Está en la página 1de 16

MAKALAH TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS DAN LARINGITIS

DISUSUN OLEH :

ANGGRIANA AYU MARISSA

APRILIA INTAN SARI

NUR BAETI SEPTIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK

2015/2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Kemuhammadiyahan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN FARINGITIS DAN LARINGITIS” tanpa ada kendala suatu
apapun.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang
benderang seperti sekarang ini. Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di
mata manusia lain ataupun di mata Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajiannya mengingat akan keterbatasan
kemampuan yang kami miliki.

Untuk itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pontianak, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 4
C. TUJUAN ................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
A. DEFINISI ................................................................................................................... 5
B. ETIOLOGI ................................................................................................................. 5
C. PATOFISIOLOGI ....................................................................................................... 6
D. TANDA DAN GEJALA ................................................................................................ 7
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................................... 7
F. KOMPLIKASI ............................................................................................................ 7
G. PENATALAKSANAAN ............................................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................... 9
A. ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS ..................................................................... 9
B. ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS ................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 15
B. SARAN ................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Faringitis merupakan suatu peradangan pada mukosa faring. Pada
umumnya masyarakat sering menganggap suatu hal yang biasa. Sehingga
adanya keluhan awal yang muncul diabaikan, pada proses perkembangan
berikutnya gejala-gejala awal tersebut akan merupakan awitan timbulnya
penyakit-penyakit yang lebih serius dan membahayakan jiwa yaitu
morbili, influenza, pneumonia, parotitis, varisela, artritis, rinitis akut,
nasofaringitis, laringitis akut serta bronkitis akut.
Pentingnya mengetahui gejala-gejala awal timbulnya faringitis
akam mampu mengantisipasi timbulnya gangguan lebih lanjut. Sehingga
dengan adanya penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberi
kontribusi positif dalam pencegahan penyakit kelanjutannya tersebut.
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan faringitis dan laringitis?
2. Apa saja tanda dan gejala dari faringitis dan laringitis ?

C. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan definisi faringitis dan laringitis.
2. Memberikan gambaran tentang gejala dan tanda-tanda timbulnya
faringitis dan laringitis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. Faringitis
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu,
kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
2. Laringitis
Laringitis merupakan inflamasi laring yang terjadi sebagai akibat
terlalu banyak menggunakan suara, pemajan terhadap debu, bahan
kimia lainya atau sebagai bagian dari infeksi saluran napas atas.
(suddart& Brunner, KMB vol.1, edisi 8, 2001).

B. ETIOLOGI
1. Faringitis
Penyakit ini dapat disebabkan oleh streptokokus hemolitik,
stafilokokus, bakteri dan virus. Terjadi peningkatan kasus faringitis
gonokokus yang disebabkan diplokokus gram negatif.
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common
cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium,
arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
2. Laringitis
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak
menggunakan suara, pemanjaan terhadap debu, bahan kimiawi , asap
rokok, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran
nafas atas.
Penyebab inflamsi ini hampir selalu karena virus . Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya berkaitan dengan ringitis atau
nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemanjaan
terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan
tidak ada imunitas.

C. PATOFISIOLOGI
1. Faringitis
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian
oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring.
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat
pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke
lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang
pada tenggorok atau faringitis.
2. Laringitis
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi
bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasa nya disertai rinitis atau
nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan
terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan
tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan
tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini
biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian
atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas
atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa
menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi
pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Faringitis
a. Tenggorokan merah
b. Nyeri tenggorokan
c. Demam
d. Nyeri tekan nodus linfe servikal
e. Malaise
f. Batuk
g. Suara serak
h. Kesulitan menelan
2. Laringitis
a. Laringitis Akut
-suara serak
-tidak dapat mengeluarkan suara (afonia)
-batuk berat
-tenggorokan nyeri dan gatal
b. Laringitis Kronis
-suara serak yang persisten
-nyeri ternggorok memburuk pada pagi dan malam hari
-batuk kering dan keras

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pada klien faringitis kultur organisme penyebab dari faring
2. Pada klien faringitis kultur organisme penyebab dari laring.

F. KOMPLIKASI
1. Faringitis
a. Sinusitis
b. Ototis media
c. Abses peritonsial
d. Mastoiditis
e. Adenitis servikal
f. Demam rematik
g. Nefritis
2. Laringitis
Sinusitis kronik dan bronkitis kronik.

G. PENATALAKSANAAN
1. Faringitis
Pemberian terapi berdasarkan penyebabnya:
a. Bakterial; antimikrobial
b. Streptokokus; penisilin
c. Klien alergi penisilin; sefalofrim
d. AB diberikan selama sepuluh hari untuk streptokokus grup A.
e. Diet cair/ lunak pada tahap akut.
f. Pemberian cairan intravena perlu diberikan pada kondisi parah.
g. Klien dianjurkan banyak minum 2-3 liter perhari.
2. Laringitis
a. Laringitis akut
-pemberian zat iritan
-mengistirahatkan suara
-hindari merokok
-istirahat ditempat tidur
-inhalasi uap
-pemberian antibiotik pada klien infeksi dengan bakteri
b. Laringitis kronik
-istirahat suara
-pengobatan terhadap infeksi
-membatasi merokok
-inhalasi uap
-pengobatan kortikosteroid atau topikal
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS

1. PENGKAJIAN
a. Data dasar
b. Riwayat Kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada faringitis kronis , pengkajian head to toe yang dilakukan
lebih difokuskan pada:
Sistem pernafasan : batuk, dan sesak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor,
kalor, tumor, fungsi olaesa pada mukosa.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan kolaboratif untuk pemberian analgetik.
Intervensi Keperawatan:
1) Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
2) Identifikasi adanya tanda-tanda radang
3) Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
4) Kompres es di sekitar leher
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
b. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai
dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang,
nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal.
Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan
asuhan keperawatan yang efektif.
Intervensi Keperawatan :
1) balance intake dengan output
2) Timbang berat badan tiap hari
3) Berikan makanan cair / lunak
4) Beri makan sedikit tapi sering
5) Kolaborasi pemberian roborantia
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang
kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat
kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan.
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif ditujukkan dengan tidak ada
sekret yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan :
1) Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
2) Monitor suara nafas tambahan
3) Anjurkan untuk minum air hangat
4) Ajari pasien untuk batuk efektif
5) Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran
d. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam,
ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering,
mukosa mulut kering, keluar keringat berlebih.
Tujuan: Resiko tinggi defisit volume cairan dapat dihindari
Intervensi Keperawatan :
1) Monitor intake dan output cairan
2) Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
3) Berikan intake cairan yang adekuat
4) Kolaborasi pemberian cairan secara parenteral (jika diperlukan)
e. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kontak,
penularan melalui udara
Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari.
Intervensi keperawatan :
Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan infeksi lebih lanjut:
1) Menganjurkan pasien untuk istirahat
2) Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi
pernafasan
3) Menutup mulut bila batuk / bersin
4) Mencuci tangan
5) Makan- makanan yang bergizi
6) Menghindari penyebab iritasi
7) Oral hygine
f. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi, inflamasi
ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam
Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi,
inflamasi teratasi.
Intervensi keperawatan :
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Monitor temperatur tubuh secara teratur
3) Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
4) Kompres es disekitar leher
5) Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik
B. ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan
kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok,
kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat,
rasa tidak nyaman dan kelebihan.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris, hidung
juga perdarahan atau rebas, dan palpasi terhadap nyeri tekan yang
menunjukkan inflamasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. In efektif bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi.
b. Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi.
c. Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan.
3. PERENCANAAN
Dx. 1: In efektif bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi.
Tujuan: Pemeliharaan potensi jalan napas dan pembersihan jalan napas.
Intervensi Rasional
1. Meningkatkan masukan cairan , 1. Dengan meningkatkan masukan
melembabkan lingkungan atau cairan , melembabkan udara
menghirup uap. lingkungan atau menghirup uap
2. Pasien diinstruksikan tentang posisi dapat mengecerkan sekresi dan
yang nyaman dan terbaik mengurangi inflamasi membrane
3. Kolaborasi dalam pemberian obat mukosa.
sesuai indikasi; mukolitik, 2. Dengan posisi yang terbaik bagi
ekspektoran, bronkodilator dan pasien sinus yang akan
analgesic. tergantung pada letak dapat
meningkatkan drainase dari
infeksi.
3. Alat untuk menurunkan spasme
bronkus dengan mobilisasi
secret, analgesick diberikan
untuk memperbiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara
hati-hati karena dapat
menurunkan upaya batuk atau
menekan pernafasan.

Dx.2 : Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi
Tujuan : agar rasa nyeri dapat berkurang
Intervensi Rasional
1. Tentukan karskteristik nyeri / 1. Regangan pita suara lebih lanjut
intensitas nyeri mis : tajam, dapat menghambat pulihnya
konstan, ditusuk-tusuk. suara dengan sempurna.
2. Pemberian anastesi topical serta 2. Cara komunikasi yang lain dapat
kumur air hangat. mengistirahatkan laring untuk
3. Menyarankan pasien untuk istrahat berkomunikasi secara verbal
4. Pasien di instruksikan tentang sehingga dapat meminimalkan
hygiene umum pada mulut dan penggunaan pita suara.
hidung 3. Sentuhan di yakini untuk
memberikan peristiwa kompleks
biokimia dengan kemungkinan
pengeluaran endokirin yang
menurunkan ansietas.
Dx.3 : Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi
jalan Napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Tujuan : Agar cara berkomunikasi lebih efektif dan terpelihara.
Intervensi Rasional
1. Pasien di instruksikan untuk tidak 1. Regangan pita suara lebih lanjut
mencoba berbicara, serta dapat menghambat pulihnya suara
menghindari pembicaraan sedapat dengan sempurna.
mungkin dan berkomunikasi 2. Cara komunikasi yang lain dapat
dengan cara menuliskan bila mengistirahatkan laring untuk
memungkinkan . berkomunikasi secara verbal
2. Berikan pilihan cara komunikasi sehingga dapat meminimalkan
yang lain seperti papan dan pencil. penggunaan pita suara.
3. Berikan komunikasi non verbal, 3. Sentuhan di yakini untuk
contoh sentuhan dan gerak memberikan peristiwa kompleks
fisik,antisipasi kebutuhan biokimia dengan kemungkinan
pengeluaran endokirin yang
menurunkan ansietas.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Faringitis merupakan suatu peradangan pada mukosa faring.
Pada umumnya masyarakat sering menganggap suatu hal yang biasa.
Sehingga adanya keluhan awal yang muncul diabaikan, pada proses
perkembangan berikutnya gejala-gejala awal tersebut akan merupakan
awitan timbulnya penyakit-penyakit yang lebih serius dan
membahayakan jiwa yaitu morbili, influenza, pneumonia, parotitis,
varisela, artritis, rinitis akut, nasofaringits, laringitis akut serta
bronkitis akut.
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena
banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu
banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan
kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi
saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang
terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat, dan dapat
dimengerti oleh mahasiswa atau pembaca tentang materi sistem
sensorik persepsi yaitu asuhan keperawatan faringitis dan laringitis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, edisi 8 vol. 1. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakata,

2001.

Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :


Jakarta.

También podría gustarte