Está en la página 1de 21

Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan,

Konsentrasi Kepemilikan, Dan Jenis KAP Terhadap


Pengungkapan Aset Biologis
(Pada Perusahaan Agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

ABSTRACT
The Central Bureau of Statistics was data showing Indonesia's agricultural growth rate in the
first quarter of 2016 was only 1.85%. This growth rate has decreased significantly when
compared with the same quarter of 2015 which reached 4.03%. This needs to be a concern
for the government, society, and agricultural companies, because the agriculture sector is one
of the spine in the national economic development. The purpose of this research is to examine
and analyze the effect of biological asset intensity, firm size, concentration of ownership, and
KAP type on the disclosure of biological assets in agricultural companies listed in Indonesia
Stock Exchange period 2012-2015. The type of this research is descriptive verification. The
population in this study is all agricultural companies listed in Indonesia Stock Exchange,
where the sample is selected by purposive sampling method. Through this method 18
companies are selected. The method of data collection is documentary study. The analysis
method used in this study is multiple linear regression analysis. The results of this study
indicate that biological asset intensity, and firm size have a significant positive effect on the
disclosure of biological assets. The ownership concentration has no effect on the disclosure of
biological assets, and KAP types has a negative significant effect on the disclosure of
biological assets in agricultural companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the
period 2012-2015.
Keywords: Biological asset intensity, ownership concentration, KAP type, Disclosure of
biological assets

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat
besar, serta beriklim tropis. Sudah seharusnya Indonesia menjadi negara yang maju
khususnya dalam bidang pertanian. Namun, kondisi pertanian Indonesia pada saat ini
sangat terpuruk, dimana fenomena yang terjadi Indonesia menjadi negara pengimpor
buah-buahan, ternak dan bahan pangan utama seperti beras, jagung, kedelai dan gula.
Sungguh fenomena ini merupakan kondisi yang sangat ironis mengingat pada era tahun
1980-an Indonesia menjadi negara pengekspor utama beras di wilayah Asia. Badan Pusat
Statistik (BPS) menyajikan data yang menunjukkan angka pertumbuhan pertanian
Indonesia pada kuartal pertama tahun 2016 hanya 1,85%. Angka pertumbuhan ini
mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kuartal yang
sama tahun 2015 yaitu mencapai 4,03%. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah,
masyarakat, dan perusahaan agrikultur sendiri, karena sektor agrikultur merupakan salah
satu tulang punggung dalam pembangunan perekonomian nasional. Ketersediaan

1
informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Setiap
keputusan diambil dari berbagai pertimbangan yang diperoleh dari informasi tersebut.
Adapun kualitas dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
yang disampaikan perusahaan melalui laporan tahunan (annual report) agar informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah
interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan.
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release)
informasi. Pengungkapan adalah komunikasi informasi ekonomi yang dilakukan oleh
perusahaan baik itu informasi keuangan maupun non keuangan, informasi kuantitatif
maupun informasi lain yang mencerminkan posisi dan kinerja perusahaan (Owusu-
Ansah, 1998). Oleh karena itu, badan regulasi memaksa perusahaan untuk menyampaikan
informasi sesuai aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil kesenjangan
informasi antara manajemen dan investor (Healy dan Palepu, 2001). Pengungkapan
memungkinkan laporan keuangan memiliki kualitas tinggi yang akan mempermudah
investor, dan para pemakai laporan keuangan untuk memahami dan membandingkan
informasi yang ada di dalamnya (Choi, 2005).
Salah satu unsur dari laporan keuangan adalah aset. Aset merupakan kekayaan
baik dalam bentuk fisik maupun bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu entitas
bisnis (Paton, 1962). Financial Accounting Standard Board (1984) mendefinisikan aset
sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa
lalu. Perusahaan sektor agrikultur menurut standar meliputi peternakan, kehutanan,
tanaman khusus, kebun buah-buahan, perkebunan, pertanian, dan perikanan. Perusahaan
sektor agrikultur ini memiliki keunikan aset yang disebut dengan aset biologis (PSAK
69).
Menurut IAS 41 aset biologis adalah biological asset is a living animal or plant
(aset hewan atau tanaman hidup). Jadi, dapat dikatakan bahwa aset biologis adalah aset
berupa makhluk hidup yang mengalami proses biologis mulai dari bertumbuh,
berproduksi, berkembangbiak, hingga tidak bisa berproduksi lagi dan mati. Karena
mengalami proses biologis, perusahaan harus membuat suatu pengukuran untuk
mengukur nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan pengaruhnya untuk
menghasilkan keuntungan pada perusahaan.
Biological asset intensity (intensitas aset biologis) menggambarkan seberapa besar
proporsi investasi perusahaan terhadap aset biologis yang dimiliki. Intensitas aset biologis

2
juga dapat menggambarkan ekpektasi kas yang diterima jika aset tersebut dijual.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Rute dan Patricia, 2014) memperoleh hasil
bahwa intensitas aset biologis berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Ukuran
perusahaan menunjukkan, semakin besar perusahaan maka semakin tinggi pula tuntutan
terhadap keterbukaan informasi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak, perusahaan mencoba mengisyaratkan
bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen perusahan yang baik
(good corporate governance). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Rute dan
Patricia, 2014) memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan aset biologis.
Freedman dan Jaggi (2005), menemukan bahwa semakin besar perusahaan akan
semakin banyak aktivitas perusahaannya. Insentif pelaporan perusahaan dipengaruhi oleh
struktur kepemilikan. Darmawati (2006) menyatakan semakin terkonsentrasinya
kepemilikan perusahaan, maka pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai
perusahaan dan semakin berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Standar dibuat
untuk memastikan agar informasi yang di sampaikan kepada pemegang saham dapat
mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pengguna eksternal, dan untuk
meningkatkan transparansi pengungkapan (Ding, dkk, 2007). Perusahaan yang
dikendalikan oleh beberapa investor, memiliki permintaan yang lebih tinggi untuk
pengungkapan publik (Daske, dkk, 2008). Hasil penelitian (Nuryaman, 2009) , (Rute dan
Patricia, 2014) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan. Perusahaan-perusahaan dengan auditor dari KAP Big Four
mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan perusahaan yang
menggunakan auditor KAP non-Big Four. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya
hubungan antara kepatuhan pengungkapan dengan perusahaan yang di audit oleh KAP
Big Four (Hodgdon, dkk, 2009; Nuryaman, 2009).
Hal ini menjadi menarik untuk diteliti terkait apa saja pengungkapan aset biologis
yang harus diungkapkan perusahaan dengan item pengungkapan berdasarkan IAS 41
pada perusahaan agrikultur, dan variabel yang mempengaruhi perusahaan melakukan
pengungkapan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian replikatif dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rute dan Patricia (2014). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu, pertama penelitian ini dilakukan pada perusahaan
agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian sebelumnya
dilakukan pada 181 perusahaan terdaftar pada negara yang telah mengadopsi IFRS.

3
Kedua, periode pengamatan penelitian ini dimulai dari 2012-2015, sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan pada periode 2011. Ketiga, perbedaan pengukuran variabel yang
digunakan. Alasan peneliti menggunakan item pengungkapan aset biologis berdasarkan
IAS 41, karena terkait dengan disahkannya PSAK 69 agrikultur yang mengadopsi IAS 41
pada Desember 2015, dan peneliti ingin melihat apakah perusahaan agrikultur yang ada
di Indonesia sudah mengungkapkan seluruh aset biologis yang dikelola perusahaannya,
dimana dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Adita dan Kiswara, 2012;
Debby, 2014) menemukan bahwa tidak banyak terdapat perbedaan antara pengungkapan
yang telah dilakukan perusahaan agrikultur di Indonesia dengan standar IAS 41.
1.2 Motivasi Penelitian
Hal yang memotivasi peneliti mengangkat judul ini adalah melihat fenomena saat ini
yang terjadi dimana Indonesia menjadi negara pengimpor buah-buahan, ternak dan
beberapa bahan pangan utama. Padahal Indonesia sendiri adalah negara yang kaya akan
sumber daya alam dan beriklim tropis. Sungguh fenomena ini merupakan kondisi yang
sangat ironis mengingat pada era tahun 1980-an Indonesia menjadi negara pengekspor
utama beras di wilayah Asia. Kondisi pertanian Indonesia yang terpuruk ini membuat
banyak pihak bertanya bagaimanakah pengelolaan aset biologis pada perusahaan
agrikultur Indonesia. Maka, sudah seharusnya pengelolaan aset biologis (aset berupa
hewan dan tumbuhan hidup) perusahaan agrikultur diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan, serta kebijakan akuntansi terkait pengakuan, pengukuran serta pengungkapan
aset biologis yang tertuang dalam IAS 41 atau PSAK 69 di terapkan oleh perusahaan
agrikultur Indonesia.
1) Apakah biological asset intensity berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan aset
biologis
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan aset biologis
3) Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan aset
biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2015 ?
4) Apakah jenis KAP berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan aset biologis pada
perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh biological asset intensity terhadap
tingkat pengungkapan aset biologis

4
2) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat
pengungkapan aset biologis
3) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap tingkat
pengungkapan aset biologis
4) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh jenis KAP terhadap tingkat
pengungkapan aset biologis
2. Landasan Teori
2.1 Teori Agensi
Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal
(principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Jensen dan Meckling (1976)
menjelaskan bahwa teori keagenan sebagai kontrak antara satu atau lebih orang
(principal) yang mempekerjakan orang lain (agent), untuk melakukan suatu jasa dan
memberikan wewenang dalam pengambilan keputusan.
2.2 Teori Stakeholder
Freeman (1984) mendefinisikan stakeholder sebagai “any group or individual who
can affect or be affected by the achievement of an organization’s objective.” bahwa
stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat memengaruhi atau
dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana
aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (Deegan dalam Ihyaul, 2009).
2.3 Aset Biologis
Aset biologis menurut IAS 41 adalah aset berupa hewan atau tanaman hidup.
Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan
prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan
menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis tambahan pada
jenis yang sama.
2.4 Pengungkapan Aset Biologis
Meurut Owusu-Ansah (1998) pengungkapan adalah komunikasi informasi ekonomi
yang dilakukan oleh perusahaan baik itu informasi keuangan maupun non keuangan,
informasi kuantitatif maupun informasi lain yang mencerminkan posisi dan kinerja
perusahaan. Entitas mengungkapkan keuntungan agregat aset biologis atau kerugian yang
timbul selama periode berjalan, deskripsi dari setiap kelompok aset biologis, jika tidak
diungkapkan sebagai informasi yang dipublikasikan dengan laporan keuangan maka
entitas harus menjelaskan sifat kegiatan yang melibatkan setiap kelompok aset biologis,

5
entitas harus mengungkapkan metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam
menentukan nilai wajar setiap kelompok hasil pertanian pada titik panen dan setiap
kelompok aset biologis, entitas harus mengungkapkan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual dari produk agrikultur yang telah dipanen selama periode tertentu,
entitas mengungkapkan keberadaan dan jumlah tercatat dari aset biologis, entitas harus
menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan dalam nilai tercatat pada aset biologis di antara
awal dan akhir periode berjalan (IAS 41 Paragraf 40-50). Item pengungkapan aset
biologis dengan IAS 41 terdapat dalam appendix tabel 2.1.
2.5 Biological Asset Intensity
Aset biologis adalah sumber daya yang berupa makhluk hidup yang mengalami
transformasi biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang. Transformasi biologis mengarah ke
perubahan nilai aset melalui kenaikan (peningkatan kualitas dari hewan atau tanaman),
penurunan (pengurangan atau penurunan kualitas hewan atau tanaman),
perkembangbiakkan (prokreasi), dan produksi.
2.6 Ukuran Perusahaan
Machfoedz (1994) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang
dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil dengan
berbagai cara seperti total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan,
dan jumlah penjualan.
2.7 Konsentrasi Kepemilikan
Menurut teori klasik managerial firm (Baumol, 1959; Galbaraith 1967) seperti yang
dikutip oleh Goriz dan Fumas (1996), tipe kepemilikan dan kontrol suatu perusahaan
terbagi menjadi dua. Pertama, perusahaan dimiliki oleh banyak pemegang saham. Kedua,
perusahaan dimiliki dan dikontrol oleh manajemen. Konsentrasi kepemilikan (ownership
concentration) adalah suatu ukuran atas distribusi kekuasaan pengambilan keputusan
(voting power distribution) baik untuk para pemilik atau para manajer.
2.8 Jenis KAP
Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa auditing merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi biaya keagenan. Dengan mengaudit laporan keuangan
perusahaan maka diperlukan sebuah KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berkualitas.
Perusahaan dengan biaya keagenan yang tinggi akan cenderung menggunakan jasa kantor
akuntan yang berafiliasi dengan Big Four.
3. Pengembangan Hipotesis

6
3.1 Biological asset intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Dalam penelitian yang dilakukan Silva, dkk (2012) menjelaskan bahwa pelaporan aset
biologis memastikan kepatuhan pengungkapan dalam rangka memberikan informasi
kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian sebelumnya juga memperoleh hasil
bahwa intensitas aset biologis berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis (Rute
dan Patricia, 2014). Berdasarkan uraian di atas hipotesis pertama yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Biological asset intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset
biologis
3.2 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Perusahaan besar cenderung memiliki persentase modal dan biaya agensi yang lebih
besar (Jensen dan Meckling, 1976) sehingga, diperlukan pengungkapan informasi
kepada para pemangku kepentingan, terutama analis keuangan. Hasil penelitian
(Nuryaman, 2009; Rute dan Patricia, 2014) menemukan hasil ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas hipotesis
kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis

3.3 Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis


Perusahaan yang dikendalikan oleh beberapa investor, memiliki permintaan yang lebih
tinggi untuk pengungkapan publik (Daske, dkk, 2013). Hasil penelitian (Nuryaman,
2009; Rute dan Patricia, 2014) menemukan hasil bahwa konsentrasi kepemilikan
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan aset biologis. Berdasarkan uraian di atas
hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
3.4 Jenis KAP berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Perusahaan-perusahaan dengan auditor Big Four mengungkapkan lebih banyak
informasi dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan auditor KAP non-Big
Four. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara kepatuhan
pengungkapan dengan perusahaan yang di audit oleh Big Four (Hodgdon, dkk, 2009;
Nuryaman, 2009)
H4: Jenis KAP berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
4. Metodologi Penelitian
4.1 Populasi dan Sampel

7
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan agrikultur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dari populasi perusahaan berdasarkan purposive
sampling. Periode penelitian adalah pada tahun 2012-2015. Pemilihan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang terdapat dalam tabel 4.1
pada appendix.
4.2 Pengukuran dan Defenisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen
Pengungkapan Aset Biologis (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan aset biologis,
dengan item pengungkapan terdapat pada tabel 2.1 pada appendix. Indeks
pengungkapan yang akan digunakan untuk mengukur luas pengungkapan aset biologis
diperoleh dengan cara berikut, apabila setiap item diungkap dalam laporan keuangan
maka diberi skor 1 (satu) dan skor 0 (nol) jika tidak di ungkapkan. Selanjutnya, untuk
mengukur luas pengungkapan dengan membandingkan total skor yang diperoleh (n)
dengan total skor yang diwajibkan menurut IAS 41, atau dinyatakan dengan rumus
indeks Wallace :
𝑛
= x 100%
40
b. Variabel Independen
Biological asset intensity (X1)
Biological asset intensity (intensitas aset biologis) menggambarkan seberapa besar
investasi perusahaan terhadap aset biologis yang dimiliki perusahaan tersebut.
Pengukuran terkait aset biologis menurut Rute dan Patricia (2014) adalah
Aset Biologis
Biological asset intensity = Total Aset

Ukuran perusahaan (X2)


Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan
menjadi perusahaan besar dan kecil dengan berbagai cara seperti total aset perusahaan,
nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran aktiva
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, yang diukur sebagai logaritma dari
total aktiva
SIZE =Ln (Total Aset)
Konsentrasi kepemilikan (X3)
Konsentrasi kepemilikan (ownership concentration) adalah suatu ukuran atas
distribusi kekuasaan dalam pengambilan keputusan (voting power distribution) baik

8
untuk para pemilik atau untuk para manajer. Pengukuran konsentrasi kepemilikan
dalam penelitian ini menggunakan pengukuran menurut Rute dan Patricia (2014)
dengan proxy sebagai berikut:
Jumlah kepemilikan saham terbesar
Konsentrasi kepemilikan = x100
Jumlah saham beredar

Jenis KAP (X4)


Pengukuran jenis KAP menggunakan variabel dummy yaitu variabel yang digunakan
untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif. Variabel ini diukur dengan
menggunakan angka dummy untuk membedakan antara KAP Big Four dan KAP non
Big Four.
1 = berafiliasi dengan big four,
0 = non big four
4.3 Metode Analisis
1) Statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum dari masing-
masing sampel (Ghozali, 2016), yang diolah dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package For Social Science) Ver 23.0.
2) Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan terlebih dahulu uji asumsi
klasik, yang terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas
residual data penelitian ini dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-
Smirnow test (K-S), yang mana jika tingkat signifikansi >0,05 maka data
berdistribusi secara normal (Ghozali, 2016).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel
bebas atau tidak. Untuk mendeteksi multikolinieritas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance factors (VIF). Jika nilai VIF < 10 dan nilai TOL
(tolerance) > 0,10 maka model dinyatakan tidak mengandung
multikolinieritas (Ghozali, 2016).

9
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam
sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam
penelitian ini untuk mendeteksi tersebut digunakan patokan secara umum
menurut Singgih (2010) :
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2016). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan menggunakan grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Dengan cara melihat grafik flot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya dengan dasar analisis sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3) Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
intensitas aset biologis, ukuran perusahaan, kosentrasi kepemilikan dan jenis audit
terhadap pengungkapan aset bilogis. Adapun model regeresi berganda dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana dalam penelitian ini :
Y’ = Pengungkapan Aset Biologis
a = intercept (konstanta) yanitu nilai perkiraan Y jika X = 0
b1 = Koefisian regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2

10
b3 = Koefisien regresi untuk X3
b4 = Koefisien regresi untuk X4
e = Nilai residu (nilai-nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
persamaan
b. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2016), koefisien determinasi pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas.
c. Uji statistik t (secara parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan yaitu
5%, maka uji t menunjukkan bahwa variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Bila t hitung > dari t tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi
(Sig < 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat.
b. Bila t hitung < dari t tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi
(Sig > 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat.
5. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil penelitian
1) Statistik Deskriptif
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Biological asset intensity 72 ,06 ,71 ,2843 ,17700
Ukuran perusahaan 72 11,04 13,39 12,6260 ,60813
Konsentrasi kepemilikan 72 26,37 83,46 51,1714 15,27734
Jenis KAP 72 ,00 1,00 ,3472 ,47943
Pengungkapan aset biologis 72 ,35 ,78 ,5036 ,09053
Valid N (listwise) 72

Statistik deskriptif ini mencakup nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar
deviasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan agrikultur

11
dengan periode selama 4 tahun (2012 sampai 2015) sehingga jumlah semua sampel yang
digunakan adalah 72 sampel
2) Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tabel 5.2a
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Penelitian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 72

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,05765560


Most Extreme Differences Absolute ,127

Positive ,127
Negatif -,074
Kolmogorov-Smirnov Z 1,074

Asymp. Sig. (2-tailed) ,199

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil pengolahan SPSS Ver 23.0 diperoleh hasil olahan data Kolmogrof Smirnov
dengan model unstandardized didapatkan nilai signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,199
(Asymp. Sig) artinya data terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Tabel 5.2b
Hasil Uji Multikolinearisitas Coefficients
Coefficientsa
Model Standardi
zed
Unstandardized Coefficien Collinearity
Coefficients ts Statistics
Std. Tolera
B Error Beta T Sig. nce VIF
1(Constant) -1,021 ,162 -6,286 ,000
Biological asset ,230 ,042 ,450 5,498 ,000 ,905 1,105
intensity
Ukuran perusahaan ,119 ,013 ,801 9,091 ,000 ,779 1,284
Konsentrasi -,001 ,001 -,113 -1,291 ,201 ,792 1,262
kepemilikan
Jenis KAP -,038 ,016 -,202 -2,349 ,022 ,819 1,221
a. Dependen Variabel: Pengungkapan aset biologis
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai Tolerance kurang dari 0,100 semuanya >0,100 dan VIF<10 artinya tidak ada
korelasi antar variabel independen. Dengan demikian dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi

12
Tabel 5.2c
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-
d
Square Estimate Watson
,771a
0

1 ,594 ,570 ,05935 1,050


a. Predictors: (Constant), Jenis KAP, Biological asset intensity, Konsentrasi kepemilikan,
Ukuran perusahaan
b. Dependen Variabel: Pengungkapan aset biologis
Dari tabel di atas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 1,050.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2
≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 5.1
Pengujian Heteroskedastisitas

Dari output hasil pengujian, terlihat dari gambar di atas diketahui bahwa titik – titik
tidak membentuk pola yang jelas. Sebagaimana terlihat titik – titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
3) Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi
Tabel 5.3a
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta T Sig.
1 (Constant) -1,021 ,162 -6,286 ,000
Biological asset intensity ,230 ,042 ,450 5,498 ,000
Ukuran perusahaan ,119 ,013 ,801 9,091 ,000
Konsentrasi kepemilikan -,001 ,001 -,113 -1,291 ,201
Jenis KAP -,038 ,016 -,202 -2,349 ,022
Dari hasil output di atas dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Y’ = -1,021 + 0,230X1 + 0,119X2 – 0,001X3 - 0,038X4 + e

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi


Tabel 5.3b
Hasil Uji Koefisien Determinasi

13
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Square Estimate Watson

d0
1 ,771a ,594 ,570 ,05935 1,050
a. Predictors: (Constant), Jenis KAP, Biological asset intensity, Konsentrasi kepemilikan, Ukuran
perusahaan
b. Dependen Variabel: Pengungkapan aset biologis
Berdasarkan tabel di atas dilihat besar nilai R2 sebesar 0.594 yang berati bahwa
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 59,4%
dimana ini merupakan sumbangan variabel biological asset intensity, ukuran
perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dan jenis KAP terhadap pengungkapan aset
biologis dan sisanya sebesar 40,6% diperngarui oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
c. Hasil Uji Statistik t (t-Test)
Tabel 5.3c
Hasil Uji Statistik t (t-Test)
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta T Sig.
1 (Constant) -1,021 ,162 -6,286 ,000
Biological asset intensity ,230 ,042 ,450 5,498 ,000
Ukuran perusahaan ,119 ,013 ,801 9,091 ,000
Konsentrasi kepemilikan -,001 ,001 -,113 -1,291 ,201
Jenis KAP -,038 ,016 -,202 -2,349 ,022
1) Pengujian koefisien variabel X1 (Biological asset intensity)
H0: Biological asset intensity tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
H1: Biological asset intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Dalam penelitian ini biological asset intensity memiliki nilai t hitung > t tabel
(5,498 > 1,6679), dan signifikansi (0,00 < 0,05), jadi H0 ditolak dan H1 diterima.
Maka, dapat disimpulkan bahwa biological asset intensity (X1) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan aset biologis pada
perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2012 – 2015.
2) Pengujian koefisien variabel X2 (Ukuran perusahaan)
H0: Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Ukuran perusahaan memiliki nilai t hitung > t tabel (9,091 > 1,6679), dan
signifikansi (0,00 < 0,05), jadi H0 ditolak dan H2 diterima. Maka, dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

14
terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 – 2015.
3) Pengujian koefisien variabel X3 (Konsentrasi kepemilikan)
H0: Konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
H3: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Konsentrasi kepemilikan memiliki nilai t hitung < t tabel (-1,291 < 1,6679),
dan signifikansi (0,201 > 0,05), jadi H0 diterima dan H3 ditolak. Maka, dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan (X3) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 – 2015. Nilai t negatif menunjukkan
bahwa konsentrasi kepemilikan mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan
Beta.
4) Pengujian koefisien variabel X4 (Jenis KAP)
H0: Jenis KAP tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
H4: Jenis KAP berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Jenis KAP memiliki nilai t hitung < t tabel (-2,349 < 1,6679), dan signifikansi
(0,02 < 0,05), jadi H0 ditolak dan H4 diterima. Maka, dapat disimpulkan bahwa jenis
KAP (X4) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset
biologis pada perusahaan sektor agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2012 – 2015. Nilai t negatif menunjukkan bahwa jenis KAP mempunyai
hubungan yang berlawanan arah dengan Beta.
5.2 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Pengaruh Biological Asset Intensity terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Hal ini di dukung oleh teori yang menjelaskan bahwa aset biologis adalah hewan
dan tumbuhan hidup. Aset ini merupakan aset utama pada perusahaan agrikultur, maka
sebagai aset utama proporsi investasi perusahaan terhadap aset biologisnya juga
diungkapkan di dalam laporan tahunan perusahaan. Teori stakeholder menjelaskan
bahwa manajemen perusahaan diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap
penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas tersebut kepada
stakeholder. Dalam penelitian yang dilakukan Silva, dkk (2012) menjelaskan bahwa
pelaporan aset biologis memastikan kepatuhan pengungkapan dalam rangka
memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan. Jadi, biological asset
intensity berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Pengungkapan Aset Biologis

15
Hal ini di dukung oleh teori Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan
perusahaan besar cenderung memiliki persentase modal dan biaya agensi yang lebih
besar sehingga, diperlukan pengungkapan informasi kepada para pemangku
kepentingan, terutama analis keuangan. Selanjutnya, perusahaan-perusahaan besar
biasanya juga diamati oleh para kelompok stakeholder, dan karena itu praktek-praktek
pengungkapan yang positif diprediksi dilakukan jika perusahaan berupaya untuk
meminimalisir biaya-biaya politik (Ihyaul, 2009). Jadi, ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Hal ini di dukung oleh teori dikutip oleh Goriz dan Fumas (1996), tipe
kepemilikan dan kontrol suatu perusahaan terbagi menjadi dua. Pertama, perusahaan
dimiliki oleh banyak pemegang saham. Kedua, perusahaan dimiliki dan dikontrol oleh
manajemen. Seperti, kepemilikan yang terkonsentrasi tidak terlalu memperhatikan
pengungkapan aset biologis untuk diungkapkan dalam laporan tahunan karena
dianggap tidak terlalu penting, terkait dengan standar yang belum mewajibkan hal
tersebut untuk diungkapkan, dan akan mengeluarkan biaya tambahan untuk manager
nantinya. Selanjutnya konsentrasi kepemilikan yang tinggi juga dapat menimbulkan
keputusan sepihak karena adanya voting right (hak suara) dalam RUPS, sehingga hasil
yang dicapai tidak maksimal. Jadi, konsentrasi kepemilikan tidak memberikan
pengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh jenis KAP terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Hal ini di dukung oleh teori Craswell dan Taylor (1992) yang dikutip oleh
Falikhatun, dkk (2009). Penggunaan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi
dengan big four selaku KAP yang mengaudit perusahaan agrikultur tidak menjamin
pengungkapan aset biologis yang lebih banyak. Terbukti dari hasil penelitian
menunjukkan skor pengungkapan aset biologis pada perusahaan yang di audit oleh
KAP yang berafiliasi dengan big four ataupun yang tidak yang berafiliasi dengan big
four tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan standar terkait pengungkapan aset
biologis baru disahkan pada Desember 2015 dan baru akan berlaku efektif pada
Januari 2018. Jadi, jenis KAP berpengaruh negatif terhadap pengungkapan aset
biologis.
6. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan Penelitian
6.1 Kesimpulan

16
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Biological asset intensity berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan
aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2012 – 2015
2. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan aset
biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012 – 2015
3. Konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 –
2015
4. Jenis KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis
pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 –
2015
6.2 Implikasi
Hasil penelitian ini akan memberikan implikasi bagi manajemen perusahaan.
Dimana, pihak manajemen perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan
kelengkapan pengungkapan aset biologis meskipun standar terkait agrikultur baru
disahkan di Indonesia dalam bentuk PSAK 69 pada akhir tahun 2015. Namun,
nantinya standar ini akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2018. Karena, pengungkapan
yang lebih dapat membuat perusahaan mudah untuk menarik investor, dan
meyakinkan kreditor jika perusahaan ingin melakukan pinjaman.
6.3 Keterbatasan penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini :
1. Penelitian ini hanya menguji variabel biological asset intensity, ukuran
perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dan jenis KAP. Masih banyak kemungkinan
variabel lain yang berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Contohnya
seperti pertumbuhan perusahaan, pemegang saham asing.
2. Periode dalam penelitian ini hanya dari 2012-2015 hal ini terkait annual report
dan laporan keuangan yang telah di audit untuk tahun 2016 hingga saat data dalam
penelitian ini selesai diolah masih banyak perusahaan yang belum menerbitkan.
6.4 Saran
Saran dari penelitian untuk masa yang akan datang:

17
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menguji variabel lain yang mungkin
berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
2. Untuk peneliti periode pengamatan diharapkan menggunakan tahun yang terbaru,
dan memperpanjang tahun pengamatan penelitian agar dapat memberikan
gambaran terkini mengenai pengungkapan aset biologis.
3. Diharapkan bagi perusahaan agrikultur untuk lebih memperhatikan dan
mengungkapkan lebih rinci aset biologis yang dikelola perusahaannya. Mulai dari
pengakuan awal, masa panen, diproduksi menjadi produk agrikultur, hingga aset
tersebut mengalami penghentian karena mati atau tidak berkembangbiak lagi. Agar
para pemakai laporan keuangan bisa mengetahui lebih jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Adita dan Kiswara. 2012. Analisis Penerapan International Accounting Standar (IAS) 41
pada PT. Sampoerna Agro Tbk. Diponegoro Journal of Accounting Vol 1, No.2
BPS (Badan Pusat Statistik) terkait statistik pertanian. 2015-2016
Choi, F. 2005. International Accounting. New Jersey: Prentice Hall
Darmawati, Deni. 2006. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi Tehadap
Kualitas Implementasi Good Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi
IX. 23-26 Desember 2006. Padang.
Daske, H., dkk. 2008. Mandatory IFRS Reporting around the World: Early Evidence on the
Economic Consequences. Journal of Accounting Research, 46 (5), 1085-1142.
Debby, Putri Eltanto. 2014. Perlakuan Akuntansi Dan PPH Atas Industri Agrikultur. Tax And
Accounting Review, Vol. 4, no.1
Ding, dkk. 2007. Differences between domestic accounting standards and IAS: measurement,
determinants and implications. Journal of Accounting and Public Policy, 26, 1–38.
Falikhatun, dkk. 2009. The Effects of Corporate Governace on The Intelectual Capital
Disclosure: An Empirical Study from Banking Sector in Indonesia. Artikel
.Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Financial Accounting Standards Board (FASB). 1984. “Statement of Financial Accounting
Concepts No.5: Recognition and Measurement in Financial Statement of Business
Enterprises”. Stamford. Connecticut.
Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach, Boston: Pitman.
Freedman, M. dan B. Jaggi. 2005. Global Warming, Commitment to The Kyoto Protocol, and
Accounting Disclosures by The Largest Global Public Firms from Polluting
Industries. The International Journal of Accounting 40 pp: 215-232
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponogoro
Goncalves Rute, dan Patrcia Lopes. 2014. Firm Spesific Determinants of Agricultural
Financial Reporting. University of Porto: Vol 110 h. 470-481
Gorriz, C.G. and V. S. Fumas. 1996. Ownwer Structure and Firm Performance: Some
Empirical Evidance from Spain. Managerial and Decision Economics, 17. pp:575-
586

18
Healy, Paul M., dan Krishna G. Palepu. 2001. “Information Asymmetry, Corporate
Disclosure, and the Capital Markets: A Review of the Empirical Disclosure
Literature”. Journal of Accounting and Economics, 31 (1-3), 405–440
Hodgdon, dkk. 2009. “Compliance with International Financial Reporting Standards and
auditor choice: New evidence on the importance of the statutory audit”. The
International Journal of Accounting, 44, 33-55
IAS (International Accounting Standard) 41–Agrikultur
Ihyaul Ulum. 2009. Intelectual Capital konsep dan kajian empiris. Graha Ilmu: Yogyakarta
Jensen, M., dan Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behaviour, agency costs
and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3(4), 305-360
Machfoedz, Mas’ud. 1994. Financial Ratio Characteristic Analysis And The Prediction Of
Earning Change In Indonesia. Kelola No.7 pp: 114-133
Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 6 No.1
Owusu-Ansah, S. 1998. The impact of corporate attributes on the extent of mandatory
disclosure and reporting by listing companies in Zimbabwe. International Journal of
Accounting. 33(5), 605-631
Paton, Andrew W. 1962. Accounting Theory. Second edition, USA
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 69: Agrikultur
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariate, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia
Silva, R., dkk. 2012. Konvergensi dengan standar akuntansi internasional: Analisis
Pengungkapan Aset Biologis IAS 41. University of Porto.

APPENDIX
Tabel 2.1
Item Pengungkapan Aset Biologis
Paragraf Index Pengungkapan Skor
Mondatory Items :
40 Keuntungan atau kerugian yang timbul selama periode :
40 Pengakuan awal aset biologis 1
40 Pengakuan awal hasil agrikultur 1
40 Perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual 1
41 Gambaran dari setiap kelompok aset biologis 1
42 Penjelasan paragraf 41 1
42 Penjelasan pengukuran 41 1
46 Penjelasan aktivitas perusahaan dengan masing-masing 1
kelompok aset biologis
46 Penjelasan tahapan pengukuran non keuangan :
46 Aset yang tersedia di akhir periode 1
46 Hasil agrikultur selama periode tersebut 1
47 Asumsi dan metode yang digunakan dalam menentukan nilai 1
wajar dari masing-masing produk agrikultur pada titik panen
dan setiap kelompok aset biologis
48 Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual produk agrikultur 1
yang dipanen pada periode tersebut
49 Informasi terkait aset biologis yang dibatasi atau dijaminkan 1
49 Komitmen dalam pembangunan atau akuisisi aset biologis 1
49 Strategi manajemen terkait resiko keuangan aset biologis 1
19
50 Penyesuaian terkait perubahan jumlah tercatat aset biologis 1
pada awal dan akhir periode
50 Rekonsiliasi yang meliputi desegresgasi 1
Pengungkapan tambahan ketika nilai wajar tidak dapat
diukur secara andal
54 Entitas mengukur dan mengungkapkan aset biologis berdasarkan
biaya yang mereka tetapkan dikurang akumulasi penyusutan dan
akumulasi penurunan nilai
54 Gambaran aset biologis 1
54 Penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara 1
andal
54 Perkiraan tingkat ketidaksesuaian nilai wajar 1
54 Metode penyusutan yang digunakan 1
54 Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan 1
54 Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (akumulasi 1
rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode
55 Pengakuan keuntungan atau kerugian penjualan aset biologis 1
55 Kerugian penurunan nilai, terkait pengehentian 1
55 Reversal rugi penurunan nilai terkait penghentian 1
55 Penyusutan terkait penghentian 1
56 Pengungkapan entitas terkait - Nilai wajar aset biologis yang
sebelumnya diukur pada biaya yang ditetapkan dikurangi
akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan menjadi andal
terukur selama periode berjalan
56 Gambaran aset biologis 1
56 Penjelasan mengapa nilai wajar telah terukur secara andal 1
56 Pengaruh perubahan tersebut 1
57 Pengungkapan entitas terkait- Hibah pemerintah
57 Hibah pemerintah 1
57 Pengakuan terkait sifat dan tingkat hibah pemerintah dalam 1
laporan keuangan
57 Kondisi yang terpenuhi dan kontijensi lainnya yang melekat 1
pada hibah pemerintah
57 Penurunan yang signifikan pada tingkat hibah pemerintah 1
Non-Mondatory but recommended items:
43 Gambaran perhitungan setiap kelompok aset biologis, yang
membedakannya dengan :
43 Consumable and bearer asset 1
43 Aset dewasa dan belum dewasa 1
51 Jumlah perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk 1
menjual, mempengaruhi laba atau rugi karena perubahan
fisik dan perubahan harga
51 Informasi ini disampaikan oleh aset biologis 1
NA informasi mengenai penilaian efek 1
NA Informasi lebih lanjut 1
NA Asumsi harga masa depan dan biaya, serta mengungkapkan 1
analisis sensitivitas dengan beberapa parameter
Sumber : Jurnal Procedia-Social and Behavioral Science 110 (2014)

20
Tabel 4.1
Kriteria Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah perusahaan

a. Perusahaan agrikultur yang terdaftar 25


di Bursa Efek Indonesia

b. Perusahaan agrikultur yang tidak (5)


terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
periode 2012-2015
c. Perusahaan agrikultur yang tidak (2)
menerbitkan laporan keuangan
tahunan yang telah di audit selama
tahun pengamatan periode 2012-
2015

Perusahaan yang tidak memenuhi criteria (7)

Perusahaan yang memenuhi kriteria 18


Sumber: Indonesia Stock Exchange (IDX) diolah

21

También podría gustarte