Está en la página 1de 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANG GANGGUAN SISTEM

IMUNOLOGI PADA KASUS SISTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)

OLEH
KELOMOK 6
1. Mulisah
2. Nadia Nur Setiahati
3. Nasrul Fuad
4. Nia Usnia
5. Ni Luh Pebri
6. Rani Okta
7. Sri Nahniatin

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah,inayah serta nikmat
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan pihak penulisan makalha ini
tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga terselesainya
makalah ini
Penulis berusaha semampunya untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal
mungkin,ada pula materi yang diambil dari berbagai macam referensi elektronik, dan buku
pegangan yang dapat membantu kami menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami
memahami dan mengetahui benar bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, tetapi
semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat membantu dan menambah pengetahuan bagi
siapa saja yang membaca makalah ini. kurang dan lebihnya isi dari makalah ini kami mohon
maaf. Semoga bermanfaat bagi siapa saja kedepannya.

Mataram, Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................................5
BAB II KONSEP DASAR........................................................................................................6
A. KONSEP TEORI
1. Definisi.....................................................................................................................6
2. Etiologi.....................................................................................................................7
3. Patofisiologi.............................................................................................................8
4. Faktor Resiko...........................................................................................................8
5. Manifestasi Klinis....................................................................................................9
6. Komplikasi.............................................................................................................10
7. Penatalaksanaan.....................................................................................................11
8. Penatalaksanaan.....................................................................................................11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................14
1. Pengkajian..............................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................19
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................................20
4. Implementasi Keperawatan....................................................................................22
5. Evaluasi Keperawatan............................................................................................22
BAB III PENUTUP.................................................................................................................23
1. Kesimpulan............................................................................................................23
2. Saran......................................................................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau
“Serigala,” merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana disekitar pipi dan hidung
akan terlihat kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa lelah berkepanjangan,
kemudian dibagian bawah wajah dan lengan terlihat bercak-bercak merah. Tidak hanya
itu, penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh lainnya salah satunya adalah
menyerang ginjal. Penyakit untuk menggambarkan salah satu ciri paling menonjol dari
penyakit itu yaitu ruam di pipi yang membuat penampilan seperti serigala. Meskipun
demikian, hanya sekitar 30% dari penderita lupus benar-benar memiliki ruam “kupu-
kupu,” klasik tersebut.
Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang
diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita lupus,
sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri, oleh karena
itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan keradangan di berbagai
organ tubuh kita, misalnya: kulit yang akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu
juga sendi, paru, ginjal, otak, darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini
dinamakan “Sistemik,” karena mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus
hanya mengenai kulit saja, sedangkan organ lain tidak terkena, maka disebut LUPUS
KULIT (lupus kutaneus) yang tidak terlalu berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik
(Sistemik Lupus /SLE). Berbeda dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik
merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit,
atau trombosit. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu
dengan lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di
ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang
sangat rendah (Sukmana, 2004).
Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut hasil
penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan
Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic lupus

4
erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering terlambat
diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang inadekuat, penurunan kualitas
pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain
yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan keluarganya
tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE. Manifestasi
klinis dari SLE bermacam-macam meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit,
hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, mata, trombosis, dan
kematian janin (Hahn, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses penyakit lupus tersebut ?
2. Bagaimanakah tindakan yang akan dilakukan seorang perawat / mahasiswa calon
perawat, bila menghadapi klien dengan penyakit lupus tersebut ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan dapat memahami penjabaran tentang penyakit lupus.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu menjelaskan tentang defenisi, etiologi, klasifikasi / jenis-jenis penyakit
lupus, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis (tanda dan gejala), prognosis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan serta komplikasi penyakit lupus.
b. Mampu menjabarkan dan atau membuat asuhan keperawatan pada klien yang
menderita penyakit lupus.

5
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah suatu penyakit yang tidak jelas
etiologinya, yaitu terjadinya kerusakan jaringan dan sel akibat autoantibodi dan
kompleks imun yang ditunjukkan kepada salah satu atau lebih komponen inti sel.
Prevalensi penyakit ini pada wanita usia subur adalah sekitar 1 dari 500. Angka
kelangsungan hidup 10 dan 20 tahun masing-masing adalah 75 dan 50 persen,
dengan infeksi, kekambuhan lupus, kegagalan organ ujung (end-organ), dan penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian. (Kenneth J. Leveno, dkk,
2009)
SLE (Sistemisc lupus erythematosus)adalah suatu penyakit komplek yang
bersifat genetis dandi duga lebih dari satu gen menentukan seseorang akan terkena
atau tidak (Sharon moore,2008).
SLE atau LES (lupus eritematosus sistemik) adalah penyakit radang atau
imflamasi multisystem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan system
imun (Albar, 2003)
SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang
melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai
banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi
dari beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun
terlibat sebagai mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).
Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto
imun, dimanatubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak
organ tubuh sendiri, sepertiginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau
trombosit. Antibodi seharusnya ditujukanuntuk melawan bakteri ataupun virus yang
masuk ke dalam tubuh.( Smeltzer. Suzanne C.2002)

Ada tiga bentuk lupus yang dikenal, yaitu:


a. Lupus systemik

6
Adalah penyakit lupus yang menyerang kebanyakan sistem di dalam tubuh,
seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati otak dan sistem saraf. SLE
merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan oleh
banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya
gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi
autoantibodi yang berlebihan (Albar, 2003). Terbentuknya autoantibodi terhadap
dsDNA, berbagai macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan
fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui
mekanime pengaktivan komplemen (Epstein, 1998)
b. Discoid Lupus
Dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit lupus yang menyerang kulit. Lesi
berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema yang meninggi,
skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul di kulit kepala,
telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan
kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian
tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).
c. Lupus karena obat
Penyakit lupus yang muncul setelah penggunaan obat tertentu, seperti hidralazin
(Apresoline), metildopa (Aldomet), klorpromazin (Thorazine), prokainamid
(Pronestyl) (Barbara Engram, 1998).

2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga faktor genetik, infeksi
dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES.
Kecenderungan terjadinya LES dapat berhubungan dengan perubahan gen
MHC spesifik dan bagaimana antigen sendiri ditunjukkan dan dikenali. Wanita lebih
cenderung mengalami LES dibandigkan pria, karena peran hormon seks. LES dapat
dicetuskan oleh stres, sering berkaitan dengan kehamilan atau menyusui.
Pada beberapa orang, pajanan radiasi ultraviolet yang berlebihan dapat
mencetuskan penyakit. Penyakit ini biasanya mengenai wanita muda selama masa
subur. Penyakit ini dapat bersifat ringan selama bertahun-tahun, atau dapat
berkembang dan menyebabkan kematian (Elizabeth, 2009)

7
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

4. Faktor Resiko
a. Faktor risiko genetik
Meliputi jenis kelamin (frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering daripada
pria dewasa), umur (lebih sering pada usia 20-40 tahun), etnik, dan faktor
keturunan (frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga di mana terdapat
anggota dengan penyakit tersebut).
b. Faktor risiko hormon
Estrogen menambah risiko LES, sedang androgen mengurangi risiko ini.
c. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang
efektif, sehingga LES kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit
mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat
tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran di pemuluh darah.
d. Imunitas
Pada pasien LES terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel T.
e. Obat

8
Obat tertentu dalam presentasi kecil sekali pada pasien tertentu dan diminum
dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (Drug Induced Lupus
Erythematosus atau DILE).
f. Jenis obat yang dapat menyebabkan lupus obat adalah:
1) Obat yang pasti menyebabkan lupus obat: klorpromazin, metildopa, hidralasin,
prokainamid, dan isoniazid.
2) Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus obat: dilantin, peninsilamin, dan
kuinidin.
3) Hubungannya belum jelas: garam emas, beberapa jenis antibiotik, dan
griseofulvin
g. Infeksi
Pasien LES cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang penyakit ini
kambuh setelah infeksi.
h. Stres
Stres berat dapat mencetuskan LES pada pasien yang sudah memiliki
kecenderungan akan penyakit ini (Arif Mansjoer, 2000).

5. Manifestasi Klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada
penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak diketahui)
menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya
penyakit, bervariasi pada setiap penderita. Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai
dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat.
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi)
dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang
satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
a. Sistem Muskuloskeletal
1) Artralgia
2) Artritis (sinovitis)
3) Pembengkakan sendi,
4) Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan
5) Rasa kaku pada pagi hari.
b. Sistem Integument (Kulit)

9
1) Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi, dan
2) Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

c. Sistem kardiak
1) Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
d. Sistem pernafasan
1) Pleuritis atau efusi pleura.
e. Sistem vaskuler
1) Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
2) Eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
f. Sistem perkemihan
1) Glomerulus renal yang biasanya terkena.
g. Sistem saraf
1) Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh
bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis. (Elizabeth,
2009).

6. Komplikas
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita LES adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES. Gagal ginjal
dapat terjadi akibat deposit kompleks antibodi-antigen pada glomerulus disertai
pengaktifan komplemen resultan yang menyebabkan cedera sel, suatu contoh
reaksi hipersensitivitas tipe III
b. Dapat terjadi perikarditis (peradangan kantong perikadium yang mengelilingi
jantung)
c. Peradangan membran pleura yang mengelilngi paru dapat membatasi perapasan.
Sering terjadi bronkhitis.
d. Dapat terjadi vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer.
e. Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang. Perubahan
kepribadian, termasuk psikosis dan depresi dapat terjadi. Perubahan kepribadian
mungkin berkaitan dengan terapi obat atau penyakitnya (Elizabeth, 2009).

10
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang di lakukan terhadap pasien LES meliputi:
a. ANA (anti nucler antibody). Tes ANA memiliki sensitivitas yang tinggi namun
spesifisitas yang rendah.
b. Anti dsDNA (double stranded). Tes ini sangat spesifik untuk LES, biasanya
titernya akan meningkat sebelum LES kambuh.
c. Antibodi anti-S (Smith). Antibodi spesifik terdapat pada 20-30% pasien.
d. Anti-RNP (ribonukleoprotein), anti-ro/anti SS-A, antikoagulan lupus)/anti-SSB,
dan antibodi antikardiolipin. Titernya tidak terkait dengan kambuhnya LES.
e. Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)
f. Tes sel LE. Kurang spesifik dan juga positif pada artritis reumatoid, sindrom
sjogren, skleroderna, obat, dan bahan-bahan kimia lain.
g. Anti ssDNA (single stranded)
h. Pasien dengan anti ssDNA positif cenderung menderita nefritis (Arif Mansjoer,
2000).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Terapi dengan obat bagi penderita SLE mencakup pemberian obat-obat:
1) Antiradang nonstreroid (AINS)
AINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin saat ini lebih
jarang dipakai karena memiliki insiden hepatotoksik tertinggi, dan sebagian
penderita SLE juga mengalami gangguan pada hati. Penderita LES juga
memiliki risiko tinggi terhadap efek samping obat-obatan AINS pada kulit,
hati, dan ginjal sehingga pemberian harus dipantau secara seksama.
2) Kortikosteroid
3) Antimalaria
Pemberian antimalaria kadang-kadang dapat efektif apabila AINS tidak dapat
mengendalikan gejala-gejala LES. Biasanya antimalaria mula-mula diberikan
dengan dosis tinggi untuk memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit
merupakan parameter untuk memantau pemakaian dosis.
4) Imunosupresif

11
Pemberian imunosupresif (siklofosfamid atau azatioprin) dapat dilakukan
untuk menekan aktivitas autoimun LES. Obat-obatan ini biasanya dipakai
ketika:
a) Diagnosis pasti sudah ditegakkan
b) Adanya gejala-gejala berat yang mengancam jiwa
c) Kegagalan tindakan-tidakan pengobatan lainnya, misalnya bila pemberian
steroid tidak memberikan respon atau bila dosis steroid harus diturunkan
karena adanya efek samping
d) Tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma (Sylvia dan Lorraine,
1995).

b. Penatalaksanaan keperawatan
Perawat menemukan pasien SLE pada berbagai area klinik karena sifat penyakit
yang homogeny. Hal ini meliputi area praktik keperawatan reumatologi,
pengobatan umum, dermatologi, ortopedik, dan neurologi. Pada setiap area
asuhan pasien, terdapat tiga komponen asuhan keperawatan yang utama.
1) Pemantauan aktivitas penyakit dilakukan dengan menggunakan instrument
yang valid, seperti hitung nyeri tekan dan bengkak sendi (Thompson &
Kirwan, 1995) dan kuesioner pengkajian kesehatan (Fries et al, 1980). Hal ini
member indikasi yang berguna mengenai pemburukan atau kekambuhan
gejala.
2) Edukasi sangat penting pada semua penyakit jangka panjang. Pasien yang
menyadari hubungan antara stres dan serangan aktivitas penyakit akan mampu
mengoptimalkan prospek kesehatan mereka. Advice tentang keseimbangan
antara aktivitas dan periode istirahat, pentingnya latihan, dan mengetahui tanda
peringatan serangan, seperti peningkatan keletihan, nyeri, ruam, demam, sakit
kepala, atau pusing, penting dalam membantu pasien mengembangkan strategi
koping dan menjamin masalah diperhatikan dengan baik.
3) Dukungan psikologis merupakan kebutuhan utama bagi pasien SLE. Perawat
dapat memberi dukungan dan dorongan serta, setelah pelatihan, dapat
menggunakan ketrampilan konseling ahli. Pemberdayaan pasien, keluarga, dan
pemberi asuhan memungkinkan kepatuhan dan kendali personal yang lebih

12
baik terhadap gaya hidup dan penatalaksanaan regimen bagi mereka (Anisa Tri
U., 2012).

c. Penatalaksanaan diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang
mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan
berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk
mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh
berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan.
Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar
matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock)
setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit
pada pasien SLE

13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
a. Anamnese
1) Identitas Klien Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal
masuk, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah keluhan klien pada saat melakukan pengkajian, biasa berupa tanda
dan gejala dari penyakit SLE seperti demam, lelah, merasa tidak enak badan
,penurunan berat badan, nyeri pada dada, ruam kulit, mual dan muntah (
anoreksia ), pembengkakan dan nyeri persendian, kaku, nyeri otot dan efek
gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat ,
pada lupus klien mengeluh nyeri, demam, lelah, merasa tidak enak badan ,
penurunan berat badan, ruam kulit, mual dan muntah, sensitive terhadap sinar
matahari sehingga kulit ruam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi menular, dan
penyakit keturunan, penyakit kelainan darah dan penyakit seperti yg di alami
klien.
4) Riwayat psikososial
Klien sering depresi, Respon pasien terhadap penyakit yang dialaminya 
Kecemasan, Kondisi psikologis pasien
5) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien mempunyai riwayat menderita penyakit infeksi, riwayat
pemakaian antibiotic (terutama golongan sulfa dan penisilin), riwayat
pemakaian lama obat ( hidralazin, prokainamid dan beta-bloker ) dan riwayat
stres yang berlebihan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit

14
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
2) Kardiovaskuler
a) Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
b) Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan
gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.

3) Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
pada pagi hari.
4) Sistem integumen
a) Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.
b) Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
5) Sistem pernafasan
a) Pleuritis atau efusi pleura.
6) Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
7) Sistem Renal
Edema dan hematuria.
8) Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Leukopeni,atau limfopeni, Anemia (Hb turun), Trombositopenia, LED
meningkat
2) Imunologi
a) ANA (Antibody Anti Nuklear)
b) Anti body DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
c) Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
d) Tes CRP (C_Reactive Protein) positif
3) Fungsi ginjal

15
a) Kreatinin serum meningkat
b) Penurunan GFR
c) Protein urin (> 0,5 gram/24 jam)
d) Ditemukan sel darah merah dan sendimen granular
4) Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
5) APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal
6) Serologi VDRL
Memberikan hasil positif palsu
7) Tes vital lupus
Adanya pita Fg 6 yang khas dan deposit Ig M pada persambungan
dermo_epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak.
d. Analisa Data
N Kelompok Analisis Masalah
o Data
1 Ds: Genetik, kuman/virus, sinar UV, obat-obatan tertentu Kerusaka
· Klien n
mengatakan integritas
kulitnya kulit
berubah Peningkatan autoimin berlebihan
menjadi
kemerahan
termasuk
didaerah wajah
Autoimun menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)
Do:
· Ruam wajah
dalam pola
malar (seperti Pembentukan lupus
kupu-kupu)
pada daerah
pipi dan
hidung Produksi antibody meningkat
· Lesi
berskuama di
kulit kepala,
leher dan Pencetus penyakit inflamasi multi organ
punggung
· Pengencanga
n dan
Perubahan fungsi barier kulit
pengerasan
kulit jari-jari
tangan
Ruam kupu-kupu SLE membrane, alopesia, urtikaria dan
16
vaskulitis urserasi dimulut dan nasofaring

Kerusakan integritas kulit

2 Ds: Genetik, kuman/virus, sinar UV, obat-obatan tertentu Ganggua


· Klien n rasa
mengeluh nyaman
nyeri saat (nyeri)
bergerak dan Peningkatan autoimin berlebihan
nyeri tekan
pada sendi
yang meradang
Do:
Autoimun menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)
· Pembengkak
an dan
peradangan
sendi Pembentukan lupus
· Warna
kemerahan
· Rentang
gerak terbatas Produksi antibody meningkat

Pencetus penyakit inflamasi multi organ

Sendi

Terjadi arthritis

Terjadi inflamasi

Gangguan rasa nyaman (nyeri)


3 Ds: Genetik, kuman/virus, sinar UV, obat-obatan tertentu Perubaha
· Klien n nutrisi
mengatakan kurang
tidak nafsu dari
makan Peningkatan autoimin berlebihan kebutuha

17
Do: n tubuh
· Luka-luka di
selaput lendir
dan pharing
· Ulkus oral Autoimun menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)
(mulut tampak
kotor)
· Hb kurang
Pembentukan lupus
dari rentang
normal

Produksi antibody meningkat

Pencetus penyakit inflamasi multi organ

Hati

Terjadi kerusakan sintesa zat-zat yang dibutuhkan oleh


tubuh

Mual-muntah, ulkus oral

Anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


4 Ds: Genetik, kuman/virus, sinar UV, obat-obatan tertentu Hambata
· Klien n
mengatakan mobilitas
mengalami fisik
keterbatasan Peningkatan autoimin berlebihan
rentang gerak
pada sendinya
Do:
· Adanya
18
peradangan Autoimun menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)
dan
pembengkakan
sendi sehingga
rentang gerak Pembentukan lupus
yang terbatas
· Rasa kaku
pada pagi hari
Produksi antibody meningkat

Pencetus penyakit inflamasi multi organ

Sendi

Terjadi arthritis

Pembengkakan efusi dan nyeri

Aktifitas menurun

Hambatan mobilitas fisik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan
merubah (a Carpenito, 2000).
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi/kerusakan
jaringan

19
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ulkus oral
sehingga nafsu makan menurun
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat adanya
pembengkakan sendi

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi (perencanaan) adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi;
meletakkan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin dicapai, dan
memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan (Potter dan Perry, 1997).
Diagnosa Tujuan Rencana
Keperawatan Tindakan
Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi kulit terhadap adanya ruam
integritas kulit keperawatan pada klien dan lecet, warna dan suhu,
berhubungan selama 3x24 jam, kelembapan dan kekeringan yang
dengan Perubahan kerusakan integritas kulit berlebihan, area kemerahan dan rusak.
fungsi barier kulit teratasi 2. Bersihkan kulit dan lakukan
perawatan luka dengan prinsip steril
3. Berikan pendidikan kesehatan kepada
klien dan keluarganya tentang
pentingnya menjaga kebersihan kulit
sekitar luka guna mempercepat
penyembuhan dan ajarkan teknik
perawatannya
4. Rujuk ke tenaga medis ahi terapi
enterostoma untuk mendapatkan
bantuan dalam pencegahan,
pengkajian, dan penanganan luka atau
kerusakan kulit
Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang
nyaman (nyeri) keperawatan pada klien komprehensif meliputi lokasi,
berhubungan selama 2x24 jam, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan proses gangguan rasa nyaman kualitas, intensitas atau keparahan
inflamasi/kerusakan (nyeri) teratasi nyeri dan factor presipitasinya

20
jaringan 2. Bantu meringankan dan mengurangi
nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh
pasien dan atur imobilisasi pada
daerah yang nyeri
3. Berikan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga mengenai
penyebab dan cara mengatasi nyeri,
serta informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi obat analgesic dan
jika tindakan tidak berhasil
Perubahan nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau asupan makanan setiap hari
kurang dari keperawatan pada klien 2. Bantu pasien dalam pemilihan
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam, makanan atau cairan dalam memenuhi
berhubungan Perubahan nutrisi kurang kebutuhan nutrisi
dengan ulkus oral dari kebutuhan tubuh 3. Ciptakan lingkungan yang
sehingga nafsu teratasi menyenangkan untuk makan
makan menurun 4. Ajarkan pasien untuk tetap menjaga
kebersihan mulut
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Hambatan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji mengenai rentang gerak yang
mobilitas fisik keperawatan pada klien mampu dilakukan oleh pasien
berhubungan selama 2x24 jam, 2. arkan dan dukung pasien dalam
dengan nyeri akibat hambatan mobilitas fisik latihan ROM aktif atau pasif
adanya teratasi 3. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik
pembengkakan (fisioterapi)
sendi

21
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan
rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata dan langsung
kepada klien.
Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan keperawatan saja tetapi
juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan tersebut sekaligus respon klien, dan
mendokumentasikan nya ke dalam catatan perawatan klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan pada dasarnya harus
disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap perencanaan.Namun tidak
selamanya hal tersebut dapat dilakukan karena tergantung pada beberapa
faktor.Faktor-faktor tersebut antara yaitu keadaan klien, fasilitas yang ada,
pengorganisasian kerja perawat, ketersediaan waktu serta lingkungan fisik dimana
tindakan keperawatan tersebut dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013)

22
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah suatu penyakit yang tidak jelas
etiologinya, yaitu terjadinya kerusakan jaringan dan sel akibat autoantibodi dan
kompleks imun yang ditunjukkan kepada salah satu atau lebih komponen inti sel.
Prevalensi penyakit ini pada wanita usia subur adalah sekitar 1 dari 500. Angka
kelangsungan hidup 10 dan 20 tahun masing-masing adalah 75 dan 50 persen, dengan
infeksi, kekambuhan lupus, kegagalan organ ujung (end-organ), dan penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian. (Kenneth J. Leveno, dkk, 2009)

2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya agar bisa lebih baik lagi. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan trimakasih.

23
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Buku 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book,
St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA.
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta

24

También podría gustarte