Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1
kecelakaan lalu lintas, cedera akibat lain, obesitas, dan penyakit jantung dengan
jumlah kasus 246 jiwa (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016).
Berdasarkan data dari Medical Record BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolaka jumlah penderita penyakit stroke pada tahun 2015
adalah Non Hemoragic Stroke (NHS) sebanyak 116 jiwa dan Hemoragic Stroke
(HS) sebanyak 56 jiwa, tahun 2016 adalah NHS sebanyak 120 jiwa dan HS
sebanyak 40 jiwa, dan tahun 2017 adalah NHS sebanyak 132 jiwa dan HS
sebanyak 34 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita stroke bisa
dikatakan tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih menjadi salah
satu masalah kesehatan di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka
(Medical Record BLUD RS Benyamin Guluh Kolaka, 2018).
Hasil studi Global Burden of Disease (GBD), usia dan jenis kelamin
merupakan standar yang memiliki rentang luas menderita stroke di Asia. Hasil
penelitian didapatkan data bahwa orang yang menderita stroke terbanyak adalah
kelompok umur > 55 tahun dan jika dilihat dari jenis kelamin responden yang
terbanyak menderita stroke adalah jenis kelamin laki-laki (59,6%) dan perempuan
(40,4%) (Narayanaswamy et al, 2017 & Wiyadi at all, 2017).
Saat ini pemerintah telah melakukan upaya untuk penanggulangan penyakit
menular dan tidak menular termasuk penyakit stroke yaitu dengan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk mencegah penyakit tidak menular
seperti stroke dengan perilaku “CERDIK” yaitu, cek kesehatan secara rutin,
enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet sehat dan seimbang, istirahat cukup,
dan kelola stres selain itu gerakan pencegahan stroke tidak hanya di lakukan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun upaya penanganan lain
stroke yang telah dilakukan dengan meningkatkan tindakan preventif, diagnosis
dan terapi untuk stroke akut (Kemenkes, 2017).
Dikemukakan Sikawin, (2013) bahwa penyakit tidak menular seperti stroke,
sering kali disebabkan oleh faktor resiko yang dapat diubah seperti hipertensi,
obesitas, komsumsi alkohol, prilaku merokok serta kurangnya aktifitas fisik.
Cable News Network (CNN) Indonesia melansirkan bahwa stroke merupakan
kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera dan jika
tidak ditangani dengan segera maka penderita stroke bisa berakhir dengan
kematian atau kecacatan,
yakni lumpuh dimensial atau pikun dan gangguan lain seperti sulit bicara dan
melakukan kegiatan lainnya (CNN Indonesia, 2017).
Dalam mengatasi masalah yang dialami klien, perawat bertindak sebagai
pemberi asuhan keperawatan yang merupakan suatu proses dalam praktik
keperawatan yang diberikan secara lansung pada klien untuk memenuhi
kebutuhan klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi klien yang
dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan (Budiono, 2016).
Pada tahap akut intervensi keperawatan yang diberikan pada klien stroke
bertujuan mencegah cedera sekunder otak, mempertahankan jalan nafas, serta
dukungan tubuh secara umum seperti tanda-tanda vital, keseimbangan cairan dan
elektronik serta mencegah berbagai komplikasi (atalaktasis dan radang paru-paru)
(Davis, 2016). Masalah lain yang sering muncul pada klien stroke adalah
gangguan gerak. Klien yang mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan
karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh. Untuk
meningkatkan kekuatan otot perlu dilakukan latihan mobilisasi atau rehabilitasi
oleh petugas kesehatan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi neurologis dan
mencegah terjadinya kontraktur atau kekakuan otot dengan terapi fisik dan tehnik-
tehnik lain (Sikawin, 2013).
Berdasarkan uraian data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk studi kasus dengan judul: “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Tn. R. Dengan Gangguan Sistem Persarafan Non Hemoragic Stroke Di
Ruang Mawar BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh kabupaten Kolaka”.
TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan
Resiko ketidak
TIK
efektifan perfusi Adema cerebral
jaringan otak
Penurunan fungsi
Penurunan kema- Perubahan keta- jaman Control otot facial/oral motorik &
mpuan retina u/ sensori penghidu,
menjadi lemah muskuloskeletal
menangkap obyek penglihatan, dan pengecap
Refluks
Kerusakan Luka dekubitus
integritas kulit
Ketidakseibangan Disfagia
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Anoreksia Gangguan menelan
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Setiadi, (2012) proses keperawatan adalah tindakan yang
berkesinambungan dan dilakukan secara sistemik untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang diahadapi klien yang diawali dengan proses pengkajian,
perumusan diagnosa, menyusun perencanaan kemudian melaksanakan, dan
mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya
tersebut.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan penderita stroke menurut
Brunner dan Suddarth, 2001 dalam Padila, (2012) adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
1. Biodata
a). Identitas klien
Pengkajian biodata difokuskan pada: na ma, umur (kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan masuk rumah sakit, nomor register
dan diagnosis medis.
b). Keluhan utama
Biasanya klien datang di rumah sakit dalam kondisi penurunan
kesadaran atau koma disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala
hebat bila masih sadar.
c). Upaya yang telah dilakukan upaya yang telah dilakukan
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk, oleh
karena itu klien biasanya langsung dibawah ke RS.
d). Riwayat penyakit terdahulu
Perluh dikaji adanya riwayat diabetes melitus, hipertensi, kelainan
jantung, pernah TIA, policetemia karena hal ini berhubungan dengan
penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
e). Riwayat penyakit sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan
aktivitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal: sakit kepala
hebat, penurunan kesadaran sampai koma, selain gejala kelumpuhan
separu badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
f). Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji mungkin ada anggota keluarga yang pernah mengalami
stroke.
2. Activities of Daily Living (ADL)
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka
perluh klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari dari bantuan sebagaian sampai total. Meliputi: mandi,
makan/minum, BAB/BAK, berpakaian, berhias, aktivitas mobilisasi
(Padila, 2012).
3. Pengkajian primer persarafan
a). Fungsi serebral: Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, kesadaran, kemampuan bahasa, dan bicara.
b). Fungsi saraf kranial.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial 1-XII, saraf I.
Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasial) sering terlihat pada klien dengan hemipelgia kiri.klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh. Saraf
III,IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, padasatu
sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit. Saraf V. Pada beberapa keadaan
stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus, penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus
internus dan eksternus. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang
sehat. Saraf VIII.Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan sulit
membuka mulut. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII. Lidah simetris,
terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan
normal.
c). Fungsi motorik.
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik. Oleh karena
UMN bersilangan, gangguan control motor volunteer pada salah satu
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi yang
berlawanan dari otak. Inspeksi umum : didapatkan hemiplegia karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Tonus otot: didapatkan
meningkat. Kekuatan otot: pada penilaian dengan menggunakan
tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didatkan tingkat 0.
Keseimbangan dan koordinasi: didatkan mengalami gangguan karena
hemiparese dan hemiplegia. Pengkajian reflek: Pemeriksaan reflek
terdiri atas reflek profunda dan pemeriksaan reflek patologis, gerakan
involunter, tidak ditemukan adanya tremordan distonia. Pada keadaan
tertentu, klien biasanya mengalami kejaaang umum, terutama pada
anak dengan stroke disertai peningkatan tekanan suhu tubuh yang
tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang
peka (Muttaqin, 2012).
d). Fungsi sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan
untuk mengintepretasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual.
Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propiosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam mengintepretasikan stimuli visual, taktil, dan
auditorius (Muttaqin, 2012).
4. Pengkajian skunder yang biasa didapatkan dengan stroke menurut
Muttaqin, (2012) yaitu:
a). Aktivitas dan istirahat
Data subyektif: Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis dan mudah lelah,
kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif: Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot
(flaksid atau spastik), paralisis (hemiplegia),
kelemahan umum dan gangguan penglihatan.
b). Sirkulasi
Data subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung, endokarditis bakterial),
polisitem.
Data obyektif: Hipertensi arterial, disritmia, perubahan EKG,
pulsasi kemungkinan bervariasi, denyut karotis,
femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c). Integritas ego
Data subyektif: Perasaan tidak berdaya dan hilang harapan.
Data obyektif: Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat,
kesediahan, kegembiraan dan kesulitan berekspresi diri.
d). Eliminasi
Data subyektif: Inkontinensia dan anuria dan distensi abdomen
(kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus
paralitik).
e). Makan/minum
4). EEG: Pemeriksaan ini bertujuan dan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan.
b). Pemeriksaan laboratorium: lumbal fungsi, pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia dan pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari
kelainan pada darah itu sendiri.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan biasanya terdiri dari 3 komponen yaitu respon
manusia (masalah), faktor yang berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi,
2012).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan stroke
menurut Nurarif dan Kusuma, (2015) adalah:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan
dengan pendarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema,
LED
b. Nyeri berhubungan dengan adanya thrombus atau emboli
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nervus hipoglosus.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada ektremitas.
e. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus
vagus atau hilangnya refluks batuk
f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungandengan
penurunan/kehilangan kontrol tonus otot fisial atau oral.
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang,
penurunan sensasi rasa (panas dan dingin).
2.2.3 Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012).
Intervensi pada klien dengan stroke berdasarkan diagnosa
keperawatan menurut Muttaqin, (2013) adalah sebagai berikut:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan
dengan pendarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema,
LED .
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam jaringan otak dapat tercapai secara
optimal
Kriteria hasil: Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala,
mual, kejang, GCS : 4,5,6 pupil isokor, refleks cahaya
( tanda-tanda vital normal.
1. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
Rasional: Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
2. Monitor tanda-tanda vital, seperti, tekanan darah, nadi, dan hati-
hati pada hipertensi sistolik.
Rasional: Pada keadaan normal, otoregulasi mempertahankan
keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan otot reguler akan menyebabkan
suhu, dan frekuensi pernapasan
3. Monitor asupan dan keluaran.
Rasional: Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan
meningkatkan risiko dehidrasi terutama pada klien
yang tidak sadar, mual yang menurunkan asupan
peroral.
4. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab
peningkatan TIK dan akibatnya.
Rasional: Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses
penyernbuhan.
5. Baringkan klien (tirah baring) total dengan posisi tidur terlentang
tanpa bantal.
Rasional: Perubahan pada tekanan intracranial akan dapat
menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.
6. Anjurkan klien menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional: Batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan
potensial terjadi perdarahan
7. Kolaborasi pemberian O2 dan medicine sesuai indikasi
Rasainal: Untuk membantu memperbaik kondisi pasien
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
2 Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 3 x/hari Tidak pernah
Warna Kuning -
b. BAB
Frekuensi 1 x/hari Tidak pernah
Konsistensi lunak -
Warna kuning kecoklatan -
3 Istirahat dan tidur
a. Tidur siang
Frekuensi Tidak teratur Tidak pernah
Waktu 13.00 -
Kebiasaan Nonton TV -
sebelum tidur
b. Tidur malam ± 5 jam
Frekuensi 7-8 jam Tidak teratur
Waktu 22.00 Terganggu saat
Kebiasaan Nonton TV sakit kepala
sebelum tidur
4 Personal hygiene
Mandi 2 x/hari Lap basah
Keramas 3 x/minggu Tidak pernah
Sikat gigi 2 x/hari
Gunting kuku Tidak teratur Tidak pernah
5 Aktifitas Klien menjalankan Semua aktivitas
aktivitas sebagai dibantu oleh
seorang wirausaha keluarga
dan semua kegiatan
dilakukan secara
mandiri
c. Pemeriksaan Penunjang Tanggal
17 Juli 2018 Jam: 09.07
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
WBC 12,08 4,00-10,00 10³/UL
RBC 4,42 4.00-6,50 10⁶/UL
HGB 14,7 13,0-16,0 g/dL
HCT 36,6 36,0-46,0 %
MCV 82,8 80,0-97,0 fL
MCH 33.3 27,0-34,0 Pg
MCHC 40,2 32,0-37,0 g/dL
PLT 242 150-450 10³/UL
Impuls disampaikan
thalamus korteks
serebri
Impuls dipersepsikan
nyeri
1 2 3
Data subjektif: Klien mengeluh badan Sumbatan aliran darah Hambatan
pada sebelah kanan lemah dan O2 serbral mobilitas fisik
Data objektif:
a. Klien tampak lemah Infark jaringan serebral
b. Klien tampak bedrest
c. Klien tidak bisa mengontrol Penurunan fungsi
pergerakan tangannya motorik
d. Tidak terdapat sensasi nyeri pada
ektremitas dekstra inferior Terkena area hemisfer
e. Terdapat kelemahan pada tubuh kiri
sebelah kanan terutama pada
ekstremitas bawah Hemiplagia kanan
f. Kekuatan otot lemah dan kaku pada
bagian tubuh sebelah kanan
Kelemahan/hemiparase
3333 5555
1111 5555
Ketidakmampuan
kandung kemih
berkontraksi adekuat
Data subjektif: NHS Kesiapan
Klien mengatakan kurang mengetahui keluarga
tentang penyakitnya dan cemas Defisit neurologis meningkatkan
dengan kondisi penyakitnya manajemen
Data objektif: Perubahan status kesehatan
a. Klien tampak bingung dan tidak kesehatan
mengerti dengan kondisi
penyakitnya cemas
b. Klien tampak sering bertanya
mengenai penyakitnya Kurang informasi
kesehatan
3333 5555
1111 5555
Dinanti, Elisa Ling. (2015). Pengaruh Latihan Range Of Mantion (ROM) Pasif
Dan Aktif Terhadap Peningkatan Sudut Rentang Gerak Pasien Stroke
2015. Akses 23 Juli 2018
Iqbal dan Elka. (2017). Perbedaan penegetahuan, sikap dan prilaku sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita
hipertensi. Januari 2017 akses 24 Juli 2018
kemkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, http://www.kemkes.go.id diakses 6 Juni
2018.