Está en la página 1de 54

1

A. Judul Penelitian

Good Governance dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa

Karangnanas Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

B. Latar Belakang

Pada era sekarang ini pemerintah Indonesia terus mengupayakan

peningkatan pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam rangka

penyeimbangan laju pembangunan daerah serta laju pembangunan desa dan

kota dapat berjalan serasi. Perangkat desa diberikan kewenangan untuk

mengatur dan mengelola desanya sendiri dengan berkewajiban untuk

melaporkan segala bentuk pengeluaran yang dilakukan desa kepada

pemerintah pusat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa merupakan era reformasi yang menjadi bentuk awal kemandirian Desa

dalam penyelenggaraan Pemerintahan maupun dalam pengelolaan Keuangan

Desa. Mengingat dana yang diterima oleh Desa jumlahnya cukup besar dan

terus meningkat setiap tahunnya, maka dalam menyelenggarakan

Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Desa, dibutuhkan kapasitas

Aparatur Desa yang handal dan sarana lainnya yang memadai agar

pelaksanaannya menjadi lebih terarah dan akuntabel.

Dengan adanya UU desa, kini desa memiliki kepastian dalam hal dana

yang dikelola oleh desa untuk pembangunan dan peningkatan perekonomian

desa. Dengan demikian desa memiliki kesempatan untuk membangun dalam

rangka mensejahterakan warganya. Alokasi Dana Desa merupakan salah satu

bentuk hubungan keuangan antar tingkat Pemerintahan yaitu hubungan

keuangan antara Pemerintahan Kabupaten dengan Pemerintahan Desa. Untuk


2

dapat merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka diperlukan

pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki pemerintah Desa. Anggaran

pemerintah yang diberikan Kepada Desa terkait sepenuhnya adalah untuk

fasilitas pembangunan dan pemberdayaan Desa sebagai salah satu lembaga

yang andil dalam format kepemerintahan. Dana tersebut harus digunakan dan

di alokasikan sebagai mana mestinya sesuai dengan undang undang dan

ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia sehingga

dengan Alokasi Dana Desa (ADD) mampu meningkatkan Pembangunan

Desa, Partisipasi Masyarakat dalam Memberdayakan dan

Mengimplementasikan bantuan tersebut untuk kedepan.

Alokasi Dana Desa merupakan anggaran keuangan yang diberikan

pemerintah kepada desa,berasal dari Bagi Hasil Pajak Daerah serta dari Dana

Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah yang diterima oleh kabupaten.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 tahun 2007 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa di dalam Pasal 18 menyatakan bahwa,

Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten / Kota yang bersumber

dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Pemerintah Kabupaten / Kota untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh

persen). Jumlah Alokasi Dana Desa 2016 yang telah ditetapkan pemerintah

dalam RAPBN 2016 yaitu sebesar Rp.40,96 trilyun. Besaran dana desa ini

mengalami kenaikan 3 kali lipat dari tahun anggaran 2015 dan mengalami

kenaikan 28%. Jika dibandingkan denganDana Desa 2015-2019 yang disusun

oleh Kementerian Keuangan, maka Alokasi Dana Desa 2016 sebesar 40,96

trilyun tersebut sebenarnya lebih rendah dari yang direncanakan.


3

Pemberian ADD dari Pemerintah Kabupaten Banyumas kepada desa

pada tahun 2014 secara yuridis pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan

Bupati Banyumas Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum

Pengaturan Kebijakan dan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten

Banyumas dimana disebutkan maksud dan tujuan dilaksanakannya ADD di

Kabupaten Banyumas.Alokasi Dana Desa digunakan untuk membiayai

program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan

pemberdayaan masyarakat. Tujuan ADD dalam Peraturan Bupati Nomor 13

Tahun 2014 adalah:

1. Meningkatkan penyelnggaraan pemerintahan desa dalam


melaksanakan pelayananpemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatannya sesuai kewenangannya.
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa
dalam perencanaan,pelaksanaan, dan pengendalian
pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan,kesempatan bekerja
dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
5. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui
BadanUsaha Milik Desa (BUMD) .

Pada tingkat desa bahwa Tim Pelaksana Desa wajib menyampaikan

laporan dana bulanan penggunaan ADD mencakup perkembangan

pelaksanaan dan penyerapan dana dengan menggunakan form yang telah

ditetapkan, disamping itu pada setiap tahapan pencairan ADD Tim Pelaksana

Desa wajib menyampaikan laporan kemajuan fisik yang merupakan

visualisasi kemajuan kegiatan fisik kepada Tim Pelaksana ADD harus

menyampaikan laporan realisasi penggunaan ADD melalui Tim Fasilitasi

Kecamatan dan jika terlambat maka sanksinya Bupati dapat menunda

penyaluran dana sampai dengan disampaikannya laporan realisasi

penggunaan ADD. Laporan tersebut harus menggunakan prosedur yang telah


4

ditetapkan sesuai ketentuan sehingga memudahkan setiap desa dalam

pengajuan pencairan ADD pada tahap berikutnya. Beberapa Kecamatan di

Kabupaten Banyumas masih belum melaksanakan laporan

pertanggungjawaban tersebut dengan benar dan lengkap sesuai ketentuan.

Namun yang terjadi masih adanya permasalahan terkait dengan

anggaran sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan publik yaitu masih

lemahnya proses pelaporan keuangan ADD yang meliputi laporan berkala

dan laporan akhir pelaksanaan penggunaan ADD sesuai peraturan yang

ditetapkan. Kebijakan pengaturan dan pengelolaan Alokasi Dana Desa

(ADD) termasuk rumusan besaran yang diserahkan kepada masing-masing

Desa yang dananya bersumber dari Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah

serta Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mengacu pada

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 22 Maret 2005 Nomor :

140/640/SJ perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah

Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa, yang kemudian pertama kali

ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Banyumas Nomor 196 Tahun

2005 tentang Pedoman Umum Pengaturan Kebijakan Dan Pelaksanaan

Alokasi Dana Desa Di Kabupaten Banyumasdan Peraturan Daerah

Kabupaten Banyumas Nomor : 5 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa

.Pemberian kewenangan untuk menyusun kebijakan di tingkat pemerintah

Kabupaten/Kota tersebut tidak berarti sebagai suatu intervensi yang terlalu

jauh terhadap kewenangan yang telah diberikan kepada desa, tetapi semata-

mata dimaksudkan sebagai suatu upaya agar pengelolaan Alokasi Dana Desa

(ADD) dapat berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan arahan

diberikannya dana tersebut. Namun tidak kalah pentingnya upaya untuk


5

selalu meningkatkan kemampuan aparat pemerintah desa dalam

pengelolaan atau penatausahaan keuangan desa, baik dalam perencanaan,

pelaksanan dan pertanggungjawaban anggaran.

Di Banyumas, menurut penuturan Bapak Rasito selaku Ketua

Paguyuban Kepala Desa se-Banyumas, aparatur desa masih banyak memiliki

kekurangan kapasitas/kemampuan dalam hal manajerial dan administrasi.

Seringkali karena hal ini Kepala Desa mendapatkan kesulitan dalam

menyusun perencanaan dan pelaporan terutama soal anggaran karena aparatur

desa banyak yang tidak tahu soal pentingnya birokrasi dan ketentuan

administratif yang berlaku. Sehingga menyulitkan Kepala Desa dalam

mentransformasikan visinya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada

masyarakat dan mengelola desa untuk mensejahterakan desa.

Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan namun yang masuk

penerima program Alokasi Dana Desa hanya 23 kecamatan, Pemerintah

Kabupaten Banyumas pada tahun anggaran 2016 mengalokaksikan dana

ADD sebesar Rp. 146.164.010.yang dibagikan ke sejumlah 301 desa yang

tersebar di 23 kecamatan. Berikut daftar Kecamatan penerima ADD Tahun

2016:
6

Tabel 1 Daftar Kecamatan Penerima Dana Desa Tahun 2016


No Kecamatan ADD 2016
1 Lumbir Rp.6.011.119.007
2 Wangon Rp.6.467.503.851
3 Jatiwalang Rp.5.614.223.643
4 Rawalo Rp.4.763.824.214
5 Kebasen Rp.5.961.057.567
6 Kemranjen Rp.7.212.585.164
7 Sumpiuh Rp.5.329.447.702
8 Tambak Rp.5.796.173.312
9 Somagede Rp.4.287.137.321
10 Kalibagor Rp.5.357.625.855
11 Banyumas Rp.5.375.386.072
12 Patikraja Rp.5.907.345.058
13 Purwojati Rp.4.616.570.257
14 Ajibarang Rp.7.890.560.019
15 Gumelar Rp.5.928.103.375
16 Pekuncen Rp.8.102.892.156
17 Cilongok Rp.10.559.538.031
18 Karanglewas Rp.5.870.310.058
19 Sokaraja Rp.7.633.912.213
20 Kembaran Rp.6.872.852.201
21 Sumbang Rp.8.682.672.195
22 Baturraden Rp.5.477.883.479
23 Kedungbanteng Rp.6.445.287.501
Jumlah Rp.146.164.010.250
Sumber: Kantor Badan Keuangan Daerah Kabupaten Banyumas

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

jumlah ADD yang diterima oleh tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas.

Jumlah total ADD yang dibagi ke desa pada tiap kabupaten juga sangat

berpengaruh pada jumlah desa, dimana semakin banyak jumlah desa maka

semakin kecil jumlah dana ADD yang diterima masing-masing desa.

Pemerintah Kabupaten Banyumas megalokasikan ADD dengan jumlah desa

yang cukup banyak sehingga dana yang diterima tiap desa semakin kecil.

Desa yang notabene memegang kekuasaan administratif dalam

pengelolaan dana desa harus siap dalam mengelola dana desa yang meningkat

pada tahun 2016 ini. Salah satu Desa di Banyumas yang menerima dana desa

ini adalah Desa Karangnanas. Desa ini yang memiliki jumlah penduduk
7

sebanyak 7.988 jiwa ini terletak di Kecamatan Sokaraja, Kabupaten

Banyumas.

Sebagai salah satu desa yang ada di Banyumas, Desa Karangnanas

juga mendapatkan dana desa yang meningkat dari tahun sebelumnya sejalan

dengan peningkatan dana desa yang bersumber dari APBN untuk Kabupaten

Banyumas. Sesuai PP No. 8/2016 tentang dana desa, Perbub No.

141.1/115/2017 tetang tata cara pembagian dan rincian dana desa di

Kabupaten Banyumas dan SK Bupati 900/2017 tentang tahapan penyaluran

dana desa, pencairan dibagi dua tahap.Salah satu sumber PAD Desa

Karangnanas yang berasal dari Alokasi Dana Desa tertera dalam tabel

dibawah ini yang bersumber dari Alokasi Dana Desa Kecamatan

Karangnanas.
8

Tabel 2 Alokasi Dana Desa Kecamatan Sokaraja


Penyaluran Alokasi Dana Desa Kecamatan Sokaraja
No Nama Desa
Tahap I Tahap II Jumlah
1 Kalikidang 291.356.831 143.868.787 435.225.618
2 Wiradadi 291.356.831 123.143.173 414.500.004
3 Karangkedawung 291.356.831 132.810.740 424.167.572
4 Sokaraja Tengah 291.356.831 117.088.274 408.445.105
5 Sokaraja Kidul 291.356.831 79.584.997 370.941.828
6 Klahang 291.356.831 179.849.293 471.206.124
7 Banjarsari Kidul 291.356.831 116.870.005 408.226.836
8 Sokaraja Wetan 291.356.831 148.533.829 439.890.660
9 Jompo Kulon 291.356.831 107.519.558 398.876.389
10 Banjaranyar 291.356.831 96.410.696 387.767.527
11 Lemberang 291.356.831 176.763.567 468.120.398
12 Karangduren 291.356.831 83.869.727 375.226.558
13 Sokaraja Lor 291.356.831 142.226.590 433.583.421
14 Kedondong 291.356.831 224.387.737 515.744.568
15 Pamijen 291.356.831 93.572.038 384.928.869
16 Sokaraja Kulon 291.356.831 114.385.756 405.742.587
17 Karangnanas 291.356.831 174.084.080 465.440.911
18 Karangrau 291.356.831 134.520.408 425.877.239
Jumlah 5.244.422.959 2.389.489.253 7.633.912.213
Sumber: Kantor Badan Keuangan Daerah Kabupaten Banyumas 2016

Tabel 2 diatas menunjukan besaran atau nominal dana desa di

Kecamatan Sokaraja tahun 2016. Tahun sebelumnya, Desa Karangnanas

mendapat dana desa sebesar Rp. 465.440.911(empat ratus enam puluh lima

juta empat ratus empatpuluh ribu sembilan ratus sebelas rupiah).Desa

Karangnanas merupakan salah satu desa di Kecamatan Sokaraja yang

menerima Alokasi Dana Desatertinggi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih berfokus pada penggunaan

Alokasi Dana Desa untuk pengelolaan. Fokus ini dipilih karena melihat

permasalahan yang ada dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Banyumas

yang telah dijelaskan yaitu terlambatnya pengumpulan laporan pengelolaan

Alokasi Dana Desa.


9

Tabel 3 Laporan Realisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa Tahun Anngaran 2016
Desa Karangnanas
JUMLAH JUMLAH KETERANGAN
No URAIAN ANGGARAN REALISASI
(RP) (Rp)
I. Pendapatan 421.116.085 203.208.067 -
I.2. Pendapatan Transfer 896.233.694 962.031.351 -
1.3. Pendapatan Lain-lain 1.000.000 1.179.000 -
Jumlah Pendapatan 1.318349.779 1.166.418.418 -
Alokasi Dana Desa 515.744.566 490.096.980 -
BELANJA ALOKASI -
2. 443.294.454 490.096.980
DANA DESA
Bidang
a. Penyelenggaraan 330.531.454 396.227.534 ADD
Pemerintahan Desa
b. Insentif RT 16.200.000 14.175.000 ADD
c. Insentif RW 2.880.000 2.520.000 ADD
d. Insentif Hansip 200.000 - ADD
Operasional
e. 9.467.000 9.467.000 ADD
Pemerintahan Desa
f. Operasional BPD 2.115.000 265.000 ADD
g. Operasional RT 2.250.000 - ADD
h. Operasional RW 400.000 - ADD
Operasional Fasilitas
i. Pekerjaan Pengisian 11.200.000 - ADD
Profil Desa
Operasional Kegiatan
J. 4.700.000 4.664.000 ADD
PKK
Operasional Kegiatan
k. 568.000 - ADD
LPMD
Operasional Kegiatan
a. 2.365.000 2.365.000 ADD
Karang Taruna
Operasional kegiatan
b. 2.150.000 2.150.000 ADD
Pos Yandu
Operasional Kegiatan
c. 5.050.000 5.050.000 ADD
P3A
Peringatan Hari Besar
d. 1.400.000 1.400.000 ADD
Nasional
Bidang Pelaksanaan
e. 51.818.000 51.813.446 ADD
Pembangunan Desa
JUMLAH 443.294.454 490.096.980 ADD
Sumber: Kantor Desa Karangnanas, Kecamatan Sokaraja

Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat alokasi penggunaan dana desa

ditambah sumber pendapatan desa lainnya, yang menunjukan dana tersebut

dominan dialokasikan untuk Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

yaitu Rp. 396.227.534. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


10

tersebut, daerah diberi otonomi yang seluas-luasnya untuk mengurus seluruh

penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat untuk

membuat sebuah kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan

pelayanan dan pemberdayaan masyarakat serta otonomi nyata yang

bertanggung jawab. Berdasarkan tabel diatas terjadi lebih kurang antara

anggaran dan realisasi, dana lebih tersebut menjadi surplus yaitu dana

kembali terhadap rekening pusat sedangkan dalam realisasi kurang atau tidak

terpenuhinya dana maka dana tersebut di penuhi dengan pendapatan lainnya,

seperti Dana Desa, Hasil Aset Desa, Retribusi dan Bagi Hasil Daerah.

Sedangkan di Desa Karangnanas belum melakukan spesifikasi

pengelompokan penggunaan kuangan desa secara terpisah antara Alokasi

Dana Desa, Dana Desa, Hasil Aset Desa, dan pendapatan lainnya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan pra-survey

yang dilakukan peneliti pada 12 Oktober 2017 kepada Sekdes Pemerintahan

Kecamatan Sokaraja, Desa Karangnanas termasuk salah satu desa yang

menerima Alokasi Dana Desa terbesar di Kecamatan Sokaraja, dimana

Kecamatan Sokaraja termasuk ke dalam salah satu Kecamatan yang belum

mengumpulkan laporan Alokasi Dana Desa.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk

menggambarkan dan menganalisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa serta

faktor-faktor pendorong dan penghambatPengelolaan Alokasi Dana Desa di

Desa Karangnanas Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Maka dari itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengelolaan Alokasi

Dana Desa (ADD) di Desa Karangnanas Kecamatan Sokaraja Kabupaten

Banyumas.
11

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengangkat

masalah tentang:

1. Bagaimanakah Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Karangnanas

Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pemerintah Desa

dalam mengelola Alokasi Dana Desa di Desa Karangnanas, Kecamatan

Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

tahun anggaran 2016 di Desa Karangnanas Kecamatan Sokaraja

Kabupaten Banyumas.

2. Memberikan gambaran pelaksanaan mengenai faktor yang mendukung dan

menghambat pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Karangnanas

Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.


12

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang

bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu

Administrasi Negara, khususnya mengenai studi tentang Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Karangnanas Kecamatan Sokaraja

Kabupaten Banyumas.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh

stakeholders dan menjadi sumbangsi peneliti terhadap input bagi Pemerintah

Desa Karangnanas Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.


13

F. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pengelolaan

Dalam penyelenggaraan suatu negara dibutuhkan dana yang

berkelanjutan. Dana itu bisa didapat dari tiga sumber yaitu sumber pajak,

minyak dan gas alam dan non pajak. Struktur penerimaan yang sehat

tercermin dari sumber penerimaan yang stabil, mudah di prediksi, adil

dalam pembebannya, serta tidak distortif dalam pengenaannya. Sektor

penerimaan yang paling sesuai dengan kriteria tersebut adalah sektor pajak

(Abimanyu,2003)

Sumber-sumber penerimaan negara yang merupakan dana publik

harus dikelola secara bertanggung jawab. Pengelolaan keuangan publik

pemerintah pusat dilakukan dengan melimpahkan kewenangan

pengelolaan keuangan kepada daerah. Pemerintah daerah mempunyai

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU No.

32 tahun 2004). Saragih (2003) menyatakan bahwa inti hakikat otonomi

adalah adanya kewenangan daerah, bukan pendelegasian.

Dalam perkembangannya, kebijakan ini dipengaruhi dengan

dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 yang

mengatur tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kebijakan ini memberikan

tantangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya yang dimiliki

secara efisien dan efektif sesuai dengan kapasitas kemampuan daerah

masing-masing. Akibatnya, kebijakan ini memunculkan kesiapan (fiskal)


14

daerah yang berbeda satu dengan yang lain mengingat sistem pengelolaan

pemerintah daerah sebelumnya masih tersentralisasi.

Terselenggaranya good government governance (kepemerintahan

yang baik) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita

bangsa bernegara. Good Governance adalah tata kelola organisasi secara

baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat

dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Dalam rangka mewujudkannya diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,jelas,terukur dan

terlegitimasi sehingga kinerja pemerintahan dan pembangunann dapat

berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung

jawab serta bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme. Oleh sebab itu, segenap

komunitas dalam negara menuntut pemerintah untuk meningkatkan

kinerjanya. Salah satu komunitas yang memberikan tekanan bagi

pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya adalah masyarakat (Holzer &

Rabin, 1995). Dowman, Macanus & Mikesell (1992) menyatakan bahwa

ada keseimbangan antara kinerja pemerintah yang diwujudkan dalam

pelayanan pemerintah terhadap kesanggupan masyarakat untuk membayar

pelayanan tersebut. Masyarakat tidak akan membayar apabila kualitas dan

kuantitas layanan publik tidak meningkat (Mardiasmo 2002).

2. Konsep Good Governance

Perkembangan isu terkini mengenai administrasi publik sangat

relevan jika suatu permasalahan publik dapat diselasaikan dengan sistem

demokratis. Hal ini menuntut konsep good governance yang lahir karena
15

adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan demokratisasi sehingga

mendorong kesadaran warga negara untuk menciptakan sistem atau

paradigma baru untuk mengawasi jalanya pemerintahan agar sesuai dari

tujuan semula.

Dalam perspektif otonomi daerah, khususnya di Indonesia,

penerapan good governance merupakan suatu urgensitas dalam upaya

mewujudkan pemerintahan daerah atau local governance yang efektif,

efisien, mandiri serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini

didukung pula dengan diberlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang akan memberikan peluang lebih besar bagi

terlaksananya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

serta prinsip-prinsip otonomi daerah, sehingga pemerintah daerah mampu

menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat (public services) secara optimal dan tidak

terlalu bergantung lagi kepada pemerintah pusat (sentralistik) sebagaimana

era pemerintahan sebelumnya.

Pengertian governance menurut UNDP (United Nations

Development Program) yang dikutip oleh Sedarmayanti (2003:5)terdapat

tiga model tata kepemerintahan yang baik sebagai berikut:

1. Political Governance yang mengacu pada proses pembuatan


keputusan untuk merumuskan kebijakan (Policy/Strategy
Formulation)
2. Economic Governance yang meliputi porses pembuatan
keputusan yang memfasilitasi terhadap equity (kekayaan),
proverty (properti),serta quality of life.
3. Administrative Governance yang mengacu pada sistem
implementasi kebijakan.
16

Dokumen kebijakan united nation development programme

(UNDP) lebih jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu:

1. Mengikut sertakan semua, transparansi dan bertanggung


jawab, efektif dan adil.
2. Menjamin adanya supremasi hukum.
3. Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan
ekonomi didasarkan pada konsesus masyarakat.
4. Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan
lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut
alokasi sumber daya pembangunan

Dari konsep diatas mengenai good governance dapat disimpulkan

bahwa adanya penyelenggaraan sistem good governance dilatarbelakangi

oleh penyimpangan dalam penyelenggaraan demokratisasi dalam

pemerintahan, maka pemerintah dituntut untuk bisa menyelenggarakan

tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, akuntabel, dan sesuai dengan

kehendak yang ingin dicapai. Setidaknya prinsip penting dalam

penyelenggaraan pemerintah, yaknimemiliki unsur-unsur

akuntabilitas,partisipasi dan transparansi. Oleh karena itu, perwujudan

good governance dimulai dari membangun sistem demokratis

penyelenggaraan administrasi negara, sehingga pertanggungjawaban

pemerintah dapat diketahui oleh publik dan pihak yang berkepentingan

dengan transparan dan dapat terwujudnya tata kelola pemerintahan yang

baik.

a. Prinsip-prinsip Good Governance

Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan

Bank Dunia yang disebutkan di atas dan sejalan dengan tuntutan reformasi

yang berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya

mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan


17

keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan maka menuntut penggunaan konsep Good governance

sebagai kepemerintahan yang baik relevan dan berhubungan satu dengan

lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan (2005:116)

adalah bahwa Negara adalah institusi yang legal formal dan konstitusional

yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator

maupun sebagai agent of change.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003:7)prinsip-prinsip

good governance sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat
2. Tegaknya Supremasi Hukum
3. Transparansi
4. Peduli pada Stakeholder
5. Berorientasi pada Konsensus
6. Kesetaraan
7. Efektivitas dan efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Visi Strategis

Terdapat tiga unsur penting menurut World Bank dalam good

governance yaitu, akuntabilitas (accountability), transparansi

(transparency) dan partisipasi (participation) adalah sebagai berikut :

1. Akuntabilitas (accountability), merupakan kemampuan untuk

mempertanggungjawabkan semua tindakan dan kebijakan serta fungsi-

fungsi yang dujalankan pemerintah kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

2. Transparansi (transparency) mewajibkan adanya suatu informasi yang

diberikan kepada semua pihak secara terbuka, tepat waktu, serta jelas atas

semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.


18

3. Partisipasi (participation) mendorong setiap warga untuk menggunakan

hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan

keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Dari prinsip diatas mengenai good governance dapat

disimpulkan bahwa adanya penyelenggaraan good governance

dilatarbelakangi oleh penyimpangan dalam penyelenggaraan demokratisasi

dalam pemerintahan, maka pemerintah dituntut untuk bisa

menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, akuntabel,

dan sesuai dengan kehendak yang ingin dicapai. Setidaknya prinsip

penting dalam penyelenggaraan pemerintah menurut Worl Bank, yakni

akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

a). Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip penyelenggaraan tata

kelola pemerintahan yang baik. Peran pemerintah dalam

pertanggungjawaban segala aktivitasnya tentu merupakan suatu kewajiban

yang harus dipenuhi. Ketika publik mempertanyakan hasil kerja dan

targetan akan membutuhkan suatu pelaporan yang dapat diterima secara

rasional.

Pelaksanaan akuntabilitas dalam lingkungan pemerintah, perlu

memperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas, seperti dikutip LAN dan

BPKPyaitu sebagai berikut :

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi


untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
19

3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran


yang telah ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh.
5. Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan
penyusunan laporan akuntabilitas.

Menurut Mardiasmo (2002: 21) menyatakan bahwa akuntabilitas

publik terdiri atas akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan

akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas

vertikaladalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas

yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja kepada

pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada

pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR). Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Pengelolaan alokasi anggaran, masyarakat dan stakeholders juga

memiliki hak untuk mengakses informasi mengenai jumlah anggaran yang

dialokasikan untuk suatu kegiatan tertentu, termasuk juga alasan yang

melatarbelakanginya. Masyarakat dan stakeholder perlu mengetahui

laporanrealisasi penyelenggaraan pemerintah sebagai wujud akuntabilitas

terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Dengan memiliki akses

keterbukaan informasi mengenai alokasi anggaran, maka stakeholders

dapat menilai seberapa banyak uang yang dikelola pemerintah dan

digunakan untuk kebutuhan publik. Masyarakat juga harus dapat

mengetahui anggaran yang digunakan pemerintah supaya sesuai dengan

kehendak masyarakat. Sehinggadari pernyataan diatas menunjukan


20

pertanggungjawaban pemerintah ataspengelolaan keuangan harus

dilaporkan kepada publik sebagai wujudakuntabilitas. Disamping itu,

prinsip transparansi juga menentukan keberhasilan akuntabilitas publik

dengan tersedianya akses yang mudah diperoleh masyarakat.

Dalam konteks akuntabilitas keuangan negara perlu adanya

transparansi anggaran yang mampu memberikan informasi keuangan yang

terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan

sumber daya yangdipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan

perundang- undangan (KK, SAP,2005). Pada dasarnya pembuatan laporan

keuanganadalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan

syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan

pemerintah atasaktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo,

2002).

b).Transparansi

Transparansi merupakan nilai utama dari akuntabilitas dimana

birokrasi atau organisasi harus mampu menjelaskan segala tindakan yang

dilaksanakan. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak

yang berkepentingan terhadap setiap informasi dan sebagai instrumen

untuk menilai kinerja organisasi.

Lalolo (2003:13) transparansi adalah prinsip yang menjamin

akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

tentangpenyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,

proses pembuatan serta hasil yang dicapai.


21

Terdapat 6 prinsip transparansi yang dikemukakan oleh

Humanitarian Forum Indonesia (HFI) yaitu

1. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara


pelaksanaan, bentuk bantuan atau program)
2. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan
detail keuangan.
3. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya
dalam perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum.
4. Laporan tahunan
5. Website atau media publikasi organisasi
6. Pedoman dalam penyebaran informasi

Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara

masyarakat dan pemerintah melalui penyediaan informasi yang akurat dan

memadai.Transparansi akan mengurangi tingkat ketidakpastian dalam

proses pengambilan keputusan mengenai pengelolaan dana desa, karena

penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya

dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk turut mengambil keputusan, misalnya dengan rapat desa yang

dilakukan secara musyawarah. Selain itu, transparansi dapat

mempersempit peluang korupsi dalam lingkup pemerintah desa dengan

masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tersebut.

c). Partisipasi Masyarakat

Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 31-32),

partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu

kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta

fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya

(berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung

pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.


22

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang

di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong

kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggungjawab

terhadap kelompoknya. Pendapat lain menjelaskan bahwa partisipasi

merupakan penyertaan pikiran dan emosi dari pekerjapekerja kedalam

situasi kelompok yang bersangkutan dan ikut bertanggungjawab atas

kelompok itu. Partisipasi juga memiliki pegertian “a valuentary process by

which people including disadvantaged (income, gender, ethnicity,

education) influence or control the affect them” (Deepa Naryan, 1995),

artinya suatu proses yang wajar di mana masyarakat termasuk yang kurang

beruntung (penghasilan, gender, suku, pendidikan)mempengaruhi atau

mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup

mereka.

Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung

warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses

kepemerintahan. Gaventa dan Valderma dalam Siti Irene Astuti D.

(2009:34-35) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan

konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk

keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan

keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan

warga masyarakat. Pengembangan konsep dan asumsi dasar untuk

meluangkan gagasan dan praktik tentang partisipasi masyarakat meliputi :

1. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada

wargasebagaimana hak politik lainnya. Hak itu tidak hilang ketika ia

memberikan mandat pada orang lain untuk duduk dalam lembaga


23

pemerintahan. Sedangkan hak politik, sebagai hak asasi, tetap melekat

pada setiap individu yang bersangkutan.

2. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan

publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan

demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan masih menyisakan

beberapa kelemahan yang ditandai dengan keraguan sejauh mana orang

yang dipilih dapat merepresentasikan kehendak masyarakat.

3. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan

publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.

4. Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental

5. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang

mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance).

6. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik

terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintahan. Demokratisasi

dan desentralisasi di negara berkembang termasuk Indonesia terjadi

dalam situasi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap

penyelenggaraan dan lembaga pemerintah. Dengan melibatkan warga

dalam proses pengambilan keputusan maka diharapkan kepercayaan

publik terhadap pemerintah dapat terus ditingkatkan, dan meningkatnya

kepercayaan warga dipercaya sebagai indikator penting bagi

menguatnya dukungan dan keabsahan pemerintah yang berkuasa.

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat

dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau proyek

pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. Partisipasi

masyarakat memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif (artinya


24

masyarakat ikut menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang dilakukan

oleh semua yang terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut,

ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang

setara.

Adapun prinsip-prinsip partisipasi, sebagaimana tertuang dalam

Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh

Department for International Development (DFID) (dalam Monique

Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang

terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek

pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap

orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta

mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap

proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan

struktur masing-masing pihak.

c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan

komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga

menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai

pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan

dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena


25

adanya kesetaraan kewenangan (Sharing power) dan keterlibatannya

dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas

dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak,

sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi

suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat

untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan

yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya

manusia.

3. Alokasi Dana Desa

Keuangan desa pada dasarnya merupakan sub sistem dari keuangan

negara, sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara. Keuangan Desa didefinisikan sebagai

semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta

segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

milik desa dan berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut. Dari sifat pengelolaannya, keuangan desa dapat dibagi menjadi

keuangan desa yang sifat pengelolaannya dilakukan secara langsung yang

berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan keuangan

desa yang sifat pengelolaannya dilakukan secara terpisah oleh Badan

Usaha Milik Desa (BUMDesa). Menurut Undang – undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa, Bab VIII Tentang Keuangan Dan Aset Desa

Pasal 72, sumber - sumber pendapatan desa terdiri dari :

1. Pendapatan asli Desa yang terdiri dari Hasil Usaha Desa,


Hasil Kekayaan Desa,Hasil Swadaya dan partisipasi
26

masyarakat, hasil gotong royong, dan lainlain Pendapatan


Asli Desa
2. Alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
3. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;
4. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana
perimbangan dari dana perimbangan yang diterima kabupaten
/ kota.
5. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsidan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten / Kota
6. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat
7. Lain – lain pendapatan desa yang sah.

Adapun ketentuanAlokasi Dana Desa atau ADD adalah dana yang

bersumber dari Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta

pelayanan masyarakat. ADD bagian keuangan Desa yang diperoleh dari

Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa

berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 11

yang dimaksud Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang diberikan

kepala desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah

pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota


27

Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud dari

pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonomi Desa agar tumbuh

dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu sendiri berdasarkan

keanekaragaman, partisipatif, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan mayarakat. Untuk memaksimalkan pengelolaan ADD yang

diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada Desa, maka ADD memiliki

tujuan antara lain (Hanif Nurcholis, 2011; 89):

1. Menaggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;


2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di
tingkat Desa dan pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur Desa; 18
4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya
dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;
6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat Desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong-royong
masyarakat;
8. Meningkatkan pendapatan Desa dan masyarakat Desa melalui
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Menurut Sanusi (2004) alokasi dana desa adalah dana yang harus

dialokasikan pemerintah kabupaten untuk desa, yang bersumber dari

bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima dari

kabupaten yang penggunaannya untuk 30% belanja aparatur dan operator

dan 70% untuk belanja publik dan pemberdayaan masyarakat.

Adapun maksud dan tujuan dari alokasi dana desa adalah:

a) Maksud

ADD dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah

desa dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan

masyarakat.
28

b) Tujuan

Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam


melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan sesuai kewenangannya.
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan
secara partisipatif sesuai dengan potensi yang ada.
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja
dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
d. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat.

Menurut Soemantri (2011: 166) bahwa presentase penggunaan

Alokasi Dana Desa ditetapkan 70% untuk pembiayaan pelayanan publik

dan perberdayaan masyarakat, diantaranya:

a. Penanggulangan kemiskinan diantaranya pendirian lumbung


desa
b. Peningkatan kesehatan masyarakat diantaranya penataan
posyandu Peningkatan pendidikan dasar
c. Pengadaan infrastruktur pedesaan seperti prasarana
pemerintahan, prasarana perhubungan, prasarana produksi,
prasarana pemasaran dan prasarana sosial.
d. Penyusunan dan pengisian profil desa, penyediaan dara-data,
buku administrasi desa dan lembaga kemasyarakatan lainnya
e. Perberdayaan sumber daya aparatur desa
f. Menunjang kegiatan pelaksanaan 10 program PKK
g. Kegiatan perlombaan desa
h. Penyelenggaraan musyawarah pemerintahan desa
i. Kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong
j. Peningkatan kapasitas lembaga kemasyarakatan
k. Peningkatan potensi masyarakat bidang keagamaan, pemuda
olahraga. Kegiatan lainnya untuk yang diperlukan oleh desa

Sedangkan 30% lagi untuk biaya operasional pemerintahan desa

yaitu untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa

dengan prioritas sebagai berikut:

a. Peningkatan Sumber Daya Manusia Kepala Desa dan Perangkat


Desa meliputi pendidikan, pelatihan, pembekalan dan studi
banding
b. Biaya operasional tim pelaksana bidang pemerintahan.
29

c. Biaya tunjangan Kepala Desa, perangkat desa, tunjangan dan


operasional BPD , honor ketua RT/RW serta penguatan
kelembagaan RT dan RW.
d. Biaya perawatan kantor dan lingkungan Kantor Kepala Desa.
e. Biaya penyediaan data dan pembuatan pelaporan dan
pertanggungjawaban.

1. Tujuan Alokasi Dana Desa

Menurut Soemantri (2011: 157) tujuan Alokasi Dana Desa sebagai

berikut:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan


b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan
ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan
d. Meningkatkanpengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya
dalam mewujudkan peningkatan sosial
e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong
masyarakat
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

2. Manfaat Alokasi Dana Desa

Menurut Sahdan, dkk. (2006: 6) terdapat beberapa manfaat ADD bagi

kabupaten/kota yakni sebagai berikut.

a. Kabupaten/Kota dapat menghemat tenaga untuk membiarkan


desa mengelola otonominya, tanpa terus bergantung kepada
Kabupaten/Kota
b. Kabupaten/Kota bisa lebih berkonsentrasi meneruskan
pembangunan pelayanan publik untuk skala luas yang jauh
lebih strategis dan lebih bermanfaat untuk jangka panjang
(Tim FPPD, 2005).

3. Peruntukan Alokasi Dana Desa

Menurut Sahdan, dkk. (2006: 8) peruntukan ADD adalah sebagai

berikut.

a. Untuk biaya pembangunan desa


b. Untuk pemberdayaan masyarakat
c. Untuk memperkuat pelayanan publik di desa
d. Untuk memperkuat partisipasi dan demokrasi desa
30

e. Untuk tunjangan aparat desa


f. Untuk operasional pemerintahan desa
g. Tidak boleh digunakan untuk kegiatan politik atau kegiatan
melawan hukum.

4. Dasar Hukum Alokasi Dana Desa

a. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan

Desa.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ Tanggal 22

Maret 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah

Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa.

e. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/286/SJ Tanggal 17

Pebruari 2006 perihal Pelaksanaan Alokasi Dana Desa.

f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1784/2006

Tanggal 3 Oktober 2006 perihal Tanggapan atas Pelaksanaan

ADD.

g. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 14 Tahun 2015

tentangPengalokasian dan Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana

Desa.

5. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Perlu adanya

ADD dikarenakan karena kebijakan ADD sejalan dengan agenda otonomi


31

daerah, dimana desa ditempatkan sebagai basis desentralisasi. Kebijakan

ADD relevan dengan perspektif yang menempatkan desa sebagai basis

partisipasi. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dalam komunitas

sebuah pedesaan yang mana desentralisasi di tingkat desa tersebut akan

meningkatkan fungsi pemerintahan sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya. Saat ini masih ditemukan banyaknya kelemahan yang

muncul ketika ADD dimanfaatkan dalam rangka kepentingan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya beberapa

kelemahan, akan menimbulkan masalah seperti penyelewengan dana

sehingga ADD tersebut menjadi tidak tepat sasaran. Biasanya yang

menyebabkan hal ini terjadi adalah ketidak mampuan aktor pengelola

dana, dalam hal ini adalah para aparat desa yang belum memiliki

kompetensi yang cukup untuk mengelola dana tersebut. kondisi yang

seperti inilah yang menyebabkan banyaknya program pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat yang menjadi gagal dalam proses implementasi.

Selain itu, penyebab tata kelola ADD yang masih belum efektif

disebabkan karena kurang berfungsinya lembaga desa, mekanisme

perencanaan yang kurang matang karena waktu perencanaan yang sempit,

serta masih rendahnya partisipasi masyarakat karena dominasi kepala desa

dan adanya pos-pos anggaran dalam pemanfaatan ADD sehingga tidak ada

kesesuaian dengan kebutuhan desa.

Tata kelola Alokasi Dana Desa yang baik dan berhasil, dana yang

tepat sasaran yaitu dana yang digunakan untuk kepentingan pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam

pemafaatan ADD perlu mengacu pada asas-asas pengelolaan keuangan


32

desa. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pasal 2 ayat 1 yang

berbunyi: “Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,

akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran”.
33

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No Penelitian dan Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian
1. Chandra Kusuma Putra, Menggambarkan dan Kualitatif Hasil penelitian menunjukan bahwa
Ratih Nur Pratiwi, menganilisis Pengelolaan Deskriptif sebagian dari dana ADD untuk
Suwondo. 2013. Alokasi Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat digunakan
Pengelolaan Alokasi Dana pemberdayaan masyrakat untuk biaya oprasional pemerintah desa
Desa Dalam Pemberdayaan desa; faktor-faktor dan BPD sehingga penggunaan ADD
Masyarakat Desa (Studi pendorong dan tidak sesuai dengan peruntukannya.
pada Desa Wonorejo penghambat Pengelolaan Faktor penghambat, kualitas sumber
Kecamatan Singosari Alokasi Dana Desa dalam daya manusia dan kurangnya
Kabupaten Malang) pemberdayaan Masyarakat pengawasan langsung oleh masyarakat.
desa di Desa Wonorejo
Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.
2. Thomas 2013. Gambaran menyeluruh Kualitatif Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Pengelolaaan Alokasi Dana tentang Proses pengelolaan penulis di desa Sebawang untuk 30%
Desa Dalam Upaya Alokasi Dana Desa di Desa dari dana ADD bisa berjalan sesuai
Meningkatkan Sebawang Kecamatan dengan petunjuknya kemudian untuk
Pembangunan di Desa sesayap Kabupaten tana yang 70% dari ADD berjalan kurang
Kecamatan Sesayap, Tidung. optimal karena lebih direalisasikan
Kabupaten Tana Tidung. pada pembangunan fisik pada tahun
2010 dan 2011 sedangkan unutk tahun
2012 lebih kepada pengadaan barang.
Rendahnya sumber daya manusia
aparat desa dan kurangnya koordinasi
tentang pengelolaan ADD menjadi
34

hambatan dalam proses pengelolaan


Alokasi Dana Desa di Desa Sebawang.
3. Juliska Baura, Jantje Tujuan dari penelitian ini Kuantitatif a) Pemberdayaan masyarakat dalam
Mandey, Femmy Tulusan, untuk menggambarkan Deskriptif pemanfaatan Alokasi Dana Desa
2015. Pemberdayaan pengelolaan ADD dalam (ADD) di Desa belum sesuai dengan
Masyarakat Dalam pemberdayaan masyarakat asas pengelolaan keuangan desa salah
Pemanfaatan Alokasi Dana desa serta faktor-faktor satunya asas pengelolaaan keuangan
Desa (ADD) (Suatu Studi pendorong dan desa salah satunya asas transparansi.
di Desa Bukumatiti penghambat. b) Akuntabilitas atau pertanggung
Kecamatan Jailolo jawaban pemanfaatan Alokasi Dana
Kabupaten Halmahera Desa (ADD) di Desa Bukumatiti belum
Barat). terwujud sesuai dengan harapan
masyarakat.
c) Pemerintah desa tidak pernah
melibatkan masyarakat dalam bentuk
proses pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, hingga pada
evaluasi hasil yang dicapai.
4. Sugeng .2014. Faktor- Penelitian ini ingin Kuantitatif Hasil penelitian untuk variabel
faktor mempengaruhi meneliti faktor-faktor yang pemahaman sistem akuntansi keuangan
Pengelolaan Keuangan mempengaruhi pengelolaan daerah secara paesial tidak berpengaruh
Daerah Dan Implikasinya keuangan daerah dan terhahadap pengelolaan keuangan
Terhadap Kinerja implikasinya terhadap daerah, variabel pengawasan internal
Pemerintah Daerah di Kinerja pemerintah daerah menunjukan bahwa pengawasan
Kabupaten Kediri yang diproksikan internal secara parsial berpengaruh
pelayanan public di terhadap pengelolaan keuangan daeah.
Kqbupaten kediri
5. Akbar Prabawa, 2015 Penelitian ini bertujuan Kualitatif Penggunaan dana pembangunan desa
Pengelolaan Alokasi Dana untuk mengetahui dalam meningkatkan pembangunan Di
Desa dalam Pembangunan penggunaan Dana Desa Loa Lepo Kecamatan Tenggarong
di Desa Loa Lepu Pembangunan Desa dan Seberang Kabupaten Kutai
Kecamatan Tenggorong mendapatkan gambaran Kartanegara, sudah terlaksana
35

Seberang Kabupaten Kutai yang lebih jelas mengenai walaupun masih banyak kekurangan
Kartanegara fenomena yang terjadi diantaranya kurangnya keahlian yang
dalam kaitannya dengan dimiliki oleh para pelaku aparatur
penggunaan dana pemerintah Desa Loa Lepu.
pembangunan desa dalam
meningkatkan
pembangunan.
6. Andi Siti Sri Hutami. 2017 1. Mengetahui dan Kualitatif 1. Proses Pengelolaan ADD meliputi
Analisis Pengelolaan menggambarkan proses Deskriptif Perencanaan, Pelaksanaan,
Alokasi Dana Desa (ADD) perencanaan, pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan
dI Desa Abbatireng penatausahaan, pelaporan, Pertanggungjawaban.Pengelolaan ADD
Kematan Gilireng, dan pertanggung jawaban yang dilakukan oleh Pemerintah Desa
Kabupaten Wajo keuangan desa di Desa Abbatireng Kecamatan Gilireng
Abbatireng Kecamatan Kabupaten Wajo telah mengikuti aturan
Gilireng, Kabupaten Wajo petunjuk teknis yang telah diatur dalam
2. Mengetahui dan peraturan perundang-undangan. namun
menggambarkan faktor- dalam prosesnya masih belum optimal.
faktor yang mempengaruhi 2. Faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pengelolaan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
Alokasi Dana Desa di Desa meliputi faktor pendukung dan
AbbatirengKecamatan penghambat. Faktor pendukung yakni
Gilireng, Kabupaten Wajo . adanya Partisipasi masyarakat dalam
hal mengibahkan tanahnya kepada
Pemerintah Desa, Sarana dan Prasarana
yang memadai. Sedangkan faktor
penghambat yakni keterbatasan kualitas
Sumber Daya Manusia Aparat
pemerintah Desa di Desa Abbatireng
yang rata-rata berpendidikan
SMA/SMK. Hal ini menyebabkan
kurangnya pengetahuan tentang
pengelolaan ADD dan Petunjuk teknis
36

pengelolaan ADD yang setiap tahun


berubah.Fenomena ini menyebabkan
tim pelaksana kegiatan ADD
mempunyai kesulitan dalam
malaksanakan tugasnya dan
Komunikasi masyarakat yang kurang
mampu mengutarakan pendapat di
depan umum .
7. Puteri Ainurrohma Romantis.1. Mendeskripsikan dan Kualitatif 1. Tahap perencanaan Alokasi Dana
2014. Akuntabilitas
menganalisis sistem Deskriptif Desa (ADD) di 8 (delapan) desa telah
Pengelolaan Alokasi Dana akuntabilitas perencanaan menerapkan prinsip partisipasi dan
Desa di Kecamatan Alokasi Dana Desa di transparansi.
Panarukan Kabupaten Kecamatan Panarukan 2. Tahap pelaksanaan program Alokasi
Situbondo
2. Mendeskripsikan dan Dana Desa (ADD) di Kecamatan
menganalisis sistem Panarukan telah menerapkan prinsip
akuntabilitas pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas.
Alokasi Dana Desa di 3. Tahap pertanggungjawaban Alokasi
Kecamatan Panarukan. Dana Desa (ADD) baik secara teknis
3. Mendesripsikan dan maupun administrasi sudah baik,
menganalisis sistem namun harus tetap mendapat atau
akuntabilitas diberikan bimbingan dari pemerintah
pertanggungjawaban kecamatan.
Alokasi Dana Desa di
Kecamatan Panarukan
8. Tomasz Uryszek. 2013 The research shows that the Qualitative Thus, the amounts of local public debt
Financial Management of Polish public finance sector keep expanding. Though a system of
Local Goverments in is already considerably equalizing grants was introduced to
Poland Selected Problems decentralised,however the diminish horizontal fiscal imbalances,
level of financial autonomy its’ efficacy is still limited.
of local goverments is low
and the local revenues are
unable to cover
37

expenditures.

9. Martitah. 2013. This study aims to asses the Qualitative The result of this study indicate that the
Strengthening Local implemention of Good normative principles of good
Goverment Institutions Governance in the Governance has been integrated in
Towards A Good performance of local performance of local goverment unit
Governance. goverment Semarang (SKPD) in Semarang district. .
District.
10. Dwi Martani and Annisa The study examined impact Quantitative Revenue transfer from central
Liestiani. 2009. Disclosure of audit quality, goverment and classification of local
Of Local Goverment management incentives and goverment did not influence to
Financial Statements In local govermet financial discosure level. But, wealth, goverment
Indonesia. statement disclosure. complexity number of audit finding
influence the disclosure level.
38

Perbedaan Penelitian dengan penelitian terdahulu secara umum

terletak pada fokus, lokus dan metode nya.Penelitian ini berfokus

bagaimana Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Karangnanas ini

berlokus di Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.Metode yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Pengelolaan

Alokasi Dana Desa di Desa Karangnanas Kecamatan Sokarajatermasuk ke

dalam Kecamatan yang belum mengumpulkan pelaporan Alokasi Dana

Desa Tahun 2017.

H. Kerangka Berfikir

Kerangka penelitian ini diawali dengan lahirnya otonomi daerah

sehingga daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah dalam

rangka memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan untuk meningkat kesejahteraan masyarakat.

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang berada di

Provinsi Jawa Tengah dalam penyelenggaraan otonomi daerah

mengeluarkan Peraturan Bupati No. 13 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Umum Pengaturan Kebijakan dan Pelaksanaan. Alokasi Dana Desa

Kabupaten Banyumas. Kebijakan ADD diperlukan untuk penguatan

otonomi desa menuju kemandirian desa. Alokasi Dana Desa merupakan

salah satu pengelolaan dana yang bersumber dari APBN yang kemudian

diserahkan kepada daerah (APBD) yang bertujuan dalam pemerataan

kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

serta pelayanan masyarakat. Dalam pengelolaannya ADD ini masuk dalam

APBDes yang ditetapkan dengan peraturan desa (Perdes) dan wajib


39

dipertanggungjawabkan setiap akhirtahun anggaran sesuai ketentuan.

Penelitian ini diawali karena masih banyak Desa di Banyumas yang belum

sepenuhnya dapat melaporkan Pengelolaan Alokasi Dana Desa Tahun

2017 atau pertanggungjawaban dalam pelaksanaan ADD terutama pada

administrasi. Berawal pada UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa serta

PERDA No 13 Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum Pengaturan

Kebijakan dan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Banyumas.

Menurut World Bank dalam good governance yaitu, akuntabilitas

(accountability), transparansi (transparency) dan partisipasi (participation).

Keempatprinsip ini menjadi fokus penelitian peneliti.


40

Gambar 1. Kerangka Berfikir

UU No. 6 Tahun 2014 tentang


Desa

PERDA No 13 Tahun 2014 Tentang


Pedoman Umum Pengaturan
Kebijakan dan Pelaksanaan Alokasi
Dana Desa Kab. Banyumas

Pengelolaan Alokasi Dana Desa


(ADD) Sebagai APBdes

Good Governace

Keterangan: Akuntabilitas Transparansi Partisipasi


(accountability)
: Alur Berfikir (transparency) (participation)
------------- : Fokus Penelitian

Keterangan:

: Alur Berfikir

------------- : Fokus Penelitian


41

I. Metode Penelitian dan Analisis Data

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di DesaKarangnanas Kecamatan

Sokaraja KabupatenBanyumas yang merupakan wilayah strategis untuk

menganalisis proses Pelaporan Alokasi Dana Desa.

2. Sasaran Penelitian

Penelitian ini berupaya menggali informasi berdasarkan fokus

penelitiannya, sasaran penelitian ini adalah Aparatur Desa Karangnanas,

Stakeholderdalam pengelolaan Alokasi Dana Desa Karangnanas,

Masyarakat Desa Karangnanas.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Moleong (2015: 5-6)

memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan

pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang

berkonteks khusus serta untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian. Penelitian dengan metode kualitatif

deskriptif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar atau

dokumentasi dari subjek atau objek penelitian. Data tersebut dianalisis,

ditelaah satu persatu dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Metode ini

juga merupakan pemecahan masalah dengan cara menggambarkan subjek


42

atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

sebagaimana adanya.

4. Teknik Pemilihan Informan

Informan awal dipilih dengan teknik purposive sampling (sampling

bertujuan) dan snowball sampling. Purposive Sampling adalah teknik

pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007 :

246). Peneliti juga harus bersifat selektif, dimana peneliti menggunakan

berbagai pertimbangan berdasarkan konsep teori yang digunakan,

keingintahuan pribadi, karakteristik empiris, dan sebagainya (Sutopo,

1998: 21). Sedangkan snowball sampling (Sugiyono, 2006: 246) adalah

teknik pengambilan teknik sumber data, yang pada awalnya jumlahnya

sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah

sumber daya yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang

memuaskan, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai

sumber data.

5.Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.


43

Tabel 5. Matrik Fokus Penelitian


Sub Aspek
Fokus Penelitian Aspek Penelitian
Penelitian
Akuntabilitas 1. Tercapainya tujuan 1. Adanya
dalam pengelolaan kesesuaianantara
ADD pelaksanaan
dengan standar
prosedur
pelaksanaan.
2. Adanya pengawasan 2. Adanya sanksi
yang ditetapkan
atas kesalahan
atau kelalaian
dalam
pelaksanaan
kegiatan.
3. Adanyalaporan 3. Adanya output
pertanggungjawaban dan outcome
yang terukur.
Transparansi 1. Pemerintah 1. Tersedianya
menyediakan informasi yang
informasi memadai pada
setiap proses
penyusunan dan
implementasi
kebijakan publik.
2. Keterbukaan 2. Adanya akses
pada informasi
yang siap,mudah
dijangkau, bebas
diperoleh dan
tepat waktu.
3. Adanya
kemudahan
dalam
mengakses data.
Partisipasi 1. Adanya keterlibatan 1. Meningkatnya
masyarakat jumlah
masyarakat yang
berpartisipasi
2. Adanya manfaat bagi dalam
masyarakat pembangunan
daerah.
2. Adanya unsur
timbal balik,
masyarakat dapat
berpartisipasi
apabila ada
manfaat bagi
masyarakat
tersebut.
44

6. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian merupakan salah satu

pengumpulan data melalui tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dari informan

dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara yang telah disusun

untuk kemudian dijawab oleh informan, berfungsi untuk mengetahui hal-

hal yang lebih mendalam (Sugiyono, 2009 : 194). Wawancara yang

dilakukan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dan bila diperlukan

untuk mencari informasi yang lebih mendalam maka dilakukan wawancara

secara mendalam untuk mengekplorasi informasi secara menyeluruh dan

jelas dari informan (Satori dan Komariah, 2011 : 130). Wawancara

mendalam menjadi pertimbangan karena sejumlah pertanyaan yang telah

ditetapkan secara terstruktur oleh peneliti sebelum peneliti berada di lokasi

penelitian sehingga sangat besar kemungkinan pertanyaan dapat semakin

berkembang dan luas (semistruktur) agar kedalaman obyek penelitian

dapat diketahui dalam penelitian ini.

b. Observasi

Metode yang digunakan berdasarkan pengamatan pengumpulan di

lapangan termasuk peristiwa, situasi serta perilaku orang-orang yang

menjadi objek penelitian. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data

yang tidak didapatkan melalui wawancara karena keterkaitannyadengan

kondisi dan situasi tertentu. Menurut Meleong (2007 : 175), observasi


45

berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengkaji dari berbagai literatur yang

ada hubungannya dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data

dengan cara mengambil, mencatat, dan menyalin dokumen-dokumen,

catatan-catatan, arsip, laporan, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang

relevan yang sesuai dengan topik penelitian yang dikaji guna melengkapi

data dan informasi yang belum tergali melalui metode wawancara dan

observasi. Menurut Meleong (2009 : 204), hasil wawancara dan observasi

akan lebih terpercaya apabila didukung oleh dokumen yang berkaitan.

7. Sumber Data

a. Data Primer

Informasi yang diperoleh secara langsung dari seseorang informan

dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Sumber data ini

menjadikan informan sebagai seorang yang berguna bagi pengambilan

data penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui dari hasil

dokumentasi atau dokumen-dokumen yang berasal dari arsip-arsip resmi,

buku pedoman, dan sebagainya.

8. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis model interaktif yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman (2014

: 31 - 34). Terdapat tiga komponen analisis, yaitu kondensasi data (data


46

condensation), sajian data (data display), dan penarikan kesimpulan

(conclusion drawing), dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses

pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus. Adapun aktifitas

analisis data yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data (data collecting)

Proses pengumpulan data yaitu proses dengan menelaah seluruh

data yang masuk dari berbagai sumber, seperti wawancara, pengamatan

yang ditulis dalam catatan lapangan, dokumentasi, gambar foto, dan

sebagainya. Setelah dipelajari dan ditelaah.

b. Kondensasi Data (data condensation)

Proses meringkas, memilih hal-hal pokok serta memfokuskan pada

hal-hal yang penting berkaitan dengan fokus penelitian. Proses ini

berlangsung terus menerus hingga laporan akhir penelitian disusun.

c. Penyajian data (data display)

Mengorganisasikan atau menyusun data yang telah terpilih, sehingga

terbentuk sebuah pola yang mudah dipahami. Biasanya, penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan

sejenisnya.

d. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Proses penarikan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan

dimulai sejak awal hingga akhir penelitian. Kesimpulan didalam

penelitian kualitatif bukan menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat final

karena apabila terdapat perubahan maka kesimpulan tersebut akan

berubah pula. Secara lebih ringkas, ketiga kegiatan dalam analisis data

interaktif adalah sebagai berikut;


47

Data Data Display


Collection

Data
Conclusions
Condensation
drawing

Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Miles, Huberman dan Saldana,


2014: 14)
Sumber: Miles dan Huberman (2014)

9. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan

apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Teknik

pemeriksaan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain diluar dari data itu untuk kepentingan

pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut

Moleong (2015; 330-331) menyatakan bahwa triangulasi dibagi menjadi

tiga jenis, yaitu:

1. Triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek

kembali tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Hal demikian

dapat dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara


dengan informan.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan orang sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan
berbagai keadaan pendapat dan pandangan orang yang memiliki latar
belakang yang berlainan.
48

e. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang ada


relevansinya. Pada tahap pengujian data peneliti hanya
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara serta
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi metode yaitu mengecek derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengembilan data dan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi teori yaitu membandingkan fakta dan teori

Dalam penelitian ini, akan menggunakan tiga cara triangulasi

sumber yang diharapkan dapat menjamin validitas data. Empat cara

tersebut yaitu: membandingkan data hasil observasi dengan data hasil

wawancara, membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan

berbagai keadaan pendapat dan pandangan orang yang memiliki latar

belakang yang berlainan, membandingkan hasil wawancara dengan suatu

dokumen yang ada relevansinya. Pada tahap pengujian data peneliti hanya

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara serta

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

Alasan peneliti menggunakan triangulasi adalah berkaitan dengan

teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi wawancara yang

dilakukan secara mendalam, studi dokumentasi, dan observasi langsung.

Peneliti menganggap dengan dua cara tersebutsudah cukup untuk

memperoleh validitas data penelitian.


49

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, A., 2003 Tantangan Pelaksanaan APBN 2004, Kompas, 19 November


2003.

Bowman, J.H., S. MacManus, dan J.L. Mikesell, 1992, Mobilizing Resource For
Public Services: Financing Urban Goverments, Journal of Urban
Affairs.

Dwiyanto, Agus. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

DidjajaMustopa.2003.Transparansi Pemerintah. Jakarta:.Rineka Cipta

LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: LAN.

Olivia, Melisa. 2011. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance


Dalampembangunan Fisik Desa (Studi Di Desa Tateli I Kec.
Mandolang). Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol. 3, No. 7, Hal.
10991104

Siti Irene Astuti Dwiningrum. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat


Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mardiasmo, 2006, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui


AkuntansiSektor Publik: Suatu Sarana Good Governance, Jurnal
Akuntansi Pemerintahan,Vol. 2, No. 1, Mei 2006, Hal 1 – 17.

Moleong, Lexy, J. 2007.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Miles, Matthew B, MichaelHubermanand Johny, Saldana. 2014. Qualitative Data


Analysis A Methods Sourcebook. London : SAGE Publications,
Inc.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

Miles. Mathew B. Michael Huberman, Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data


Analisys, Methods Sourcebook (3rd ed). Sage Publications.
50

Pustaka Lain :

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 tahun 2007

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003

Peraturan Bupati Banyumas Nomor 14 Tahun 2015

Sumber Lain :

http://radarbanyumas.co.id/17-kecamatan-di-banyumas-belum-laporkan-danadesa/

https://www.kompasiana.com/ayuningtyassuciani/tata-kelola-alokasi-dana-

desayang-tepat-sasaran-untuk-kepentingan-

pembangunanmasyarakat_5692b102b47a61cc0dfbbf9d

http://eprints.uny.ac.id/7770/3/BAB2%20-%2008101244013.pdf

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8289/Bab%

202.pdf?sequence=10

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-good-governance-definisi.html

http://digilib.unila.ac.id/3589/15/BAB%20II.pdf

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8289/Bab%

202.pdf?sequence=10
51

PEDOMAN WAWANCARA

(Ditujukan untuk Perangkat Desa dan Masyarakat Desa Kecamatan Sokaraja

Kabupaten Banyumas Mengenai Pengelolaan Alokasi Dana Desa )

1. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

2. Daftar Pertanyaan

a. Akuntabilitas

1) Apakah adanya keseuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur

pelaksanaan?

2) Bagaimana sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam

pelaksanaan kegiatan? ?

3) Apakah Program Alokasi Dana Desa sudah Tercapai sesuai dengan

program pemerintah?

4) Apakah kegiatan Kegiatan program Alokasi Dana Desa yang

dilaksanakan memberikan maanfaat yang baik?.

5) Bagaimana pola Struktur Pengelolaan Alokasi Dana Desa?

6) Bagaimana output dan outcome dari Alokasi Dana Desa?

7) Apakah laporan Pengeloaan Alokasi Dana Desa sesuai dengan

kenyataan yang ada?

8) Apakahterdapat catatan tertulis mengenai pengelolaan Alokasi Dana

Desa?
52

a) Transparansi

1) Apakah sudah Tersedianya informasi yang memadai pada setiap

proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik.?

2) Bagaimana kemudahan pada akses informasi yang ada?

3) Apakah terdapat keterbukaan mengenai pelaporan pengelolaan alokasi

dana desa?

b) Partisipasi

1) Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan alokasi

dana desa?

2) Apakah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat desa dengan adanya

proglam alokasi dana desa?


53

PANDUAN OBSERVASI
Agenda Rapat : Pertemuan Antar Perangkat Desa
No. Nama Peserta Rapat Substansi Keterangan

Akif Tidak Aktif


1.
2.
3.

Agenda Rapat : Pertemuan Perangkat Desa Dengan Masyarakat


No. Nama Peserta Rapat Subtansi Keterangan

Akif Tidak Aktif


1.
2.
54

FORM DOKUMENTASI
Laporan Kegiatan Pengelolaan Alokasi Dana Desa
No. Program/Kegiatan Realisasi Output dan Outcome Keterangan

También podría gustarte