Está en la página 1de 13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
(Smeltzer, 2002) (Utara, 2007)
Hipertensi adalah suatu penyakit tanpa gejala sehingga sering
disadari penderita setelah timbul akibat lanjut (komplikasi) (Permadi
2008). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Utara, 2007)
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi
persistendimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Wiryowidagdo (2002)
mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah
seseorang berada pada tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat
diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak
berjalansebagaimana mestinya dalammempertahankan tekanan darah
secara normal (Toto, 2007).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang
penyebabnya masih tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau
primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi
sekunder) (Toto, 2007).
Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah arteri di atas batas normal yang diharapkan pada kelompok usia
tertentu (Oxford, 2003) (Utara, 2007).
2. Etiologi
Menurut Permadi (2000) dalam (Utara, 2007), faktor – faktor yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi antara lain :
a. Usia
Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan terjadinya
kenaikan tekanan darah dengan naiknya umur diatas 45 tahun.
b. Jenis kelamin
Penelitian di jawa tengah dan daerah lain di Indonesia menunjukkan
kejadianhipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria
karena pada wanita mengalami menopause sehingga terjadi penurunan
jaringan perifer dan hormon.

c. Obesitas

1
Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan memompa
daraholeh jantung) dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
dengan obesitas lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi dengan
berat badan normal.
d. Keturunan
Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir dari ayah-
ibunormotensif (tekanan darah normal) mungkin akan menderita
hipertensi, sedangkan kemungkinan ini naik menjadi 45% jika kedua
orang tuanya menderita hipertensi.
e. Lingkungan dan faktor geografi
Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi kemungkinan
tinggi rendahnya tekanan darah seseorang.
f. Macam pekerjaan
Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress. Stress
melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah.
g. Konsumsi garam
Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan akan
terjadihipertensi beberapa persen saja, namun jika konsumsi garam
antara 5-15 gram perhari maka kemungkinan hipertensi menjadi 15-
20%.
h. Gaya hidup
Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak
senangmakan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolah
raga disinyalir akan memicu terjadinya hipertensi.
Berdasarkan penelitian Kumar et al (2004), hipertensi memiliki beberapa
etiologi, yaitu :
a. Faktor genetik.
Beberapa mutasi genetik pada gen-gen pengatur tekanan darah akan
menyebabkan sebuahkeluarga lebih rentan terhadapHipertensi daripada
keluarga yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
b. Faktor fetal.
Menurut penelitian, berat badan lahir yang rendah mempunyai risiko
mengalami kejadian hipertensi yang lebih tinggi.Ini berhubungan
dengan adanya kelainan pada sistem pembuluh darahnya.
c. Faktor lingkungan :
1). Obesitas.
Orang yang gemuk lebih sering mengalami kejadian hipertensi
dibandingkan dengan orang yang kurus.

2). Alkohol.
Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
meminum alkohol dengan kejadian hipertensi.
3). Asupan garam.

2
Semakin tinggi asupan garam yang diterima oleh seseorang,
peluang untuk terjadinya hipertensi semakin besar.
4). Stres.
Beberapa penelitian menunjukkanbahwa stres dapat mengakibatkan
kenaikan tekanan darah.
5). Mekanisme humoral
Sistim saraf pusat memegang peranan penting dalam pengaturan
tekanan darah. Jika sistem ini terganggu, maka pengaturan tekanan
darah juga terganggu.
6). Resistensi insulin.
Hubungan antara diabetes dengan hipertensi telah lama diketahui
dan salah satu ciri pada diabetes adalah Hiperinsulinemia sehingga
resistensi insulin juga terjadinya kejadian hipertensi. akan memiliki
hubungan dengan terjadinya kejadian hipertensi
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Lebih dari 90 % pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi tipe ini. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi
untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum ada
satu teori yang menegaskanpatogenesis hipertensi ini.
Faktor genetik memegang peranan penting dalam jenis hipertensi
ini. Apabila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darahyang
monogenik danpoligenik, orang tersebut mempunyai kecenderungan
untuk memiliki hipertensi esensial. Banyak karakteristik genetik dari
gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium atau mengubah
ekskresi kallikrein urin, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron,
steroid adrenal, dan angiotensinogen.
b. Hipertensi sekunder
Jenis hipertensi merupakan akibat kelainan penyakit ataupun obat
tertentu yang bisa meningkatkan tekanan darah. Kurang dari 10 %
pasien menderita jenis hipertensi ini. Pada kebanyakan kasus, disfungsi
renalakibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab hipertensi sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat
diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan
ataumengobati/mengoreksi kondisi penyakit yang mendasarinya

3
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder ini
(Muchid et al, 2006).
Berdasarkan bentuknya, hipertensi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
b. Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi) yaitu
peningkatan tekanan darah pada sistolik dan diastolik.
c. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya
ditemukan pada usia lanjut (Phibbs, 2007).
Berdasarkan kriteria tekanan darahnya dalam JNC 7 (2003), Hipertensi
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Prahipertensi. Tekanan darahnya dari 120/80 mmHg sampai 139/89
mmHg.
b. Hipertensi tingkat I Tekanan darahnya dari 140/90 mmHg
sampai159/99 mmHg.
c. Hipertensi tingkat II. Tekanan darahnya melebihi 160/100 mmHg.
4. Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Sustrani
(2005)dikelompokkanmenjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidakdiketahui dengan
pasti apa penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial
menurut pakar adalah stress, hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik), lingkungan, kelainan metabolism intra
selular dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas,
konsumsi alkohol, merokok, dan kalainan darah (polisitemia).
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Hipertensi renal adalah hipertensi yang penyebab secara
spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit
jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan
dengan kehamilan.
5. Manifestasi Klinis
Gejala hipertensi biasanya tidak ada sampai timbul komplikasi,
gejala-gejala yangsering timbul menurut Utomo (2005) adalah:
a. Sering merasa pusing atau sakit kepala.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh.
d. Dada sering berdebar-debar.
e. Telinga kadang berdenging.
6. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya hipertensi adalah :

4
a. Faktor risiko, seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas,
merokok, dan genetik.
b. Sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal).
c. Keseimbangan antara modulator, vasodilatasi, dan vasokontriksi.
d. Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin, dan aldosteron (Yogiantoro, 2009).
Selain itu, menurut Sigarlaki (2006), faktor pemicu hipertensi dapat
dibedakan atas yang tidak terkontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan
umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam); akan tetapi, hipertensi ini
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
neurotransmiter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen
seperti rokok, nutrisi dan stres.
7. Patogenesis
Menurut Yusuf (2008), tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Di dalam tubuh, terdapat sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
langsung bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga
yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain refleks
kardiovaskular melalui baroreseptor, refleks kemoreseptor respon iskemia
susunan saraf pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan
hormon angiotensin dan vasopresor.
Pada hipertensi primer terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhitekanan darah berupa faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis, dan
sistem renin angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik,
asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan
faktor endotel.
Pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meninggi
sedangkan tahanan perifer normal yang disebabkan peningkatan aktivitas
simpatis. Pada tahap selanjutnya, curah jantung menjadi normal sedangkan
tahanan perifer yang meninggi karena refleks autoregulasi melalui
mekanisme konstriksi katupprakapiler. Kelainan hemodinamik ini juga
diikuti dengan perubahan struktur pembuluh darah (hipertrofi pembuluh
darah) dan jantung (penebalan dinding ventrikel).
Stres dengan peninggian aktivitas simpatis dan perubahan fungsi
membran sel dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi
struktural. Faktor lain yang berperan adalah endotelin yang bersifat
vasokonstriktor. Berbagai Promoter Pressor-growth bersamaan dengan
kelainan fungsi membran sel yang mengakibatkan hipertrofi vaskular akan

5
menyebabkan peninggian tahanan perifer serta tekanan darah. Mengenai
kelainan fungsi membran sel, Garay (1990) dalam Yusuf (2008) telah
membuktikan adanya defek transportasi ion Na+ dan Ca2+ untuk melewati
membran sel. Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau
peninggian hormon natriuretik akibat peninggian volume intravaskular.
Selain itu, terjadiperubahan intraselular dimana kenaikan Na+ intraselular
akibatpenghambatan pompa Na+ akan meningkatkan ion Ca2+ intraselular
sehingga menyebabkan perubahan dinding pembuluh darah maupun
konstriksi fungsional yang mengakibatkan peninggian tahanan darah dan
tekanan darah yang menetap.
Sistem renin angiotensin aldosteron juga memegang peranan
pentingdalam penyakit ini dimana renin akan melepaskan angiotensin I
dan angiotensin converting enzym akan mengkonversi angiotensin I
menjadi angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi kuat dan
angiotensin II juga menyebabkan sekresi aldosteron yang berfungsi
meretensi Na+ dan air.
Studi pasien Framingham yang dilakukan oleh The National Heart,
Lung and Blood Institute (NHLBI) juga melaporkan adanya korelasi
antara gangguan toleransi glukosa dengan hipertensi. Selain itu, ada juga
yang melaporkan bahwa pada pasien hipertensi, kadar insulin darah
meningkat setelah dilakukan pembebanan glukosapada tes toleransi
glukosa oral. Pada keadaan hiperinsulinemia, terjadi pengaktifan saraf
simpatis, peningkatan reabsorpsinatrium oleh tubulus proksimal dan
gangguan transportasi membran sel berupa penurunan pengeluaran
natrium dari dalam sel akibat kelainan pada sistem Na+/K+ ATPase dan
Na+/H+ exchanger dan terganggunya pengeluaran ion Ca2+ dari dalam
sel. Akibatnya, terjadi peningkatan sensitivitas otot polos pembuluh darah
terhadap zat vasokonstriktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan
kontraktilitas. Sementaraitu, kadar ion H+ yang rendah dalam sel
akanmeningkatkan sintesis protein, proliferasi sel dan hipertrofi pembuluh
darah.
Faktor lingkungan (stres psikososial, obesitas dan kurang olahraga)
juga berpengaruh pada timbulnya hipertensi. Olahraga yang teratur serta
isotonik akan menurunkan tahanan perifer sehingga tidak terjadi
peningkatan tekanan darah. Selain itu, rokok dan alkohol juga memiliki
hubungan dengan kejadian hipertensi dimana pada orang yang peminum
alkohol serta perokok akan lebih mudah menderita hipertensi
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok atau meminum alkohol.
Semua ini akan mengakibatkan peningkatan tahanan perifer sehingga
akan terjadi peningkatan tekanan darah. Paparan yang terus menerus ini
akan mengakibatkan seseorang menderita hipertensi. Apabila tidak diobati

6
dan dijaga, orang tersebut akan menderita berbagai komplikasi yang akan
mengakibatkan kematian (Toto, 2014).
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan
farmakologis atau dan penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan
hipertensi juga dapat dilakukan dengan terapi herbal.
a. Penatalaksanaan Farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi
dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti
hipertensi. Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada
penatalaksanaan farmakologis, yaitu:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam
tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan
(Dalimartha, et al, 2008). Menurut Hayens (2003), diuretik
menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi jumlah air dan
garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah.
Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan
karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan
dengan sebelum menggunakan diuretik.Selain itu, jumlah garam di
dinding pembuluh darah menurunsehingga menyebabkan pembuluh
darah membesar.Kondisi inimembantu tekanan darah menjadi
normal kembali.
2) Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung.Jenis betabloker tidak dianjurkan
pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial (Lenny, 2008). Pemberian β-bloker tidak
dianjurkan pada penderita gangguan pernapasanseperti asma
bronkial karena pada pemberian β-bloker dapatmengkambat reseptor
beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2 di
tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh
darah dan saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-
paru.Sehingga penghambatan beta 2 dari aksi pembukaan ini dengan
β-bloker dapat memperburuk penderita asma (Hayens, 2003).
3) Vasodilator
Agen vasodilator bekeja langsung padapembuluh darah dengan
merelaksasi otot pembuluh darah (Wikipedia, 2008).Contoh
yangtermasuk obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin.

7
Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah
sakit kepala dan pusing (Dalimartha, et al, 2008).
4) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) Obat.
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem
Rennin - angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan
efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym).
Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).
5) Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang
berkerjamempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan
mengendurkan otot-otot di dalam dinding pembuluh darah sehingga
menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan
darah.Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau pelebar
(Hayens, 2003). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung
dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Menurut Dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi
dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk
mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi
membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka
pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu
kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para
penderita hipertensi yaitu:
1) Mengontrol Pola Makan
Hayens (2003) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya
tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah
dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan
asupan sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi kecuali kalcium
antagonis.
Dalimartha,et al (2008) menyarankan lemak kurang dari 30%
dari konsumsi kalori setiap hari. Mengonsumsi banyak lemak akan
berdampak pada kadar kolestereol yang tinggi. Kadar kolesterol
yang tinggi meningkatkan resiko terkena penyakit jantung (Sheps,
2005).
2) Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium

8
Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi
salah satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah-buahan dan
sayuran segar merupakan sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut
untuk menurunkan tekanan darah (Dalimartha, et al, 2008).

3) Makan Makanan Jenis Padi-padian


Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical
Nutrition yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) ditemukan
bahwa pria yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari
jenis padi-padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat
kecil (0-20%) untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak
konsumsi padi-padian, semakin rendah risiko penyakit jantung
koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha, et al, 2008).
4) Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Yundini, 2006).
Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan
kaki misalnya mengantar anak ke sekolah, sisihkan 30 menit
sebelum berangkat bekerja untuk berenang di kolam renang terdekat,
gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu
minggu, mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan
ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan, pada sat
istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah
berjalan, pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda
bersama keluarga atau teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan
aktivitasbaru misalnya bergabung dengan klub tenis atau bulu
tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga dibandingkan
lift atau eskalator.
5) Bantuan dari Kelompok Pendukung
Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung
pola hidup sehat (Dalimartha, et al, 2008). Sehingga keluarga dan
teman-teman mengerti sepenuhnya tentang besarnya resiko jika
tekanan darah kita tidak terkendali. Dengan demikian keluarga dan
teman akan membantu dengan memperhatikan makanan kita atau
mengingatkan saat tiba waktunya untuk minum obat atau untuk
melakukan aktivitas berjalan-jalan setiap hari dan mungkin saja
mereka bahkan akan menemani kita (Sheps, 2005). Penelitian yang
ditulis dalam Dalimartha, et al(2008) menunjukkan dukungan

9
kelompok terbukti berhasildalam mengubah gaya hidup untuk
mencegah hipertensi
6) Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol berlebih
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya
tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di
dalam paru- paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa
detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps, 2005).
Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak
mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah,
sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003).
Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang pelepasan
epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat
pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih
banyak natrium dan air. Selain itu minum-minuman alkohol yang
berlebihan dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan
kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan
magnesium berkaitan denganeningkatan tekanan darah (Sheps,
2005).
Beberapa laporan mnyimpulkan bahwa efek alkohol dimulai
dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang tidak
mengkonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah
yang normal. Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang
tertentu dari alkohol yang dapat mempengaruhi tekanan darah
(Hayens, 2003).
c. Terapi herbal
Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam
cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin.
Penyajian jenis obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi
disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung,
disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat
ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari
(Dalimartha, et al, 2008).
Adapun tanaman obat tradisional yang dapat di gunakan untuk
penyakit hipertensi yaitu: bawang putih (Allimun sativum L), seledri
(Apium graveolens L), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L),
belimbing (Averrhoa carambola L), teh (Camellia sinensis L), wortel

10
(Daucus carota L), mengkudu (Morinda citrifolia L),
mentimun(Cucumis sativus L) dan lain-lain (Wiryowidagdo, 2002).
9. Penyembuhan Hipertensi
Faktor-faktor membantu kesembuhan menurut Susanti (2007) adalah:
a. Kontrol berat badan Perilaku patuhnya penderita diharapkan dapat
melakukan diit dan melakukanolaraga secara teratur.
b. Garam Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat mengurangi
makan makanan yang diawetkan.
c. Alkohol Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat menhindari
minuman yang beralkohol karena dapat mengurangi daya guna obat
tekanan darah.
d. Kegiatan fisik Perilaku patuhnya penderita harapkan melakukan
kegiatan rutin misal denganjalan, berenang, bersepeda.
e. Obat-obatan. Perilaku patuhnya penderita diharapkan rutin dalam
minum obat, walaupun obat tidak bisa menyembuhkan hipertensi, tetapi
hanya bisa mencegah terjadi komplikasi, dalam melakukan pengobatan
dimulai dengan dosis yang rendah dan jika dianggap perlu ditambah
dosis secara bertahap sehingga tekanan darah dapat dikontrol dan
dipantau hasilnya.

10. Obat Anti Hipertensi


Obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
untukmencegah terjadinya komplikasi jangka panjang. Obat-obatan yang
umum dan sering diberikan pada penderita hipertensi adalah jenis-jenis
obat seperti berikut:
a. Diuretika.
Diuretika merupakan jenis obat yang cara kerjanya membuang
kelebihan cairan(air dan natrium) dari system peredaran darah melalui
buang air kecil yang sering yang sering, agar beban jantung dapat
dikurangi. Obat golongan diuretic adalah obat yang paling sering
diberikan sebagai pilihan pertama untuk mengobati hipertensi.Jenis
diuretic yang sering digunakan adalah furosemida.
b. Beta blocker Beta
Blocker fungsinya mengurangi denyut jantung dan keluaran total
darahdari jantung. Beta blocker bekerja menurunkan impuls saraf di
jantung dan aliran darah, sehingga kerja jantung menjadi lebih lambat
dan sedikit tenaga yang dibutuhkannya. Kelompok yang termasuk
dalam beta blocker ini adalah propanolol, HCl, nadolol, metoprolol
asetat. Efek samping dari beta blocker berupa debar jantung melambat,

11
pening kepala terasa ringan, kelelahan, sulit tidur (insomnia), gangguan
pencernaan, mual, muntah, dan badan merasa kedinginan.
c. Vasodilator
Vasodilator akan melebarkan pembuluh agar darah dapat mengalir
dengan lebihlancar, dan cara kerjanya menghambat kerja enzim
Angiotensin yang sering dikenal dengan ACE-inhibitor. ACE-Inhibitor
menghambat konversi Angiotensin I manjadi Angiotensin II. Senyawa
ini menghambat inaktivasi bradikinin. Hambatan terhadap ACE tidak
hanya terjadi dalam plasma tetapi juga di dalam endotelium vascular,
menghasilkan vasodilatasi, penurunan retensi perifer, dan penurunan
tekanan darah. Inhibitor ACE juga mengurangi produksi aldosteron dan
retensi natrium juga berperan dalam efek hipertensinya.
d. Inhibitor saraf simpatik
Mencegah pengerutan atau penyempitan pembuluh darah dengan
menghambatkalsium memasuki sel otot pembuluh darah . Aliran darah
menjadi terbuka dan darah dapat mengalir lebih lancer untuk
menurunkan tekanan darah kembali ke kondisi normal. Kelompok yang
termasuk dalam Inhibitor saraf simpatik adalah diltiazem, nifedipine,
verapamil HCl. Efek samping dari inhibitor saraf simpatik serupa
dengan beta blocker.

e. Alpha Bloker
Menghambat produksi adrenalin (penyebab naiknya tekanan
darah) sehinggadapat menurunkan kembali tekanan darah. Alpha
blocker merupakan pengobatan awal hipertensi yang kurang tepat
digunakan. Kelompok yang termasuk dalam Alpha blocker adalah
doksazosin, prazosin HCl. Efek sampingnya berupa pening, pingsan,
mual, sakit kepala, dan jantung berdebar-debar.
11. Bahaya Hipertensi
Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang
dapatmenimbulkankerusakanarteri di dalam tubuh sampai organ-organ
yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal
(Hayens, 2003). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal
(Ina, 2008).
Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung
terbesar di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah
jantung (Ezzati et al., 2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007)
mengatakan bahwa hipertensi adalah salah satu penyebab kematian nomor
satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan
hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, imfark
(penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan)

12
jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari
pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada
organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian (Franky, 2014).

13

También podría gustarte