Está en la página 1de 8

SYOK HIPOVOLEMIK

1. Pengertian
Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi
jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa
metabolisme ( Theodore, 93 ), atau suatu perfusi jaringan yang kurang sempurna.
hipovelemi berarti berkurangnya volume darah, dan perdarahan mungkin penyebab
tersering dari syok hipolemik.
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh
dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak
adekuat.
Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok
hemoragik).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering,
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).

2. Etiologi
Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan
oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang
menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction,
peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat
atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.
Pada umumnya syok hipovolemik disebabkan karena perdarahan, sedang penyebab lain
yang ekstrem adalah keluarnya garam (NaCL). Syok misalnya terjadi pada : patah tulang
panjang, rupture spleen, hematothorak, diseksi arteri, pangkreatitis berat. Sedang syok
hipovolemik yang terjadi karena berkumpulnya cairan di ruang interstisiil disebabkan
karena: meningkatnya permeabilitas kapiler akibat cedera panas, reaksi alergi, toksin
bekteri.
Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada
aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa merupakan akibat dari kehilangan
cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka
bakar hebat.

3. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4 sistem
major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal dan sistem
neuroendokrin.
System hematologi berespon kepada perdarahan hebat yang terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh darah (dengan
melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk sumbatan immatur pada sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak akan mengganti lapisan kolagennya, yang secara
subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari sumbatan yang
dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang
sempurna dan formasi matur.
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan meningkatkan
denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh
darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan
penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus
karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru). System kardiovaskular juga
merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal, dam organ lainnya.
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan pelepasan
rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin kemudian diproses
kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu
memvasokontriksikan pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex
adrenal. Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi
air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH.
ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan
darah dan penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan
reabsorsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of
Henle.
Tanpa adanya resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok,
kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ

4. Manifestasi Klinis
Indikasi parameter pada pemeriksaan/pengkajian dalam mengestimasi kehilangan volume
cairan:

Kehilangan cairan Kehilangan cairan


Kehilangan cairan berat
minimal sedang
Kehilangan volume cairan Kehilangan volume cairan Kehilangan volume cairan
intravaskular 10% - 15% intravascular sekitar 25% 40% atau lebih

Tanda dan gejala : Tanda dan gejala : Tanda dan gejala :


- takikardi ringan - nadi cepat dan lemah - tachycardia yang nyata
- tekanan darah supinasi - hipotensi supinasi - hipotensi yang nyata
- kulit dingin - nadi perifer lemah dan
normal
- urin output sekitar 10
- penurunan sistol lebih menghilang
sampai 30%ml/jam - kulit dingin dan
dari 16 mm Hg atau
- sangat kehausan
sianosis
peningkatan denyut - gelisah, bingung, cepat
- urin output kurang dari
nadi lebih dari 20x/m marah
- peningkatan capillary 10%
- penurunan kesadaran
refill lebih dari 3 detik
- urin output lebih dari
30%ml/jam
- kulit pucat dan dingin

Derajat syok hipovolemik

Kualitas
Derajat Tekanan Suhu Warna Keadaan Urine
denyut Haus
syok darah kulit kulit mental output
nadi
Tidak
Normal Normal Normal Normal Normal Normal normal
ada
Melambat
Menurun
Ringan Normal Dingin Pucat secara Normal normal
20%
nyata
Menurun
Menurun
sedang secara Dingin Pucat Bingung Nyata Berkurang
20- 40%
nyata
Menurun Sangat
Lemah
40% lambat,
sampa
Berat sampai Dingin Sianotik apatis Berat oliguria
tidak
tidak sampai
diketahui
teratur koma

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete
Blood Count (CBC), kadar elektrolit), AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami
trauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan
pencocokan.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi
secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi
intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi. .
Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di
unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric
lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus
perforasi. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk
selanjutnya mencari sumber perdarahan.
Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.
Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau
tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi

6. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
a. memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
b. meredistribusi volume cairan, dan
c. memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.

Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan


perdarahan.
Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan
pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal. Pemasangan dua jalur intra vena
dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan.
Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah
jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6
%).
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien,
sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan.
Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan
sesuai
order. Pastikan golongan darah untuk pemberian terapi transfusi
b. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory
arrest lakukan CPR
c. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil AGD
untuk mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi diperlukannya intubasi
dan penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi fowler untuk
memaksimalkan ekspansi dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman untuk
meminimalkan kebutuhan oksigen
d. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan.
Observasi warna kulit dan cek capillary refill
e. Monitor parameter hemodinamik setiap 15 menit, untuk mengevaluasi respon
pasien terhadap treatmen yang sudah diberikan
f. Monitot intake dan output.pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam.
Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan
gastric drainase. Jika output kuranng dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang
infuse, tetapi awasi adanya tanda kelebihan cairan. Lapor dokter jika urin output
tidak meningkat
g. Berikan transfuse sesuai lorder, monitor Hb
h. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V sesuai order untuk meningkatkan
kontraktilitas jantung dan perfusi renal
i. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera
j. Berikan support emosional
k. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jika perlu.

También podría gustarte