Está en la página 1de 23

TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT

“VENTRICULAR SEPTAL DEFECT”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

KELAS : 3A KEPERAWATAN

ELIS DIYANTI 201601062

MOH RIZKY 201601077

MOH DJUNAIDY KALLO 201601073

LEADY LAWRENCI T 201601068

AIRIN 201601053

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2018

1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Medis


1. Anatomi Fisiologi
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua
bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah
disebut Ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kanan yang bertugas
memompa darah ke paru-paru,
dan bagian kiri yang bertugas
memompa darah ke seluruh
tubuh manusia. Atrium dan
ventrikel masing-masing akan
dipisahkan oleh sebuah katup,
sedangkan sisi kanan dan kiri
jantung akan dipisahkan oleh
sebuah sekat yang dinamakan
dengan septum. Katup jantung
berfungsi terutama agar darah
yang telah terpompa tidak
kembali masuk ke dalam lagi.
Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium
disebut dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi
ventrikel dan menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan
jantung dipisahkan oleh septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot
kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kjanan
menerima dan memompa darah yang mengandung oksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah yang
mengandung oksigen tinggi.

2
Jantung itu sendiri yang mempunyai fungsi sebagai pompa
yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah
dapat mengalir ke seluruh tubuh. Pembuluh darah yang mempunyai
fungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke
semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
sendiri.Perjalanan darah dalam organ tubuh dimulai melalui jantung
dimulai di vena kava superior. Kemudian darah akan memasuki
atrium kanan, mengalir melalui katup trikuspid menuju ke ventrikel
kanan. Dari sana darah melanjutkan perjalanan melalui katup
pulmonal ke dalam arteri pulmonalis, dan kemudian memasuki paru-
paru. Setelah darah melakukan pertukaran udara di paru-paru, darah
kembali menuju jantung melalui vena pulmonalis dan masuk ke dalam
atrium kiri. Darah kemudian mengalir melalui katup mitral masuk ke
ventrikel kiri yang merupakan bilik jantung yang paling kuat. Dari
sana, darah akan dipompa melalui katup aorta dan ke aorta lalu keluar
menuju ke seluruh tubuh.

2. Pengertian VSD
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan
abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel
kanan.(Rita &Suriadi, 2011). VSD adalah adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel
kiri. (Heni dkk, 2010).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan
jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Lubang
tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Kebocoran ini
terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya.

3. Epidemiologi
VSD menduduki peringkat pertama yang tersering dari
seluruh cacat pada jantung. Kejadian pada VSD terhitung

3
kira-kira 20-40% dari seluruh kelahiran dengan cacat
jantung bawaan. Di Indonesia khususnya diRumah Sakit
Jantung Harapan Kita, tipe perimbranus adalah yang
terbanyak ditemukan 60%, kedua adalah subarterial 37%,
dan yang terjarang adalah tipe muskuler 3%. VSD sering
ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital lainnya
seperti Sindrom Down.

4. Klasifikasi VSD
Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu :
1. Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal.
2. Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup
tricuspid.
3. Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan
komponen endokardial dari septum interventrikuler.
4. Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu :
1. Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada
pemeriksaan rutin.
2. Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada
bulan pertama kehidupan).
3. Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan.

5. Manifestasi Klinik
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar
menimbulkan keluhan seperti kesulitan waktu minum atau makan
karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi
saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas
ventrikel kiri meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II
mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal, terdengar bising
pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang menyebar sepanjang

4
parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar bising
middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal
jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan
sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh,
bahkan mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas,
2008; Rilantono, 2003)
1. Ventricular septal defect (VSD) Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit
membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi
jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik dini
pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan
pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh
prekordium.
2. Ventricular septal defect (VSD) Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat
minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu
menyelesaikan makan dan minum, kenaikan berat badan tidak
memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang lama
sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal
jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak
kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk dada
biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin
sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
yang menjalar ke seluruh prekordium.
3. Ventricular septal defect (VSD) Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I
sampai III dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan
sering menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul
setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah.

5
Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan
pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal,
dapat didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran
bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik
yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di
daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase
pengisian cepat.

6. Etiologi VSD
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25%
dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel
tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi
dapat pula terjadi karena trauma.VSD lebih sering ditemukan pada
anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala
dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18
tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi
ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan
kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
2. Gizi ibu hamil yang buruk , ibu yang alkaholik.
3. Usia ibu di atas 40 tahun.
4. Ibu yang menderita diabetes.
5. Ibu peminum obat penenang.
Faktor genetik (endogen)
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah atau ibu PJB
3. Kelainan kromosom (sindrom down)
4. Lahir dengan kelainan bawaan lain.

6
7. Pathway

Faktor Endogen FaktorEksogen

VSD Pembedahan

Pirau ventrikel Luka Insisi Resiko


Pirau ventrikel infeksi
kiri ke kanan kanan ke kiri

Nyeri
Tek.ventrikel
kanan CO2

Vol. Darah Vol. Darah


keparu Penurunan
sistemik Curah
Jantung
Perubahan
pdendotel&Tunika
muskularis arteri
kecil paru O2 kejaringan
(-)

Gg.metabolis
me nutrisi BB

Gg. Tumbuh Gg.


kembang Pemenuha
Kelemahan
nnutrisi<k
Perubahan ebutuhan
permeabilitas Kemampuan
dari membran difusi
alveoli kapiler Intoleransi
aktifitas
Hipoksia

Gg. pertukaran
gas Sesak Cemas

7
8. Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
melalui defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang
besar membuat darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan
didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin
banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-
menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan menaikan tekanan
pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih
reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen.
Bila tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen,
tekanan pada ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD
ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah
mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan.
Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20% dari
defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya
menutup secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak
menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejala
pada masa kanak – kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan
dengandefek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai
berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan mengakibatkan aliran
darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat di pompa ke dalam paru,yang
akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan
vaskuler pulmonar.
3. Jika tahanan pulomonar ini besar, tekanan ventrikel kanan
meningkat menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin
oksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis (
syndrome isenmenger)

8
Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel
kiri meningkat dan resestensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi
dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.
Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh
darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat
akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan
resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot
ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya
workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi
resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna

9. Komplikasi VSD
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan
kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan
RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan
peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD.
Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan
iskemik dan segmen PA akan membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
8. Aritmia
9. Henti jantung

9
10. Pemeriksaan Penunjang VSD
1. EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan
besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang
terjadi :
a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun
kadang-kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam
dihantaran perikardial atau peningkatan ringan gelombang R
di V5 dan V6.
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi
kiri.Dapat pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika
terjadi peningkatan arteri pulmonal.
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi
ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi
ventrikekl kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan
(RAD).Defek septum ventrikel membranous inlet sring
menunjukkan deviasi aksis ke kiri. (LAD).
2. Gambaran Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung
normal dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit
meningkat.
b. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan
konus pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan
vaskularisasi paru meningkat.
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau
sindroma eisenmenger tampak konus pulmonal sangat
menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah
hilus namun berkurang di perifer
3. Echocardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-
Mode,dua dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat
ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.

10
b. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal
sedangkan pada dua dimensi defek kecil sulit dideteksi.
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan
ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran
ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan
adanya pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri
pulmonalis.

11. Penatalaksanaan
1. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup
secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis
infektif.
2. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan
ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan
digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada
umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum
permanen: biasanya pada keadaan menderita gagal jantung
sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada
anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan
terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan
spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6
bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi
paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena
arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup,
ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan
tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri
melalui efek.

11
BAB II
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, Umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir
dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke
dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada
ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak
dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada
derajat dari defek yang terjadi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan
ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat
pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
a) Intra natal
 Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
b) Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
d. Riwayat Penyakit Keluarga

12
1) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantung
2) Penyakit keturunan atau diwariskan
3) Penyakit congenital atau bawaan
e. Pola Aktivitas dan latihan
1) Keletihan/kelelahan
2) Dispnea
3) Perubahan tanda vital
4) Perubahan status mental
5) Takipnea
6) Kehilangan tonus otot
f. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
3) Penyakit katup jantung.
g. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Ansietas, khawatir, takut
2) Stress yang berhubungsn dengsn penyakit
h. Pola nutrisi dan metabolik
1) Anoreksia
2) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
i. Pola persepsi dan konsep diri
1) Kelemahan
2) pening
j. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
3. Pengkajian Fisik :
a) B1 (Breathing) / Pernafasan
Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator
mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-
60 % dan makin turun, Ronchi positif (+), tidak ada whezing,

13
tidak ada stridor, Retraksi intercostal positif (+), Pernafasan
cuping hidung positif (+).

b) B2 (Bleeding) / sirkulasi
Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis,
Capilary refill time 3 detik, pemeriksaan TTV (Suhu,
Tekanan Darah, Suhu), bunyi jantung tambahan (mur-mur).
c) B3 (Brain) / Kesadaran
 Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
 GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
 Kejang tidak ada (-)
 Pupil isokor, diameter sama
 Sklera putih
 Kemampuan buka mata lemah
d) B4 (Blader) / Perkemihan :
 Bayi menggunakan kateter
 Kateter menates
 Produksi urine ± 3 cc/jam
e) B5 (Bowel) / Pencernaan :
 Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
 Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
 BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50
cc/BAB

B. Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi
jantung.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya
kebutuhan anak.

14
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4) Cemas berhubungan dengan ketidak tahuan terhadap
penyakitnya
5) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke
jaringan.
6) Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak
adekuatnya ventilasi.
b. Post op
1) Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post
op
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

1. C. Rencana Keperawatan
a. Pre op
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
O keperawatan kriteria keperawatan
hasil
1 Penurunan Setelah 1. Observasi 1. Memberikan data
curah jantung diberikan kualitas dan untuk evaluasi
yang asuhan kekuatan denyut intervensi dan
berhubungan keperawatan jantung , nadi memungkinkan
dengan diharapkan perifer, warna deteksi dini
malformasi penurunan dan kehangatan terhadap adanya
jantung curah jantung kulit komplikasi.
tidak terjadi 2. Tegakkan 2. Mengetahui
dengan derajat cyanosis perkembangan
kriteria hasil: (misal : warna kondisi klien serta
1. Tanda- membran menentukan
tanda vital mukosa derajat intervensi yang
dalam finger) tepat.
batas 3. Berikan obat – 3. Obat – obat

15
normal obat digitalis digitalis
sesuai order memperkuat
4. Berikan obat – kontraktilitas otot
obat diuretik jantung sehingga
sesuai order cardiak outpun
meningkat /
sekurang –
kurangnya klien
bisa beradaptasi
dengan
keadaannya.
4. Mengurangi
timbunan cairan
berlebih dalam
tubuh sehingga
kerja jantung akan
lebih ringan.
2 Perubahan Setelah 1. Hindarkan 1. menghindari
nutrisi kurang diberikan kegiatan kelelahan pada
dari kebutuhan asuhan perawatan yang klien
tubuh keperawatan tidak perlu pada 2. klien diharapkan
berhubungan diharapkan klien lebih termotivasi
dengan kebutuhan 2. Libatkan untuk terus
kelelahan pada nutrisi keluarga dalam melakukan
saat makan dan terpenuhi pelaksanaan latihan aktifitas
meningkatnya dengan aktifitas klien 3. jika kelelahan
kebutuhan kriteria hasil : 3. Hindarkan dapat
kalori. - makanan kelelahan yang diminimalkan
habis 1 porsi. sangat saat maka masukan
- Mencapai makan dengan akan lebih mudah
BB normal porsi kecil tapi diterima dan
- Nafsu sering nutrisi dapat

16
makan 4. Pertahankan terpenuhi
meningkat. nutrisi dengan 4. peningkatan
mencegah kebutuhan
kekurangan metabolisme
kalium dan harus dipertahan
natrium, dengan nutrisi
memberikan zat yang cukup baik.
besi. 5. Mengimbangi
5. Sediakan diet kebutuhan
yang seimbang, metabolisme
tinggi zat nutrisi yang meningkat.
untuk mencapai 6. anak yang
pertumbuhan mendapat terapi
yang adekuat. diuretik akan
6. Jangan batasi kehilangan cairan
minum bila cukup banyak
anak sering sehingga secara
minta minum fisiologis akan
karena kehausan merasa sangat
haus.

3 Intoleransi Setelah 1. Anjurkan klien 1. melatih klien agar


aktivitas diberikan untuk dapat beradaptasi
berhubungan asuhan melakukan dan mentoleransi
dengan ketidak keperawatan permainan dan terhadap
seimbangan diharapkan aktivitas yang aktifitasnya.
antara pasien dapat ringan. 2. melatih klien agar
pemakaian melakukan 2. Bantu klien dapat toleranan

17
oksigen oleh aktivitas untuk memilih terhadap aktifitas.
tubuh dan secara aktifitas sesuai 3. mencegah
suplai oksigen mandiri usia, kondisi kelelahan
ke sel. dengan dan berkepanjangan
kriteria hasil : kemampuan.
- pasien 3. Berikan periode
mampu istirahat setelah
melakukan melakukan
aktivitas aktifitas
mandiri.

4 Cemas Setelah 1. Orientasikan 1. Menyesuaikan


berhubungan diberikan klien dengan klien dengan
dengan asuhan lingkungan lingkungan
ketidaktahuan keperawatan 2. Ajak keluarga sekitar.
terhadap diharapkan untuk 2. Peran keluarga
penyakit. cemas mengurangi dalam mengatasi
berkurang cemas klien jika cemas pasien
dengan kondisi sudah sangat penting.
kriteria hasil : stabil 3. Untuk
- Pasien tidak 3. Jelaskan mempersiapkan
bertanya- keadaan yang klien lebih awal
tanya. fisiologis pada dalam mengenal
- Cemas klien post op situasinya.
berkurang.
Pasien tidak
tampak
bingung.
5 Gangguan Setelah 1. Monitor tinggi 1. mengetahui
pertumbuhan diberikan dan berat badan perubahan berat
dan asuhan setiap hari badan

18
perkembangan keperawatan dengan 2. tidur dapat
berhubungan diharapkan timbangan yang mempercepat
dengan tidak pertumbuhan sama dan waktu pertumbuhan dan
adekuatnya dan yang sama dan perkembangan
suplai oksigen perkembanga didokumentasik anak.
dan zat nutrisi n tidak an dalam bentuk
ke jaringan. terganggu grafik.
dengan 2. Ijinkan anak
kriteria hasil : untuk sering
- BB dan TB beristirahat dan
mencapai hindarkan
ideal gangguan pasa
saat tidur.

6 Resiko Setelah 1. Berikan 1. Untuk


gangguan diberikan respirasi meminimalkan
pertukaran gas asuhan support ( 24 jam resiko
berhubungan keperawatan post op ) kekurangan
dengan tidak diharapkan 2. Analisa gas oksigen.
adekuatnya gangguan darah 2. Untuk
ventilasi pertukaran 3. Batasi cairan mengetahui
gas tidak 4. Kaji status adanya
terjadi pernafasan hipoksemia dan
dengan setiap 15 menit hiperkapnia.
kriteria hasil : 5. Lakukan suction 3. Untuk
- Pertukaran 6. Atur posisi yang meringankan
gas tidak nyaman untuk kerja jantung.
terganggu. klien 4. Pastikan apakah
- Pasien tidak 7. Kolaborasi klien masih
sesak. terapie dalam gangguan
pemberian obat pertukaran gas
diuretik sesuai 5. membebaskan

19
indikasi : Lasix jalan nafas
6. Posisi yang
nyaman
diharapkan
membantu
mencegah
gangguan
pernafasan
7. Menurunkan
kongesti alveolar

b. Post op
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria keperawatan
hasil
1 Gangguan rasa Setelah 1. Periksa 1. Untuk
nyaman nyeri diberikan sternotomi mempermudah
berhubungan asuhan 2. Catat lokasi dan status nyeri.
dengan luka keperawatan lamanya nyeri 2. Untuk menilai
post op diharapkan 3. Bedakan nyeri status nyeri.
nyeri insisi dan 3. Untuk
berkurang angina menentukan
dengan 4. Kolaborasi intervensi yang
kriteria hasil : dengan dokter tepat.
nyeri dengan dengan 4. Untuk
skala 0- memberikan mengatasi nyeri
3pasien tidak obat – obat yang tidak
tampak analgetik tertangani.
meringis.

2 Resiko infeksi Setelah 1. Dorong teknik 1. Mencegah infeksi

20
berhubungan diberikan mencuci tangan nosokomial saat
dengan asuhan dengan baik perawatan.
tindakan keperawatan 2. Kaji kondisi 2. Mengetahui
pembedahan diharapkan luka pasien apakah terjadinya
infeksi tidak 3. Berikan tanda-tanda
terjadi antibiotik sesuai infeksi
dengan dengan indikasi 3. Pemberian
kriteria hasil : antibiotik dapat
Tanda-tanda mecegah
infeksi terjadinya infeksi.
berkurang

O ( Obyektif ) : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan dapat


diukur oleh perawat.
A ( Analisa ) : Kesimpulan tentang keadaan klien
P ( Plan of care ) :Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
diagnosa/ masalah keperawatan klien.
I ( Intervensi ) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk kebutuhan
klien
E ( Evaluasi ) :Respon klien terhadap tindakan perawat
R ( Ressesment ) :Mengubah rencana tindakan keperawatan yang
diperlukan.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini bias dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan ).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan )

21
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( kilen memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan )

22
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hidayat,Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika
Muscari E Mary.2005. Keperawatan Pediatrik.Jakarta.EGC
Roy & Simon. 2002. Lecture Notes Pediatrik. Jakarta : Erlangga.
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II. Jakarta,EGC
Suriadi & Rita.2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung seto.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

23

También podría gustarte