalu dapat memenuhi peramalan
100%). Demikian pula untuk produk S-tee. permintaan terhadap produk. Selain itu,
Untuk 4 jenis produk lainnya yaitu Joy Tea, hambatan produksi yang dialami juga relatif
Tebs, Fruit Tea Black Currant dan Fruit Tea kecil. Teh Botol Sosro merupakan produk
Apple masih mengalami inefisiensi pada pelopor dan menjadi andalan dari PT Sinar
beberapa proses produksi di bulan tertentu. Sosro karena permintaannya semakin
Produk Teh Botol Sosro dan S-tee selalu meningkat dari tahun ke tahun serta
efisien secara relatif terhadap proses mendominasi proses produksi produk
produksi produk lainnya di bulan yang sama lainnya. Oleh karena itu proses produksinya
karena nilai untuk tiap subkriteria variabel sangat dikontrol baik.
input-nya masih minimal dan sesuai dengan Produk Tebs lebih sering mengalami
volume produksi sehingga tidak inefisien secara relatif jika dibandingkan
menyebabkan inefisiensi. Proses produksi produk lainnya, yaitu terdapat 7 proses
Teh Botol Sosro dan S-tee cukup sederhana produksi inefisien dari 20 proses produksi

102
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

dalam 20 bulan. Hal ini dikarenakan pada 2. Penilaian kinerja Departemen Produksi
proses produksi Tebs, keseluruhan dalam memproduksi 6 jenis produk teh
subkriteria variabel input merupakan faktor dalam kemasan botol kaca (RGB) selama
yang menyebabkan inefisiensi. Nilai dari Januari 2010 sampai Agustus 2011 (120
subkriteria variabel input untuk proses proses produksi/DMU) dengan metode
produksi Tebs yang inefisien cukup besar DEA, menunjukkan bahwa sebanyak 18
sehingga kurang sesuai dengan volume proses produksi inefisien.
produksi yang dihasilkan jika dibandingkan 3. Proses produksi yang inefisien dapat
dengan proses produksi produk lain di bulan diperbaiki nilai efisiensinya dengan
yang sama. proyeksi CCR berorientasi input, yaitu
Selain itu, kemungkinan juga disebabkan dengan mengoptimalkan nilai subkriteria
karena proses produksi Tebs yang sedikit variabel input dan output.
berbeda dari proses produksi produk lainnya.
Tebs merupakan teh bersoda (minuman Saran
berkarbonasi) sehingga proses produksinya Departemen Produksi di PT Sinar Sosro
juga lebih rumit dari proses produksi produk Kantor Pabrik Mojokerto bisa mengkaji lebih
lainnya yaitu adanya proses pendinginan dan lanjut dalam penggunaan input dan output
penambahan karbon dioksida. Filler machine produksi secara optimal agar proses produksi
yang digunakan untuk proses produksi Tebs selalu efisien. Selain itu dapat dilakukan
juga berbeda dengan filler machine untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran
produk lainnya, sehingga faktor yang berorientasi output.
berpengaruh juga diduga lebih kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Abardeen Group. 2007. Industry Best
Kesimpulan
Practice in Reverse Logistics :
Berdasarkan penelitian yang telah
Benchmarking the Success Strategies
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
of Top Industry Performance.
1. Bobot kepentingan untuk variabel input
Aberdeen Group, Inc. Boston.
dan output yang dihitung dengan metode
Massachusetts.
AHP masing-masing sebesar 0,5.
Azadeh, et al., 2011. Integration of Analytic
Subkriteria variabel input dengan urutan
Hierarchy Process and Data
bobot terbesar sampai terkecil yaitu
Envelopment Analysis for Assessment
hambatan produksi, paid hour, botol
and Optimization of Personnel
nonstandar, botol pecah, botol isi
Productivity In A Large Industrial
nonstandar dan losses dengan bobot
Bank. Expert Systems with
berturut-turut sebesar 0,185, 0,160,
Applications 38 (2011):5212–5225.
0,055, 0,050, 0,030 dan 0,020. Subkriteria
variabel output dengan urutan bobot Cooper et al., 2007. Data Envelopment
terbesar sampai terkecil yaitu hasil Analysis: A Comprehensive Text with
produksi, mechanical efficiency, line Models, Applications, References and DEA-
utility, line efficiency dan volume dengan Solver Software Second Edition. Springer.
bobot kepentingan berturut-turut sebesar New York.
0,265, 0,085, 0,070, 0,060, dan 0,020.

103
Jurnal Industri Vol 1 No 2 Hal 94 – 104.
Penilaian Kinerja

Labib, A.W and S. Jinesh. 2001.


Management decisions for a
continuous improvement process in
industry using the analytical
hierarchy process. Work Study 50:
189 – 193.

Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi


Teknik Pengambilan Keputusan
dalam Manajemen Rantai Pasok.
IPB Press Bogor.

Peaw, T.L and A. Mustafa, 2006.


Incorporating AHP in DEA Analysis
for Smartphone Comparison.
Proceedings of the 2nd IMT-GT
Regional Conference on Mathematics,
Statistics and Applications Universiti
Sains Malaysia, Penang, June 13-15,
2006.

Ramanathan, R. 2003. An Introduction to


DEA (A Tool For Performance
Measurement). Sage Publication. New
Delhi.

Sandor, B., F. Janes and P. Attila. 2011. On


Pairwise Comparison Matrices that
can be Made Consistent by the
Modification of a few Elements. Cen.
Eur. J. Operations Research. 19: 157 –
175.

Susila, W. R. dan E. Munadi (2007).


Penggunaan Analytical Hierarchy
Process untuk Penyusunan Prioritas
Proposal Penelitian.
http://www.litbang.deptan.go.id/warta-
ip/pdf-file/1.wayanerna_ipvol16-2-
2007.pdf. Tanggal Akses 25 Februari
2012.

Tonanont, A., Y. Sanya., J. Weerawat and


K.J. Rogers. 2008. Performance
Evaluation in Reverse Logistics with
Data Envelopment Analysis. IIE
Annual Conference. Proceedings: 764-
769.

104

También podría gustarte