Está en la página 1de 6

3.2 Saran- saran.

3.2.1 Kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Brahman (Hyang Widhi) harus selalu mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama perbuatan yang ditujukan kepada orang tua
haruslah sesuai dengan sesana kita sebagai anak sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan yang
sejati.
3.2.2 Apabila kita memiliki orang tua yang sudah meninggal tetapi belum di aben maka kita sebagai
anak harus melaksanakan hal tersebut, karena itu merupakan kewajiban kita sebagai anak.

Pada pelaksanaan Pitra Yajna biasanya diperlukan perlengkapan upacara baik


sebagai tempat maupun simbol- simbol yang diperlukan pada setiap tahapan
upacara antara lain :

1.Pepaga/tandu dan leluwur


Pepaga/pandyusangan adalah bale terbuat dari bambu diberialas tikar yang
digunakan untuk memandikan sawa yang baru meninggal, dengan panjang ukuran
jenasah ditambah dua jengkal, lebar 80 cm (disesuaikan). Tinggi pepaga setinggi
pusar manggala karya (kelian) dan empat tiangnya dibuat setimggi 175 cm yang
diujung diatas tiang tersebut dipasangkan “leluwur” dari kain putih.

2.Lante/rante
Dibuat dari sebitan paenjalian atau rotan. Penjalin ini digulungkan dengan
tali “ketikung” yang dibuat dari penjalin. Ketekung adalah perubahan dari ulat
menjadi kupu-kupu. Demikianlah diibaratkan manusia mati, yang merupakan
proses untuk lahir kembali menjadi manusia.

3.Tumpang Salu
Adalah tempat dimana sawa yang ada dalam peti bandusa mendapatkan
penyucian (Samskara) oleh Pandita. Tumpang Salu ini dibuat dari bamboo gading.
Balainya diikat dengan kawat Panca Datu yaitu emas, perak, tembaga, timah, dan
besi. Dengan demikian, balainya merupakan symbol dari bumi. Dinding
belakangnya bertumpang. Oleh karenanya bale ini disebut “Tumpang Salu”.
Tumpang Salu merupakan “pelinggihan” Sawa dan rohnya. Ia diibaratkan Naga
Tatsaka yang akan menerbangkan roh.

4.Pelengkungan
Penutup Tumpang Salu yang dibuat dari sebitan bambu yang diulat seperti
bedeg jarang, panjangnya sampai menutup Tumpang Salu sehingga tidak kelihatan.

5.Pengulungan
Dibuat dengan tikar dan kain putih (kasa). Kain putih yang bertuliskan
“Padma”dengan aksara “Walung Kapala”. Aksara Walung Kapala adalah aksara
kulit manusia. Jadi pengulungan adalah simbolik dari kulit itu sendiri.

6.Tatindih
Adalah kain sutra putih yang dikerudungkan pada Sawa, adalah merupakan
simbolik selimut.

7.Wadah atau bade


Adalah pengusungsan Sawa untuk pergi ke setra.

8.Tragtag
Adalah tangga untuk menaikkan Sawa ke wadah. Tangga ini
melambangkan undagan yang menuju ke Sorga. Tragtag ini dibuat dari bamboo.
Besar kecil dan tinggi rendahnya, tergantung tinggi rendahnya wadah.

9.Ubes-ubes
Adalah sejenis papecut yang mempergunakan bulu merak pada ujungnya.
Ubes-ubes ini berfungsi mangarahkan roh dalam perjalanan.

10.Iber-iber
Berupa ayam atau burung. Binatang ini diterbangkan ketika sawa mulai
dibakar, sebagai simbol perginya Atma dari badan ke asalnya.

11.Penuntun
Sarananya terdiri dari tulup, yang ditancapkan pada beruk yang berisi
“jijih”.Beruk ini dialasi wajan yang dilengkapi bebanten pras dan penyeneng, lalu
dibungkus dengan kain putih. Beruknya dialasi dengan daun tunjung dan
dibungkus dengan kaping. Pada tulup memakai single uang kepeng 225 lalu
dihubungkan dengan benang tiga tukel (tridatu). Benang ini nantinya disambung
dengan tali dihubungkan dengan Sawa pada bandusa/wadah dll. Penuntun ini
berfungsi untuk menuntun orang yang sudah meninggal, guna kembali kepada
asalnya. Dipakainya tulup sebagai alat penuntun, karena tulup bisa mengarahkan
kepada tujuan yang ingin dicapai.

12.Tah/Arug/Sabit mabakang-bakang
Sabit ini berfungsi untuk merabas apa saja yang menghalangi perjalanan
Atma untuk kembali ke asalnya.

13.Gender
Adalah gambelan yang memakai laras selendra. Ia merupakan tanguran
yang mengasikkan mengiringi kepergian Atma, dibunyikan mengiringi wadah

14.Petulangan
Adalah tempat untuk membakar Sawa. Bermacam-macam jenisnya, sesuai
penugrahan mereka pada Prastastinya. Ada yang mampergunakan Tabla atau peti,
Gagunungan, Ikan, Gajah mina, Singa, Singa Ambara, Lembu.Penggunaan
petulangan ini juga menunjunkan kekeuasaan leluhurnya dahulu.Petulangan ini
adalah fungsi untuk nmembakar Sawa atau tulang. Penggunaan petulangan ini
diatur dalam PrasastiMasing-masing warga.

15.Bale Gumi
Adalah bale yang berundag tiga dengan lantainya tanah. Bale Gumi adalah
tempat Sawa yang akan dibakar. Oleh karenanya juga disebut “bale pamuhun”
.Seperti namanya Bale Gumi berfungsi sebagai bumi.

16.Sekarura
Adalah bunga kwangen bercampur uang kepeng, yang akan ditaburkan
sepanjang jalan. SEkarura ini merupakan persembahan kepada para Bhutakala agar
tidak menghalangi perjalanan roh.

17.Bale Lunjuk atau Bale Salunglung


Bale ini ditancapkan Bale Gumi. Bale Lunjuk bertiang 4 dan beratap.Bale
ini dibuat dari bambu gading Pada atapnya “meringring” dengan hiasan warna –
warni. Bale salunglung artinya Bale keindahan atau keasrian. Di bawah ini Sawa
itu dibakar.

18.Cegceg
Adalah beberapa butir padi yang dimasuki uang kepeng. Sepanjang jalan
cegceg ini diletakkan dipinggir jalan yang berfungsi sebagai oleh-oleh Atma untuk
kembali ke asalnya.
19.Sanggah Cucuk dan Damar kurung
Adalah sejenis sanggah yang dipakai untuk persembahan kepada
Bhutakala. Sanggah ini ditancapkan pada pintu keluar pekarangan. Dibawah
sanggah cucuk digantung ”Damar kurung” yang dibuat dari kelapa yang dibagi
dua. Yang dipakai bagian bawah, lalu dikurung dengan bingkai bambu dan upih.
Damar kurung berfungsi menyuluhin Marga Sanga artinya menyinari jalan
Sembilan, yakni jalan yang akan dilalui oleh Atma menuju Sorga. Damar kurung
dipergunakan saat pengabenan maupun penyekahan.

20.Tetukon
Simbol dari keseluruhan satu sosok tubuh manusia. Sebagai alasnya adalah
sok tempeh tembong yang didalamnya dimasukkan berbagai isi alam sebagai
symbol kepala, mata, telinga, hidung, pererai, leher, tubuh, dan isinya,tangan dan
kaki.

21.Pangrekan
Adalah kumpulan kwangen sebagai simbul Padma Terdiri dari22 kwangen
dengan masing-masing berisi uang kepeng.Sebuah diisi 5 (paling atas yang lainnya
masing-masing 2. Pangrekan ini sebagai symbol Padma atau Bumi.
22.Pisang jati (Adegan)
Adegan artinya perwujudan dari orang mati tempat berstananya Panca
Maha Bhuta. Adegan ini terdiri dari ortenan daun rontal dengan dihiasi kertas
sedemikian rupa,lengkap dengan rambutnya.Pada ortenan daun rontal ini
ditancpkam lukisan orang-orangan, yang dilukiskan pada sebilah kayu cendana
atau majegau. Lalu dihadapannya ditaruh anak pisang . Karenanya upakara ini
disebut Pisang Jati. Pisang Jati merupakan simbolik dari swadarma manusia utama.
Ia tidak akan berhenti nangun yasa kerti atau jasa. Bagaikan si pisang, tidak akan
mati sebelum dapat mempersembahkan buahnya yang lezat. Pisang Jati diletakkan
pada hulu dari pada Sawa, sebagai perwujudan manusia utama.
23.Puspa lingga
Sama seperti Adegan, namun pada saat ini Panca Maha Bhuta sudah
menjadi Panca Tan Matra.
24.Angenan
Dibuat dengan kelapa yang dihaluskan kulitnya, ditancapkan bingkai yang
dilingkari benang tridatu. Didalamnya fibuatkan dammar minyak kelapa dari kulit
telur ayam. Siginya dari kapas. Angenan ini adalah symbol jantung. Ia berupa sinar
yang memberikan hidup semua organ tubuh. Angenan ini diletakkan di atas hulu
ati Sawa.
25.Kreb Sinom
Kreb Sinom artinya krudung muda atau krudung sari. Disebut juga Kreb
Sari. Peralatan ini berfungsi sebagai krudung.
26.Kajang
Kajang artinya selimut. Adalah kain putih yang bertuliskan Sad Dasa
Aksara. Kajang adalah symbol daripada kulit.
27.Sok bekel/Ponjen
Adalah nerupakan bekal bagi orang yang akan kembali kepada asalnya. Isis
ok bekel ini antara lain : Sanggar surya, Cermin, jinah bolong 200, isi ceraken, tiuk
atau pengutik.Sok bekel ini dihias kain putih, beralaskan bokor bersama
gagutuk.Sok bekel ini diletakkan di atas perut Sawa. Seperti namanya sok bekel,
peralatan ini merupakan bekel bagi Sawa untuk kembali keasalnya.
28.Gegutuk/Gerutuk
Berupa bantal /galeng segi empat kecil-kecil, didalamnya berisi bunga-
bunga kering, lalu dililit sama benang yang berwarna paideran, disulam dengan
dasar bentuk senjata nawa sanga.
29.Lis pering
Adalah sepasang lis yang dibuat dari ron jaka. Lis pering ini adalah symbol
dari bumi dengan isinya. Lis ini diletakkan pada kaki Sawa dengan berdiri. Hal ini
merupakan simbolik, bahwa ia tetap berdiri diatas bhumi.
30.Jempana
Adalah wahana untuk menghanyutkan atau melarung sekah atau tulang
yang telah dihaluskan.
31.Kesi-kesi deling/ Jemek
Dibuat dari daun rontal berupa deling, ditaruh pada sebuah wakul kecil
yang berisi beras 3 genggam dan uang kepeng 200, benang satukel. Deling
diberikan pakaian, diisi daun ancak beringin. Dikasi muka (prarai) dari cendana.
Dan dikasi rambut. Kesi-kesi deling ini adalah simboldari Atma . Kesi-kesi deling
ini diletakkan bagian hulu tempat Sawa.
32.Ampilan
Dibuat dari bambu kuning memakai baju kain putih untuk yang sudah
kawin dan yang kuning untuk yang belum kawin.Seperti orang-orangan kepalanya
dibuat seperti keranjang berisi 25 kepeng uang pada pucuknya, cawan berisi arang
dibungkus dengan kain putih.
33.Bale pawedaan
Adalah bale tempat Sulinggih mepuja, terbuat dari kayu dan atapnya dari
alang-alang.
34.Sunari
Sebatang bamboo yang dilobangi sedemikian rupa sehingga kalau
ditempuh angin akan mengeluarkan suara yany indah bagai seruling. Sunari ini
dipancangkan di keempat sudut areal balai payadnyan. Suara sunari ini berfungsi
untuk memohon kepada Dewa Wisnudan Dewi Laksmi untuk melindungi dan
melimpahkan kecukupan sandang pangan dan keperluan lain dalam upacara Atma
wedana.
35.Sanggar Tutuwan/Sanggar Surya/Sanggar Tawang
Adalah sanggar untuk mempersembahkan banten upasaksi kepada Surya.
Pada Sanggar ini disertakan byu lalaung dan peji udu.
Note: Uperengga di atas merupakan hal secara umum, tidak menutup
kemungkinan di tiap-tiap daerah ada hal-hal khusus yang merupakan ciri khas
lokal

También podría gustarte