Está en la página 1de 17

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
 Nama : Nn. K
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tgl lahir / Umur : 24 Maret 1999/19 tahun
 Alamat : Gunung Pandan
 No. Reg : 38-00-19
 MRS : 20-11-2018

II. Subjektif
 Anamnesis : Autoanamnesis
 Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
 Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri perut kanan bawah sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke
perut kanan bawah kemudian menetap, semakin lama nyeri semakin hebat. Tidak
ada hal yang memperparah maupun yang meringankan keluhan. Demam (+) sejak
2 hari namun suhu tidak diukur, mual (+), muntah (+) 1 kali pada hari pertama
nyeri, muntah berupa sisa makanan. Ma/Mi (+/+). Kentut (+). BAB dan BAK
tidak ada keluhan

Riwayat penyakit sebelumnya :


 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat Diabetes Melitus (-)
 Riwayat Penyakit Jantung (-)
 Riwayat Merokok (-)

1
III. Objektif
 Keadaan umum : Sakit sedang / gizi cukup / compos mentis
 Tanda vital & antropometri :
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 88 x / menit
 Pernapasan : 22 x / menit
 Suhu : 37,6˚C
 VAS score : 4-5
 Berat badan : 50 kg
 Tinggi badan : 158 cm
 IMT : 20.8

 Pemeriksaan Fisik
Kepala
 Ekspresi : Normal
 Simetris muka : Simetris kiri = kanan
 Deformitas :-
 Rambut : Hitam dan lurus
Mata
 Eksopthalmus/enopthalmus :-
 Gerakan : Gerakan ke segala arah
 Tekanan bola mata : Dalam batas normal
 Kelopak mata : Edema palpebra (-)
 Konjugtiva : Anemis (-)
 Kornea : Jernih
 Sklera : Ikterus (-)
 Pupil : Isokhor, Ø 2,5 mm D=S, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
 Pendengaran : dalam batas normal
 Tophi : (-)
 Nyeri tekan prosessus mastoideus : (-)

2
Mulut
 Bibir : kering (-)
 Tonsil : T1-T1
 Gigi geligi : Caries (-)
 Farings : hiperemis (-)
 Gusi : perdarahan gusi (-)
 Lidah : kotor (-), deviasi (-), atrofi (-)

Leher
 Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
 Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
 DVS : R+1 cmH2O
 Pembuluh darah : tidak ada kelainan
 Kaku kuduk : (-)
 Tumor : (-)

Dada
 Inspeksi
 Bentuk : Normothorax, simetris kiri=kanan
 Pembuluh darah : Spider navy (-)
 Buah dada : Simetris, ginekomasti (-)
 Sela iga : Normal

Paru
 Palpasi
 Fremitus raba : Vokal Fremitus kiri=kanan
 Nyeri tekan : (-)
 Perkusi
 Paru kiri : sonor
 Paru kanan : sonor
 Batas paru hepar : ICS V dextra anterior
 Batas paru belakang kanan : vertebra thorakal IX

3
 Batas paru belakang kiri : vertebra thorakal X
 Auskultasi
 Bunyi pernapasan : vesikuler
 Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/-

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-)

Perut
 Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
 Palpasi : Supel, defans muscular (-), Massa tumor (-),
nyeri tekan (+) pada titikMc Burney, tenderness pada
titik McBurney (+) , Rovsing sign (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Punggung
 Palpasi : NT (-), MT (-)
 Nyeri Ketok : (-)
 Auskultasi : BP Vesikular, Rh -/-, Wh -/-
 Gerakan : Ikut gerak napas
 Lain-lain : (-)
Alat Kelamin : (tidak dilakukan pemeriksaan)
Anus dan rektum : (tidak dilakukan pemeriksaan)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
Pemeriksaan lain : Psoas sign (-), Obturator sign (+)
Alvarado score : 7 (possible appendicitis)

4
 Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Darah Rutin (20/11/2018)
WBC : 12.13 x 103/uL* (4.000-10.000 Ul)
RBC : 4.41 x 106/uL (4.000-6.000 Ul))
HGB : 12.2 g/dl (12-16 g/dl)
PLT : 207 x 103/uL* (150.000-400.000 Ul))
HCT : 36 % (37-48%)
 Kimia Darah: (24/04/2018)
SGOT : 15 (<38)
SGPT : 11.8 (<42)
Ureum : 20.12 (10-50)
Kreatinin : 0.77 (lk <1,3 pr <1,1)
Na : 149 (135-155)
K : 3.4 (4.0-4.8)
Cl : 100 (95-108)
HbsAg : nonreaktif

 USG Abdomen

5
6
HASIL USG ABDOMEN (21/11/18) : Appendicitis acute

IV. Diagnosa
Observasi Abdominal Pain ec Susp. Appendicitis Akut

V. Rencana Terapi
 Pengobatan :
Co. dr. Fariz, Sp.B
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ranitidin 2x1 amp
 Inj. Antrain 3x1 amp
 Inj. Ondancentron 3x4 mg
 Cek DR, OT/PT, Ur/Cr, Elektrolit
 USG Abdomen
 Rawat Inap

7
Resume
Seorang perempuan berusia 19 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah disertai demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke perut kanan
bawah yang dirasakan sangat hebat. Mual(+) muntah dirasakan sebanyak 1x di rumah,
demam (+). Ma/Mi (+/+). Kentut (+) BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang, gizi cukup, compos mentis.
Tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, reguler Pernapasan : 22 x/menit,
suhu axilla: 37,60C VAS score 4-5. Terdapat Mc Burney sign (+), psoas sign (-) dan
obturator sign (+), Alvarado score 7.
Hasil pemeriksaan laboratorium : WBC : 12.13 x 103/uL*.
Hasil Pemeriksaan USG Abd : Appendicitis Acute

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Appendisitis adalah peradangan karena suatu proses inflamasi pada Appendix
vermiformis terutama akibat infeksi.1,2 Appendisitis akut adalah kegawatdaruratan
abdomen yang sering ditemukan dan membutuhkan operasi emergensi. Tetapi, diagnosis
terkadang sulit ditegakkan sehingga mengganggu keputusan untuk mengoperasi,
observasi, dan untuk evaluasi berikutnya.3

8
2.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Apendiks.2


Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen bagian
kanan bawah. Berbentuk tabung dengan panjang ksaran 10 cm dan berpangkal utama di
sekum dengan lumen sempit dibagian proximal dan melebar di arah distal. Apendiks
memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada letak terhadap struktur-
struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 30% terletak pelvikum artinya masuk ke
rongga plevis, 65% terletak di belakang sekum, 2% terletak preileal, dan kurang dari 1%
yang terletak retroileal.4,5

Gambar 2 Apendiks berdasarkan letak.2


Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus vagus dan
persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang menyebabkan radang
pada apendiks akan dirasakan periumbilikal. Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri

9
apendikularis yang tidak memiliki kolateral.5 Pendarahan apendiks berasal dari arteri
apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya
karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.5
Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami. Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran ini akan
dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks. Apendisitis
seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini. Apendiks menghasilkan
imunglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang menghasilkan IgA.
GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya. Karena jumlahnya
yang sedikit dan minimal,pengangkatan apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem
pertahanan mukosa saluran cerna.5
2.3 Epidemiologi
Appendisitis akut merupakan peradangan pada apendik yang menjadi salah satu
kasus emergensi yang sering ditemui dan merupakan salah satu penyebab nyeri perut
yang paling sering. Apendisitis akut mampu berkembang menjadi perforasi apendiks
yang nantinya dapat mengakibatkan 67% kematian pada kasus-kasus apendisitis akut.
Insidensi appendisitis lebih rendah pada negara dengan budaya diet yang tinggi serat
karena diet yang tinggi serat dapat melunakkan konsistensi feses, mengurangi waktu
transit makanan di usus dan mengurangi pembentukan fecalith yang merupakan
penyebab tersering pada appendisitis. Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari
pada di negara berkembang. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada
anak kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak
dari pada wanita.6

2.4 Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
histolytica (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Penelitian epidemiologi menunjukkan peran
kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya

10
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.2,7
2.5 Patofisiologi

Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat
infeksi. Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi
yang terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir apendiks, dimana menyebbakan
tekanan intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi dapat
terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan
adanya obstruksi.2

Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh dinding
apendiks pada 24-48 jam pertama. Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi
lokal ini adalah menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan
adneksa. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut
juga infiltrat apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat saja
terbentuk menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang berbahaya pada
pasien apendisits. Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati fase akut tanpa perlu
dilakukannya operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali berulang dan menyebabkan
eksaserbasi akut sewaktu-waktu dan dapat langsung berujung pada komplikasi perforasi.
Pada anak-anak dan geriatri, daya tahan tubuh yang rendah dapat meyebabkan sulitnya
terbentuk infiltrat apendisitis sehingga risiko perforasi lebih besar.2,7,8

2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a) Anamnesis :
- Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien dengan
apendisitis akut. Nyeri pada apendisitis muncul mendadak (sebagai salah satu jenis dari
akut abdomen) yang kemudian nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul. Nyeri
merupakan suatu nyeri viseral yang dirasakan biasanya pada daerah epigastrium atau
periumbilikus. Nyeri viseral terjadi terus menerus kemudian nyeri berubah menjadi
nyeri somatik dalam beberapa jam. Lokasi nyeri somatik umumnya berada di titik
11
McBurney, yaitu pada 1/3 lateral dari garis khayalan dari spina iliaka anterior superior
(SIAS) dan umbilikusPada suatu metaanalisis, ditemukan bahwa nyeri perut yang
berpindah dan berubah dari viseral menjadi somatik merupakan salah satu bukti kuat
untuk menegakkan diagnosis apendisitis.2,7
- Mual
- Muntah
- Diare atau konstipasi
- Demam
b) Pemeriksaan fisik

Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah :

1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
2. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness(nyeri lepas tekan)
adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba
dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc.
Burney.
3. Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan
adanya rangsangan peritoneum parietal. Hal ini biasanya di dapatkan pada kasus
appendicitis perforasi
4. Rovsing sign (+) adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila dilakukan
penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas
yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
5. Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang
terjadi pada apendiks.
6. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hypogastrium.7

12
Gambar 3 Pemeriksaan fisik.3
Apendisitis dapat didiagnosis menggunakan skor alvarado yang dapat dilihat pada tabel
berikut :

Gambar 4 Alvarado Score.9


Skor dari 5 atau 6 "kompatibel" dengan diagnosis apendisitis akut dan merekomendasikan
dokter mengamati atau berulang memeriksa pasien. Sebuah nilai 7 atau 8 adalah
"kemungkinan" apendisitis dan skor 9 atau 10 adalah "sangat mungkin" apendisitis an
merekomendasikan intervensi bedah.9,10
a) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah
leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya
berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan

13
dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran
telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan).7
Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat
membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen
usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam
menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga
panggul. Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis
apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai
bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua
penegakan diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif
dalam bertindak.7,10
2.7 Diagnosis banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, seperti:

Gambar 5 Diagnosis Banding Akut Abdomen berdasarkan lokasi nyeri.7


 Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih
ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
 Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk
Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.

14
 Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi.
 Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.
 Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada
ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang
mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.
 Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis
pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.
 Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada,
dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
 Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
 Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel,
perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon,
obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel
apendiks.2
2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operatif.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.2,6,7

15
2.Penanggulanganoperatif
Bila diagnosasudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks. Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainase.2,7
2.9 Komplikasi
Perforasi usus, peritonitis umum, abses appendiks, tromboflebitis supuratif sistem
portal, abses subfrenikus, sepsis dan obstruksi usus.1
2.10 Prognosis
Tingkat morbiditas dan mortalitas dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan
persiapan prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah.2

BAB III
PEMBAHASAN

Seorang perempuan berusia 19 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah disertai demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke perut kanan
bawah yang dirasakan sangat hebat. Mual(+) muntah1x, demam (+). Ma/Mi (+/+).
Kentut (+) BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan fisik didapatkan sakit
sedang, gizi cukup, compos mentis. Tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi: 88 x/menit,
reguler Pernapasan : 22 x/menit, suhu axilla: 37,60C VAS score 4-5. Terdapat Mc
Burney sign (+), psoas sign (-) dan obturator sign (+).
Pasien di rawat inap dan diberikan terapi IVFD RL, Inj.Antrain, inj.ranitidin dan
inj. Ondancentron. Pemberian cairan RL dimaksud untuk menjaga asupan cairan dan
juga nutrisi pasien. Injeksi ranitidine untuk mengurangi produksi asam lambung dan
injeksi Antrain yang mengandung natrium metamizole yang berfungsi sebagai anti
nyeri dan anti demam dan injeksi ondancentron yang berfungsi sebagai anti mual. Pada
kasus ini antrainnya hanya diberikan jika pasien merasa sangat nyeri saja karena pada
kasus appendisitis, pemberian obat anti-nyeri yang kuat merupakan salah satu
kontraindikasi karena dapat menimbulkan ‘masking efect’ atau dapat menghilangkan

16
rasa nyerinya sehingga dapat menyebabkan pemeriksaan fisik dan diagnosis yang
kurang tepat.
Setelah di rawat inap dan dilakukan observasi selama satu hari dilakukan USG
Abdomen untuk memastikan penyakit yang diderita pasien. Hasil pemeriksaan USG
Abd didapatkan gambaran Appendicitis Acute. Setelah itu direncanakan untuk operasi
appendectomy. Intraoperasi, didapatkan bahwa appendiks mengalami adhesi pada
dasar sehingga dilakukan adhesiolisis. Pasien dirawat pasca oprasi dengan pengobatan
: IVFD RL 20 tpm, Inj Ceftriaxone 2x1, Inj. Ketorolac 3x1, Inj Ranitidine 2x1. Setelah
3 hari perawatan diruang bedah RS Ratu Zalecha, pasien diperbolehkan pulang.

17

También podría gustarte

  • LEAFLET
    LEAFLET
    Documento2 páginas
    LEAFLET
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • LAPAKdreka
    LAPAKdreka
    Documento8 páginas
    LAPAKdreka
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • LAPAKdreka
    LAPAKdreka
    Documento8 páginas
    LAPAKdreka
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Demam Berdarah Dengue (DBD) : Dr. Shana Yusie Anwar
    Demam Berdarah Dengue (DBD) : Dr. Shana Yusie Anwar
    Documento16 páginas
    Demam Berdarah Dengue (DBD) : Dr. Shana Yusie Anwar
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • COVER
    COVER
    Documento1 página
    COVER
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • LEAFLET
    LEAFLET
    Documento2 páginas
    LEAFLET
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Herpes Zooster
    Herpes Zooster
    Documento25 páginas
    Herpes Zooster
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Documento10 páginas
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab I
    Bab I
    Documento21 páginas
    Bab I
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • APP + Adhesi
    APP + Adhesi
    Documento20 páginas
    APP + Adhesi
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • APP + Adhesi
    APP + Adhesi
    Documento20 páginas
    APP + Adhesi
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • I. Objektif
    I. Objektif
    Documento6 páginas
    I. Objektif
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Documento40 páginas
    Appendisitis Akut
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Documento40 páginas
    Appendisitis Akut
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Documento10 páginas
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • APP + Adhesi
    APP + Adhesi
    Documento17 páginas
    APP + Adhesi
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Documento10 páginas
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Pamflet Jiwa
    Pamflet Jiwa
    Documento2 páginas
    Pamflet Jiwa
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab I
    Bab I
    Documento3 páginas
    Bab I
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento16 páginas
    Bab Ii
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Bab I
    Bab I
    Documento21 páginas
    Bab I
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Referat Ulkus Kornea Fix
    Referat Ulkus Kornea Fix
    Documento35 páginas
    Referat Ulkus Kornea Fix
    Ady Fitra Saragih
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento2 páginas
    Bab Iii
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Anemia
    Anemia
    Documento3 páginas
    Anemia
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • BABIII171819
    BABIII171819
    Documento4 páginas
    BABIII171819
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Refrat
    Refrat
    Documento1 página
    Refrat
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Refrat
    Refrat
    Documento1 página
    Refrat
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Anemia
    Anemia
    Documento3 páginas
    Anemia
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones
  • Anemia
    Anemia
    Documento3 páginas
    Anemia
    shana yusie anwar
    Aún no hay calificaciones