Está en la página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zaman semakin berkembang, kita semakin dapat bisa merasakan dampak

kemajuan dalam teknologi kedokteran. Salah satu dampak teknologi dalam

kesehatan yang dapat kita rasakan adalah operasi plastik.

Di kalangan orang awam banyak yang menyebut operasi plastik, sedangkan

sebutan di dunia medis adalah bedah plastik atau plastic surgery. Sebenarnya

bahasa ini berasal dari yunani “Platikos” artinya sendiri adalah membentuk.

Jadi kata plastik ini tidak berarti dalam operasi plastik ini menggunakan bahan

dasar plastik. Bedah plastik merupakan salah satu cabang dalam ilmu

kedokteran. Secara umum bedah plastik di bagi menjadi dua jenis yaitu

pembedahan untuk kosmetik atau estetik dan pembedahan untuk rekonstruksi.

Perbedaan antara operasi rekonstruksi dengan estetik adalah dari tujuan

pembedahan itu sendiri. Dalam operasi rekonstruksi mempunyai tujuan untuk

mengembalikan fungsi serta bentuk atau penampilan menjadi lebih baik

setidaknya untuk mendekati kondisi normal. Sedangkan operasi estetik atau

kosmetika dilakukan pembedahan pada pasien-pasien normal dan sehat, namun

menurut pasien bentuk tubuh yang dimiliki kurang baik atau harmonik

misalnya mempunyai hidung yang kurang mancung atau pesek, adanya operasi

plastik ini diharapkan mendapatkan bentuk tubuh yang mendekati sempurna.

Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-

tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu anggota tubuh

1
yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu

berkurang, hilang/lepas, atau rusak.

Menurut pakar kedokteran, operasi plastik ialah operasi yang berlangsung

untuk memperindah bentuk bagian tubuh atau menambahnya jika terdapat

kekurangan. Sedangkan yang lain ada juga yang memberi defenisi lain tentang

itu seperti pengklasifikasian operasi plastik kepada:

1. Mengobati cacat fisik, seperti disebabkan perang atau kecelakaan

lainnya yang bertujuan untuk mengobati.

2. Memperindah apa yang telah ada, sebagai usaha mencari kepuasan

tersendiri dan menambah apa yang telah dikodratkan dan tujuannya

adalah agar terlihat “keren”.

Defenisi kedua ini lebih umum daripada definisi yang pertama, karena defenisi

ini mengandung berbagai jenis operasi sekaligus tujuannya. Semua jenis

operasi yang dilakukan di bagian tubuh tidak disebut operasi plastik walapun

operasi plastik itu bagian dari operasi.

Saat ini, pandangan masyarakat tentang bedah plastik berorientasihanya

pada masalah kecantikan (estetik), seperti sedot lemak, memancungkanhidung,

mengencangkan muka, dan lain sebagainya. Sesungguhnya, ruang lingkup

bedah plastik sangatlah luas. Tidak hanya masalah estetika,

tetapi juga rekonstruksi, seperti pada kasus-

kasus luka bakar, trauma wajah pada kasus kecelakaan, cacat bawaan lahir

(congenital), seperti bibir sumbing, kelainan pada alat kelamin, serta kelainan

congenital lainnya. Namun bukanberarti nilai estetika tak diperhatikan. Dan

tindakan lengkap untuk melakukankedua hal ini tentunya hanya bedah plastik.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian oprasi plastik?

2. Bagaimanakah pandangan agama Hindu terhadap oprasi plastik?

3. Bagaimanakah pandangan agama Islam terhadap oprasi plastik?

4. Bagaimanakah pandangan agama Budha terhadap oprasi plastik?

5. Bagaimanakah pandangan agama Kristen Katholik terhadap oprasi

plastik?

6. Bagaimanakah pandangan agama Kristen Protestan terhadap oprasi

plastik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian oprasi plastik.

2. Untuk mengetahui pandangan agama hindu terhadap oprasi plastik.

3. Untuk mengetahui pandangan agama islam terhadap oprasi plastik.

4. Untuk mengetahui pandangan agama budha terhadap oprasi plastik.

5. Untuk mengetahui pandangan agama Kristen katholik terhadap oprasi

plastik.

6. Untuk mengetahui pandangan agama Kristen protestan terhadap oprasi

plastik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Oprasi Plastik

Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan

untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui

operasi kedokteran. Bedah plastik, berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“plastikos” yang berarti “membentuk” atau “memberi bentuk”. Ilmu ini

sendiri merupakan cabang dari ilmu bedah yang bertujuan untuk

mengembalikan bentuk dan fungsi yang normal dan “menyempurnakan”

bentuk dengan proporsi yang “lebih baik”. Jenis bedah plastik secara umum

dibagi dua jenis: pembedahan untuk rekonstruksi dan pembedahan untuk

kosmetik ( Estetik ). Yang membedakan operasi Rekonstruksi dan Estetik

adalah dari tujuan prosedur pembedahan itu sendiri. Pada operasi

rekonstruksi diusahakan mengembalikan bentuk/penampilan serta fungsi

menjadi lebih baik atau lebih manusiawi setidaknya mendekati kondisi

normal. Pada operasi estetik, pembedahan dilakukan pada pasien-pasien

normal (sehat), namun menurut norma bentuk tubuh kurang harmonik

(misalnya, hidung pesek), maka diharapkan melalui operasi bedah plastik

estetik didapatkan bentuk tubuh yang mendekati sempurna.

Yang perlu dipahami mengenai bedah plastik, adalah bukan

permainan sulap, tindakan pembedahan sendiri didasarkan ilmu

pengetahuan kedokteran khususnya mengenai luka dan proses

penyembuhan yang berjalan alami. Penyembuhan luka dapat berlangsung

4
sampai 12 bulan, dengan akan meninggalkan bekas luka, disinilah peran

bedah plastik, dalam upaya menyembunyikan bekas luka sayatan atau

meninggalkan bekas luka yang samar.

Bedah plastik biasanya memang bertujuan untuk mempercantik

atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik yang nampak

atau tidak, dengan cara ditambah, dikurangi atau dibuang, sehingga anggota

tubuh tampak lebih indah, dan ini disebut "operasi yang disengaja". Namun,

selain untuk kecantikan, bedah plastik juga dilakukan untuk tujuan

kesehatan. Misalnya pada kasus tertentu, ada orang yang mengalami luka

bakar atau kena air keras, sehingga ada bagian tubuhnya yang rusak. Maka

untuk memperbaiki kerusakan ini, dianjurkan melakukan bedah plastik,

yang dikenal dengan "operasi tanpa ada unsur kesengajaan".

Bedah Plastik di Indonesia dirintis oleh Prof. Moenadjat

Wiratmadja. Setelah lulus sebagai spesialis bedah dari Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia pada tahun 1958, beliau melanjutkan pendidikan

bedah plastik di Washington University/Barnes Hospital di Amerika

Serikat hingga tahun 1959. Sepulang dari luar negeri, beliau mulai

mengkhususkan diri dalam memberikan pelayanan pada umum dan

pendidikan bedah plastik pada mahasiswa dan asisten bedah di

FKUI/RSCM. Pada tahun 1979 beliau dikukuhkan sebagai profesor dalam

ilmu kedokteran di FKUI. Profesor Moenadjat Wiratmadja wafat pada

tahun 1980.

2.2 Pandangan Agama Hindu Mengenai Operasi Plastik

5
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan dalam rentang

sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati

segala paham ketuhanan yang pernah ada didunia. Dalam agama ini,

dikenal banyaknya tuhan yang berwujud dewa-dewa. Agama Hindu telah

berdiri sejak 1500 sebelum masehi. Di mata agama Hindu dan juga kitab

suci Atharvaveda Samhita (berisi pengetahuan suci yang bermanfaat bagi

kehidupan di dunia ini). Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam

golongan Sruti (secara harfiah berarti "yang didengar"), karena umat Hindu

percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman

(Tuhan). Upaweda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan

ilmu yang lebih spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan

dalam beberapa jurusan, salah satunya adalah Ayurweda - Ilmu

pengobatan. Ayurveda mencakup pengukuran hidup yang sehat, dengan

terapi yang berhubungan dengan fisik, mental, sosial, dan keselarasan

spiritual. Kedokteran ilmiah tidak mengakui pengobatan Ayurveda, karena

adanya penemuan pengobatan ini dapat menimbulkan risiko medis yang

besar.

Jika membahas mengenai Operasi plastik atau mengubah tubuh,

dalam ajaran agama Hindu disebutkan dalam beberapa wahyunya yang

dituliskan di daun Lontaryang berjumlah empat helai yaitu: Yama Purwa

Tattwa, Yama Purana Tattwa, Yama Purwana Tattwa, dan Yama

Tattwa. Dikatakan bahwa Inti yang diuraikan di keempat lontar

itu berkenaan tentang pengertian tentang asal tubuh manusia, setelah

kematian dan kewajiban menjaga tubuh yang merupakan pinjaman.

6
Disebutkan secara jelas bahwa roh/atman diberikan pinjam berupa

badan atau tubuh manusia secara lengkap oleh Sang Hyang Widhi sejak

dari embrio (masih dalam kandungan)sampai tua dan mati nanti.

Setelah meninggal dunia (artinya roh atau atman tidak

menggunakan atau lepas dari tubuh) maka badan atau tubuh pinjaman ini

harus dikembalikan dalam keadaanutuh (masih tetap sama seperti bentuk

pertama kali dilahirkan tanpa kurang sedikitpun) kepada Panca Mahabhuta.

Pemahaman mengenai operasi plastik untuk setiap agama pastilah sama,

yakni operasi plastik adalah usaha untuk merubah bentuk tubuh sebagian

atau keseluruhan pada bagian tubuh tertentu untuk tujuan pribadi

(kecantikan) ataupun merupakan tindak lanjut dari upaya medis (dengan

penyebab yang beraneka ragam, seperti kecelakaan, operasi karena

kerusakan beberapa bagian permukaan tubuh oleh berbagai penyebab, dan

antisipasi dari beberapa penyakit yang menyebabkan amputasi). Akan

tetapi untuk ajaran agama Hindu sendiri, telah disebutkan dengan jelas

bahwa larangan untuk mengubah bentuk tubuh untuk alasan apapun

dilarang. Para pemeluknya juga diwajibkan untuk menjaga keutuhan tubuh

yang dipinjamnya dari tuhan mereka dari kecacatan dengan senantiasa

menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh juga senantiasa berhati-hati dalam

melakukan suatu hal. Bahkan jika perlu, para pemeluknya ini harus

senantiasa memproteksi diri akan hal-hal yang mungkin akan berakibat

pada pengubahan bentuk tubuhnya.

7
2.2.1 Hukum Melakukan Operasi Plastik

Dalam penjelasan sebelumnya, disebutkan hal-hal yang menjadi dasar

bahwa di dalam ajaran agama Hindu melarang secara keras para

pemeluknya untuk melakukan perubahan secara fisik. Di dalam kitabnya

telah disebutkan bahwa hukum merubah bentuk tubuh sudah sangat jelas,

karena para pemeluk agama Hindu percaya bahwa tubuh atau badan

merupakan sesuatu yang dipinjam dan harus dikembalikan seperti keadaan

awalnya tanpa ada rubahan maupun cacat. Sama seperti ketika kita

berhutang atau meminjam barang dari teman atau orang lain. Kita harus

bertanggung jawab memelihara dan menjaga barang tersebut agar tetap utuh

dalam keadaan yang sama seperti saat pertama kali lepas dari tangan si

peminjam sebelum kita akan mengembalikan ke pemiliknya. Dari

pengertian itu, Umat Hindu juga tidak disarankan untuk memvermak

tubuhnya, dengan di sunat, operasi plastik, di tatto, atau menyumbangkan

organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, dan lain-lain. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa operasi plastik tidak diperbolehkan. Bahkan

Bintal Made, yang merupakan pemuka agama Hindu di pura Vaikuntha

Vyomantara Yogyakarta, mengatakan operasi plastik termasuk dalam

tingkatan Maha Petaka. Maha Petaka sendiri adalah dosa yang paling

besar di dalam ajaran agama Hindu. Dan dengan demikian operasi plastik

dapat disamakan dengan perilaku membunuh. Operasi plastik apabila

dilakukan untuk mempercantik diri seperti memancungkan

hidung, mengubah warna kulit, dan mengubah jenis kelamin tentu tidak

diperbolehkan. Dalam ajaran agama Hindu sendiri diajarkan bahwa

8
kecantikan yang sejati adalah kecantikan yang berasal dari dalam (inner

beauty). Dan pada dasarnya manusia sudah diciptakan sebaik-baiknya,

tergantung dari manusia itu sendiri merawat dirinya. Merawat diri yang

dimaksudkan disini adalah perilaku rajin membersihkan diri, berpakaian

rapi, bertata krama baik, dengan begitu manusia dapat dikatakancantik dan

sedap dipandang, karena ada sesuatu dalam dirinya yaitu kecantikan dari

dalam. Bintal Made menambahkan sejelek-jeleknya orang apabila ia dapat

merawat tubuhnya dengan baik, pasti cantiklah orang itu. Tidak ada orang

yang sama persis di dunia ini, walaupun orang tersebut adalah anak

kembar pasti ada perbedaannya. Ada orang yang cantik wajahnya, ada yang

tidak, ada orang yang cantik hatinya, ada juga yang tidak. Itulah yang

disebut dengan keadilan Tuhan. Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia

hanya dengan kekurangannya saja. Oleh karena itu semua orang pasti

memiliki kelebihan. Dan karena keadilan Tuhan maka apa yang telah

diberikan Tuhan kepada manusia adalah sempurna, dan manusia tidak

berhak untuk mengutak-atik hal-hal yang sudah sempurna tersebut. Namun,

ada pula pengecualian untuk operasi plastik dalam agama Hindu. Apabila

operasi itu dilakukan untuk memperbaiki apa yang telah diberikan Tuhan

seperti bibir sumbing, terkena air keras atau luka bakar, maupun kecelakaan,

maka operasi plastik semacam ini jelas diperbolehkan. Karena operasi

tersebut dilakukan untuk memperbaiki dan merawat apa yang semestinya

baik. Dan dalam agama Hindu pun diajarkan bahwa kita harus merawat diri

kita termasuk mengobati luka dan cacat akibat kecelakaan.

9
2.3 Pandangan Agama Islam terhadap Operasi Plastik

Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut

jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu

anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika

anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak. (Al-Mausu’ah at-

Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam

bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk

memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk

memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau

rusak. (Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).

2.3.1 Bedah Plastik (Operasi Plastik) Yang Diharamkan

Secara umum, agama Islam mengharamkan operasi plastik tanpa

indikasi yang saya sebutkan diatas, yaitu yang dilakukan semata-mata

untuk tujuan memamerkan keindahan belaka, karena yangdemikian itu

adalah perbuatan yang dilandasi atas bujuk rayu Setan. Sebagaimana surat

An-Nisa ayat118-119.Sheikh Yusuf Al-Qardhawi (dalam Al-Bahi Al-

Khuli, Al-Mar'ah bayna Al-Bayt wal-Mujtama`, edisike-2 hal.105)

menyatakan Islam tidak membenarkan operasi plastik, karena sifat

mudharat yangmengubah bentuk ciptaan Allah, mudharat seseorang ingin

melukai diri sendiri, dan mudharatpenghambur-hamburan uang tanpa

faedah tertentu. Namun, beliau memberi pengecualian bilamanaada

indikasi medis berupa penderitaan fisik atau psikologis.

2.3.2 Bedah Plastik (Operasi Plastik) Yang Dibolehkan

10
Operasi plastik yang mubah adalah yang bertujuan untuk

memperbaiki cacat sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti bibir

sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-uyub al-thari`ah)

akibatkecelakaan, kebakaran, atau semisalnya, seperti wajah yang rusak

akibat kebakaran/kecelakaan.

Operasi Plastik yang dilakukan karena darurat atau semi darurat

adalah operasi yang terpaksadilakukan, seperti menghilangkan cacat,

menambah atau mengurangi organ tubuh tertentu yang rusakdan jelek.

Melihat pengaruh dan hasilnya, operasi tersebut sekaligus memperindah

bentuk dan rupatubuh.

Cacat ada dua jenis:

1. Cacat yang merupakan pembawaan dari lahir.

Cacat yang timbul akibat sakit yang diderita.Cacat pembawaan dari

lahir misalnya, bibir sumbing, bentuk jari-jemari yang bengkok dan lain-

lain. Cacat akibat sakit misalnya cacat yang timbul akibat penyakit kusta

(lepra), akibat kecelakaan danluka bakar serta lain sebagainya. Sudah

barang tentu cacat tersebut sangat mengganggu penderitasecara fisik

maupun psikis. Dalam kondisi demikian syariat membolehkan si penderita

menghilangkancacat, memperbaiki atau mengurangi gangguan akibat cacat

tersebut melalui operasi. Sebab cacattersebut mengganggu si penderita

secara fisik maupun psikis sehingga ia boleh mengambil

dispensasimelakukan operasi. Dan juga karena hal itu sangat dibutuhkan si

penderita. Kebutuhan mendesakkadang kala termasuk darurat sebagai salah

11
satu alasan keluarnya dispensasi hukum. Setiap operasiyang tergolong

sebagai operasi kecantikan yang memang dibutuhkan guna menghilangkan

gangguan,hukumnya boleh dilakukan dan tidak termasuk merubah ciptaan

Allah.Dibawah ini kami akan membawakan penjelasan Imam An-Nawawi

untuk membedakan antaraoperasi plastik/kecantikan yang dibolehkan dan

yang diharamkan:Dalam menjelaskan hadits Rasulullah yang berbunyi:

"Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta

untuk ditatokan, yangmencukur (menipiskan) alis dan yang meminta

dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik danmerubah ciptaan

Allah." (H.R Muslim No:3966.)Imam An-Nawawi menjelaskan sebagai

berikut:"Al-Wasyimah" adalah wanita yang mentato. Yaitu melukis

punggung telapak tangan,pergelangan tangan, bibir atau anggota tubuh

lainnya dengan jarum atau sejenisnya hinggamengeluarkan darah lalu

dibubuhi dengan tinta untuk diwarnai. Perbuatan tersebut haram

hukumnyabagi yang mentato ataupun yang minta ditatokan. Sementara an-

naamishah adalah wanita yangmenghilangkan atau mencukur bulu wajah.

Adapun al-mutanammishah adalah wanita yang memintadicukurkan.

Perbuatan ini juga haram hukumnya, kecuali jika tumbuh jenggot atau

kumis pada wajahwanita tersebut, dalam kasus ini ia boleh mencukurnya.

Sementara al-mutafallijat adalah wanita yangmenjarangkan giginya, biasa

dilakukan oleh wanita-wanita tua atau dewasa supaya kelihatan muda

danlebih indah. Karena jarak renggang antara gigi-gigi tersebut biasa

terdapat pada gadis-gadis kecil.Apabila seorang wanita sudah beranjak tua

giginya akan membesar, sehingga ia menggunakan kikiruntuk mengecilkan

12
bentuk giginya supaya lebih indah dan agar kelihatan masih

muda.Perbuatan tersebut jelas haram hukumnya baik yang mengikir

ataupun yang dikikirkan giginyaberdasarkan hadits tersebut di atas. Dan

tindakan itu juga termasuk merubah ciptaan Allah, pemalsuandan

penipuan. Adapun sabda nabi:"Yang mengikir giginya supaya kelihatan

cantik" maknanya adalahyang melakukan hal itu untuk mempercantik diri.

Sabda nabi tersebut secara implisit menunjukkanbahwa yang diharamkan

adalah yang meminta hal itu dilakukan atas dirinya dengan tujuan

untukmempercantik diri. Adapun bila hal itu perlu dilakukan untuk tujuan

pengobatan atau karena cacat padagigi atau sejenisnya maka hal itu

dibolehkan, wallahu a'lam. (Syarh Shahih Muslim karangan Imam An-

Nawawi XII.

2.4 Pandangan Agama Kristen Protestan terhadap Bedah Plastik

Secara teologis, Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa

Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki

penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki

fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak. (Al-

Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).Operasi plastik (plastic surgery)

atau dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk

memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk

memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau

rusak. (Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).

13
Bukan pula dengan cara-cara murahan yang membawa kehancuran.

Bukankah kita memiliki Allah Roh Kudus yang selalu siap membantu kita

agar tetap menarik dan awet muda karena sukacita yang dari dalam?

Kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan: “Janganlah kamu menjadi

serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,

sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang

baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)”.

Menurut beberapa teolog menyatakan bahwa Yesus mengkaburkan

pembedaan antara budaya Taurat (2:27-3:6), adat istiadat (folk culture, 7:1-

23) dengan budaya populer yang didiskriminasi oleh elit masyarakatnya.

Orang kusta yang dimarjinalkan, perempuan pendarahan karena haid

sebagai ‘cerita ditengah cerita’ (5:21-43). Markus menunjukkan kontras

antara orang-orang dalam “gereja” yakni keluarga dan kerabat Yairus

dengan seorang perempuan yang tersisih dari pusat keimanannya (bait

Tuhan) akibat budaya Taurat yang tidak manusiawi pada praktiknya

(imamat 15:25). Jadi kembali kepada pribadi masing-masing untuk

melakukan atau tidak suatu operasi plastik.

2.5 Bedah Plastik Dalam Pandangan Buddha

Bedah plastik menurut Buddha, dianggap tidak tidak melanggar sila

apabila memiliki tujuan yang positif dan bukan untuk penipuan.

Contohnya: penjahat kabur kemudian mengubah wajahnya dengan tujuan

orang tidak mengenal lagi sehingga ia lolos dari kejahatannya. Dalam

agama Buddha, wanita yang mengubah kelamin menjadi pria tidak

diperkenankan untuk menjadi bhikkhu. Selain itu pandangan agama

14
Buddha setuju apabila bedah plastik untuk pengobatan, misalnya: bibir

sumbing, luka bakar, atau penyakit kulit yang akibat dari kecelakaan

maupun bawaan sejak lahir melainkan bukan agar kelihatan awet muda

terus. Buddhis tidak melarang bedah plastik, tetapi apabila kita melakukan

bedah plastik dengan tujuan mempercantik diri berarti itu kurang sesuai

dengan ajaran Buddha, karena hal tersebut telah muncul Lobha

(keserakahan/ melekat pada objek). Jika bedah plastik itu berjalan dengan

lancar dan hasilnya bagus, kita akan semakin melekat padanya. Tetapi

apabila bedah plastik itu tidak berjalan dengan lancar atau hasilnya menjadi

buruk dari yang sebelumnya, maka akan menimbulkan Dosa

(kebencian/menolak objek). Apabila hal tersebut sudah terjadi maka akan

timbul Moha (kebodohan batin) yang selalu mengikutinya. Dalam

Brahmaviharapharana, Buddha mengajarkan kita bahwa “Semua makhluk

adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka

sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan

mereka sendiri, tergantung pada perbuatan mereka sendiri. Perbuatan apa

pun yang mereka lakukan, baik atau buruk; perbuatan itulah yang akan

mereka warisi” (Parita Suci, Yayasan Sangha Theravada Indonesia: 40).

Dengan demikian kita tahu bahwa dalam ajaran agama Buddha, baik atau

buruknya kondisi pada kehidupan ini merupakan akibat dari kamma masa

lampau (baik atau buruk). Tetapi untuk memperbaiki kamma yang kurang

baik, misalnya: memiliki wajah yang kurang cantik,tidak tampan, kulit

hitam, dan sebagainya; bukan dengan cara bedah plastik walaupun

sebenarnya memiliki kesehatan jasmani dan rohani, melainkan

15
memperbaiki perbuatan kita agar sesuai ajaran yang benar. Seperti yang

tertulis dalam Dhammapada ayat 262 yang tertulis “Bukan karena

wajahnya yang tampan yang menandakan seseorang dapat menyebut

dirinya orang baik apabila ia masih bersifat iri, kikir dan suka menipu”. Jadi

yang diutamakan dalam agama Buddha adalah jiwa yang baik.

Adapun alasan seseorang melakukan operasi plastik yaitu agar

tampak lebih muda, contohnya Stanley Yacobs, seorang aktor gaek

Amerika, yang kembali mendapat “order” segera setelah ia melakukan

operasi facelift. Ia mengatakan bahwa penampilan merupakan hal yang

penting baginya I/107).

2.6 Pandangan Agama Kristen Katolik terhadap Bedah Plastik

Secara teologis, Firman Tuhan berkata tegas bahwa tubuh ini bukan

milik kita sendiri, sebab nyatanya telah dibeli dengan lunas melalui

pengorbanan Kristus. Artinya, siapapun tidak berhak untuk

memperlakukan tubuh ini seenaknya. Memuliakan Allah yang dimaksud

adalah menjaga, memelihara dan menerima apa adanya seperti yang

diberikan oleh Tuhan. Memang dalam kenyataannya, sebagian orang

kurang mampu menerima diri sendiri sehingga dia “menciptakan dirinya”

menurut konsep yang dipikirkannya. Dirinya bukan lagi seperti yang ada

dalam pikiran Allah, melainkan sesuai dengan pikiran terbaiknya.

Bijaksana jika kita mencermati apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada

jemaat di Korintus. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait

Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari

Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah

16
dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah

dengan tubuhmu! (I Korintus 6:19-20)”.

Bukan pula dengan cara-cara murahan yang membawa kehancuran.

Bukankah kita memiliki Allah Roh Kudus yang selalu siap membantu kita

agar tetap menarik dan awet muda karena sukacita yang dari dalam?

Kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan: “Janganlah kamu menjadi

serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,

sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang

baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)”.

Menurut beberapa teolog menyatakan bahwa Yesus mengkaburkan

pembedaan antara budaya Taurat (2:27-3:6), adat istiadat (folk culture, 7:1-

23) dengan budaya populer yang didiskriminasi oleh elit masyarakatnya.

Orang kusta yang dimarjinalkan, perempuan pendarahan karena haid

sebagai ‘cerita ditengah cerita’ (5:21-43). Markus menunjukkan kontras

antara orang-orang dalam “gereja” yakni keluarga dan kerabat Yairus

dengan seorang perempuan yang tersisih dari pusat keimanannya (bait

Tuhan) akibat budaya Taurat yang tidak manusiawi pada praktiknya

(imamat 15:25). Jadi kembali kepada pribadi masing-masing untuk

melakukan atau tidak suatu operasi plastik.

2.6.1 Pandangan Agama Katolik Tehadap Operasi Plastik

Bedasarkan beberapa kitab dapat disimpulkan bahwa bedah plastic

diperbolehkan dalam agama katolik, jika untuk langkah penyembuhan

entah secara fisik untuk merekonstruksi bagian tubuh akibat cacat bawaan

17
atau kecelakaan. Tentu asalkan prosedurnya tidak menimbulkan reskiko

kerusakan pada tubuh setelah pembedahan. Namun bedah plastik tidak

dapat diizinkan jika itu merusak kebaikan lebih besar daripada apa yang

dapat dicapai, dan apabila tujuan dan prosedurnya secara mendasar tidak

dapat diterima secara moral, seperti transgender/ ganti jenis kelamin.

KGK 2288 Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai,

yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita harus merawatnya dengan cara yang

bijaksana dan bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan

kesejahteraan umum.…

KGK 2289 Memang ajaran susila menuntut menghormati kehidupan

jasmani, tetapi ia tidak mengangkatnya menjadi nilai absolut. Ia [ajaran

susila] melawan satu pendapat kafir baru, yang condong kepada pendewaan badan,

mengurbankan segala sesuatu untuknya dan mendewakan keterampilan badan dan

sukses di bidang olahraga….

KGK 2293 ….Ilmu pengetahuan dan teknik merupakan sarana-sarana

yang bernilai kalau mengabdi kepada manusia dan memajukan perkembangannya

secara menyeluruh demi kebahagiaan semua orang …Ilmu pengetahuan dan teknik

ditujukan kepada manusia, olehnya mereka diciptakan dan dikembangkan; dengan

demikian mereka menemukan, baik kesadaran mengenai tujuannya maupun batas-

batasnya, hanya di dalam pribadi manusia dan nilai susilanya.

KGK 2294 Pendapat bahwa penelitian ilmiah dan pemanfaatannya adalah

bebas nilai, merupakan satu ilusi. Juga kriteria untuk pengarahan penelitian tidak

dapat begitu saja disimpulkan secara sempit dari daya guna teknis atau dari

18
manfaatnya, yang dinikmati oleh yang satu sambil merugikan yang lain; atau lebih

lagi tidak bisa disimpulkan dari ideologi yang berlaku. Ilmu pengetahuan dan

teknik sesuai dengan artinya menuntut penghormatan mutlak akan nilai-nilai dasar

moral. Mereka harus melayani manusia, hak-haknya yang tidak boleh diganggu

gugat, kebahagiaannya yang benar dan menyeluruh, sesuai dengan rencana dan

kehendak Allah.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Bedah plastik, berasal dari bahasa Yunani, yaitu “plastikos” yang berarti

“membentuk” atau “memberi bentuk”. Ilmu ini sendiri merupakan cabang

dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi

yang normal dan “menyempurnakan” bentuk dengan proporsi yang “lebih

baik”. Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis: pembedahan

untuk rekonstruksi dan pembedahan untuk kosmetik ( Estetik ). Yang

membedakan operasi Rekonstruksi dan Estetik adalah dari tujuan

prosedur pembedahan itu sendiri.

3.1.2 Jika membahas mengenai Operasi plastik atau mengubah tubuh, dalam

ajaran agama Hindu disebutkan dalam beberapa wahyunya yang

dituliskan di daun Lontaryang berjumlah empat helai yaitu: Yama Purwa

Tattwa, Yama Purana Tattwa, Yama Purwana Tattwa, dan Yama

Tattwa. Dikatakan bahwa Inti yang diuraikan di keempat lontar

itu berkenaan tentang pengertian tentang asal tubuh manusia, setelah

kematian dan kewajiban menjaga tubuh yang merupakan pinjaman.

Disebutkan secara jelas bahwa roh/atman diberikan pinjam berupa

badan atau tubuh manusia secara lengkap oleh Sang Hyang Widhi sejak

dari embrio (masih dalam kandungan)sampai tua dan mati nanti.

3.1.3 Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah

at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu

20
anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika

anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak. (Al-Mausu’ah at-

Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).Operasi plastik (plastic surgery) atau

dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk

memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk

memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas,

atau rusak. (Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).

3.1.4 Operasi plastik (plastic surgery) atau dalam bahasa Arab disebut jirahah

at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki penampilan satu

anggota tubuh yang nampak, atau untuk memperbaiki fungsinya, ketika

anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas, atau rusak. (Al-Mausu’ah at-

Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).Operasi plastik (plastic surgery) atau

dalam bahasa Arab disebut jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk

memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang nampak, atau untuk

memperbaiki fungsinya, ketika anggota tubuh itu berkurang, hilang/lepas,

atau rusak. (Al-Mausu’ah at-Thibbiyah al-Haditsah, 3/454).

3.1.5 Bedah plastik menurut Buddha, dianggap tidak tidak melanggar sila

apabila memiliki tujuan yang positif dan bukan untuk penipuan.

Contohnya: penjahat kabur kemudian mengubah wajahnya dengan tujuan

orang tidak mengenal lagi sehingga ia lolos dari kejahatannya. Dalam

agama Buddha, wanita yang mengubah kelamin menjadi pria tidak

diperkenankan untuk menjadi bhikkhu. Selain itu pandangan agama

Buddha setuju apabila bedah plastik untuk pengobatan, misalnya: bibir

sumbing, luka bakar, atau penyakit kulit yang akibat dari kecelakaan

21
maupun bawaan sejak lahir melainkan bukan agar kelihatan awet muda

terus. Buddhis tidak melarang bedah plastik, tetapi apabila kita melakukan

bedah plastik dengan tujuan mempercantik diri berarti itu kurang sesuai

dengan ajaran Buddha, karena hal tersebut telah muncul Lobha

(keserakahan/ melekat pada objek).

3.1.6 Bedasarkan beberapa kitab dapat disimpulkan bahwa bedah plastic

diperbolehkan dalam agama katolik, jika untuk langkah penyembuhan

entah secara fisik untuk merekonstruksi bagian tubuh akibat cacat bawaan

atau kecelakaan. Tentu asalkan prosedurnya tidak menimbulkan reskiko

kerusakan pada tubuh setelah pembedahan. Namun bedah plastik tidak

dapat diizinkan jika itu merusak kebaikan lebih besar daripada apa yang

dapat dicapai, dan apabila tujuan dan prosedurnya secara mendasar tidak

dapat diterima secara moral, seperti transgender/ ganti jenis kelamin.

3.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk

STIKES Buleleng pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

2. Bagi Mahasiswa

Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan

gambaran umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan

kesehatan diharapkan mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi

dilapangan

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indoforum.org/showthread.php?t=79296&s=b18e0da100324a22a2ed

e80f92b00d45#ixzz2CgTe6zTD

www.indoforum.org http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=673

www.wikipedia.org

23

También podría gustarte