Está en la página 1de 8

38 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No.

1, April 2017

GAMBARAN EFIKASI DIRI DAN PEAK EXPIRATORY FLOW RATE


PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

Emdat Suprayitno1, Azizah Khoiriyati2, Titiek Hidayati3

1,2
Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar
Selatan, Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Email: emdats@yahoo.com
3
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar
Selatan, Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta.

ABSTRACT
Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) has become a huge public health problem in
the world. In Asy-Syaafi Hospital, COPD is the most commonly found disease after bcronchitis among the
patients in out patient unit of lung desease. Self efficacy showed patients’ confidence in independently
managing chronic desease. Wheter they want or not to start the treatment is determined by their self
efficacy. Peak expiratory flow rate showed condition and problems of lung function and the narrowing or
blockage of the airway.
Objective: Identify conditions and problems on self efficacy and Peak expiratory flow rate of COPD patients
in Asy-Syaafi Hospital Pamekasan, East Java.
Method: This research was descriptive study used non analytic cross sectional design, with total sampling,
involving 30 respondents. Data were collected with a questionnaire of the COPD self efficacy (CSES) and
peak flow meter. Data analysis was performed with a univariate analysis.
Results: Self efficacy was in low category with score less than 99 (86.7%) and peak expiratory flow rate was
less than <50% of the PEF (90%).
Conclusion: Most of COPD self efficacy in Asy-Syaafi Hospital Pamekasan were in not good category and
peak expiratory flow rate contained in red zone or the occurrence of major constriction of the airways.

Keywords: COPD, Self Eficacy, Peak Expiratory Flow Rate

PENDAHULUAN lingkungan kementerian kesehatan di 5


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa
adalah masalah kesehatan secara global Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatra
yang sejak tahun 2001 merupakan masalah Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan
utama dalam kesehatan masyarakat. Pada PPOK menempati urutan pertama
tahun 2020 PPOK diperkirakan menempati penyumbang angka kesakitan yaitu (35%),
peringkat kelima di seluruh dunia dalam asma bronkial (33%), kanker paru (30%), dan
beban penyakit dan peringkat ketiga dalam lainnya (2%).3
penyebab kematian.1 Sesak nafas atau Berdasarkan profil Rumah Sakit Asy-
dyspnea merupakan masalah yang umum Syaafi Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa
2
dijumpai pada penderita PPOK. Timur tahun 2014 didapatkan data 10
Berdasarkan hasil survei penyakit tidak penyakit terbanyak pada tahun 2013 di unit
menular oleh direktorat jenderal rawat jalan adalah 577 pasien bronchitis dan
pengendalian penyakit dan penyehatan 504 pasien PPOK. Data jumlah pasien PPOK
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 39

di unit rawat inap mencapai 352 pasien yang ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan
menjadi jumlah terbanyak kedua setelah terjadinya perubahan ukuran jalan nafas
tuberculosis yaitu 623 pasien. Jumlah rata- menjadi besar. Pengukuran ini sangat
rata pasien PPOK di unit rawat jalan bulan berkolerasi dan sama dengan forced
Maret, April, dan Mei tahun 2016 mencapai expiratory volume in the first second (FEV1).7
80 pasien. Pasien PPOK memiliki
Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 ketidakmampuan mendasar dalam mencapai
orang pasien PPOK mereka mengatakan angka aliran udara normal selama
masalah yang sering dialami adalah sesak pernafasan terutama pada saat fase
8
napas, terkadang batuk disertai dahak dan ekspirasi. Ketidakmampuan pasien dalam
kadang tanpa dahak. Pasien mengatakan mencapai udara normal disebabkan karena
dampak dari PPOK yang diderita adanya obstruksi pernafasan yang dapat
memengaruhi banyak aspek. Satu orang mengakibatkan paru-paru mudah untuk
pasien mengatakan sejak satu bulan yang mengempis, sehingga terjadi penurunan
lalu tidak bisa bertani karena batuk yang tidak aliran puncak ekspirasi atau PEF.9
segera sembuh. Kedua pasien lainnya
mengatakan sesak yang dideritanya sangat BAHAN DAN CARA PENELITIAN
menganggu aktivitas sehari-hari seperti pada Jenis penelitian ini adalah deskriptif
saat mandi, berjalan, dan membersihkan dengan menggunakan design cross sectional
rumah. non analitik. Populasi dalam penelitian ini
Efikasi diri dirancang untuk menguji adalah Pasien PPOK di Poli paru RSU Asy-
keyakinan individu untuk melakukan kegiatan Syaafi yang menjalani rawat jalan pada bulan
yang dipilih sebagai usaha yang diinginkan.4 September tahun 2016 sebanyak 30 pasien
Efikasi diri yang tinggi akan berpengaruh PPOK dengan total sampling. Peneliti
terhadap peningkatkan kualitas hidup pasien menggunakan lembar informed consent
5
PPOK. Efikasi diri merupakan salah satu sebagai tanda persetujuan dari pihak
aspek pengetahuan tentang diri atau self responden.
knowledge yang paling berpengaruh dalam Peneliti menggunakan kuesioner
kehidupan manusia sehari-hari karena efikasi COPD self efficacy scale (CSES) untuk
diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu mengukur efikasi diri yang terdiri atas 33
dalam menentukan tindakan yang akan pernyataan dan terdapat 4 pilihan jawaban
dilakukan dalam mencapai suatu tujuan.6 yaitu 4: Sangat yakin, 3: Yakin, 2: Agak yakin,
Peak expiratory flow rate (PEF) atau dan 1: Tidak yakin dengan kategori: efikasi
arus puncak ekspirasi adalah titik aliran diri baik jika skor efikasi diri >99, efikasi diri
tertinggi yang dicapai seseorang selama tidak baik jika skor efikasi diri <99. Instrumen
40 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

CSES telah dilakukan uji reliabilitas dengan merokok sebagian besar kategori sedang
10
Cronbach’s Alpha berkisar dari 0,80-0,9. (200-600 batang rokok). Sebagian besar
Peneliti menggunakan Peak flow meter lama penyakit ≤ 2 tahun 66.7% (20
Vitalograph dengan standard kalibrasi ISO responden).
23747:2007 untuk mengukur nilai PEF. Nilai Tabel 1. Karakteristik responden
penelitian.
PEF dihitung dengan cara hasil PEF diukur
Karateristik f %
(L/M) dibagi nilai prediksi (L/M) kemudian
Usia
dikalikan 100% dengan kategori %PEF yaitu:
Dewasa 4 13.3
Zona hijau jika nilai persentase PEF
Lansia 26 86.7
mencapai 80% sampai 100% yang
menandakan fungsi paru-paru baik. Zona Jenis Kelamin
laki-laki 22 73.3
kuning jika nilai persentase PEF mencapai
perempuan 8 8 26.7
50% sampai 80% yang menandakan mulai
terjadi penyempitan jalan nafas. Zona merah Pendidikan
jika persentase PEF kurang dari 50% yang < SLTP 24 80
≥ SLTP 6 20
menandakan saluran nafas besar telah
menyempit.11 Berdasarkan latar belakang Pekerjaan
tersebut maka sangat perlu dilakukan Non PNS 28 93.3
penelitian untuk mengetahui kondisi dan PNS 2 6.7

permasalahan pada pasien PPOK khususnya


Tinggi badan
pada efikasi diri dan nilai Peak Expiratory 142-155 15 50
flow rate. 156-169 15 50

IMT
HASIL DAN PEMBAHASAN
kurang (<18.5) 14 46.7
Dari tabel 1. dapat diketahui bahwa Normal (≥ 18.5) 16 53.3
mayoritas responden berusia lansia sebesar
∑ Merokok
86.7% (26 responden), sebagian besar jenis
Ringan (0-200) 12 40
kelamin laki-laki 73.3% (22 responden), Sedang (200-
600) 18 60
sebagian besar tingkat pendidikan ≤ SLTP
(SD,SLTP) 80% (24 responden), sebagian Lama penyakit
besar pekerjaan non PNS 93.3% (28 ≤ 2 tahun 20 66.7
responden), tinggi badan merata yaitu tinggi > 2 tahun 10 33.3
Data primer: 2016
badan 142-155 cm 50% (15 responden).
Sebagian besar berat badan dalam IMT
normal 53.3% (16 responden), kategori
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 41

Tabel 2. Efikasi diri pada pasien PPOK tidak beraktivitas meskipun secara fisik
Efikasi diri f % 14
mereka mampu untuk melakukannya.
Salah satu faktor yang memengaruhi
Baik 4 13.3
efikasi diri pasien PPOK adalah tingkat
Tidak baik 26 86.7
pendidikan di mana proses pembentukan
Data primer: 2016 efikasi diri adalah melalui proses kognitif.15
Tingkat pendidikan responden mayoritas
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui berada dalam tingkat pendidikan yang rendah
bahwa sebagian besar responden memiliki (SD dan SLTP) sehingga dapat berpengaruh
efikasi diri yang tidak baik yaitu 86.7% (26 terhadap efikasi diri yang dimiliki. Pasien
responden). Persepsi efikasi diri mengacu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
pada berapa banyak keyakinan seseorang akan memiliki efikasi diri dan perawatan diri
dapat melakukan tindakan untuk menghadapi yang lebih baik. Hal ini terjadi karena mereka
5
situasi tertentu. Menurut teori health belief lebih matang terhadap perubahan pada
model (HBM) jika seseorang hanya memiliki dirinya sehingga lebih mudah menerima
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pengaruh positif dari luar termasuk informasi
tertentu tanpa adanya efikasi diri yang tinggi kesehatan yang diperoleh.16
maka kecil kemungkinan seseorang tersebut
akan melakukan tindakan atau perilaku
Tabel 3. Peak Expiratory Flow rate (PEF)
tersebut.12 Efikasi diri merupakan keyakinan pada pasien PPOK.
individu terhadap kemampuannya untuk Nilai PEF f %

mengelola penyakit kronis secara mandiri,


< 50%
karena menentukan seseorang untuk (Zona merah) 27 90

memulai atau tidak dalam melakukan


50-80%
perawatan. 13
(Zona kuning) 3 10

Banyak pasien PPOK yang kehilangan Data primer: 2016


rasa kontrol terhadap penyakit dan kehidupan
mereka. Pasien PPOK dengan gejala batuk, Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
produksi dahak yang meningkat, dan sesak sebagian besar responden memiliki nilai
nafas dapat menurunkan kepercayaan %PEF<50% sebesar 90% (27 responden)
kemampuan mereka untuk menghindari yang merupakan kategori zona merah dan
kesulitan bernafas selama terlibat dalam adanya tanda klinis terjadinya penyempitan
kegiatan tertentu dengan kemampuan yang saluran nafas besar di mana pada normalnya
minimal. Sebagai akibat dari efikasi diri yang nilai %PEF berada pada rentang nilai >80%-
rendah tersebut beberapa pasien memilih 100%.
42 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

Nilai PEF pada pasien PPOK bertambah karena sistem biologis manusia
menggambarkan seberapa berat obstruksi akan menurun secara perlahan dan terjadi
yang terjadi pada pasien tersebut(9). Akibat penurunan elastisitas dinding dada.18
adanya obstruksi yang terjadi pada saluran Perubahan struktur pernafasan
pernafasan terutama saat ekspirasi seseorang dimulai pada usia dewasa
mengakibatkan terperangkapnya udara di pertengahan. Bertambahnya usia akan
bagian distal paru sehingga paru menjadi menyebabkan elastisitas dinding dada,
kolaps. Adanya air trapping mengakibatkan elastisitas alveoli, dan kapasitas paru
penurunan ventilasi alveolus yang ditandai mengalami penurunan serta terjadi
(9)
dengan penurunan PO2 (hipoksemia) dan penebalan kelenjar bronkial . Perubahan
peningkatan PCO2 (hiperkapnia) dalam tersebut mempunyai dampak terhadap
darah.17 peningkatan kerentanan terhadap penyakit
Terjadinya hipoksemia, hipoksia, dan dan mudah terjadi infeksi pada saluran
hiperkapnia akan menyebabkan terjadinya pernafasan, sehingga memicu munculnya
asidosis respiratorik sehingga meningkatkan mukus yang dapat mengobstruksi saluran
proses pernafasan dan penggunaan otot-otot pernafasan. Obstruksi yang terjadi pada
bantu pernafasan.7 Hipoksia yang terjadi di saluran pernafasan dapat menurunkan nilai
dalam tubuh akan menyebabkan hipoksia dari PEF.18
terhadap otot juga, sehingga akan terjadi Riwayat merokok juga menjadi pencetus
metabolisme anaerob yang dapat penurunan PEF pada responden. Semakin
menghasilkan asam laktat. Peningkatan banyak jumlah batang rokok yang dihisap
asam laktat dalam tubuh akan menyebabkan dan semakin lama menjadi perokok akan
kelelahan otot. Kelelahan otot yang terjadi di semakin besar risiko mengalami PPOK.
saluran pernafasan dapat menurunkan nilai Kandungan zat nikotin dalam rokok dapat
PEF.9 menurunkan fungsi sel epitel saluran
Beberapa faktor yang dapat pernafasan sehingga memicu terjadinya
memengaruhi nilai PEF adalah usia. Rata- peradangan dan pengeluaran mukus yang
rata usia responden termasuk dalam rentang berlebih sehingga mengakibatkan obstruksi
usia lansia. Nilai PEF akan semakin jalan nafas.9
berkurang dengan bertambahnya usia Hasil penelitian juga menunjukkan
seseorang yang dapat dibuktikan dari tabel bahwa sebagian besar responden berjenis
prediksi nilai PEF. Fungsi paru akan terus kelamin laki-laki yang semuanya adalah
menurun sesuai bertambahnya usia perokok dan mempunyai riwayat merokok
seseorang karena dengan meningkatnya usia dengan kriteria sedang yaitu 200-600 batang
maka kerentanan terhadap penyakit akan pertahun. Kebiasaan merokok merupakan
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 43

salah satu faktor yang dapat menurunkan diri pasien PPOK dapat ditambahkan sebagai
fungsi pernafasan pada seseorang. Semakin pengkajian faktor psikososial pada asuhan
banyak jumlah batang rokok yang dihisap keperawatan. Pengkajian tingkat keyakinan
dan semakin lama riwayat merokok akan pasien pada ekspektasi efikasi diri diperlukan
semakin besar risiko mengalami PPOK.9 untuk meningkatkan perilaku perawatan diri
Tinggi badan juga merupakan faktor dan kualitas hidup pada pasien dengan
yang dapat mempengaruhi fungsi paru.9 penyakit kronis khususnya PPOK.
Tinggi badan memiliki korelasi positif dengan
nilai PEF. Bertambah tingginya seseorang
maka arus puncak ekspirasi akan bertambah KEPUSTAKAAN
besar. Seseorang yang memiliki tubuh tinggi 1. Vestbo J, Hurd SS, Agustí AG, Jones
maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi PW, Vogelmeier C, Anzueto A, et al.
dibanding dengan orang yang bertubuh Global strategy for the diagnosis,
9
pendek. management, and prevention of chronic
obstructive pulmonary disease:
GOLD executive summary. American
KESIMPULAN Journal Of Respiratory And Critical Care
Sebagian besar responden memiliki Medicine. 2013;187(4): 347-65.
efikasi diri yang tidak baik sebesar 86.7% (26 2. Ambrosino, Nicolino, Serradori M.
responden) di mana nilai skor efikasi diri tidak Comprehensive treatment of dyspnoea in
baik yaitu < 99 dan sebagian besar chronic obstructive pulmonary disease
responden memiliki nilai % PEF < 50% patients: University Hospital of Pisa:
sebesar 90% (27 responden) yang Long Termhealth Care; 2006.
merupakan kategori zona merah dan adanya 3. Pedoman pengendalian Penyakit Paru
tanda klinis terjadinya penyempitan saluran Obstruktif Kronis (PPOK). In: Direktorat
nafas besar di mana pada normalnya nilai % Jenderal pengendalian dan Penyehatan
PEF berada pada rentang nilai > 80% - Lingkungan Direktorat Pengendalian
100%. Penyakit Tidak Menular, editor. Jakarta:
Penelitian ini diharapkan menjadi Depkes RI; 2006.
tambahan informasi dan pengetahuan bagi 4. Garrod, Rachel, Marshall J, Jones F. Self
institusi pendidikan dan institusi rumah sakit efficacy measurement and goal
tentang efikasi diri dan nilai PEF agar dapat attainment after pulmonary rehabilitation.
mengintegrasikan dampak dari rendahnya The International Journal of Chronic
nilai efikasi diri dan nilai PEF pada pasien Obstructive Pulmonary Disease. 2008;3
PPOK. Diharapkan pengkajian tentang efikasi (4):791-6.
44 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

5. Bentsena SB, Wentzel-Larsenc T, chronic obstructive pulmonary disease.


Henriksend AH, Roknee B, Wahl AK. Patient Education and Counselling. 2004;
Self-efficacy as a predictor of 55 (1) :114-20.
improvement in health status and overall 13. Rini IS. Hubungan antara efikasi diri
quality of life in pulmonary rehabilitation— dengan kualitas hidup pasien penyakit
an exploratory study. Patient Education paru obstruksi kronis dalam konteks
And Counseling 2010; 81(1) :5-13. asuhan keperawatan Di RS Paru Batu
6. Cindi K, Rosra M, Rahmayanthi R. dan RSU dr.Saiful Anwar Malang Jawa
Peningkatan efikasi diri siswa dalam Timur. Jakarta: Universitas Indonesia;
belajar dengan menggunakan layanan 2011.
bimbingan kelompok pada siswa kelas x 14. Kara M, Alberto J A. Family support,
SMA 3 Negeri Bandar Lampung. 2012. perceived self-efficacy and self-care
7. Smeltzer SC, Bare BG. Buku ajar behaviour of Turkish patients with chronic
keperawatan medikal bedah. Edisi 8. obstructive pulmonary disease. J Clin
Jakarta: EGC; 2007. Nurs. 2007;16 (8) :1468-78.
8. Price SA, Wilson. Patofisiologi konsep 15. Ariani Y. Hubungan antara motivasi
klinik proses-proses penyakit. Edisi 6. dengan efikasi diri pasien DM tipe 2
Jakarta: EGC; 2006. dalam konteks asuhan keperawatan di
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi RSUP. H. Adam Malik Medan. Jakarta:
kedokteran. Edisi 11 ed. Jakarta: EGC; Indonesia; 2011.
2007. 16. Wu SV, et al. Self‐efficacy, outcome
10. Bentsena SB, Wentzel-Larsenc T, expectations and self‐care behaviour in
Henriksend AH, Roknee B, Wahl AK. people with type 2 diabetes in Taiwan.
Self-efficacy as a predictor of Journal of Clinical Nursing. 2007;16 (11) :
improvement in health status and overall 250-7.
quality of life in pulmonary rehabilitation— 17. Potter PA, Perry AG. Buku ajar
an exploratory study. Patient Education fundamental keperawatan: konsep,
And Counseling 2010;81(1) : 5-13. proses, dan praktik. Edisi 4. Jakarta:
11. Siregar FZ. Perbandingan arus puncak EGC; 2005.
ekspirasi sebelum dan sesudah latihan
fisik pada anak obesitas dan tidak
obesitas. Medan Universitas Sumatera
Utara; 2008.
12. Kara M, Asti T. Effect of education on
self-efficacy of Turkish patients with
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 45

18. Novarin C, Murtaqib, Widayati N.


Pengaruh progressive muscle relaxation
terhadap aliran puncak ekspirasi klien
dengan asma bronkial di Poli Spesialis
Paru B Rumah Sakit Paru Kabupaten
Jember. Pustaka Kesehatan 2015 ; 3 (2) :
311-8.

También podría gustarte