Está en la página 1de 65

Daftar Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC dan NIC

1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif (1)


2. Pola Nafas tidak efektif (2)
3. Gangguan Pertukaran gas (3)
4. Kurang Pengetahuan (4)
5. Risiko Aspirasi (4)
6. Hipertermia (5)
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (6)
8. Defisit Volume Cairan (7)
9. Kelebihan Volume Cairan (8)
10. Risiko infeksi (8)
11. Intoleransi aktivitas (9)
12. Kerusakan integritas kulit (10)
13. Kecemasan (11)
14. Takut 12
15. Penurunan curah jantung 12
16. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif 13
17. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif 14
18. Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif 15
19. Perfusi jaringan renal tidak efektif 16
20. Defisit perawatan diri 17
21. Risiko gangguan integritas kulit 17
22. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh 18
23. Nyeri akut 19
24. Nyeri Kronis 20
25. Gangguan mobilitas fisik 21
26. Risiko trauma 22
27. Risiko Injury 23
28. Mual 24
29. Diare 24
30. Konstipasi 25
31. Gangguan pola tidur 26
32. Retensi urin 27
33. Kerusakan integritas jaringan 27
34. Gangguan body image 28
35. Manejemen regimen terapeutik tidak efektif 29
36. Kelelahan 29
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC:


berhubungan dengan:  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral /
 Infeksi, disfungsi neuromuskular,  Respiratory status : Airway patency tracheal suctioning.
hiperplasia dinding bronkus, alergi  Aspiration Control  Berikan O2 ……l/mnt,
jalan nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan metode………
 Obstruksi jalan nafas : spasme selama …………..pasien menunjukkan  Anjurkan pasien untuk
jalan nafas, sekresi tertahan, keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan istirahat dan napas dalam
banyaknya mukus, adanya jalan kriteria hasil :  Posisikan pasien untuk
nafas buatan, sekresi bronkus,  Mendemonstrasikan batuk efektif memaksimalkan ventilasi
adanya eksudat di alveolus, adanya dan suara nafas yang bersih, tidak ada  Lakukan fisioterapi dada jika
benda asing di jalan nafas. sianosis dan dyspneu (mampu perlu
DS: mengeluarkan sputum, bernafas dengan
 Keluarkan sekret dengan
 Dispneu mudah, tidak ada pursed lips)
batuk atau suction
DO:  Menunjukkan jalan nafas yang
 Auskultasi suara nafas, catat
 Penurunan suara nafas paten (klien tidak merasa tercekik, irama
adanya suara tambahan
 Orthopneu nafas, frekuensi pernafasan dalam
 Berikan bronkodilator :
 Cyanosis rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)  ………………………
 Kelainan suara nafas (rales,
 Mampu mengidentifikasikan dan  ……………………….
wheezing)
mencegah faktor yang penyebab.  ………………………
 Kesulitan berbicara
 Saturasi O2 dalam batas normal  Monitor status hemodinamik
 Batuk, tidak efekotif atau tidak
ada  Foto thorak dalam batas normal  Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Produksi sputum
 Berikan antibiotik :
 Gelisah
…………………….
 Perubahan frekuensi dan irama
…………………….
nafas
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status
O2
 Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:


berhubungan dengan :  Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk
 Hiperventilasi  Respiratory status : Airway patency memaksimalkan ventilasi
 Penurunan  Vital sign Status  Pasang mayo bila perlu
energi/kelelahan  Lakukan fisioterapi dada jika
 Perusakan/pelemaha Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perlu
n muskulo-skeletal ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas,  Keluarkan sekret dengan
 Kelelahan otot dibuktikan dengan kriteria hasil: batuk atau suction
pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara  Auskultasi suara nafas, catat
 Hipoventilasi sindrom nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu adanya suara tambahan
 Nyeri (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas  Berikan bronkodilator :
 Kecemasan dg mudah, tidakada pursed lips) -…………………..
 Disfungsi  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien …………………….
Neuromuskuler tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi  Berikan pelembab udara
 Obesitas pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara Kassa basah NaCl Lembab
 Injuri tulang belakang nafas abnormal)  Atur intake untuk cairan
 Tanda Tanda vital dalam rentang normal mengoptimalkan keseimbangan.
DS: (tekanan darah, nadi, pernafasan)  Monitor respirasi dan status
 Dyspnea O2
 Nafas pendek o Bersihkan mulut,
DO: hidung dan secret trakea
 Penurunan tekanan o Pertahankan jalan
inspirasi/ekspirasi nafas yang paten
 Penurunan o Observasi adanya
pertukaran udara per tanda tanda hipoventilasi
menit o Monitor adanya
 Menggunakan otot kecemasan pasien terhadap
pernafasan tambahan oksigenasi
 Orthopnea o Monitor vital sign
 Pernafasan pursed-lip o Informasikan
 Tahap ekspirasi pada pasien dan keluarga tentang
berlangsung sangat lama tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
 Penurunan kapasitas
o Ajarkan
vital
bagaimana batuk efektif
 Respirasi: < 11 – 24 x
o Monitor pola
/mnt
nafas

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran NOC: NIC :


gas  Respiratory Status : Gas exchange  Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan :  Keseimbangan asam Basa, Elektrolit memaksimalkan ventilasi
 ketidakseimbangan  Respiratory Status : ventilation  Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi  Vital Sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 perubahan membran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….  Keluarkan sekret dengan batuk
kapiler-alveolar Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria atau suction
DS: hasi:  Auskultasi suara nafas, catat
 sakit kepala ketika  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan adanya suara tambahan
bangun oksigenasi yang adekuat  Berikan bronkodilator ;
 Dyspnoe  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas -………………….
 Gangguan penglihatan dari tanda tanda distress pernafasan -………………….
DO:  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara  Barikan pelembab udara
 Penurunan CO2 nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu  Atur intake untuk cairan
 Takikardi (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas mengoptimalkan keseimbangan.
 Hiperkapnia dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Monitor respirasi dan status O2
 Keletihan  Tanda tanda vital dalam rentang normal  Catat pergerakan dada,amati
 Iritabilitas  AGD dalam batas normal kesimetrisan, penggunaan otot
 Hypoxia
 Status neurologis dalam batas normal tambahan, retraksi otot supraclavicular
 kebingungan
dan intercostal
 sianosis
 Monitor suara nafas, seperti
 warna kulit abnormal
dengkur
(pucat, kehitaman)
 Monitor pola nafas : bradipena,
 Hipoksemia
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 hiperkarbia
cheyne stokes, biot
 AGD abnormal
 Auskultasi suara nafas, catat area
 pH arteri abnormal
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
frekuensi dan
suara tambahan
kedalaman nafas
abnormal  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
ststus mental
 Observasi sianosis khususnya
membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan
interpretasi terhadap informasi yang salah,  Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, Setelah dilakukan tindakan  Jelaskan patofisiologi dari
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. keperawatan selama …. pasien penyakit dan bagaimana hal ini
menunjukkan pengetahuan tentang berhubungan dengan anatomi dan
proses penyakit dengan kriteria hasil: fisiologi, dengan cara yang tepat.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah  Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan gejala
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku menyatakan pemahaman yang biasa muncul pada penyakit,
tidak sesuai tentang penyakit, kondisi, dengan cara yang tepat
prognosis dan program  Gambarkan proses penyakit,
pengobatan dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu  Identifikasi kemungkinan
melaksanakan prosedur yang penyebab, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar  Sediakan informasi pada
 Pasien dan keluarga mampu pasien tentang kondisi, dengan
menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim  Sediakan bagi keluarga
kesehatan lainnya informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Aspirasi NOC : NIC:


DO:  Respiratory Status : Ventilation  Monitor tingkat kesadaran,
 Peningkatan tekanan  Aspiration control reflek batuk dan kemampuan
dalam lambung  Swallowing Status menelan
 elevasi tubuh bagian Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….  Monitor status paru
atas pasien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria:  Pelihara jalan nafas
 penurunan tingkat  Klien dapat bernafas dengan mudah, tidak  Lakukan suction jika diperlukan
kesadaran irama, frekuensi pernafasan normal  Cek nasogastrik sebelum
 peningkatan residu  Pasien mampu menelan, mengunyah makan
lambung tanpa terjadi aspirasi, dan mampumelakukan oral  Hindari makan kalau residu
 menurunnya fungsi hygiene masih banyak
sfingter esofagus  Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak  Potong makanan kecil kecil
 gangguan menelan merasa tercekik dan tidak ada suara nafas  Haluskan obat
 NGT abnormal sebelumpemberian
 Penekanan reflek  Naikkan kepala 30-45 derajat
batuk dan gangguan reflek setelah makan
 Penurunan motilitas
gastrointestinal

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
 penyakit/ trauma  Monitor warna dan suhu kulit
 peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 aktivitas yang berlebih selama………..pasien menunjukkan :  Monitor penurunan tingkat kesadaran
 dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal dengan  Monitor WBC, Hb, dan Hct
kreiteria hasil:  Monitor intake dan output
DO/DS:  Suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh  Nadi dan RR dalam rentang  Kelola Antibiotik:
diatas rentang normal normal ………………………..
 serangan atau konvulsi  Tidak ada perubahan warna kulit  Selimuti pasien
(kejang) dan tidak ada pusing, merasa  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan nyaman  Kompres pasien pada lipat paha dan
 pertambahan RR aksila
 takikardi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Kulit teraba panas/  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
hangat  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh 1. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Ketidakmampuan untuk memasukkan 2. Nutritional Status : yang dibutuhkan pasien
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor food and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
biologis, psikologis atau ekonomi. 3. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan mencegah konstipasi
 Nyeri abdomen selama….nutrisi kurang teratasi dengan  Ajarkan pasien bagaimana
 Muntah indikator: membuat catatan makanan harian.
 Kejang perut  Albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan
 Rasa penuh tiba-tiba setelah  Pre albumin serum gula darah
makan  Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
DO:  Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan dan
 Diare  Total iron binding capacity tindakan tidak selama jam makan
 Rontok rambut yang berlebih  Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
 Kurang nafsu makan  Monitor kekeringan, rambut
 Bising usus berlebih kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
 Konjungtiva pucat  Monitor mual dan muntah
 Denyut nadi lemah  Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan:  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
 Kehilangan volume cairan  Hydration output yang akurat
secara aktif  Nutritional Status : Food and Fluid  Monitor status hidrasi
 Kegagalan mekanisme Intake ( kelembaban membran mukosa,
pengaturan Setelah dilakukan tindakan keperawatan nadi adekuat, tekanan darah
selama….. defisit volume cairan teratasi dengan ortostatik ), jika diperlukan
DS : kriteria hasil:  Monitor hasil lab yang sesuai
 Haus  Mempertahankan urine output sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
DO: dengan usia dan BB, BJ urine normal, osmolalitas urin, albumin, total
 Penurunan turgor  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh protein )
kulit/lidah dalam batas normal  Monitor vital sign setiap 15menit
 Membran mukosa/kulit  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, – 1 jam
kering Elastisitas turgor kulit baik, membran
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Peningkatan denyut nadi, mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan  Monitor status nutrisi
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan  Orientasi terhadap waktu dan tempat  Berikan cairan oral
nadi baik  Berikan penggantian nasogatrik
 Pengisian vena menurun  Jumlah dan irama pernapasan dalam sesuai output (50 – 100cc/jam)
 Perubahan status mental batas normal  Dorong keluarga untuk
 Konsentrasi urine  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas membantu pasien makan
meningkat normal  Kolaborasi dokter jika tanda
 Temperatur tubuh  pH urin dalam batas normal cairan berlebih muncul meburuk
meningkat  Intake oral dan intravena adekuat  Atur kemungkinan tranfusi
 Kehilangan berat badan
 Persiapan untuk tranfusi
secara tiba-tiba
 Penurunan urine output
 Pasang kateter jika perlu
 HMT meningkat  Monitor intake dan urin output
 Kelemahan setiap 8 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Electrolit and acid base  Pertahankan catatan intake dan
 Mekanisme pengaturan melemah balance output yang akurat
 Asupan cairan berlebihan  Fluid balance  Pasang urin kateter jika
DO/DS :  Hydration diperlukan
 Berat badan meningkat pada waktu Setelah dilakukan tindakan  Monitor hasil lab yang sesuai
yang singkat keperawatan selama …. Kelebihan dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
 Asupan berlebihan dibanding output volume cairan teratasi dengan kriteria: osmolalitas urin )
 Distensi vena jugularis  Terbebas dari edema,
 Monitor vital sign
 Perubahan pada pola nafas, efusi, anaskara
 Bunyi nafas bersih, tidak  Monitor indikasi retensi /
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe,
ada dyspneu/ortopneu kelebihan cairan (cracles, CVP ,
suara nafas abnormal (Rales atau
edema, distensi vena leher, asites)
crakles), , pleural effusion  Terbebas dari distensi
 Oliguria, azotemia vena jugularis,  Kaji lokasi dan luas edema
 Perubahan status mental,  Memelihara tekanan vena  Monitor masukan makanan /
kegelisahan, kecemasan sentral, tekanan kapiler paru, cairan
output jantung dan vital sign  Monitor status nutrisi
DBN  Berikan diuretik sesuai interuksi
 Terbebas dari kelelahan,  Kolaborasi pemberian obat:
kecemasan atau bingung ....................................
 Monitor berat badan
 Monitor elektrolit
 Monitor tanda dan gejala dari
odema
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan
 Kerusakan jaringan dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan lingkungan selama…… pasien tidak mengalami
 Gunakan baju, sarung tangan
 Malnutrisi infeksi dengan kriteria hasil:
sebagai alat pelindung
 Peningkatan paparan  Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi  Ganti letak IV perifer dan dressing
lingkungan patogen sesuai dengan petunjuk umum
 Imonusupresi  Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi  Gunakan kateter intermiten untuk
 Tidak adekuat pertahanan menurunkan infeksi kandung kencing
sekunder (penurunan Hb,  Jumlah leukosit dalam batas
Leukopenia, penekanan respon normal  Tingkatkan intake nutrisi
inflamasi)  Menunjukkan perilaku hidup  Berikan terapi
 Penyakit kronik sehat antibiotik:.................................
 Imunosupresi  Status imun, gastrointestinal,  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Malnutrisi genitourinaria dalam batas normal sistemik dan lokal
 Pertahan primer tidak adekuat  Pertahankan teknik isolasi k/p
(kerusakan kulit, trauma jaringan,  Inspeksi kulit dan membran
gangguan peristaltik) mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan
o Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang
o Kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
menyeluruh selama …. Pasien bertoleransi terhadap  Monitor nutrisi dan sumber
o Ketidakseimbang aktivitas dengan Kriteria Hasil : energi yang adekuat
an antara suplei oksigen dengan  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik  Monitor pasien akan adanya
kebutuhan tanpa disertai peningkatan tekanan kelelahan fisik dan emosi secara
Gaya hidup yang dipertahankan. darah, nadi dan RR berlebihan
DS:  Mampu melakukan aktivitas sehari  Monitor respon kardivaskuler
 Melaporkan secara verbal hari (ADLs) secara mandiri terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
adanya kelelahan atau  Keseimbangan aktivitas dan sesak nafas, diaporesis, pucat,
kelemahan. istirahat perubahan hemodinamik)
 Adanya dyspneu atau  Monitor pola tidur dan lamanya
ketidaknyamanan saat tidur/istirahat pasien
beraktivitas.  Kolaborasikan dengan Tenaga
DO : Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
 Respon abnormal dari  Bantu klien untuk
tekanan darah atau nadi mengidentifikasi aktivitas yang mampu
terhadap aktifitas dilakukan
 Perubahan ECG : aritmia,  Bantu untuk memilih aktivitas
iskemia konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management


berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes  Anjurkan pasien untuk
Eksternal : Wound Healing : primer dan sekunder menggunakan pakaian yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan longgar
selama….. kerusakan integritas kulit pasien  Hindari kerutan pada tempat
teratasi dengan kriteria hasil: tidur
 Integritas kulit yang baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar
dipertahankan (sensasi, elastisitas, tetap bersih dan kering
 Hipertermia atau hipotermia temperatur, hidrasi, pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Substansi kimia  Tidak ada luka/lesi pada kulit pasien) setiap dua jam sekali
 Kelembaban  Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan adanya
 Faktor mekanik (misalnya :  Menunjukkan pemahaman dalam kemerahan
alat yang dapat menimbulkan proses perbaikan kulit dan mencegah  Oleskan lotion atau
luka, tekanan, restraint) terjadinya sedera berulang minyak/baby oil pada derah yang
 Immobilitas fisik  Mampu melindungi kulit dan tertekan
 Radiasi mempertahankan kelembaban kulit dan  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Usia yang ekstrim perawatan alami pasien
 Kelembaban kulit  Menunjukkan terjadinya proses  Monitor status nutrisi pasien
 Obat-obatan penyembuhan luka  Memandikan pasien dengan
Internal : sabun dan air hangat
 Perubahan status metabolik  Kaji lingkungan dan peralatan
 Tonjolan tulang yang menyebabkan tekanan
 Defisit imunologi  Observasi luka : lokasi,
 Berhubungan dengan dimensi, kedalaman luka,
dengan perkembangan karakteristik,warna cairan,
 Perubahan sensasi granulasi, jaringan nekrotik, tanda-
 Perubahan status nutrisi tanda infeksi lokal, formasi traktus
(obesitas, kekurusan)  Ajarkan pada keluarga tentang
 Perubahan status cairan luka dan perawatan luka
 Perubahan pigmentasi  Kolaburasi ahli gizi pemberian
 Perubahan sirkulasi diae TKTP, vitamin
 Perubahan turgor  Cegah kontaminasi feses dan
(elastisitas kulit) urin
 Lakukan tehnik perawatan luka
DO: dengan steril
 Gangguan pada bagian  Berikan posisi yang
tubuh mengurangi tekanan pada luka
 Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
 Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Takut berhubungan dengan efek terhadap gaya hidup, NOC :Anxiety control NIC:
kebutuhan injeksi secara mandiri, komplikasi DM, ditandai Fear control Coping Enhancement
dengan Setelah dilakukan tindakan Jelaskan pada pasien tentang
DS : Peningkatan ketegangan,panik, penurunan kepercayaan keperawatan selama......takut klien proses penyakit
diri, cemas teratasi dengan kriteria hasil : Jelaskan semua tes dan
DO :  Memiliki informasi untuk pengobatan pada pasien dan
Penurunan produktivitas, kemampuan belajar, kemampuan mengurangi takut keluarga
menyelesaikan masalah, mengidentifikasi obyek ketakutan,  Menggunakan tehnik Sediakan reninforcement positif
peningkatan kewaspadaan, anoreksia, mulut kering, diare, relaksasi ketika pasien melakukan perilaku
mual, pucat, muntah, perubahan tanda-tanda vital  Mempertahankan untuk mengurangi takut
hubungan sosial dan fungsi Sediakan perawatan yang
peran berkesinambungan
 Mengontrol respon takut Kurangi stimulasi lingkungan
yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
Dorong mengungkapkan secara
verbal perasaan, persepsi dan
rasa takutnya
Perkenalkan dengan orang yang
mengalami penyakit yang sama
Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik relaksasi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan curah jantung b/d gangguan NOC : NIC :


irama jantung, stroke volume, pre load dan  Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
afterload, kontraktilitas jantung.  Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
 Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala
DO/DS:  Tissue perfusion: perifer penurunan cardiac putput
 Aritmia, takikardia, bradikardia Setelah dilakukan asuhan selama………  Monitor status pernafasan
 Palpitasi, oedem penurunan kardiak output klien teratasi yang menandakan gagal jantung
 Kelelahan dengan kriteria hasil:  Monitor balance cairan
 Peningkatan/penurunan JVP o Tanda Vital dalam  Monitor respon pasien
 Distensi vena jugularis rentang normal (Tekanan darah, terhadap efek pengobatan
 Kulit dingin dan lembab Nadi, respirasi) antiaritmia
o Dapat  Atur periode latihan dan
 Penurunan denyut nadi perifer
mentoleransi aktivitas, tidak ada istirahat untuk menghindari
 Oliguria, kaplari refill lambat
kelelahan kelelahan
 Nafas pendek/ sesak nafas
o Tidak ada edema  Monitor toleransi aktivitas
 Perubahan warna kulit
paru, perifer, dan tidak ada asites pasien
 Batuk, bunyi jantung S3/S4 Tidak ada
o  Monitor adanya dyspneu,
 Kecemasan penurunan kesadaran fatigue, tekipneu dan ortopneu
o AGD dalam batas  Anjurkan untuk menurunkan
normal stress
o Tidak ada distensi  Monitor TD, nadi, suhu, dan
vena leher RR
o Warna kulit normal  Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian
antikoagulan untuk mencegah
trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif NOC : NIC :


b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan  Cardiac  Monitor nyeri dada
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, pump Effectiveness (durasi, intensitas dan
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan  Circulation faktor-faktor presipitasi)
vena status  Observasi perubahan
 Tissue ECG
DS: Prefusion : cardiac, periferal  Auskultasi suara
 Nyeri dada  Vital Sign jantung dan paru
Statusl  Monitor irama dan
 Sesak nafas
Setelah dilakukan asuhan selama……… jumlah denyut jantung
DO
ketidakefektifan perfusi jaringan  Monitor angka PT, PTT
 AGD abnormal
kardiopulmonal teratasi dengan kriteria hasil: dan AT
 Aritmia
 Tekanan systole dan diastole  Monitor elektrolit
 Bronko spasme dalam rentang yang diharapkan
 Kapilare refill > 3 dtk (potassium dan
 CVP dalam batas normal magnesium)
 Retraksi dada  Nadi perifer kuat dan simetris
 Penggunaan otot-otot tambahan  Monitor status cairan
 Tidak ada oedem perifer dan  Evaluasi oedem
asites perifer dan denyut nadi
 Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi  Monitor peningkatan
dalam batas normal kelelahan dan kecemasan
 Bunyi jantung abnormal tidak ada  Instruksikan pada
 Nyeri dada tidak ada pasien untuk tidak
 Kelelahan yang ekstrim tidak ada mengejan selama BAB
 Tidak ada ortostatikhipertensi  Jelaskan pembatasan
intake kafein, sodium,
kolesterol dan lemak
 Kelola pemberian
obat-obat: analgesik, anti
koagulan, nitrogliserin,
vasodilator dan diuretik.
 Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung, kontrol
stimulasi lingkungan)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d NOC : NIC :


gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan  Circulation  Monitor TTV
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, status  Monitor AGD, ukuran
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan  Neurologic pupil, ketajaman,
vena status kesimetrisan dan reaksi
 Tissue  Monitor adanya
DO Prefusion : cerebral diplopia, pandangan
 Gangguan status mental Setelah dilakukan asuhan selama……… kabur, nyeri kepala
ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral  Monitor level
 Perubahan perilaku
teratasi dengan kriteria hasil: kebingungan dan
 Perubahan respon motorik
 Tekanan systole dan diastole orientasi
 Perubahan reaksi pupil
dalam rentang yang diharapkan  Monitor tonus otot
 Kesulitan menelan
 Tidak ada ortostatikhipertensi pergerakan
 Kelemahan atau paralisis ekstrermitas
 Komunikasi jelas  Monitor tekanan
 Abnormalitas bicara
 Menunjukkan konsentrasi dan intrkranial dan respon
orientasi nerologis
 Pupil seimbang dan reaktif  Catat perubahan
 Bebas dari aktivitas kejang pasien dalam merespon
 Tidak mengalami nyeri kepala stimulus
 Monitor status cairan
 Pertahankan
parameter hemodinamik
 Tinggikan kepala 0-
45 tergantung pada
o

konsisi pasien dan order


medis

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif NOC : NIC :


b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan  Bowl  Monitor TTV
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, Elimination  Monitor elektrolit
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri  Circulation  Monitor irama jantung
dan vena status  Catat intake dan output
 Electrolite secara akurat
DS: and Acid Base Balance  Kaji tanda-tanda
 Nyeri  Fluid gangguan keseimbangan
Balance cairan dan elektrolit
 perut
 Hidration (membran mukosa kering,
 Mual
 Tissue sianosis, jaundice)
DO
perfusion :abdominal organs  Kelola pemberian
 Distensi abdominal Setelah dilakukan asuhan selama………
 Bising usus turun/ tidak ada suplemen elektrolit sesuai
ketidakefektifan perfusi jaringan order
gastrointestinal teratasi dengan kriteria hasil:
 Kolaborasi dengan ahli
 Jumlah, warna, konsistensi dan gizi jumlah kalori dan jumlah
bau feses dalam batas normal zat gizi yang dibutuhkan
 Tidak ada nyeri perut
 Bising usus normal  Pasang NGT jika perlu
 Tekanan systole dan diastole  Monitor output gaster
dalam rentang normal
 Distensi vena leher tidak ada
 Gangguan mental, orientasi
pengetahuan dan kekuatan otot
normal
 Na, K, Cl, Ca, Mg dan Biknat
dalam batas normal
 Tidak ada bunyi nafas tambahan
 Intake output seimbang
 Tidak ada oedem perifer dan
asites
 Tdak ada rasa haus yang
abnormal
 Membran mukosa lembab
 Hematokrit dalam batas normal

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d NOC : NIC :


gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan  Circulation  Observasi status hidrasi
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, status (kelembaban membran
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri  Electrolite mukosa, TD ortostatik, dan
dan vena and Acid Base Balance keadekuatan dinding nadi)
 Fluid  Monitor HMT, Ureum,
DO Balance albumin, total protein, serum
 Penigkatan rasio ureum kreatinin  Hidration osmolalitas dan urin
 Tissue  Observasi tanda-tanda
 Hematuria
Prefusion : renal cairan berlebih/ retensi (CVP
 Oliguria/ anuria
 Urinari menigkat, oedem, distensi
 Warna kulit pucat elimination vena leher dan asites)
 Pulsasi arterial tidak teraba Setelah dilakukan asuhan selama………  Pertahankan intake dan
ketidakefektifan perfusi jaringan renal output secara akurat
teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor TTV
 Tekanan systole dan diastole Pasien Hemodialisis:
dalam batas normal  Observasi terhadap
 Tidak ada gangguan mental, dehidrasi, kram otot dan
orientasi kognitif dan kekuatan otot aktivitas kejang
 Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat  Observasi reaksi tranfusi
dan Biknat dalam batas normal  Monitor TD
 Tidak ada distensi vena leher  Monitor BUN, Creat, HMT
 Tidak ada bunyi paru tambahan dan elektrolit
 Intake output seimbang  Timbang BB sebelum dan
 Tidak ada oedem perifer dan sesudah prosedur
asites  Kaji status mental
 Tdak ada rasa haus yang  Monitor CT
abnormal Pasien Peritoneal Dialisis:
 Membran mukosa lembab  Kaji temperatur, TD,
 Hematokrit dbn denyut perifer, RR dan BB
 Warna dan bau urin dalam batas  Kaji BUN, Creat pH, HMT,
normal elektrolit selama prosedur
 Monitor adanya
respiratory distress
 Monitor banyaknya dan
penampakan cairan
 Monitor tanda-tanda
infeksi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit perawatan diri NOC : NIC :


Berhubungan dengan : penurunan atau kurangnya  Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan Daily Living (ADLs)  Monitor kemempuan klien untuk
muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, keperawatan selama …. Defisit  Monitor kebutuhan klien untuk
kelemahan dan kelelahan. perawatan diri teratas dengan alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
DO :  Klien terbebas dari makan.
ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan bau badan  Sediakan bantuan sampai klien
untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan,  Menyatakan mampu secara utuh untuk melakukan
ketidakmampuan untuk toileting kenyamanan terhadap self-care.
kemampuan untuk  Dorong klien untuk melakukan
melakukan ADLs aktivitas sehari-hari yang normal
 Dapat melakukan sesuai kemampuan yang dimiliki.
ADLS dengan bantuan  Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko gangguan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management


 Tissue Integrity : Skin and  Anjurkan pasien untuk
Faktor-faktor risiko: Mucous Membranes menggunakan pakaian yang longgar
Eksternal :  Status Nutrisi  Hindari kerutan padaa tempat tidur
 Hipertermia atau hipotermia  Tissue Perfusion:perifer  Jaga kebersihan kulit agar tetap
 Substansi kimia  Dialiysis Access Integrity bersih dan kering
 Kelembaban udara  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Faktor mekanik (misalnya : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien) setiap dua jam sekali
alat yang dapat menimbulkan selama…. Gangguan integritas kulit tidak  Monitor kulit akan adanya
luka, tekanan, restraint) terjadi dengan kriteria hasil: kemerahan
 Immobilitas fisik  Integritas kulit yang baik bisa  Oleskan lotion atau minyak/baby
 Radiasi dipertahankan oil pada derah yang tertekan
 Usia yang ekstrim  Melaporkan adanya gangguan  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Kelembaban kulit sensasi atau nyeri pada daerah kulit pasien
 Obat-obatan yang mengalami gangguan  Monitor status nutrisi pasien
 Ekskresi dan sekresi  Menunjukkan pemahaman dalam  Memandikan pasien dengan
Internal : proses perbaikan kulit dan mencegah sabun dan air hangat
 Perubahan status metabolik terjadinya sedera berulang  Gunakan pengkajian risiko untuk
 Tulang menonjol  Mampu melindungi kulit dan memonitor faktor risiko pasien (Braden
 Defisit imunologi mempertahankan kelembaban kulit Scale, Skala Norton)
 Berhubungan dengan dan perawatan alami  Inspeksi kulit terutama pada
dengan perkembangan  Status nutrisi adekuat tulang-tulang yang menonjol dan titik-
 Perubahan sensasi  Sensasi dan warna kulit normal titik tekanan ketika merubah posisi
 Perubahan status nutrisi pasien.
(obesitas, kekurusan)  Jaga kebersihan alat tenun
 Perubahan pigmentasi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Perubahan sirkulasi pemberian tinggi protein, mineral dan
 Perubahan turgor vitamin
(elastisitas kulit)  Monitor serum albumin dan
 Psikogenik transferin

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid Weight Management
Berhubungan dengan : Intake  Diskusikan bersama
Intake yang berlebihan terhadap kebutuhan  Nutritional Status : nutrient Intake pasien mengenai hubungan
metabolisme tubuh  Weight control antara intake makanan, latihan,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama peningkatan BB dan penurunan
DS : …. Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi BB
 Laporan adanya sedikit aktivitas dengan kriteria hasil:  Diskusikan bersama
atau tidak ada aktivitas  Mengerti factor yang meningkatkan pasien mengani kondisi medis
DO: berat badan yang dapat mempengaruhi BB
 Lipatan kulit tricep > 25 mm  Mengidentfifikasi tingkah laku  Diskusikan bersama
untuk wanita dan > 15 mm untuk pria dibawah kontrol klien pasien mengenai kebiasaan,
 BB 20 % di atas ideal untuk  Memodifikasi diet dalam waktu yang gaya hidup dan factor herediter
tinggi dan kerangka tubuh ideal lama untuk mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi BB
 Makan dengan respon eksternal  Penurunan berat badan 1-2  Diskusikan bersama
(misalnya : situasi sosial, sepanjang pounds/mgg pasien mengenai risiko yang
hari)  Menggunakan energy untuk aktivitas berhubungan dengan BB
 Dilaporkan atau diobservasi sehari hari berlebih dan penurunan BB
adanya disfungsi pola makan (misal :  Dorong pasien untuk
memasangkan makanan dengan merubah kebiasaan makan
aktivitas yang lain)  Perkirakan BB badan
 Konsentrasi intake makanan ideal pasien
pada menjelang malam
Nutrition Management
 Kaji adanya alergi
makanan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang
terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan
makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Weight reduction Assistance


o Fasilitasi
keinginan pasien untuk
menurunkan BB
o Perkirakan
bersama pasien mengenai
penurunan BB
o Tentukan
tujuan penurunan BB
o Beri
pujian/reward saat pasien
berhasil mencapai tujuan
o Ajarkan
pemilihan makanan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
psikologis), kerusakan jaringan  pain control, secara komprehensif termasuk lokasi,
 comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan dan faktor presipitasi
 Laporan secara verbal selama …. Pasien tidak mengalami nyeri,  Observasi reaksi nonverbal dari
DO: dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
 Posisi untuk menahan nyeri  Mampu mengontrol nyeri (tahu  Bantu pasien dan keluarga
 Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, mampu untuk mencari dan menemukan
 Gangguan tidur (mata sayu, menggunakan tehnik nonfarmakologi dukungan
tampak capek, sulit atau gerakan untuk mengurangi nyeri, mencari  Kontrol lingkungan yang dapat
kacau, menyeringai) bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa nyeri ruangan, pencahayaan dan
berkurang dengan menggunakan kebisingan
 Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses manajemen nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri
berpikir, penurunan interaksi  Mampu mengenali nyeri (skala,  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dengan orang dan lingkungan) intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) menentukan intervensi
 Tingkah laku distraksi, contoh :  Menyatakan rasa nyaman  Ajarkan tentang teknik non
jalan-jalan, menemui orang lain setelah nyeri berkurang farmakologi: napas dala, relaksasi,
dan/atau aktivitas, aktivitas  Tanda vital dalam rentang normal distraksi, kompres hangat/ dingin
berulang-ulang)  Tidak mengalami gangguan tidur  Berikan analgetik untuk
 Respon autonom (seperti mengurangi nyeri: ……...
diaphoresis, perubahan tekanan  Tingkatkan istirahat
darah, perubahan nafas, nadi dan  Berikan informasi tentang nyeri
dilatasi pupil) seperti penyebab nyeri, berapa lama
 Perubahan autonomic dalam nyeri akan berkurang dan antisipasi
tonus otot (mungkin dalam rentang ketidaknyamanan dari prosedur
dari lemah ke kaku)  Monitor vital sign sebelum dan
 Tingkah laku ekspresif sesudah pemberian analgesik
(contoh : gelisah, merintih, pertama kali
menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan
dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Kronis berhubungan dengan NOC: NIC :


ketidakmampuan fisik-psikososial kronis  Comfort level Pain Manajemen
(metastase kanker, injuri neurologis, artritis)  Pain control  Monitor kepuasan pasien
 Pain level terhadap manajemen nyeri
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Tingkatkan istirahat dan
 Kelelahan selama …. nyeri kronis pasien berkurang tidur yang adekuat
 Takut untuk injuri ulang dengan kriteria hasil:  Kelola anti
DO:  Tidak ada gangguan tidur analgetik ...........
 Atropi otot  Tidak ada gangguan  Jelaskan pada pasien
 Gangguan aktifitas konsentrasi penyebab nyeri
 Anoreksia  Tidak ada gangguan hubungan  Lakukan tehnik
 Perubahan pola tidur interpersonal nonfarmakologis (relaksasi,
 Tidak ada ekspresi menahan masase punggung)
 Respon simpatis (suhu dingin,
perubahan posisi tubuh , hipersensitif, nyeri dan ungkapan secara verbal
perubahan berat badan)  Tidak ada tegangan otot

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
 Gangguan metabolisme sel  Mobility Level  Monitoring vital sign
 Keterlembatan perkembangan  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
 Pengobatan  Transfer performance respon pasien saat latihan
 Kurang support lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Konsultasikan dengan terapi
 Keterbatasan ketahan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi fisik tentang rencana ambulasi
kardiovaskuler dengan kriteria hasil: sesuai dengan kebutuhan
 Kehilangan integritas struktur  Klien meningkat dalam aktivitas  Bantu klien untuk
tulang fisik menggunakan tongkat saat
 Terapi pembatasan gerak  Mengerti tujuan dari peningkatan berjalan dan cegah terhadap
 Kurang pengetahuan tentang mobilitas cedera
kegunaan pergerakan fisik  Memverbalisasikan perasaan  Ajarkan pasien atau tenaga
 Indeks massa tubuh diatas 75 dalam meningkatkan kekuatan dan kesehatan lain tentang teknik
tahun percentil sesuai dengan usia kemampuan berpindah ambulasi
 Kerusakan persepsi sensori  Memperagakan penggunaan alat  Kaji kemampuan pasien
 Tidak nyaman, nyeri Bantu untuk mobilisasi (walker) dalam mobilisasi
 Kerusakan muskuloskeletal  Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
dan neuromuskuler secara mandiri sesuai
 Intoleransi aktivitas/penurunan kemampuan
kekuatan dan stamina  Dampingi dan Bantu pasien
 Depresi mood atau cemas saat mobilisasi dan bantu penuhi
 Kerusakan kognitif kebutuhan ADLs ps.
 Penurunan kekuatan otot,  Berikan alat Bantu jika klien
kontrol dan atau masa memerlukan.
 Keengganan untuk memulai  Ajarkan pasien bagaimana
gerak merubah posisi dan berikan
 Gaya hidup yang menetap, bantuan jika diperlukan
tidak digunakan, deconditioning
 Malnutrisi selektif atau umum
DO:
 Penurunan waktu reaksi
 Kesulitan merubah posisi
 Perubahan gerakan
(penurunan untuk berjalan,
kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)
 Keterbatasan motorik kasar
dan halus
 Keterbatasan ROM
 Gerakan disertai nafas pendek
atau tremor
 Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
 Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko trauma NOC : NIC :


 K Environmental Management safety
Faktor-faktor risiko nowledge : Personal Safety  Sediakan lingkungan yang aman
Internal:  S untuk pasien
Kelemahan, penglihatan menurun, penurunan afety Behavior : Fall  Identifikasi kebutuhan keamanan
sensasi taktil, penurunan koordinasi otot, Prevention pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
tangan-mata, kurangnya edukasi keamanan,  S fungsi kognitif pasien dan riwayat
keterbelakangan mental afety Behavior : Fall penyakit terdahulu pasien
occurance  Menghindarkan lingkungan yang
 S berbahaya (misalnya memindahkan
Eksternal: afety Behavior : Physical perabotan)
Lingkungan Injury  Memasang side rail tempat tidur
 Ti  Menyediakan tempat tidur yang
ssue Integrity: Skin and nyaman dan bersih
Mucous Membran  Menempatkan saklar lampu ditempat
Setelah dilakukan tindakan yang mudah dijangkau pasien.
keperawatan selama….klien tidak
 Membatasi pengunjung
mengalami trauma dengan kriteria
 Memberikan penerangan yang cukup
hasil:
 Menganjurkan keluarga untuk
 pasien terbebas dari
menemani pasien.
trauma fisik
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management


Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
Faktor-faktor risiko : Immune status  Sediakan lingkungan yang
Eksternal Safety Behavior aman untuk pasien
 Fisik (contoh : rancangan struktur dan Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi kebutuhan
arahan masyarakat, bangunan dan atau keperawatan selama…. Klien tidak keamanan pasien, sesuai dengan
perlengkapan; mode transpor atau cara mengalami injury dengan kriterian kondisi fisik dan fungsi kognitif
perpindahan; Manusia atau penyedia hasil: pasien dan riwayat penyakit
pelayanan)  Klien terdahulu pasien
terbebas dari cedera  Menghindarkan lingkungan
 Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi
 Klien yang berbahaya (misalnya
dalam masyarakat, mikroorganisme)
mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
 Kimia (obat-obatan:agen farmasi,
cara/metode untukmencegah  Memasang side rail tempat
alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet,
injury/cedera tidur
kosmetik; nutrien: vitamin, jenis makanan;
 Klien  Menyediakan tempat tidur yang
racun; polutan)
mampu menjelaskan factor risiko nyaman dan bersih
Internal
dari lingkungan/perilaku personal  Menempatkan saklar lampu
 Psikolgik (orientasi afektif)  Mam
 Mal nutrisi ditempat yang mudah dijangkau
pumemodifikasi gaya hidup pasien.
 Bentuk darah abnormal, contoh : untukmencegah injury
leukositosis/leukopenia  Membatasi pengunjung
 Men
 Perubahan faktor pembekuan,  Memberikan penerangan yang
ggunakan fasilitas kesehatan
 Trombositopeni cukup
yang ada
 Sickle cell  Mam  Menganjurkan keluarga untuk
 Thalassemia, pu mengenali perubahan status menemani pasien.
 Penurunan Hb, kesehatan  Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Imun-autoimum tidak berfungsi.
 Memindahkan barang-barang
 Biokimia, fungsi regulasi (contoh :
yang dapat membahayakan
tidak berfungsinya sensoris)
 Berikan penjelasan pada
 Disfugsi gabungan
pasien dan keluarga atau
 Disfungsi efektor
pengunjung adanya perubahan
 Hipoksia jaringan status kesehatan dan penyebab
 Perkembangan usia (fisiologik, penyakit.
psikososial)
 Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan dengan mobilitas)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Mual berhubungan dengan: NOC: NIC :
 Pengobatan: iritasi gaster,  Comfort level Fluid Management
distensi gaster, obat kemoterapi,  Hidrasil  Pencatatan intake output
toksin  Nutritional Status secara akurat
 Biofisika: gangguan biokimia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor status nutrisi
(KAD, Uremia), nyeri jantung, tumor …. mual pasien teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi
intra abdominal, penyakit oesofagus /  Melaporkan bebas dari mual (Kelembaban membran
pankreas.  Mengidentifikasi hal-hal yang mukosa, vital sign adekuat)
 Situasional: faktor psikologis mengurangi mual  Anjurkan untuk makan
seperti nyeri, takut, cemas.  Nutrisi adekuat pelan-pelan
 Status hidrasi: hidrasi kulit membran  Jelaskan untuk
DS: mukosa baik, tidak ada rasa haus yang menggunakan napas dalam
 Hipersalivasi abnormal, panas, urin output normal, TD, untuk menekan reflek mual
 Penigkatan reflek menelan HCT normal  Batasi minum 1 jam
 Menyatakan mual / sakit perut sebelum, 1 jam sesudah
dan selama makan
 Instruksikan untuk
menghindari bau makanan
yang menyengat
 Berikan terapi IV kalau
perlu
 Kelola pemberian anti
emetik........

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Diare berhubungan dengan NOC: NIC :


 psikologis: stress dan cemas tinggi  Bowl Elimination Diare Management
 Situasional: efek dari medikasi,  Fluid Balance  Kelola pemeriksaan kultur
kontaminasi, penyalah gunaan laksatif,  Hidration sensitivitas feses
penyalah gunaan alkohol, radiasi, toksin,  Electrolit and Acid Base  Evaluasi pengobatan yang
makanan per NGT Balance berefek samping
 Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, Setelah dilakukan tindakan gastrointestinal
iritasi, malabsorbsi, parasit keperawatan selama …. diare pasien  Evaluasi jenis intake
teratasi dengan kriteria hasil: makanan
DS:  Tidak ada diare  Monitor kulit sekitar perianal
 Nyeri perut  Feses tidak ada darah dan terhadap adanya iritasi dan
 Urgensi mukus ulserasi
 Kejang perut  Nyeri perut tidak ada  Ajarkan pada keluarga
DO:  Pola BAB normal penggunaan obat anti diare
 Lebih dari 3 x BAB perhari  Elektrolit normal  Instruksikan pada pasien
 Asam basa normal dan keluarga untuk mencatat
 Bising usus hiperaktif
 Hidrasi baik (membran warna, volume, frekuensi dan
mukosa lembab, tidak panas, konsistensi feses
vital sign normal, hematokrit  Ajarkan pada pasien tehnik
dan urin output dalam batas pengurangan stress jika perlu
normaL  Kolaburasi jika tanda dan
gejala diare menetap
 Monitor hasil Lab (elektrolit
dan leukosit)
 Monitor turgor kulit, mukosa
oral sebagai indikator dehidrasi
 Konsultasi dengan ahli gizi
untuk diet yang tepat
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :


 Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas  Bowl Elimination Manajemen konstipasi
fisik tidak mencukupi  Hidration  Identifikasi faktor-faktor
 Perilaku defekasi tidak teratur Setelah dilakukan tindakan yang menyebabkan konstipasi
 Perubahan lingkungan keperawatan selama …. konstipasi  Monitor tanda-tanda ruptur
 Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, pasien teratasi dengan kriteria bowel/peritonitis
privasi hasil:  Jelaskan penyebab dan
 Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan  Pola BAB dalam batas rasionalisasi tindakan pada
mental normal pasien
 Farmakologi: antasid, antikolinergis,  Feses lunak  Konsultasikan dengan
antikonvulsan, antidepresan, kalsium  Cairan dan serat dokter tentang peningkatan
karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, adekuat dan penurunan bising usus
opiat, sedatif.  Aktivitas adekuat  Kolaburasi jika ada tanda
 Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit,  Hidrasi adekuat dan gejala konstipasi yang
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, menetap
obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor  Jelaskan pada pasien
 Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis manfaat diet (cairan dan serat)
makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, terhadap eliminasi
dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku  Jelaskan pada klien
makan yang buruk konsekuensi menggunakan
DS: laxative dalam waktu yang
 Nyeri perut lama
 Ketegangan perut  Kolaburasi dengan ahli gizi
 Anoreksia diet tinggi serat dan cairan
 Perasaan tekanan pada rektum  Dorong peningkatan
 Nyeri kepala aktivitas yang optimal
 Peningkatan tekanan abdominal  Sediakan privacy dan
 Mual keamanan selama BAB
 Defekasi dengan nyeri
DO:
 Feses dengan darah segar
 Perubahan pola BAB
 Feses berwarna gelap
 Penurunan frekuensi BAB
 Penurunan volume feses
 Distensi abdomen
 Feses keras
 Bising usus hipo/hiperaktif
 Teraba massa abdomen atau rektal
 Perkusi tumpul
 Sering flatus
 Muntah

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan pola tidur berhubungan dengan: NOC: NIC :
 Psikologis : usia tua, kecemasan,  Anxiety Control Sleep Enhancement
agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas,  Comfort Level  Determinasi efek-efek
depresi, kelelahan, takut, kesendirian.  Pain Level medikasi terhadap pola tidur
 Lingkungan : kelembaban, kurangnya  Rest : Extent and Pattern  Jelaskan pentingnya tidur
privacy/kontrol tidur, pencahayaan,  Sleep : Extent ang Pattern yang adekuat
medikasi (depresan, stimulan),kebisingan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Fasilitasi untuk
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. selama …. gangguan pola tidur pasien mempertahankan aktivitas
DS: teratasi dengan kriteria hasil: sebelum tidur (membaca)
 Bangun lebih awal/lebih lambat  Jumlah jam tidur dalam batas  Ciptakan lingkungan yang
 Secara verbal menyatakan tidak fresh normal nyaman
sesudah tidur  Pola tidur,kualitas dalam batas  Kolaburasi pemberian
DO : normal obat tidur
 Penurunan kemempuan fungsi  Perasaan fresh sesudah
 Penurunan proporsi tidur REM tidur/istirahat
 Penurunan proporsi pada tahap 3 dan  Mampu mengidentifikasi hal-hal
4 tidur. yang meningkatkan tidur
 Peningkatan proporsi pada tahap 1
tidur
 Jumlah tidur kurang dari normal
sesuai usia

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Retensi urin berhubungan dengan: NOC: NIC :


Tekanan uretra tinggi,blockage,  Urinary elimination Urinary Retention Care
hambatan reflek, spingter kuat  Urinary Contiunence  Monitor intake dan output
DS: Setelah dilakukan tindakan  Monitor penggunaan obat antikolinergik
 Disuria keperawatan selama …. retensi urin  Monitor derajat distensi bladder
 Bladder terasa penuh pasien teratasi dengan kriteria hasil:  Instruksikan pada pasien dan keluarga
DO :  Kandung kemih kosong untuk mencatat output urine
 Distensi bladder secarapenuh  Sediakan privacy untuk eliminasi
 Terdapat urine residu  Tidak ada residu urine  Stimulasi reflek bladder dengan kompres
 Inkontinensia tipe luapan >100-200 cc dingin pada abdomen.
 Urin output sedikit/tidak  Intake cairan dalam  Kateterisaai jika perlu
ada rentang normal  Monitor tanda dan gejala ISK (panas,
 Bebas dari ISK hematuria, perubahan bau dan konsistensi
 Tidak ada spasme urine)
bladder
 Balance cairan seimbang

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas jaringan NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
Gangguan sirkulasi, iritasi kimia (ekskresi dan sekresi and mucous membranes Wound care
tubuh, medikasi), defisit cairan, kerusakan mobilitas  Wound healing : primary  Anjurkan pasien untuk
fisik, keterbatasan pengetahuan, faktor mekanik and secondary intention menggunakan pakaian yang
(tekanan, gesekan),kurangnya nutrisi, radiasi, faktor Setelah dilakukan tindakan longgar
suhu (suhu yang ekstrim) keperawatan selama …. kerusakan  Jaga kulit agar tetap bersih
DO : integritas jaringan dan kering
 Kerusakan jaringan (membran mukosa, pasien teratasi dengan kriteria  Mobilisasi pasien (ubah
integumen, subkutan) hasil: posisi pasien) setiap dua jam
 Perfusi jaringan normal sekali
 Tidak ada tanda-tanda  Monitor kulit akan adanya
infeksi kemerahan
 Ketebalan dan tekstur  Oleskan lotion atau
jaringan normal minyak/baby oil pada daerah yang
 Menunjukkan tertekan
pemahaman dalam proses  Monitor aktivitas dan
perbaikan kulit dan mobilisasi pasien
mencegah terjadinya cidera  Monitor status nutrisi pasien
berulang  Memandikan pasien dengan
 Menunjukkan terjadinya sabun dan air hangat
proses penyembuhan luka  Kaji lingkungan dan
peralatan yang menyebabkan
tekanan
 Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
 Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan perawatan luka
 Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP, vitamin
 Cegah kontaminasi feses
dan urin
 Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada luka
 Hindari kerutan pada tempat
tidur

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan body image berhubungan dengan: NOC: NIC :


Biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi (nyeri  Body image Body image enhancement
kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional,  Self esteem  Kaji secara verbal dan
trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, Setelah dilakukan tindakan nonverbal respon klien
radiasi) keperawatan selama …. gangguan terhadap tubuhnya
DS: body image  Monitor frekuensi
 Depersonalisasi bagian tubuh pasien teratasi dengan kriteria hasil: mengkritik dirinya
 Perasaan negatif tentang tubuh  Body image positif  Jelaskan tentang
 Secara verbal menyatakan perubahan gaya  Mampu mengidentifikasi pengobatan, perawatan,
hidup kekuatan personal kemajuan dan prognosis
DO :  Mendiskripsikan secara penyakit
 Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh faktual perubahan fungsi  Dorong klien
 Kehilangan bagian tubuh tubuh mengungkapkan
 Bagian tubuh tidak berfungsi  Mempertahankan perasaannya
interaksi sosial  Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
 Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Manejemen regimen terapeutik tidak NOC: NIC :
efektif berhubungan dengan:  Complience Behavior Self Modification assistance
Konflik dalam memutuskan terapi, konflik  Knowledge : treatment regimen  Kaji pengetahuan pasien
keluarga, keterbatasan pengetahuan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan tentang penyakit, komplikasi dan
kehilangan kekuatan, defisit support sosial selama …. manejemen regimen terapeutik pengobatan
DS: tidak efektif pasien teratasi dengan kriteria  Interview pasien dan keluarga
 Pilihan tidak efektif terhadap hasil: untuk mendeterminasi masalah
tujuan pengobatan/program  Mengembangkan dan mengikuti yang berhubungan dengan
pencegahan regimen terapeutik regimen pengobatan tehadap gaya
 Pernyataan keluarga dan  Mampu mencegah perilaku yang hidup
pasien tidak mendukung regimen berisiko  Hargai alasan pasien
pengobatan/perawatan,  Menyadari dan mencatat tanda-  Hargai pengetahuhan pasien
 Pernyataan keluarga dan tanda perubahan status kesehatan  Hargai lingkungan fisik dan
pasien tidak mendukung/ tidak sosial pasien
mengurangi faktor risiko  Sediakan informasi tentang
perkembangan penyakit atau penyakit, komplikasi dan
skuelle pengobatan yang
DO : direkomendasikan
 Percepatan gejala-gejala  Dukung motivasi pasien untuk
penyakit melanjutkan pengobatan yang
berkesinambungan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kelelahan berhubungan dengan NOC: NIC :


 psikologis: kecemasan, gaya  Activity Tollerance Energy Management
hidup yang membosankan,  Energy Conservation  Monitor respon kardiorespirasi
depresi, stress  Nutritional Status: Energy terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
 Lingkungan: kelembaban, Setelah dilakukan tindakan dispneu, diaphoresis, pucat, tekanan
cahaya, kebisingan, suhu keperawatan selama …. kelelahan hemodinamik dan jumlah respirasi)
 Situasi: Kejadian hidup yang pasien teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor dan catat pola dan jumlah
negatif,  Kemampuan aktivitas tidur pasien
 Psikologis: Anemia, status adekuat  Monitor lokasi ketidaknyamanan
penyakit, malnutrisi, kondisi fisik  Mempertahankan nutrisi atau nyeri selama bergerak dan
yang buruk, gangguan tidur. adekuat aktivitas
DS:  Keseimbangan aktivitas dan  Monitor intake nutrisi
 Gangguan konsentrasi istirahat  Monitor pemberian dan efek
 Tidak tertarik pada lingkungan  Menggunakan tehnik energi samping obat depresi
 Meningkatnya komplain fisik konservasi  Instruksikan pada pasien untuk
 Kelelahan  Mempertahankan interaksi mencatat tanda-tanda dan gejala
 Secara verbal menyatakan sosial kelelahan
kurang energi  Mengidentifikasi faktor-  Ajarkan tehnik dan manajemen
DO: faktor fisik dan psikologis yang aktivitas untuk mencegah kelelahan
 Penurunan kemampuan menyebabkan kelelahan  Jelaskan pada pasien hubungan
 Ketidakmampuan  Mempertahankan kelelahan dengan proses penyakit
mempertahankan rutinitas kemampuan untuk konsentrasi  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
 Ketidakmampuan mendapatkan cara meningkatkan intake makanan
energi sesudah tidur tinggi energi
 Kurang energi  Dorong pasien dan keluarga
 Ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaannya
mempertahankan aktivitas fisik  Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
 Anjurkan pasien melakukan yang
meningkatkan relaksasi (membaca,
mendengarkan musik)
 Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
 Batasi stimulasi lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi

1. Abdul Latief, 1993. Penatalaksanaan Anestesi pada Bedah Akut Bayi Baru Lahir. Ha:
Buku Kursus Penyegar dan Penambah Anestesi. Jakarta

2. Adipradja.K. 1998. Penatalaksanaan Anestesi pada Bedah Darurat Anak. Makalah


Simposium Anestesi Pediatri, Bandung.

3. Cote, CJ. 2000. Pediatric Anaesthesia. 5th edition, Churchil Livingstone. Philadelphia.

4. Muhiman, Muhardi. Dkk. 1989. Anestesiologi. FKUI. Jakarta.

5. Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam : Kumpulan makalah
Konas III IDSAI. Surabaya.

II. 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Jalan nafas

 Otot leher bayi masih lembek, leher lebih pendek, sulit menyangga atau
memposisikan kepala dengan tulang occipital yang menonjol.

 Lidah besar, epiglottis berbentuk “U” dengan proyeksi lebih ke posterior dengan
sudut ± 450, relative lebih panjang dan keras, letaknya tinggi, bahkan menempel pada
palatum molle sehingga cenderung bernafas melalui hidung. Akibat perbedaan
anatomis epiglottis tersebut, saat intubasi diperlukan pengangkatan epiglottis untuk
visualisasi.
 Lubang hidung, glottis, pipa tracheobronkial relative sempit, meningkatkan resistensi
jalan nafas, mudah sekali tersumbat oleh lender dan edema.

 Trachea pendek, berbentuk seperti corong dengan diameter tersempit pada bagian
cricoid. (Cote CJ,2000)

Pernafasan

 Sangkar dada lemah dan kecil dengan iga horizontal. Diafragma terdorong keatas oleh
isi perut yang besar. Dengan demikian kemampuan dalam memelihara tekanan
negative intrathorak dan volume paru rendah sehingga memudahkan terjadinya kolaps
alveolus serta menyebabkan neonatus bernafas secara diafragmatis.

 Kadang-kadang tekanan negative dapat timbul dalam lambung pada waktu proses
inspirasi, sehingga udara atau gas anestesi mudah terhirup ke dalam lambung. Pada
bayi yang mendapat kesulitan bernafas dan perutnya kembung dipertimbangkan
pemasangan pipa lambung.

 Karena pada posisi terlentang dinding abdomen cenderung mendorong diafragma ke


atas serta adanya keterbatasan pengembangan paru akibat sedikitnya elemen elastis
paru, maka akan menurunkan FRC (Functional Residual Capacity) sementara volume
tidalnya relative tetap. Untuk meningkatkan ventilasi alveolar dicapai dengan cara
menaikkan frekuensi nafas, karena itu neonatus mudah sekali gagal nafas.

 Peningkatan frekuensi nafas juga dapat akibat dari tingkat metabolisme pada neonatus
yang relative tinggi, sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi, dua kali dari kebutuhan
orang dewasa dan ventilasi alveolar pun relative lebih besar dari dewasa hingga dua
kalinya. Tingginya konsumsi oksigen dapat menerangkan mengapa desaturasi O2 dari
Hb terjadi lebih mudah atau cepat, terlebih pada premature, adanya stress dingin
maupun sumbatan jalan nafas.

Sistem sirkulasi dan hematologi

Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih sangat kurang, sehingga keadaan kehilangan
darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat kurang ditoleransi. Manajemen cairan
pada neonatus harus dilakukan dengan secermat dan seteliti mungkin. Tekanan sistolik
merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan
sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume.

 Autoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada
tekanan sistemik antara 60-130 mmHg.

 Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60
mmHg.

Sistem ekskresi dam elektrolit

 Akibat belum matangnya ginjal neonatus, filtrasi glomerulus hanya sekitar 30%
disbanding orang dewasa. Fungsi tubulus belum matang, resorbsi terhadap natrium,
glukosa, fosfat organic, asam amibo dan bikarbonas juga rendah.

 Bayi baru lahir sukar memekatkan air kemih, tetapi kemampuan mengencerkan urine
seperti orang dewasa.

 Kematangan filtrasi glomerulus dan fungsi tubulus mendekati lengkap sekitar umur
20 minggu dan kematangannya sedah lengkap setelah 2 tahun.. (Cote CJ,2000)

 Karena rendahnya filtrasi flomerulus, kemampuan mengekskresi obat-obatan juga


menjadi diperpanjang.

 Oleh karena ketidakmampuan ginjal untuk menahan air dan garam, penguapan air,
kehilangan abnormal atau pemberian air tanpa sodium dapat dengan cepat jatuh pada
dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia. (Warih,1992)

 Pemberian cairan dan perhitungan kehilangan atau derajat dehidrasi diperlukan


kecermatan lebih disbanding pada orang dewasa. Begitu pula dalam hal pemberian
elektrolit, yang biasa disertakan pada setiap pemberian cairan.

Fungsi hati
 Fungsi detoksifikasi obat masih rendah dan metabolisme karbohidrat yang rendah
pula yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan asidosis metabolic.

 Hipotermia dapat pula menyebabkan hipoglikemia.

 Cadangan glikogen hati sangat rendah. Kadar gula normal pada bayi baru lahir adalah
50-60%. Hipoglikemia pada bayi (dibawah 30 mg%) sukar diketahui tanda-tanda
klinisnya, dan diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi kejang.

 Sintesis vitamin K belum sempurna. Pada pemberian cairan rumatan dibutuhkan


konsentrasi dextrose lebih tinggi (10%). Secara rutin untuk bedah bayi baru lahir
dianjurkan pemberian vitamin K 1 mg i.m.

 Hati-hati penggunaan opiate dan barbiturate, karena kedua obat tersebut dioksidasi
dalam hati.

Sistem syaraf

 Waktu perkembangan system syaraf, sambungan syaraf, struktur otak dan myelinisasi
akan berkembang pada trimester tiga (myelinisasi pada neonatus belum sempurna,
baru matang dan lengkap pada usia 3-4 tahun), sedangkan berat otak sampai 80%
akan dicapai pada umur 2 tahun. Waktu-waktu ini otak sangat sensitive terhadap
keadaan-keadaan hipoksia.

 Persepsi tentang rasa nyeri telah mulai ada, namun neonates belum dapat
melokalisasinya dengan baik seperti pada bayi yang sudah besar. Sebenarnya anak
mempunyai batas ambang rasa nyeri yang lebih rendah disbanding orang dewasa.

 Perkembangan yang belum sempurna pada neuromuscular junction dapat


mengakibatkan kenaikan sensitifitas dan lama kerja dari obat pelumpuh otot non
depolarizing.

 Syaraf simpatis belum berkembang dengan baik sehingga parasimpatis lebih


dominant yang mengakibatkan kecenderungan terjadinya refleks vagal
(mengakibatkan bradikardia; nadi <110 kali/menit) terutama kalau bayi dalam
keadaan hipoksia maupun bila ada stimulasi daerah nasofaring.
 Sirkulasi bayi baru lahir stabil setelah berusia 24-48 jam.

 Belum sempurnanya mielinisasi dan kenaikan permeabilitas blood brain barrier akan
menyebabkan akumulasiobat-obatan seperti barbiturat dan narkotik, dimana
mengakibatkan aksi yang lama dan depresi pada periode pasca anestesi.

 Sisa dari blok obat relaksasi otot dikombinasikan dengan zat anestesi IV dapat
menyebabkan kelelahan otot-otot pernafasan, depresi pernafasan dan apnoe pada
periode pasca anestesi.

 Setiap keadaan bradikardia harus dianggap berada dalam keadaan hipoksia dan harus
cepat diberikan oksigenasi. Kalau pemberian oksigen tidak menolong baru
dipertimbangkan pemberian sulfas atropine.

Pengaturan temperatur

 Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif.

 Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh


(perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan,
kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan
sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik).

 Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang


dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila,
mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat
(Morgan HAH,1993)

 Hipotermia dapat dicegah dengan suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup
yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin, skopolamin).

 Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan
tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin, iriga- si oleh cairan
dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun
obat vasodilator.
 Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 27 0C.
Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi
protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan
terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat
menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.

 Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh,


mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu
penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi
maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat.

farmakologi

Farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obat yang diberikan pada neonatus berbeda
dibanding dengan dewasa karena pada neonatus :

1. Perbandingan volume cairan intravaskuler terhadap cairan ekstravaskuler berbeda


dengan orang dewasa.

2. Laju filtrasi glomerulus masih rendah

3. Laju metabolisme yang tinggi

4. Kemampuan obat berikatan dengan protein masih rendah

5. Liver/hati yang masih immature akan mempengaruhi proses biotransformasi obat.

6. Aliran darah ke organ relative lebih banyak (seperti pasa otak, jantung, liver dan
ginjal)

7. Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan fisiologi system pernafasan : ventilasi


alveolar tinggi, Minute volume, FRC rendah, lebih rendahnya MAC dan koefisien
partisi darah/gas akan meningkatkan potensi obat, mempercepat induksi dan
mempersingkat pulih sadarnya. Tekanan darah cenderung lebih peka terhadap zat
anestesi inhalsi mungkin karena mekanisme kompensasi yang belum sempurna dan
depresi miokard hebat.
 Beberapa obat golongan barbiturat dan agonis opiate agaknya sangat toksisk pada
neonatus dibanding dewasa. Hal ini mungkin karena obat-obat tersebut sangat mudah
menembus sawar darah otak, kemampuan metabolisme masih rendah atau kepekaan
pusat nafas sangat tinggi.

 Sebaliknya neonatus tampaknya lebih tahan terhadap efek ketamin.

 Bayi umumnya membutuhkan dosis suksisnil cholin relative lebih tinggi disbanding
dewasa karena ruang extraselulernya relative lebih besar.

Respon terhadap pelumpuh otot non deplarisasi cukup bervariasi


 FISIOLOGI
 Heart rate lebih cepat
 Tekanan darah lebih rendah
 RR lebih cepat
 Kompliance paru lebih rendah
 Kompliance dinding dada lebih besar
 Rasio permukaan tbh & BB lebih besar
 Kandungan air lebih besar
ANATOMI
 Ventrikel kiri belum sempurna
 Sirkulasi residual fetal
 Kanulasi arteri & vena sulit
 Kepala dan lidah besar
 Lubang hidung sempit
 Laring terletak anterior & cephalad
 Epiglotis panjang
 Trakea & leher pendek
 Adenoid & tonsil besar
 Otot diafragma & intercostal lemah  relatif kurang tahan lelah
 Resistan terhadap aliran udara lebih tinggi
PENGARUH PD FARMAKOLOGI
 Biotransformasi hepar & ginjal blm sempurna
 Penurunan ikatan protein
 Induksi & recovery cepat
 MAC lebih tinggi
 Volume distribusi lebih besar pd obat dgn pelarut air
 Neuro muskular junction blm sempurna

PERSIAPAN PREOPERATIF
 Wawancara preoperatif
- anak : takut sakit & berpisah dgn ortu
- Penjelasan diberikan sesuai usia :
 Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
- Infeksi sblm anestesi → resiko komplikasi pulmo ↑ (hipersekresi, wheezing 10x,
laringospasme 5x, hipoksemia & atelektasis)  harus diobati dulu
- Bila terpaksa operasi : pemberian antikolinergik, ventilasi masker, kelembaban udara
pernafasan, pengawasan yg lebih lama di RR
 Laboratorium
 Puasa pre operasi
- bayi = 4 jam
- anak = 5 jam
 Premedikasi
- midazolam (0,07-0,2 mg/kgBB)
- ketamin 2-3 mg/kgBB
- atropin menurunkan insiden hipotensi pd anak < 3 bln, mengurangi sekret
 Monitoring : suhu (malignant hipertermia & hipotermia)
kadar glukosa (hipoglikemia < 30 mg/dL(neonatus)
 Induksi anestesi :
 Inhalasi : agen inhalasi
 Intravena : ketamin, propofol, pentotal
 Intramuskuler : ketamin, midazolam,
 Perrektal : ketamin, pentotal
 Induksi intravena
- Thiopental (3mg/kg neonate, 5-6 mg/kg u/ infant & children) efek sedasi pasca operasi
- Ketamin 1-2 mg/kgBB
- Propofol 2-3 mg/kg  hipnosis kuat, gejolak HD
- Midazolam 0,3-0,5 mg/kgBB
- Diazepam 1-2 mg/kgBB
 Induksi inhalasi anestesi :
a. Alternatif, bila iv line blm terpasang
b. Sevoflurane & Halothan
Sevoflurane  induksi halus, iritasi minimal
Halothan  bronkodilatasi, aritmogenik
Desflurane & isofluran  batuk, iritasi jahan nafas, laringospasme ↑
Teknik induksi secara inhalasi
a. Umur < 6 bln : langsung ditempel pada muka bayi
b. 6 bln-5 tahun : Steal induksi
c. > 5 tahun : Single breath induction
d. >7/8 tahun : Slow inhalasi induction

INTUBASI TRAKEA
 Blade lurus → memudahkan intubasi e/c lidah relatif besar
 Uncuffed ET pada anak < 8-10 tahun
→ me↓ resiko batuk, me↓ resiko barotrauma/edema laring
 Ukuran diameter ET
4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
Rumus lain: (umur + 2)/2
 Ukuran panjang ET
12 + Umur/2 = panjang ET (cm)

MAINTENANCE
 Anak < 10 kg → Mapleson D circuit low resistance & ringan
 Anak < 10 kg → peak insp. Pressure 15-18 cm H2O
 Anak lebih besar → tidal volume 8 – 10 mL/kg
Pasca operasi
Posisi pasca operasi :
 1. Head up : pada pasca operasi daerah abdomen
 2. Head down : riwayat prdrhn banyak, hipovolemi
 3. Lateral/semiprone : post TE, puasa kurang
Pengelolaan di RR gunakan Steward Score
MANAJEMEN CAIRAN PERIOPERATIF
 Defisit cairan diganti harus tepat
o Aturan 4 : 2 : 1 (4 ml/kg/jam utk 10 kg pertama, 2 ml/kg/jam utk 10 kg kedua dan 1 ml/kg/jam utk
sisanya)
o Larutan D5 ½ NS dgn 20 mEq/L NaCl → dextrose + elektrolit seimbang
o Larutan D5 ¼ NS → cocok utk neonatus, krn kemampuan mengatasi Na terbatas
 Blood loss/Kehilangan darah
- EBV = Neonatus prematur (100 mL/kg), neonatus full term (85-90 mL/kg), infants (80
mL/kg)
- Perdarahan > 10% EBV --- berikan darah (Pilihan :PRC !)
- Hematokrit neonatus (55%), bayi 3 bln (30%), bayi 6 bln (35%)
Maintenance durante operasi
Jaga hemodinamik & oksigenasi yang baik
Agen inhalasi maintenance durante op:
a. Sevoflurane : onset cepat, iritasi kurang
b. Halotan : bronkodilator, tdk iritasi jalan napas
Pilihan teknik respirasi
a. Neonatus : harus kontrol
b. Bayi : sebaiknya kontrol
c. Anak pra sekolah : boleh dikontrol maupun di assist
d. Anak sekolah : Boleh spontan/diassist /dikontrol

REGIONAL ANESTESI
 Caudal anestesi  modifikasi epidural anestesia.
Dgn needle no 22, menggunakan 1% lidocain dan
0,125-0,25 % bupivacaine.
Volume 1/2 cc/kgBB untuk mid thorak
 Juga u/ manajemen nyeri post operasi

LARINGOSPASME
 Merupakan spasme kuat, involunter karena stimulasi nervus laringeus superior
 Pencegahan : ekstubasi pasien awake atau deep
 Terapi : jaw thrust- ventilasi tekanan positif, paralisis dgn suksinil kolin (4-6 mg/kgBB) atau
rocuronium (0,4 mg/kg)
 Pasien anak diposisikan lateral, shg sekresi oral keluar
BATUK POST INTUBASI
 Disebabkan edema trakea atau glotis
 Terjadi pada anak umur 1-4 thn, intubasi berulang, operasi lama, operasi daerah kepala & leher
dan pergerakan ET berlebihan
 Dexamethason 0,25-0,5 mg/kg intravena utk pencegahan
MANAJEMEN NYERI POST OPERASI
 Fentanyl 1-2 μg/kg dan meperidine 0,5 mg/kg
 Ketorolac 0,75 mg/kg  KI relatif pada anak?
 Acetaminophen po, rektal
 Analgesia regional

      

PERSIAPAN ANESTESI
 Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam
basa harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati normal.

 Sebagian pembedahan bayi baru lahir merupakan kasus gawat darurat.

 Proses transisi sirkulasi neonatus, penurunan PVR (Pulmonary Vascular Resistance)


berpengaruh pada status asam-basanya.

 Transportasi neonatus dari ruang perawatan ke kamar bedah sedapat mungkin


menggunakan incubator yang telah dihangatkan. Sebelum bayi masuk kamar bedah
hangatkan kamar dengan mematikan AC misalnya.

 Peralatan anestesi neonatus bersifat khusus. Tahanan terhadap aliran gas harus rendah,
anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan.

 Untuk anestesi yang lama, kalau mungkin gas-gas anestetik dihangatkan,


dilembabkan dengan pelembab listrik.

 Biasanya digunakan system anestesi semi-open modifikasi system pipa T dari Ayre
yaitu peralatan dari Jackson-Rees.

Puasa
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang dianjurkan
adalah stop susu 4 jam dan berilah air gula 2 jam sebelum anestesi. (Abdul Latief,1991)

Infus

 Dipasang untuk memenuhi kebutuhan cairan karena puasa, mengganti cairan yang
hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll.

 Untuk pemeliharaan digunakan preparat D5%-10% dalam cairan elektrolit.

 Neonatus terutama bayi premature mudah sekali mengalami dehidrasi akibat puasa
lama atu sulit minum, kehilangan cairan lewat gastrointestinal, evaporasi (Insensible
water loss), tranduksi atau sekuestrasi cairan ke dalam lumen usus atau kompartemen
tubuh lainnya. Dehidrasi/hipovolemia sangat mudah terjadi karena luas permukaan
tubuh dan kompartemen atau volume cairan ekstra seluler relative lebih besar serta
fingsi ginjal belum matang.

 Cairan pemeliharaan/pengganti karena puasa diberikan dalam waktu 3 jam, jam I 50%
dan jam II, III maing-masing 25%.

 Kecukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin (>0,5ml/kgBB/jam), berat


jenis urin (<1,010), ataupun dengan pemasangan CVP (Central Venous Pressure).

Premedikasi
Sulfas Atropine
 Hampir selalu diberikan terutama pada penggunaan Halotan, Enfluran, Isofluran,
suksinil cholin atau eter. Dosis atropine 0,02 mg/kg, minimal 0,1 mg dan maksimal
0,5 mg. lebih digemari secara intravena dengan pengenceran.

 Hati-hati pada bayi demam, takikardi, dan keadaan umumnya jelek.

Penenang
Tidak dianjurkan, karena susunan syaraf pusat belum berkembang, mudah terjadi depresi,
kecuali pasca anestesi dirawat diruang perawatan intensif. (Abdul Latief,1993)

MASA ANESTESI
Induksi
Pada waktu induksi sebaiknya ada yang membantu. Usahakan agar berjalan dengan trauma
sekecil mungkin. Umumnya induksi inhalasi dengan Halotan-O2 atau Halotan-O2/N2O.

Intubasi

 Intubasi Neonatus lebih sulit karena mulut kecil, lidah besar-tebal, epiglottis tinggi
dengan bentuk “U”. Laringoskopi pada neonatus tidak membutuhkan bantal kepala
karena occiputnya menonjol. Sebaiknya menggunakan laringoskop bilah lurus-lebar
dengan lampu di ujungnya.

 Hati-hati bahwa bagian tersempit jalan nafas atas adalah cincin cricoid.

 Waktu intubasi perlu pembantu guna memegang kepala. Intubasi biasanya dikerjakan
dalam keadaan sadar (awake intubation) terlebih pada keadaan gawat atau
diperkirakan akan dijumpai kesulitan.

 Beberapa penulis menganjurkan intubasi sadar untuk bayi baru lahir dibawah usia 10-
14 hari atau pada bayi premature. Yang berpendapat dilakukan intubasi tidur atas
pertimbangan dapat ditekannya trauma, yang dapat dilakukan dengan menggunakan
ataupun tanpa pelumpuh otot.

 Pelumpuh otot yang digunakan adalah suksinil cholin 2 mg/kg secara iv atau im.

 Pipa trachea yang dianjurkan adalah dari bahan plastic, tembus pandang dan tanpa
cuff. Untuk premature digunakan ukuran diameter 2-3 mm sedangkan pada bayi aterm
2,5-3,5 mm. Idealnya menggunakan pipa trachea yang paling besar yang dapat masuk
tetapi masih sedikit longgar sehingga dengan tekanan inspirasi 20-25 cmH2O masih
sedikit bocor. (Adipradja K, 1998)

Pemeliharaan Anestesi

 Dianjurkan dengan intubasi dan pernafasan kendali.

 Pada umunya menggunakan gas anestesi N2O/O2 dengan kombinasi halotan,


enfluran, isofluran ataupun sevofluran.
 Pelumpuh otot golongan non depol sangat sensitive sehingga harus diencerkan dan
pemberiannya secara sedikit demi sedikit.

Pemantauan

1. Pernafasan : Stetoskop prekordial, Pada nafas spontan ( gerak dada dan bag
reservoir),Warna ekstremitas

2. Sirkulasi : Stetoskop perikordial, Perabaan nadi, EKG dan CVP

3. Suhu : Rektal

4. Perdarahan : Isi dalam botol suction, Beda berat kassa sebelum dan sesudah kena
darah, Periksa Hb dan Ht secara serial

5. Air Kemih : Isi dalam kantong air kemih

PENGAKHIRAN ANESTESIA

 Pembersihan lender dalam rongga hidung dan mulut dilakukan secara hati-hati.
Pemberian O2 100% selama 5-15 menit setelah agent dihentikan.

 Bila masih ada pengaruh obat pelumpuh obat non-depol, dapat dilakukan penetralan
dengan neostigmin (0,04 mg/kg) bersama atropin (0,02 mg/kg).

 Kemudian dilakukan ekstubasi.

REFERENSI

Perbedaan jalan napas orang dewasa dan anak­anak
JALAN NAPAS INFAN SIGNIFIKANSI
Pernapasan hidung yang obligat,  Infan bernapas hanya melalui hidung yang 
nares sempit mudah tersumbat oleh sekresi
Lidah yang besar Dapat menyumbat jalan napas dan 
membuat laringoskopi dan  intubasi lebih 
sulit
Oksiput yang besar Sniffing positon tercapai dengan 
mengganjal bahunya
Glottis terletak pada C3 bayi yang  Laring terletak lebih anterior; penekanan 
prematur, C3­C4 bayi baru lahir,  krikoid sering dapat membantu visualisasi
dan C5 dewasa
Laring dan trakhea berbentuk  Bagian tersempit trakhea adalah krikoid; 
seperti corong pasien sebaiknya dipasangkan ETT 
berukuran < 30 cm H2O untuk mencegah 
tekanan yang berlebihan pada mukosa 
trakhea, barotrauma
Pita vokalis lebih miring ke anterior Insersi ETT mungkin lebih sulit
  ETT = endotracheal tube
2.      Perbedaan sistem pulmonal orang dewasa dengan anak­anak
SISTEM PULMONAL ANAK­
SIGNIFIKANSI
ANAK
Alveoli yang sedikit dan lebih kecil Jumlah alveoli pada usia 6 tahun 13 kali 
lebih banyak dibanding bayi baru lahir
Kemampuan pengembangan lebih  Kecenderungan kollaps jalan napas lebih 
kecil  besar
Kurang elastis
Resistensi jalan napas lebih besar Tenaga untuk bernapas lebih besar dan 
Jalan napas lebih kecil penyakit lebih rentan menyerang saluran 
napas yang kecil
Iga­iga lebih horizontal, lebih lunak, Mekanisme kerja dinding dada tidak 
dan mengandung lebih banyak  efisien
kartilago
Mengadung otot tipe­1 (yang sangat Bayi lebih mudah lelah
oksidatif) yang lebih sedikit
Kapasitas total paru (TLC) kurang,  Desaturasi terjadi lebih cepat
RR dan metabolik lebih cepat
Volume akhir lebih besar Ventilasi ruang rugi lebih tinggi

3.     Mengapa sistem kardiovaskuler pada anak­anak berbeda?

 Bayi   baru   lahir   tidak   mempu   meningkatkan   curah   jantungnya   (CO)   dengan   cara
meningkatkan   kontraktilitasnya;   CO   hanya   dapat   ditingkatkan   dengan   cara
meningkatkan denyut jantung (HR)

 Bayi   mempunyai   refleks   baroreseptor   yang   immatur   dan   kemampuan   kompensasi


yang terbatas hanya dengan cara meningkatkan denyut jantung (HR). Itu sebabnya
bayi lebih rentan terhadap efek depresi jantung anestetik volitile.

 Bayi   dan   infan   mempunyai   tonus   vagus   yang   lebih   tinggi   sehingga   cenderung
bradikardi.   Tiga   penyebab   utama   bradikardia   adalah   hipoksia,   stimulasi   vagus
(laringoskopi), dan anestetik volatile (mudah menguap). Bradiardi itu Tidak Baik.

4.    Tanda­tanda vital yang normal pada anak­anak 

USIA
HR RR SBP DBP
(tahun)
<1 120-160 30-60 60-95 35-69
1-3 90-140 24-40 95-105 50-65
3-5 75-110 18-30 95-110 50-65
8-12 75-100 18-30 90-110 57-71
12-16 60-90 12-16 112-130 60-80
      HR = denyut jantung, RR = frekuensi napas, SBP = tekanan darah sistol, 
DBP = tekanan darah diastol. Kaidah yang disetujui : tekanan darah = 80 mmHg + 2 x usia
5.    Kapan sebaiknya anak­anak dipremedikasi ? Obat apa yang sering dipakai ?
Anak­anak sering mengalami rasa takut dan gelisah yang sangat besar saat mereka terpisah
dari orang tua mereka dan saat induksi anestesi. Premedikasi dianjurkan oleh Vetter pada
anak­anak   yang   berusia   2­6   tahun   dan   belum   pernah   menjalani   pembedahan   atau   tidak
menerima tuntunan dan pemahaman perioperatif atau yang gagal berinteraksi positif dengan
layanan perawatan kesehatan saat perioperatif. Telah banyak ditemukan perubahan tingkah
laku yang negatif pasca operasi pada anak­anak yang gelisah selama induksi.

Medikasi Preoperatif Yang Sering Digunakan Dan Cara Pemberiannya


Cara
Obat Keuntungan Kerugian
Pemberian
Rasanya tidak 
Onset cepat,  enak saat 
po, pr, in, iv,
Midazolam efek samping  diberikan per oral,
sl
minimal menyengat dalam 
hidung
Memperlambat 
emergensi, 
po, pr, in, iv, Onset cepat, 
Ketamin rasanya tidak 
sl analgesia bagus
enak, menyengat 
dalam hidung
Rasanya enak, 
Dapat terjadi 
Fentanyl Otfc anlagesik bagus,
hipoksemia, mual
onset 45 menit
Murah, efek  Onset lama, 
Diazepam po, pr, im samping  emergensi jadi 
minimal berkepanjangan
Po = per oral, pr = per rektum, iv = intravena, sl = sublingual, im = intramuskuler, 
in = intranasal, otfc = fentalnil sitrat transmukosa oral 

6.    Teknik induksi yang sering digunakan pada anak­anak 

 Induksi inhalasi adalah teknik induksi yang paling sering digunakan pada anak­anak
berusia < 10 tahun. Anak­anak disuruh menghirup N 2O 70% dan oksigen 30% selama
sekitar   1   menit;   halotan   kemudian   diberikan   secara   perlahan.   Konsentrasi   halotan
ditingkatkan 0,5% setiap 3­5 kali bernapas. Jika anak itu batuk atau menahan napas,
konsentrasi   halotan   tidak   boleh   dinaikkan   sampai   batuk   atau   menahan   napas   itu
berhenti. Sevofluran juga dapat digunakan dengan atau tanpa N2O.
 Induksi inhalasi yang cepat atau “brutane” digunakan pada anak­anak yang tidak
kooperatif.   Anak­anak   dibaringkan   kemudian   dipasangkan   sungkup   yang
mengandung N2O 70% dan oksigen 30%, dan halotan 3­5% atau sevofluran 8% pada
mukanya.   Teknik   yang   seringkali   tidak   nyaman   ini   sebaiknya   dihindari   jika
memungkinkan. Sekali anestesi telah diinduksi, konsentrasi sevofluran atau halotan
harus dinaikkan.

 Steal   Induction  dapat   digunakan   saat   anak­anak   telah   tidur.   Induksi   anestesi
dilakukan   dengan   menggunakan   sungkup   yang  agak   jauh   dari   muka   si   anak,
kemudian konsentrasi halotan atau sevofluran ditingkatkan secara bertahap. Tujuan
hal ini adalah untuk menginduksi anestesi tanpa membangunakan si anak.

 Induksi intravena digunakan pada seorang anak yang telah dipasangi infus atau pada
anak­anak yang berusia > 10 tahun. Medikasi yang biasanya digunakan pada anak­
anak adalah tiopental 5­7 mg/kg; propofol 2­3 mg/kg; dan ketamin 2­5 mg/kg. Agar
prosedur tidak traumatik, krim EMLA (campuran anestesi lokal yang eutektos/mudah
larut) diusapkan paling kurang 90 menit sebelum infus IV dipasang.

7.    Mengapa keberadaan shunt kiri ­ ke ­ kanan (left ­ to ­ right) dapat mempengaruhi
induksi inhalasi?
Shunt kiri­ke­kanan intrakardiak menyebabkan overload volume pada sisi kanan jantung dan
pada sirkulasi paru. Pasien dapat menderita gagal jantung kongestif (CHF) dan penurunan
kemampuan pengembangan paru. Ambilan dan distribusi zat­zat inhalasi hanya terpengaruh
sedikit (minimal); waktu onset zat­zat intravena sedikit memanjang.

8.    Bagaimana dengan shunt kanan­ke­kiri (right­to­left) ?
Shunting   kanan­ke­kiri   intrakardiak   menyebabkan   overload   ventrikel   kiri.   Pasien
berkompensasi   dengan   cara   meningkatkan   volume   darah   dan   hematokrit.   Hal   ini   penting
untuk   memelihara   resistensi   vaskuler   perifer   tetap   tinggi   untuk   mencegah   peningkatan
shunting kanan ke kiri. Shunt seperti itu dapat sedikit memperlambat induksi inhalasi dan
mempersingkat waktu onset induksi zat­zat intravena.

9.    Hal   ­   hal   khusus  lain  yang   harus   diperhatikan   pada   anak   ­   anak   yang   menderita
penyakit jantung

 Anatomi  lesi   dan  arah   aliran   darah  sebaiknya   ditentukan.   Resistensi   vaskuler
pulmonal   (PVR)   perlu   dijaga.   Jika   PVR   meningkat,   shunting   kanan­ke­kiri   dapat
meningkat dan memperburuk oksigenasi, sementara itu, pasien yang menderita shunt
kiri­ke­kanan mengalami arah aliran darah yang sebaliknya (sindrom Eisenmenger).
Jika pasien menderita shunt kiri­ke­kanan, penurunan PVR akan meningkatkan aliran
daraj ke paru­paru dan mengarah ke edema pulmonal. Menurunkan PVR pada pasien
dengan shunt kanan­ke­kiri dapat memperbaiki hemodinamik.

Kondisi-kondisi yang Dapat Mningkatkan Shunting


Shunt Kiri­Ke­Kanan Shunt Kanan­Ke­Kiri
Hematokrit rendah SVR menurun
SVR meningkat PVR meningkat
PVR menurun Hipoksia
Hiperventilasi Hiperkarbia
Hipotermia Asidosis
Zat anestetik : Isofluran Zat anestetik: N2O,Ketamin ?
SVR = resistensi vaskuler sistemik; PVR = resistensi vaskuler pulmonal

 Gelembung udara  harus dihindari dengan sangat cermat. Jika terdapat komunikasi
antara  sisi  jantung  kanan   dan  kiri   (defek  septum   ventrikel,  defek   septum  atrium),
injeksi udara secara iv dapat berjalan melintasi komunikasi tersebut dan masuk ke
sistem arteri. Hal ini akan mengarah ke gejala­gejala SSP (susunan saraf pusat) jika
udara tersebut menyumbat suplai darah ke otak dan medulla spinalis (emboli udara
paradoksikal).

 Antibiotik   Profilaksis  sebaiknya   diberikan   untuk   mencegah   endokarditis   bakteri.


Medikasi dan dosis yang direkomendasikan dapat ditemukan pada pedoman Asosiasi
Jantung Amerika.

 Hindari Bradikardi

 Mengenali dan mampu menangani “tet spell”. Anak­anak dengan tetralogy of fallot
mengalami   obstruksi   aliran   sebelah   kiri   (RVOT/right   outflow   tract  ),  overriding
aorta,   dan   stenosis   atau   atresia   pulmonal.   Beberapa   diantaranya   akan   mengalami
ucapan   hipersianotik   (“tet   spell”)   akibat   suatu   stimulasi   saat   usianya   bertambah.
Episode seperti itu ditandai oleh memburuknya obstruksi RVOT, mungkin sebagai
akibat   hipovolemia,   peningkatan   kontraktilitas,   atau   takikardi   saat   stimulasi   atau
stress. Pasien sering ditangani dengan beta blocker, yang sebaiknya dilanjutkan saat
perioperatif.   Hipovolemia,   asidosis,   menangis   atau   gelisah   yang   berlebihan,   dan
peningkatan   tekanan   jalan   napas   sebaiknya   dihindari.   Resistensi   vaskuler   sistemik
(SVR)   sebaiknya   tetap   terpelihara.   Jika   ucapan   hipersianotik   terjadi   saat   periode
perioperatif,   penatalaksanaan   yang   dapat   dilakukan   antara   lain   :   memelihara   jalan
napas, infus volume, meningkatkan kedalaman anestesia atau mengurangi stimulus
pembedahan.   Fenilefrin   sangat   bermanfaat   dalam   meningkatkan   SVR.   Dosis
tambahan   dari   beta   blocker   juga   dapat   dicoba.   Asidosis   metabolik   sebaiknya
dikoreksi.
10.    Cara pemilihan ukuran ETT yang tepat ?
Ukuran Diameter Interna
U S I A
(mm)
Bayi baru lahir 3,0 – 3.5
Bayi baru lahir – 12 bulan 3,5 – 4,0
12 – 18 bulan 4,0
2 tahun 4,5
> 2 tahun Ukuran ETT = 

 ETT setengah nomor di atas dan setengah di bawah harus disiapkan

 Kebocoran di sekitar ETT sebaiknya kurang dari 30 cm H2O

 ETT sebaiknya dipasang pada kedalaman sekitar 3 kali dari diameter internanya.

11.  Dapatkah ETT yang ber­cuff digunakan pada anak­anak ?
ETT yang ber­cuff dapat diguanakan pada anak­anak. Tentu saja cuff tersebut mengambil
tempat sehingga membatasi ukuran ETT. Namun, Khine dkk., telah memperlihatkan bahwa
pipa   yang   ber­cuff   telah   sukses   digunakan   bahkan   pada   neonatus   tanpa   peningkatan
komplikasi. 

12.  Dapatkah laryngeal mask airway (LMA) digunakan pada anak­anak?
LMA dapat sangat bermanfaat pada pediatrik. Alat ini dapat membantu pada jalan napas
sulit, baik sebagai teknik tunggal, maupun digunakan bersama­sama dengan ETT.

13.  Bagaimana cara pemilihan ukuran LMA yang tepat ?
Berat Badan Anak Ukuran LMA
Neonatus sampai 5 kg 1
Infan 5­10 kg 1 ½
Anak­anak 10­2 kg 2
Anak­anak 20­30 kg 2 ½
Anak­anak/dewasa   muda   >   30
3
kg

14.  Mengapa   farmakologi   obat­obat   anestetik   yang   sering   digunakan   pada   anak­anak
berbeda?
 Konsentrasi alveolar minimal (MAC) zat­zat volatile lebih tinggi pada anak­anak 
dibanding dewasa. MAC tertinggi adalah pada infan 1­6 bulan. Bayi prematur dan 
neonatus mempunyai MAC yang rendah

 Anak­anak mempunyai toleransi yang lebih tinggi terhadap efek disritmik epinefrin 
pada anestesi umum dengan zat­zat volatile

 Anak­anak pada umumnya mempunyai keperluan obat (mg/kg) yang lebih tinggi 
karena mempunyai distribusi volume yang lebih besar (lebih banyak lemak, lebih 
banyak cairan tubuh)

 Opioid sebaiknya digunakan dengan hati­hati pada anak­anak yang berusia < 1 tahun, 
yang lebih sensitif terhadap efek depresan pernapasan

15.  Bagaimana penatalaksanaan perioperatif pada anak­anak?

 Pemeliharaan diperhitungkan dengan cara berikut :

o Infan < 10 kg                               4 ml/kg/jam

o 10­20 kg                                      40 + 2 ml/lg/jam setiap < 10 kg

o Anak­anak > 20 kg                     60 + 1 ml / kg / jam setiap > 20 kg

 Estimasi defisit cairan (EFD) sebaiknya dihitung dan diganti dengan cara :

o EFD = pemeliharaan x jam sejak asupan oral terakhir

o ½ EFD + pemeliharaan diberikan pada jam pertama

o ¼ EFD + pemelihataan diberikan pada jam ke­2

o ¼ EFD + pemelihataan diberikan pada jam ke­3

 Seluruh EFD sebaiknya diganti pada kasus-kasus besar. Untuk kasus kecil, 10-20
ml/kg solusi garam yang ditakar dengan atau tanpa glukosa biasanya sudah adekuat.

 Estimasi volume darah (EBV) dan kehilangan darah (ABL) sebaiknya dihitung pada
setiap kasus.

16.  Cairan pengganti apa yang paling sering digunakan pada anak­anak ? Mengapa?
Garam natrium yang ditakar (BSS) seperti RL dengan glukosa (D5RL) atau tanpa glukosa
(RL) direkomendasikan dalam hal ini. Pada bayi yang lahir baik, terlihat bahwa hipoglikemia
dapat terjadi pada anak sehat yang menjalani prosedur invasif jika tidak digunakan cairan
yang   mengandung   glukosa.   Namun   ditemukan   adanya   hiperglikemia   yang   terjadi   pada
mayoritas anak­anak yang telah diberikan solusi yang mengandung glukosa 5%. Beberapa
penulis menganjurkan penggunaan cairan yang mengandung glukosa 1% atau 2,5%. Yang
lain masih menggunakan solusi glukosa 5% untuk pemeliharaan, namun direkomendasikan
bukan BSS yang mengandung non­glukosa untuk  third space  atau kehilangan darah. Pada
operasi   mayor,   sangat   penting   untuk   memeriksa   kadar   glukosa   secara   berseri   dan   untuk
menghindari hiper­ atau hipoglikemia.

17.  Nilai­nilai EBV pada anak­anak?
USIA EBV (ml/kg)
Neonatus 90
Infan sampa 1 tahun 80
Lebih dari 1 tahun 70

18.  Cara mengkalkulasi (menghitung) jumlah kehilangan darah (blood loss)?

Dimana   ABL   =   kehilangan   darah,   EBV   =   estimasi   volume   darah,   px   =   pasien,   dan   hct
=hematokrit.   Nilai   hematokrit   terendah   bervariasi   antara   tiap   individu.   Transfusi   darah
biasanya dipertimbangkan saat hematorkit kurang dari 21­25%. Jika terdapat masalah pada
tanda­tanda vital, transfusi darah perlu diberikan lebih dini. Sebagai contoh, seorang infan
berusia 4 bulan dijadwalkan untuk rekonstruksi kraniofasial. Dia sehat, dengan asupan oral
terakhir diperoleh 6 jam sebelum tiba di ruang operasi. BB = 6 kg, hct preoperatif = 33%,
nilai hct terendah = 25%.
Pemeliharaan                        =  BB x 4 ml/jam = 24 ml/jam
EFD                                       =  pemeliharaan x 6 kg = 144 ml
EBV                                       =  BB x 80 ml/kg = 480 ml
EBL 

19.  Mengapa manifestasi hipovolemia berbeda pada anak­anak ?
Anak­anak yang sehat telah berkompensasi terhadap kehilangan volume akut sebesar 30­40%
sebelum   terjadi   perubahan   tekanan   darah.   Indikator   awal   yang   paling   jelas   pada   syok
hipovolemik yang terkompensasi pada anak­anak adalah takikardi persisten, vasokonstriksi
kutaneus, dan penurunan tekanan darah.

20.  Respon sistemik terhadap kehilangan darah ?
Respon Sistemik terhadap Kehilangan Darah pada Anak-anak
Sistem Kehilangan Kehilangan Darah Kehilangan Darah
Organ Darah <25 %  25­40%  > 45% 
Penurunan TD, 
peningkatan HR , 
bradikardi 
Nadi lemah dan 
mengindikasikan 
Jantung  cepat, HR  HR meningkat
kehilangan darah 
meningkat
yang berat dan 
mengarah ke 
kollaps sirkulasi
Perubahan LOC, 
Lesu, bingung, 
SSP kurang berespon  Komatous
cengeng
terhadap nyeri
Sianotik, penurunan 
Kedinginan, 
Kulit pengisian kapiler ,  Pucat, dingin
berkeringat
ekstremitas dingin
Ginjal Penurunan UOP UOP minimal UOP minimal
HR = denyut jantung, TD = tekanan darah, LOC = tingkat kesadaran, UOP = produksi urine

21.  Anestesi regional yang sering dilakukan pada anak­anak
Blok epidural kaudal adalah teknik anestesi yang paling sering dilakukan pada anak­anak.
Biasanya, pada anak­anak yang teranestesi diberikan tambahan analgesia intraoperatif dan
post­operatif.   Teknik   ini   paling   sering   dilakukan   untuk   pembedahan   ekstremitas   bawah,
perineum,   dan   abdomen   bawah.   Blok   epidural   thoraks   dan   lumbal   juga   dapat   digunakan
untuk penhilang nyeri pasca operasi. Namun hal ini sebaiknya dilakukan hanya oleh operator
yang berpengalaman.

22.  Anestetik lokal apa yang biasanya digunakan
Bupivakain   dengan   konsentrasi   0,125­0,25%   adalah   anestesi   lokal   yang   paling   sering
digunakan.   Bupivakain   0,25%   menghasilkan   analgesia   intraoperatif   yang   bagus   dan
menurunkan kebutuhan MAC pada anestesi inhalasi. Namun, obat ini dapat menyebabkan
blokade motorik yang mengganggu proses keluarnya pasien dari rumah sakit. Bupivakain
0,125% menghasilkan blok motorik pasca operatif yang minimal, namun tidak memberikan
analgesia   intraoperatif   dan   tidak   menurunkan   keperluan   MAC.   Gunter   memperlihatkan
bahwa bupivakain 0,174% menghasilkan analgesia intraoperatif yang baik dan blok motorik
yang minimal serta menurunkan kebutuhan MAC zat volatile.

23.  Dosisnya 
Dosis Anestesi Lokal yang Sering Diterapkan pada Blok Kaudal
DOSIS
TINGKAT BLOK JENIS OPERASI
(cc/kg)
0,5 Sakral/lumbal Penis, ekstremitas bawah
1 Lumbal/thoraks Abdominal bawah
1,2 Thoraks atas Abdominal atas
Dosis toksik bupivakain pada anak­anak = 2,5 mg/kg; pada neonatus = 1,5
mg/kg

24.  Apa yang dimaksud dengan blok fasia iliaka dan diindikasikan untuk apa ?
Blok fasia iliaka adalah teknik untuk menganestesi nervus femoral, obturator, dan kutaneus
lateralis.   Blok   ini   menghasilkan   analgesia   pada   paha   atas   dan   baik   untuk   pasien   yang
mengalami fraktur femur atau pasien yang menjalani prosedur­prosedur seperti osteotomi,
biopsi otot, atau grafting kulit.

25.  Gambarkan komplikasi pasca operasi yang tersering !

 Mual   dan   muntah  merupakan   penyebab   tersering   dari   tertundanya   waktu   keluar
pasien.   Terapi   terbaik   untuk   mual   dan   muntah   post­operatif   adalah   dengan
pencegahan. Menghindari opiod akan mungurangi insidensi mual dan muntah post­
operatif   sepanjang   ada   penghilang   nyeri   yang   adekuat   (seperti   berfungsinya   blok
kaudal pada pasien). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah pemberian cairan
intravena   dan   penghentian   asupan   oral.   Jika   muntah   menetap,   metoklopramid,
droperidol,   atau   ondansetron   dapat   dicoba.   Jika   muntah   tidak   teratasi,   pasien
sebaiknya diobservasi.

      Faktor­faktor yang Meningkatkan Insidensi Mual dan Muntah Pasca Operasi
Faktor Pasien Faktor Pembedahan/Anestesi
Pasien berusia > 6 tahun
Lama pembedahan > 20 menit
Riwayat mual dan muntah 
Bedah mata
sebelumnya
Tonsilektomi/adenoidektomi
Riwayat motion sickness
Pemberian narkotik
Mual pre­operatif
? Nitrous Oksida
Sangat gelisah saat preoperatif

 Masalah pernapasan, utamanya laringospasme dan stridor lebih sering ditemukan
pada anak­anak dibanding pada orang dewasa. Penatalaksanaan laringo­spasme antara
lain   :   oksigen   bertekanan   positif,   maneuver   Fink   (jaw   thrust   yang   nyeri),
suksinilkolin, dan intubasi ulang jika perlu. Stridor biasanya ditangani dengan oksigen
yang dihumidifikasi (dilembabkan), steroid, dan epinefrin rasemik.

KONTROVERSI

26.    Apa signifikansi rigiditas otot masseter ?
 Rigiditas   otot   masseter   terjadi   pada   1%   anak­anak   yang   menerima   halotan   dan
suksinilkolin. Tambahan natrium thiopental dapat mengurangi insidensi itu, meskipun
mekanisme kerjanya belum diketahui.

 Rigiditas otot masseter bisa jadi gejala pertama hipertermia maligna (MH), tapi juga
dapat terjadi pada pasien yang tidak diduga MH.

27.    Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami rigiditas otot masseter ?

 Sumber insidensi MH akibat rigiditas otot masseter masih kontroversi. Kebanyakan
penulis   percaya   bahwa   insidensinya   1%  atau   kurang;   namun   salah   satu   penelitian
terbaru   menunjukkan   bahwa   insidensi   itu   dapat   setinggi   59%   pada   pasien   yang
diperiksa melalui biopsi otot.

 Saat rigiditas otot masseter terjadi, masalah utama adalah apakah mengganti teknik
yang tidak memicu atau menghentikan prosedur. Penulis biasanya setuju pada teknik
yang tidak memicu dan operasi tetap dilanjutkan, kecuali terjadi tanda­tanda MH atau
spasme otot masseter yang berat sehingga intubasi tidak memungkinkan.

 Pasien sebaiknya dipantau setelah post operatif untuk melihat adanya peningkatan
kadar   kreatin   fosfokinase   (CPK)   dan   tanda­tanda   MH   yang   lain   (HR,   TD,   suhu,
mioglobin urine). Jika kadar CPK postoperatif > 20.000, pasien sebaiknya ditangani
dan didiagnosis sebagai MH. Jika CPK < 20.000, namun masih meningkat signifikan,
penatalaksanaan   MH   sebaiknya   dipertimbangkan,   termasuk   biopsi   otot.   Jika   CPK
normal atau meningkat minimal, pasien mungkin tidak berisiko MH.

28.   Gambarkan penatalaksanaan pasien yang mengalami infeksi saluran napas atas ?
1.   Risiko memburuknya pernapasan setelah dua minggu menderita infeksi saluran napas atas
(ISPA), 9­11 kali lebih besar. Penyebab gangguan pulmonal antara lain :

 Penurunan kapasitas difusi oksigen

 Penurunan kemampuan pengembangan dan peningkatan resistensi

 Penurunan volume akhir

 Meningkatnya   shunting   (ketidaksesuaian   ventilasi­perfusi),   ambilan   oksigen   paru


lebih cepat

 Peningaktan insidensi hipoksemia
 Peningkatan reaktivitas jalan napas

2.   ETT meningkatkan risiko gangguan pernapasan
3.   Rekomendasi umum untuk anak­anak dengan ISPA ringan

 Mendiskusikan peningkatan risiko dengan pasien

 Mencoba untuk menghindari intubasi

 Penggunaan antikolinergik untuk menurunkan sekresi dan reaktivitas jalan napas

4.    Pada anak­anak yang demam, ronkhi yang tidak jelas dan batuk, sinar X dada abnormal,
hitung sel darah putih yang tinggi, atau penurunan derajat aktivitas sebaiknya dibuat jadual
ulang.

29.  Apa keuntungan dan kerugian sistem sirkuit dan sirkuit bain pada anak­anak?
Keuntungan dan Kerugian Sistem Sirkuit dan Sirkuit Otak Bain
Sirkuit Keuntungan Kerugian
∙    Konsentrasi gas inspirasi yang  ∙    Desainnya rumit, katub satu 
relatif konstan arah
∙    Kelembaban dan panas lebih 
Sistem Sirkuit 
alami ∙    Bayi kecil (< 10 kg) harus 
∙    Polusi pada ruang operatif  bernapas lebih kuat untuk 
minimal mengatasi resistensi katub
∙    Ringan ∙    Kebanyakan mesin anestesi 
∙    Baik untuk ventilasi spontan  memerlukan pemasangan 
atau terkontrol khusus pada alat ini
∙    Resistensi minimal
Sirkuit Bain
∙    Gas yang diekshalasi dari luar 
pipa membuat gas yang akan 
diinspirasikan lebih hangat dan  ∙    Pipa dalam dapat bengkok atau 
lebih lembab (dalam teori)  tidak terhubung

30. Apakah orang tua dibolehkan untuk menemani anaknya saat induksi anestesi ?
Anak­anak yang lebih muda dapat sangat gelisah dan ketakutan saat mereka dipisahkan dari
orang tuanya sebelum pembedahan. Mengizinkan orang tua untuk menemani anak di ruang
operasi dapat memfasilitasi induksi anestesi pada beberapa kasus. Orang tua dan anak­anak
sebaiknya diberitahu dan disiapkan menganai apa yang akan dilakukan. Orang tua sebaiknya
siap meninggalkan ruang operasi saat anestesiologis yakin hal tersebut memang lebih tepat.
Keberadan orang tua sering merasa gelisah, enggan, dan histeris di ruang operasi dapat sangat
mengganggu.   Seorang   anestesiologis   yang   tidak   nyaman   dengan   mengizinkan   orang   tua
pasien untuk ikut serta saat induksi mungkin sebaiknya tidak mengizinkan mereka untuk ikut
serta.   Pada   anak­anak   yang   tidak   kooperatif   atau   ketakutan,   keberadaan   orang   tua   dapat
bermanfaat, namun juga dapat sebaliknya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotum
b.Resiko kerusakan integritas kulit :skorotum b.d adanya gesekan dan peregangan jaringan
kulit skrotum.
c. Perubaan body image :citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.
d. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.

2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post operasi.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan
postop, program penatalaksanaan.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN PELAKSANAAN


1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman(nyeri) b.d pembengkakan skrotum
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang bahkan
hilang
Kriteria hasil : Pembengkakan skrotum berkurang, Klien merasa nyaman, nyeri klien
berkurang bahkan hilang Skala nyeri 0-3.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan PQRST.
RASIONAL : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.
2. Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati saat
beraktifitas dan meringis
RASIONAL : mendeskripsikan tingkat nyeri
3. Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya duduk
dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri
4. Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan aktifitas senggang.
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
5. Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari ), cek adanya keluhan
nyeri.
RASIONAL : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah diberikan.
6. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
RASIONAL : mengurangi sensasi nyeri.
b. Resiko kerusakan integritas kulit : skrotum b.d adanya gesekan dan peregangan
jaringan kulit skrotum.
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak terjadi,
Kriteriahasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.
Intervensi :
1. Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area pembesaran
( lipatan paha ).
RASIONAL : mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukani ntervensi
selanjutnya.
2. Berikan salep atau pelumas.
RASIONAL : mencegah kerusakan kulit.
3. Kurangi aktifitas klien selama sakit.
RASIONAL : mencegah kerusakan yang lebih parah.
4. Berikan posisi yang nyaman : abduksi.
RASIONAL : memberikan sirkulasi bagi aliran darah.
5. Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.
RASIONAL : mencegah iritasi yang lebih parah.

c. Perubahan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum


Tujuan : Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya
adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa penyakit ini dapat
disembuhkan.
Kriteria Hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas seubungan
dengan situasi saat ini.
RASIONAL : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
2. Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif menggunakan pengingkaran
atau perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
RASIONAL : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
3. Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama.
RASIONAL : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan pedoman untuk
mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut
4. Akui kenormalan perasaan.
RASIONAL : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien untuk
menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif.
5. Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai
orang cacat.
RASIONAL : menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan harga
diri dan orang lain.
6. Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar menghadapi
kondisianaknya.
RASIONAL : memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang
mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.

d. Ansietas pada orang tua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat anak.
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orang tua memahami dan mengerrti
tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya,
Kriteria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
Intervensi:
1. Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh anaknya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang
prosedur.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum tindakan dilakukan.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang
prosedur.
3. Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
RASIONAL : mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan
pada anak.
4. Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang
prosedur.
2. Post Operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post operasi
Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal,
panas, perubahan fungsi.
Intervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun menggunakan sarung tangan
steril.
Rasional : mengurangi kontaminasi silang
2. Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan
Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism.
3. Gunakan teknik steril pada waktu penggatian balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan,
misalnya jalur invasive.
Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4. Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi dari
kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan


postop, program pentalaksanaan.
Tujuan : Klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan potensial
komplikasi.
Intervensi :
1. Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.
RASIONAL : mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang berlebihan.
2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic
RASIONAL : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas kembali pulih
normal.
3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali
ke dokter untuk mengangkat jahitan / pengikat.
RASIONAL : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi, meningkatkan
penyembuhan dan program perbaikan.
4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan nyeri;
edema/eritema luka, adanya drainase, demam.
RASIONAL : upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh : lambatnya
penyembuhan.

c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan.


Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang.
Kriteria Hasil : skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.
Intervensi :
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan cepat.
RASIONAL : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
2. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
RASIONAL : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
3. Dorong ambulasi dini.
RASIONAL : meningkatkan normalisasi fungsi organ.
4. Berikan aktivitas hiburan.
RASIONAL : focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
5. Berikan analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL : menghilangkan nyeri mempermuda kerja sama dengan intervensi terapi lain
contoh batuk dan ambulasi.

D. EVALUASI
1. Pre operasi
a. Nyeri klien berkurang bahkan hilang.
b. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
c. Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.
d. Orangtua tidak cemas.

2. Post operasi
a. Tidak terjadi infeksi.
b. Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan pengobatan.
c. Nyeri klien tidak berlangsung lama.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga, berat/panjang bayi
saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan
infeksi saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
3. Pengkajia Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di
rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Kuping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis perkembangan
/keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan
• Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas.
• Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis
• Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
• Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
C. INTERVENSI
1. DX.1 : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain dan krisis
perkembangan / keadaan dari orang lain terdekat mungkin muncul ke permukaan.
NOC.: Family kuping
KH :
a. Mengatur masalah
b. Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
c. Menggunakan startegi pengurangan stress
d. Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Family Support
a. Dengarkan apa yang diungkapkan
b. Bangun hubungan kepercayaan dalam keluarga
c. Ajarkan pengobatan dan rencana keperawatan untuk keluarga
d. Gunakan mekanisme kopoing adaptif
e. Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga utnk menambahkan kopoing yang efektif.

2. DX.II: Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh
bagian atas.
NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor lingkungan faktor resiko
b. Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
c. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Monitor perubahan status kesehatan
e. Monitor faktor resiko individu
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Aspiration Precaution


a. Monitor status hormonal
b. Hindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal
c. Tawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
d. Sarankan untuk berkonsultasi ke Patologi
e. Posisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
f. Cek NGT sebelum memberi makan

3. DX. III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak seimbangan


NOC :
a. Menggunakan pesan tertulis
b. Menggunakan bahasa percakapan vokal
c. Menggunakan percakapan yang jelas
d. Menggunakan gambar/lukisan
e. Menggunakan bahasa non verbal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Perbaikan Komunikasi
a. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
b. Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas.
c. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
d. Mendengarkan pasien dengan baik
e. Memberikan reinforcement/pujian positif pada keluarga
f. Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas

4. DX. IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
NOC : Status Nutrisi
KH :
a. Stamina
b. Tenaga
c. Penyembuhan jaringan
d. Daya tahan tubuh
e. Pertumbuhan (untuk anak)
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Nutrition Monitoring
a. BB dalam batas normal
b. Monitor type dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
c. Monitor interaksi anak/orangtua selama makan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
f. Monitor turgor kulit
g. Monitor rambut kusam, kering dan mudah patah
h. Monitor pertumbuhan danperkembangan

5. DX. V : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


NOC : Tingkat Kenyamanan
KH :
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
b. Mampu mengenali nyeri (skal), intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri.
c. TTV dalam batas normal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pain Management
• Kaji secara komprehensif tentang nyeri meiputi : Lokasi, karkteristik, durasi, frekwensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
• Observasi isarat-isarat non verbal dari ketidaknyamanan
• Gunakan komunikasi teraupeutik agar pasien dapat nyaman mengekspresikan nyeri.berikan
dukungan kepada pasien dan keluarga.

6. DX. VI : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif


NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor gejala kemunduran penglihatan
b. Hindari tauma mata
c. Hindarkan gejal penyakit mata
d. Gunakan alat melindungi mata
e. Gunakan resep obat mata yang benar
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Identifikasi Resiko


a. Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan rencana berkelanjutan
b. Menentukan sumber yang finansial
c. Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko
d. Menentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan

Phimosis
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak
sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urine keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian
setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk,
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka.
Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara
preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan
debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan
perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil
dan dapat ditarik ke proksimal.
Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis
tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala
penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

Tanda dan gejala fimosis diantaranya :


1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai buang air
kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urin
yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis
sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketikaakan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga6. Bisa juga disertai demam7. Iritasi pada penis.

Asuhan Keperawatan
I.Pengkajian
pada pasien fimosis, penis memiliki ukuran yang jauh dibawah rata-rata, anak susuah
berkemih kadang-kadang sampai kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau
anak sering menangis keras sebelum urine keluar, apabila sudah terjadi infeksi dibawah kulit
pada penis yang tidak disunat penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak
serta bisa menyebabkan penyempitan uretra
II.Diagnosa keperawatan
1.Nyeri b.d kesulitan berkemih karena terjadi penyempitan prepusium.
2.Resiko tinggi infeksi b.d penyempitan lubang prepusium.
III.Intervensi
I.Diagnosa
1. Nyeri b.d kesulitan berkemih karena terjadi penyempitan prepusium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.
KH :
nyeri berkurang atau hilang
mengidentifikasi sumber nyeri
mengidentifikasi aktifitas yag meningkatkan dan menurunkan nyeri.
Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri.

Intervensi
1.a. kaji pengalaman nyeri anak.
b. tentukan konsep anak tentang penyebab nyeri.
c. minta anak untuk menunjukan area yang sakit.
2.tingkatkan rasa nyaman.
3.alihkan perhatian anak dg cerita maupun mainan.
4.Bantu anak mengatasi akibat nyeri dengan cara :
a.Katakan pada anak kapan prosedur yang menyakitkan akan segera berakhir.
b.Gendong anak kecil untuk menunjukan prosedur telah selesai.
c.Berikan dorongan pada anak untuk menggambarkan nyerinya.

II.Diagnosa II
Resiko tinggi infeksi b.d penyempitan lubang prepusium.
Tujuan : setelah dilkukan perawatan 2x24 jam tidak ada tanda-tanda infeksi.
KH : bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di RS.
Intervensi :
• pantau terhadap tanda2 infeksi ( misi letargi, kesulitan makan, muntah, kestabilan suhu, dan
perubahan warna tersembunyi)
• ajarkan tanda infeksi pada daerah sirkumsisi (misi perdarahan, peningkatan kememerahan,
atau bengkak yang tidak biasanya)
• kurangi kerentanan individu terhadap infeksi.
Tumor Wilms
Anatomi dan fisiologi
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang
mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan
air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra,
meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).
fungsi ginjal adalah untuk:
• menyaring limbah metabolik
• menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
• membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
• membantu mengatur tekanan darah
• membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang
berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus).
kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
B. Defenisi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitive
diginjal.
Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi
kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
C. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor Wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
• Kelainan saluran kemih
• Aniridia (tidak memiliki iris)
• Hemihipertrofi (pembesaran separuh bagian tubuh). Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi
biasanya tetap berada dalam kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak.
Biasanya umur rata-rata terjangkit kanker ini antara 3 - 5 tahun baik laki-laki maupun
perempuan
D. Patofisiologi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitif diginjal, makroskapis ginjal akan tampak membesar dan keras sedangkan gambaran
histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan
gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Biasanya unilateral dan
hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali
ke tulang.
E. Gejala
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan
hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal
sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises.
Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain
yang bisa muncul adalah :
- Malaise (merasa tidak enak badan)
- Nafsu makan berkurang
- Mual dan muntah
- Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi).
Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
F. Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik, bisa dirasakan adanya benjolan di perut.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
• CT scan atau MRI perut
• USG perut
• Rontgen perut
• Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
• Pemeriksaan darah lengkap (mungkin akan menunjukkan anemia)
• BUN
• Kreatinin
• Urinalisis (analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya dadrah atau protein dalam air
kemih)
• Pielogram intravena.
G. Pengobatan
Jika tumor dapat diangkat, maka segera dilakukan pembedahan.
Selama pembedahan, ginjal yang lainnya diperiksa untuk menentukan apakah juga terserang
tumor. Pada sekitar 4% kasus, nefroblastoma terjadi pada kedua ginjal.
Selama pembedahan juga dilakukan pemeriksaan terhadap kelenjar getah bening, organ perut
dan jaringan lainnya; jika kanker telah menyebar, dilakukan pengangkatan organ-organ
tersebut.

Terapi penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat anti-kanker, seperti actinomycin D,


vincristine atau doxorubicin) segera dimulai setelah pembedahan, tergantung kepada luasnya
penyebaran kanker.
Prognosis
Jika kanker belum menyebar dan dilakukan pembedahan serta kemoterapi atau terapi
penyinaran, angka kesembuhan mencapai 90%.
I. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan
panas hanya sutu hari pertama sakit.
3. pengkajian fisik
4. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi
karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien
mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan
sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium
pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria
,proteinuri, hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya
hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah
sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien
mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan
pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi
yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA
munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi
pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.
Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang
baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
5. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap darah
yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium
ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi
didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan
pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan
gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi
kedalam paru-paru.
3. Diagnosa keperawatan yang bisa muncul
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit
yang mengancam kehidupan
4. Rencana Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan yang ditujukan
pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat
2. Kaji perubahan edema dan Pembesaran abdomensetiap hari
3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin
5. Atur masukan cairan dengan cermat
6. Berikan diuretik sesuai order dari tim medis Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar
penentuan tindakan
Indikator akumulasi cairan dijaringan dan dirung ketiga
BJ Urine dan albuminnuria menjadi indikator regimen terapi
Sehingga anak tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan
Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dalam mengurangi oedema
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat
memperburuk status nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk
Membantu dalam proses metabolisme.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan pasien
minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan adanya penyimpangan dari normal
3. Berikan albumin bergaram rendah sesui indikasi Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid sehingga mempertahangkan cairan dalam vaskuler
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
4. berikan obat dengan jadwal preventif
5. hindari aspirin atau senyawanya Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan kecenderungan pendarahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring bilah terjadi edema berat
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi
3. intrusikan pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit
yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur
2. Jelaskan prosedur operatif dengan jujur
3. Jelaskan tentang proses penyakit
4. Bantu keluarga merencanakan masa depan khususnya dalam membatu anak menjalani
kehidupan yang normal Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya

HERNIA
Konsep Dasar
Hernia merupakan tonjolan suatu bagian dari satu atau beberapa organ lewat lubang yang
abnormal. Hernia pada bayi perlu mendapat penanganan sesegera mungkin. Karena jika
dibiarkan, bisa mengakibatkan komplikasi dan membahayakan bayi. Beberapa kasus hernia
membutuhkan tindakan operasi, namun ada juga yang tidak.
Saat pemeriksaan, dokter akan meraba isi hernia dengan ujung jarinya. Dengan begitu, ia bisa
tahu apakah isi hernia masih bisa dimasukkan kembali ke tempatnya semula tanpa operasi
atau tidak.
Pada bayi, proses masuknya kembali isi hernia bisa terjadi secara spontan. Ini karena cincin
hernia pada bayi masih elastis, terutama bila lubang hernia pusarnya lebih kecil dari 1 cm.
Tutup saja lubang hernia dengan kain kasa yang diberi uang logam di dalamnya, lalu
tempelkan di atas pusar. Umumnya, cincin hernia pada pusar yang tanpa komplikasi ini akan
tertutup sendiri ketika ia berusia 12-18 bulan.
Operasi baru dilakukan bila ukuran lubang hernia bayi sekitar 1,5 cm atau lebih. Pada kondisi
seperti ini, lubang tidak mungkin menutup sendiri. Meski begitu, operasi bisa saja dilakukan
secara terencana bila hernia tetap ada sampai anak memasuki usia sekolah. Untuk hernia pada
lipatan paha, operasi adalah terapi terbaik. Karena, pada hernia jenis ini risiko untuk terjadi
jepitan jauh lebih besar. Operasi harus segera dilakukan untuk menyelamatkan organ yang
terjepit dalam kantung hernia. Biasanya, operasi dilakukan bila hernia menetap sampai bayi
berusia 3 bulan.
Usai operasi, orang tua sebaiknya tetap memantau kondisi bayi. Sebab, hernia dapat kambuh
lagi bila terjadi peningkatan tekanan di dalam perut. Misalnya, ia batuk hebat atau sembelit.
Penyebab
Hernia terjadi karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita
semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum
(kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan.
Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak
mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial
mengalami hernia.
Selain itu, ada jenis hernia insisional, yakni yang terjadi setelah suatu pembedahan. Karena
setelah pembedahan biasanya kekuatan jaringan tidak seratus persen kembali seperti semula,
daerah itu kemudian menjadi lemah dan dapat mengalami hernia.

Tanda dan Gejala


•Benjolan di lipatan paha.

Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat barang-barang
berat. Benjolan itu akan hilang bila penderita berbaring. Tidak ada keluhan nyeri. Nyeri akan
terasa bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang mengakibatkan pembuluh darah
disekitarnya terjepit. Pada anak-anak, terjepitnya isi hernia lebih sering terjadi pada usia
kurang dari 2 tahun.
• Anak menangis dan gelisah
Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di lipatan paha
tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.
• Terasa nyeri
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan terasa nyeri. Apalagi bila akhirnya
terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya
menjalar kemana-mana serta meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti ini,
maka disebut gawat darurat yang harus segera ditangani, karena dapat mengancam nyawa
penderita.

Masalah yang sering dialami


1. Hernia Diafragmatika ( Protusio organ Abomen lewat lubang pd diafragma )
Gejala : gawat nafas ringan hingga berat dan terjadi dalam beberapa jam sesudah dilahirkan,
takipnea, sianosis, dispnea, tidak terdengar suara nafas pada daerah yang terkena
Diagnosis : dicurigai berdasarkan gejala yang dipastikan oleh hasil pemeriksaan radiologic ;
kerap kali diagnosis ditegakkan pada periode prenatal yaitu pada kehamilan minggu ke 25.

2. Hernia Hiatus ( protrusion struktur abdomen lewat hiatus esophagus


Gejala : disfagia, gejala tumbuh kembang, vomitus, derfomitas leher, problem respirasi yang
sering dan tidak bias dijelaskan sebabnya, perdarahan; biasanya hernia hiatus disertai dengan
refluk gastroesofagus ; dapat menyebabkan volvulus lambung dan obstruksi
Diagnosis : dibuat dengan pemeriksaan fluoroskopi
3. Hernia Abdominal
Umbilikalis (kelemahan pada dinding abdomen disekitar umbilicus; penutupan dinding
abdomen yang tidak lengkap sehingga usus menonjol keluar lewat lubang pada dinding
tersebut.
Gejala : ditemukan melalui inspeksi dan palpasi abdomen. Insiden tinggi terlihat pada bayi
premtur dan biasanya hernia abdominal menutup spontan pada usia 1-2 tahun

Omfalokel ( protusio visera intra abdomen lewat defek pada dinding abdomen ke dalam
pangkal tali pusat; kantong tertutup dengan peritoneum tanpa kulit
Gejala : tampak jelas pada inspeksi lakukan observasi untuk menemukan malformasi lain.

Perencanaan Tindakan
1. Hernia Diafragmatika
Terapeutik :
Terapi suportif gawat nafas dan koreksi asidosis, kemungkinan dilakukan pemasangan slang
endotrakeal, dekompresi GI dan ECMO. Pemberian antibiotic sebagai terapi profilaktik.
Pembedahan untuk reposisi hernia dan perbaikan defek.
Keperawatan :
Prabedah : mengurangi stimulasi aktifitas lingkungan dan perawatan. Mengenali denga
segera resusitasi dan stabilisasi. Mempertahankan pengisapan, pemberian oksigen dan cairan
infuse, mengatur posisi dan kepala ditegakkan
Pasca bedah : melakukan perawatan pasca bedah secara rutin dan observasi. Meredakan nyeri
dan memberikan rasa nyaman. Mendukung keluarga

2. Hernia Hiatus
Terapeutik :
Penatalaksanaan gejala refluk : gastroesofagus, pengaturan posisi, terapi farmakologis dan
penatalaksanaan diet.
Tindakan pembedahan kalau komplikasi berhubungan dengan refluk : gastroensofagus
kendati sudah dilakukan penanganan medis
Keperawatan :
Waspada pada tanda yang signifikan dan melaksanakan perawatan pasca bedah rutin

3. Hernia Abdominal
Terapeutik :
Tidak dilakukan terapi pada defek yang kecil. Operasi perbaikan dilakukan jika hernia
abdominal bertahan sampai usia 4-6 tahun atau jika lebar defek tersebut >1,5-2 cm pada usia
2 tahun
Keperawatan :
Jangan menganjurkan terapi alternative ( mis : pemasangan sabuk pada perut , mata uang
logam). Menentramkan kekhawatiran orang tua.

También podría gustarte