Está en la página 1de 62

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA Tn. N DI RUANG CEMPAKA


RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif


Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :
Berkah Afif Udin
A01301731

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner
Program studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2016
Berkah Afif Udin1, Podo Yuwono2,M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI PADA Tn.
N DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang: Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam tubuh manusia, oksigen
berperan penting dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang buruk
bagi tubuh, jaringan vital seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lebih lama tanpa suplai
oksigen secara terus-menerus. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menjamin agar dasar
oksigenasi dalam tubuh dapat terpenuhi. Dalam pembahasan masalah keperawatan yang muncul
saat dikaji pada hari senin, tanggal 30 Mei 2016, pukul 11.00 WIB yaitu klien mengatakan sesak
nafas disertai batuk berdahak namun tidak bisa keluar dahaknya, pernafasan 28 x/menit, saat
diauskultasi terdengar bunyi wheziing. Diagnosa yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan
jalan nafas, intervensi dan implementasi yang dilakukan memonitor tanda-tanda vital, megajarkan
batuk efektif, memonitor status respirasi dan oksigen, memposisikan semi fowler, mengauskultasi
suara nafas paru. Evaluasi yang dilakukan selama dua hari, klien mengatakan sudah tidak sesak lagi
dan dahak bisa keluar setelah dilakukan tindakan batuk efektif. Rekomendasi dari berbagai teori dan
jurnal tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi khususnya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
salah satunya adalah batuk efektif yang mampu membantu pengeluaran sputum secara maksimal.

Kata kunci: asuhan keperawatan, oksigenasi, batuk efektif.


1. Mahasiswa D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong
2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

iii
Diploma III of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Nursing
Care Report, August 2016
Berkah Afif Udin1, Podo Yuwono2,M.Kep.Ns.,CWCS

ABSTRACT
NURSING CARE OF FUILFILLMENT OXYGENATION NEED TO Mr. N IN CEMPAKA
WARD OF Dr. SOEDIRMAN’S DISTRICT HOSPITAL OF
KEBUMEN

Background: Oxygen is the most vitalbasic need oxygen in the human body, oxygen plays an
important role in cell metabolism. Lack off oxygen causes, the vital tissues such as the brain and
heart can’t survive much longer without oxygen suplay continue. In the discussion of nursing
problems that arise when examined on monday, may 30, 2016 at 11.00 am patient said the patient
sometimes coughing but she can’t get out the sputum, respiratory rate x/min, when auscultated sound
wheziing. Diagnose that arise are ineffectiveness airway clearance, intervention and implementation
conducted monitoring vital sign, teaches effective cough, memonitory statuse respiratory and
oxygen, a patient sleeping semi fowler position,the auscultation heard in the lung breath.
Evaluations are conducted over two days, the patient says is not dispneu, the sputum can bring out
with effective cough techniques. Recommendations from the various theories and journals on
fulfillment of ineffectiveness airway oxygenation especially one of them is an effective cough that
can help maximum expectoration.

Keyword: nursing care, oxigenation, cough effectivelly


1. University Student Diploma III Of NursingMuhammadiyah Health Sciece
Institute Of Gombong
2. Lecturer Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science Isntitute Of
Gombong

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn.N Di
Ruang CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN”. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis
mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sehubungan
dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu, Bapak, mbaku, masku yang telah membantu dan mendo’akan dalam
penyusunan karya tulis ini sampai selesai.

2. Esti dwi fitriasih yang telah membantu dan memberi semangat selama proses
pembuatan penyusunan karya tulis ilmiah ini sampai karya tulis ini
terselesaikan.

3. Terimakasih buat teman-teman saya: bang jefy, muntang, agus, hening, subuh,
azis, meta dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah
bersama-sama mencari ilmu selama 3 tahun ini sampai mendapatkan gelar
Amd.kep.

4. Terimakasih kepada klien dan keluarga klien yang sudah mau bekerja sama
dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Arnika Dwi Asti M.kep selaku dosen pembimbing akademik

6. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep, Ns, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah


Gombong.

7. Bapak Sawiji, S.Kep. Ns, M.Sc, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong.

8. Bapak Podo Yuwono, M.Kep. Ns, CWCS, selaku pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

v
9. Tim Penguji Komperhensif yang telah memberikan saran dan arahan.

10. Segenap Dosen dan Karyawan STIKES Muhammadiyah Gombong.

11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.

Wassamualaikum Wr Wb

Gombong, 2 Agustus 2016

Berkah Afif Udin

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i

Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................... ii

Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................... iii

Abstrak ................................................................................................................... iii

Kata Pengantar .........................................................................................................v


vi
Daftar Isi .................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5
BAB II KONSEP DASAR
A. Oksigenasi ..................................................................................... 7
B. Faktor Yang Mempengaruhi .......................................................... 8
C. Terapi Oksigen ............................................................................... 9
D. Gangguan Oksigen ......................................................................... 10
E. Manisfestasi Klinis ......................................................................... 10
F. Intervensi atau Tindakan ................................................................ 10
BAB III RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................... 14
B. Analisa Data ................................................................................. 16
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi .............................................. 17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Diagnosa I .................................................................................... 21
B. Diagnosa II ................................................................................... 23
C. Implementasi ................................................................................ 23
D. Analisa Tindakan........................................................................... 27

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 30
B. Saran ............................................................................................. 31
LAMPIRAN
Daftar Puastaka
Askep

vii
Lifleat
Lembar Balik

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit jalan nafas, dimana trakea dan bronkus
berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Proses inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas menimbulkan gejala
episodik berulang berupa wheezing, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk
berdahak terutama pada malam hari (Wahid dan suprapto, 2013).

Asma adalah salah satu masalah kesehatan, khususnya masalah


pernafasan diseluruh dunia yang tidak hanya tersebar dinegara-negara maju
tetapi juga dinegara-negara berkembang. Menurut data laporan dari The Global
Asthma Report pada tahun 2014 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita
asma diseluruh dunia adalah 334 juta orang, dengan angka prevalensi yang
terus bertambah dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 400 juta orang
ditahun 2025 (Global Atsma Network, 2014)

WHO memperkirakan saat ini 100-1500 juta penduduk dunia tekena


penyakit asma. Jumlah ini akan terus bertambah 180.000 setiap tahunnya.
Peningkatan prevalensi penderita asma dari tahun ke tahun, akan terus
meningkat bila tidak dicegah dan ditangani dengan baik. Prevalensi penyakit
asma menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dibeberapa provinsi di
indonesia pada tahun 2013 antara lain sebagai berikut : Aceh 4,0%, Sumut
2,4%, Sumbar 2,7%, Riau 2,0%, Jambi 2,4%, Sumsel 2,5%, Bengkulu 2,0%,
Lampung 1,6%, DKI Jakarta 5,2%, Banten 3,8%, Jabar 5,0%, Jateng 4,3%,
Jatim 5,1%, Bali 6,2%, DIY 6,9%, Kalbar 3,2%, Kalteng 5,7%, Kalsel 6,4,
Kaltim 4,1%, Sulsel 6,7%, Sulteng 5,7%, Sulut 4,7%, Gorontalo 5,4%, Sulbar
5,8%, Papua 5,8%, Papua barat 3,6% (Oemiyati, 2010)

Prevelensi asma di provinsi jawa tengah mencapai 4,3% dari total


penduduk jawa tengah. Adapun rinciannya antara lain sebagai berikut:
2

1
Banyumas 4,5%, Cilacap 3,3%, Purbalingga 4,5%, Banjarnegara 4,5%,
Kebumen 3,6%, Purworejo 1,6%, Wonosobo 3,7%, Magelang 7,0%, Boyolali
7,0%, Klaten 5,4%, Sukoharjo 1,1%, Wonogiri 4,9%, Karanganyar 3,4%,
Sragen 3,0%, Grobogan 2,8%, Blora 1,4%, Rembang 3,3%, Pati 3,9%, Kudus
1,9%, Jepara 4,7%, Demak 3,1%, Semarang 3,9%, Temanggung 4,8%, Kendal
1,7%, Batang 4,2%, Pekalongan 4,4%, Pemalang 5,6%, Tegal 8,3%, Brebes
5,0%. Kabupaten banjarnegara sendiri menempati posisi ke-10 tebanyak dari
penyebaran penyakit asma di jawa tengah bersama dengan kabupaten
banyumas, dan purbalingga (Riskesdas, 2013).

Beberapa pasien asma mempunyai cara yang baik dalam mengontrol


asma namun yang lainnya belum tentu bisa. Pasien yang belum bisa
mengontrol asma, menyebabkan resiko mengalami eksaserbasi akut dan
menyebabkan jalan napas terganggu memicu diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Asma akut merupakan kondisi darurat dan seringkali
penanganannya kurang berhasil (Hodder et al, 2010). Sehingga kondisi ini akan
meningkatkan kejadian masuk rumah sakit, lebih buruknya dapat terjadi gagal
napas dan kematian.
Pada keadaan darurat, tujuan penatalaksanaan asma akut adalah koreksi
dan hipoksemia, penanganan yang cepat obstruksi jalan napas dan penurunan
napas yang terbaik adalah dengan cara pemberia oksigen dan pengobatan
berulang (Pollart et al, 2011). Oksigen diberikan minimal 94% kedalam tubuh
yang dianjurkan pada pasien dengan penderita asma (Pollart et al,
2011).Pemberian oksigen dapat dilakukan melalui masker RM atau NRM
maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri.
Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberia terapi dapat menyebabkan
peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan asma eksaserbasi.
Oksigen perlu dititirasi dalam pengobatan asma, dimana oksigen diberikan
hanya untuk pasien dengan hipoksemia, dalam batas normal yang mengurangi
hipoksemia tanpa meyebabkan hiperoksemia (Perrin et al, 2011). Walaupun
pemberia terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan
3

pasien asma, pemberian oksigen seringkali tidak akurat, sehingga pemberian,


monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai(Perrin et al, 2011).
Asma merupakan penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsang dan manisfestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang kuat dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan,
karena penyempitan jalan nafas akan mengakibatkan penumpukan secret dan
bisa terjadi obstruksi jalan nafas, jika tidak segera ditangani pasien akan
kekurangan oksigen dan bisa berakibat gagal nafas bahkan sampai mengalami
kematian. (muttaqin, 2008). Gejala-gejala orang yang terkena asma sangat
khas, yang terdiri atas: wheezing, hipersekresi, dan bronkospasme. Tiga gejala
tersebut mungkin dapat dijumpai pada seseorang penderita asma, tetapi gejala
wheezing merupakan gejala pasti seseorang terkena asma. Asma yang berat
selalu disertai dengan hipoksia, meskipun sianosis baru terjadi pada tahap akhir
dan merupakan tanda bahaya. Hipoksia yang hebat jika tidak segera ditangani
dan tidak langsung diberikan oksigen pada penderita asma dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan oksigen sangatlah penting
bagi penderita asma.
Oksigen itu sendiri merupakan suatu komponen yang sangat penting di
dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP
adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP
memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan
berbagai aktintra venaitas sebagai fungsi tubuh. Oksigen adalah suatu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme . Oksigen memegang
penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, tidak adanya oksigen
akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatmawati, 2009)
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan sampai dengan tingkat sel. kondisi ini terjadi akibat defisiensi
penghantar oksigen (Potter dan Perry, 2006). Oksigenasi merupakan proses
penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau fisika). Penambahan oksigen
kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan bernafas. Pernafasa atau
4

respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan


lingkungannya. Pada saat bernafas, tubuh menggirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan menghembuskan udara untuk mengeluarkan
karbondioksida ke lingkungan. Oksigen yang dihirup akan diangkut melalui
pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Didalam sel-sel tubuh oksigen akan dibakar
untuk mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran tersebut adalah
karbondioksida. Karbondioksida akan diangkut pembuluh darah ke paru-paru
kemudin dikeluarkan dari tubuh (Lyndon, 2013).
Oksigen merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, dari hasil metabolisme
terbentuklah karbondioksida, energi, air. Penambahan karbondioksida yang
melebihi batas normal dalam tubuh akan memberikan dampak yang berbahaya
terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas
antara individu dan lingkungan, fungsi utama pernapasan adalah memperoleh
oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan
karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Tubuh mengambil oksigen dari
lingkungan kemudian diangkut ke seluruh tubuh melalui darah guna dilakukan
pembakaran. Sisa pembakaran berupa karbondioksida akan diangkut kembali
melalui darah ke paru-paru untuk dikeluarkan kembali kelingkungan sebagai
sisa metabolisme tubuh. Kapasitas udara dalam paruparu adalah 4.500-5000 ml
(4,5-5 liter). Udara yang diproses paru-paru hanya sekitar 10% atau kurang dari
500 ml, yakni yang dihirup saat inspirasi dan yang dihembuskan saat ekspirasi
(Mubarak dan Chayatin, 2007).
Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Menurut “Hierarki Maslow”. Lima kebutuhan
dasar maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga tidak
yang terlalu penting, adapun kebutuhan yang dimaksud meliputi: kebutuhan
fisiologi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan memiliki,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan dasar secara fisiologi merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi
dari pada kebutuhan yang lain diantaranya yaitu kebutuhan oksigenasi
(Andarmoyo, 2012).
5

Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan


yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien
penderita asma, untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap
pasien dapat segera sembuh kembali. Penanganan yang utama pada penderita
asma adalah memenuhi kebutuhan oksigen. Kerja sama dengan tim medis serta
melibatkan pasien dan keluarga sangat diperlukan agar perawatan dapat
berjalan dengan lancar.
Berdasarkan pengkajian karakteristik oksigenasi pada Tn. N dada
terasa sesak, nafas pendek, bernafas tampak menggunakan otot bantu
pernafasan, terpasang oksigen tiga liter permenit menggunakan nasal kanul.
Dan dari data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut
yang di tuangkan dalam kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn.N di ruang Cempaka
RSUD Dr. Soedirman Kebumen .

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mendiskripsikan
keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigen pada Tn.N dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif
di Ruang Dahlia RSUD dr. Soedirman Kebumen.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan


kebutuhan oksigenasi pada Tn.N

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien pemenuhan


kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .
6

e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan


pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. N .

C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat keilmuan
Dapat memberikan referensi, serta menambah wawasan tentang penanganan
terhadap kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
b.Manfaat aplikatif
1. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang penanganan tindakan keperawatan yang tepat terhadap klien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
2. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan akan memberikan masukan
kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan
yang tepat terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
3. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan akan menjadi masukkan bagi
akademis dalam rangka merumuskan intervensi keperawatan yang tepat
berkaitan dengan kondisi klien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
4. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
melakukan inovasi tindakan keperawatan pada klien dalam memenuhi
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Apriyadi, (2013). Latihan nafas dalam dan batuk efektif. Jakarta: EGC.

Balitbang Kemenkes RI, (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI.
GAN, (2014). The Global Asthma Network Report 2014. Auckland, New Zealand:
Global Asthma Network. Halaman 20.
Holdder, et al, (2009). Management of Acute Asthma in Adults in The Emergency
Department: Nonventilatory Management. Jakarta: EGC.
Hidayat (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya: Salemba
Medika.
Hajime, K, et all. (2006). Effectiveness of Cough Exercise and Expiratory Muscle
Training. A meta-analysis volume 18.No .1
Herdman, (2012). Nursing Diagnosis: Definitions dan clasification 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Lyndon, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mubarak dan Chayatin, (2007) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam praktek. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.
Mutaqin arif, (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Novita herri, (2014). Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Teknik Batuk Efektif pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di Rumah Sakit Deli Serdang Lubuk Pakam. Jurnal
STIKES Medistra Lubuk Pakam vol.3, no 15.
Nugroho Agung & kristiani, (2011). Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada
pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di instalasi rehabilitasi
medik rumah sakit baptis kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis kediri. Volume
4, no.2.
Oemiyati dan Alwi, (2009). Pemenuhan Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Penyakit Asma di Indonesia. Jakarta: EGC.
Perrin et al, (2011). Randomised controlled trial of high coce titrated oxygen
therapy in severe exacerbations of asthma. Jakarta : EGC.
Potter et all, (2006). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan: EGC.
Smeltzer, (2008). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: bina
rupa aksara publisher.
Suryono, (2011). Buku Ajar Penyakit dalam (edisi 3). Jakarta: Pusat Penerbit.

Medika
Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika
Yowono et all, (2009). Buku Ketrampilan Dasar Keperawatan KDM . Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Trabani, (2010). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM


Wahid, & Suprapto, (2012). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : Nuhu
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

DISUSUN OLEH :

BERKAH AFIF UDIN

A01301731

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL
A. Pengertian
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan Muttaqin, Arif: 2008
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh
spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme
bronkus).Spasme bronkus ini menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat
pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede
Yasmin: 2004
Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien
mengalami episode batuk, mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea
(sesak nafas), yang sering memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi
keparahan dan frekuensi serangan. Asma dapat didefinisikan sebagai “Peningkatan
responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai
penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya berubah secara spontan
maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M. Leach, Charles M.
Wiener: 2006

B.Penyebab
Asma dapat digolongkan sebagai asma ekstrinsik, yang memiliki penyebab
eksternal pasti, dan asma intrinsik, yang tidak memiliki penyebab eksternal yang
dapat didentifikasi. Asma ekstrinsik sering terjadi sebagai akibat respons alergik,
dengan terbentuknya antibody IgE terhadap antigen spesifik (asma alergik atau
atopic) dan cenderung mulai pada masa kanak-kanak dengan gejala-gejala yang
semakin kurang berat seiring pertambahan usia; 80% penderita asma adalah atopic.
Asma intrinsic,biasanya terjadi pada orang dewasa dan tidak membaik
1. Faktor ekstrinsik / alergik
Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk,
bulubulu, binatang).
2. Faktor intrinsik / non alergik
- Infeksi : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma.
- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.
- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum). - Emosional :
Takut, cemas, tegang.
Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma bronchial
berhubungan dengan factor :
a. Hereditas (50%)
b. Kejiwaan / psikis
c. Stress fisik

C. Tanda dan Gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan


gejalaklinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu pernfasan
bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas,
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri dada. Gejala-gejala yang
timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma
bronchial seringkali terjadi pada malam hari.Dispnea yang bermakna.
- Batuk, terutama dimalam hari.
- Pernapasan yang dangkal dan cepat.
- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar
hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

- Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai


perburukan kondisi, napas cuping hidung.
- Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara
yang cukup.
- Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama
ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan memanjangnya waktu
ekspirasi.Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik. Akan
tetapi, dalam pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan
diantara serangan pada pasien yang memiliki asma persisten. Corwin,
Elizabeth j: 2009
D. Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang
mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi
pada beberapa individu. Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat.
Apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena
individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang
sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme
bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mucus yang kental. Situasi ini dapat
menyebabkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi.
Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal nafas, dan
kematian. Corwin, Elizabeth J:2009

E.Patofisiologi
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,
episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh
stress, olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain
seperti debu dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai
riwayat alergi. Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit
kepala, kebas, dan mual juga dapat terjadi.
Serangan asmatik terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk
perubahan dalam respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat,
komplians paru yang meningkat, fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan,
dan pertukaran oksigen-karbon dioksida yang berubah.

Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan


mediator kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama;
(1) konstriksi otot polos baik pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar,
yangmengakibatkan spasme bronkus;
(2) peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan edema mukosa yang lebih
jauhlagi menyempitkan jalan udara;
(3) peningkatan sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan pembentukan lendir.
Sebagai akibat, individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas melalui
jalan nafas yang telah menyempit dan dalam keadaan spasme. Asih, Niluh Gede
Yasmin : 2004

F.Pathway
G. Pengobatan
Pengobatan Nonfarmakologi
a. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari factor pencetus.Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini


dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
Pengobatan Farmakologi
a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja
sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan
metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respons
yang baik,harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
dengan dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama
mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama
harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide
diberikan 1-2 kapsul 4 x sehari (Kee dan Hayes, 1994). Muttaqin,Arif: 2008

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol, golongan adrenergic.Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari
20% menunjukkan diagnosis asma.
2.Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum
dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
3.Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD / Astrup).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea,dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema
mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.
Pewarnaan grampenting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic
c. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai
10001500/mm 3 baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan
sel eosinofil normal antara 100-200/mm.Perbaikan fungsi paru diseratai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm terjadi karena adanya infeksi.
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai
1000-1500/mm3 baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan
sel eosinofil normal antara100-200/mm.Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
4. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronchial biasanya normal,
tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi diparu atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. Muttaqin, Arif: 2008

I.Pengkajian
Assessment
1. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanya
keluhan sulit untuk bernafas
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan
sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.Perawat perlu mengkaji
obatobatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat
apakah masih relevan untuk digunakan kembali
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,
penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket,
dan posisi istirahat klien.
b. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat
postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi
pernapasan.
c. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
d. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
e. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari
empat detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
4. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian (ketidakmampuan untuk
bernapas).
5. Kurang pengetahuan (spesifik) berhubungan dengan misinterpretasi informasi.
Nanda: 2005-2006.

Intervensi
a. Dx 1:
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
6. Auskultasi suara nafas
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Monitor respirasi dan status O2
b. Dx 2:
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas
5. Berikan bronkodilator bila perlu
6. Monitor respirasi dan status O
7.Catat pergerakan dada
8. Monitor suara nafas: bradipnea, takipnea, hiperventilasi.
9. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
10. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasi
c. Dx 3:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yangdibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Ajarkan pasien untuk membuat catatan makanan harian
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
7. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkand. Dx 4:
1. Identifikasi tingkat kecemasan
2. Ajarkan tekhnik relaksasi
3. Pertahankan lingkungan yang terang
4. Ajarkan untuk ekspirasi perasaan secara verbal
5. Informasi tentang pengobatan, perawatan dan pasien
6. Jelaskan prosedur yang dilakukan.
7. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
e. Dx 5:
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses yang
spesifik
2. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyaki
3. Gambarkan proses penyakit
4. Identifikasi kemungkinan penyebab
5. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang atau proses pengontrolan penyakit.
7. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
Nanda (Nic & Noc): 2007-2008

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jilid I.Jakarta: Salemba Medika.
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Cetakan I. Jakarta: EGC.
J.P.T. Ward, J. Ward, R.M. Leach, C.M. Wiener. 2006. The Respiratory System at a
Glance. 2nd ed.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta: EGC.
NANDA, Nursing Diagnoses: Definition and classification 2005-2006, NANDA
International,Philadelphia, 2005.
Diagnosa NANDA (NIC & NOC). 2007-2008.

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

ASMA BRONKHIAL
Di Susun oleh:

BERKAH AFIF UDIN

A01301731

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH
GOMBONG
2016
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Asma

Sub Topik : Penyakit dan Perawatan Asma

Hari, Tanggal : Selasa, 31 Mei 2016

Waktu : 09.00 – 09.20 WIB (20 Menit)


Tempat: Ruang Cempaka RSUD Kebumen

Sasaran : Tn.N dan keluarga

Penyuluh : Berkah Afif Udin

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukakn tindakan pendidikan kesehatan tentang Asma, diharapkan
pasien dan keluarga dapat menjelaskan tentang Asma. 2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan perkuliahan selama 1x20 menit, diharapkan :
a. Pasien dapat menyebutkan pengertian Asma dengan benar minimal 80%.
b. Pasien dapat menyebutkan penyebab Asma dengan benar.
c. Menyebutkan kembali gejala dari penyakit Asthma denga benar tanpa
diberitahu
d. Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan Asma dengan benar.
B. Materi : Terlampir

C. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

D. Media : Lembar balik dan Leaflet


E. Strategi Pelaksanaan

NO KEGIATAN PENYULUH KLIEN

1. Pembukaan 1) Mengucapkan salam Menjawab salam


2) Memperkenalkan diri
( 5 menit ) Menerima dengan baik
3) Menjelaskan tujuan
Menyimak dengan baik

2. Kegiatan Inti 1) Menjelaskan materi


Menyimak dengan baik
tentang Konsep Asma
( 10 menit )
2) Memberikan kesempatan
untuk bertanya
3) Menjawab pertanyaan Mengajukan beberapa
yang diajukan pertanyaan
Menyimak dengan baik
1) Mengulang kembali
materi yang

3. Penutup disampaikan dengan


Mampu menjawab
( 5 menit ) mengajukan pertanyaan
2) Mengucapkan salam pertanyaan yang diajukan

Menjawab salam

F. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat digunakan sesuai rencana
b. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan

G. Evaluasi Hasil
a. Pasien dapat menyebutkan pengertian Asma dengan benar minimal 80%.
b. Pasien dapat menyebutkan penyebab Asma dengan benar.
c. Menyebutkan kembali gejala dari penyakit Asthma denga benar tanpa diberitahu
d. Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan Asma dengan benar.
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

H.
Referansi
ASMA

A. Definisi
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai
hasil pengobatan Muttaqin, Arif: 2008

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh spasme otototot
polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus).Spasme bronkus ini
menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004

Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalami


episode batuk, mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yang
sering memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi
serangan. Asma dapat didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus
terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas
yang keparahannya berubah secara spontan maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T.
Ward, Richard M. Leach, Charles M. Wiener: 2006

B. Etiologi

1.Faktor dari luar / alergi

Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi alergi (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu, binatang).

2. Faktor dari dalam / non alergi

- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.


- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).
- Emosional : Takut, cemas, tegang.
3. Aktifitas yang berlebihan

C. Tanda dan Gejala


a. Sesak nafas (RR >24 x/menit)
b. Adanya suara mengi dan wheezing
c. Nafas cepat dan dalam
d. Kadang disertai nyeri dada
e. Gelisah
f. Batuk

D. Pencegahan
1. Hindari faktor pencetusnya
2. Hindari emosi berlebih, stres
3. Olahraga ringan tapi teratur
4. Konsumsi sayuran dan buah

E. Penanganan Saat Kambuh


Tenangkan penderita a.
b. Bantu penderita untuk duduk
Bantu penderita untuk mengambil obat c.
d. Hindarkan penderita dari sumber alergi
Jangan memaksa penderita untuk tidur terlentang e.
Jika bertambah buruk segera bawa ke pelayanan medis f.
APA ITU ASMA????
PENGRTIAN
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang
ditandai oleh spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronchial (spasme bronkus).Spasme bronkus ini menyempitkan
jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004
PENYEBAB
1.Faktor ekstrinsik / alergik
Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu, binatang).
2. Factor intrinsik / non alergik
- Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.
- Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum). -
Emosional : Takut, cemas, tegang.
Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma :
a. Hereditas (50%)
b. Kejiwaan / psikis
c. Stress fisik
TANDA DAN GEJALA
Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas, batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri dada. Gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain
: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan
cepat dangkal. Serangan asma bronchial seringkali terjadi pada malam hari.
- Batuk, terutama dimalam hari.
- Pernapasan yang dangkal dan cepat.
- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar hanya saat
ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.
- Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan kondisi,
napas cuping hidung.
- Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara yang cukup.
- Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama ekspirasi
pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan memanjangnya waktu
PENANGANAN KETIKA KAMBUH
DIRUMAH
1. TENANGKAN PENDERITA
2. BANTU PENDERITA UNTUK DUDUK
3. BANTU PENDERITA UNTUK MENGAMBIL
OBAT
4. HINDARI PENDERITA DARI SUMBER ALERGI
5. JANGAN MEMAKSA PENDERITA UNTUK
TIDUR TERLNTANG
6. JIKA BERTAMBAH BURUK SEGERA BAWA KE
PELAYANAN MEDIS
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner

También podría gustarte