Está en la página 1de 37

PRESENTASI KASUS

Bronkopneumonia pada Anak

Oleh

Iqbal Muhammad

1102014132

Tutor

dr. Nusarintowati RP, SpA (K)

Moderator

dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PENDERITA

No. Rekam medik : 911907


Masuk RS : 23 Oktober 2018
Pukul : 22.36 WIB
I. ANAMNESIS
Alloanamnesis Tanggal 25 agustus 2018 Jam : 16.00 WIB
Identitas Pasien
a. Nama : An. F
b. Tanggal Lahir : 17 Agustus 2012
c. Umur : 6 tahun 2 bulan 8 hari
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Bendungan RT 002/003 Jonggol Bogor
f. Agama : Islam

Identitas (Orang Tua/Keluarga)


Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. L
Umur 38 tahun 33 tahun
Agama Islam Islam
Perkawinan Pertama Pertama
Pendidikan SMK SMA
Pekerjaan TNI AD Ibu rumah tangga
Suku Sunda Sunda
Golongan Darah - O
Alamat Jonggol Bogor Jonggol Bogor
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama sesak sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan sesak nafas yang
bertambah berat dan demam sejak tiga hari yang lalu. Awalnya, sesak mulai
dirasakan sekitar dua minggu yang lalu disertai batuk berdahak berwarna hijau. Sesak
masih dirasakan hingga tiga hari SMRS. Sesak tidak disertai adanya keluhan mengi
ataupun kebiruan pada sekitar mulut atau pada ujung jari tangan dan kaki.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya batuk, batuk disertai dahak yang
berwarna hijau, tidak disertai darah. batuk tidak menghilang baik saat pasien istirahat
maupun beraktivitas. Batuk tidak disertai adanya keringat saat malam hari dan tidak
ada mengi. Nyeri menelan disangkal. Suara serak disangkal. Pasien menyangkal tidak
ada kontak dengan orang yang terkena TB. Pasien juga mengatakan tidak ada pilek
dan tidak memiliki riwayat alergi.
Pasien mengalami demam yang naik turun dan muncul pada pagi siang maupun
pada malam hari secara tidak menentu. Demam dirasakan turun setelah pemberian
obat penurun panas kemudian demam naik setelah beberapa jam kemudian. Demam
dirasakan perlahan-lahan naik tidak terjadi secara mendadak. Pasien mengatakan
demam sampai menggigil tapi tidak disertai adanya keringat. Pasien demam tidak
disertai dengan perdarahan pada gusi, mimisan, ataupun bintik-bintik merah di bagian
kulit. Pasien menyangkal riwayat berpergian ke daerah endemis malaria.
Selain itu pasien mengeluh bengkak di palpebra sejak satu minggu yang lalu.
Awalnya, bengkak di wajah pada tiga minggu yang lalu akibat terkena sengatan
tawon kemudian mengecil dan tiba-tiba muncul kembali satu minggu SMRS.
Bengkak awalnya di sekitar mata kemudian ke pipi lalu timbul di kaki.
Orang tua juga mengeluh BAK berwarna seperti kuning kecoklatan, keruh dan
berbusa. BAK nyeri tiga hari yang lalu tapi hilang timbul. Pasien juga mengalami
muntah berisi makanan sebanyak tiga kali dalam tiga hari. BAB tidak ada masalah
warnanya kuning, konsistensi lunak, ada ampas, tidak ada darah ataupun lendir.
Pasien berobat ke IGD RS Hermina Mekarsari pada tanggal 23 Oktober 2018.
Pasien terdiagnosis bronkopneumonia dan sindrom nefrotik. Pasien kemudian di
rujuk ke RSPAD Gatot Soebroto kemudian dirawat selama enam hari di RSPAD
Gatot Soebroto.

Riwayat Penyakit Dahulu


DBD, diare, tifoid.
lain lain : keluhan serupa sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi, kanker.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat alergi pada
keluarga disangkal.

Riwayat pribadi/sosial/lingkungan:
Pasien adalah anak kandung dan anak ke 1 dari 2 bersaudara, pasien tinggal di
Jonggol Bogor. Rumah pasien berada di kawasan padat penduduk. Ventilasi baik dan
mendapatkan pencahayaan matahari dengan baik. Lingkungan bersih.

Riwayat Pengobatan
Paracetamol (OBH Plus) sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
Pasien sempat berobat ke RS Hermina Mekarsari, lalu di berikan obat penurun panas
paracetamol.
Riwayat Kelahiran
 Tempat Lahir : Rumah  Langsung menangis: Iya
 Penolong : Bidan  Kebiruan : Tidak ada
 Cara persalinan : Normal  Pucat : Tidak ada
 Berat badan lahir : 3500 gram  Nilai APGAR : Tidak tau
 Panjang badan lahir: Tidak ingat  Riwayat kuning : Tidak ada
 Lingkar kepala : Tidak ingat  Riwayat kejang : Tidak ada
 Masa gestasi : 36 minggu  Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat Nutrisi
Usia ASI/ PASI dan Buah/ biscuit Bubur susu Nasi team
takaran
0-2 bulan PASI
2-4 bulan PASI √
4-6 bulan PASI √
6-8 bulan PASI √
8-10 PASI √
10-12 PASI √ √

Diatas satu tahun Makanan biasa

Nasi : 3 kali/hari Tahu : 1 kali/hari

Sayur : 2 kali/hari Tempe : 1 kali/hari

Daging : 2 kali/minggu Susu : Setiap hari 1-2 kali/hari

Telur : 1 kali/hari Kesulitan makanan : tidak ada.

Ikan : 1 kali/hari Kesan: Kualitas dan kuantitas


makanan cukup.
Riwayat Imunisasi

Jenis Ulangan (umur)


Dasar (umur)
Imunisasi

Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

BCG 1 bulan

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan

HiB 2 bulan 4 bulan 6 bulan

Campak 9 bulan

Imunisasi Lain: Tidak ada

Kesan : Imunisasi dasar lengkap.


Riwayat pribadi/sosial/lingkungan:
Pasien adalah anak kandung dan anak ke pertama dari dua bersaudara, pasien
tinggal bersama dengan orang tua. Rumah pasien berada di kawasan yang padat
penduduk. Rumah pasien terdiri dari 2 lantai dengan 3 kamar tidur serta 2 kamar
mandi. Ventilasi baik dan rumah mendapatkan pencahayaan matahari dengan
baik. Rumah rutin dibersihkan.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmetis
GCS : E4 V5 M6
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Suhu : 36,60C
Nadi : 89 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Saturasi Oksigeen : 98%

Data Antropometri
Berat badan = 28 kg IMT = 16,5
Tinggi badan = 130 cm usia = 6 tahun
Status gizi :
- Berdasarkan BB/U = 28/21 x 100% = 133,3% (berat badan
lebih)
- Berdasarkan TB/U = 130/115 x 100% = 113,0% (sangat tinggi)
- Berdasarkan BB/TB = 28/27 x 100% = 103,7% (normal)
- Berdasarkan IMT/U = 28/1,69 = 16,5 ► P75-P85 (gizi baik)
- Kesan = Status gizi baik
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh : pucat (-), perdarahan (-),
ruam (-), turgor kulit normal
Kepala
- Bentuk : Bulat, simetris
- Rambut : Hitam
- Kulit : Sawo matang
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung positif, palpebral terdapat edema.
- Telinga : Normotia, simetris, liang lapang, terdapat serumen
- Hidung : Bentuk normal, pernapasan cuping
hidung tidak ada, sekret tidak ada
- Mulut : Bibir tidak kering, tidak sianosis, faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tidak ada pembesaran.

Leher
- Bentuk : Simetris
- Kulit : Sawo matang
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak teraba
- Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks : bentuk dada normal, retraksi sela iga tidak ada

Pulmo Depan Belakang


Inspeksi  Bentuk dada normal, lesi  Bentuk dada bagian belakang
tidak ada, Pernapasan normal
reguler, pergerakan dinding  Bentuk scapula simetris
dada simetris  Tidak ditemukan bekas luka
ataupun benjolan
Palpasi  Sela iga kiri dan kanan tidak  Sela iga kiri dan kanan tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
ada pelebaran sela iga. pelebaran sela iga.
 Vokal fremitus normal pada  Vokal fremitus normal ringan
basal pulmo dextra dan pada basal pulmo dexstra dan
sinistra. sinstra.
Perkusi  Perkusi terdengar sonor  Perkusi terdengar sonor
Auskultasi  Suara nafas vesikuler  Suara nafas vesikuler
menurun pada pulmo dextra menurun pada pulmo dextra
dan sinistra. dan sinistra.
 Terdapat ronkhi basah halus  Terdapat ronkhi basah halus
yang nyaring di basal dextra yang nyaring di basal dextra
dan sinistra dan sinistra
 Tidak terdapat Wheezing Tidak terdapat Wheezing

Jantung
Inspeksi  Tidak terlihat pulsasi pada ictus cordis
Auskultasi  Bunyi jantung I dan II terdengar regular, tidak ada murmur dan
gallop

Abdomen
Inspeksi  Perut datar, tidak ada bekas luka operasi, tidak terdapat tanda-
tanda peradangan.
Auskultasi  Bising usus positif normoperistaltik.
Palpasi  Supel, nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada.

Anus dan rectum : Tidak dilakukan (tidak ada indikasi)

Genitalia : Tidak dilakukan (tidak ada indikasi)


Ekstremitas
 Superior : Akral hangat, tidak sianosis, tidak ada edema, Ptechiae negative,
CRT<2 detik
 Inferior : Akral dingin, tidak sianosis, terdapat edema, Ptechiae neeegative,
CRT <2 detik

Refleks
a. Tonus otot : Normotonus
b. Refleks Fisiologis
Refleks Biseps : positif Refleks Patella : positif
Refleks Achilles : positif Refleks Triseps : positif
c. Refleks Patologis
Refleks Hoffmann-Trommer : negatif Refleks Babinski : negatif
Refleks Oppenheim : negatif Refleks Chaddock: negatif
d. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : negatif Brudzinski I : negatif
Kernig sign : negatif Brudzinski II : negatif
Laseque sign : negatif

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax posisi AP dari RS Hermina Mekarsari tanggal 23/10/2018
Klinis: BP pada sindrom nefrotik.
- Jantung kesan tidak membesar.
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
- Trakea relative ditengah, kedua hilus tidak menebal.
- Corakan bronkovaskuler kedua paru baik. Tidak tampak infiltrate maupun
nodul pada kedua paru.
- Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinus kostofrenikus lancip.
- Tulang-tulang yang tervisualisasi optimal kesan intak.
Kesan : tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru.

An. F (konsolidasi) dengan air bronchograms sign

Pemeriksaan darah rutin


Darah Rutin 24/10/2018 Pukul 07.09

PEMERIKSAAN 23-10-2018 24-10-2018 NILAI


(RS. (RSPAD) RUJUKAN
Hermina) (RSPAD)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.9 13.3 11.5- 15.5g/dL

Hematokrit 35 40 35 - 45 %

Eritrosit - 5.7* 4.0- 5.2 juta/uL

Leukosit 22.300* 13120 5.000 – 14.500/uL


Trombosit 379.000 315.000 150.000 -
400.000/uL
MCV - 70* 77– 95 fL
MCH - 23* 25 – 33 pg
MCHC - 33 31.0 - 37.0 g/dL
RDW - 14.00 11.5-14.5 %
Hitung Jenis :
- Basofil - 0 0-1 %
- Eosinofil - 3 1-3%
- Batang - 2 2-6%
- Segmen - 56 50-70%
- Limfosit - 33 20-40%
- Monosit - 6 2-8%
RDW - 14.00 11.5 – 14.5 %
URINALISIS
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih Jernih
Berat Jenis 1.025 1.020 1.000 – 1.030
pH 6.0 6.5 5.0 – 8.0
Protein +++/Pos 3* ++/Pos 2* -
Glukosa - - -
Keton - - -
Darah ++/Pos 2* - -
Bilirubin - - -
Urobilinogen 0.2 0.1 0.1 – 1.0 mg/dL
Nitrit - - -
Leukosit esterase - - -
Sedimen Urin:
Leukosit 2-4 3 ≤ 10 /μL
Eritrosit 5-7 * 0 < 3 /μL
Silinder - 0 ≤ 1 /μL
Epitel +/Pos 0 < 15 sel/μL
Kristal - 0 ≤ 10/μL
Bakteri +/Pos - Negatif

IV. Resume

Anamnesis

Dua minggu SMRS pasien mengalami keluhan sesak nafas disertai batuk
berdahak berwarna hijau. Sesak napas mula-mula ringan hingga sampai yang
berat. Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri dada yang tidak terlalu berat
dan tidak menjalar. hingga tiga hari SMRS sesak masih dirasakan dan disertai
demam. Pasien mengalami demam yang naik turun dan muncul pada pagi siang
maupun pada malam hari secara tidak menentu. Demam turun saat pasien
mengkonsumsi obat paracetamol. Selain itu pasien mengeluh bengkak di palpebra
sejak satu minggu yang lalu. Bengkak awalnya di sekitar mata kemudian ke pipi
lalu timbul di kaki. BAK berwarna seperti kuning kecoklatan, keruh dan berbusa.
BAK nyeri tiga hari yang lalu tapi hilang timbul. Pasien juga mengalami muntah
berisi makanan sebanyak tiga kali dalam tiga hari. Beberapa jam SMRS pasien
mengalami sesak napas yang berat, sesak disertai batuk yang berdahak.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum tampak sakit sedang, pasien lemah. Kesadaran compos


mentis; Nadi 88 kali/menit. Respirasi 20 kali/menit. Suhu 36,5oC. Tekanan darah
100/80 mmHg. Status gizi baik, berat badan normal dan tinggi badan sangat
tinggi. Mata : terdapat edema pada palpebra dextra dan sinistra, terdapat edema
pada eksremitas inferior dextra dan sinistra. Thorax : Auskultasi : suara nafas
melemah dan terdapat ronkhi basah halus yang nyaring di basal pulmo dextra dan
sinistra.

Pemeriksaan Penunjang

Hematologi: Eritrosit 5.7 juta/uL; Leukosit 22.300 r/uL; MCV 70 fL;


MCH 23 pg; Protein urin +/Positif 1; Urinalisis: warna kunih keruh; protein
+++/Pos 3; darah ++/Pos 2; eritrosit 5-7; Bakteri +/Pos 1;

V. Diagnosis banding
- Asma
- TB Paru

VI. Diagnosis kerja


- Pneumonia

VII. Anjuran Pemeriksaan


 Pemeriksaan darah rutin untuk evaluasi
 Urinalisis
VIII. Penatalaksanaan
- IVFD RL 1000 ml/24 jam

- Injeksi Cefotaxime 3x500 mg


- Nebulizer Inhalasi 3x/hari (NaCl + Ventolin) 5-7ml
- Nutrisi : Diet ML 1.800 kcal/hari
- Ambroxol 8mg/x, Salbutamol 2mg (1 pulv 3 p.o)
- Albumin 20% 100cc 1x IV
- Prednisone 4-4-3 3x p.o

IX. Prognosis
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Functionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
Catatan Perkembangan Penyakit

Follow up di Bangsal

Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi


25/10/18 orang tua Kesadaran umum compos -Suspek -IVFD RL
ada batuk mentis bronkopneumonia 100CC/24 jam
08.00
berdahak Keadaan tampak sakit -Suspek Sindrom -injeksi
warna hijau, sedang Nefrotik Cefotaksim
ada mimisan T: 36,4°C -Epistaksis 3x500mg IV
tadi malam HR: 115x/menit -Inhalasi 3/hari
1x, pagi hari SpO₂: 97% (NaCl+Ventolin)
2x, edema RR: 28x/menit - Nutrisi : Diet
ML 1.800
palpebra TD: 110/70 mmHg
kcal/hari
 Mata : konjungtiva tidak -Ambroxol 8mg,
anemis, sclera tidak salbutamol 2mg
ikterik. (1pulv x 3 p.o).
-
 THT : tidak ada nafas
cuping hidung, faring tidak
hiperemis, T1-TI

 Thorak : simetris, retraksi


tidak ada

 Pulmo : Suara nafas


vesikuler menurun pada
paru dextra dan sinistra.
Terdapat ronkhi basah
halus.

 Cor : BJ I dan BJ II murni


regular, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

 Abdomen : Supel, bising


usus normoperistaltik,
tidak ada nyeri tekan.

 Extremitas ; akral hangat,


edema ringan pretibial +/+,
CRT < 2 detik

26/10/18 orang tua Kesadaran umum compos -Suspek -IVFD RL


ada batuk mentis bronkopneumonia 100CC/24 jam
08.00
masih Keadaan tampak sakit -Suspek Sindrom -injeksi
berdahak sedang Nefrotik Cefotaksim
warna putih T: 36,3°C 3x500mg IV
kehijauan, HR: 100x/menit -Inhalasi 3/hari
demam SpO₂: 98% (NaCl+Ventolin)
sudah tidak RR: 22x/menit - Nutrisi : Diet
ML 1.800
ada, BAB TD: 100/80 mmHg
kcal/hari
&BAK  Mata : konjungtiva tidak -Ambroxol 8mg,
normal. anemis, sclera tidak salbutamol 2mg
ikterik. (1pulv x 3 p.o).

 THT : tidak ada nafas


cuping hidung, faring tidak
hiperemis, T1-TI

 Thorak : simetris, retraksi


tidak ada

 Pulmo : Suara nafas


vesikuler menurun pada
paru dextra dan sinistra.
Terdapat ronkhi basah
halus.

 Cor : BJ I dan BJ II murni


regular, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

 Abdomen : Supel, bising


usus normoperistaltik,
tidak ada nyeri tekan.

 Extremitas ; akral hangat,


edema ringan pretibial +/+,
CRT < 2 detik
27/10/18 orang tua Kesadaran umum compos -Suspek -IVFD KAEN 1B
mengatakan mentis bronkopneumonia 1000cc/24 jam
08.00
ada batuk Keadaan tampak sakit ringan -Suspek Sindrom -injeksi
masih T: 36,5°C Nefrotik Cefotaksim
berdahak HR: 100x/menit 3x500mg IV
warna putih SpO₂: 99% -Inhalasi 3/hari
kuning RR: 20x/menit (NaCl+Ventolin)
kehijauan, TD: 120/90 mmHg -Ambroxol 8mg,
disertai  Mata : konjungtiva tidak salbutamol 2mg
batuk darah, anemis, sclera tidak (1pulv x 3 p.o).
BAB &BAK ikterik. -TKTp 3/hari
normal. 1800kkal
 THT : tidak ada nafas
-prednison 4-4-3
cuping hidung, faring tidak
tab (po)
hiperemis, T1-TI

 Thorak : simetris, retraksi


tidak ada

 Pulmo : Suara nafas


vesikuler pada paru dextra
dan sinistra. Terdapat
ronkhi basah halus.

 Cor : BJ I dan BJ II murni


regular, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

 Abdomen : Supel, bising


usus normoperistaltik,
tidak ada nyeri tekan.

 Extremitas ; akral hangat,


edema ringan pretibial +/+,
CRT < 2 detik

28/10/18 orang tua Kesadaran umum compos Suspek -IVFD KAEN 1B


mengatakan mentis bronkopneumonia 1000cc/24 jam
08.00
batuk Keadaan tampak sakit ringan -Suspek Sindrom -injeksi
berkurang, T: 36,6°C Nefrotik Cefotaksim
demam tidak HR: 90x/menit 3x500mg IV
ada, mual SpO₂: 99% -Inhalasi 3/hari
muntah tidak RR: 20x/menit (NaCl+Ventolin)
ada. TD: 120/80 mmHg -Ambroxol 8mg,
 Mata : konjungtiva tidak salbutamol 2mg
anemis, sclera tidak (1pulv x 3 p.o).
ikterik. -TKTp 3/hari
1800kkal
 THT : tidak ada nafas
-prednison 4-4-3
cuping hidung, faring tidak
tab (po)
hiperemis, T1-TI

 Thorak : simetris, retraksi


tidak ada

 Pulmo : Suara nafas


vesikuler pada paru dextra
dan sinistra. Terdapat
ronkhi basah halus
minimal.

 Cor : BJ I dan BJ II murni


regular, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

 Abdomen : Supel, bising


usus normoperistaltik,
tidak ada nyeri tekan.

 Extremitas ; akral hangat,


CRT < 2 detik

29/10/18 Tidak ada Kesadaran umum compos Suspek -Cefotaksim


keluhan mentis bronkopneumonia 3x500mg syrup
08.00
Keadaan tampak sakit ringan -Suspek Sindrom --prednison 4-4-3
T: 36°C Nefrotik tab (po)
HR: 70x/menit
SpO₂: 99%
RR: 26x/menit
 Mata : konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak
ikterik.

 THT : tidak ada nafas


cuping hidung, faring tidak
hiperemis, T1-TI

 Thorak : simetris, retraksi


tidak ada

 Pulmo : Suara nafas


vesikuler pada paru dextra
dan sinistra.

 Cor : BJ I dan BJ II murni


regular, tidak ada gallop,
tidak ada murmur.

 Abdomen : Supel, bising


usus normoperistaltik,
tidak ada nyeri tekan.

 Extremitas ; akral hangat,


CRT < 2 detik
BAB II

TIINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyerang bronkiolus paru dan memicu produksi eksudat
mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori berkaliber
kecil dan menyebabkan konsilidasi yang merata ke lobules yang berdekatan.1,2
Pembagian atau penggolongan pneumonia berdasarkan atas dasar anatomis
kurang relevan dibanding pembagian pneumonia berdasar etiologinya. Berdasar
etiologinya, pneumonia dibagi : (1) bakteri (Diplococcus pneumoniae,
Pneumococcus, S.hemolyticus, S.aureus, H.influenza,dll), (2) virus (RSV,
influenza, adenovirus, CMV), (3) Mycoplasma pneumoniae, (4) Aspirasi
(makanan, kerosen, cairan amnion, benda asing), (5) Pneumonia hipostatik, (6)
Sindrom Loeffler. 1,3,4

Epidemiologi
Bronkopneumonia hampir selalu disebabkan oleh pneumococcus, yang
sering ditemukan pada orang dewasa dan anak besar. Angka kejadian tertinggi
ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya
umur. Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan,
berjenis kelamin laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal,
imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.5
Insidensi bronkopneumonia di negara-negara yang sedang berkembang pada
anak kurang dari 5 tahun diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas yang
tinggi. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok
walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan
oleh munculnya organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik. Adanya
organisme-organisme baru dan penyakit seperti Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan
terjadinya Bronkopneumonia. 5
Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi paru yang prevalensinya
cukup tinggi. Pada tahun 2002, di ruang gawat akut geriatrik RSCM,
Bronkopneumonia merupakan penyakit nomor 1 diantara 10 penyakit terbanyak
yang masuk yaitu 61% penderita wanita dan 28,5% laki-laki. Pada 2015, WHO
melaporkan hampir 6 juta anak balita meninggal dunia, 16 persen dari jumlah
tersebut disebabkan pneumonia. Berdasarkan data Badan PBB untuk Anak –
Anak (Unicef), pada 2015 terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak
dibawah 5 tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia.5,6

Etiologi
Bronkopneumonia lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Golongan
bakteri yang sering menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus pneumonia
adalah. 5,8,9
1. Bakteri gram positif
a. Pneumococcus
b. Staphylococcus aureus
2. Bakteri gram negatif
a. Haemophilus influenzae
b. Klebsiella pneumoniae

Klasifikasi
1. Berdasarkan umur
a. Kelompok usia < 2 bulan
1) Pneumonia Berat
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada
bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii
pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru. 6
2) Bukan Pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan
tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas. 6
b. Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,
tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan
sulit dibangunkan. 6
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum. 6
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada. 6
4) Bukan pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada. 6
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik
yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi
pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. 6
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis. 6
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia Aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
3. Berdasarkan agen penyebab. 6
a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah

Faktor Resiko
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada
balita, diantaranya :
1. Faktor Intrinsik
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 6
a) Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya
pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik
seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan
kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya
infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.
b) Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai
pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita
terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat
sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan
kekebalan yang ada pada balita. Salah satu strategi pencegahan untuk
mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan
pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan
imunisasi.
c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan
infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus.
Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko
yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita.
d) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak
umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini
dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna
dan lumen saluran napas yang masih sempit.
2. Faktor Ekstrinsik
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada
peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit,
kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering
berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh
berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang
berpengaruh diantaranya : 6
a) Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran
udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah
jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas
lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban
udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk
berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen
b) Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan
oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan
faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di
dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor
gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak
sempurna dari kendaraan bermotor.

Patofisiologi
Setelah kuman menempel pada paru, makrofag terpanggil untuk menangkap
kuman tersebut untuk melakukan fagositosis. Hal ini memicu sel T untuk aktif
dan memanggil set Tc untuk berproliferasi dan menghasilkan berbagai leukotrien
sebagai mediator inflamasi dan mengeluarkan asam arakidonat yang akan
membuat prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase (cox).5,7
Adanya leukotrien akan menyebabkan hipersekresi mukus pada basal paru
yang terkena infeksi kuman yang akan menyebabkan sesak nafas. Oleh karena itu,
pada gambaran histopatologi, bagian basal paru yang terkena infeksi akan terlihat
bronkhiolus yang penuh dengan eksudat dominan leukosit polimorfonuklear
(PMN). Daerah ini dalam pandangan makroskopis disebut sebagai daerah
konsolidasi. 5
Mediator prostaglandin memberi pengaruh terhadap hipotalamus.
Prostaglandin dapat memicu hipotalamus untuk menaikkan set point suhu tubuh,
sehingga suhu tubuh akan menjadi lebih tinggi yaitu 39o C atau lebih.7
Kuman penyebab bronkopneumonia, seperti Staphylococcus aureus, akan
menghasilkan bermacam-macam toksin dan enzim, misalnya hemolisin, lekosidin,
stafilokinase dan koagulase. Permukaan pleura biasanya diselubungi oleh lapisan
eksudat fibropurulen tebal, sehingga menimbulkan abses yang mengandung
koloni stafilokokus, lekosit, eritrosit dan debris nekrosis. Bila abses ini pecah
maka dapat terbentuk trombus-trombus sepsis pada daerah-daerah yang
mengalami kerusakan dan peradangan luas.5
Secara umum, setelah kuman menempel pada paru, terdapat 4 stadium yang
terjadi pada bronkopneumonia, yaitu stadium kongesti, hepatisasi merah,
hepatisasi abu-abu, dan resolusi. 5
Stadium kongesti terjadi setelah 4 sampai 12 jam pertama. Pada stadium ini,
eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi
dan bocor. Selain itu, didapatkan juga eksudat yang jernih, makrofag, dan
neutrofil dalam alveoli. 5
Setelah 48 jam pertama, stadium hepatisasi merah terjadi dalam waktu yang
singkat. Pada stadium ini, paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel
darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli. Lobus dan lobules yang
terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara serta warna menjadi merah. 5
Stadium yang ketiga adalah stadium hepatisasi abu-abu. Stadium ini terjadi
setelah 3 sampai 8 hari. Lobus paru masih tetap padat dan warna merah menjadi
tampak kelabu. Hal ini disebabkan oleh lekosit dan fibrin yang mengalami
konsolidasi pada bronkhiolus. Pada tahap ini, kapiler tidak lagi mengalami
kongesti. 5
Stadium resolusi terjadi setelah 7 sampai 11 hari. Eksudat mengalami lisis
dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya
semula. Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk pada bronkopneumonia adalah
bercak-bercak mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus yang ditandai
dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-
saluran nafas yang lebih kecil. 5

Bakteri gram positif


1. Pneumococcus
Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada kasus
pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia
pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6
dan 9. angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia hampir selalu disebabkan
oleh pneumokokus, ditemukan pada dewasa dan anak besar.5,8
Pneumokokus jarang yang menyebabkan infeksi primer, biasanya
menimbulkan peradangan pada paru setelah adanya infeksi atau kerusakan oleh
virus atau zat kimia pada saluran pernafasan.8

Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian atas
atau nasofaring. Awalnya terjadi edema reaktif yang mendukung multiplikasi
organisme-organisme ini serta penyebarannya ke bagian paru lain yang
berdekatan.. Namun, gambaran bronkopneumonia ini sering tidak ada pada bayi,
yang mungkin menderita penyakit yang tidak lebih sempurna dan difus yang
menyertai distribusi bronkus dan yang ditandai dengan banyak daerah konsolidasi
teratas di sekeliling jalan nafas yang lebih kecil. Jarang didapatkan jejas yang
permanen.9
Umumnya bakteri ini mencapai bronkhiolus melalui percikan mukus atau
saliva (droplet) dan tersering mengenai basal paru. Organisme ini setelah
mencapai bronkhiolus akan menimbulkan respon yang khas yang terdiri dari 4
tahap yang berurutan, yaitu :
1) Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam bronkhiolus melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor. Serta didapatkan eksudat yang jernih, bakteri dalam
jumlah yang banyak, neutrofil, dan makrofag dalam bronkhiolus.
2) Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin
dan lekosit polimorfonuklear mengisi Bronkhiolus yang terkena menjadi
padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar. Stadium ini berlangsung sangat singkat.
3) Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)
basal paru masih tetap padat dan warna merah menjadi tampak kelabu karena
lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam basal paru dan permukaan
pleura yang terserang melakukan fagositosis terhadap pneumococcus. Kapiler
tidak lagi mengalami kongesti.
4) Resolusi (7 s/d 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.1,4,8
Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk pada bronkopneumonia adalah bercak-
bercak dimana penyebaran bercaknya mengikuti pembagian dan penyebaran
bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang
mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil.1,4
• Gambaran Klinis
Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan hidung tersumbat, rewel serta nafsu
makan yang menurun. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39oC atau lebih.
Anak sangat gelisah, dispneu. Kesukaran bernafas yang disertai adanya sianosis di
sekitar mulut dan hidung. Tanda kesukaran bernafas ini dapat berupa bentuk nafas
berbunyi (ronki dan friction rub di atas jaringan yang terserang), pernafasan
cuping hidung, retraksi-retraksi pada daerah supraklavikuler, interkostal dan
subkostal. Pada awalnya batuk jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai pada
perjalanan penyakit lebih lanjut serta sputum yang berwarna seperti karat (dahak
berdarah). Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi pleura dan empiema, dimana
keadaan ini dapat menyebabkan ketinggalan gerak pada sisi yang terkena pada
saat respirasi yang dapat dilihat dengan gerakan berlebihan pada sisi yang
berlawanan. Biasanya perkusi redup pada daerah efusi dengan pengurangan
fremitus dan suara pernafasan. Suara bronkial sering ditemukan tepat di atas batas
cairan dan pada sisi yang tidak terkena.4,9
Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena. Tanda-
tanda klasik konsolidasi ditemukan pada hari kedua dan ketiga penyakit. Pada
perkusi bisa ditemukan adanya suara redup, fremitus yang bertambah. Pada
auskultasi mungkin ditemukan adanya suara bronkial, ronki basah halus.4,9

Diagnosis

Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 – 40.000/mmk dengan


jumlah sel polimorfonuklear terbanyak, sedangkan bila didapatkan jumlah lekosit
kurang dari 5.000/mmk sering berhubungan dengan prognosis penyakit yang
buruk. Nilai hemoglobin bisa normal atau sedikit menurun.4,9
Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk dalam dan aspirasi
trakea yang dilakukan dengan hati-hati. Pada kebanyakan pasien, pneumokokus
dapat diisolasi dari sekresi nasofaring, tapi penemuan ini tidak dapat dipandang
sebagai hubungan sebab-akibat, karena 10-15% populasi mungkin merupakan
pengidap S.pneumoniae yang tidak terinfeksi. Namun, isolasi bakteri dari darah
pada cairan pleura adalah diagnosa infeksi. Bakteremia ditemukan pada sekitar
30% penderita yang menderita pneumonia pneumokokus. Jenis pemeriksaan
berupa pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan biakan. 4,9
Gambaran radiologis dapat berupa konsolidasi dari ruangan paru.
Konsolidasi dapat diperagakan dengan roentgenografi sebelum konsolidasi ini
dapat diketahui dari pemeriksaan fisik. Konsolidasi basal paru pada anak yang
lebih tua tidak sesering pada bayi dan anak muda. Foto Rontgen dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi seperti pneumotoraks, atelektasis, abses paru,
pneumatokel, pneumotoraks, pneumomediastinum, atau pericarditis. 4,9

Diagnosa banding

Pneumonia pnemokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia bakteri lain


atau virus tanpa pemeriksaan mikrobiologi yang tepat. Keadaan-keadaan yang
mungkin merancukan antara lain bronkiolitis, bronkitis alergika, gagal jantung
kongestif, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru dan tuberculosis. 4,9

Komplikasi
Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi pneumonia bakteria menjadi
tidak lazim, walaupun infeksinya terjadi bersamaan dengan infeksi oleh
mikroorganisme lain pada temapat yang sama. Komplikasi yang sering terjadi
ialah efusi pleura dan empiema , yang terjadi sebagai akibat dari perluasan infeksi
pada permukaan flora. Empiema lebih sering terjadi pada bayi dibanding pada
anak yang lebih tua. 4,9

Penatalaksanaan
Tatalaksana pneumonia terdiri atas suportif dan antibiotik empiris.
Pengobatan suportif berupa terapi oksigen, pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreeksi kalori dan elektrolit, pemberian obat simptomatik seeperti antipiretik dan
mukolitik. Antibiotik golongan B-lactam merupakan terapi yang spesifik karena
kebanyakan pneumococcus sangat peka terhadap obat tersebut. Pada bayi dan
anak-anak, pengobatan awal dimulai dengan pemberian penisilin G dengan dosis
50.000 unit/kgBB/hari secara intramuskular dan ditambah dengan kloramfenikol
50-75 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Terapi ini dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak sampai 2
hari setelah suhu badan pasien normal. Bila didapatkan penderita alergi penisilin
maka diberikan sefalosporin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari. 4,9,10
Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin untuk mengatasi
demam tinggi, merupakan tambahan utama untuk pengobatan penyakit ini. Jenis
cairan yang digunakan ialah campuran glkukose 5% dan NaCl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah dengan larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
Pemberian oksigen segera untuk penderita dengan kesukaran bernafas sebelum
menjadi sianosis. 4,9,10
Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini pada
perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas bronko akibat bakteri pneumokokus
selama masa bayi dan masa kanak-kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan
selanjutnya morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah.4,9

Profilaksis
Tindakan profilaksis terhadap pneumonia maupun komplikasi yang
ditimbulkannya dapat dengan pemberian vaksin. Jenis vaksin yang beredar antara
lain : vaksin pneumokokal, vaksin conjugated H. influenza tipe B, vaksin
influenza, dan vaksin varisela.10
Dari semua vaksin yang tersedia, sekitar 80-90% adalah vaksin jenis
pneumokokal. Kebanyakan anak-anak di atas 2 tahun dan orang dewasa
mempunyai suatu respon antigen di dalam 2-3 minggu setelah vaksinasi. Sekitar
50% pasien yang divaksinasi timbul keluhan erythema dan/atau rasa sakit di
lokasi suntikan; sekitar 1% timbul demam, mialgia; dan 5 dari 1 juta orang yang
divaksinasi timbul reaksi anafilaksis atau reaksi serius yang lain.9
Vaksinasi direkomendasikan untuk anak-anak di atas 2 tahun dan pada
orang dewasa dengan resiko tinggi terhadap infeksi pneumokokus atau terhadap
komplikasinya, termasuk juga orang dengan penyakit kardiovaskuler dan paru
yang kronis, gangguan fungsi lien, asplenia, penyakit Hodgkin's, berbagai
myeloma, DM, infeksi HIV, sirosis hepatis, alkolholism, gangguan ginjal,
transplantasi organ, atau kondisi-kondisi lain dihubungkan dengan
immunosuppression dan anak dengan nefrosis.9
Anak dengan penyakit sel bulan sabit atau penyebab lain asplenia perlu
profilaksis dengan penisilin disamping juga dengan vaksin pneumokokal. Infeksi
saluran nafas atas yang rekuren pada anak-anak ( otitis media dan sinusitis) bukan
suatu indikasi untuk vaksinasi. Efek perlindungan vaksin ini masih belum
diketahui. Vaksinasi ulang setelah 5 sampai 10 tahun diindikasikan bagi mereka
dengan resiko tinggi.9
BAB III

ANALISA KASUS

Interpretasi Kasus

Pasien An. F laki-laki 16 tahun 2 bulan 8 hari didiagnosis dengan


Bronkopneumonia dan Sindrom Neftorik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini ditemukan hal-hal yang
mendukung diagnosis ini, yaitu:

Anamnesis

Dua minggu SMRS pasien mengalami keluhan sesak nafas disertai batuk
berdahak berwarna hijau. Sesak napas mula-mula ringan hingga sampai yang
berat. Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri dada yang tidak terlalu berat
dan tidak menjalar. hingga tiga hari SMRS sesak masih dirasakan dan disertai
demam. Pasien mengalami demam yang naik turun dan muncul pada pagi siang
maupun pada malam hari secara tidak menentu. Pasien juga mengalami muntah
berisi makanan sebanyak tiga kali dalam tiga hari. Beberapa jam SMRS pasien
mengalami sesak napas yang berat, sesak disertai batuk yang berdahak.

Salah satu gejala dari pneumonia sistemik/umum adalah demam, sakit


kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal (mual,
muntah, diare). Pasien didapatkan demam sudah dirasakan pasien dua minggu
yang lalu. Demam dikatakan turun setelah pasien mengkonsumsi obat
paracetamol. Pasien juga mengalami muntah berisi makanan sebanyak tiga kali
dalam tiga hari.2

Gejala pneumonia respiratori adalah batuk, sesak napas, retraksi dada,


takipnea, napas cuping hidung, merintih dan sianosis. Pasien ini didapatkan
takipneu dan retraksi sela iga pada saat di igd tetapi tidak ditemukan ketika di
bangsal rawat inap. Pasien ini didapatkan batuk. Batuk diarsakan sudah dua
minggu yang lalu. Dikatakan pasien batuk berdahak berwarna hijau tidak disertai
darah. Selain batuk pasien juga mengeluh adanya sesak sejak dua minggu hingga
tiga hari SMRS. Sesak tidak membaik saat pasien aktivitas maupun istirahat.
Pasien juga mengeluh adanya nyeri dada. Nyeri tidak terlalu berat, nyeri dirasakan
tidak menjalar ke lengan, punggung, dagu, dan leher.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum tampak sakit sedang, pasien lemah. Kesadaran compos


mentis; Nadi 88 kali/menit. Respirasi 20 kali/menit. Suhu 36,5oC. Tekanan darah
100/80 mmHg. Status gizi baik, berat badan normal dan tinggi badan sangat
tinggi. Mata : terdapat edema pada palpebral dextra dan sinstra, terdapat edema
pada eksremitas inferior dextra dan sinstra. Thorax; Auskultasi : terdapat ronkhi
basah halus yang nyaring di basal pulmo dextra dan sinistra.³

Pada sebagian besar kasus pneumonia, dapat ditemukan suara napas yang
melemah, fremitus vokal meningkat dan terdengar ronkhi basah halus yang
nyaring. Sesuai pada pasien didapatkan suara napas yang melemah Tetapi pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik di bangsal suara nafas sudah membaik. Pada
pasien ini fremitus vokal normal terdengar ronki basah halus pada bagian dada
kanan dan kiri pasien terutama di basal paru pasien saat awal pasien datang ke
IGD dan pada saat di bangsal.

Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus pneumonia dapat ditemukan pada hasil laboratorium darah


perifer lengkap ditemukan leukositosis. Sesuai pada pasien ini ditemukan
leukositosis sebesar 22.300/uL sehingga menunjukkan adanya infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.

Diagnosis
1) Bronkopneumnia
Diagnosis pneumonia ditegakkan sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien
mengalami gejala demam, batuk, sesak napas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Auskultasi : suara nafas vesikuler menurun, suara nafas vesikuler pulmo dextra
dan sinistra melemah, terdapat ronkhi basah halus yang nyaring pada basal
pulmo dextra dan sinistra. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan; Leukosit
22.300/uL;
2) Sindrom nefrotik

Tatalaksana
Tatalaksana pneumonia terdiri atas suportif dan antibiotik empiris.
Pengobatan suportif berupa terapi oksigen, pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreeksi kalori dan elektrolit, pemberian obat simptomatik seeperti antipiretik dan
mukolitik. Antibiotik diberikan 7-10 hari, lini pertama dapat menggunakan
antibiotik golongan beta-laktam (penicillin, sefalosporin, karbapenem,
monobactam) atau kloramfenikol. Lini kedua seperti gentamisin, amikasin, atau
sefalosporin (sefotaksim, seftaidim). Pada pasien ini diberikan terapi oksigen
berupa Nebulizer Inhalasi 3x/hari (NaCl + Ventolin) 5-7ml, koreksi cairan IVFD
RL 1000 ml/24 jam, obat mukolitik Ambroxol 8mg/x, Salbutamol 2mg (1 pulv 3
p.o), dan antibiotik Injeksi Cefotaxime 3x500 mg.

Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
Daftar Pustaka

1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC; 2012.h.709-12

2. Kumala P, dkk (ed), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit
EGC, Jakarta, 2014, hal: 167.
3. Setiawati dkk. Pedoman diagnosis dan terapi bag SMF ilmu kesehatan anak..
Surabaya;2008

4. Alatas H, Hasan R, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas


Kedokteran UI;2007.h.1228-35.

5. Hassan, A.et al. Stroke-Associated Pneumonia: Microbiological Data and


Outcome. Singapore Medical Journal;2006.vol. 47(3): 204-7
6. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota.
Jakarta: WHO: 2009
7. Soedarsono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: FK UNAIR;2004

8. Soeparman, Waspadji S (ed), Ilmu Penyakit Anak, Jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1995, hal: 695-705.

9. Behrman RE, Vaughan VC, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi
12, Penerbit EGC, Jakarta, 2014, hal: 527-34.
10. Shah Ira, Pneumonia in Children, http://
www.pediatriconcall.com/fordoctor/DiseasesandCondition/Faqs/Pneumonia.a
sp, 2018.

También podría gustarte