Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl lahir / Umur : 24 Maret 1999/19 tahun
Alamat : Gunung Pandan
No. Reg : 38-00-19
MRS : 20-11-2018
II. Subjektif
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri perut kanan bawah sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke
perut kanan bawah kemudian menetap, semakin lama nyeri semakin hebat. Tidak
ada hal yang memperparah maupun yang meringankan keluhan. Demam (+) sejak
2 hari namun suhu tidak diukur, mual (+), muntah (+) 1 kali pada hari pertama
nyeri, muntah berupa sisa makanan. Ma/Mi (+/+). Kentut (+). BAB dan BAK
tidak ada keluhan
1
III. Objektif
Keadaan umum : Sakit sedang / gizi cukup / compos mentis
Tanda vital & antropometri :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernapasan : 22 x / menit
Suhu : 37,6˚C
VAS score : 4-5
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 158 cm
IMT : 20.8
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Ekspresi : Normal
Simetris muka : Simetris kiri = kanan
Deformitas :-
Rambut : Hitam dan lurus
Mata
Eksopthalmus/enopthalmus :-
Gerakan : Gerakan ke segala arah
Tekanan bola mata : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebra (-)
Konjugtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokhor, Ø 2,5 mm D=S, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Pendengaran : dalam batas normal
Tophi : (-)
Nyeri tekan prosessus mastoideus : (-)
2
Mulut
Bibir : kering (-)
Tonsil : T1-T1
Gigi geligi : Caries (-)
Farings : hiperemis (-)
Gusi : perdarahan gusi (-)
Lidah : kotor (-), deviasi (-), atrofi (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada
Inspeksi
Bentuk : Normothorax, simetris kiri=kanan
Pembuluh darah : Spider navy (-)
Buah dada : Simetris, ginekomasti (-)
Sela iga : Normal
Paru
Palpasi
Fremitus raba : Vokal Fremitus kiri=kanan
Nyeri tekan : (-)
Perkusi
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru hepar : ICS V dextra anterior
Batas paru belakang kanan : vertebra thorakal IX
3
Batas paru belakang kiri : vertebra thorakal X
Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-)
Perut
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Supel, defans muscular (-), Massa tumor (-),
nyeri tekan (+) pada titikMc Burney, tenderness pada
titik McBurney (+) , Rovsing sign (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Punggung
Palpasi : NT (-), MT (-)
Nyeri Ketok : (-)
Auskultasi : BP Vesikular, Rh -/-, Wh -/-
Gerakan : Ikut gerak napas
Lain-lain : (-)
Alat Kelamin : (tidak dilakukan pemeriksaan)
Anus dan rektum : (tidak dilakukan pemeriksaan)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
Pemeriksaan lain : Psoas sign (-), Obturator sign (+)
Alvarado score : 7 (possible appendicitis)
4
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah Rutin (20/11/2018)
WBC : 12.13 x 103/uL* (4.000-10.000 Ul)
RBC : 4.41 x 106/uL (4.000-6.000 Ul))
HGB : 12.2 g/dl (12-16 g/dl)
PLT : 207 x 103/uL* (150.000-400.000 Ul))
HCT : 36 % (37-48%)
Kimia Darah: (24/04/2018)
SGOT : 15 (<38)
SGPT : 11.8 (<42)
Ureum : 20.12 (10-50)
Kreatinin : 0.77 (lk <1,3 pr <1,1)
Na : 149 (135-155)
K : 3.4 (4.0-4.8)
Cl : 100 (95-108)
HbsAg : nonreaktif
USG Abdomen
5
6
HASIL USG ABDOMEN (21/11/18) : Appendicitis acute
IV. Diagnosa
Observasi Abdominal Pain ec Susp. Appendicitis Akut
V. Rencana Terapi
Pengobatan :
Co. dr. Fariz, Sp.B
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp
Inj. Ondancentron 3x4 mg
Cek DR, OT/PT, Ur/Cr, Elektrolit
USG Abdomen
Rawat Inap
7
Resume
Seorang perempuan berusia 19 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah disertai demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke perut kanan
bawah yang dirasakan sangat hebat. Mual(+) muntah dirasakan sebanyak 1x di rumah,
demam (+). Ma/Mi (+/+). Kentut (+) BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang, gizi cukup, compos mentis.
Tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, reguler Pernapasan : 22 x/menit,
suhu axilla: 37,60C VAS score 4-5. Terdapat Mc Burney sign (+), psoas sign (-) dan
obturator sign (+), Alvarado score 7.
Hasil pemeriksaan laboratorium : WBC : 12.13 x 103/uL*.
Hasil Pemeriksaan USG Abd : Appendicitis Acute
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Appendisitis adalah peradangan karena suatu proses inflamasi pada Appendix
vermiformis terutama akibat infeksi.1,2 Appendisitis akut adalah kegawatdaruratan
abdomen yang sering ditemukan dan membutuhkan operasi emergensi. Tetapi, diagnosis
terkadang sulit ditegakkan sehingga mengganggu keputusan untuk mengoperasi,
observasi, dan untuk evaluasi berikutnya.3
8
2.2 Anatomi dan Fisiologi
9
apendikularis yang tidak memiliki kolateral.5 Pendarahan apendiks berasal dari arteri
apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya
karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.5
Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami. Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran ini akan
dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks. Apendisitis
seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini. Apendiks menghasilkan
imunglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang menghasilkan IgA.
GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya. Karena jumlahnya
yang sedikit dan minimal,pengangkatan apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem
pertahanan mukosa saluran cerna.5
2.3 Epidemiologi
Appendisitis akut merupakan peradangan pada apendik yang menjadi salah satu
kasus emergensi yang sering ditemui dan merupakan salah satu penyebab nyeri perut
yang paling sering. Apendisitis akut mampu berkembang menjadi perforasi apendiks
yang nantinya dapat mengakibatkan 67% kematian pada kasus-kasus apendisitis akut.
Insidensi appendisitis lebih rendah pada negara dengan budaya diet yang tinggi serat
karena diet yang tinggi serat dapat melunakkan konsistensi feses, mengurangi waktu
transit makanan di usus dan mengurangi pembentukan fecalith yang merupakan
penyebab tersering pada appendisitis. Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari
pada di negara berkembang. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada
anak kurang dari satu tahun jarang terjadi. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak
dari pada wanita.6
2.4 Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
histolytica (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Penelitian epidemiologi menunjukkan peran
kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
10
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.2,7
2.5 Patofisiologi
Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat
infeksi. Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi
yang terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir apendiks, dimana menyebbakan
tekanan intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagaian kecil kasus, infeksi dapat
terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan
adanya obstruksi.2
Infeksi terjadi pada tahap mukosa yang kemudian melibatkan seluruh dinding
apendiks pada 24-48 jam pertama. Adaptasi yang dilakukan tubuh terhadap inflamasi
lokal ini adalah menutup apendiks dengan struktur lain yaitu omentum, usus halus, dan
adneksa. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya masa periapendikuler, yang disebut
juga infiltrat apendiks. Pada infilitrat apendiks, terdapat jaringan nekrotik yang dapat saja
terbentuk menjadi abses sehingga menimbulkan risiko perforasi yang berbahaya pada
pasien apendisits. Pada sebagian kasus, apendisitis dapat melewati fase akut tanpa perlu
dilakukannya operasi. Akan tetapi, nyeri akan seringkali berulang dan menyebabkan
eksaserbasi akut sewaktu-waktu dan dapat langsung berujung pada komplikasi perforasi.
Pada anak-anak dan geriatri, daya tahan tubuh yang rendah dapat meyebabkan sulitnya
terbentuk infiltrat apendisitis sehingga risiko perforasi lebih besar.2,7,8
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a) Anamnesis :
- Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien dengan
apendisitis akut. Nyeri pada apendisitis muncul mendadak (sebagai salah satu jenis dari
akut abdomen) yang kemudian nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul. Nyeri
merupakan suatu nyeri viseral yang dirasakan biasanya pada daerah epigastrium atau
periumbilikus. Nyeri viseral terjadi terus menerus kemudian nyeri berubah menjadi
nyeri somatik dalam beberapa jam. Lokasi nyeri somatik umumnya berada di titik
11
McBurney, yaitu pada 1/3 lateral dari garis khayalan dari spina iliaka anterior superior
(SIAS) dan umbilikusPada suatu metaanalisis, ditemukan bahwa nyeri perut yang
berpindah dan berubah dari viseral menjadi somatik merupakan salah satu bukti kuat
untuk menegakkan diagnosis apendisitis.2,7
- Mual
- Muntah
- Diare atau konstipasi
- Demam
b) Pemeriksaan fisik
1. Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
2. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness(nyeri lepas tekan)
adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba
dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc.
Burney.
3. Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan
adanya rangsangan peritoneum parietal. Hal ini biasanya di dapatkan pada kasus
appendicitis perforasi
4. Rovsing sign (+) adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila dilakukan
penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas
yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
5. Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang
terjadi pada apendiks.
6. Obturator sign (+) adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hypogastrium.7
12
Gambar 3 Pemeriksaan fisik.3
Apendisitis dapat didiagnosis menggunakan skor alvarado yang dapat dilihat pada tabel
berikut :
13
dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran
telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan).7
Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat
membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen
usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam
menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga
panggul. Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis
apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai
bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua
penegakan diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif
dalam bertindak.7,10
2.7 Diagnosis banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, seperti:
14
Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi.
Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.
Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada
ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang
mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.
Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis
pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.
Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada,
dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel,
perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon,
obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel
apendiks.2
2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operatif.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.2,6,7
15
2.Penanggulanganoperatif
Bila diagnosasudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks. Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainase.2,7
2.9 Komplikasi
Perforasi usus, peritonitis umum, abses appendiks, tromboflebitis supuratif sistem
portal, abses subfrenikus, sepsis dan obstruksi usus.1
2.10 Prognosis
Tingkat morbiditas dan mortalitas dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan
persiapan prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah.2
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang perempuan berusia 19 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah disertai demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
muncul mendadak dan berpindah dari perut kiri atas hingga tengah ke perut kanan
bawah yang dirasakan sangat hebat. Mual(+) muntah1x, demam (+). Ma/Mi (+/+).
Kentut (+) BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan fisik didapatkan sakit
sedang, gizi cukup, compos mentis. Tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi: 88 x/menit,
reguler Pernapasan : 22 x/menit, suhu axilla: 37,60C VAS score 4-5. Terdapat Mc
Burney sign (+), psoas sign (-) dan obturator sign (+).
Pasien di rawat inap dan diberikan terapi IVFD RL, Inj.Antrain, inj.ranitidin dan
inj. Ondancentron. Pemberian cairan RL dimaksud untuk menjaga asupan cairan dan
juga nutrisi pasien. Injeksi ranitidine untuk mengurangi produksi asam lambung dan
injeksi Antrain yang mengandung natrium metamizole yang berfungsi sebagai anti
nyeri dan anti demam dan injeksi ondancentron yang berfungsi sebagai anti mual. Pada
kasus ini antrainnya hanya diberikan jika pasien merasa sangat nyeri saja karena pada
kasus appendisitis, pemberian obat anti-nyeri yang kuat merupakan salah satu
kontraindikasi karena dapat menimbulkan ‘masking efect’ atau dapat menghilangkan
16
rasa nyerinya sehingga dapat menyebabkan pemeriksaan fisik dan diagnosis yang
kurang tepat.
Setelah di rawat inap dan dilakukan observasi selama satu hari dilakukan USG
Abdomen untuk memastikan penyakit yang diderita pasien. Hasil pemeriksaan USG
Abd didapatkan gambaran Appendicitis Acute. Setelah itu direncanakan untuk operasi
appendectomy. Intraoperasi, didapatkan bahwa appendiks mengalami adhesi pada
dasar sehingga dilakukan adhesiolisis. Pasien dirawat pasca oprasi dengan pengobatan
: IVFD RL 20 tpm, Inj Ceftriaxone 2x1, Inj. Ketorolac 3x1, Inj Ranitidine 2x1. Setelah
3 hari perawatan diruang bedah RS Ratu Zalecha, pasien diperbolehkan pulang.
17