Está en la página 1de 176

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA


PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE
DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA

PENELITIAN PRE-EXPERIMENTAL

Oleh:
MITA NOVIYANTI
NIM. 131111097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA


PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE
DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA

PENELITIAN PRE-EXPERIMENTAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh:
MITA NOVIYANTI
NIM. 131111097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Surabaya, 30 Juni 2015


Yang Menyatakan,

Mita Noviyanti
NIM. 131111097

ii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN


AKADEMISI

Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Mita Noviyanti
NIM : 131111097
Program Studi : Pendidikan Ners
Fakultas : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui
Terapi Seni Rupa Kolase Dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia (format),
mengelola dalam bentuk pangkalandata (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 30 Juni 2015


Yang Menyatakan,

Mita Noviyanti
NIM. 131111097

iii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA


PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE
DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA

Oleh:
Mita Noviyanti
NIM. 131111097
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 30JUNI 2015

Oleh
Pembimbing Ketua

Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes


NIP: 197806062001122001

Pembimbing

Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP: 198109282012122002

Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I

Mira Triharini, S.Kp., M.Kep


NIP: 197904242006042002

iv

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA


PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE
DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA

Oleh:
Mita Noviyanti
NIM. 131111097

Telah diuji
Pada tanggal, 6 Juli 2015
PANITIA PENGUJI

Ketua :
Kristiawati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An (.....................)
NIK: 139040680
Anggota : 1. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes (.....................)
NIP: 197806062001122001
2. Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep (.....................)
NIP: 198109282012122002

Mengetahui
a.n Dekan
Wakil Dekan I

Mira Triharini, S. Kep., M. Kep


NIP: 197904242006042002

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MOTTO

Going the extra miles.


Berjuang dengan usaha ekstra keras di atas rata-rata
yang dilakukan orang lain karena manisnya hidup terasa
setelah lelah berjuang.

vi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH
MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN CLAY DI PG ISLAM
MARYAM SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka
melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyapaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya dengan hato yang tulus kepada:
1. Ibu Purwaningsih, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ners.
2. Ibu Mira Triharini, S.Kp., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ners.
3. Ibu Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing I yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
bimbingan, kritik dan saran, informasi, serta waktu yang telah diluangkan
untuk saya demi kemajuan penyelesaian skripsi saya.
4. Ibu Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
bimbingan, kritik dan saran, informasi, serta waktu yang telah diluangkan
untuk saya demi kemajuan penyelesaian skripsi saya.
5. Ibu Kristiawati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An selaku penguji skripsi. Terima
kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan skripsi saya.
6. Segenap dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, dan pengarahan. Terima kasih telah
mengajarkan penulis untuk menjadi calon perawat profesional.
7. Segenap staf pendidikan, perpustakaan, dan tata usaha. Terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan dari awal pembuatan proposal hingga pada
akhirnya skripsi ini selesai.
8. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat
(Bakesbangpolmas) Kota Surabaya yang telah memberikan perizinan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di PG Islam Maryam Surabaya.
9. Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya yang telah memberikan
perizinan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PG Islam Maryam
Surabaya.
10. Bu Aini dan Bu Naning selaku kepala sekolah dan guru PG Islam Maryam
Surabaya. Terima kasih telah mengizinkan dan membantu saya untuk dalam
melakukan penelitan ini.
11. Seluruh responden dan orang tua respoden yang telah bersedia meluangkan
waktu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

vii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12. Semua keluarga yang saya cintai, Almarhum Ayah, Mama, dan Andhika.
Terima kasih yang tak terhingga atas cinta, kesabaran, motivasi, dan doa yang
senantiasa kalian panjatkan untuk saya. Terima kasih pula untuk semangat
yang selalu kalian berikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan
dan semangat baik secara langsung maupun tidak langsung demi
terselesaikannya skripsi ini.
14. Teman-teman 1 dosen pembimbing, Tsuwaibatul, Anna, Rifftya, Lina, dan
Fathur. Terima kasih atas motivasi dan semangatnya hingga skripsi ini bisa
saya selesaikan.
15. Shinta,Yulia, Qumairy, Andri, Yunita, Tian, dan Dita yang telah membantu
selama penelitian berlangsung.
16. Sahabat-sahabat tercinta Soraya, Zakiah, Ana, Pina, Maha, Yoas, Roni, dan
Praditya. Terima kasih sebesar-besarnya untuk kalian yang selalu ada di
samping saya untuk memotivasi dan memberikan saya semangat dalam
menjalani kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman KKN, Tsuwaibatul, Diva, Silvy, Anies, dan teman-teman yang
lain. Terima kasih telah menemani, memotivasi, dan memberikan pencerahan
selama pengerjaan skripsi ini.
18. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti selama proses penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan proposal
ini.Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna, tetapi penulis
berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Surabaya, 30 Juni 2015


Penulis,

Mita Noviyanti

viii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA


PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE
DAN CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA

Penelitian Pra-Eksperimental

Oleh:
Mita Noviyanti

Perkembangan motorik halus merupakan hal yang penting untuk


diperhatikan. Kolase dan clay adalah jenis dari terapi seni rupa yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
prasekolah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi seni rupa 2 dimensi
menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan claydi PG Islam Maryam
Surabaya.
Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan one
group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di
PG Islam Maryam Surabaya yang berjumlah 19 siswa. Total sampel berjumlah 14
siswa berdasarkan kriteria inklusi yangterdiri dari 7 siswa kelompok terapi seni
rupa kolase dan 7 siswa kelompok terapi seni rupa clay. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah terapi seni rupa kolase dan clay. Variabel dependen
adalah kemampuan motorik halus. Data dianalisis dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney U Test dengan derajat kemaknaan
=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan motorik halus anak
sebelum dan setelah diberikan terapi seni rupa kolase (p=0,157), ada perbedaan
motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan terapi seni rupaclay (p=0,046),
serta tidak ada perbedaan motorik halus anak setelah diberikan terapi seni rupa 2
kolase dan terapi seni rupa clay (p=1,000).
Dapat disimpulkan bahwabaik terapi seni rupa 2 dimensi dengan media
kolase maupun 3 dimensi dengan media clay keduanya dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.Penelitian lebih lanjut disarankan
melibatkan jumlah responden yang lebih besar untuk memberikan hasil yang lebih
akurat.

Kata kunci: anak usia prasekolah, clay, kolase, perkembangan motorik


halus, terapi seni

ix

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

THE DIFFERENCES IN FINE MOTOR SKILLS ON PRESCHOOL


CHILDREN THROUGH COLLAGE AND CLAY ART THERAPY
IN PG ISLAM MARYAM SURABAYA

Pre-experimental Research

By:
Mita Noviyanti

Fine motor development is important and must be given some attentions.


Collage and clay is kind ofthe art therapy that can be used to improve fine motor
skills in preschool children. The purpose of this study was to analyze the
differencesin fine motor skills on preschool children through 2-dimensional art
therapy by using collage and 3-dimensional art therapy by using clay in PG Islam
Maryam Surabaya.
This studywas used pre-experimental design with one group pre-post test
design. The populationswereall of the students in PG Islam Maryam Surabaya, 19
students.Total sample was14 students taken according to inclusion criteria which
consist of 7 students for collage art therapy and 7 students for clay art therapy.
The independent variables were collage and clay art therapy. The dependent
variable was fine motor skills. Data were analyzed by using Wilcoxon Signed
Rank Test and Mann-Whitney U Test with significance level =0.05.
The result showed that there is no difference in children’s fine motor
before and after the collage art therapy given (p=0.157), there is difference in
children’s fine motor before and after the clay art therapy(p=0.046), also there is
no difference in children’s fine motor aftercollage and clay art therapy are given
(p=1.000).
It can be concluded that both of collage art therapy and clay art therapy
can improving fine motor skills of preschool children. Further studies should
involve larger respondents to obtain more accurate results.

Keywords: art therapy, clay, collage, fine motor development, preschool


children

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ......................................................................... i


Surat Pernyataan...................................................................................................... ii
Halaman Pernyataan............................................................................................... iii
Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji...........................................................................v
Motto............ .......................................................................................................... vi
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................ vii
Abstrak.............. ..................................................................................................... ix
Abstract............... .....................................................................................................x
Daftar Isi............................................................................ .....................................xi
Daftar Tabel.......... ............................................................................................... xiv
Daftar Gambar ........................................................................................................xv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi
Daftar Lambang, Singkatan, dan Istilah.............................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. xvii


1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................8
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................9
1.4.1 Tujuan umum ...............................................................................9
1.4.2 Tujuan khusus ..............................................................................9
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................9
1.5.1 Teoritis .........................................................................................9
1.5.2 Praktis ........................................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................11


2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ............................................................11
2.1.1 Definisi anak usia prasekolah ....................................................11
2.1.2 Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah ....................11
2.1.2.1 Perkembangan biologis................................................11
2.1.2.2 Perkembangan psikososial ...........................................12
2.1.2.3 Perkembangan kognitif ................................................13
2.1.2.4 Perkembangan moral ...................................................13
2.1.2.5 Perkembangan spiritual ...............................................14
2.1.2.6 Perkembangan citra tubuh ...........................................14
2.1.2.7 Perkembangan seksualitas ...........................................14
2.1.2.8 Perkembangan sosial ...................................................15
2.2 Konsep Perkembangan Motorik Halus ...............................................18
2.2.1 Definisi motorik halus ...............................................................18
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus .......18
2.2.3 Karakteristik perkembangan motorik halus anak prasekolah ....21
2.2.4 Prinsip-prinsip perkembangan motorik halus ............................22
2.2.5 Tujuan peningkatan motorik halus ............................................24
2.2.6 Stimulasi perkembangan motorik halus.....................................25
2.2.7 Tes skrining perkembangan Denver II.......................................26

xi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.7.1 Aspek perkembangan yang dinilai ..............................26


2.2.7.2 Langkah-langkah pemeriksaan ....................................27
2.2.7.3 Skoring.........................................................................27
2.2.7.4 Interpretasi penilaian individual ..................................28
2.2.7.5 Pengambilan kesimpulan Denver II ............................30
2.3 Konsep Bermain ..................................................................................31
2.3.1 Definisi bermain ........................................................................31
2.3.2 Tujuan bermain pada anak usia prasekolah ...............................32
2.3.3 Karakteristik bermain pada anak usia prasekolah......................33
2.3.4 Jenis bermain .............................................................................34
2.3.5 Minat bermain pada anak usia prasekolah .................................37
2.4 Konsep Terapi Seni (Art Therapy) menggunakan Kolase dan Clay ...38
2.4.1 Definisi terapi seni .....................................................................38
2.4.2 Macam-macam media dalam terapi seni ...................................38
2.4.3 Terapi seni 2 dimensi dan 3 dimensi .........................................41
2.4.4 Manfaat terapi seni ....................................................................41
2.4.5 Terapi seni bagi perkembangan motorik halus ..........................43
2.4.6 Kolase ........................................................................................44
2.4.6.1 Definisi kolase .............................................................44
2.4.6.2 Manfaat kolase bagi motorik halus ..............................44
2.4.6.3 Alat dan bahan pembuatan kolase ...............................45
2.4.6.4 Langkah-langkah pembuatan kolase ...........................45
2.4.7 Clay ............................................................................................46
2.4.7.1 Definisi clay .................................................................46
2.4.7.2 Manfaat clay bagi motorik halus .................................48
2.4.7.3 Alat dan bahan pembuatan clay ...................................48
2.4.7.4 Teknik dasar pembuatan clay ......................................49
2.5 Konsep Teori Imogene M. King .........................................................51
2.5.1 Konsep Theory of Goal Attainment ...........................................51
2.5.2 Aplikasi teori Imogene M. King ................................................53
2.6 Keaslian Penelitian ..............................................................................56

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .....61


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .........................................................61
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................64

BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................................65


4.1 Desain Penelitian .................................................................................65
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling.....................66
4.2.1 Populasi......................................................................................66
4.2.2 Sampel dan besar sampel ...........................................................66
4.2.3 Teknik sampling ........................................................................67
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .....................................67
4.3.1 Variabel penelitian .....................................................................67
4.3.2 Definisi Operasional ..................................................................69
4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................71
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................71

xii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.5.1 Lokasi ........................................................................................71


4.5.2 Waktu .........................................................................................72
4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data..................................72
4.7 Analisis Data .......................................................................................76
4.7.1 Editing........................................................................................76
4.7.2 Coding........................................................................................76
4.7.3 Entry data ...................................................................................77
4.7.4 Analisis statistik .........................................................................77
4.8 Kerangka Operasional .........................................................................78
4.9 Etika Penelitian ...................................................................................79
4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent) ....................................79
4.9.2 Prinsip kerahasiaan (confidentiality) .........................................79
4.9.3 Tanpa nama (anonimity) ............................................................79
4.9.4 Asas keadilan (justice) ...............................................................79
4.10 Keterbatasan Penelitian .......................................................................80

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................................81


5.1 Hasil Penelitian ...................................................................................81
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ............................................81
5.1.2 Karakteristik responden .............................................................82
5.1.3 Karakteristik ibu responden .......................................................84
5.1.4 Deskripsi variabel penelitian .....................................................85
5.2 Pembahasan .........................................................................................87
5.2.1 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah
diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media
kolase .........................................................................................87
5.2.2 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah
diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media
clay .............................................................................................91
5.2.3 Analisis perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan
intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase
dan 3 dimensi dengan media clay ..............................................96

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................99


6.1 Kesimpulan..........................................................................................99
6.2 Saran ..................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................102

xiii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................................56


Tabel 4.1 Desain Penelitian Pre-Experimental dengan Rancangan One Group
Pre-Post Test Design. ............................................................................65
Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase
dan Clay terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia
Prasekolah Di PG Islam Maryam Surabaya. .........................................69
Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di PG Islam
Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................82
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Usia di PG Islam Maryam
Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................83
Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Status Kelahiran di PG Islam
Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................83
Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Lama Sekolah di PG Islam
Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................84
Tabel 5.5 Distribusi Ibu Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di PG
Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .............84
Tabel 5.6 Distribusi Ibu Responden berdasarkan Pekerjaan di PG Islam
Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......................85
Tabel 5.7 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi
seni rupa 2 dimensi dengan media kolase di PG Islam Maryam
Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................85
Tabel 5.8 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi
seni rupa 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam
Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.......................................86
Tabel 5.9 Distribusi motorik halus anak sesudah diberikan terapi seni rupa 2
dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay di
PG Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015. .......87

xiv

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Advanced (Lebih) pada Interpretasi Penilaian


Individual Tes Denver II. ..................................................................28
Gambar 2.2 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes
Denver II bila Anak Gagal atau Menolak Uji Coba di sebelah
Kanan Garis Umur. ...........................................................................29
Gambar 2.3 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes
Denver II bila Anak Lulus, Gagal, atau Menolak Uji Coba pada
Garis Umur antara Persentil 25 dan 75. ............................................29
Gambar 2.4 Gambaran Caution (Peringatan) pada Interpretasi Penilaian
Individual Tes Denver II. ..................................................................30
Gambar 2.5 Gambaran Delayed (Keterlambatan) pada Interpretasi Penilaian
Individual Tes Denver II. ..................................................................30
Gambar 2.6 Gambaran No Opportunity (Tidak Ada Kesempatan) pada
Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver II. ...............................30
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Dynamic Interacting Systems. .......................51
Gambar 2.8 Kerangka Konsep Theory of Goal Attainment. .................................52
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase
dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya dengan Pendekatan
Teori Imogene M. King. ...................................................................61
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase
dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya..........................................78

xv

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Awal (Fakultas Keperawatan


Universitas Airlangga) ....................................................................108
Lampiran 2 Surat Pengambilan Data Penelitian (Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga) ....................................................................109
Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Penelitian (Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya) ..................110
Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian (Dinas Pendidikan Kota
Surabaya) ........................................................................................111
Lampiran 5 Surat Pengambilan Data Penelitian (Play Group Islam Maryam
Surabaya) ........................................................................................112
Lampiran 6 Sertifikat Keterangan Lolos Kaji Etik ............................................113
Lampiran 7 Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian Kelompok
Terapi Seni Rupa Kolase ................................................................114
Lampiran 8 Penjelasan Penelitian bagi Responden Penelitian Kelompok
Terapi Seni Rupa Clay ....................................................................118
Lampiran 9 Informed Consent Penelitian ...........................................................122
Lampiran 10 Data DemografiIbu Responden Penelitian .....................................123
Lampiran 11 Data Demografi Responden Penelitian ...........................................124
Lampiran 12 Lembar Tes Skrining Perkembangan Denver II .............................125
Lampiran 13 Satuan Acara Kegiatan Kolase Pertemuan I-IV .............................127
Lampiran 14 Kreasi Kolase Pertemuan I-IV ........................................................135
Lampiran 15 Satuan Acara Kegiatan Clay Pertemuan I-IV .................................136
Lampiran 16 Kreasi Clay Pertemuan I-IV ...........................................................147
Lampiran 17 Tabulasi Data Demografi & Hasil Pre-Post Test Responden
Penelitian ........................................................................................148
Lampiran 18 Analisis Deskriptif Karakteristik Demografi Responden
Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase .............................149
Lampiran 19 Analisis Deskriptif Karakteristik Demografi Responden
Penelitian Kelompok Terapi Seni Rupa Clay .................................151
Lampiran 20 Analisis Deskriptif Hasil Pre-Test&Post-Test Kelompok Terapi
Seni Rupa Kolase &Clay ................................................................153
Lampiran 21 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pre-Test&Post-Test
Kelompok Terapi Seni Rupa Kolase ..............................................154
Lampiran 22 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pre-Test &Post-Test
Kelompok Terapi Seni Rupa Clay ..................................................155
Lampiran 23 Hasil Uji Mann-Whitney U Test Post-Test Kelompok Terapi
Seni Rupa Kolase &Clay ................................................................156
Lampiran 24 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ..................................................157

xvi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

AATA : American Art Therapy Association


CDC : Centers of Disease Control and Prevention
cm : centimeter
F : Failed
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
kg : kilogram
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
No :No opportunity
Permenkes RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
P :Passed
PG :Play Group
PTK : Penelitian Tindakan Kelas
PVA :Polyvinyl Acetate
R :Refusal
SAK : Satuan Acara Kegiatan
SSP : Sistem Saraf Pusat
TK : Taman Kanak-Kanak

xvii

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia prasekolah merupakan usia emas (golden age), sehingga penting bagi

anak untuk diberikan stimulasi dalam mengembangkan keterampilan yang

dimiliki anak (Syaiful, Widati, & Rahmawati 2012). Anak usia prasekolah pada

dasarnya memiliki potensi yang perlu untuk dikembangkan secara optimal. Salah

satu kemampuan anak usia prasekolah yang berkembang adalah kemampuan

motorik. Kemampuan motorik ini akan berkembang sejalan dengan

perkembangan kemampuan kognitif anak. Kemampuan motorik terdiri atas

motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah aktivitas yang dilakukan dengan

melibatkan otot-otot besar (Piaget 1952, dalam Gustiana 2011). Sedangkan

motorik halus menurut Moelichatoen (2004, dalam Aquarisnawati, dkk. 2011)

adalah kegiatan yang melibatkan penggunaan otot-otot halus pada jari dan tangan.

Ministry of Education Republic of Singapore (2013) menyatakan bahwa

keterampilan motorik halus melibatkan koordinasi dan kontrol dari beberapa

bagian tubuh anak seperti tangan dalam melakukan tugas tertentu. Perkembangan

motorik halus merupakan hal yang penting untuk diperhatikan demi tumbuh

kembang anak pada tahap perkembangan selanjutnya (Saputri 2012). Apabila

perkembangan motorik halus anak baik, maka anak akan mampu melaksanakan

tugas-tugas perkembangan berikutnya, seperti membaca dengan baik, menulis

dengan baik, dan memiliki konsentrasi yang baik (Aquarisnawati, dkk. 2011).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada

bulan Maret 2015 terhadap siswa PG Islam Maryam Surabaya dengan rentang

usia 2 hingga 5 tahun melalui 14 buah Buku Laporan Pendidikan PG Islam

Maryam Surabaya, didapatkan data bahwa sebanyak 5 siswa (35,71%) memiliki

kemampuan motorik halus dalam kategori baik, 6 siswa (42,9%) kategori cukup,

dan 3 siswa (21,42%) kategori perlu bimbingan. Laporan belajar 5 siswa lain tidak

diketahui nilainya karena buku laporan belum dikumpulkan. Namun walaupun

sudah dinilai mampu, menurut Kepala PG Islam Maryam Surabaya penilaian

terhadap siswa lebih dispesifikkan dengan memberikan kategori baik, cukup, atau

perlu bimbingan. Kategori baik berarti siswa mampu secara mandiri melakukan

kegiatan dengan hasil yang baik, kategori cukup berarti siswa mampu melakukan

kegiatan secara mandiri tapi hasilnya kurang baik, dan kategori perlu bimbingan

berarti siswa belum mampu melakukan kegiatan secara mandiri.

Kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan memberikan

stimulasi salah satunya melalui kegiatan membuat keterampilan seperti

menggambar, melukis, membuat origami, dan sebagainya. Di PG Islam Maryam

Surabaya stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak sudah

dilakukan dengan cukup baik. Kegiatan untuk menstimulasi perkembangan

kemampuan motorik halus yang telah dilakukan antara lain, mewarnai, meronce,

menempel, kolase, melukis dengan kelereng, melipat kertas sederhana, finger

painting, menggunting, mencocok, melukis abstrak, melukis gelembung, dan

mencampur warna. Variasi stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus

anak seperti membuat kolase sebagai karya seni rupa 2 dimensi sebelumnya sudah

pernah dilakukan sebanyak 3 kali sepanjang bulan Agustus 2014 hingga Maret

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

2015 dengan media kapas dan korek api. Selain itu, kegiatan membuat clay

sebagai seni rupa 3 dimensi juga sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun

hanya pernah satu kali dilakukan. Intensitas pelaksanaan kegiatan membuat kolase

dan clay yang jarang tersebut menyebabkan pengaruhnya terhadap peningkatan

kemampuan motorik halus pada siswa PG Islam Maryam Surabaya belum dapat

dijelaskan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), selama

periode tahun 1997 hingga 2008 sebanyak 13,87% anak di Amerika Serikat

mengalami gangguan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan

perkembangan umum anak di Indonesia belum diketahui secara pasti. Namun,

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperkirakan 5% hingga 10% anak di

Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan (IDAI 2013). Beberapa

penelitian lain menyebutkan bahwa sekitar 12,8% hingga 28,5% anak usia

prasekolah di Indonesia terdeteksi mengalami gangguan perkembangan (Sinto,

dkk 2008). Menurut Kepala PG Islam Maryam penilaian terhadap kemampuan

motorik halus siswa dilakukan dengan melihat mampu atau tidaknya dan bagus

atau tidaknya hasil tulisan, gambar, serta aktivitas stimulasi motorik halus lainnya

tanpa ada instrumen khusus sehingga untuk memperkuat data, peneliti melakukan

tes skrining perkembangan menggunakan Denver II pada sektor motorik halus

dengan rentang usia 2 hingga 5 tahun. Tes skrining ini dilakukan pada semua

siswa yang berjumlah 19 siswa. Hasil dari tes skrining tersebut adalah sebanyak

13 siswa (68,42%) berada dalam kategori suspect dan 6 siswa (31,57%) lainnya

berada dalam kategori normal.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

Perkembangan motorik halus anak yang kurang dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah karena stimulasi perkembangan yang

kurang. Anak perlu mengoptimalkan keterampilan motorik halus yang mereka

miliki sehingga mereka mampu untuk lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan

sehari-sehari seperti memotong dengan gunting dan menggunakan lem untuk

merekatkan kertas (Ministry of Education Republic of Singapore 2013). Bila

motorik halus anak tidak berkembang dengan baik, maka anak akan mengalami

kesulitan untuk melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan motorik halus

seperti melipat jari, memegang, menggenggam, dan menempel sehingga anak

akan merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas menulis (Jumadilah 2010).

Kesulitan anak dalam melakukan aktivitas tersebut nantinya dapat menghambat

anak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada tahap selanjutnya.

Melatih kemampuan motorik halus dapat dilakukan dengan memberikan berbagai

macam stimulasi. Stimulasi dapat memberikan pengaruh yang besar bagi

perkembangan otak anak. Stimulasi perkembangan anak akan lebih baik bila

diberikan sejak dini, semakin banyak stimulasi yang diberikan maka

perkembangan anak akan semakin optimal. Kemampuan motorik halus anak dapat

distimulasi dengan berbagai cara lain seperti dengan memberikan terapi seni.

Terapi seni adalah salah satu bentuk terapi komplementer yang berhubungan

dengan tubuh dan pikiran seseorang dimana seni dilibatkan sebagai sarana untuk

penyembuhan penyakit, pengembangan diri, dan peningkatan kualitas hidup

(Warson 2012; Rismayanthi 2009). Terapi dengan menggunakan seni rupa dapat

berupa seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni

rupa dengan dimensi panjang dan lebar, yang hanya dapat dilihat dari satu arah

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

pandang saja. Media yang dapat digunakan sebagai terapi seni 2 dimensi antara

lain, menggambar, melukis, kolase, dan lain sebagainya. Sedangkan seni rupa 3

dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki volume dengan dimensi panjang,

lebar, dan tinggi. Bahan yang dapat digunakan dalam membuat seni 3 dimensi

antara lain batu, kayu, clay(tanah liat), kain, kaca, bahan daur ulang atau biji-

bijian (Kim 2014; Cosa 2012).

Kolase merupakan salah satu jenis seni rupa 2 dimensi yang dapat

dijadikan sebagai salah satu jenis latihan untuk mengembangkan kemampuan

motorik halus anak (Jumadilah 2010). Membuat kolase dilakukan dengan cara

menyusun berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan-bahan yang dapat

digunakan untuk direkatkan pada kertas tersebut antara lain, berbagai bentuk

kertas, kain, bahan-bahan bertekstur, dan benda-benda menarik lainnya

(Christianti 2009). Menurut Susanto (2002,dalam Jumadilah 2010) didalam

membuat keterampilan kolase terdapat 3 aspek aktitivitas yang harus dipenuhi

yaitu menjepit, mengelem, dan menempel. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam

melatih koordinasi otot-otot halus pada jari tangan sehingga kemampuan motorik

halus anak nantinya bisa berkembang semakin baik. Hasil penelitian Jumadilah

(2010) pada anak tuna grahita sedang menyebutkan bahwa keterampilan kolase

dapat meningkatkan kemampuan motorik halus sebagai persiapan menulis

permulaan siswa.

Clay sebenarnya memiliki arti tanah liat. Namun dalam perkembangannya,

clay digunakan untuk menyebut adonan yang teksturnya menyerupai tanah liat

(Wahyuningsih 2012; Muafifah 2013). Berdasarkan hasil penelitian

Wahyuningsih (2012), aktivitas membuat clay dapat dijadikan sebagai stimulasi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Clay

dapat membantu menstimulasi kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada

pergelangan tangan dan jari-jari anak karena clay memiliki tekstur lembut yang

dapat memudahkan anak untuk meremas, mencubit, serta membentuk berbagai

bentuk sesuai apa yang mereka inginkan (Partiyem 2014). Stimulasi

perkembangan motorik halus yang baik dengan berbagai metode sangat

diperlukan bagi siswa agar siswa nantinya mampu melaksanakan tugas-tugas

perkembangan di tahap selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Kim (2014), terapi seni

3 dimensi terbukti lebih efektif dalam meningkatkan locus of control pada anak

berkebutuhan khusus dibandingkan menggunakan seni 2 dimensi. Penggunaan

clay bagi anak-anak akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap

perkembangan otot-ototnya karenaclay lebih mudah untuk dimanipulasi dan tidak

menuntut penciptaan suatu bentuk tertentu (Bloom 1980, dalam Kim 2014).

Media 2 dimensi maupun 3 dimensi memiliki kelebihan masing-masing yang

berbeda. Media 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakan lebih tinggi dibandingkan

media 3 dimensi sehingga dapat menstimulasi kemampuan seseorang dalam

berkreativitas. Sedangkan media 3 dimensi memiliki manfaat dalam menampilkan

benda-benda secara nyata sehingga dapat memberikan pengalaman belajar secara

langsung kepada seseorang (Susanto 2006, dalam Anwar, Dwi, & Syarief

2009).Dilihat dari prosesnya, kolase merangsang anak harus menjepit, mengelem,

dan menempel benda-benda dalam ukuran kecildibandingkan dengan membuat

clay yang merangsang anak untuk meremas, mencubit, dan membuat suatu bentuk

sesuai keinginan merekauntuk melemaskan jari-jari tangannya. Namun belum

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

diketahui mana yang lebih efektif terhadap peningkatan kemampuan motorik

halus anak usia prasekolah.

Berdasarkan Theory of Goal Attainment yang digagas Imogene M. King

pada tahun 1971, tujuan keperawatan dapat dicapai melalui interaksi antara

perawat dengan klien yang dihasilkan dari pemberian aksi dan proses reaksi

(Nursalam 2013). Masalah kurangnya motorik halus anak usia prasekolah pada

penelitian ini dapat diatasi dengan memberikan stimulasi melalui pemberian terapi

seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan clay.

Melalui pemberian intervensi tersebut sebagai aksi diharapkan akan tercipta suatu

reaksi dan interaksi antara peneliti sebagai perawat dan setiap siswa sebagai klien

dalam mencapai suatu tujuan yaitu peningkatan kemampuan motorik halus anak.

Selain itu, King juga menyebutkan bahwa intensitas interaksi antara perawat dan

klien merupakan kunci dari penetapan dan pencapaian tujuan keperawatan.

Semakin sering perawat berinteraksi dengan klien, maka tujuan keperawatan akan

lebih mudah untuk dicapai(Nursalam 2013). Sama halnya dengan penelitian ini

yang membutuhkan interaksi yang berulang-ulang antara peneliti dengan masing-

masing siswa sehingga kemampuan motorik halus siswa bisa meningkat secara

optimal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian

mengenai perbedaan kemampuan motorik halus anak usia prasekolahmelalui

terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi menggunakan

claydi PG Islam Maryam Surabaya dengan pendekatan Theory of Goal Attainment

dari Imogene M. King.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor yang mempengaruhi: Stimulasi


1. Faktor genetik perkembangan
2. Jenis kelamin motorik halus
3. Lingkungan kurang
4. Aktivitas anak
5. Kesehatan dan gizi
pranatal
6. Gizi anak pasca lahir
7. Sosial ekonomi
8. Stimulasi
9. Perlindungan
10. Lahir prematur
11. Kesulitan saat
melahirkan
12. Kelainan (psikis,
mental, fisik)

Hasil studi pendahuluan di PG Islam Maryam Surabaya:


a. Dari 14 siswa didapatkan data sebanyak 5 siswa
(35,71%) motorik halusnya berada dalam kategori baik, 6
siswa (42,9%) kategori cukup, dan 3 siswa (21,42%)
kategori perlu bimbingan.
b. Dari hasil pemeriksaan DDST didapatkan data 13 siswa
(68,42%) berada dalam kategori suspect dan 6 siswa
(31,57%) berada dalam kategori normal.
c. Stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus anak
sudah dilakukan dengan cukup baik, namun untuk
kegiatan membuat kolase dan clay jarang dilakukan.

Kemampuan motorik
halus anak kurang

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik


Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase
danClay di PG Islam Maryam Surabaya.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbedaan kemampuan motorik halus anak usia

prasekolahmelalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi

menggunakan claydi PG Islam Maryam Surabaya?

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Menganalisis perbedaan kemampuan motorik halus anak usia

prasekolahmelalui terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolasedan 3 dimensi

menggunakanclaydi PG Islam Maryam Surabaya.

1.4.2 Tujuan khusus

1) Menganalisis perbedaan kemampuan motorik halus anak sebelum dan setelah

diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase.

2) Menganalisis perbedaan kemampuan motorik halus anak sebelum dan setelah

diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi menggunakanclay.

3) Menganalisisperbedaan kemampuan motorik halus anak setelah diberikan

intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan terapi seni

rupa 3 dimensi menggunakanclay.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh dan perbedaan

kemampuan motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi seni 2 dimensi

menggunakan media kolase dan 3 dimensi menggunakan media clay sehingga

dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan anak terkait

upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

1.5.2 Praktis

1) Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi

perawat khususnya perawat anak dalam menerapkan terapi seni sebagai upaya

untuk menstimulasi peningkatan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.

2) Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi

pendidik dalam memberikan stimulasi kemampuan motorik halus anak dan dapat

diterapkan dalam kurikulum pendidikan anak usia prasekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah

2.1.1 Definisi anak usia prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak dengan rentang usia antara 3 hingga 6

tahun (Potter & Perry 2005). Pada masa ini, pertumbuhan berjalan dengan stabil.

Selain itu, perkembangan anak akan meningkat seiring dengan aktivitas jasmani,

keterampilan, dan proses berfikir yang meningkat (Menteri Kesehatan RI 2014).

2.1.2 Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah

2.1.2.1 Perkembangan biologis

Pada masa prasekolah, pertumbuhan fisik yang sedang dialami anak akan

melambat dan semakin stabil. Perkembangan fisik anak penting untuk

diperhatikan baik secara langsung maupun tidak langsung karena nantinya dapat

mempengaruhi perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. Jika ditinjau secara

langsung, perkembangan fisik anak akan menentukan kemampuan dan

keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung,

perkembangan fisik akan mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya sendiri

dan orang lain (Hurlock 1997; Potter & Perry 2005).

Berat badan anak rata-rata akan meningkat sekitar 2,3 kg tiap tahunnya.

Sedangkan tinggi badan anak akan mengalami pertambahan 6,75 hingga 7,5 cm

per tahun (Wong, et al. 2008). Denyut jantungakan menurun mendekati 90 kali

per menit. Laju pernapasan juga akan menurun menjadi 22 hingga 24 kali per

11

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

menit. Selain itu, pada masa prasekolah koordinasi antara otot besar dan otot halus

akan berkembang baik (Potter & Perry 2005).

Selain perkembangan fisik, pada aspek perkembangan biologis anak juga

terdapat perkembangan motorik. Perkembangan motorik adalah perkembangan

dalam mengendalikan gerakan-gerakan melalui koordinasi antara aktivitas sistem

saraf pusat (SSP), urat saraf, dan otot-otot. Perkembangan motorik merupakan

salah satu tugas perkembangan yang penting untuk dilaksanakan dan dilalui oleh

anak usia prasekolah dan dalam tahun-tahun pertama sekolah. Perkembangan

motorik pada anak usia prasekolah meliputi penggunaan beberapa otot yang

berbeda secara terkoordinasi (Hurlock 1997). Pada kemampuan motorik kasar,

anak prasekolah akan mampu berlari, berjalan naik dan turun dengan baik, serta

anak mulai belajar untuk melompat. Pada kemampuan motorik halus, anak akan

belajar untuk mencontoh lingkaran, silang, kotak, dan segitiga (Potter & Perry

2005).

2.1.2.2 Perkembangan psikososial

Pada aspek perkembangan psikososial, tugas utama anak usia prasekolah

adalah menguasai rasa inisiatif. Bila tugas ini terpenuhi anak akan mampu

mengeksplorasi lingkungan, keterampilan baru, dan teman baru dengan baik

(Potter & Perry 2005; Wong, et al. 2009). Pada tahap ini anak belajar mengenal

banyak gagasan dan aktivitas dengan cepat dan tepat. Anak akan berfokus pada

kesuksesan bukan pada kegagalan sehingga anak akan terstimulasi untuk

berinisiatif mengerjakan hal apapun untuk mendapatkan kesenangan yang

sederhana (Sujiono 2009).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

2.1.2.3 Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang mengacu pada

kemampuan anak untuk berpikir dan memberikan alasan (Sujiono, 2009).

Perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran

praoperasional. Tahap ini masih dibagi lagi menjadi dua fase yaitu, fase

prakonseptual dan fase pikiran intuitif. Fase prakonseptual yaitu fase dimana

anak-anak mulai menilai orang, benda, dan kejadian yang ada. Sedangkan pada

fase pikiran intuitif anak telah mampu memikirkan hal yang lebih kompleks

seperti mengelompokkan benda-benda berdasarkan warna atau ukuran (Potter &

Perry 2005; Piaget 1952, dalam Wong, et al. 2009).

Pada masa ini, anak prasekolah belajar untuk mengerti dunia di sekitar

mereka melalui kegiatan eksplorasi lingkungan sekitarnya (Charleroy, et al. 2012)

2.1.2.4 Perkembangan moral

Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, perilaku

tentang konsep benar dan salah (Gibbs 2003, dalamSantrock 2007). Berdasarkan

Teori Kohlberg (1958), anak-anak yang berusia di bawah 9 tahun menggunakan

tingkatan prakonvensional sebagai penalaran tentang moral. Penalaran

prakonvensional merupakan tingkat terendah dari penalaran moral. Anak pada

tahap prasekolah mulai belajar memahami tentang perilaku yang benar dan salah

berdasarkan dari hasil yang nantinya didapat berupa hukuman (punishment) atau

penghargaan (reward). Bila anak dihukum, maka perilaku tersebut adalah buruk

dan sebaliknya tanpa memperhatikan makna tindakan tersebut. Selain itu, anak

prasekolah cenderung berperilaku sesuai dengan kebebasan (Potter & Perry 2005;

Santrock 2007; Wong, et al. 2009).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2.1.2.5 Perkembangan spiritual

Pada usia prasekolah pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama

diamati dan dipelajari dari orang yang bermakna dalam hidup mereka, biasanya

dari orang tua dan kegiatan praktik keagamaan. Pemahaman anak terhadap hal-hal

spiritualitas dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya. Anak mulai mengenal

konsep Tuhan, mengerti kisah sederhana mengenai keyakinan mereka, dan

menghapal doa-doa singkat walaupun mereka belum mampu untuk memaknainya

(Kenny 1999, dalam Wong et al. 2009).

2.1.2.6 Perkembangan citra tubuh

Perkembangan citra tubuh merupakan hal yang penting dalam aspek

perkembangan anak usia prasekolah. Anak prasekolah mulai paham keinginan

akan penampilan yang sesuai dengan apa yang mereka mau dan enggan

berpenampilan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Ketika anak telah

mencapai usia 5 tahun, anak akan mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan

teman sebayanya. Walaupun citra tubuh telah berkembang dengan baik, anak

prasekolah belum mampu untukmendefinisikan ruang lingkup tubuhnya (Wong,

et al. 2009).

2.1.2.7 Perkembangan seksualitas

Perkembangan seksualitas bagi anak prasekolah merupakan fase yang

penting bagi identitas seksual individu secara menyeluruh. Anak pada usia

prasekolah memiliki kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis

kelamin (Wong, et al. 2009).

Sigmund Freud (1910, dalam Hapsari 2013) menyatakan bahwa anak usia

3 hingga 7 tahun berada pada perkembangan psikoseksual fase phallic. Pada fase

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

ini anak belajar memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu,

perkembangan psikoseksual anak prasekolah berfokus pada alat kelamin yang

mereka miliki dan mereka akan mulai bertanya tentang hal tersebut yang nantinya

dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku seksual anak.

2.1.2.8 Perkembangan sosial

Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan seseorang dalam

berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Untuk bisa bersosialisasi sebagai

upaya untuk meningkatkan perkembangan sosial seseorang perlu melewati tiga

proses sosialisasi antara lain (Hurlock 1997):

1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial,

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan

3) Perkembangan sikap sosial.

Sejak usia 2 hingga 6 tahun, anak mulai belajar untuk membina hubungan

sosial dan bergaul dengan orang di luar lingkungan rumah. Anak prasekolah

cenderung lebih menyukai bergaul dengan anak-anak lain yang umurnya sebaya.

Mereka belajar beradaptasi dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Pada masa

prasekolah, hubungan yang telah dijalin anak dengan anak-anak lain akan

meningkat dan dapat dijadikan sebagai penentu gerak maju perkembangan

mereka. Menurut Hurlock (1997), pola perilaku dalam situasi sosial yang

berkembang pada masa kanak-kanak awal antara lain:

1) Kerja sama

Anak akan belajar bermain dan bekerja sama dengan anak lain yang

sebaya hingga mereka berusia 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

anak untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat anak belajar bekerja

sama.

2) Persaingan

Persaingan bila digunakan sebagai dorongan bagi anak untuk berusaha

sebaik-baiknya akan menambah sosialisasi mereka. Namun jika persaingan

diekspresikan dengan pertengkaran, akan menciptakan sosialisasi yang buruk.

3) Kemurahan hati

Pada masa kanak-kanak awal, kesediaan anak untuk berbagi sesuatu

dengan sebayanya akan meningkat dibandingkan dengan sikap mementingkan diri

sendiri. Kemurahan hati pada dasarnya akan menghasilkan penerimaan sosial.

4) Hasrat akan penerimaan sosial

Apabila hasrat untuk diterima kuat, anak akan terdorong untuk bisa

beradaptasi dengan tuntutan sosial. Hasrat penerimaan oleh orang dewasa akan

muncul terlebih dahulu dan kemudian diikuti munculnya hasrat untuk diterima

teman sebaya.

5) Simpati

Anak usia dini cenderung mengekspresikan rasa simpati mereka dengan

berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.

6) Empati

Empati merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang

lain dan hal ini akan dapat berkembang apabila anak dapat memahami maksud

pembicaraan orang lain.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

7) Ketergantungan

Ketergantungan terhadap orang lain akan mendorong anak untuk

berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial.

8) Sikap ramah

Anak pada masa kanak-kanak awal akan cenderung menunjukkan sikap

ramah mereka melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama

anak/orang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang pada mereka.

9) Sikap tidak mementingkan diri sendiri

Pada masa kanak-kanak awal, anak akan belajar untuk memikirkan orang

lain sekitarnya dan tidak memusatkan perhatian pada kepentingan mereka sendiri.

10) Meniru

Anak akan cenderung meniru seseorang yang telah diterima baik oleh

kelompok sosial agar mereka mampu mengembangkan sifat yang menambah

penerimaan kelompok terhadap diri mereka.

11) Perilaku kelekatan (attachment behavior)

Anak pada masa kanak-kanak awal akan mengembangkan suatu kelekatan

yang hangat kepada anak/orang lain dan belajar membina persahabatan dengan

mereka.

Anak pada masa prasekolah telah mampu mengatasi rasa ansietas akibat

bertemu orang asing dan ketakutan akan perpisahan. Mereka sudah mampu

berhubungan dengan orang lain yang tidak dikenal di sekitar mereka dan

memahami perpisahan singkat dengan orang. Anak prasekolah sudah mampu

menghadapi perubahan dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, mereka mampu

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

melewati banyak ketakutan, fantasi, dan ansietas melalui kegiatan yang

menyenangkan seperti bermain (Wong, et al. 2009).

2.2 Konsep Perkembangan Motorik Halus

2.2.1 Definisi motorik halus

Motorik halus adalah suatu gerakan dengan menggunakan fungsi otot-otot

halus. Baik tidaknya kemampuan motorik halus seorang anak dipangaruhi oleh

intensitas belajar dan berlatih (Dewi 2011). Dalam Permenkes RI Nomor 66

Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan

Tumbuh Kembang Anak disebutkan bahwa motorik halus merupakan aspek yang

berkaitan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan tertentu yang

melibatkan fungsi otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang tepat dan

cermat. Motorik halus termasuk dalam salah satu aspek-aspek perkembangan anak

yang perlu dipantau. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia

dini merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan demi tumbuh

kembangnya pada tahap berikutnya (Saputri 2012).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus

Beberapa faktor dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus

seorang anak. Faktor-faktor ini dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan

eksternal, antara lain (Hurlock 1997;Apriastuti 2013; Lindawati 2013; Al-Hassan

& Lanford 2009, dalam Sutrisno 2014; Taju, Ismanto, & Babakal 2015):

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

1) Faktor internal

(1) Faktor genetik

Setiap individu memiliki beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang

peningkatan laju perkembangan motorik halus seperti kecerdasan.

(2) Jenis Kelamin

Pada umumnya sebelum melewati masa pubertas, pertumbuhan dan

perkembangan anak akan lebih pesat pada anak perempuan. Hal ini akan

berkurang perlahan-lahan mengikuti bertambahnya usia anak hingga pada

akhirnya perbedaan tersebut hilang.

(3) Faktor kesehatan pada periode pranatal

Periode pranatal yang baik seperti gizi makanan ibu yang selalu tercukupi

dengan baik, ibu dalam kondisi sehat, ibu tidak keracunan dapat mendorong

perkembangan kemampuan motorik anak lebih cepat pada masa pasca natal.

(4) Faktor kesulitan dalam melahirkan

Proses melahirkan yang sulit seperti melahirkan dengan bantuan alat

vacuum akan menimbulkan resiko bayi mengalami kerusakan otak sehingga

perkembangan motorik bayi dapat terganggu.

(5) Prematur

Kelahiran sebelum waktunya biasanya dapat menyebabkan perkembangan

motorik anak terlambat karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir

lebih buruk dibandingkan perkembangan anak yang lahir tepat pada waktunya.

(6) Kelainan

Seorang individu yang memiliki kelainan baik fisik maupun psikis, sosial,

dan mental biasanya akan mengalami gangguan juga pada perkembangan motorik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

2) Faktor eksternal

(1) Kesehatan dan gizi

Pada awal kehidupan pasca bayi lahir, kesehatan dan gizi yang baik perlu

diperhatikan karena dua hal tersebut dapat mempercepat perkembangan motorik.

(2) Stimulasi

Anak perlu diberikan rangsangan, bimbingan, dorongan, dan kesempatan

untuk menggerakkan semua bagian tubuhnya sehingga perkembangan motorik

anak dapat berjalan dengan cepat.

(3) Perlindungan

Perlindungan orang tua terhadap anak yang terlalu berlebihan dapat

mengganggu kebebasan anak dalam bergerak sehingga perkembangan motorik

anak pun juga bisa terhambat.

(4) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dapat ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan

pekerjaan orang tua. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan anak.

Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi orang tua dalam mendidik

anak agar dapat mecapai tujuan yang diharapkan yaitu perkembangan anak sesuai

dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya. Sedangkan ibu yang

bekerja akan memiliki peran ganda sebagai wanita karir dan sebagai ibu rumah

tangga sehingga dapat muncul suatu dampak negatif yaitu ibu tidak dapat

memberikan perhatian secara peuh pada anak ketika anak dalam tahap tumbuh

kembang yang pesat.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

2.2.3 Karakteristik perkembangan motorik halus anak prasekolah

Setiap tahapan usia memiliki karakteristik perkembangan masing-masing.

Karakteristik perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah antara lain

(Wong,et al. 2009; Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014):

1) Usia 3 tahun

Pada usia 3 tahun, anak akan mampu membangun menara dari 9 atau 10

kubus, membangun jembatan dengan tiga kubus, mampu menggambar, menjiplak

lingkaran, menirukan gambar silang, memberi nama hal yang telah digambarnya.

Selain itu anak mampu membuat lingkaran dengan karakteristik wajah namun

belum mampu menggambar figur yang tepat.

2) Usia 4 tahun

Pada usia 4 tahun, anak mampu menggunting gambar mengikuti garis,

mengikat tali sepatu tetapi belum mampu membuat simpul. Dalam hal membuat

gambar, anak usia 4 tahun akan mampu menjiplak bentuk segi empat, gambar

silang, wajik, dan menambah tiga bagian untuk membentuk suatu gambar.

3) Usia 5 tahun

Pada usia 5 tahun, anak sudah mampu mengikat tali sepatu, menggunakan

gunting dan pensil dengan sangat baik, menggambar wajik dan segitiga dengan

baik, serta menambah 7 sampai 9 bagian untuk membentuk suatu gambar. Selain

itu, anak juga mulai mampu menulis beberapa huruf, angka, atau kata seperti

nama panggilan.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

4) Usia 6 tahun

Pada usia 6 tahun, anak sudah mampu mengambar segi empat,

menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap, dan menangkap bola

kecil dengan kedua tangan.

2.2.4 Prinsip-prinsip perkembangan motorik halus

Menurut Hurlock (1997) dan Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes RI

Nomor 66 Tahun 2014, terdapat beberapa prinsip dalam perkembangan motorik,

antara lain:

1) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf

Perkembangan kegiatan motorik berjalan menyesuaikan perkembangan

daerah sistem saraf yang berbeda. Karena perkembangan tulang belakang saat

lahir berkembang lebih baik daripada otak, maka gerak reflek ketika lahir

merupakan gerak yang lebih berkembang. Gerakan terampil belum dapat dikuasai

oleh anak bila otot-otot anak belum berkembang dengan matang. Pada prinsipnya,

apabila otot dan saraf sudah matang, maka kemampuan motorik anak akan dapat

berkembang dengan baik.

2) Belajar kemampuan motorik tidak terjadi sebelum anak matang

Mempelajari kemampuan motorik harus disesuaikan dengan tingkat

kematangan anak. Semua upaya stimulasi yang diajarkan pada anak akan sia-sia

apabila hal tersebut diberikan sebelum sistem saraf dan otot anak berkembang

dengan baik.

3) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Kematangan merupakan suatu proses intrinsik yang secara alami terjadi

dengan sendirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing individu.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

Belajar merupakan perkembangan yang diperoleh dari latihan dan usaha yang

dapat membuat anak memiliki kemampuan menggunakan sumber yang

diwariskan dan potensi diri, dalam hal ini adalah kemampuan motorik yang

dimiliki anak.

4) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan

Perkembangan motorik pada dasarnya mengikuti hukum arah

perkembangan yaitu cephalocaudal (perkembangan menyebar ke seluruh tubuh

dari kepala ke kaki) dan proximodistal (perkembangan menyebar ke seluruh tubuh

dari bagian proksimal ke distal seperti jari-jari).

Perkembangan motorik secara cephalocaudal pada awalnya ditunjukkan

dengan gerakan yang lebih besar pada kepala. Seiring dengan bertambah

matangnya urat saraf, maka akan terdapat gerakan yang lebih banyak dan baik di

area batang tubuh dan kemudian hingga daerah kaki. Sedangkan perkembangan

motorik secara proximodistal ditunjukkan dengan bayi pada awalnya

menggunakan bahu dan sikunya terlebih dahulu sebelum menggunakan

pergelangan dan jari-jari tangannya.

Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa

usia ketika seorang anak melakukan suatu aktivitas perkembangan seperti

berjalan, hal tersebut akan selalu konsistern dengan laju perkembangannya.

Misalnya, anak yang mampu duduk lebih awal akan dapat berjalan lebih awal

dibandingkan dengan anak yang terlambat dalam kemampuannya untuk duduk.

5) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang mengikuti pola yang dapat diramalkan

memungkinkan untuk menetapkan norma bagi bentuk kegiatan motorik

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

berikutnya. Norma perkembangan motorik tersebut dapat digunakan oleh orang

tua dan orang lain sebagai acuan dalam mengetahui apa yang dapat diharapkan

dan pada usia berapa hal tersebut dapat diharapkan dari anak.

6) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik

Walaupun perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang serupa untuk

semua orang, akan tetapi perbedaan individu akan tetap terjadi dalam rincian pola

tersebut. Hal ini tampak pada perbedaan umur pada saat seorang individu

mencapai suatu tahap. Sebagian kondisi tersebut dapat mempercepat laju

perkembangan motorik dan sebagian lagi memperlambatnya.

2.2.5 Tujuan peningkatan motorik halus

Pada dasarnya tujuan peningkatan kemampuan motorik halus untuk anak

prasekolah adalah agar anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan

anggota tubuh dan kemampuan dalam mengkoordinasikan mata dan tangan dalam

melakukan suatu hal (Partiyem 2014).

Tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia

prasekolah yaitu (Sumantri 2005, dalam Partiyem 2014):

1) Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berkaitan

dengan keterampilan dalam menggerakkan kedua tangan.

2) Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak

jari-jari tangan.

3) Anak mampu untuk mengkoordinasikan antara penggunaan mata dan

aktivitas tangan.

4) Anak mampu mengendalikan emosi dalam melakukan akivitas yang

merangsang motorik halus.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

2.2.6 Stimulasi perkembangan motorik halus

Stimulasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merangsang anak usia

0 hingga 6 tahun dalam hal kemampuan dasar agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Anak yang kurang mendapatkan stimulasi beresiko

mengalami penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang permanen

(Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014).

Dalam memberikan stimulasi pada anak terdapat beberapa prinsip dasar

yang harus diperhatikan, yaitu (Permenkes RI Nomor 66 Tahun 2014):

1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang.

2) Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru

tingkah laku orang-orang terdekatnya.

3) Memberikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4) Stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,

bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan, dan tidak ada hukuman.

5) Stimulasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur

anak.

6) Menggunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar

anak.

7) Memberikan kesempatan yag sama pada anak laki-laki dan perempuan.

8) Memberikan anak pujian bahkan jika perlu diberikan hadiah atas

keberhasilannya.

Stimulasi penting untuk diberikan pada anak agar potensi anak dapat

berkembang dan anak dapat melalui tingkat perkembangan yang optimal sesuai

dengan yang diharapkan. Perkembangan motorik halus dapat dilakukan dengan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

memberikan stimulasi yang prinsipnya adalah melatih koordinasi mata dan tangan

serta kelenturan otot-otot halus tangan anak (Sumardiyah 2012).

2.2.7 Tes skrining perkembangan Denver II

Tes skrining perkembangan yang paling sering digunakan oleh para

petugas kesehatan adalah Denver II dikarenakan instrumen ini memiliki rentang

usia yang cukup lebar mulai dari bayi baru lahir hingga anak berusia 6 tahun.

Selain itu, Denver II menilai semua aspek perkembangan dengan reabilitas cukup

tinggi (interrates reability = 0,99, test-retest reability = 0,90) (Soedjatmiko 2001).

2.2.7.1 Aspek perkembangan yang dinilai

Terdapat 4 aspek perkembangan yang dinilai dalam Denver II, antara lain

(Soedjatmiko 2001; IDAI 2009):

1) Gross motor (motorik kasar)

Sektor ini meliputi gerakan yang memerlukan fungsi otot besar seperti

duduk, berjalan, melompat dan sebagainya.

2) Fine motor (motorik halus)

Pada sektor ini terdapat aspek koordinasi mata dan tangan, manipulasi dan

memainkan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.

3) Language (bahasa)

Sektor ini meliputi aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, serta

komunikasi verbal.

4) Personal social (Sosial Personal)

Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan

perorangan. Pada sektor ini terdapat aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi,

gerak halus, dan kemandirian.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

2.2.7.2 Langkah-langkah pemeriksaan

Langkah-langkah dalam melakukan tes skrining perkembangan

menggunakan Denver II pada anak meliputi (Royhanaty 2010; Rahayu 2013):

1) Cantumkan tanggal pemeriksaan pada lembar penilaian Denver II. Tetapkan

umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa.

Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun.

2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika

sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

3) Tarik garis vertikal berdasarkan umur kronologis yang memotong tugas

perkembangan pada formulir Denver II.

4) Siapkan beberapa peralatan seperti kubus, manik-manik, pensil, dan

sebagainya yang sesuai dengan item yang diujikan ke anak.

5) Instruksikan pada anak untuk melakukan tugas perkembangan pada tiap

sektor dimulai dari yang paling mudah. Tugas perkembangan yang diujikan

adalah 3 item di sebelah kiri garis umur, item yang berpotongan dengan garis

umur, dan item di sebelah kanan garis umur hingga anak gagal.

6) Beri skor penilaian dan tuliskan pada lembar penilaian Denver II.

7) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor jumlah P (passed) dan

F(failed).

2.2.7.3 Skoring

Penilaian terhadap setiap item ditulis di kotak persegi panjang pada lembar

Denver II yang meliputi (IDAI 2009):

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

1) Passed/lulus (P)

Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi

laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).

2) Failed/gagal (F)

Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak

memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik.

3) No opportunity/tidak ada kesempatan (No)

Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada

hambatan. Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena

ada hambatan.

4) Refusal/menolak (R)

Anak menolak untuk melakukan uji coba. Uji coba yang dilaporkan oleh

ibu/pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan.

2.2.7.4 Interpretasi penilaian individual

Interpretasi penilaian individual pada setiap item dalam Denver II meliputi

(IDAI 2009; Royhanaty 2010):

1) Advanced/lebih

Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di sebelah kanan garis

umur dan dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.

Gambar 2.1 Gambaran Advanced (Lebih) pada Interpretasi Penilaian Individual


Tes Denver II.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

2) Normal

Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah

kanan garis umur.

Gambar 2.2 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver
II bila Anak Gagal atau Menolak Uji Coba di sebelah Kanan Garis
Umur.

Demikian juga bila anak lulus, gagal, atau menolak melakukan uji coba

dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorikan

normal.

Gambar 2.3 Gambaran Normal pada Interpretasi Penilaian Individual Tes Denver
II bila Anak Lulus, Gagal, atau Menolak Uji Coba pada Garis Umur
antara Persentil 25 dan 75.

3) Caution/peringatan

Bila seorang anak gagal atau menolak uji coba pada garis umur yang

terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

Gambar 2.4 Gambaran Caution (Peringatan) pada Interpretasi Penilaian


Individual Tes Denver II.

4) Delayed/keterlambatan

Bila seorang anak gagal atau menolak untuk melakukan uji coba yang

terletak lengkap di sebelah kiri garis umur.

Gambar 2.5 Gambaran Delayed (Keterlambatan) pada Interpretasi Penilaian


Individual Tes Denver II.

5) No opportunity/tidak ada kesempatan

Tidak ada kesempatan uji coba berdasarkan hasil laporan orang tua anak.

Gambar 2.6 Gambaran No Opportunity (Tidak Ada Kesempatan) pada Interpretasi


Penilaian Individual Tes Denver II.

2.2.7.5 Pengambilan kesimpulan Denver II

Pengambilan kesimpulan hasil tes skrining perkembangan menurut Denver

II memperhatikan nilai dari keempat sektor perkembangan (IDAI 2009;

Royhanaty 2010).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

1) Normal

Bila tidak ditemukan adanya keterlambatan dan atau paling banyak 1

caution.

2) Suspect

(1) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 peringatan atau lebih dan 1 keterlambatan

atau lebih.

(2) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor

yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis

vertikal usia.

(3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau

meragukan.

3) Untestable

Apabila terjadi penolakan pada 1 atau lebih item uji coba di sebelah kiri

garis umur atau menolak lebih dari 1 uji coba yang ditembus garis umur pada

daerah persentil 75 hingga 90.

2.3 Konsep Bermain

2.3.1 Definisi bermain

Bermain adalah serangkaian perilaku yang kompleks dan multi

dimensional yang mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak. Bermain harus dilakukan dengan sukarela atau tanpa

paksaan agar anak merasa senang(Landreth 2001, dalam Zellawati 2011).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

2.3.2 Tujuan bermain pada anak usia prasekolah

Pada dasarnya tujuan utama bermain adalah untuk memelihara

pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Poin penting dari kegiatan

bermain pada anak adalah kreativitas dari anak-anak. Setiap anak usia prasekolah

memiliki potensi kreatif akan tetapi perkembangannya berbeda atara satu anak

dengan anak yang lain (Catron & Allen 1999, dalam Sujiono 2009).

Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang memiliki pengaruh besar

bagi perkembangan seorang anak. Bermain dapat mengembangkan keterampilan

sosial, emosional, dan kognitif anak. Fungsi bermain pada anak usia prasekolah

antara lain(Sujiono 2009):

1) Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui

gerak sehingga perkembangan kemampuan motorik halus, motorik kasar, dan

keseimbangan anak akan semakin baik.

2) Dapat mengembangkan keterampilan emosi, rasa percaya diri, dan keberanian

untuk menghasilkan ide-ide baru.

3) Dapat mengembangkan kemampuan intelektual anak karena pada saat

bermain, anak akan mengeksplorasi segala sesuatu yang ia temukan di

lingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya.

4) Dapat mengembangkan kemandirian dan anak menjadi dirinya sendiri karena

bermain akan menstimulasi anak untuk bertanya, mengamati lingkungan,

belajar mengambil keputusan, dan berlatih peran sosial sehingga anak

menyadari kemampuan dan kelebihannya.

Permainan secara langsung akan mempengaruhi seluruh area

perkembangan anak karena bermain akan memberikan kesempatan pada anak

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, serta lingkungannya. Selain itu,

permainan akan memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, menggali

potensi yang ada dalam dirinya, dan untuk perkembangan kreativitasnya (Cosby

& Sawyer 1995, dalam Sujiono 2009).

2.3.3 Karakteristik bermain pada anak usia prasekolah

Terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak, antara lain

(Jeffree, McConkey, & Hewson 1984, dalam Sujiono 2009):

1) Bermain muncul dari dalam diri anak

Kegiatan bermain harus muncul dari dalam diri anak sehingga anak akan

menikmati kegiatan bermain dengan cara dan pemikirannya sendiri yang

menandakan bahwa dalam bermain anak tidak mendapat unsur paksaan.

2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati

Bermain pada anak harus terbebas dari segala macam aturan yang

mengikat karena setiap anak memiliki cara bermainnya sendiri sesuai dengan apa

yang mereka inginkan.

3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya

Saat bermain, anak melakukan aktivitas nyata. Bermain membutuhkan

pastisipasi aktif dari anak baik secara fisik maupun mental

4) Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil

Dalam kegiatan bermain, anak difokuskan pada proses yang dilakukan,

bukan pada hasil yang dibuat oleh anak karena dalam bermain anak belajar untuk

mengenal dan memahami apa yang ia mainkan. Selain itu, anak akan

mendapatkan keterampilan baru dan mendapatkan pengetahuan dari apa yang ia

mainkan sehingga perkembangan anak bisa semakin optimal.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

5) Bermain harus didominasi oleh pemain

Bermain harus didominasi oleh anak sebagai pemain, tidak didominasi

oleh orang dewasa karena jika bermain lebih didominasi oleh orang dewasa, maka

anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari apa yang dimainkan.

6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain

Dalam bermain, anak harus terjun secara langsung di dalamnya. Jika anak

pasif, anak tidak akan memperoleh pengalaman baru karena bermain bagi anak

adalah upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan pengetahuan dan

keterampilan baru.

2.3.4 Jenis bermain

Jenis-jenis bermain pada anak antara lain (Hidayat 2008; Sujiono 2009;

Zellawati 2011):

1) Bermain eksploratoris

Bermain eksplorasi dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui

beberapa cara yaitu:

(1) Eksplorasi memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan hal-

hal baru.

(2) Eksplorasi memicu rasa ingin tahu anak.

(3) Eksplorasi membantu anak mengembangkan keterampilan yang ada pada

dirinya.

(4) Eksplorasi mendorong anak untuk belajar keterampilan baru.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

2) Bermain energetik

Jenis bermain ini melibatkan koordinasi seluruh otot tubuh anak dan

membutuhkan energi yang banyak, seperti memanjat, melompat, dan bermain

bola. Manfaat yang dapat diambil dari bermain energetik antara lain:

(1) Permainan energetik membantu anak untuk menjadi penjelajah yang aktif

dalam lingkungannya.

(2) Permainan energetik dapat membantu anak dalam mengendalikan tubuhnya.

(3) Permainan energetik membantu anak untuk mengkoordinasikan setiap bagian

yang berbeda pada tubunya.

3) Bermain keterampilan

Bermain keterampilan dilakukan dengan memanfaatkan objek yang dapat

melatih kreasi dan keterampilan anak dalam segala hal. Bermain jenis ini sifatnya

aktif karena anak akan selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan

tertentu. Bermain keterampilan dapat mengurangi keputusasaan, meningkatkan

kemandirian anak, menambah keterampilan baru untukmeningkatkan kepercayaan

diri anak, dan membantu anak dalam belajar karena bermain keterampilan

menuntut anak untuk memegang suatu bahan secara langsung.

4) Bermain drama

Bermain drama dilakukan anak dengan berpura-pura dalam berperilaku.

Permainan ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dengan

baik dan telah mengenal kehidupan sosial.

5) Bermain konstruksi

Bermain konstruksi bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar

menjadi konstruksi yang besar. Permainan ini bersifat aktif, di mana anak akan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

selalu terpacu untuk menyelesaikan setiap tugas yang ada dalam permainan.

Selain itu, permainan ini dapat meningkatkan kecerdasan pada anak.

6) Bermain sosial

Penting bagi seorang anak untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya selain dirinya. Bermain sosial merupakan dasar dari seluruh

pembelajaran sosial yang didalamnya mengandung unsur interaksi antara dua

orang atau lebih.

Hal penting yang bisa diperoleh anak melalui kegiatan bermain sosial

antara lain:

(1) Sebagai sarana bagi anak untuk belajar dari orang lain.

(2) Mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi.

(3) Membuat anak lebih mampu bersosialisasi dengan orang lain.

(4) Membantu anak untuk mengembangkan persahabatan.

7) Bermain imajinatif

Bermain dengan imajinasi merupakan jenis bermain yang memungkinkan

anak untuk mengeksplorasi dunia mereka melalui perasaan, pikiran, dan logika

mereka. Bermain imajinasi dapat membantu anak untuk mengembangkan

kemampuan berpikir dan bahasa, memahami orang lain, mengembangkan

kreativitas, serta dapat membantu anak untuk mengenali dirinya sendiri.

8) Bermain soliter/mandiri

Bermain mandiri merupakan bermain yang dilakukan sendiri oleh anak

yang hanya berfokus pada permainannya tanpa memedulikan orang lain.

Permainan ini sifatnya aktif dan bermanfaat dalam menciptakan kemandirian pada

diri anak.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

9) Bermain teka-teki

Bermain teka-teki memiliki manfaat yang penting bagi anak karena

dengan bermain teka-teki, kemampuan berpikir anak akan lebih berkembang, rasa

ingin tahu anak akan lebih besar, dan anak akan menjadi lebih mandiri.

2.3.5 Minat bermain pada anak usia prasekolah

Pada saat memasuki usia 3 tahun, anak akan semakin mandiri dan mulai

menjalin kedekatan dengan teman-teman seusianya. Pada tahapan ini anak mulai

menyadari tentang apa yang dirasakan dan hal apa yang telah mampu dan belum

mampu untuk dilakukan. Pola kegiatan bermain anak juga berubah karena anak

mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan

anak lainnya tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada

yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang

dipinjamnya.

Pada akhir usia 4 tahun, anak berada pada tahapan bermain asosiatif. Pada

tahap ini, akan terdapat interaksi dalam kelompok bermain walaupun masih sering

terjadi konflik menuju ke tahapan bermain kooperatif. Anak mulai dapat

mendengarkan dan merespon anak lain serta anak mulai mampu untuk bekerja

sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Kemampuan dan minat anak pada usia 4-6 tahun mengalami banyak

perubahan yang sangat berarti, sehingga banyak hal yang layak diberikan untuk

menstimulasi anak pada usia tersebut. Pada anak normal, anak pada usia ini telah

mencapai kematangan pada seluruh kemampuan. Anak pada rentang usia ini

senang melakukan eksplorasi terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan yang

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

dapat dirasakannya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya yang besar (Sujiono

2009).

2.4 Konsep Terapi Seni (Art Therapy) menggunakan Kolase dan Clay

2.4.1 Definisi terapi seni

Menurut American Art Therapy Association (AATA), terapi seni (art

therapy) merupakan bentuk psikoterapi yang menggunakan unsur penciptaan seni

bagi orang-orang yang mengalami trauma, sakit, serta bagi orang-orang yang

ingin mengembangkan diri mereka. Aktivitas membuat karya seni dan berpikir

mengenai proses serta media yang digunakan dalam menghasilkan sebuah karya

seni dapat mengembangkan kemampuan kognitif, meningkatkan kesadaran, dan

membantu mereka mengatasi keterbatasan yang diakibatkan oleh keadaan cacat

atau penyakit (Edwards 2004). Terapi seni adalah suatu terapi ekspresif dengan

memanfaatkan penggunaan bahan-bahan dalam pembuatan seni, seperti cat,

kapur, spidol, dan lain sebagainya. Terapi seni merupakan gabungan antara teori

psikoterapi tradisional dan teknik melalui pemahaman akan aspek-aspek

psikologis dari unsur kreativitas (Malchiodi 2009).

2.4.2 Macam-macam media dalam terapi seni

Berbagai macam media seni yang dapat digunakan dalam terapi seni

antara lain (Moon 2010, dalam Kim 2014):

1) Buku

Buku dapat dijadikan salah satu media dalam terapi seni yang dilakukan

dengan mengubah buku yang sudah ada dengan berbagai bahan.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

2) Clay

Claymerupakan media seni 3 dimensi yang menawarkan kesempatan bagi

seseorang untuk memandang benda-benda dan lingkungan sekitar dengan cara

yang baru.

3) Kolase

Kolase merupakan media seni 2 dimensi yang dibuat dengan

menempelkan benda-benda kecil (daun, kerikil, kertas, koran, majalah, dan

sebagainya) diatas sebuat kertas biasa atau kertas karton.

4) Menggambar

Menggambar merupakan media yang paling sering digunakan dalam

pelaksanaan terapi seni. Menggambar melibatkan peran keterampilan motorik

seseorang.

5) Fiber arts

Terapi seni dengan media serat dapat dilakukan dengan menjahit,

menenun, merajut, membatik, dan membordir yang melibatkan proses taktil yang

kuat.

6) Barang bekas

Merubah suatu barang biasa yang ditemukan menjadi barang luar biasa

dapat membantu seseorang yang depresi.

7) Kaca

Kaca merupakan media terapi seni yang tidak umum digunakan, namun

kaca memiliki potensi simbolis sebagai hasil dari sifatnya yang transparan,

tembus, dan rapuh.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

8) Topeng

Membuat topeng merupakan kegiatan yang dapat membantu seseorang

untuk menemukan aspek yang tersembunyi dari dalam dirinya, meningkatkan

kesadaran diri, menyembunyikan rasa kesulitan, dan menciptakan simbol

perlindungan.

9) Bahan alami dari lingkungan

Beberapa bahan alami seperti bunga, batu, dan lain-lain dapat digunakan

dalam terapi seni.

10) Seni pertunjukkan

Seni pertunjukan dapat dijadikan media bagi seseorang yang ingin

menggali emosi melalui karya seni.

11) Fotografi

Fotografi dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran diri dan

memberikan beragam perspektif tentang kehidupan seseorang.

12) Grafis

Seni grafis melibatkan proses yang sederhana dan juga memungkinkan

seseorang untuk menghasilkan gambar yang sama berulang kali.

13) Wayang

Media seni wayang dapat digolongkan menjadi seni 2 dimensi maupun 3

dimensi yang dapat diakui sebagai bagian dari kehidupan dan lingkungan

seseorang.

14) Media teknologi (Video dan film)

Media teknologi membuat seseorang jarang atau sedikit menggunakan

keterampilan manual dan konseptual. Akan tetapi disamping itu, media teknologi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan

permasalahan.

2.4.3 Terapi seni 2 dimensi dan 3 dimensi

Terapi dengan menggunakan seni rupa dapat berupa seni rupa 2 dimensi

maupun 3 dimensi. Seni rupa 2 dimensi adalah karya seni rupa dengan dimensi

panjang dan lebar, yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Media

yang dapat digunakan sebagai terapi seni 2 dimensi antara lain, menggambar,

melukis, kolase, dan lain sebagainya(Kim 2014; Cosa 2012).

Sedangkan terapi seni rupa 3 dimensi adalah sebuah terapi yang

menggunakan karya seni rupa yang memiliki volume dengan dimensi panjang,

lebar, dan tinggi sebagai medianya. Bahan yang dapat digunakan dalam membuat

seni 3 dimensi antara lain batu, kayu, clay (tanah liat), kain, kaca, bahan daur

ulang atau biji-bijian (Kim 2014; Cosa 2012).

2.4.4 Manfaat terapi seni

Selama bertahun-tahun, terapi seni terbukti menjadi media terapi yang

sesuai dengan tahap perkembangan bagi anak-anak dan remaja. Penggunaan seni

dalam terapi menyediakan tempat yang aman bagi anak-anak untuk menuangkan

pikiran, perspektif, dan ide mereka tentang dunia. Bagi anak-anak, bereksperimen

dengan bebas merupakan hal yang penting dalam pemahaman terhadap ekspresi.

Hal tersebut memungkinkan anak-anak untuk bisa benar-benar melepaskan dan

menyampaikan apa yang mereka rasakan dengan cara yang sehat dan tepat. Seni

juga meyediakan kesempatan bagi anak-anak untuk bertindak impulsif, yaitu

tindakan yang dilakukan atas dorongan untuk mengekspresikan keinginan. Selain

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

itu, terapi seni bermanfaat sebagai pembelajaran bagi anak agar dapat menetapkan

dan mempertegas batas-batas diri. (March 2000; Rubin 2005,dalam Rabin 2012).

Seni telah banyak diketahui dapat menjadi terapi yang bermanfaat untuk

berbagai macam gangguan pada anak-anak. Sejumlah studi kasus mendukung

adanya efek positif dari terapi seni bagi anak dengan perilaku agresif. Anak-anak

dengan gangguan perilaku biasanya menggunakan seni sebagai media mereka

untuk berkomunikasi karena ketidakmampuan mereka berkomunikasi secara

verbal. Seni dapat memberikan kesempatan bagi anak dengan gangguan perilaku

untuk mengekspresikan kesedihan, kemarahan, frustasi, ketakutan, rasa tidak

aman, dan perasaan lainnya tanpa membahayakan diri mereka (Kramer 1971;

Ambridge 2001, dalam Rabin 2012).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa seni bermanfaat dalam

memperkuat tekad, rasa percaya diri, kemandirian, harga diri, sikap asertif. Selain

itu, terapi seni juga bermanfaat dalam memperbaiki suasana hati karena seni

memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan makna dan perasaan melalui

gambar yang telah dibuat (Ha 2013).

Pada institusi pendidikan, terapi seni digunakan pada anak-anak dengan

keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Beberapa sekolah telah

memasukkan terapi seni sebagai upaya pelayanan terhadap anak-anak dengan

gangguan perilaku, emosi, dan akademik (Wadeson 2010, dalam Ramirez 2013).

Menurut Seefeldt & Wasik (2008) melalui seni anak usia dini dapat belajar

berbagai macam hal, antara lain:

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

1) Belajar mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan cara yang baik

dan aman serta anak akan mampu menangani perasaan yang negatif melalui

tindakan positif.

2) Meningkatkan kendali otot halus dan menguatkan koordinasi motor tangan-

mata. Memegang alat-alat dalam membuat suatu karya seni seperti cat,

krayon, gunting, dan lainnya dapat membuat anak memperoleh keterampilan

untuk kegiatan menulis awal. Selain itu, anak juga akan memiliki perasaan

bahwa mereka mampu mengendalikan diri sendiri dan dunianya dikemudian

hari.

3) Mengembangkan kemampuan perseptif melalui kesadaran anak akan bentuk,

warna, rupa, garis, dan tekstur.

4) Merasa diberikan kesempatan untuk memilih cara dalam menyelesaikan suatu

masalah sehingga anak akan melakukan banyak pilihan dan memiliki banyak

keputusan.

5) Memiliki kesadaran bahwa lewat seni, kebudayaan itu diwariskan. Dengan

mengenal budaya, anak akan belajar asal-usul diri mereka sendiri.

2.4.5 Terapi seni bagi perkembangan motorik halus

Terapi seni dapat dijadikan sebagai sarana alternatif untuk

mengekspresikan diri bagi seseorang yang mengalami kesulitan dalam

mengekspresikan dirinya melalui kata-kata seperti pada anak-anak, lansia,

seseorang dengan gangguan belajar dan perkembangan, serta pada orang dengan

gangguan jiwa (Farokhi 2011, dalam Ha 2013). Dalam institusi pendidikan, terapi

seni dimanfaatkan sebagai stimulasi bagi anak-anak yang mengalami

keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar (Wadeson 2010, dalam

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

Ramirez 2013). Selain itu, seni yang diterapkan sebagai terapi dapat membantu

meningkatkan kemampuan motorik pada anak dengan spektrum autisme (Tubbs

2008, dalam Rabin 2012).

2.4.6 Kolase

2.4.6.1 Definisi kolase

Kolase merupakan salah satu jenis seni rupa 2 dimensi yang dapat

dijadikan sebagai salah satu jenis latihan untuk mengembangkan kemampuan

motorik halus anak (Jumadilah 2010). Kolase merupakan suatu bentuk karya seni

rupa dimana potongan-potongan benda direkatkan pada alas yang permukaannya

rata untuk menyampaikan gagasan atau perasaan atau menyusun suatu

pengalaman. Kolase merupakan salah satu media seni 2 dimensi yang paling

diminati anak-anak usia 3 hingga 5 tahun. Bahan-bahan yang dapat digunakan

untuk menyusun suatu kolase bermacam-macam, seperti kertas biasa, kain,

barang-barang bekas, dan sebagainya dapat ditempelkan pada kertas bangunan

biasa atau karton sebagai alas (Seefeldt & Wasik 2008).

2.4.6.2 Manfaat kolase bagi motorik halus

Kegiatan membuat kolase pada dasarnya terdiri dari 3 aspek aktivitas yang

harus dipenuhi yaitu menjepit, mengelem, dan menempel. Ketiga aktivitas

tersebut memiliki manfaat positif dalam melatih koordinasi otot-otot halus pada

jari-jari tangan anak. Selain itu, dengan membuat kolase anak dapat belajar untuk

melemaskan jari-jari tangan karena proses membuat kolase yang menuntut anak

untuk menempel benda-benda dalam ukuran kecil sehingga kemampuan motorik

halus anak nantinya dapat berkembang menjadi lebih baik lagi (Susanto 2002,

dalam Jumadilah 2010).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Jumadilah (2010)

membuat kolase juga bermanfaat dalam mempersiapkan anak untuk memasuki

pelajaran menulis permulaan.

2.4.6.3 Alat dan bahan pembuatan kolase

Alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat kolase antara lain

(Nicholson 2005; Paat 2007):

1) Kertas karton atau kardus sebagai alas kolase.

2) Berbagai macam kertas seperti koran, majalah, kertas minyak, tisu sebagai

bahan yang ditempel pada alas kolase.

3) Bahan-bahan seperti batu, daun kering, kacang-kacangan kering, kardus telur,

dan bahan lain yang sudah tidak digunakan sebagai bahan yang ditempel pada

alas kolase.

4) Gunting kertas.

5) Lem kertas, lem PVA.

6) Pensil.

2.4.6.4 Langkah-langkah pembuatan kolase

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat kolase antara lain

(Nicholson 2005;Paat 2007):

1) Membuat sketsa gambar yang diinginkan pada kertas yang akan digunakan

sebagai alas kolase.

2) Jika bahan yang akan ditempel pada alas adalah kertas, buat juga sketsa

gambar yang diinginkan pada kertas tersebut.

3) Gunting berbagai sketsa tadi sesuai dengan bentuk-bentuk yang telah dibuat.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

4) Susun guntingan-guntingan kertas atau bahan lain (batu, kacang-kacangan

kering, daun kering, dan sebagainya) pada kertas yang dijadikan sebagai alas

kolase.

5) Berikan sedikit lem dan tempelkan bahan-bahan tersebut satu per satu. Bila

menginginkan susunan gambar yang saling menunpuk, gambar yang

memiliki ukuran lebih besar ditempelkan terlebih dahulu diikuti dengan

gambar yang berukuran lebih kecil.

2.4.7 Clay

2.4.7.1 Definisi clay

Clay sebenarnya memiliki arti tanah liat. Namun dalam perkembangannya

clay digunakan untuk menyebut adonan yang teksturnya menyerupai tanah liat

(Wahyuningsih 2012, dalam Muafifah 2013). Clay termasuk dalam salah satu

jenis terapi seni yang menggunakan media 3 dimensi (Kim 2014). Kegiatan

membuat clay merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan memuaskan

bagi anak usia dini. Membuat clay dapat membuat anak merasakan suatu

pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat untuk penguatan otot-otot halus

anak (Koster 1999,dalam Seefeldt & Wasik 2008).

Clay dapat terbuat dari berbagai macam jenis bahan sehingga clay dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai dengan bahan yang digunakan,

yaitu:

1) Paper clay

Paper clay merupakan clay yang terbuat dari bahan dasar kertas dengan

karakteristik bila mengering menjadi ringan, permukaannya sulit diratakan, bisa

dihaluskan dengan menggunakan amplas. Bahan-bahan yang dapat digunakan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

untuk membuat clay jenis ini antara lain limbah kertas, tepung tapioka, natrium

benzoat, lem PVAC, dan air (Nurhadi 2009).

2) Polymer clay

Polymerclay merupakan clay yang tersedia dalam berbagai warna dan

dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Pengeringan clay jenis ini cukup

sulit karena menggunakan oven untuk pemanggangan (Wahyuni 2013).

3) Lilin malam

Lilin malam merupakan salah satu jenis clay dengan berbagai macam

warna yang sering digunakan anak-anak. Clay jenis ini mudah didapatkan dan

mudah dibentuk. Selain mudah dibentuk, bentuk akhirnya akan tetap lunak

sehingga dapat diolah kembali (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013).

4) Air dry clay

Clay ini sering disebut dengan clay Jepang atau clay Korea karena clay

jenis ini berasal dari 2 negara tersebut. Pengeringan clay jenis ini juga cukup

mudah dengan diangin-anginkan saja (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013).

5) Jumping clay

Jumping clay merupakan salah satu jenis clay yang aman digunakan anak-

anak. Jumplingclay tersedia dalam beberapa warna yang lebih cerah dibandingkan

clay jenis lain. Clay jenis ini memiliki tekstur yang lembut, jika diangin-anginkan

akan kering dan tidak dipergunakan kembali (Wahyuni 2013).

6) Plastisin (Clay tepung)

Clay jenis ini hampir sama dengan lilin malam tetapi teksturnya tidak

selunak lilin malam. Bentuk clay lebih mantap dan lebih keras. Clay jenis ini

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

dapat dibuat sendiri berbahan dasar tepung dan dapat dikeringkan hanya dengan

diangin-anginkan (Suryani 2011, dalam Muafifah 2013).

2.4.7.2 Manfaat clay bagi motorik halus

Menurut penelitian yang telah dilakukan Wahyuningsih (2012) kegiatan

membuat clay dapat dijadikan sebagai stimulasi dalam mengembangkan

kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang (Muafifah 2013). Clay

memiliki tekstur yang lembut yang dapat memudahkan anak untuk meremas,

mencubit, serta membentuk berbagai bentuk sesuai dengan apa yang mereka

inginkan sehingga kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada pergelangan dan

jari-jari tangan anak terstimulasi untuk menjadi lebih berkembang (Partiyem

2014).

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2014) dengan bermain plastisin, anak

akan belajar meremas, menipiskan, dan merampingkan adonan. Selain itu, anak

akan dapat membangun konsep tentang benda, perubahannya, dan sebab akibat

yang ditimbulkannya. Dalam bermain plastisinanak melibatkan indera tubuhnya,

mengembangkan koordinasi tangan dan mata, serta mengenali kekekalan benda.

2.4.7.3 Alat dan bahan pembuatan clay

Alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat sebuah clay antara

lain (Schubert 2009):

1) Adonan clay dengan berbagai macam jenis dan warna yang diinginkan.

2) Sedotan, digunakan sebagai kaki atau leher burung, tangkai bunga, atau

sebagai penekan untuk membentuk titik atau garis.

3) Tusuk gigi, digunakan sebagai penyangga bagian atau penghubung antara

bentuk malam yang satu dengan bentuk yang lain.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

4) Plastik mika atau meja sebagai alas saat anak membuat clay.

5) Penggilas atau spidol, digunakan untuk menggulung adonan dan ujungnya

dapat digunakan untuk membentuk bulatan.

6) Gunting kecil, digunakan untuk membelah adonan clay. Gunakan gunting

kecil yang ujungnya tidak lancip supaya aman digunakan anak.

7) Pensil, bagian lancipnya digunakan untuk melubangi adonan clay.

8) Alat ukir, digunakan untuk memotong dan menekan adonan clay.

2.4.7.4 Teknik dasar pembuatan clay

Membuat clay dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa teknik dasar

antara lain (Schubert 2009):

1) Memulung

Memulung merupakan teknik yang dilakukan untuk membuat sebuah

bulatan dengan menggunakan telapak tangan.

2) Menggilas

Teknik ini bertujuan untuk membentuk adonan menjadi lembaran yang

tipis dengan bantuan batang kayu bulat atau spidol. Menggilas memiliki 2 teknik

yaitu menggilas dengan ketebalan yang sesuai dengan keinginan dan menggilas

dengan pengukur ketebalan.

3) Menekan

Menekan dilakukan untuk membuat cekungan pada adonan clay

menggunakan jari tangan dan/atau telapak tangan. Menekan juga memiliki

beberapa teknik yaitu menekan dengan telunjuk, menekan dengan telunjuk

disertai tarikan, menekan dengan telunjuk dan telapak tangan, menekan dengan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

jempol, menekan dengan tumit telapak tangan, dan menekan dengan alat (pensil,

tutup botol, kancing, sisir, dan sebagainya).

4) Meremas

Teknik ini dilakukan dengan cara meremas-remas atau menekan dengan

ujung jari sampai mencapai bentuk yang diinginkan.

5) Melinting

Melinting dilakukan dengan menggunakan beberapa jari tangan, telapak

tangan, atau alat untuk membentuk lintingan panjang.

6) Menggunting

Menggunting dilakukan dengan memotong langsung adonan clay dengan

gunting atau dapat juga dilakukan dengan menempelkan adonan clay pada kain

kasa kemudian digunting.

7) Memotong

Teknik ini dilakukan dengan memotong adonan clay dengan alat ukir atau

lembaran mika sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

8) Mengukir

Teknik ini dilakukan dengan mengukir adonan clay dengan bantuan alat

ukir atau pensil.

9) Menyambung

Teknik ini dilakukan dengan menyambung secara langsung antara malam

dengan malam atau bisa menggunakan bantuan tusuk gigi, lidi, serpihan bambu,

sedotan, dan kayu.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

10) Menempel

Menempel adonan clay yang sudah atau yang belum dibentuk ke tempat

yang diinginkan.

2.5 Konsep Teori Imogene M. King

2.5.1 Konsep Theory of Goal Attainment

Imogene M. King pada tahun 1971 mengembangkan suatu teori dengan

konsep Human Interaction Model yang kemudiandikembangkan menjadiTeori

Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment) yang sifatnya terbuka dan

dinamis. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) teori King terdiri

atas tiga sistem interaksi yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems,

meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems (grup), dan social

systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan

kesehatan, dan lain-lain).

Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Dynamic Interacting Systems.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

Berdasarkan kerangka kerja konseptual dan asumsi dasar human being,

King menyatukan keduanya menjadi Teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal

Attainment) dengan elemen utamanya adalah sistem interpersonal, dimana dua

orang (perawat dan klien) yang tidak mengenal satu sama lain bersama dalam

mempertahankan status kesehatannya sesuai fungsi dan perannya. Sistem

interpersonal ini terdiri dari interaksi antar manusia. Semakin banyak jumlah

individu yang berinteraksi, maka kompleksitas interaksi juga akan meningkat.

Dalam proses ini, individu yang saling berinteraksi akan menetapkan tujuan dan

berupaya mencapainya bersama-sama. Ketika seseorang berinteraksi dengan

orang lain akan timbul aksi yang kemudian berlanjut menjadi sebuah reaksi dari

orang yang saling berinteraksi tersebut.Perkembangan reaksi ini akan menentukan

apakah interaksi dapat berlanjut atau tidak. Jika interaksi berlanjut, maka transaksi

akan terjadi. Intensitas interaksi antara perawat dan klien merupakan kunci dari

penetapan dan pencapaian tujuan keperawatan (Alligood & Tomey 2006;

Nursalam 2013;Garcia et al. 2014).

Gambar 2.8 Kerangka KonsepTheory of Goal Attainment(Imogene M. King).

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

Theory of Goal Attainment mengandung sembilan konsep utama yang

meliputi (Nursalam 2013):

1) Interaksi, suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan

individu lain, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungannya.

2) Persepsi, gambaran seseorang tentang realita dan berhubungan dengan

pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika, dan latar

belakang pendidikan.

3) Komunikasi, suatu proses pertukaran informasi dari seseorang ke orang lain

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

4) Transaksi, merupakan interaksi yang mempunyai maksud untuk mencapai

tujuan tertentu.

5) Peran, serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam

sistem sosial.

6) Stres, suatu keadaan yang terjadi akibat interaksi antara manusia dengan

lingkungannya.

7) Tumbuh kembang, perubahan individu yang sifatnya kontinyu.

8) Waktu, urutan kejadian/peristiwa dari satu masa ke masa yang akan datang

yang dianggap sebagai pengalaman unik dari setiap manusia.

9) Ruang, merupakan tempat atau area terjadinya interaksi antara perawat

dengan klien.

2.5.2 Aplikasi teori Imogene M. King

Theory of Goal Attainment yang digagas oleh Imogene M. King dapat

diaplikasikan pada perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui:

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

1) Persepsi

Persepsi berkaitan dengan gambaran seseorang tentang objek, orang, dan

kejadian-kejadian. Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ditemukan

beberapa masalah seperti anak belum mampu memegang pensil dengan benar,

menggambar bentuk lingkaran, menyusun kubus, dan menggambar orang dengan

bagian-bagiannya. Hal tersebut menyebabkan munculnya pandangan peneliti

tentang adanya masalah perkembangan pada anak usia prasekolah terutama pada

aspek perkembangan motorik halus.

2) Judgement

Persepsi yang telah diterima oleh individu akan menimbulkan sebuah

keputusan yang pada akhirnya akan menimbulkan aksi.

3) Aksi

Pada tahap ini, peneliti memberikan stimulasi perkembangan motorik

halus anak melalui kegiatan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan media

kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan media clay. Kolase dan clay

diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

4) Reaksi

Suatu respon dari individu atas adanya aksi. Melalui terapi seni rupa 2

dimensi menggunakan media kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan

media clay kendali otot-otot halus tangan anak pada sistem saraf pusat akan

terstimulasi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan motorik halusnya.

5) Interaksi

Suatu bentuk komunikasi antara individu dengan individu lain, individu

dengan kelompok, individu dengan lingkungannya. Anak yang diberikan terapi

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase akan terlatih untuk menjepit,

mengelem, dan menempel. Sedangkan anak yang diberikan terapi seni rupa 3

dimensi menggunakan mediaclay akan terlatih untuk meremas, mencubit dan

membentuk adonan. Dari interaksi tersebut, kekuatan dan kelenturan otot halus

pada tangan anak akan meningkat. Selain itu, koordinasi motor antara tangan

dan mata akan meningkat sehingga kemampuan motorik halus anak dapat

meningkat dan optimal yang dapat membantu anak melewati tugas

perkembangan di tahap selanjutnya.

6) Transaksi

Merupakan interaksi antara perawat dan klien yang mempunyai maksud

untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya interaksi sebanyak 4 kali dalam

satu bulan antara peneliti sebagai terapis dan siswa sebagai klien dalam proses

terapi seni rupa menggunakan kolase dan clay diharapkan kemampuan

perkembangan motorik halus anak akan meningkat.

7) Feedback

Feedback atau umpan balik merupakan unsur yang penting dalam

menentukan keberhasilan interaksi yang telah dilakukan. Unsur ini dapat menilai

apakah interaksi yang telah berlangsung antara peneliti dan anak berhasil atau

gagal. Dalam penelitian ini umpan baliknya berupa hasil tes skrining

perkembangan anak khususnya sektor motorik halus menggunakan instrumen

Denver II.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

2.6 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian


Metode (Desain,
Judul Artikel;
No. Sampel, Variabel, Hasil Penelitian
Penulis; Tahun
Instrumen, Analisis)
1. J: Pengaruh Terapi Desain: Pre- Ada pengaruh terapi
Bermain: Origami Experimental dengan bermain dengan
terhadap desain one group pretest- origami terhadap
Perkembangan post test perkembangan motorik
Motorik Halus dan Sampel: Anak usia 4-5 halus dan kognitif anak
Kognitif Anak Usia tahun TK Aisyiyah 24 usia pra sekolah (4-5
Prasekolah (4-5 BP Wetan sebanyak 24 tahun) (p = 0,001).
Tahun) anak yang dipilih dengan
P: Yuanita Syaiful, cara purposive sampling.
Amila Widati, Dwi
Wahyuni Variabel:
Rahmawati. a. Variabel bebas:
T: 2011 Terapi bermain
origami.
b. Variabel terikat:
Perkembangan
motorik halus dan
kognitif.
Instrumen: SOP terapi
bermain origami
modifikasi dari Hirai,
lembar observasi untuk
anak usia 4 tahun, lembar
observasi untuk anak usia
5 tahun.
Analisis: Uji Wilcoxon
Signed Rank Test.
2. J: Pengaruh Alat Desain: Pra- Ada pengaruh alat
Permainan Experimental dengan permainan edukatif
Edukatif terhadap desain one group pretest- terhadap aspek
Aspek post test. perkembangan anak pra
Perkembangan Sampel: Besar sampel sekolah sebelum dan
pada Anak Pra sebanyak 17 responden sesudah pemberian
Sekolah di Wilayah dengan menggunakan stimulasi (p = 0,000 <
Puskesmas Ondong teknik purposive = 0,05).
Kabupaten sampling.
Kepulauan Siau Variabel:
Tagulandang Biaro a. Variabel bebas: Alat
P: Sry Nur Hasana permainan edukatif
Sain, Amatus Yudi b. Variabel terikat:
Ismanto, Abram Perkembangan anak
Babakal pra sekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

T: 2013 Instrumen: Kuesioner


Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Analisis: Uji Wilcoxon
Signed Rank Test.
3. J: Meningkatkan Desain: Penelitian Pada siklus I yang
Kemampuan Tindakan Kelas (PTK) memperoleh nilai B
Motorik Halus Sampel: Kelompok B pada aspek kemampuan
dengan Kegiatan PAUD Istiqomah motorik halus
Bermain Plastisin sebanyak 20 siswa. memegang dan
Kelompok B Variabel: memanipulasi benda-
PAUD Istiqomah a. Variabel bebas: benda sebesar 37,5%
Sumber Bening Kegiatan bermain dan pada siklus II
Kecamatan Selupu plastisin. meningkat menjadi
Rejang b. Variabel terikat: 72,5%. Kemampuan
P: Partiyem Peningkatan dalam koordinasi mata
T: 2014 kemampuan motorik dan tangan pada siklus I
halus. yang memperoleh nilai
Instrumen: Lembar B sebesar 35% dan
observasi pemantauan meningkat sebesar
kecerdasan motorik halus 77,5% pada siklus II.
& proses pembelajaran. Hal ini membuktikan
Analisis: - bahwa dengan kegiatan
bermain plastisin dapat
meningkatkan
kemampuan motorik
halus anak.
4. J: Meningkatkan Desain: Penelitian Berdasarkan hasil
Kreativitas Anak Tindakan Kelas (PTK). penelitian, disimpulkan
melalui Metode Sampel: Siswa bahwa bermain plastisin
Bermain Plastisin kelompok B TK dari tanah liat dapat
pada Siswa Masyitoh 02 sebanyak 23 meningkatkan
Kelompok B TK siswa. kreativitas pada siswa
Masyithoh 02 Variabel: TK Masyitoh 02
Kawunganten c. Variabel bebas: kelompok B pada
Cilacap Metode bermain semester genap Tahun
Semester Genap plastisin. Pelajaran 2011/2012
Tahun Pelajaran d. Variabel terikat: Desa Kalijeruk
2011/2012 Kreativitas anak. Kecamatan
P: Siti Rochayah Instrumen: Lembar Kawunganten
T: 2012 observasi guru kelas, Kabupaten Cilacap. Hal
kreativitas anak, dan ini dapat dilihat pada
keterlibatan anak. kenaikan frekuensi dan
Analisis: Analisis persentase yang terjadi
deskriptif dengan pada kondisi awal dari
pendekatan kualitatif. 23 siswa yang kreatif
hanya 3 anak (13%),
pada siklus I meningkat

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

jadi 14 siswa (61%) dan


pada siklus II
meningkat lagi menjadi
21Siswa (90%).
5. J: Upaya Desain: Penelitian Hasil penelitian
Meningkatkan Tindakan Kelas (PTK). menunjukkan bahwa
Kreativitas Anak Sampel: Siswa setelah selesai tindakan
melalui Permainan Kelompok B TK Pertiwi pada siklus I, baru 7
Plastisin Warna di Curup Kabupaten Rejang anak dari 16 anak, atau
Kelompok B Lebong dengan jumlah baru 43,75% anak yang
Taman Kanak- 16 orang. dapat menyelesaikan
Kanak Pertiwi Variabel: pekerjaannya dengan
Curup Kabupaten a. Variabel bebas: baik dan 56,25% anak
Rejang Lebong Permainan plastisin masih mengalami
P: Eri Putri warna. kesulitan dalam
T: 2014 b. Variabel terikat: bermain plastisin
Peningkatan warna. Pada Siklus II
kreativitas anak. sebesar 81,25% anak
Instrumen: Lembar dapat bekerja sendiri
observasi kreativitas tanpa bantuan guru, dan
anak. sebesar 75% anak dapat
Analisis: Analisis menyelesaikan
deskriptif. pekerjaannya dengan
rapi dan keindahanpun
memperoleh hasil 75%,
dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan
bahwa bermain plastisin
warna dari lilin plastisin
dapat meningkatkan
kreativitas anak pada
Kelompok B TK
Pertiwi Curup
Kabupaten Rejang
Lebong.
6. J: Pengaruh Desain: Pra- Berdasarkan hasil
Kegiatan Kolase Experimental dengan analisis data tentang
dengan Media desain one group pretest- kemampuan motorik
Daun Kering post test. halus anak kelompok B
Terhadap Sampel: Siswa pada saat sebelum
Kemampuan kelompok B TK BAP diberikan perlakuan
Motorik Halus Karang berjumlah 17 (pre-test) dan sesudah
Anak Kelompok B siswa. diberikan perlakuan
TK BAP Karang Variabel: (post-test) dengan
Dalam Sampang a. Variabel bebas: kegiatan kolase
P: Riskiyah Ayu Kolase dengan media menggunakan media
Abanda Syahlana, daun kering. daun kering diperoleh
Mas’udah b. Variabel terikat: nilai pre-test 142 dan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

T: 2014 Kemampuan motorik nilai post-test 209


halus anak. sehingga dapat
Instrumen: Lembar disimpulkan bahwa
observasi kemampuan kegiatan kolase dengan
motorik halus anak. media daun kering
Analisis: Uji Wilcoxon berpengaruh secara
Signed Rank Test. signifikan terhadap
kemampuan motorik
halus anak kelompok B
di TK BAP Karang
Dalam Sampang.
7. J: Penerapan Desain: Penelitian Hasil penelitian
Metode Tindakan Kelas (PTK) menunjukkan bahwa
Demonstrasi Sampel: Siswa terjadi peningkatan
Berbantuan Media Kelompok B Semester II perkembangan motorik
Konkret melalui TK Weda Purana halus dengan penerapan
Kegiatan Kolase Singaraja Tahun metode demonstrasi
untuk Pelajaran 2013/2014 berbantuan media
Meningkatkan berjumlah 10 siswa. konkret melalui
Perkembangan Variabel: kegiatan kolase pada
Motorik Halus a. Variabel bebas: siklus I sebesar 70,50%
P:Ni Wayan Metode demonstrasi yang berada pada
Misiyanti, Desak berbantuan media kategori sedang
Putu Parmiti, I konkret melalui ternyata mengalami
Nyoman Wirya kegiatan kolase. peningkatan pada siklus
T: 2014 b. Variabel terikat: II menjadi 82,50%. Jadi
Perkembangan terjadi peningkatan
motorik halus. perkembangan motorik
Instrumen: Lembar halus pada anak sebesar
observasi perkembangan 12,00%.
motorik halus.
Analisis: Analisis
deskriptif kuantitatif.
8. J: Peningkatan Desain: Penelitian Berdasarkan hasil
Kemampuan tindakan (action penelitian dapat
Motorik Halus research). disimpulkan bahwa
sebagai Persiapan Sampel: 5 orang siswa melalui keterampilan
Menulis Permulaan kelas 1 tunagrahita di kolase dapat
melalui SLB Negeri Sragen. meningkatkan
Keterampilan Variabel: kemampuan motorik
Kolase pada Anak a. Variabel bebas: halus sebagai persiapan
Tunagrahita Keterampilan kolase. menulis permulaan
Ringan Kelas 1 di b. Variabel terikat: siswa tunagrahita
SLB Negeri Sragen Peningkatan ringan kelas I di SLB
Tahun Pelajaran kemampuan motorik Negeri Sragen tahun
2009/2010 halus sebagai pelajaran 2009/2010.
P: Jumadilah persiapan menulis
T: 2010 permulaan.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

Instrumen: Lembar
observasi kemampuan
motorik halus.
Analisis: Analisis
deskriptif komparatif dan
analisis kritis.
9. J: The Impact of Desain: Quantitative Hasil penelitian
Two-Dimensional pretest-posttest control menunjukkan bahwa
Versional Three- group design. terapi seni baik
Dimensional Art Sampel: 15 siswa menggunakan 2
Therapy on Locus berkebutuhan khusus dimensi maupun 3
of Control in usia 7-12 tahun. dimensi menunjukkan
Special Needs Variabel: ada peningkatan locus
Children in South a. Variabel bebas: of control pada
Korea. Terapi seni 2 dimensi responden. Namun,
P: Jeeyoon Kim dan terapi seni 3 peningkatan signifikan
T: 2014 dimensi. lebih ditunjukkan pada
b. Variabel terikat: penggunaan terapi seni
Locus of control pada 3 dimensi.
anak berkebutuhan
khusus.
Instrumen: lembar
observasi kemampuan
linguistik dan non
linguistik.
Analisis: Paired Sample
Test, Wilcoxon Signed
Rank Test, One-way
ANOVA, Shapiro-Wilk
Statistic, Post-Hoc Test.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Anak belum mampu memegang pensil dengan benar, menggambar bentuk lingkaran,
Perception
menyusun kubus, dan menggambar orang dengan bagian-bagiannya

Kemampuan motorik Judgement


halus anak kurang

Faktor Internal: Terapi seni rupa 2 Terapi seni rupa 3


a. Faktor dimensi menggunakan dimensi menggunakan
kolase Action clay
genetik
b. Jenis kelamin
c. Kesulitan saat
melahirkan Tingkat abstraksi tinggi Menampilkan benda
d. Kelainan secara nyata
(psikis,
mental, fisik) Pengalaman
e. Kelahiran Pengalaman
belajar nyata (-) belajar nyata (+)
prematur

Sulit dilakukan anak Mudah dilakukan anak

Faktor Menstimulasi kendali Menstimulasi kendali


Eksternal: otot-otot halus tangan Reaction otot-otot halus tangan
a. Kesehatan anak di SSP anak di SSP Feedback
dan gizi anak
pasca lahir
b. Stimulasi Aktivitas menjepit, Aktivitas meremas, I
kurang mengelem, mencubit, dan n
optimal menempel membentuk adonan t
c. Perlindungan e
berlebihan r
orang tua Kekuatan otot-otot halus Kekuatan otot-otot halus a
pada anak tangan anak  tangan anak  c
d. Sosial t
ekonomi i
Kekuatan koordinasi Kekuatan koordinasi o
motor tangan-mata  motor tangan-mata  n

Kemampuan motorik Transaction/Goal Kemampuan motorik


halus anak  Outcome halus anak 

Keterangan:
Diukur =

Tidak diukur =

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus


Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Claydi PG
Islam Maryam Surabayadengan Pendekatan Teori Imogene M. King.

61

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa kemampuan motorik halus anak

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibagi menjadi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus

anak antara lain faktor genetik, jenis kelamin, kesulitan saat melahirkan, kelainan

(fisik, psikis, mental), dan kelahiran prematur. Sedangkan faktor eksternal

meliputi kesehatan dan gizi anak pasca lahir, stimulasi yang kurang optimal,

perlindungan orang tua terhadap anak yang berlebihan, dan status sosial ekonomi.

Adanya faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan kurang optimalnya

perkembangan kemampuan motorik halus anak sehingga anak akan mengalami

kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan motorik halus

seperti menggunting, menempel, menulis, dan sebagainya. Hal ini nantinya dapat

menghambat anak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan teori model Imogene M. King, Theory of Goal Attainment

adalah teori sistem interaksi antar manusia yang sifatnya terbuka dan terdiri atas

tiga sistem interaksi yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi:

personal systems (individual), interpersonal systems (grup), dan social systems

(keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dan

lain-lain). Elemen utama dari teori ini adalah sistem interpersonal yang terdiri dari

interaksi antar manusia. Dalam proses ini, persepsi bahwa anak belum mampu

memegang pensil dengan benar, menggambar bentuk lingkaran, menyusun balok,

dan menggambar orang dengan bagian-bagiannya maka dinilai bahwa anak telah

mengalami gangguan dalam perkembangan motorik halusnya. Berdasarkan

masalah tersebut peneliti memberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi

menggunakan kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay sebagai

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

aksi. Kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakkan

yang tinggi dibandingkan dengan clay sebagai media 3 dimensi yang dapat

menampilkan benda-benda secara nyata sehingga clay dapat memberikan

pengalaman belajar secara langsung pada anak (Anwar, Dwi, & Syarief 2009).

Pengalaman belajar yang lebih nyata akan mempermudah anak untuk membuat

clay. Sedangkan kolase yang memiliki tingkat keabstrakkan yang lebih tinggi

tidak dapat memberikan pengalaman belajar langsung pada anak sehingga anak

akan sedikit kesulitan dalam membuat kolase. Akan tetapi, baik kolase maupun

clay bila dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan reaksi dari dalam diri anak

dengan terstimulasinya kendali otot-otot halus di SSP.Kemudian akan terbentuk

interaksi antara peneliti dengan anak dimana anak yang diberikan terapi seni rupa

2 dimensi menggunakan kolase akan dilatih untuk menjepit, mengelem, dan

menempel benda dalam ukuran kecil. Sedangkan anak yang diberikan terapi seni

rupa 3 dimensi menggunakan media clay akan dilatih untuk meremas, mencubit

dan membentuk adonan.

Adanya interaksi yang tercipta antara peneliti dan responden akan

membuat kekuatan dan kelenturan otot halus pada tangan anak meningkat. Selain

itu, koordinasi motor antara tangan dan mata juga akan meningkat. Peningkatan

yang lebih optimal terjadi pada terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay.

Peningkatan kekuatan dan kelenturan otot anak serta koordinasi motor tangan-

mata ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak sebagai tujuan akhir

interaksi transaction/goal outcome). Intervensi terapi seni rupa ini baik dengan

kolase maupun clay kemudian akan dinilai keberhasilannya sebagai

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

feedbackdalam meningkatkan motorik halus anak menggunakan tes skrining

perkembangan menggunakan Denver II.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1:

1) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan

intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase.

2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan

intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay.

3) Ada perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi

seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media

clay.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental. Penelitian ini ingin

mengetahui perbandingan efektivitas terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan

kolase dan 3 dimensi menggunakan clay terhadap peningkatan kemampuan

motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Jenis

rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test design.

Penelitian ini melibatkan satu kelompok subjek yang dibagi menjadi dua sub

kelompok yaitu anak usia prasekolah yang diberikan intervensi terapi seni rupa 2

dimensi menggunakan kolase dan satu sub kelompok yang lain diberikan

intervensi terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay.

Tabel 4.1 Desain Penelitian Pre-Experimental dengan Rancangan One Group


Pre-Post Test Design.
Subjek Pre-Test Perlakuan Post-Test
S1 O I1 O1
S2 O I2 O1
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan:
S1 : Responden anak usia prasekolah yang mengikuti terapi seni rupa 2
dimensi menggunakan kolase.
S2 : Responden anak usia prasekolah yang mengikuti terapi seni rupa 3
dimensi menggunakan clay.
O : Observasi kemampuan motorik halus anak sebelum intervensi.
I1 : Intervensi (terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase).
I2 : Intervensi (terapi seni rupa 3 dimensi menggunakan clay).
O1 : Observasi kemampuan motorik halus anak setelah intervensi.

65

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang

secara potensial dapat diukur sebagai bahan dari penelitian (Swarjana 2012).

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria penelitian yang telah

ditetapkan oleh peneliti (Nursalam 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa di PG Islam Maryam

Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 19 anak.

4.2.2 Sampel dan besar sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui proses sampling. Penentuan

kriteria sampel dapat membantu peneliti dalam mengurangi hasil penelitian yang

bias (Nursalam 2013).

Sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sampel yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Anak usia 3-5 tahun.

2) Orang tua mengijinkan anak untuk menjadi responden.

3) Anak kooperatif.

4) Anak dalam kondisi sehat.

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1) Anak tidak hadir dalam pertemuan yang telah dijadwalkan oleh peneliti.

Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 16 siswa. Namun

sampai dengan penelitian ini berakhir terdapat 2 responden yang dinyatakan drop

out sehingga jumlah seluruh sampel hingga akhir penelitian ada 14 siswa.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

4.2.3 Teknik sampling

Sampling merupakan proses untuk menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Sedangkan teknik sampling merupakan cara yang

digunakan dalam melakukan pengambilan sampel dari seluruh populasi. Dari

proses ini nantinya akan diperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam 2013).

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan

sampel yang digunakan. Teknik purposive sampling adalah peneliti menetapkan

sampel dengan cara memilih sampel berdasarkan tujuan/masalah yang akan

diteliti oleh peneliti (Nursalam 2013).

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel penelitian

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan

variasi nilai itu tampak jika variabel tersebut didefinisikan secara operasional

(Danim 2003).

1) Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam 2013). Variabel independen dalam penelitian

ini adalah terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan terapi seni rupa 3

dimensi menggunakan clay.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

2) Variabel dependen (tergantung)

Variabel dependen adalah variabel yang mendapat pengaruh atau nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam 2013). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa
Kolase dan Clay di PG Islam Maryam Surabaya.
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen:
1. Terapi seni Kegiatan ekspresif membuat 1. Frekuensi: 1 kali seminggu setiap SAK - -
rupa 2 dimensi karya seni dengan dimensi hari Senin.
menggunakan panjang dan lebar yang 2. Durasi: 60 menit
kolase menggunakan potongan kecil 3. Cara (mode) terapi: kontinyu.
benda-benda untuk 4. Tempat: ruang kelas PG Islam
direkatkan pada suatu kertas Maryam Surabaya.
atau karton sebagai alas. 5. Program latihan 1 bulan.

2. Terapi seniKegiatan ekspresif membuat 1. Frekuensi: 1 kali seminggu setiap SAK - -


rupa 3 dimensikarya seni dengan dimensi hari Selasa.
menggunakan panjang. lebar, dan tinggi 2. Durasi: 60 menit
clay yang menggunakan adonan 3. Cara (mode) terapi: kontinyu.
dengan bahan dasar tanah liat, 4. Tempat: ruang kelas PG Islam
tepung, dan lilin malam untuk Maryam Surabaya.
dibuat menjadi bentuk 5. Program latihan 1 bulan.
tertentu sesuai keinginan.
Dependen: Suatu gerakan yang a. Usia 3-4 tahun: Denver II Ordinal Normal=3
Motorik halus merupakan salah satu aspek 1) Menara dari 2 kubus. Suspect=2
anak usia perkembangan anak dengan 2) Menara dari 4 kubus. Untestable=1
prasekolah melibatkan fungsi otot-otot 3) Menara dari 6 kubus.
halus dan memerlukan 4) Meniru garis vertikal.
koordinasi yang tepat dan 5) Menara dari kubus.

69

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

cermat. 6) Menggoyangkan ibu jari.


7) Mencontoh lingkaran.
b. Usia 4-5 tahun:
1) Menggambar orang 3 bagian.
2) Mencontoh garis berpotongan.
3) Memilih garis yang lebih
panjang.

70

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data tertulis tentang

pengamatan atau daftar pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan informasi

dari responden (Danim 2003; Gulo 2005).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes skrining

perkembangan Denver II untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak

sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase

dan seni rupa 3 dimensi menggunakan clay. Lembar tes skrining perkembangan

Denver II terdiri dari 4 sektor perkembangan, namun peneliti hanya mengukur

sektor perkembangan motorik halus anak usia 3 hingga 5 tahun dengan

interpretasi normal, suspect, atau untestable. Anak dikatakan normal apabila tidak

ditemukan adanya keterlambatan dan atau paling banyak satucaution, suspect bila

didapatkan satu atau lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih kewaspadaan,

untestable bila terdapat penolakan pada 1 atau lebih item uji coba di sebelah kiri

garis umur atau menolak lebih dari satu uji coba pada item yang berpotongan

dengan garis umur. Pelaksanaan terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dan

terapi seni rupa 3 dimensi denganclay menggunakan SAK (Satuan Acara

Kegiatan) yang telah dibuat sendiri oleh peneliti.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di PG Islam Maryam Surabaya.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

4.5.2 Waktu

Penelitian ini telah dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan dimulai pada

tanggal 16 Mei hingga 11 Juni 2015 dimana pertemuan untuk memberikan terapi

seni rupa kolase dan clay pada responden dilakukan sebanyak 1 kali dalam

seminggu pada masing-masing kelompok sehingga selama 1 bulan penelitian

didapatkan total 4 kali pertemuan.

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

1) Perizininan

Penelitian ini diawali dengan peneliti melakukan pengambilan dan

pengumpulan data awal yang sebelumnya mendapatkan surat pengantar dari

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang ditujukan untuk Kepala

PG Islam Maryam Surabaya. Setelah peneliti mendapatkan surat pengantar dari

fakultas, peneliti meminta persetujuan dari Kepala PG Islam Maryam Surabaya

untuk pengambilan data awal.

2) Prosedur pengambilan atau pengumpulan data

Langkah awal setelah memperoleh persetujuan dari pihak sekolah, peneliti

melakukan survey data awal mengenai kondisi kemampuan motorik halus siswa

dengan melihat Buku Laporan Pendidikan dan Buku Penghubung siswa. Selain

itu, peneliti dengan dibantu oleh kepala sekolah dan guru melakukan tes skrining

perkembangan pada sektor kemampuan motorik halus dengan menggunakan

lembar tes Denver II. Tes skrining perkembangan dilakukan peneliti di dalam

kelas pada 19 calon responden selama 2 hari pada tanggal 12 dan 13 Maret 2015,

hari pertama pengukuran ditujukan pada siswa kelas A dan hari kedua pada kelas

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

B. Kemudian peneliti melakukan sampling terhadap 19 calon responden sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil

sampling menunjukkan terdapat 16 siswa termasuk sebagai calon responden yang

dibagi peneliti menjadi 2 kelompok berdasarkan kelas, 8 siswa kelas A dan 8

siswa kelas B. Pembagian kelompok yang mendapat terapi seni rupa kolase dan

clay dilakukan berdasarkan undian. Siswa kelas A mendapat perlakuan terapi seni

rupa 3 dimensi menggunakan clay, sedangkan siswa kelas B mendapat perlakuan

terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Setelah data awal didapatkan,

peneliti mengurus surat ijin pengambilan data penelitian yang ditujukan pada

Koordinator Pendidikan Taman Pendidikan Islam Maryam Surabaya dan Kepala

Sekolah PG Islam Maryam Surabaya. Setelah mendapatkan izin, peneliti

melakukan negosiasi dengan pihak sekolah untuk menentukan jadwal pelaksanaan

penelitian.

Sebelum peneliti mulai untuk memberikan intervensi, peneliti telah

memberikan informed consent terlebih dahulu kepada orang tua responden pada

saat pertemuan orang tua pada tanggal 16 Mei 2015. Seluruh orang tua responden

bersedia anaknya dijadikan sebagai subjek penelitian.

3) Pengumpulan data (pre-test)

Peneliti melakukan pre-test tanggal 16 Mei 2015 pada seluruh siswa kelas

A dan B yang telah disetujui orang tuanya untuk menjadi responden.Pre-test

dilakukan di dalam kelas dengan tes skrining perkembangan menggunakan

Denver II. Pre-test hanya dilakukan peneliti pada aspek motorik halus.

Pengukuran indikator kemampuan motorik halus anak ini diukur melalui

hasil tes skrining perkembangan menggunakan Denver II dengan pemberian skor

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

normal=3, suspect=2, untestable=1 untuk mengukur kemampuan motorik halus

anak.

4) Intervensi

Peneliti mengajarkan cara membuat kolase pada siswa kelas B setiap hari

Senindan claypada kelas A setiap hari Selasa. Terapi seni rupa kolase maupun

terapi seni rupa clay dilakukan pada saat jam pelajaran sekolahselama 1 bulan

dengan durasi 60 menit setiap pertemuan (pukul 08.00-09.00). Kegiatan kolase

yang diberikan peneliti pada kelas B berbeda-beda tema pada setiap pertemuan.

Pertemuan I adalah membuat kolase bentuk manusia salju (snowman) yang

dilakukan pada tanggal 18 Mei 2015. Topik pada pertemuan II adalah membuat

kolase bentuk binatang gajah yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2015.

Kegiatan pada pertemuan III adalah membuat kolase bentuk rumah yang

dilakukan pada tanggal 1 Juni 2015.Pada pertemuan IV peneliti mengajak siswa

untuk membuat kolase bentuk pohon pada tanggal 8 Juni 2015.

Temakegiatan membuat clay pada kelas A, yaitupertemuan I adalah

membuat clay bentuk bebas sesuai keinginan siswa yang dilakukan pada tanggal

19 Mei 2015. Topik pertemuan II adalah membuat clay bentuk sayuran (tomat,

terong, dan wortel) yang dilakukan pada tanggal 26 Mei 2015. Kegiatan pada

pertemuan 3 adalah siswa membuat clay bentuk buah-buahan (anggur dan

potongan semangka) yang seharusnya dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 Juni

2015. Namun, karena hari tersebut merupakan hari libur nasional peneliti

memberikan intervensi pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2015. Pada pertemuan IV

peneliti mengajak siswa untuk membuat clay bentuk kupu-kupuyang dilaksanakan

pada tanggal 9 Juni 2015.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Selama pemberian intervensi, peneliti dibantu oleh kepala sekolah, guru,

dan rekan peneliti untuk berperan sebagai fasilitator yang tugasnya adalah

mendampingi dan memastikan bahwa siswa telah membuat kolase dan clay sesuai

dengan SAK yang telah dibuat oleh peneliti. Selain itu peneliti telah berkoordinasi

dengan pihak sekolah bahwa siswa tidak akan mendapatkan stimulasi motorik

halus yang lain selain yang diberikan oleh peneliti. Sampai dengan penelitian

berakhir, 1 siswa kelompok terapi seni rupa kolase dan 1 siswa kelompok terapi

seni rupa clay dinyatakan drop out sebagai responden karena siswa tersebut tidak

menghadiri beberapa pertemuan yang telah dijadwalkan oleh peneliti. Jumlah

seluruh responden hingga penelitian berakhir adalah 14 siswa. Siswa yang tidak

termasuk menjadi responden tetap diberikan perlakuan sesuai dengan kelas anak

tersebut, namun hasil kemampuan motorik halus siswa tersebut tidak akan

dimasukkan datanya dalam uji statistik.

5) Pengumpulan data (post-test)

Setelah diberikan intervensi, peneliti melakukan post-test dengan

melakukan tes skrining perkembangan ulang menggunakan Denver II untuk

melihat perubahan kemampuan motorik halus responden. Post-test pada semua

responden pada tanggal 10 Juni 2015.

Pengukuran indikator kemampuan motorik halus anak ini diukur melalui

hasil tes skrining perkembangan menggunakan Denver II dengan pemberian skor

normal=3, suspect=2, untestable=1 untuk mengukur kemampuan motorik halus

anak.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

6) Asas keadilan dalam perlakuan

Setelah dilakukan post-test, peneliti menerapkan asas keadilan pada semua

responden dengan memberikan perlakuan sebaliknya. Siswa kelas A yang

awalnya mendapatkan intervensi terapi seni rupa clay diajarkan membuat kolase

oleh peneliti sedangkan siswa kelas B yang awalnya mendapatkan intervensi

terapi seni rupa kolase diajarkan mebuat clay oleh peneliti. Perlakuan ini

dilakukan bersamaan pada tanggal 11 Juni 2015.

4.7 Analisis Data

Perolehan data yang diperoleh peneliti dari hasil pre-test dan post-test

semua responden menggunakan lembar tes skrining perkembangan Denver II

adalah sebagai berikut:

4.7.1 Editing

Editing merupakan cara untuk memeriksa kembali data hasil survey yang

telah dikumpulkan, meliputi:

1) Mengecek kembali nama dan kelengkapan identitas responden untuk

menghindari kesalahan atau kekurangan data.

2) Mengecek kembali kelengkapan data dan memeriksa isi instrumen

pengumpulan data.

4.7.2 Coding

Setelah dilakukan pengumpulan data, lembar tes skrining perkembangan

Denver II masing-masing anak diberi kode oleh peneliti. Kode K = anak dalam

kelompok intervensi terapi seni 2 dimensi menggunakan kolase dan C = anak

dalam kelompok terapi seni 3 dimensi menggunakan clay.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

4.7.3 Entry data

Setelah data penelitian terkumpul, peneliti menyajikan data dalam bentuk

tabel dan memasukkan data yang telah terkumpul ke softwareWindows SPSS 21.

4.7.4 Analisis statistik

Peneliti menganalisis data yang sudah terkumpul antara sebelum dan

sesudah intervensi dengan menggunakan uji “Wilcoxon Signed Rank Test” untuk

mengetahui pengaruh variabel independen dengan derajat kemaknaan =0,05.

Selain itu, peneliti juga menggunakan uji “Mann-Whitney U Test” untuk

mengetahui perbedaan nilai dari 2 sampel data bebas/tidak berpasangan dengan

derajat kemaknaan =0,05. Jika ditetapkan =0,05 dan diperoleh p<0,05, maka

H1 diterima yaitu:

1) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi

terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase.

2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan setelah diberikan intervensi

terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay.

3) Ada perbedaan motorik halus anak setelah diberikan intervensi terapi seni

rupa 2 dimensi dengan media kolase dan terapi seni rupa 3 dimensi dengan

media clay.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

4.8 Kerangka Operasional

Populasi Target:
Semua siswa PG Islam Maryam Surabaya yang
berjumlah 19 siswa.

Purposive sampling

Sampel:
Pemilihan sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi
sebanyak 14 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok untuk
diberikan intervensi kolase dan clay.

Pre Intervensi:
Pengukuran kemampuan motorik halus anak melalui pre-test
dengan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II.

Intervensi terapi seni rupa Intervensi terapi seni rupa


2 dimensi menggunakan 3 dimensi menggunakan
kolase selama 1 kali clay selama 1 kali
seminggu dalam 1 bulan seminggu dalam 1 bulan
pada siswa kelas B. pada siswa kelas A.

Post intervensi:
Pengukuran kemampuan motorik halus anak melalui pre-test
dengan tes skrining perkembangan menggunakan Denver II.

Analisa data denganWilcoxon Signed Rank Testdan Mann-


Whitney U Test

Penyajian data dan hasil.

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Perbedaan Kemampuan Motorik


Halus Anak Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan
Clay di PG Islam Maryam Surabaya.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat izin dari Koordinator Pendidikan Taman

Pendidikan Islam Maryam Surabaya dan Kepala PG Islam Maryam Surabaya.

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak boleh bertentangan

dengan etika meliputi:

4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent)

Informasi mengenai tujuan penelitian yang dilakukan telah diberikan

secara lengkap oleh peneliti kepada orang tua responden, subyek mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

4.9.2 Prinsip kerahasiaan (confidentiality)

Informasi yang diberikan kepada subyek dirahasiakan oleh peneliti.

Peneliti hanya menyajikan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data

responden yang berhubungan dengan penelitian, yaitu usia, jenis kelamin, status

kelahiran, dan lama bersekolah di PG. Sedangkan data ibu responden, yaitu

pendidikan terakhir dan pekerjaan.

4.9.3 Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan

nama pada lembar tes skrining perkembangan Denver II. Pada lembar tersebut

hanya tertulis kode tertentu yang diketahui oleh peneliti saja.

4.9.4 Asas keadilan (justice)

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, peneliti memberikan terapi

seni rupa kolase pada kelompok clay begitu juga sebaliknya, peneliti memberikan

terapi seni rupa clay pada kelompok kolase sehingga masing-masing kelompok

bisa mendapatkan manfaat yang sama dari penelitian.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

4.10 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah semua hambatan dan kelemahan

yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Sampel yang digunakan sangat terbatas dan termasuk dalam jumlah minimal.

2) Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini tidak spesifik hanya pada

anak dengan kategori motorik halus suspect yang menyebabkan perubahan

nilai tidak signifikan.

3) Kelompok dalam penelitian ini hanya terdapat 2 kelompok perlakuan tanpa

adanya kelompok kontrol sehingga hasilnya kurang dapat dibandingkan

antara kelompok yang mendapatkan intervensi dengan yang tidak diberikan

intervensi.

4) Peneliti tidak dapat mengetahui secara pasti apabila responden mendapatkan

stimulasi motorik halus dari orang tua mereka di rumah selama penelitian ini

berlangsung meskipun pada awal penelitian peneliti sudah memastikan bahwa

responden tidak mendapatkan stimulasi motorik halus dari pihak sekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan

tentang efektivitas terapi seni rupa kolase dan clayterhadap kemampuan motorik

halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya. Penelitian dilakukan

pada tanggal 16 Mei sampai dengan 11 Juni 2015. Jumlah responden yang terlibat

dalam pengumpulan data sebanyak 14 anak yang terdiri dari 7 anak pada

kelompok terapi seni rupa kolase dan 7 anak pada kelompok terapi seni rupa clay.

Seluruh responden tersebut memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan peneliti. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

yang meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden,

karakteristik orang tua responden, serta variabel yang diukur berkaitan dengan

efektivitas terapi seni rupa kolase dan clay terhadap kemampuan motorik halus

anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di PG Islam Maryam Surabaya yang berada di

jalan Manyar Sambongan 119 Kelurahan Kertajaya Kecamatan Gubeng Kota

Surabaya. Selain PG, terdapat juga TK, SD, SMP dan SMA yang terletak di lokasi

yang sama. Total siswa PG Islam Maryam Surabaya tahun ajaran 2014/2015

adalah 19 anak dengan rincian 9 anak di kelas A dan 10 anak di kelas B. Tenaga

pengajar yang tersedia hanya 1 orang kepala sekolah dan 1 orang guru. Waktu

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pukul 07.30-09.30 berlaku untuk hari

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

Senin dan Rabu untuk kelas B, hari Selasa dan Kamis untuk kelas A, serta hari

Sabtu untuk kelas gabungan.

KBM dalam program pengembangan kemampuan dasar pada siswa di PG

Islam Maryam Surabaya berfokus pada 4 aspek, yaitu kemampuan berbahasa,

kognitif/pengetahuan dan kemampuan, fisik dan motorik, serta kemampuan

mengolah emosi dan perasaan. Pada aspek pengembangan kemampuan fisik dan

motorik khususnya motorik halus,stimulasi yang diberikan pihak sekolah sudah

cukup baik. Namun variasi stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus

anak seperti membuat kolase sebagai karya seni rupa 2 dimensi dan membuat clay

sebagai seni rupa 3 dimensi jarang sekali dilakukan. Dampak dari usaha sekolah

dalam menstimulasi motorik halus selama ini tidak menunjukkan kemampuan

motorik halus dalam kategori normal. Sebanyak 13 siswa berada dalam kategori

suspect pada saat pengambilan data awal penelitian.

5.1.2 Karakteristik responden

Pada bagian ini diuraikan karakteristik dari 14 responden di PG Islam

Maryam Surabaya berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status kelahiran.

1) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di PG Islam Maryam


Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Jenis Kelamin Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
n % n %
Laki-laki 2 28,57 2 28,57 4 28,57
Perempuan 5 71,43 5 71,43 10 71,43
Total 7 100 7 100 14 100

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni

rupa kolase maupun clay responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan,

yaitu masing-masing 71,43%.

2) Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Usia di PG Islam Maryam Surabaya


pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Usia Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
n % n %
3 tahun 0 0 1 14,29 1 7,14
4 tahun 7 100 6 85,71 13 92,86
Total 7 100 7 100 14 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni

rupa kolase maupun clay sebagian besar responden berusia 4 tahun, yaitu berturut-

turut 100% dan 85,71%.

3) Karakteristik responden berdasarkan status kelahiran

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Status Kelahiran di PG Islam


Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Status
Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
Kelahiran
n % n %
Cukup Bulan 7 100 7 100 14 100
Total 7 100 7 100 14 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni

rupa kolase maupun clay semua responden lahir cukup bulan, yaitu masing-

masing 100%.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

4) Karakteristik responden berdasarkan lama sekolah di PG

Tabel 5.4Distribusi Responden berdasarkan Lama Sekolah di PG Islam Maryam


Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Lama Sekolah Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
n % n %
1 tahun 5 71,43 0 0 5 35,71
>1 tahun 2 28,57 7 100 9 64,29
Total 7 100 7 100 14 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa baik pada kelompok terapi seni

rupa kolase maupun clay sebagian besar responden bersekolah di PG Islam

Maryam Surabaya selama 1 tahun, yaitu berturut-turut71,43% dan 100%.

5.1.3 Karakteristik ibu responden

Pada bagian ini diuraikan karakteristik dari 14 ibu responden di PG Islam

Maryam Surabaya berdasarkan pendidikan terakhir orang tua dan pekerjaan orang

tua.

1) Karakteristik orang tua responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 5.5DistribusiIbu Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di PG Islam


Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Pendidikan
Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
Terakhir
n % n %
Tidak Sekolah 0 0 1 14,29 1 7,14
Lulus SMA 0 0 1 14,29 1 7,14
Lulus PT 7 100 5 71,42 12 85,71
Total 7 100 7 100 14 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pada kelompok terapi seni rupa

kolase semua ibu responden (100%) memiliki pendidikan terakhir pada jenjang

perguruan tinggi (PT). Pada kelompok terapi seni rupaclay jumlah iburesponden

dengan pendidikan terakhir pada jenjang PT lebih banyak dibandingkan kategori

lain, yaitu71,42%.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

2) Karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 5.6DistribusiIbu Responden berdasarkan Pekerjaan di PG Islam Maryam


Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kelompok Terapi Kelompok Terapi
Pekerjaan
Seni Rupa Kolase Seni Rupa Clay Total %
n % n %
Tidak Bekerja 2 28,57 2 28,57 4 28,57
Swasta 3 42,86 2 28,57 5 35,71
Wiraswasta 0 0 2 28,57 2 14,29
PNS 2 28,57 1 14,29 3 21,43
Total 7 100 7 100 14 100

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada kelompok terapi seni rupa

kolase ibu responden lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta (42,86%),

sedangkan pada kelompok terapi seni rupaclay rerata iburesponden tidak bekerja,

bekerja sebagai pegawai swasta, dan wiraswasta, masing-masing yaitu 28,57%.

5.1.4 Deskripsi variabel penelitian

Data khusus pada penelitian ini terdiri dari motorik halus anak sebelum

dan sesudah pemberian terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase, sebelum

dan sesudah pemberian terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay, dan setelah

diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun 3 dimensi

dengan media clay.

1) Motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi

dengan media kolase.

Tabel 5.7Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudahdiberikan terapi seni
rupa 2 dimensi dengan media kolase di PG Islam Maryam Surabaya
pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kondisi Motorik Pre Post
Total %
Halus n % n %
Suspect 2 28,57 0 0 2 14,29
Normal 5 71,43 7 100 12 85,71
Total 7 100 7 100 14 100
Wilcoxon Signed Rank Test p=0,157

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

Berdasarkan tabel 5.7 didapat kondisi motorik halus siswa kelompok terapi

seni rupa kolase saat pre-test yaitu kategori normal sebanyak 5 responden

(71,43%), sedangkan saat post-test semua responden yang berjumlah 7 siswa

(100%) kondisi motorik halusnya normal.

Setelah dilakukan uji statistik denganWilcoxon Signed Rank Test

didapatkan nilai p=0,157 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan motorik halus

anak yang signifikan saat pre-test dan post-test.

2) Motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni rupa 3 dimensi

dengan media clay.

Tabel 5.8 Distribusi motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan terapi seni
rupa 3 dimensi dengan media clay di PG Islam Maryam Surabaya pada
tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kondisi Motorik Pre Post
Total %
Halus n % n %
Suspect 4 57,14 0 0 4 28,57
Normal 3 42,86 7 100 10 71,43
Total 7 100 7 100 14 100
Wilcoxon Signed Rank Test p=0,046

Berdasarkan tabel 5.8 didapat kondisi motorik halus siswa kelompok terapi

seni rupa clay saat pre-test yaitu kategorisuspect sebanyak 4 responden (57,14%),

sedangkan saat post-test semua responden yang berjumlah 7 siswa (100%) kondisi

motorik halusnya normal.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test

didapatkan nilai p=0,046 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan motorik halus anak

yang signifikan saat pre-test dan post-test.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

3) Motorik halus anak setelah diberikan terapi seni rupa 2 dimensi dengan media

kolase dan 3 dimensi dengan media clay.

Tabel 5.9 Distribusi motorik halus anak sesudah diberikan terapi seni rupa 2
dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay di PG
Islam Maryam Surabaya pada tanggal 16 Mei - 11 Juni 2015.
Kondisi Motorik Post Kolase PostClay
Total %
Halus n % n %
Normal 7 100 7 100 14 100
Total 7 100 7 100 14 100
Mann-Whitney U Test p=1,000

Berdasarkan tabel 5.9 didapat kondisi motorik halus siswa baik pada

kelompok terapi seni rupa kolase maupunclay saat post-test yaitu normal

padaseluruh responden sebanyak 7 siswa (100%) pada masing-masing kelompok.

Setelah dilakukan uji Mann-Whitney U Test didapatkan nilai p=1,000

(p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan motorik halus anak yang signifikan

antara kelompok terapi seni rupa kolase dan clay saat post-test.

5.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian efektivitas terapi seni rupa

kolase dan clay terhadap kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG

Islam Maryam Surabaya.

5.2.1 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah

diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase

Berdasarkan tabel 5.7 perbedaan motorik halus kelompok terapi seni rupa

kolase pre-test dan post-test melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan

hasil bahwa H1 ditolak. Hubungan ini menunjukkan tidak ada perbedaan motorik

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi

dengan media kolase.

Perkembangan anak usia prasekolah menurut (Maxim 1993 & Pangrazi

1981, dalam Rohman 2010) akan sangat terlihat pada aspek kemampuan fisik dan

kognitif. Aspek kemampuan fisik erat kaitannya dengan proses tumbuh kembang

motorik anak, sedangkan proses perkembangan kognitif erat kaitannya dengan

proses kematangan cara berpikir anak. Apabila perkembangan kognitif anak baik,

maka kemampuan anak untuk melakukan keterampilan motorik juga baik. Hal ini

mendukung dari hasil penelitian bahwa pada saat dilakukan pre-test ditemukan

bahwa kemampuan motorik halus sebagian besar responden kelompok terapi seni

rupa kolase (5 siswa)berada dalam kategori normal. Selain itu berdasarkan data

demografi, faktor yang dapat menyebabkan sebagian besar responden memiliki

hasil pre-test dalam kategori normal adalah karena jenis kelamin responden lebih

dari setengahnya adalah perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor

internal yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak (Hurlock

2005). Kemampuan anak perempuan dalam mengontrol gerakan tubuh dan

koordinasi sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini

dapat dikarenakan anak perempuan dalam melakukan suatu aktivitas memiliki

sifat yang tekun jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Aspek kemampuan

motorik halus anak perempuan secara umum melebihi anak laki-laki, namun

perbedaan ini akan berkurang perlahan sejalan dengan bertambahnya usia anak

hingga akhirnya perbedaan ini hilang (Harianti, 2003 dalam Ofianti 2011). Pada

hal seperti ini, intervensi terapi seni rupa kolase yang diberikan peneliti berperan

sebagai aktivitas atau stimulasi tambahan yang dapat dilakukan oleh responden.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

Stimulasi ini berperan dalam mengoptimalkan kemampuan motorik halus

responden sehingga kemampuan motorik halus kelima responden yang pada saat

pre-test berada dalam kategori normal tetap normal dan terdapat penurunan

jumlah kegagalan pada saat post-test.

Kemampuan motorik halus 2 responden lainnya berada pada kategori

suspect dan tidak ada responden yang berada pada kategori untestable.

Kemampuan motorik halus dalam kategori suspect pada responden kelompok

terapi seni rupa kolase saat pre-test dikarenakan responden dengan kode K03 dan

K06 mengalami kegagalan (failed/F) saat melakukan item disebelah kiri garis

umur yaitu mencontoh bentuk lingkaran yang dapat diinterpretasikan menjadi

delay dan item yang berpotongan dengan garis umur pada persentil 75 dan 90

yaitu menggambar orang 3 bagian yang dapat diinterpretasikan menjadi

caution.Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat mempengaruhi adanya 2

responden yang memiliki hasil pre-test dalam kategori suspect adalah karena ibu

responden merupakan wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah

tangga. Salah satu dampak negatif dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat

memberikan perhatian yang penuh pada anaknya ketika anak dalam tahap tumbuh

kembang yang pesat (Lindawati 2013). Perhatian ibu terhadap anak yang kurang

dapat menyebabkan anak kurang mendapatkan stimulasi yang optimal bagi

perkembangan motorik halus anak sehingga hal ini dapat menyebabkan

kemampuan motorik halus anak tidak berkembang dengan baik.

Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media

kolase, semua responden menunjukkan hasil post-test pada kriteria normal.

Peningkatan motorik halus dari hasil pre-test dan post-test dapat dilihat melalui

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

peningkatan kategori yang terjadi pada 2 responden yang awalnya berada pada

kriteria suspect. Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan

media kolase, responden dengan kode K03 dan K06 berada pada kriteria normal.

Responden tanpa perubahan kategori dari perbandingan hasil pre-test maupun

post-test diklasifikasikan menjadi kategori motorik halus tetap normal sebanyak 5

responden yaitu responden dengan kode K01, K02, K04, K05, dan K07. Namun

walaupun tidak mengalami perubahan kategori, 5 responden tersebut mengalami

penurunan jumlah kegagalan setelah diberikan intervensi terapi seni rupa 2

dimensi dengan media kolase. Responden dengan kode K01, K02, dan K05 yang

awalnya mengalami kegagalan pada 2 item saat pre-test mengalami penurunan

jumlah kegagalan menjadi 1 item yang diinterpretasikan normal, sedangkan pada

responden K05 pada saat post-test tidak ditemukan adanya kegagalan yang

diinterpretasikan advanced. Responden dengan kode K04 dan K07 pada awalnya

mengalami kegagalan pada 1 item saat pre-test, namun pada saat post-test tidak

ditemukan adanya kegagalan yang dapat diinterpretasikan menjadi advanced. Hal

ini tetap menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus responden

yang dapat disimpulkan bahwa motorik halus responden menjadi lebih optimal

daripada sebelum diberikan intervensi.

Berdasarkan teori King (1971), Theory of Goal Attainment memiliki

sistem interpersonal sebagai elemen utamanya dimana 2 orang yang dalam hal ini

adalah peneliti sebagai perawat dan responden sebagai klien yang tidak saling

mengenal satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

peningkatan kemampuan motorik halus.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

Berdasarkan teori tersebut faktor yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan motorik halus hingga berada dalam kategori normal pada responden

dengan kode K03 dan K06 adalah terbentuknya intensitas interaksi yang tinggi

antara peneliti dengan responden. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada

saat intervensi, responden aktif berinteraksi dengan peneliti dan mengikuti

instruksi yang diberikan peneliti. Selain itu, adanya guru dan beberapa rekan

peneliti sangat membantu dalam penelitian ini dalam mengkondisikan responden

untuk tetap fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti instruksi dan berinteraksi

dengan peneliti. Responden lainnya dengan kode K01, K02, K04, K05, dan K07

juga aktif berinteraksi dengan peneliti sehingga setelah diberikan intervensi terapi

seni rupa kolase, responden tersebut juga mengalami peningkatan kemampuan

motorik halus yang ditinjau dari berkurangnya jumlah kegagalan saat post-test.

Intensitas interaksi antara peneliti dan responden berpengaruh terhadap

keberhasilan intervensi yang diberikan. Semakin sering terjalin interaksi antara

peneliti dan responden, maka tujuan adanya interaksi untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak dapat dicapai dengan mudah.

5.2.2 Analisis perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah

diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay

Berdasarkan tabel 5.8 perbedaan motorik halus kelompok terapi seni rupa

kolase pre-test dan post-test melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan

hasil bahwa H1 diterima. Hubungan ini menunjukkan ada perbedaan motorik

halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi

dengan media clay.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

Motorik halus responden pada kelompok terapi seni rupa clay pada saat

pre-test didapatkan data bahwa motorik halus pada sebagian besar jumlah

responden berada pada kategori suspect (4 responden). Kemampuan motorik halus

dalam kategori suspect pada responden kelompok terapi seni rupa clay saat pre-

test dikarenakan 3 responden dengan kode C01 dan C05, dan C07 mengalami

kegagalan saat melakukan item disebelah kiri garis umur, yaitu berturut-turut

mencontoh bentuk lingkaran, menggambar orang 3 bagian, dan meniru garis

vertikal yang dapat diinterpretasikan menjadi delay. Sedangkan responden dengan

kode C06 mengalami kegagalan dalam melakukan item disebelah kiri garis umur

dan item yang berpotongan dengan garis umur pada persentil 75 dan 90, yaitu

berturut-turut meniru garis vertikal dan mencontoh bentuk lingkaran yang dapat

diinterpretasikan menjadi caution.

Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat mempengaruhi adanya

responden yang memiliki hasil pre-test dalam kategori suspect adalah karena ibu

responden dengan kode C01 dan C05 memiliki tingkat pendidikan masing-masing

SMA dan tidak bersekolah dimana lebih rendah jika dibandingkan dengan ibu

responden lain yang berpendidikan terakhir PT. Pendidikan keluarga yang kurang

dapat berpengaruh pada berkurangnya pengetahuan orang tua dalam mengasuh

dan memilih cara dalam mendidik anaknya. Pada keluarga seperti ini sering kali

yang terjadi adalah keluarga tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini

pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang pertumbuhan

dan perkembangan anaknya. Faktor yang dapat mempengaruhi adanya kategori

suspect pada motorik halus responden dengan kode C06adalah karena ibu

responden merupakan wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

tangga. Ibu sebagai orang tua memiliki peran penting dalam memberikan

stimulasi sebagai pengalaman belajar bagi anak agar perkembangan kemampuan

motorik halus anak dapat optimal (Werdiningsih, 2012). Ibu yang berstatus

menjadi wanita karir tidak dapat setiap saat memberikan stimulasi bagi anaknya

dikarenakan fokus ibu juga terbagi pada pekerjaannya. Hal tersebut dapat menjadi

salah satu faktor yang dapat menyebabkankemampuan motorik halus anaknya

kurang. Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus

responden dengan kode C07 berada dalam kategori suspect adalah karena

responden berusia 3 tahun. Usia responden ini lebih muda apabila dibandingkan

dengan responden lain. Kematangan usia anak akan memberikan kesempatan pada

anak untuk belajar, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan

motorik halus anak. Semakin muda usia anak, maka pengalaman belajar pada

anak kurang banyak dibandingkan dengan anak yang lebih tua sehingga

kemampuan motorik halus anak pun juga tidak bisa sebaik anak yang lebih tua.

Kemampuan motorik halus 3 responden lainnya berada pada kategori

normal dan tidak ada responden yang berada pada kategori

untestable.Berdasarkan data demografi, faktor yang dapat menyebabkan ketiga

responden tersebut memiliki hasil pre-test dalam kategori normal adalah karena

ibu responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Ibu responden dengan

kode C02, C03, dan C04 memiliki pendidikan terakhir lulus PT (Perguruan

Tinggi). Pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan anak. Pendidikan orang tua dapat mempengaruhi orang tua dalam

mendidik anak agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu perkembangan

anak dapat sesuai dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya secara

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

optimal (Apriastuti 2013). Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka

tujuan orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan anak akan semakin

mudah untuk dicapai. Selain itu apabila dipandang dari teori perkembangan,

responden bisa memiliki kemampuan motorik halus pada kategori normal karena

responden yang berada pada rentang usia prasekolah memang akan terlihat

menonjol pada aspek kemampuan fisik dan kognitif (Maxim 1993 & Pangrazi

1981, dalam Rohman 2010). Aspek kemampuan fisik erat kaitannya dengan

proses tumbuh kembang motorik anak, sedangkan proses perkembangan kognitif

erat kaitannya dengan proses kematangan cara berpikir anak. Apabila

perkembangan kognitif anak baik, maka kemampuan anak untuk melakukan

keterampilan motorik juga baik.

Setelah mendapatkan intervensi terapi seni rupa 3 dimensi dengan media

clay, semua responden berada pada kriteria normal. Responden lain (4 responden)

yang awalnya berada pada kriteria suspect setelah mendapatkan intervensi terapi

seni rupa 3 dimensi dengan media clay menunjukkan hasil post-test pada kriteria

normal. Responden tanpa perubahan kategori dari perbandingan hasil pre-test

maupun post-test diklasifikasikan menjadi kategori motorik halus tetap normal

sebanyak 3 responden yaitu responden dengan kode C02, C03, dan C04. Namun

walaupun tidak mengalami perubahan kategori responden dengan kode C02 yang

pada saat pre-test mengalami kegagalan pada 2 itemsetelah diberikan intervensi

terapi seni rupa 3 dimensi dengan media claymengalami penurunan jumlah

kegagalan (F) menjadi 1 item yang diinterpretasikan menjadi normal. Hal ini tetap

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus responden yang

dapat disimpulkan bahwa motorik halus responden menjadi lebih optimal

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

daripada sebelum diberikan intervensi. Sedangkan responden dengan kode C03

dan C04 memiliki jumlah kegagalan yang sama antara sebelum dan sesudah

diberikan intervensi, yaitu berturut-turut 1 item dan 2 item yang diinterpretasikan

menjadi normal.

Berdasarkan teori King (1971), Theory of Goal Attainment memiliki

sistem interpersonal sebagai elemen utamanya dimana 2 orang yang dalam hal ini

adalah peneliti sebagai perawat dan responden sebagai klien yang tidak saling

mengenal satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

peningkatan kemampuan motorik halus. Semakin sering perawat dan klien

berinteraksi maka tujuan keperawatan akan semakin mudah dicapai.

Berdasarkan teori tersebut faktor yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan motorik halus pada responden dengan kode C01, C02, C05, C06,

C07 adalah terbentuknya intensitas interaksi yang tinggi antara peneliti dengan

responden. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi pada saat intervensi,

responden tersebut aktif berinteraksi dengan peneliti dan mengikuti instruksi yang

diberikan peneliti. Selain itu, adanya guru dan beberapa rekan peneliti sangat

membantu dalam penelitian ini dalam mengkondisikan responden untuk tetap

fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti instruksi dan berinteraksi dengan

peneliti. Sedangkan responden dengan kode C03 dan C04 walaupun aktif

berinteraksi dengan peneliti, namun pada saat dilakukan intervensi responden

tersebut sering berjalan-jalan di dalam kelas meninggalkan materi yang diberikan

sehingga clay yang dibuat oleh responden hasilnya kurang maksimal. Hal tersebut

dapat menjadi salah satu faktor yang menghambat reaksi responden atas aksi atau

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

terapi seni rupa clay yang diberikan oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari

interaksi yaitu peningkatan kemampuan motorik halus anak.

5.2.3 Analisis perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi

terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan

media clay

Berdasarkan tabel 5.9 perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan

terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay

melalui uji Mann-Whitney U Test didapatkan hasil bahwa p=1,000 (p>0,05) yang

berarti H1 ditolak yaitu tidak ada perbedaan motorik halus anaksesudah diberikan

intervensi terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan siswa yang diberi

terapi seni rupa 3 dimensi dengan mediaclay.

Hasil ini dapat terjadi karena hasil post-test baik pada kelompok terapi seni

rupa kolase maupun clay menunjukkan semua responden memiliki kemampuan

motorik halus dalam kategori normal. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa

baik terapi seni rupa kolase maupun clay keduanya dapat meningkatkan

kemampuan motorik halus responden menjadi kategori normal. Namun, bila

dilihat dari hasil uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Testdidapatkan hasil

bahwa terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay yang berpengaruh dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus responden (lampiran 22) dibandingkan

dengan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Hal ini dapat disebabkan

karena kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi memiliki tingkat keabstrakkan

yang tinggi dibandingkan dengan clay sebagai media 3 dimensi yang dapat

menampilkan benda-benda secara nyata sehingga clay dapat memberikan

pengalaman belajar secara langsung pada anak (Anwar, Dwi, & Syarief

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

2009).Pengalaman belajar yang lebih nyata inilah yang lebih disukai anak-anak

dan dengan begitu anak semakin terpacu untuk membuat clay dengan baik. Anak

yang semakin terpacu untuk membuat clay lebih baik lagi merupakan salah satu

faktor yang mempermudah clay dalam mempengaruhi motorik halus anak. Hal ini

diperkuat dengan adanya fakta yang ditemukan selama intervensi, sebagian

responden kelompok terapi seni rupa clay terlihat selalu bersemangat untuk

membuat kreasi clay sesuai tema disetiap pertemuan, bahkan beberapa responden

terpacu untuk meminta peneliti mengajarkan kreasi clay bentuk lain di luar tema

yang telah ditentukan. Fakta yang ditemukan pada kelompok terapi seni rupa

kolase menunjukkan hasil sebaliknya, sebagian besar responden terlihat dan

mengeluh bosan dipertengahan waktu intervensi. Hal ini dapat disebabkan karena

kolase memiliki tingkat keabstrakkan yang cenderung tinggi dan tidak

memberikan pengalaman belajar yang nyata.

Walaupun kolase sebagai media terapi seni rupa 2 dimensi memiliki

keabstrakkan yang tinggi, namun menurut Susanto (2002, dalam Jumadilah 2010)

pada prinsipnya kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak

karena kolase merangsang anak harus melakukan aktivitas yang membutuhkan

koordinasi tangan dan mata yaitu menjepit, mengelem, dan menempel benda

dalam ukuran kecil. Selain itu, tingkat keabstrakkan yang tinggi ini juga memiliki

manfaat dalam meningkatkan kreativitas anak.

Kolase dan clay sebagai intervensi yang diberikan peneliti kepada

responden dapat dihubungkan dengan tugas perkembangan motorik halus yang

harus dilalui anak prasekolah dalam rentang usia 3-5 tahun sesuai dengan

instrumen Denver II. Kolase sebagai terapi seni rupa 2 dimensi terdiri dari 3

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

aktivitas utama yang harus dilakukan yaitu aktivitas menjepit, mengelem, dan

menempel. Aktivitas menempel ini dapat membantu anak melewati tugas

perkembangan motorik halus yaitu menyusun menara dari kubus. Pada saat

membuat kolase responden harus menempelkan kertas kecil-kecil yang telah

dirobek pada gambar dasar yang telah dibuat oleh peneliti dengan tepat dan rapi.

Menara dari kubus juga pada prinsipnya sama dengan menempel potongan kertas

kecil untuk kolase pada gambar dasar yang memerlukan tingkat ketelitian yang

tinggi agar hasil susunan kubusnya menjadi baik dan rapi. Sedangkan clay sebagai

terapi seni rupa 3 dimensi terdiri aktivitas meremas, mencubit, dan membentuk

adonan sesuai keinginan. Dalam hal ini clay dapat mempermudah anak dalam

melewati tugas perkembangan motorik halus yaitu meniru garis vertikal,

mencontoh bentuk lingkaran, menggambar orang 3 dan 6 bagian, mencontoh garis

berpotongan, serta mencontoh bentuk persegi karena aktivitas meremas,

mencubit, dan membentuk adonan dapat membuat otot-otot halus pada anak

menjadi lebih lentur. Apabila otot-otot halus tangan anak lentur, maka anak akan

dengan mudah dapat menggambarkan bentuk-bentuk tersebut sehingga tugas

perkembangan motorik halus dapat dilalui anak dengan mudah.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa baik terapi seni rupa 2 dimensi

dengan media kolase maupun 3 dimensi dengan media clay keduanya dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1) Tidak ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan

intervensi terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase. Hal ini bisa

disebabkan karena jumlah responden dengan kategori motorik halus normal

pada saat pre-test lebih banyak (5 responden) dibandingkan responden dalam

kategori suspect (2 responden). Namun, terapi seni rupa 2 dimensi

menggunakan media kolase tetap dapat mengoptimalkan kemampuan motorik

halus anak usia prasekolah karena didalam membuat kolase terdapat 3

aktivitas yang harus dipenuhi oleh anak yaitu menjepit, mengelem, dan

menempel benda dalam ukuran kecil. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam

melatih koordinasi otot-otot halus pada jari tangan anak sehingga kemampuan

motorik halus anak dapat meningkat.

2) Ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi

terapi seni rupa 3 dimensi dengan media clay. Terapi seni rupa 3 dimensi

dengan media clay dapat mengoptimalkan perkembangan kemampuan

motorik halus anak usia prasekolah karena clay memiliki tekstur yang lembut

dan dapat mengajarkan anak untuk meremas, mencubit, serta membentuk

adonan. Aktivitas tersebut bermanfaat dalam melatih kelenturan otot-otot

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

halus pada jari tangan anak sehingga kemampuan motorik halus anak dapat

meningkat.

3) Tidak ada perbedaan motorik halus anak sesudah diberikan intervensi terapi

seni rupa 2 dimensi dengan media kolase dan siswa yang diberi terapi seni

rupa 3 dimensi dengan media clay. Namun, jika dilihat dari hasil pre-test dan

post-test baik terapi seni rupa 2 dimensi dengan media kolase maupun terapi

seni rupa 3 dimensi dengan media clay dapat meningkatkan dan

mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak.

6.2 Saran

Saran yang dapat dipertimbangkan dan bermanfaat dalam upaya untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah sebagai berikut

1) Bagi guru

Guru-guru PG dapat menjadikan kolase danclay sebagai materi

pembelajaran yang sering diajarkan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus siswa dalam rentang usia prasekolah. Bentuk kreasi kolase dan clay yang

dapat diajarkan dimulai dari pola yang sederhana kemudian bertahap menjadi pola

yang rumit disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak.

2) Bagi tenaga keperawatan

Tenaga keperawatan khususnya perawat anak dapat menjadikan terapi seni

rupa 2 dimensi dengan media kolase dan 3 dimensi dengan media clay sebagai

salah satu alternatif terapi dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak usia prasekolah.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

3) Bagi peneliti selanjutnya

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan terapi seni rupa 2 dimensi menggunakan kolase dan 3 dimensi

menggunakan clay sebagai upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak

dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih banyakdan hanya melibatkan

responden dengan motorik halus dalam kategori suspect saja agar hasil menjadi

lebih akurat.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, MR & Ann, MT 2006, ‘Nursing Theorists and Their Work’, 7th
Edition, Elsevier Mosby, St. Louis.

Anwar K, Dwi AS, Syarief S 2009, ‘Pengaruh Media Pembelajaran Dua Dimensi,
Tiga Dimensi, dan Bakat Mekanik Terhadap Hasil Belajar Sistem
Pengapian Motor Bensin di SMK Kota Mojokerto’. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, Vol. 32, No. 2, Hal. 141-150, diakses 18 April 2015,
<http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-
kejuruan/article/viewFile/3096/456>.

Apriastuti, DA 2013, ‘Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua
dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan”, Bidan Prada: Jurnal
Ilmiah Kebidanan, Vol. 4, No. 1, Hal. 1-14, diakses 14 Juni 2015,
<http://download.portalgaruda.org/article.php?article=200705&val=6633
&title=ANALISIS%20TINGKAT%20PENDIDIKAN%20DAN%20POL
A%20ASUH%20ORANG%20TUA%20DENGAN%20PERKEMBANGA
N%20ANAK%20USIA%2048%20%C3%A2%E2%82%AC%E2%80%9C
%2060%20BULAN>.

Aquarisnawati, P, Mustami’ah, D, & Riskasari, W 2011,‘Motorik Halus pada


Anak Usia Prasekolah Ditinjau dari Bender Gestalt’,INSAN, Vol. 13, No.
03, Hal. 149–156, diakses 26 Februari
2015,<http://journal.unair.ac.id/filerPDF/2-13_3.pdf>.

Charleroy, A, et al.2012,‘Child Development and Arts Education: A Review of


Current Research and Best Practices’, New York, The College Board.

Christianti, M2009,‘Menempel untuk Anak Usia Dini’, Skripsi,Universitas Negeri


Yogyakarta, Yogyakarta.

CDC nd,‘Developmental Disabilities’. Centers for Disease Control and


Prevention, diakses 28 Februari
2015,<http://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/features/birth
defects-dd-keyfindings.html>.

Danim2003,‘Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi’, EGC, Jakarta.

Cosa, YD2012,‘Galeri Seni Rupa Kontemporer di


Yogyakarta’,Skripsi,Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Dewi, NF2011,‘Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Kemampuan


Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Kartika IV-8 Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember’, Skripsi,Universitas Jember, Jember.

Edwards, D2004,‘Art Therapy: Creative Therapies in Practice’, SAGE


Publications Ltd, London.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103

Garcia, MCC, et al. 2014,‘Nurse-Patient Interaction in Adhesion to Tuberculosis


Treatment: Reflection in The Light of Imogene King’,Journal of Nursing,
Vol. 8, Hal.2513–2521, diakses 2 April 2015,
<http://www.revista.ufpe.br/revistaenfermagem/index.php/revista/article/d
ownload/6514/9858>.

Gulo, W2005,‘Metodologi Penelitian’,Gramedia, Jakarta.

Gustiana, AD2011, ‘Pengaruh Permainan Modifikasi terhadap Kemampuan


Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini (Studi Kuasi Eksperimen
pada Kelompok B TK Kartika dan TK Lab. UPI)’,Jurnal Penelitian
Pendidikan Edisi Khusus,No.2, Hal. 191-200, diakses 26 Februari 2015,
<http://jurnal.upi.edu/file/19-Asep_Deni_Gustiana-edit.pdf>.

Ha, A2013,‘Grant Proposal for An Art Therapy Program for Adults with
Developmental Disabilities’,Tesis, California State University, Long
Beach.

Hidayat, AA 2008,‘Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan’, Salemba Medika, Jakarta.

Hurlock, EB1997,‘Perkembangan Anak’, Edisi 6, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Hertanto, M, dkk.2009. ‘Penilaian Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan


menggunakan Metode Capute Scales’,Sari Pediatri, Vol.11, No. 2,
Hal.130–135, diakses 8 Maret 2015<http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-
2-10.pdf>.

IDAI2009,‘Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia’,Ikatan


Dokter Anak Indonesia, diakses 22 Maret 2015,
<http://idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf>.

IDAI 2013, ‘Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak’, Ikatan


Dokter Anak Indonesia, diakses 21 Maret 2015, <http:
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-
keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html>.

Jumadilah 2010. ’Peningkatan Kemampuan Motorik Halus sebagai Persiapan


Menulis Permulaan melalui Keterampilan Kolase pada Anak Tuna Grahita
Ringan Kelas 1 di SLB Negeri Sragen Tahun Pelajaran
2009/2010’,Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Kim, J 2014,’The Impact of Two-Dimensional Versus Three-Dimensional Art


Therapy on Locus of Control in Special Needs Children in South Korea’,
Disertasi,Florida State University, Florida.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

Lindawati 2013, ’Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan


Motorik Anak Usia Prasekolah’, Jurnal Kesehatan, Hal. 22-27, diakses 20
Maret 2015,
<http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/46JURNAL_LINDAWATI.p
df>.

Malchiodi, C 2009,’What is Art Therapy?’, International Art Therapy


Organization, Hal. 1-2, diakses 9 Maret 2015,
<www.internationalarttherapy.org>.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2014, ‘Pemantauan Pertumbuhan,


Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak’, Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 66, diakses 1 Maret 2015,
<http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%2066
%20ttg%20Pemantauan%20Tumbuh%20Kembang%20Anak.pdf>.

Ministry of Education Republic of Singapore 2013,’Motor Skills Development: A


Curriculum for Kindergartens in Singapore’,Ministry of Education
Republic of Singapore, Singapore diakses 29 Maret 2015,
<http://curriculum.nesd.ca/Subjects/Kindergarten/General/Ministry%20Ki
ndergarten%20Supports/Developing%20Fine%20Motor%20Skills.pdf>.

Muafifah, K 2013, ’Pengaruh Clay Therapy terhadap Kecemasan Akibat


Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah di RSUD
Banyumas’,Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Nicholson, S2005,’Membuat Kolase: Membuat Karya Kolase yang Menarik


menggunakan Tali, Benda Bekas, dan Perhiasan’, Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, Solo.

Nurhadi 2009,’Berkreasi dengan Clay: Membuat Kerajinan dengan Teknik


Pembentukan Keramik’, MAN 3 Kediri, Kediri.

Nursalam2008,’Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan’, Salemba
Medika, Jakarta.

Nursalam2013,’Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan’, Salemba Medika,


Jakarta.

Ofianti, PE 2011, 'Pengaruh Permainan Maze Pre-Writing terhadap


Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia Toddler (2-3 Tahun) di
Playgroup Intan Surabaya', Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Paat, RD 2007,’Boneka Kolase: Kreasi Boneka dari Kertas Bekas’, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

Partiyem 2014, ’Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dengan Kegiatan


Bermain Plastisin Kelompok B PAUD Istiqomah Sumber Bening
Kecamatan Selupu Rejang’,Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Potter, PA & Perry, AG2005,‘Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik’,Edisi 4, Volume 1, EGC, Jakarta.

Rabin, AS2012,‘The Experiences of Children Who Participate in Therapy


Incorporating Art as a Therapeutic Medium’,Disertasi, Alliant
International University, San Diego.

Rahayu, M 2013,‘Pengaruh Pendampingan Stimulasi Perkembangan pada


Keluarga terhadap Perkembangan Batita di Desa Pandak, Kecamatan
Baturraden, Kabupaten Banyumas’, Skripsi,Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.

Ramirez, K 2013, ‘Art Therapy for Enhancing Academic Experience of Male


High School Freshmen’, Disertasi,Lesley University, Cambridge.

Rismayanthi, C 2009, ‘Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar sebagai


Stimulasi Motorik bagi Anak Taman Kanak-Kanak melalui Aktivitas
Jasmani’, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Rohman U, 2010, ‘Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Kanak-Kanak’,


diakses 30 Juni 2015, <http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/3/gdlhub--
ujangrohma-112-1-5.artik-2.pdf>.

Royhanaty, I 2010,‘DDST (Denver Development Screening Test)’, diakses 22


Maret 2015, <https://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-
ii.pdf>.

Santrock, JW2007,‘Perkembangan Anak’, Edisi 1, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Saputri, L 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui


Permainan Bentuk menggunakan Bubur Koran Bekas di Taman Kanak-
kanak Al Qur’an Amal Saleh Padang’,Pesona PAUD, Vol. I, No. 1, Hal.1–
10, diakses 8 Maret 2015,
<http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/download/1679/1448>.

Schubert, WF2009,‘Kreasi Unik dari Clay untuk Pemula’, Kriya Pustaka, Depok.

Seefeldt, C & Wasik, BA2008,‘Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak


Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah’, Edisi 2, PT Indeks,
Jakarta.

Sinto, R, dkk., ‘Penapisan Perkembangan Anak Usia 6 Bulan - 3 Tahun dengan


Uji Tapis Perkembangan Denver II’, Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Hal. 348-

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106

353, diakses 8 Maret 2015, <http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/9-5-


10.pdf>.

Soedjatmiko 2001, ‘Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita’, Sari


Pediatri, Vol. 3, No. 3, Hal. 175-188, di akses 1 April 2015,
<http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/3-3-12.pdf>.

Sujiono, YN2009,‘Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini’ Macanan Jaya


Cemerlang, Jakarta.

Sumardiyah, S 2012,‘Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita


Sedang melalui Origami di SLB Negeri 1 Sleman’, Skripsi, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Sutrisno, MY 2014, ‘Hubungan Status Gizi dengan Status Perkembangan Motorik


Kasar (Gross Motor) pada Anak Usia 6 sampai 24 Bulan di Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu) Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014’, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Swarjana, IK 2012, ‘Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis


Pembuatan Proposal Penelitian’,ANDI, Yogyakarta.

Syaiful, Y, Widati, A, & Rahmawati, DW 2012,‘Pengaruh Terapi Bermain:


Origami terhadap Perkembangan Motorik Halus dan Kognitif Anak Usia
Prasekolah (4-5 Tahun)’,Journals of Ners Community, Vol. 3, No. 6, Hal.
16-29, diakses 19 Februari 2015,
<https://lppmunigresblog.files.wordpress.com/2013/09/jurnal-
keperawatan-sama-kovernya.pdf>.

Taju, CM, Amatus, YI, & Abram, B 2015, ‘Hubungan Status Pekerjaan Ibu
dengan Perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar Anak Usia
Prasekolah di PAUD GMIM Bukit Hermon dan TK Idhata Kecamatan
Malalayang Kota Manado’, eJournal Keperawatan (e-Kp), Vol. 3, No. 2,
Hal. 1-8, diakses 16 Juni 2015,
<http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/8083/7644>.

Wahyuni, NT2013,‘Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar melalui Penggunaan


Media Clay Materi Berkarya Relief pada Siswa kelas IV SD Negeri 2
Karangsentul Purbalingga’, Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
Semarang.

Warson, E 2012,‘Healing Pathways : Art Therapy for American Indian Cancer


Survivors’,Journal of Cancer Education, Vol. 27, Hal. 47–57, diakses 18
Februari 2015,
<http://search.proquest.com/docview/967881592/9A61B46B05B34FD7P
Q/9?accountid=17242>.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

Werdiningsih, ATA 2012, ‘Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak
terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah,’ Jurnal STIKES, Vol. 5,
No.1, Hal. 82-98, diakses 12 Juli 2015,
<http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4237&val=360>.

Wong, DL,et al. 2009,‘Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong’,Edisi 6, Volume


1, EGC, Jakarta.

Zellawati, A 2011,‘Terapi Bermain untuk Mengatasi Permasalahan pada


Anak’,Majalah Ilmiah INFORMATIKA, Vol. 2, No. 3, Hal. 164–175,
diakses 31 Maret 2015, <www.unaki.ac.id/ejournal/index.php/jurnal-
informatika/article/download/76/75>.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

Lampiran 1

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

Lampiran 2

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

Lampiran 3

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

Lampiran 4

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112

Lampiran 5

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113

Lampiran 6

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114

Lampiran 7

PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN


(ORANG TUA ANAK) KELOMPOK KEGIATAN MEMBUAT KOLASE
(MENEMPEL)

Judul Penelitian:
Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay terhadap Kemampuan
Motorik Halus Anak Usia Prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya.

Tujuan Penelitian
Menjelaskan perbedaan antara terapi seni rupa dengan kegiatan membuat
kolase (menempel) dan membentuk clay (adonan tepung) dalam
mempengaruhikemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam
Maryam Surabaya.

Perlakuan yang diterapkan pada subjek


Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimenyaitu penelitian yang
melibatkan pemberian perlakuan namun di awal penelitian akan dilakukan:
1. Pada awal bulan Mei 2015 sebelum peneliti bertemu orang tua murid, peneliti
melakukan seleksi terhadap semua siswa PG Islam Maryam Surabaya
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya.
2. Semua anak yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut akan dibagi menjadi dua
kelompok lagi yaitu kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase
(menempel) dan kelompok melakukan kegiatan membentuk clay (adonan
tepung). Pembagian kelompok ini didasarkan pada kelas. Dikarenakan anak
Ibu merupakan siswa di kelas B, maka anak Ibu termasuk kelompok yang
melakukan kegiatan membuat kolase (menempel).
3. Sehari sebelum pertemuan pertama kegiatan membuat kolase (menempel),
peneliti memberikan penjelasan secara lengkap hal-hal mengenai penelitian ini
dan meminta persetujuan pada Ibu.
4. Peneliti memberikan surat pernyataan ketersediaan Ibu untuk melibatkan anak
Ibu dalam penelitian ini. Kemudian Ibu melakukan penandatanganan surat

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115

pernyataan tersebut dengan disaksikan oleh peneliti dan saksi yaitu


Guru/Kepala PG Islam Maryam Surabaya.
5. Apabila Ibu setuju, Ibu mendapat lembar yang harus diisi oleh Ibu terkait
identitas Ibu dan anak Ibu.
6. Penelitimelakukan penilaiankemampuan motorik halus anak Ibu menggunakan
lembar tes perkembangan Denver II untuk melihat kondisi awal motorik halus
anak Ibu.
7. Sehari setelah Ibu menandatangani surat pernyataan tersebut, peneliti memulai
pertemuan pertama kegiatan membuat kolase (menempel) yang dilakukan
setiap 1 minggu sekali pada hari Seninselama 1 bulan sehingga secara
keseluruhan terdapat 4 kali pertemuan. Kegiatanini dilaksanakan dengan durasi
60 menit pada setiap pertemuan.
8. Pada akhir penelitian yaitu awal bulan Juni 2015, sehari setelah pertemuan
keempat peneliti akan kembali melakukan penilaian perkembangan motorik
halus anak menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk
mengetahui apakah kondisi motorik halus anak Ibu mengalami perubahan atau
tidak.
9. Setelah dilakukan penilaian perkembangan motorik halus, anak Ibu akan
diberikan kegiatan sebaliknya yaitu diajarkan juga untuk membentuk clay
(adonan tepung) selama 1 kali pertemuan.

Manfaat Penelitian bagi Subjek Penelitian


1. Bagi Ibu
1) Ibu dapat mengetahui hasil penilaian kemampuan motorik halus anaknya.
2) Ibu dapat mengetahui kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk
menstimulasi motorik halus anak.
2. Bagi anak
1) Anak akan mendapatkan stimulasi perkembangan melalui kegiatan
membuat kolase (menempel)agar kemampuan motorik halusnya semakin
baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116

Bahaya potensial
Bahan lem yang digunakan dalam kegiatan membuat kolase (menempel)
termasuk bahan yang tidak aman sehingga peneliti bersama dengan rekan peneliti,
guru, dan Kepala PG Islam Maryam Surabaya melakukan pengawasan penuh
pada anak Ibu selama kegiatan ini berlangsung.

Hak untuk undur diri


Keikutsertaan anak dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden
berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi
yang merugikan responden dan apabila dalam penelitian ini Ibu tidak bersedia
anak Ibu dijadikan responden maka peneliti akan mencari responden lainnya
untuk dijadikan subyek penelitian.

Jaminan kerahasiaan data


Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas anak Ibu akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti yaitu dengan tidak mencantumkan identitas
anak Ibu secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian dibuat
kode misalnya A01.

Adanya insentif untuk subyek penelitian


Subyek penelitian kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase
(menempel) memperoleh souvenir berupa bahan-bahan clay (adonan tepung) yang
dapat dimanfaatkan untuk stimulasikemampuan motorik halus anak.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
117

Prosedur penelitian

Seleksi semua siswa PG Islam Maryam Surabaya sesuai kriteria yang


ditetapkan peneliti

Pembagian siswa yang memenuhi kriteria menjadi 2 kelompok:


1. Kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung)
2. Kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel)

Siswa kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel)

Peneliti memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian pada Ibu

Ibu menandatangani surat pernyataan ketersediaan untuk melibatkan


anak Ibu dalam penelitian

Bila Ibu setuju, Ibu mengisi lembar terkait identitas Ibu dan anak Ibu

Anak Ibu akan dinilai kemampuan motorik halusnya oleh peneliti


menggunakan lembar tes Denver II

Peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membuat kolase


(menempel). Dilakukan 1 minggu sekali pada hari Senin selama 1 bulan
dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan

Anak Ibu akan dinilai kembali kemampuan motorik halusnya oleh


peneliti menggunakan lembar tes Denver II

Informasi tambahan
Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan
penelitian ini dengan menghubungi peneliti:
Mita Noviyanti
Telp: 085730103114
Email: noviyantimita@ymail.com

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118

Lampiran 8

PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN PENELITIAN


(ORANG TUA ANAK) KELOMPOK KEGIATAN MEMBENTUK CLAY
(ADONAN TEPUNG)

Judul Penelitian:
Efektivitas Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay terhadap Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Di PG Islam Maryam
Surabaya.

Tujuan Penelitian
Menjelaskan perbedaan antara terapi seni rupa dengan kegiatan membuat
kolase (menempel) dan membentuk clay (adonan tepung) dalam mempengaruhi
kemampuan motorik halus anak usia prasekolah di PG Islam Maryam Surabaya.

Perlakuan yang diterapkan pada subjek


Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen yaitu penelitian yang
melibatkan pemberian perlakuan namun di awal penelitian akan dilakukan:
1. Pada awal bulan Mei 2015 sebelum peneliti bertemu orang tua murid, peneliti
melakukan seleksi terhadap semua siswa PG Islam Maryam Surabaya
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya.
2. Semua anak yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut akan dibagi menjadi dua
kelompok lagi yaitu kelompok yang melakukan kegiatan membuat kolase
(menempel) dan kelompok melakukan kegiatan membentuk clay (adonan
tepung). Pembagian kelompok ini didasarkan pada kelas. Dikarenakan anak
Ibu merupakan siswa di kelas A, maka anak Ibu termasuk kelompok yang
melakukan kegiatan membentuk clay (adonan tepung).
3. Sehari sebelum pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan tepung),
peneliti memberikan penjelasan secara lengkap hal-hal mengenai penelitian ini
dan meminta persetujuan pada Ibu.
4. Peneliti memberikan surat pernyataan ketersediaan Ibu untuk melibatkan anak
Ibu dalam penelitian ini. Kemudian Ibu melakukan penandatanganan surat

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119

pernyataan tersebut dengan disaksikan oleh peneliti dan saksi yaitu


Guru/Kepala PG Islam Maryam Surabaya.
5. Apabila Ibu setuju, Ibu mendapat lembar yang harus diisi oleh Ibu terkait
identitas Ibu dan anak Ibu.
6. Peneliti melakukan penilaian kemampuan motorik halus anak Ibu
menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk melihat kondisi awal
motorik halus anak Ibu.
7. Sehari setelah Ibu menandatangani surat pernyataan tersebut, peneliti memulai
pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan tepung)yang dilakukan
setiap 1 minggu sekali pada hari Selasa selama 1 bulan sehingga secara
keseluruhan terdapat 4 kali pertemuan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
durasi 60 menit pada setiap pertemuan
8. Pada akhir penelitian yaitu awal bulan Juni 2015, sehari setelah pertemuan
keempat peneliti akan kembali melakukan penilaian perkembangan motorik
halus anak menggunakan lembar tes perkembangan Denver II untuk
mengetahui apakah kondisi motorik halus anak Ibu mengalami perubahan atau
tidak.
9. Setelah dilakukan penilaian perkembangan motorik halus, anak Ibu akan
diberikan kegiatan sebaliknya yaitu diajarkan juga untuk membuat kolase
selama 1 kali pertemuan.

Manfaat Penelitian bagi Subjek Penelitian


1. Bagi Ibu
1) Ibu dapat mengetahui hasil penilaian kemampuan motorik halus anaknya.
2) Ibu dapat mengetahui kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk
menstimulasi motorik halus anak.
2. Bagi anak
1) Anak akan mendapatkan stimulasi perkembangan melalui kegiatan
membentuk clay (adonan tepung) agar kemampuan motorik halusnya
semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120

Bahaya potensial
Bahan clay yang digunakan dalam penelitian ini termasuk bahan yang
aman karena terbuat dari tepung terigu, minyak sayur, air, dan pewarna makanan.
Namun peneliti bersama dengan rekan peneliti, guru, dan Kepala PG Islam
Maryam Surabaya akan tetap melakukan pengawasan penuh pada anak Ibu selama
kegiatan ini berlangsung.

Hak untuk undur diri


Keikutsertaan anak Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan
konsekuensi yang merugikan responden dan apabila dalam penelitian ini Ibu tidak
bersedia anak Ibu dijadikan responden maka peneliti akan mencari responden
lainnya untuk dijadikan subyek penelitian.

Jaminan kerahasiaan data


Dalam penelitian ini, semua data dan informasi identitas anak Ibu akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti yaitu dengan tidak mencantumkan identitas
anak Ibu secara jelas dan pada laporan penelitian nama subyek penelitian dibuat
kode misalnya A01.

Adanya insentif untuk subyek penelitian


Subyek penelitian kelompok yang melakukan kegiatan membentuk clay
(adonan tepung)memperoleh souvenir berupa buku bergambar dan bahan
tempelan untuk membuat kolase yang dapat dimanfaatkan untuk
stimulasikemampuan motorik halus anak.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
121

Prosedur penelitian

Seleksi semua siswa PG Islam Maryam Surabaya sesuai kriteria yang


ditetapkan peneliti

Pembagian siswa yang memenuhi kriteria menjadi 2 kelompok:


1. Kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung)
2. Kelas B: kegiatan membuat kolase (menempel)

Siswa kelas A: kegiatan membentuk clay (adonan tepung)

Peneliti memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian pada Ibu

Ibu menandatangani surat pernyataan ketersediaan untuk melibatkan


anak Ibu dalam penelitian

Bila Ibu setuju, Ibu mengisi lembar terkait identitas Ibu dan anak Ibu

Anak Ibu akan dinilai kemampuan motorik halusnya oleh peneliti


menggunakan lembar tes Denver II

Peneliti memulai pertemuan pertama kegiatan membentuk clay (adonan


tepung). Dilakukan 1 minggu sekali pada hari Selasa selama 1 bulan
dengan durasi 60 menit pada setiap pertemuan

Anak Ibu akan dinilai kembali kemampuan motorik halusnya oleh


peneliti menggunakan lembar tes Denver II

Informasi tambahan
Subyek penelitian bisa menanyakan semua hal yang berkaitan dengan
penelitian ini dengan menghubungi peneliti:
Mita Noviyanti
Telp: 085730103114
Email: noviyantimita@ymail.com

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
122

Lampiran 9

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak
Usia Prasekolah melalui Terapi Seni Rupa Kolase dan Clay di PG Islam
Maryam Surabaya”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek.
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian.
4. Bahaya yang akan timbul.
5. Prosedur penelitiandan mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) mengijinkan anak saya
secara sukarela,
Nama :
Kelas :
Untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Surabaya, Mei 2015


Peneliti, Responden,

(Mita Noviyanti) (……...............………)


Saksi,

(…………...................…)

*) Coret yang tidak perlu

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
123

Lampiran 10

DATA DEMOGRAFI IBU RESPONDEN PENELITIAN


“PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA
PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN
CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA”

1. Nama Lengkap :
2. Tempat/Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
124

Lampiran 11

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN


“PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA
PRASEKOLAH MELALUI TERAPI SENI RUPA KOLASE DAN
CLAY DI PG ISLAM MARYAM SURABAYA”

Kode Responden *) :
Petunjuk : Berilah tanda () pada pilihan jawaban yang Anda anggap
sesuai.

I. Data Demografi Anak


1. Nama Lengkap Anak :
2. Tempat/Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Anak ke : dari bersaudara
7. Anak lahir : Cukup bulan Prematur
8. Lama sekolah di PG : 1 tahun > 1 tahun

*) Diisi oleh peneliti

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
125

Lampiran 12

LEMBAR TES SKRINING PERKEMBANGAN DENVER II

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127

Lampiran 13

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT KOLASE
PERTEMUAN I

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase.
Materi : Membuat kolase bentukmanusia salju (snowman) dengan media
koran bekas dan kertas lipat.
Waktu : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali
seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Merobek koran menjadi potongan-potongan kecil untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot-otot halus tangan.
2. Menempel potongan-potongan koran dengan rapi di atas gambar snowman
untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Kertas gambar ukuran A4.
2. Koran bekas.
3. Kertas lipat.
4. Lem.
5. Gunting kertas.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128

2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50


a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk menit
mendemonstrasikan cara snowman (manusia
membuat kolase bentuk salju):
snowman (manusia salju)
bersama siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Merobek-robek koran
merobek-robek koran bekas dan kertas lipat
bekas dan kertas lipat menjadi potongan
menjadi potongan kecil- kecil-kecil.
kecil.
- Mendemonstrasikan cara - Menempel potongan
menempel potongan kertas sampai
kertas sampai memenuhi memenuhi gambar
gambar snowman snowman (manusia
(manusia salju). salju).
b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
kolase.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam penutup. b. Menjawab salam
penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT KOLASE
PERTEMUAN II

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase.
Materi : Membuat kolase bentuk rumah dengan media kardus bekas dan
kertas lipat.
Waktu : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali
seminggu setiap hari Seninselama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Merobek kardus bekas dan kertas lipat 2 warna berbeda menjadi potongan
kecil-kecil untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan.
2. Menempel kardus bekas &kertas lipat yang telah dirobek di atas gambar
rumah dengan rapi, warnayang ditempel sesuai dengan contoh yang
diberikan untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Kertas gambar ukuran A4.
2. Kardus bekas dan kertas lipat
3. Lem.
4. Gunting kertas.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50
a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130

mendemonstrasikan cara rumah: menit


membuat kolase bentuk
rumah bersama siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Merobek-robek kertas
merobek-robek kertas lipat dan menggunting
lipat dan menggunting kardus menjadi
kardus menjadi potongan potongan kecil-kecil.
kecil-kecil.
- Mendemonstrasikan cara - Menempel potongan
menempel potongan kertas lipat dan kardus
kertas lipat dan kardus sampai memenuhi
sampai memenuhi gambar gambar rumah.
rumah.
b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
kolase.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup. penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT KOLASE
PERTEMUAN III

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase.
Materi : Membuat kolase bentuk binatang gajah dengan media majalah
bekas.
Waktu : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali
seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Merobek majalah menjadi potongan-potongan kecil untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan.
2. Menempel potongan-potangan majalah dengan rapi diatas gambar gajah
untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Kertas gambar ukuran A4.
2. Majalah bekas.
3. Lem.
4. Gunting kertas.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50
a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk menit
mendemonstrasikan cara binatang gajah:

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132

membuat kolase bentuk


binatang gajah bersama
siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Merobek-robek
merobek-robek majalah majalah bekas menjadi
bekas menjadi potongan potongan kecil-kecil.
kecil-kecil.
- Mendemonstrasikan cara - Menempel potongan
menempel potongan kertas sampai
majalah bekas sampai memenuhi gambar
memenuhi gambar binatang gajah.
binatang gajah.
b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
kolase.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup. penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT KOLASE
PERTEMUAN IV

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan membuat kolase.
Materi : Membuat kolase bentuk pohon dengan media kertas lipat.
Waktu : Terapi seni rupa 2 dimensi dengan kolase dilakukan 1 kali
seminggu setiap hari Senin selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat kolase, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Menggunting kertas lipat menjadi bentuk rumput untuk melatih
kemampuan koordinasi mata dan tangan.
2. Meremas kertas lipat menjadi bentuk tidak beraturan untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan.
3. Menempel kertas lipat bentuk rumput dan tak beraturan di atas gambar
pohon untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Kertas gambar ukuran A4.
2. Kertas lipat.
3. Pensil.
4. Lem.
5. Gunting kertas.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134

2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50menit


a. Menjelaskan dan a. Membuat kolase bentuk
mendemonstrasikan cara pohon:
membuat kolase bentuk
pohon bersama siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Merobek-robek kertas
merobek-robek kertas lipat menjadi
lipat menjadi potongan potongan kecil-kecil.
kecil-kecil.
- Mendemonstrasikan cara - Meremas-remas
meremas-remas potongan potongan kertas lipat.
kertas lipat.
- Mendemonstrasikan cara - Menempel potongan
menempel potongan kertas lipat sampai
kertas lipat sampai memenuhi gambar
memenuhi gambar pohon. pohon.
b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
kolase.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
d. Mengucapkan terima kasih. a. Menjawab salam
e. Mengucapkan salam penutup.
penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat kolase dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuat kolase.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan kolase.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
135

Lampiran 14

Pertemuan I Pertemuan II
Kolase bentuk manusia salju (snowman) Kolase bentuk rumah

Pertemuan III Pertemuan IV


Kolase bentuk gajah Kolase bentuk pohon

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
136

Lampiran 15

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT CLAY
PERTEMUAN I

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay.
Materi : Membuat clay bentuk bebas sesuai keinginan siswa.
Waktu : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu
setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Meremas adonan clay sesuai dengan bentuk yang diinginkan untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot-otot halus tangan.
2. Membentuk adonan claysesuai dengan keinginan untuk melatih
kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Adonan claydengan berbagai macam warna.
2. Pensil.
3. Spidol hitam.
4. Penggaris kecil.
5. Plastik mika.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
137

2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50 menit


a. Menjelaskan cara membuat a. Membuat clay.
clay. b. Bertanya pada peneliti
b. Menginstruksikan pada jika masih belum
siswa untuk membuat mengerti cara membuat
claydengan bentuk bebas clay.
sesuai keinginan siswa.
c. Memberikan arahan pada
siswa bila siswa kesulitan
dalam membentuk adonan.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup. penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
138

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT CLAY
PERTEMUAN II

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay.
Materi : Membuat clay bentuk sayur-sayuran (tomat, terong, dan wortel).
Waktu : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu
setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot
halus tangan.
2. Membentuk adonan clay yang telah diremas menjadi bentuk tomat, terong,
dan wortel untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Adonan clayberwarna merah, hijau, oranye, dan ungu.
2. Plastik mika.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50
a. Menjelaskan dan a. Membuat claybentuk menit
mendemonstrasikan cara tomat:
membuat clay bentuk tomat:
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bentuk bulat
membuat bentuk bulat dengan adonan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
139

dengan adonan clay clayberwarna merah.


berwarna merah.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan clay
melinting adonan clay berwarna hijau
berwarna hijau kemudian kemudian dipotong
dipotong menjadi 3 bagian menjadi 3 bagian kecil
kecil dengan dengan menggunakan
menggunakan penggaris. penggaris.
b. Menjelaskan dan b. Membuat claybentuk
mendemonstrasikan cara terong:
membuat clay bentuk terong:
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bulatan
membuat bulatan berukuran sedang dari
berukuran sedang dari adonan clay warna
adonan clay warna ungu. ungu.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting dan
melinting dan menekan menekan adonan
adonan tersebut hingga tersebut hingga
bentuknya menyerupai bentuknya menyerupai
terong. terong.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting dan
melinting dan menekan menekan adonan clay
adonan clay warna hijau warna hijau hingga
hingga bentuknya bentuknya menyerupai
menyerupai tangkai tangkai terong.
terong.
- Menyatukan adonan clay - Menyatukan adonan
bentuk terong dengan clay bentuk terong
tangkainya. dengan tangkainya.
c. Menjelaskan dan c. Membuat claybentuk
mendemonstrasikan cara wortel:
membuat clay bentuk wortel
bersama siswa.
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bulatan
membuat bulatan berukuran sedang dari
berukuran sedang dari adonan clay warna
adonan clay warna oranye. oranye.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting dan
melinting dan menekan menekan adonan
adonan tersebut hingga tersebut hingga
bentuknya menyerupai bentuknya menyerupai
wortel. wortel.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
140

- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan clay


melinting adonan clay warna hijau kemudian
warna hijau kemudian dipotong menjadi 3
dipotong menjadi 3 bagian bagian sama panjang
sama panjang dan dan disatukan pada
disatukan pada salah satu salah satu ujung untuk
ujung untuk digunakan digunakan sebagai
sebagai tangkai wortel. tangkai wortel.
- Menyatukan adonan clay - Menyatukan adonan
bentuk wortel dengan clay bentuk wortel
tangkainya. dengan tangkainya.
d. Memberikan arahan pada d. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
clay.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup. penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
141

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT CLAY
PERTEMUAN III

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay.
Materi : Membuat clay bentuk buah-buahan (anggur dan potongan
semangka).
Waktu : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu
setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot
halus tangan.
2. Membentuk adonan clay menjadi bentuk buah anggur dan potongan buah
semangka untuk melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Adonan clay berwarna hijau, ungu, merah, putih, dan hitam.
2. Spidol hitam.
3. Penggaris kecil.
4. Plastik mika.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5 menit


a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam.
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak
dengan ramah. waktu kegiatan dengan
b. Memperkenalkan diri. peneliti.
c. Menyampaikan tujuan c. Bertanya jika ada yang
kegiatan dan kontrak waktu. belum dimengerti.
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50
a. Menjelaskan dan a. Membuat clay bentuk menit
mendemonstrasikan cara anggur:

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
142

membuat claybentuk anggur


bersama siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Membuat beberapa
membuat beberapa bulatan berukuran
bulatan berukuran sedang sedang dari adonan
dari adonan clay warna clay warna ungu.
ungu.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan clay
melinting adonan clay berwarna hitam
berwarna hitam sebagai sebagai tangkainya.
tangkainya.
- Mendemonstrasikan - Merekatkan tangkai
merekatkan tangkai dan dan bulatan-bulatan
bulatan-bulatan anggur anggur yang telah
yang telah dibuat . dibuat .

b. Menjelaskan dan b. Membuat clay bentuk


mendemonstrasikan cara potongan semangka:
membuat clay bentuk
potongan semangka bersama
siswa:
- Mendemonstrasikan cara - Menggilas adonan
menggilas adonan clay clay berwarna merah
berwarna merah kemudian kemudian dipotong
dipotong bentuk segitiga. bentuk segitiga.
- Mendemonstrasikan cara - Menekan-nekan tepi
menekan-nekan tepi adonan segitiga tadi
adonan segitiga tadi hingga bentuknya
hingga bentuknya menyerupai potongan
menyerupai potongan semangka.
semangka.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan clay
melinting adonan clay berwarna hijau lalu
berwarna hijau lalu ditekan hingga adonan
ditekan hingga adonan tipis, digunakan
tipis, digunakan sebagai sebagai kulit
kulit semangka. semangka.
- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan clay
melinting adonan clay berwarna putih hingga
berwarna putih hingga memanjang kemudian
memanjang kemudian potong setiap
potong setiap ujungnya ujungnya sepanjang

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
143

sepanjang ukuran ukuran potongan


potongan semangka yang semangka yang dibuat.
dibuat.
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bulatan-
membuat bulatan-bulatan bulatan sangat kecil
sangat kecil dari adonan dari adonan clay
clay berwarna hitam berwarna hitam
sebagai biji semangka. sebagai biji semangka.
- Menyusun adonan yang - Menyusun adonan
telah dibuat tadi mulai yang telah dibuat tadi
dari adonan clay warna mulai dari adonan clay
merah, hijau sebagai kulit warna merah, hijau
semangka, dan adonan sebagai kulit
clay hitam direkatkan semangka, dan adonan
diatas adonan clay warna clay hitam direkatkan
merah sebagai biji diatas adonan clay
semangka. warna merah sebagai
biji semangka.
c. Memberikan arahan pada c. Bertanya pada peneliti
siswa bila siswa belum jika masih belum
mengerti. mengerti cara membuat
clay.
3. Penutup 3. Penutup 5 menit
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menyetujui kontrak
b. Membuat kontrak untuk waktu untuk pertemuan
pertemuan selanjutnya. selanjutnya.
c. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup. penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
144

SATUAN ACARA KEGIATAN


MEMBUAT CLAY
PERTEMUAN IV

Sasaran : Siswa PG Islam Maryam Surabaya usia 3-5 tahun.


Tempat : Ruang kelas PG Islam Maryam Surabaya.
Kegiatan : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan membuat clay.
Materi : Membuat clay bentuk binatang kupu-kupu.
Waktu : Terapi seni rupa 3 dimensi dengan clay dilakukan 1 kali seminggu
setiap hari Selasa selama 1 bulan (60 menit).

I. Tujuan Umum
Setelah membuat clay, kemampuan motorik halus para siswa PG Islam
Maryam Surabaya mengalami peningkatan.

II. Tujuan Khusus


Setelah membuat kolase diharapkan siswa dapat:
1. Meremas adonan clay untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot-otot
halus tangan.
2. Membentuk adonan clay menjadi bentuk kupu-kupu untuk melatih
kemampuan koordinasi mata dan tangan.

III. Alat dan Bahan


1. Adonan clayberwarna biru, putih, hitam, dan ungu..
2. Plastik mika.

IV. Kegiatan
Kegiatan Peneliti Kegiatan Siswa Waktu

1. Pembukaan 1. Pembukaan 5
a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam. menit
pembuka dan menyapa siswa b. Menyetujui kontrak waktu
dengan ramah. kegiatan dengan peneliti.
b. Memperkenalkan diri. c. Bertanya jika ada yang
c. Menyampaikan tujuan belum dimengerti.
kegiatan dan kontrak waktu.
2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti 50
a. Menjelaskan dan a. Membuat clay bentuk menit
mendemonstrasikan cara binatang kupu-kupu:
membuat claybentuk
binatang kupu-kupu:
- Mendemonstrasikan cara - Melinting adonan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
145

melinting adonan clay clayberwarna biru dan


berwarna biru dan ditekan-tekan hingga
ditekan-tekan hingga bentuknya menyerupai
bentuknya menyerupai badan kupu-kupu.
badan kupu-kupu.
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bulatan dari
membuat bulatan dari adonan clay warna biru
adonan clay warna biru sebagai kepala kupu-
sebagai kepala kupu- kupu.
kupu.
- Mendemonstrasikan cara - Membuat sayap kupu-
membuat sayap kupu- kupu dengan adonan
kupu dengan adonan clay clay berwarna ungu.
berwarna ungu.
- Mendemonstrasikan cara - Membuat bulatan-
membuat bulatan-bulatan bulatan kecil dengan
kecil dengan adonan clay adonan clay berwarna
berwarna putih dan hitam putih dan hitam sebagai
sebagai mata kupu-kupu. mata kupu-kupu.
- Mendemonstrasikan cara - Menyatukan beberapa
menyatukan beberapa bentuk adonan tadi
bentuk adonan tadi hingga hingga membentuk
membentuk kupu-kupu. kupu-kupu.

b. Memberikan arahan pada b. Bertanya pada peneliti jika


siswa bila siswa belum masih belum mengerti cara
mengerti. membuat clay.
3. Penutup 3. Penutup 5
a. Mengucapkan terima kasih. a. Menjawab salam penutup. menit
b. Mengucapkan salam
penutup.

V. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Evaluasi proses
Evaluasi yang dilakukan saat kegiatan membuat clay dilakukan
meliputi:
a. Anak selalu hadir dalam kegiatan membuatclay.
b. Anak dapat membuat dan menyelesaikan clay.
c. Anak mampu mengikuti kegiatan sampai selesai.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
146

3. Evaluasi hasil
a. Kemampuan koordinasi mata dan tangan anak semakin baik.
b. Kelenturan otot-otot halus pada tangan anak semakin baik.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
147

Lampiran 16

Pertemuan I
Clay bentuk bebas sesuai dengan
keinginan dan kreasi anak.

Pertemuan II
Clay bentuk sayuran
(tomat, terong, wortel)

Pertemuan III Pertemuan IV


Clay bentuk buah Clay bentuk kupu-kupu
(anggur dan potongan semangka)

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 17

TABULASI DATA DEMOGRAFI & HASIL PRE-POST TEST RESPONDENPENELITIAN

Lama Data Orang Tua  F (Failed)


Jenis Status Pre- Post-
Kode Kelompok Usia Sekolah Pendidikan Pekerja Pre- Post-
Kelamin Kelahiran Test Test
di PG Terakhir an Test Test
K01 Kolase 2 2 2 2 5 1 2F 1F 3 3
K02 Kolase 2 2 2 1 5 2 2F 1F 3 3
K03 Kolase 2 2 2 2 5 5 5F 2F 2 3
K04 Kolase 2 2 2 1 5 2 1F 0F 3 3
K05 Kolase 2 2 2 1 5 1 2F 0F 3 3
K06 Kolase 2 1 2 1 5 5 3F 0F 2 3
K07 Kolase 2 1 2 1 5 2 1F 2F 3 3
C01 Clay 2 2 2 1 4 1 5F 2F 2 3
C02 Clay 2 2 2 1 5 3 2F 1F 3 3
C03 Clay 2 1 2 1 5 2 1F 1F 3 3
C04 Clay 2 2 2 1 5 2 2F 2F 3 3
C05 Clay 2 1 2 1 1 1 3F 1F 2 3
C06 Clay 2 2 2 1 5 5 5F 2F 2 3
C07 Clay 1 2 2 1 5 3 4F 2F 2 3

Keterangan: Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : Pre-Post Test :


Usia : 1 = Laki-laki 1 = Tidak sekolah 1 = Tidak bekerja 1 = Untestable
1 = 3 tahun 2 = Perempuan 2 = Lulus SD 2 = Swasta 2 = Suspect
2 = 4 tahun Usia Saat Lahir : 3 = Lulus SMP 3 = Wiraswasta 3 = Normal
3 = 5 tahun 1 = Prematur 4 = Lulus SMA 4 = BUMN
2 = Cukup bulan 5 = Lulus PT 5 = PNS

148

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
149

Lampiran 18

ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN


PENELITIAN KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE

Frequencies
Statistics
LamaSe
JenisKelam UsiaSaa PendidikanTerak
Usia kolahdi
in tLahir hir
PG
Valid 7 7 7 7 7
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Pekerjaan
Valid 7
N
Missing 0

Frequency Table

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid 4 tahun 7 100,0 100,0 100,0

JenisKelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Laki-laki 2 28,57 28,57 28,57
Valid Perempuan 5 71,43 71,43 100,0
Total 7 100,0 100,0

UsiaSaatLahir
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Cukup bulan 7 100,0 100,0 100,0

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
150

LamaSekolahdiPG
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
1 tahun 5 71,43 71,43 71,43
Valid > 1 tahun 2 28,57 28,57 100,0
Total 7 100,0 100,0

PendidikanTerakhir Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Lulus PT 7 100,0 100,0 100,0

Pekerjaan Ibu
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Tidak 2 28,57 28,57 28,57
bekerja
Valid Swasta 3 42,86 42,86 71,43
PNS 2 28,57 28,57 100,0
Total 7 100,0 100,0

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
151

Lampiran 19

ANALISIS DESKRIPTIF KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN


PENELITIAN KELOMPOK TERAPI SENI RUPA CLAY

Frequencies

Statistics
JenisKela UsiaSaat LamaSek PendidikanTera
Usia
min Lahir olahdiPG khir
Valid 7 7 7 7 7
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
Pekerjaan
Valid 7
N
Missing 0

Frequency Table

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
3 tahun 1 14,29 14,29 14,29
Valid 4 tahun 6 85,71 85,71 100,0
Total 7 100,0 100,0

JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Laki-laki 2 28,57 28,57 28,57
Valid Perempuan 5 71,43 71,43 100,0
Total 7 100,0 100,0

UsiaSaatLahir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Cukup 7 100,0 100,0 100,0
Valid
bulan

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
152

LamaSekolahdiPG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 1 tahun 7 100,0 100,0 100,0

PendidikanTerakhir Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Tidak 1 14,29 14,29 14,29
sekolah
Valid Lulus SMA 1 14,29 14,29 28,58
Lulus PT 5 71,42 71,42 100,0
Total 7 100,0 100,0

Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Tidak 2 28,57 28,57 28,57
bekerja
Swasta 2 28,57 28,57 57,14
Valid
Wiraswasta 2 28,57 28,57 85,71
PNS 1 14,29 14,29 100,0
Total 7 100,0 100,0

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
153

Lampiran 20

ANALISIS DESKRIPTIF HASIL PRE-TEST&POST-TEST KELOMPOK


TERAPI SENI RUPA KOLASE &CLAY

Frequencies

Statistics
Pre- Post- Pre- Post-
TestKelompok TestKelompok TestKelompok TestKelompo
TerapiSeniRu TerapiSeniRu TerapiSeniRu kTerapiSeniR
paKolase paKolase paClay upaClay
Valid 7 7 7 7
N
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Pre-TestKelompokTerapiSeniRupaKolase
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Suspect 2 28,57 28,57 28,57
Valid Normal 5 71,43 71,43 100,0
Total 7 100,0 100,0

Post-TestKelompokTerapiSeniRupaKolase
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Normal 7 100,0 100,0 100,0

Pre-TestKelompokTerapiSeniRupa Clay
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Suspect 4 57,14 57,14 57,14
Valid Normal 3 42,86 42,86 100,0
Total 7 100,0 100,0

Post-TestKelompokTerapiSeniRupaClay
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Normal 7 100,0 100,0 100,0

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
154

Lampiran 21

HASIL UJI WILCOXON SIGNED RANK TEST PRE-TEST&POST-TEST


KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE

NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative 0a ,00 ,00
Ranks
PostTest -
Positive Ranks 2b 1,50 3,00
PreTest
Ties 5c
Total 7

a. PostTest < PreTest


b. PostTest > PreTest
c. PostTest = PreTest

Test Statisticsa
PostTest -
PreTest
Z -1,414b
Asymp. Sig. (2- ,157
tailed)

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
155

Lampiran 22

HASIL UJI WILCOXON SIGNED RANK TEST PRE-TEST&POST-TEST


KELOMPOK TERAPI SENI RUPA CLAY

NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative 0a ,00 ,00
Ranks
PostTest -
Positive Ranks 4b 2,50 10,00
PreTest
Ties 3c
Total 7

a. PostTest < PreTest


b. PostTest > PreTest
c. PostTest = PreTest

Test Statisticsa
PostTest -
PreTest
Z -2,000b
Asymp. Sig. (2- ,046
tailed)

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
156

Lampiran 23

HASIL UJI MANN-WHITNEY U TEST POST-TEST


KELOMPOK TERAPI SENI RUPA KOLASE

NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
Kode N Mean Sum of
Kelompok Rank Ranks
Kolase 7 7,50 52,50
PostTest Clay 7 7,50 52,50
Total 14

Test Statisticsa
PostTest
Mann-Whitney U 24,500
Wilcoxon W 52,500
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
Exact Sig. [2*(1-tailed 1,000b
Sig.)]

a. Grouping Variable: Kode


Kelompok
b. Not corrected for ties.

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
157

Lampiran 24

Gambar 1 Gambar 2
Kegiatan membuat clay bentuk sayuran Kegiatan membuat clay bentuk kupu-kupu

Gambar 3 Gambar 4
Kegiatan membuat kolase bentuk rumah Kegiatan membuat kolase bentuk snowman

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
158

Gambar 5 Gambar 6
Hasil kreasi clay bentuk sayuran Hasil kreasi kolase bentuk pohon

Gambar 7 Gambar 8
Hasil kreasi clay bentuk buah semangka Hasil kreasi kolase bentuk gajah

SKRIPSI PERBEDAAN KEMAMPUAN MOTORIK... MITA NOVIYANTI

También podría gustarte