Está en la página 1de 12

ATURAN EJAAN BAHASA INDONESIA

ATURAN EJAAN BAHASA INDONESIA

B. Huruf Kapital

1. Huruf pertama kata pada awal kalimat atau pada kalimat langsung

Contoh: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

“Besok kita pulang,” jawab ibu.

2. Huruf pertama kata yang berhubungan dengan agama, nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan

Contoh: Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Alquran, Islam

3. Huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang (nama instansi atau nama tempat)

Contoh: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Presiden Soekarno,

Kepala Desa Sukamaju, Presiden Indonesia

(bandingkan: Tahun depan ia menunaikan ibadah haji.

Bulan lalu ia dilantik menjadi kepala desa.)

4. Huruf pertama unsur nama orang, kecuali unsur yang digunakan untuk nama jenis

Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika

(bandingkan: mesin diesel, voltase)

5. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, kecuali yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
turunan

Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

(bandingkan: kejawa-jawaan, mengindonesiakan)


6. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah, kecuali peristiwa sejarah yang
bukan merupakan nama

Contoh: tahun Hijriah, bulan Mei, hari Minggu, hari Natal, Perang Dunia I

(bandingkan: Serangan Amerika ke Iraq mengakibatkan perang dunia)

7. Huruf pertama nama geografi, kecuali nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan yang
digunakan sebagai nama jenis

Contoh: Asia Tenggara, Bukit Barisan, Danau Toba, Gunung Semeru,

Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas

(bandingkan: apel malang, reog ponorogo, lenong betawi, tahu kediri)

8. Nama lembaga/badan pemerintahan dan ketatanegaraan, dokumen resmi

Contoh: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah No. 2

9. Bentuk ulang sempurna pada lembaga/badan pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi

Contoh: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar 1945

10. Nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan

Contoh: Dia adalah wartawan surat kabar Sinar Pembangunan.

11. Singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan

Contoh: Tn., Prof., Dr., dr., Brigjen, Hj., A.Md, SE, S.Sn, MA, M.Sc, Ph.D

12. Kata penunjuk hubungan kekerabatan dalam penyapaan

Contoh: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Santi.

Surat Saudara sudah saya terima.

(bandingkan: “Kapan bapak berangkat?” tanya Santi kepada ibu.)

13. Kata ganti Anda


Contoh: Surat Anda sudah kami terima.

C. Huruf Miring

1. Nama buku, majalah, dan surat

Contoh: Ia membaca majalah Tempo.

2. Huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata yang ditegaskan

Contoh: Di tengah pasar ada s, di tengah kampung ada p.

3. Ungkapan atau istilah asing, kecuali yang telah diindonesiakan

Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostana.

Politik devide et impera merajalela di negeri ini.

(bandingkan: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.)

A. Kata Turunan

1. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya

Contoh: dikelola, penetapan, mempermainkan, bertepuk tangan

2. Kata dasar dengan awalan dan akhiran sekaligus, ditulis serangkai

Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan, penghancurleburan

3. Gabungan kata bentuk terikat dan kata dasar, ditulis serangkai

Contoh: antarkota, dwiwarna, ekstrakurikuler, nonteknis, pascabedah

4. Gabungan yang maknanya tidak dapat dikembalikan pada makna unsur-unsurnya, ditulis sebagai
bentuk tunggal

Contoh: daripada, barangkali, saputangan, padahal, bilamana, matahari

5. Kata maha dan peri ditulis serangkai dengan kata dasar, ditulis terpisah dengan kata berimbuhan.
Contoh: Mahamurah, Mahakasih, Maha Pemurah, Maha Pengasih

peri kemanusiaan, peri kehidupan, perihal, perilaku

(bandingkan: Maha Esa, Maha Adil)

6. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata ulang

Contoh: berkejar-kejaran, bersahut-sahutan, didorong-dorong

7. Pengulangan gabungan kata cukup mengulang kata pertama saja

Contoh: meja-meja tulis, buku-buku gambar, rumah-rumah sakit

E. Partikel

1. -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata pendahulunya

Contoh: Bacalah buku itu baik-baik.

Apakah yang ditulis dalam surat itu?

pun ditulis terpisah dari KB, KK, KS, KBil. pendahulunya, tetapi ditulis serangkai dengan KHub.
pendahulunya

Contoh: Apa pun kata Anda, saya tidak akan percaya.

Meskipun dilarang, saya akan tetap melakukannya.

2. per yang berarti ‘mulai’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah, per yang berarti ‘dibagi’ dalam bilangan pecahan
ditulis serangkai

Contoh: Penghasilannya di atas Rp.5.000,00 per hari.

Ia mulai bekerja per Agustus 2002.

Tiga persepuluh, lima pertujuh.

F. Kata Ganti

1. aku/saya, kamu/engkau, ia/dia, kami, mereka ditulis terpisah


Contoh: Jika dilarang pergi, aku akan di sini saja.

Dia tidak mau bekerja.

2. ku- dan kau- sebagai awalan pasif persona ditulis serangkai,

-ku, -mu, dan -nya sebagai kata ganti milik ditulis serangkai

Contoh: Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di rumah.

G. Singkatan

1. Singkatan nama orang diikuti satu tanda titik

Contoh: A.S. Kramawijaya. Muh. Yamin, Suman Hs.

2. Singkatan dengan tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik

Contoh: dll., dsb., hlm., sda., Sdr.

(bandingkan: a.n., d.a., u.b., u.p.)

3. Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,

mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh: Cu (kuprum), TNT (trinitronlen), cm (sentimeter), l (liter),

kg (kilogram), Rp (rupiah)

H. Lambang Bilangan

1. Nomor jalan, nomor rumah, dan nomor kamar ditulis dengan angka

Contoh: Jalan Tanah Abang I No. 15

Hotel Indonesia, Kamar 169

2. Nomor bagian karangan dan ayat kitab suci ditulis dengan angka
Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surat Yasin: 9

3. Lambang bilangan dengan huruf

Contoh: 12 ® dua belas

32 ® tiga puluh dua

252 ® dua ratus lima puluh dua

¾ ® tiga perempat

1% ® satu persen

1,2 ® satu dua persepuluh, satu koma dua

4. Lambang bilangan untuk tingkat ditulis dengan angka Romawi, huruf, atau kombinasi huruf dan angka
Arab.

Contoh: Paku Buwono X, P.B. Kesepuluh, Paku Buwono Ke-10

5. Lambang bilangan 10, ditulis dengan angka atau huruf berakhiran -an

Contoh: 50-an atau lima puluhan

5000-an atau Iima ribuan

6. Lambang bilangan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf

Contoh: Saya sudah tiga kali ke sini untuk memesan tiga ratus ekor ayam.

7. Lambang bilangan yang dipakai berurutan ditulis dengan angka

Contoh: Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak

setuju, dan 5 orang abstain.

8. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf

Contoh: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

9. Lambang bilangan jumlah utuh besar ditulis dg angka dan huruf

Contoh: Uang saya 250 juta rupiah.


10. Lambang bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi (berharga) seperti akta jual-beIi dan kuitansi

Contoh: Jumlah peserta gerak jalan tahun ini 1717 orang.

[bukan: Jumlah perserta gerak jalan tahun ini 1717 (seribu tujuh ratus tujuh belas) orang].

I. Tanda Baca

1. Tanda titik (.)

a. Digunakan di belakang angka atau huruf dalam bagan, ikhtisar, atau daftar

Contoh:

III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal PMD

B. Direktorat Jenderal Agraria

1. Patokan Umum

1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik

(Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf)

b. Digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu

Contoh: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

0.0.30 jam (30 detik)


c. Digunakan di antara nama penulis, tahun, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
dan tanda seru dalam daftar pustaka

Contoh: Siregar, Merari. 1990. Azab Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

d. Digunakan untuk memisahkan ribuan dan kelipatannya yang menunjukkan jumlah

Contoh: Yang datang 24.200 orang. Yang tewas 1.231 jiwa.

(bedakan: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung

Lihat halaman 2345 dan seterusnya

Nomor gironya 5645678)

e. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Contoh: PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO

f. Tidak dipakai di belakang alamat pengirim, tanggal surat, nama dan alamat penerima surat.

Contoh: - Yth. Sdr. Moh. Hasan

Jalan Juanda 43 Palembang

- Jakarta, 1 April 1990

2. Tanda Koma (,)

a. Digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu rincian atau pembilangan

Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Mereka makan nasi, tahu dan tempe.

b. Digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang satu dari bagian kalimat berikutnya pada
kalimat majemuk setara

Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.


c. Digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, pada kalimat majemuk bertingkat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

(bedakan: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.)

d. Digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat

Contoh: Oleh karena itu, kami …

Jadi, kita harus membelanya

Meskipun begitu, saya tetap senang

Namun, kita harus berhati-hati

Sehubungan dengan itu, ...

e. Digunakan untuk memisahkan kata yang mengungkap akan keheranan, seruan, dan sebagainya

Contoh: O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati ya, nanti jatuh.

f. Digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat

Contoh: Kata ibu, “Saya gembira sekali,”

“Saya gembira sekali, “ kata ibu, “karena kamu lulus.”

g. Digunakan di antara nama dan alamat, di antara bagian-bagian alamat, antara tempat dan tanggal,
serta antara nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh: Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia


Jalan Raya Salemba 6, Jakarta, Indonesia

Surabaya, 10 Mei 1960

Kuala Lumpur, Malaysia

h. Digunakan untuk menceraikan bagian nama yang susunannya dibalik dalam daftar pustaka

Contoh: Alisjahbana, Sutan Takdir.1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Djakarta: PT


Pustaka Rakyat.

3. Tanda Titik Dua (:)

a. Digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian

Contoh: Kita memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari

Hanya ada dua pilihan: hidup atau mati

(bedakan: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Ia membawa buah, yaitu apel, jeruk, dan mangga.)

b. Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di
antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama kota dan penerbit buku

Contoh: Tempo, I (1971), 34: 7

Surat Yasin: 9

Membaca Pemahaman: Suatu Proses

Jakarta: Gramedia

4. Tanda Hubung (-)

a. Memperjelas hubungan antar bagian-bagian kata atau ungkapan

Contoh: ber-evolusi, be-revolusi

dua-puluh lima-ribuan (20x5000)


dua-puluh-lima-ribuan (1x25000)

dua-puluh-lima ribuan (25x1000)

b. Merangkaikan se- dengan kata yang dimulai huruf kapital

Contoh: se-Jawa, se-Kota Blitar

c. Merangkaikan singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan

Contoh: di-PHK

d. Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing

Contoh: di-smash, pen-tackle-an

5. Tanda Pisah (-- / —)

a. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat

Contoh: Jika kita bersatu--saya yakin--kemakmuran pasti dapat tercapai.

b. Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.

Contoh: Rangkaian temuan ini--evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom--telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

c. Digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau nama kota yang berarti sampai dengan atau
sampai ke

Contoh: 1910-1945

tanggal 5--6 April 2005

Jakarta--Bandung

(Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua tanda hubung atau satu tanda garis yang
panjangnya dua kali tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya)

6. Tanda Petik (“...“)


a. Mengapit petikan langsung yang berasal dan pembicaraan dan naskah bahan tertulis lain.

Contoh: “Saya belum siap,“ kata Mira.

b. Mengapit judul syair, karangan, bab buku yang dipakai dalam kalimat

Contoh: Karangan berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan di Tempo.

Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus

Contoh: Di kalangan remaja, celana ini dikenal dengan nama “cutbrai”

7. Tanda Garis Miring (/)

a. Digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim

Contoh: No.7/PK/1999

Jalan Kramat III/10

Tahun anggaran 2002/2003

b. Digunakan sebagai pengganti kata atau, per atau tiap

Contoh: darat/laut (= darat atau laut)

Rp 25,00/lembar (= Rp 25,00 tiap lembar)

Diposkan 1st December 2011 oleh distri


Label: EJAAN
0

Tambahkan komentar

También podría gustarte