Está en la página 1de 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan

struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang

rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng

tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya

peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi (Felson, 2008).

Prevalensi Osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5%

pada pria, dan 12,7% pada wanita. Pasien Osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri pada

waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena (Soeroso

dalam Sudoyo, 2006).

Tujuan utama dalam penatalaksanaan Osteoarthritis adalah untuk mengurangi

nyeri, memperbaiki mobilitas, dan meminimalkan disabilitas. Para ahli menyarankan agar

para penderita osteoartritis diberikan terapi farmakologis dan terapi non-farmakologis,

seperti: menurunkan berat badan, Activity Daily Living, dan pemberian edukasi. Walau

bagaimanapun, terapi non-farmakologis merupakan penatalaksanaan yang paling penting,

malah lebih penting dari terapi dengan obat-obatan.

Selama ini, penatalaksanaan non-farmakologi Osteoarthritis adalah pemberian

edukasi pada pasien melalui promosi kesehatan. Edukasi tersebut mengenai manajemen

diri, motivasi, nasehat tentang olahraga, rekomendasi untuk mengurangkan beban pada

sendi yang terlibat. Menurut American geriatrics society, edukasi pasien menjadi komponen

1
2

penting untuk rehabilitasi yang efektif (Rachmah, 2011). Melalui kegiatan promosi

kesehatan tentang penatalaksanaan non-farmakologi tersebut diharapkan lansia dapat

melakukan penatalaksanaan non-farmakologi Osteoarthritis dengan baik, tetapi pada

kenyataannya menurut hasil survei dan observasi yang dilakukan masih terdapat lansia

yang kurang dapat melakukan penatalaksanaan Osteoarthritis secara non-farmakologi

dengan baik. Meskipun mereka datang ke posyandu dan menerima promosi kesehatan

dari petugas kesehatan.

Promosi kesehatan yang dimaksudkan adalah bagaimana seorang perawat

memberikan edukasi berupa konseling dan motivasi kepada lansia agar dapat

meningkatkan derajat kesehatan dengan baik. Perawat bisa menggunakan teori konsep

Health Promotion Model (HPM) atau Model Promosi Kesehatan yaitu suatu cara untuk

menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam

berbagai dimensi.

Hasil yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2012,

penderita Osteoarthritis pada wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo tahun 2012 terdata ada 694

penderita Osteoarthritis. Pada studi pendahuluan di Puskesmas Dinoyo Malang didapatkan

hasil kunjungan lansia ke posyandu lansia pada bulan September-November 2013 adalah

1013 orang lansia. Laki-laki berjumlah 273 orang lansia dan perempuan berjumlah 740

orang lansia. Dari 1013 lansia yang melakukan pelayanan di posyandu lansia, 74 lansia

menderita osteoartritis. Kemungkinan hasil tersebut akan bertambah lebih banyak karena

lansia belum terlalu mengerti penyebab dari osteoartritis.

Dalam asuhan keperawatan komunitas, promosi kesehatan sudah sering

diterapkan oleh perawat-perawat komunitas. Perawat komunitas menjadi edukator


3

dengan memberikan motivasi mengenai penatalaksanaan osteoartritis secara non-

farmakologi kepada lansia. Motivasi dalam promosi kesehatan bisa dilakukan perawat

komunitas dengan beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan Insentif berupa

stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu (Suparyanto, 2011).

Diharapkan perawat atau tenaga kesehatan harus bisa melakukan pendekatan motivasi

pada lansia terkait dengan penatalaksanaan non-farmakologi osteoartritis.

Dari hasil diatas, peneliti ingin melakukan pendekatan insentif dalam hal

motivasi kepada pasien tentang hubungan antara motivasi dengan penatalaksanaan

latihan pada penderita Osteoarthritis. Hal ini yang mendorong peneliti untuk meneliti

tentang “Hubungan Motivasi dengan Activity Daily Living pada lansia penderita Osteoartritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang”. Sebagai upaya promotif dan pencegahan

sekunder terhadap permasalahan yang terjadi pada agregat lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Dinoyo Malang serta dapat membantu lansia dalam mempertahankan

kesehatan yang optimal secara mandiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Adakah Hubungan Motivasi Dengan

Activity Daily Living (ADL) Pada Lansia Penderita Osteoartritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Dinoyo Malang?


4

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengidentifikasi apakah ada Hubungan Motivasi terhadap

Penatalaksanaan Activity Daily Living pada Penderita Osteoartritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Dinoyo Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden lansia penderita Osteoarthritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang.

2. Mengidentifikasi motivasi pada lansia penderita Osteoarthritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Dinoyo Malang.

3. Mengidentifikasi Activity Daily Living ( ADL ) pada lansia penderita

Osteoarthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang

4. Menganalisa hubungan antara motivasi dengan Activity Daily Living pada

lansia penderita Osteoarthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.2 Manfaat teoritis

1.4.2.1 Bagi penulis

Merupakan sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman

sehingga menjadi bekal di kemudian hari yang kelak dapat diterapkan dalam

praktek yang sesungguhnya sehingga tercapai keselarasan antar teori dan praktek

di lapangan sekaligus sebagai media belajar untuk dapat memecahkan masalah

secara ilmiah.
5

1.4.2.2 Bagi civitas akademika

Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi

pengembangunan bangsa dan negara dalam upaya peningkatan mutu kualitas

sumber daya manusia dan dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

1.4.3 Manfaat Praktis

1.4.3.1 Manfaat bagi klinis

a. Sebagai sumbangsih pemikiran kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya upaya promotif dan preventif dalam penatalaksanaan

Osteoarthritis non-farmakologi.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan penatalaksanaan

Osteoarthritis dengan baik dan terkendali.

c. Penelitian ini merupakan bentuk aplikasi keperawatan komunitas, dalam ini fokus

terhadap masalah-masalah yang ada di lingkungan masyarakat. Penderita

Osteoarthritis merupakan bagian dari masyarakat, dengan adanya penelitian ini

diharapkan mampu memberikan solusi terhadap penyelesaian masalah

penatalaksanaan non-farmakologi Osteoarthritis yang ada.

1.4.3.2 Manfaat bagi masyarakat

Memberikan masukan dan motivasi kepada masyarakat untuk melakukan

penatalaksanaan non-farmakologi Osteoarthritis dengan baik, terkontrol dan sesuai

anjuran petugas kesehatan.


6

1.4.3.3 Manfaat bagi pemerintah

Sebagai masukan bagi program penanggulangan perencanaan dan

penatalaksanaan non-farmakologi Osteoarthritis pada lansia.

1.5 BATASAN ISTILAH PENELITIAN

Penelitian ini akan mengkaji bagaimana motivasi yang diberikan kepada lansia

penderita Osteoarthritis dalam melakukan penatalaksanaan Activity Daily Living sebagai

penanganan Osteoarthritis secara non-farmakologi.

1. Hubungan adalah suatu kaitan atau sangkut paut antara dua variabel. Dalam

penelitian ini peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel yaitu pemberian

motivasi dengan Activity Daily Living pada lansia penderita Osteoarthritis.

Peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji

berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008).

2. Motivasi

Dorongan dalam bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil dorongan

dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Adapun perilaku itu

sendiri terbentuk melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi

manusia dengan lingkungannya (Notoatmojo.2003)

3. Activity Daily Living

Activity Daily Living adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari

yang merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. Activity Daily Living

dalam hal ini adalah ke toilet, makan, berpakaian, mandi, dan berpindah

tempat (Hardywinto & Setiabudi, 2005).


7

4. Osteoarthritis

Penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi

mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan

(kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng

tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,

timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan

sendi (Felson, 2008).

5. Lansia

Menurut WHO adalah mereka yang memiliki usia 45-59 tahun (midle age),

Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Suhartini, 2011).

1.6 KEASLIAN PENELITIAN

1. Handayani, Wahyu Rosidah. 2009. (Jurnal Indonesia/Artikel Skripsi Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang). Menggunakan desain peneltian kuantitatif dengan rancangan

penelitian pra-eksperimental. Metode static-group comparison design, dan uji statistik

yaitu uji mann whitney. Judul “Perbedaan Motivasi Untuk Melakukan Senam

Nifas Pada Ibu Postpartum Yang Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan

Yang Tidak Diberikan Pendidikan Kesehatan”. Besar Sampel yang digunakan

20 responden dengan tehnik sampling insidental. Hasilnya didapatkan ada

perbedaan motivasi untuk melakukan senam nifas pada ibu postpartum yang
8

diberikan pendidikan kesehatan dengan yang tidak diberikan pendidikan

kesehatan, dengan p value sebesar 0,000.

2. Restu, Cahyani Atmawati. 2012. (Jurnal Indonesia/Karya Tulis Ilmiah

Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Menggunakan desain penelitian korelasi dengan tehnik purposive sampling. Judul

Penelitian “Hubungan Motivasi Pasien Hipertensi Dengan Perilaku Mencegah

Komplikasi”. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 72 responden dengan

menggunakan analisa data Chi-Square. Dari hasil penelitian terhadap 72

responden didapatkan responden mempunyai motivasi tinggi ada 39 (54,2%)

dan mempunyai motivasi rendah 33 responden (45,8%). Sedangkan untuk

perilaku dalam mencegah komplikasi, didapatkan responden mempunyai

perilaku baik ada 37 (51,4%) dan mempunyai perilaku buruk 35 responden

(48,6%). Hasilnya ada hubungan antara motivasi pasien hipertensi dengan

perilaku mencegah komplikasi.

3. Ariani, Yesi. 2011. (Jurnal Indonesia/Tesis Magister Ilmu Keperawatan

Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia). Judul Tesis :

“Hubungan Antara Motivasi Dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2 Dalam

Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan”. Tujuan

penelitian adalah mengidentifikasi hubungan antara motivasi dengan efikasi

diri pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik, Medan. Desain penelitian

adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 pasien DM Tipe 2.

Analisa data menggunakan Chi Square, Uji T Independen dan Regresi Logistik
9

Berganda. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara motivasi dengan efikasi

diri (p value 0,031; α: 0,05).

4. Siswanu, Eko Kurniadi. 2010. (Jurnal Indonesia/Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang). Judul penelitian

“Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keikutsertaan Senam Lansia

Di Perumahan Sinar Waluyo Semarang”. Tujuan penelitian untuk mengetahui

adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan senam

lansia. Metode penelitian adalah kuantitatif non experimental dengan studi

korelasional dan pendekatan yang digunakan adalah desain Retrospective.

Analisa data yang digunakan adalah uji Continuity Correction dengan sampel

sebanyak 81 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga terhadap keikutsertaan senam lansia.

5. Theedens, Alexander (2008). (Jurnal Indonesia/Magister Ilmu Keperawatan


Universitas Diponegoro Semarang) Judul thesis “Hubungan dukungan pemberi

pelayanan dengan pemenuhan ADL pada lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Wening

Wardoyo Ungara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dukungan pemberi pelayanan dengan pemenuhan ADL pada lansia. Penelitian

ini bersifat korelasional dengan pendekatan cross sectional terhadap 50

reponden. Sampel diambil dengan metode Purposive Sampling. Analisa

bivariat dengan chi-square diolah dalam bentuk cross tab dengan alpha =0,05.

Pemberi pelayanan dan 72 % (36) responden ada dukungan sosial. Sejumlah

22 % (11) responden memiliki masalah ADL yang tidak terpenuhi dan 78 %

(39) responden ADL terpenuhi. Hasil uji Chi-Square didapatkan X2 = 20,261


10

dan p value = 0,000. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan

yang bermakna antara dukungan pemberi pelayanan dengan pemenuhan ADL

dan disarankan agar dilakukan pemberdayaan terhadap sesama lansia yang

masih memiliki kemampuan untuk mengambil peran sebagai pemberi

pelayanan sehingga meningkatkan interaksi dan rasa kekeluargaan diantara

sesama penghuni panti.

También podría gustarte