Está en la página 1de 21

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA LANSIA

Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing: Tri Prabowo, S.Kp.,M.Sc

Disusun oleh:
Erva Ayu Rohmadina (P07120116042)
Dewi Nur Endah Sari (P07120116058)
Feby Regeystia Herdiani (P07120116065)

DIII KEPERAWATAN REGULER B


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian ADL (Activity Daily Living)


ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari
hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain
: ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat
(Hardywinoto & Setiabudi, 2007).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002), ADL adalah aktifitas
perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan hidup sehari-hari.
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi atau berhubungan dengan perannya sebagai
pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto, 2005).
Istilah ADL mencakup perawatan diri seperti berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis,
mengelola uang dan mobilitas seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain
(Sugiarto, 2005).
B. Patofisiologi
Banyak perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya perubahan pada otot,
tulang dan sendi. Pada lansia terdapat penurunan massa otot, perubahan distribusi
darah ke otot, penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan
penurunan kekuatan otot. Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot,
perfusi otot, dan kecepatan konduksi saraf ke otot.
Pada usia 90-an, 32 % wanita dan 17% laki- laki mengalami patah tulang
panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi. Massa tulang menurun 10%
dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada
wanita, kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira- kira 15-20% pada usia 65 tahun
dan 30% pada usia 80 tahun. Laki- laki kehilangan massa tulang sekitar 1 % per
tahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada
usia 30-an, dengan laju penurunan 2-3% per tahun sesudah menopause.
Tulang, sendi, dan otot saling terkait. Jika sendi tidak dapat digerakan sesuai
dengan ROM-nya maka gerakan menjadi terbatas sehingga fleksibilitas menjadi
komponen esensial dari program latihan bagi lansia. Jika suatu sendi tidak
digunakan, maka otot yang melintasi sendi akan memendek dan mengurangi ROM.
Latihan fleksibilitas dapat meningkatkan kekuatan tendon dan ligamen,
mempertahankan kekuatan otot yang melintasi sendi, mengurangi nyeri pada kasus
osteoatritis sehingga ROM bisa dipertahankan.
C. Pathway

Degeneratif

Otot tulang Sendi

Penurunan massa otot Sendi tidak digunakan

Perubahan distribusi darah ke otot Otot melintasi sendi memendek

Mengurangi ROM
Otot kaku

Penurunan kekuatan otot

Hambatan Hambatan Keletihan


mobilitas fisik kemampuan
berpindah
D. Perubahan fisiologi
Perubahan fisiologi yang umumnya dialami oleh lansia diantaranya, yaitu:
1. Sistem integumen
Kulit akan kehilangan elastisitas dan kelembabannya, lapisan epitel
menipis, serat kolagen mengecil dan menjadi kaku. Terdapat kerutan di wajah
dan leher yang memperlihatkan pola aktivitas otot dan ekspresi wajah
sepanjang usia hidup, tarikan gravitasi dan penurunan elastisitas. Terdapat
banyak bintik dan lesi di kulit warna cokelat, halus, tidak teratur (lentigo
senilis) awalnya akan timbul di punggung tangan dan lengan bagian bawah.
Angioma kecil bulat merah atau kecokelatan atau keratosis muncul dalam
bentuk ireguler bulat cokelat dan berair. Perubahan patologis lansia pada
system integument yaitu penyakit keganasan kulit seperti melaonam,
karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
2. Sistem kardiovaskular
Terjadinya penebalan pembuluh darah secara fisiologis, penyempitan
lumen pembuluh darah, penurunan curah jantung, penurunan elastisitas dan
klasifikasi katup jantung, peningkatan vascular, peningkatan tekanan darah
sistolik dan penurunan sirkulasi perifer.
3. Sistem respirasi
Terjadinya kekakuan dinding dada, alveoli lebih sedikit, peningkatan
resistensi saluran napas, penurunan kapasitas vital paru (pelebaran diameter
dada antero-posterior).
4. Sistem muskuloskeletal
Terjadinya penurunan massa dan kekuatan otot, dekalsifikasi tulang,
perubahan sendi degeneratif, dekalsifikasi pada diskus invertebralis (penurunan
panjang).
5. Sistem neurologis
Terjadinya degenerasi saraf, penurunan neurotransmiter, penurunan kondisi
implus.
6. Sistem sensoris
Pada mata lansia mengalami penurunan daya akomondasi mata
(presbyopia), penurunan adaptasi gelap dan terang, lensa mata menguning,
perubahan persepsi warna, peningkatan sensitivitas terhadap abrasi cahaya,
pupil lebih kecil. Pada bagian telinga terjadinya kehilangan pendengaran untuk
frekuensi pada nada tinggi, penebalan membrane timpani, sclerosis telinga
bagian dalam, penumpukan serumen. Pada lidah biasanya lansia mengalami
penuranan kemampuan mengucap, papil perasa mulai berkurang. Pada hidung
kemampuan menghidu menurun, serta terjadi penurunan reseptor kulit.
7. Sistem gastrointestinal
Terjadinya penyakit periodontal, penurunan saliva, sekresi lambung dan
enzim pankreas, perubahan otot pencernaan, penurunan peristaltik usus, dan
penurunan motilitas usus halus.
8. Sistem urogenital
Terjadinya penurunan jumlah nefron hingga 50% aliran darah ginjal usia
80 tahun, serta penurunan kapasitas kandung kemih.
9. Sistem reproduksi
Terjadinya penurunan produksi estrogen, degenerasi ovarium, atrofi
vagina, uterus dan payudara. Sementara pada laki-laki terjadi penurunan
jumlah sperma, testis mengecil, ereksi berkurang dan melambat.
Aplikasi ADL pada promosi kesehatan yang dilakukan oleh perawat merujuk
pada perubahan fisiologis lansia dengan mempertimbangkan jenis kemandirian
lansia terlebih dahulu.
1. Mendampingi lansia dan menerapkan kebiasaan hidup sehat yang positif.
Bertujuan untuk meningkatkan pola latihan dengan melakukan jalan kaki
sepanjang 1 mil sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk membantu
mempertahankan berat badan dan memperbaiki fungsi kardiopulmonal. Strategi
pengajaran yaitu:
a. Bersama-sama dengan lansia meninjau ulang jadwal kegiatan sehari-hari
menentukan waktu yang baik untuk berolahraga dan mencatat dalam jadwal.
b. Menginformasikan kepada lansia tentang efek olahraga dalam mengontrol
berat badan dan memperbaiki fungsi jantung.
c. Mendemonstrasikan kepada lansia bagaimana menghitung frekuensi nadi dan
denyut nadi yang tepat.
d. Menetapkan latihan pemanasan dan pendinginan.
e. Menginstruksikan kepada lansia tentang alas kaki yang sesuai untuk jalan
kaki.
2. Menggunakan pendekatan pendampingan pada jenis preventif diantaranya
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan seperti:
a. Pengukuran tekanan darah, mamografi, pemeriksaan penglihatan dan
pendengaran sampai kolonoskopi.
b. Promosi dalam memotivasi lansia melakukan olahraga teratur.
c. Memotivasi lansia untuk melakukan diet untuk menurunkan berat badan pada
kasus overweight.
d. Memotivasi diet seimbang rendah lemak.
e. Kunjungan teratur ke dokter gigi.
f. Memotivasi untuk berhenti merokok.
g. Mempertahankan kesehatan dengan monitoring imunisasi influenza,
pneumonia dan tetanus.
E. Klasifikasi ADL (Activity Daily Living)
Sugiarto (2005) mengemukakan ada beberapa macam ADL, yaitu:
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar
dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
disertakan kemampuan mobilitas.
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang.
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi
waktu luang.
F. Cara Pengukuran ADL
1. Indeks Barthel (IB)
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
untuk mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas
serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam penilai kemampuan fungsional
bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada
pasien stroke. Indeks Barthel tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi
dan psikososial. Item-item dalam indeks barthel dimaksudkan untuk
menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
Indeks Barthel merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita,
pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien (Sugiarto, 2005).
2. Indeks Katz
Indeks katz adalah suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian
yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat. Indeks kemandirian Katz digunakan untuk
aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri
atau bergantung dari klien dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian (Maryam, dkk, 2008).
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL
Faktor–faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan Activity of
Daily Living (ADL) menurut Hardywinoto & Setiabudhi (2007), yaitu:
1. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan
dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan
melaksanakan activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai
dewasa, seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi
mandiri dalam melakukan activity of daily living.
2. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan,
menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem
muskuloskeletalmengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat
merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada
sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu
pemenuhan activity of daily living secara mandiri.
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada
fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat
kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living.
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat
sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik.
Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan
interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep
diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi,
gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living.
5. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam
kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari
tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor
tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
6. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan
fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam
tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan
pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas
meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut
berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang
dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status
mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu.
Salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam
memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya
lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang
mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan–kebutuhan dasarnya.
H. Mempertahankan Activitry Daily Living (ADL)
Langkah-Langkah mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) pada lansia,
yaitu:
a. Latihan kepala dan leher
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus
dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk
kemudian angkat lengan keatas kepala.
3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah
punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan
kanandan kiri.
4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke
meja.
2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak
tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.
Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian
setelah menyentuh tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus
mungkin.
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi
yang lain.
2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan
melihat bahu kekiri dan kekanan..
3) Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.
e. Latihan paha
1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran
kursi atau dengan posisi tiduran.
2) Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan
tahan beberapa waktu.
3) Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut pada
tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
4) Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak
kaki kearah kita dan regangkan kembali.
5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
7) Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang kursi.
Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
f. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
2) Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk.
3) Tarik nafas dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang
keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup
kembali.
g. Latihan muka
1) Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas.
2) Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar.
3) Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam.
4) Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Mengkaji identitas seperti nama, jenis kelamin (laki- laki/ perempuan), serta
usia yang akan dijadikan asuhan keperawatan, tempat tanggal lahir, pendidikan
terakhir, agama, status perkawinan, alamat, orang yang terdekat dihubungi,
hubungan orang tersebut dengan klien, dan alamat keluarga tersebut.
2. Riwayat Keluarga
Dikaji adanya gangguan, atau kemungkinan terdapat penyakit menular seperti
hepatitis, HIV/ AIDS, dan adanya penyakit menurun seperti diabetes militus,
hipertensi, dan lain-lain.
3. Riwayat Pekerjaan
Dikaji riwayat pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, jarak tempuh, alat
transportasi, sosial ekonomi karena riwayat pekerjaan mempengaruhi
kesehatan seseorang.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Dikaji tipe tempat tinggal dan kondisi tempat tinggal
5. Riwayat Rekreasi
Dikaji adanya aktivitas rekreasi keluarga, dan hobby/ minat
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
a. Tingkat aktivitas sehari- hari
1) Pola aktivitas sehari-hari
2) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
b. Tingkat kelelahan
1) Aktivitas yang membuat lelah
2) Riwayat sesak nafas

7. Pengkajian Fungsional Pasien


a. Index KARTZ
No Activities Points Independence: (1 Dependence: (0
(1 Or 0) Point) Point)
Tanpa pengawasan, Dengan pengawasan,
langsung atau tanpa bantuan, bantuan
bantuan. penuh.

1. Mandi Tidak membutuhkan Memerlukan bantuan


Skor .....
bantuan, atau menerima terhadap lebih dari
bantuan saat mandi satu bagian tubuhnya
hanya pada bagian (atau tidak mandi
tubuh tertentu (seperti sama sekali).
tungkai atau
punggung).

2. Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan


Skor......
menggenakan pakaian mengambil dan
secara lengkap tanpa mengenakan pakaian
memerlukan bantuan atau bila tidak pasien
kecuali saat menaikan tidak akan berpakaian
sepatu. lengkap atau tidak
berpakaian sama
sekali.

3. Berpindah Bergerak naik turun Tidak turun dari


Skor.....
dari tempat tidur dan tempat tidur sama
kursi tanpa memerlukan sekali (bila turun
bantuan (mungkin harus dengan bantuan
mempergunakan objek atau pertolongan
penopang seperti sepenuhnya.
walker atau tongkat)
atau naik turun dari
tempat tidur/ kursi
dengan bantuan.

4. Toileting Pergi ke toilet, Tidak mampu pergi ke


Skor.....
membuka baju, kamar mandi dalam
menggenakan baju, proses eliminasinya.
membersihkan genital
tanpa bantuan.

5. Kontinensia Mengendalikan Pengawasan yang


Skor.....
perkemihan dan dilakukan merupakan
defikasi secara mandiri, bantuan dalam
atau kadang terjadi mengendalikan
ketidaksengajaan. perkemihan dan
defikasi pasien: dapat
menggunakan kateter
atau bahkan terjadi
inkontinensia
sepenuhnya.

6. Makan Menyuap sendiri tanpa Memerlukan bantuan


Skor.....
bantuan kecuali pada saat makan, atau
saat memotong daging makan selang atau
atau mengolesi roti cairan intravena baik
dengan mentega. sebagian menu
maupun sepenuhnya.

PENILAIAN
Skor 6 : Berfungsi sepenuhnya (mandiri)
Skor 3-5 : Gangguan sedang (dibantu)
2 atau kurang : Gangguan fungsi berat (tergantung)

b. Bartel Indeks
No Kriteria Dengan Mandiri keterangan
Bantuan

1. Makan 5 10

2. Minum 5 10

3. Berpindah dari kursi 5-10 15


roda ke tempat tidur
atau sebaliknya

4. Personal toilet (cuci 0 5


muka, menyisir rambut,
dan gosok gigi)

5. Keluar masuk toilet 5 10


(mencuci pakaian,
menyeka tubuh, atau
menyiram)

6. Mandi 5 15

7. Jalan dipermukaan 0 5
datar

8. Naik turun tangga 5 10

9. Menggenakan pakaian 5 10

10. Kontrol bowel (BAB) 5 10

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10

12. Olah raga dan latihan 5 10

13. Rekreasi dan 5 10


pemanfaatan waktu
luang

Total Skor
KATEGORI
Mandiri : 130
Ketergantungan sebagian : 65-125
Ketergantungan total : < 60
Sumber: Nursal (2009)

8. Pengkajian Risiko Jatuh


a. Skala Pengukuran Risiko Jatuh Morse

Parameter Status/keadaan Skor Nilai Ket


Riwayat jatuh 3 Tidak pernah 0
Pernah 25
bulan terakhir
Penyakit Ada 15
Tidak ada 0
penyerta
(diagnosa
sekunder)
Alat bantu jalan Tanpa alat bantu, 0
tidak dapat jalan,
kursi roda, bed
rest
Tongkat 15
penyangga
Kursi atau benda 30
lain untuk
tumpuan berjalan
Pemakaian infus Ya 20
Tidak 0
intravena/
heparin
Cara berjalan Normal, tidak 0
dapat jalan
Lemah 10
Terganggu 20
Keterangan :
Risiko Rendah : 0-24
Risiko sedang :25-44
Risiko tinggi : > 45

b. Skala Risiko Jatuh Ontario Modified Stratify – Sydney Scoring untuk Geriatri

No Parameter Skrining Jawab Keterangan Skor


an Nilai
1. Riwayat Apakah pasien Ya/tid Salah satu
jatuh datang kerumah ak jawaban
sakit karena Ya= 6
jatuh ?
Jika tidak, Ya/
apakah pasien tidak
mengalami jatuh
dalam 2 bulan
terakhir ini?
2. Status Apakah pasien Ya/ Salah satu
mental delirium? (tidak tidak jawaban= 14
dapat membuat
keputusan, pola
pikir tidak
terorganisir,
gangguan daya
ingat)
Apakah pasien Ya/
disorientasi? tidak
(salah
menyebutkan
waktu, tempat,
atau orang )
Apakah pasien Ya /
mengalami tidak
agitasi?
(kekuatan,
gelisah, dan
cemas)
3. Penglihatan Apakah pasien Ya/ Salah satu
memakai tidak jawaban
kacamata? Ya= 1
Apakah pasien Ya/
mengeluh tidak
adanya
pengelihatan
buram?
Apakah pasien Ya/
memiliki tidak
glaukoma/
katarak atau
degenerasi
makula?
4. Kebiasaan Apakah terdapat Ya/ Ya= 2
berkemih perubahan tidak
perilaku
berkemih?
(frekuensi,
urgensi,
inkontinensia,
nocturia)
5. Transfer Mandiri (boleh 0 Jumlah nilai
(dari tempat memakai alat transfer dan
tidur ke bantu berjalan) mobilitas,
kursi dan jika nilai
kembali lagi total 0-3
ke tempat maka skor =
tidur) 3. Jika nilai
total 4-6
maka skor
=7
Memerlukan 1
sedikit bantuan
(1 orang)/
pengawasan
Memerlukan 2
bantuan yang
nyata (2 orang)
Tidak dapat 3
duduk dengan
seimbang perlu
bantuan total
6. Mobilitas Mandiri (Boleh 0
menggunakan
alat bantu jalan)
Berjalan dengan 1
bantuan 1 orang
(verbal/ fisik)
Menggunakan 2
kursi roda
Imobilisasi 3

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (Nanda,
00085)
2. Hambatan kemampuan berpindah berhubungan dengan kendala lingkungan
(Nanda, 00090)
3. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (Nanda, 00093)
4. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan (Nanda, 00155)
5. Kesiapan meningkatkan kekuatan (Nanda, 00187)
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Keletihan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai 1. Mengurangi beban
berhubungan dengan keperawatan selama ... x dengan kebutuhan aktivitas klien
2. Berikan informasi mengenai 2. Nutrisi adekuat pada
kelesuan fisiologis pertemuan keletihan dapat
nutrisi dan sumber energi yang lansia mampu
berkurang dengan kriteria
adekuat meningkatkan energi
hasil :
3. Konsultasi dengan ahli gizi 3. Makanan yang
- Klien mampu
untuk meningkatkan asupan mengandung energi tinggi
memverbalisasikan makanan yang berenergi tinggi dapat meningkatkan energi
peningkatan energi dan 4. Monitor pola tidur/lamanya 4. Mengetahui tingkat
merasa lebih baik istirahat setelah dilakukan kualitas istirahat klien
- Istirahat cukup (6-8 jam 5. Mengetahui faktor
tindakan
setiap hari) 5. Kaji kembali adanya faktor yang penyebab terjadinya
menyebabkan keletihan keletihan

2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan pasien dalam 1. Mempermudah klien dalam
kemampuan berpindah keperawatan selama ...x penggunaan alat bantu mobilitas aktivitas
2. Ajarkan dan bantu pasien dalam 2. Mengurangi risiko cedera
berhubungan dengan pertemuan hambatan
proses berpindah atau jatuh
kendala lingkungan kemampuan berpindah klien
3. Berikan informasi tentang alat 3. Pengetahuan bertambah
teratasi dengan kriteria hasil :
bantu yang dapat menolong tentang alat bantu yang
- Mampu berpindah antara
untuk berpindah tepat dalam berpindah
dua permukaan 4. Kolaborasi dengan keluarga 4. Keluarga sebagai suport
1. Dari tempat tidur ke dalam membantu klien system
kursi atau dari 5. Mengetahui kemampuan
berpindah
tempat tidur ke 5. Lakukan pengkajian kontinu klien dalam beraktivitas
berdiri terhadap kemampuan klien
2. Naik dan turun dari untuk berpindah
toilet atau kursi
buang air
3. Dari kursi roda ke
mobil atau dari
mobil ke kursi roda
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.

Hardywinito & Setiabudi, T. 2007. Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama.

Kemenkes RI. 2016. Modul : TOT Keperawatan Geriatri Dasar. Jakarta: BPPSDM

Maryam, S.R., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I.(2008). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: salemba Medika.

Nursal, Dien G.A. 2009. Pengukuran Aktivitas Fisik pada Usia Lanjut. Jurnal Kesehatan
Nasional, 3 (1). Diakses pada tanggal 11 Februari 2019 melalui
Jurnal.fkm.unand.ac.id/

Sugiyarto, A. S. 2005. Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan sehari- hari


==Pada Lansia. Semarang: FK Universitas Diponegoro.

También podría gustarte