Está en la página 1de 242

Nov

18

CONTOH ASKEP STASE


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK DENGAN APPENDIKSITIS PADA SDR.


D

DI RUANG BOUGENVILE RSUD KOTA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

ANI ASTUTI 3213004

ERLINA YUNIAWATI 3213014

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA

2013

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta

Telp (0274) 434200


PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI NERS STIKES A. YANI YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK DENGAN APPENDIKSITIS PADA SDR.


D

DI RUANG BOUGENVILE RSUD KOTA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

Tanggal Pengkajian : 18 Agustus 2013

Sumber : Pasien, Keluarga, Perawat Dan Rekam Medik

A. DATA UMUM KLIEN

Nama Klien : Sdr. D

No. RM : 611685

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-laki

Alamat : Kwaron, Ngestiharj, Kasihan, Bantul

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

Agama :ISLAM

Tanggal masuk : Agustus 2013

Bangsal : Bougenvile

Diagnosa Medis :Appendiksitis

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Alasan masuk RS :

Pasien masuk dengan mengeluhkan nyeri perut bagian kanan bawah.


2. Keluhan utama saat ini :

Pasien mengatakan perut kanan bawahterasa nyeri, mual, muntah.

3. Riwayat kesehatan masa lalu :

Pasien mengatakan tidak pernah sakit parah. Baru kali ini sakit parah sampai opname.
Biasanya pasien cuma sakit seperti batuk dan pilek saja.

4. Riwayat kesehatan keluarga :

Sebelumnya anggota keluarga tidak ada yang mengalami masalah kesehatan yang sama
dengan pasien dan keluraga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

Penyakit keturunan : tidak ada.

¨ DM

¨ Asma

¨ Hipertensi

¨ Jantung

5. Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya :

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan dan pembedahan sebelumnya

6. Riwayat Alergi dan pengobatan yang pernah di peroleh :

Pasien tidak mempunyai alergi makanan dan minuman dan obat.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Sistem Persepsi Sensori

Penglihatan : Pupil kanan dan kiri isokor, reflek cahaya positive, Pasien
dapat melihat dengan jelas, pasien tidak menggunakan alat
bantu lihat (kaca mata).
Pendengaran : Pasienmampu mendengarkan dengan jelas, telinga kanan
dan kiri tidak menggunkan alat bantu dengar.
Pengecapan/Penciuman : Pasien masih dapat merasakan rasa asin, manis, pedas atau
pahit dan pasien masih mampu mencium bau-bauan seperti
bau minyak kayu putih dll.
Peraba : Kulit pasien sensitive terhadap sentuhan dan pasien masih
bisa merasakan rasa panas dan dingin.

2. Sistem Pernafasan

Respirasi : 20x/menit.
Kualitas : Reguler

Penggunaan O2 : tidak menggunakan O2.

Pemeriksaan Thorax :

Inspeksi : Tidak ada hematom, tidak ada luka atau jejas, pengembangan dada
sama
Palpasi : Tidak ada hematom, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada krepitasi
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Terdengar vesikuler

3. Sistem Kardiovaskular

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 37,0 oC

Nadi : 80x/menit., reguler

CRT : 2 detik.

Pemeriksaan Kardiovaskuler:

Inspeksi : Tidak ada hematom, tidak ada luka atau jejas


Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidak terdapat pembesaran jantung saat
dilakukan palpasi jantung.
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : S1 dan S2 reguler

4. Sistem Saraf Pusat

Tingkat kesadaran : Compos Metis (Sadar Sepenuhnya)

GCS : E : 4 M : 6 V : 5

5. Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi

1) Antropometri

BB : 50 kg TB : 160 cm IMT:19,53LLA : 22 cm

¨ Gizi kurang ( < 18,5)

¨ Gizi cukup (18,5-24,9)

¨ Gizi lebih (25-29,9)

2) Clinical sign :
Pasien tampak lemah, rambut pasien hitam, anggota tubuh pasien lengkap, mukosa bibir
pucat, kunjungtiva pucat, kulit lembab.

3) Diet :

Pola makan a. Sebelum dirawat :Sehari 3x (Pagi, Siang, dan Malam)


b. Selama dirawat : Sehari 3x (Pagi, Siang dan Malam)
Nafsu makan a. Sebelum di rawat :Pasien mengatakan nafsu makanbaik
b Selama dirawat :Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
hanya habis ¾ dari porsi yang disediakan.

Alasan: Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, karena tidak suka dengan menunya.

6. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka post operasi app


Auskultasi : -
Perkusi : Terdengar tympani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan saat ditekan pada abdomen atas, dan tidak
ada pembengkakan.

7. Sistem Muskuloskeletal

Rentang gerak : Tidak terbatas (Normal)

5 5
5 5

Kekuatan otot :

Kemampuan ADL’s:

(Menggunakan kode 1 = independen, 2 = butuh bantuan, 3 = dependen)

Kegiatan 1 2 3
Mandi V
Berpakaian V
Makan V
Berdandan V
Toileting V

Keterangan: Hasil ADL adalah 10 èPasien melakukan aktifitas dengan bantuan

8. Sistem Integumen

Turgor kulit : Elastis

Pressure Ulcer : Tidak ada


Edema : Tidak ada

Personal hygiene : Kurang, karena pasien tampak kusam, kulit berminyak,kuku panjang, baju
bau.

9. Sistem Reproduksi

Keluhan sistem reproduksiTidak ada.

Akseptor KB : Tidak ada

Kegiatan sexual : Tidak

10. Sistem Eliminasi

a. Fecal

a) Frekuensi BAB : pasien mengatakan BAB 1 x/hari

¨ Konstipasi

¨ Diare

b) Karakteristik feses

¨ Konsistensi : Keras

¨ Warna :Kuning Kecokelatan

¨ Bau : Khas feses

b. Bladder

a. Frekuensi BAK : -

b. Karakteristik Urin :Warna urien kuning jernih

c. Volume urin : Kurang lebih 1000 ccdan terpasang DC.

d. Nyeri saat buang air kecil: Tidak ada

e. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada

D. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

a. Kebutuhan cairan dan elektrolit :

Pasien terpasang infus dengan cairan RL 20 tetes permenit

b. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Nyeri :

P: Pasien mengatakan nyeri karena penyakitnya

Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk

R: Pasien mengatakan nyeri saat pada perut kanan tepatnya luka habis operasi.

S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 (rentang 1-10)

T: Pasien mengatakan nyeri jika untuk bergerak..

c. Istirahat/ Tidur

Kesulitan tidur di RS : Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan


tidur.
Lama tidur : 6-7 jam/hari mulai jam 21.00-05.00 WIB
Merasa segar setelah bangun : Iya
Kebiasaan tidur sebelum sakit : Sebelum sakit pasien dapat tidur dengan tenang
dan mudah sekitar 6-7 jam perhari
Selama dirawat : Tidak ada masalah.

d. Psikososial dan spiritual

1. Nilai / Kepercayaan

Kegiatan keagamaan yang di jalani : Pasien mengatakan selalu menjalankan kegiatan ibadah
yang dijalaninya sesuai keyakinan yang dianut oleh pasien seperti berdoa kepada Tuhannya.

Nilai / kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada

2. Koping / stress

Mempunyai tekanan dalam hidup : Tidak ada tekanan dalam hidup baik dengan

Keluarga,tetangga maupun tamannya.

Pernah merasa kehilangan : Tidak pernah merasa kehilangan

Cara mengatasi permasalahan : Pasien mengatakan biasanya dengan beribadah yang rutin

Status emosional : Pasien mengatakan ingin cepat pulang karena sudah tidak betah dan bosen.

3. Hubungan

Orang yang mendukung : Keluarga sangat mendukung pasien

Penyakit mempengaruhi hubungan keluarga/ orang lain: Tidak, penyakit pasien tidak
mempengaruhi hubungan keluarga maupun dengan orang lain akan tetapi semakin
mempererat persaudaraan karena pasien lebih mendapatkan banyak perhatian dari saudara,
teman dan keluarga untuk kesembuhan pasien.

Kegiatan di masyarakat : Selalu aktif dalam kegiatan di lingkungan rumah seperti pemuda
pemudi.

Teman serumah : -

4. Persepsi Diri

Yang dirasakan terkait hospitalisasi : Pasien mengatakan cemas akan sakitnya dan Pasien
mengatakan tidak tahu soal sakitnya dan tidak tahu harus berbuat apa.

Perilaku klien sesuai dengan situasi : Gelisah, lebih mendekatkan diri pada Allah .

5. Defisit pengetahuan/ Pendidikan Kesehatan Klien

Daftar kebutuhan pendidikan selama di rawat : Proses penyakit yang dialami oleh pasien dan
bagaimana cara perawatannya.

e. Discharge Planning

a) Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengontrol aktivitas agar tidak berlebihan untuk
menghindari kelelahan

b) Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk selalu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
sesuai dengan kebutuhan tubuh.

TERAPI:

1. Injeksi

Ø Ranitidin

Ø Ketorolac

Ø Ambacyn

DATA PENUNJANG:

1. HASIL RONGENT THORAK:

Ø Tidak ada pembesaran pulmo.

2. Hasil labpatohematologi

Nama : Sdr. D

Umur : 20tahun
Tanggal Pengambilan : Agustus 2013

Jam :.00 WIB

PARAMETER HASIL NILAI UNIT


NORMAL
Hematology Automatic
Leukosit 14,2 4,6-10,6 10e3/ul
Eritosit 5,07 4,2-5,4 10e3/ul
Hemoglobin 14,4 12,0-18,0 gr/dl
Hematokrit 43,8 37-47 %
MCV 86,4 81-99 N
MCH 28,4 27-31 Pg
MCHC 32.9 33-37 Gr/dl
Trombosit 233 150-450 10e3/ul
ESR/KED 5,0-15,0 mm/Hr
Differential Telling Mikroskopis
Basophil 0 0 %
Eosinophil 2 0-5 %
Netrofil staf 0 0-3 %
Netrofil segment 90 40-74 %
Limphosit 6 18-48 %
Monosit 2 0-8 %
Penunjang
Golongan darah Slide Aglutinasi
Waktu perdarahan <6 Menit
Waktu penjendalan <12 Menit

Mahasiswa,

(Erlina Yuniawati)

ANALISIS DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: Nyeri Akut Agen injuri Biologi

Pasien mengatakan nyeri dengan karakteristik :

P: Pasien mengatakan nyeri karena


penyakitnya

Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-


tusuk
R: Pasien mengatakan nyeri saat pada perut
kanan tepatnya luka habis operasi.

S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 (rentang 1-


10)

T: Pasien mengatakan nyeri jika untuk


bergerak..

DO:Tanda-tanda vital :TD: 110/70 mmHg,


Nadi: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu:
37,0oC, Pasien tampak gelisah, tampak cemas.
2. DS : Pasien mengatakan kebutuhan ADL’snya Gangguan Ketidaknyamanan :
di bantu oleh keluarganya. mobilitas fisik nyeri

DO :Terlihat kebutuhan ADL’snya di bantu


oleh keluarganya, skor ADL’s :10 dengan di
bantu, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 84 x/menit,
RR: 22 x/menit, Suhu: 36,5 oC

Diagnosa keprawatan yang mungkin muncul:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Gangguan mobilitas fisikberhubungan dengan ketidaknyamanan : nyeri.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No.Dx NOC NIC


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan ManagemenNyeri:
selama 3 x 7 Jam diharapkan nyeri
pasien dapat terkontrol, berkurang atau · Kaji karakteristik nyeri, penyabab nyeri,
hilang dengan kriteria hasil sebagai lokasi, frekuensi, kualitas,lokasi dab berat
berikut : nyeri.

· Pasien melaporkan Nyeri berkurang · Observasi respon verbal dan non verbal

· Nyeri dapat terkontrol dengan terapai · Monitoring perubahan nyeri


non farmakologi
· Monitor ttv
· Pasien dapat istirahat yang cukup
· Ajarkan penggunaan tehnik distraksi dan
· Pasien menunjukkan rasa lebih rilek relaksasi
dan nyaman
· Tingkatkan istirahat yang adekuat

· Kolaborasi dokter untuk pemberian


analgesik

· Kelola pemberian analgetik


2. Setelah dilakukan tindakan selama 3x7 Exercise therapy : ambulation
jam diharapkan pasien mampu
mobilisasi tanpa abntuan dengan · Monitoring vital sign
kriteria hasil:
· Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
· Klien meningkat dalam aktivitas fisik tentang teknik ambulasi (ROM)

· Mengerti tujuan dari peningkatan § Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


mobilitas
§ Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
· Memverbalisasikan perasaan dalam ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah § Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.

§ Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi


dan berikan bantuan jika diperlukan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tanggal /
Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
Senin, 19 · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan karakteristik nyeri: A&
Agustus 2013
· Membina hubungan P: Pasien mengatakan nyeri karena L
14.00 saling percaya dengan penyakitnya
pasien dan keluarga
14.30 Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
· Memonitor keadaan tusuk
14.35 umum pasien
R: Pasien mengatakan nyeri saat pada perut
15.00 · Melakukan pengkajian kanan tepatnya luka habis operasi.
karakteristik nyeri dengan
15.30 (P,Q,R,S,T) S: Pasien mengatakan nyeri skala 5 (rentang
1-10)
15.45 · Melakukan observasi
respon verbal dan non T: Pasien mengatakan nyeri jika untuk
16.00 verbal pasien bergerak.

17.00 · Menganjurkan pasien O :Pasien tampak lemah,tampak sedikit


untuk napas dalam dan nyaman , tanda-tanda vital:
relaksasi dalam TD:120/80mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 20
mengurangi nyeri x/menit, Suhu: 36,5 oC.

· Melakukan pengukuran A:Masalah nyeri akut teratasi sebagian


vital sign pada pasien
· Mengelola obat pasien P : Lanjutkan intervensi:

· Monitor tanda vital dalam batas normal

· Monitoring perubahan nyeri

· Ajarkan penggunaan relaksasi

· Tingkatkan istirahat yang adekuat

· Kelola pemberian analgetik


Selasa, 20 · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan karakteristik nyeri: A&
Agustus 2013
· Memonitor keadaan P: Pasien mengatakan nyeri karena L
07.30 umum pasien penyakitnya

08.20 · Memonitor vital sign Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-


pasien tusuk
09.30
· Mengevaluasi R: Pasien mengatakan nyeri saat pada perut
09.40 karakteristik nyeri kanan tepatnya luka habis operasi.
(P,Q,R,S,T)pasien
10.15 S: Pasien mengatakan nyeri skala 4 (rentang
· Mengajarkan tehnik 1-10)
13.00 nonfarmakologi dengan
nafas dalam T: Pasien mengatakan nyeri jika untuk
14.00 bergerak.
· Mengelola obat injeksi
pasien O :Pasien tampak lemah,tampak sedikit
nyaman , tanda-tanda vital:
· Melakukan operan jaga TD:120/80mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu: 36,0oC.

A:Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi:

 Monitor tanda vital dalam batas


normal

· Monitoring perubahan nyeri

· Tingkatkan istirahat yang adekuat

· Kelola pemberian analgetik


Rabu, · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan karakteristik nyeri: A&

21 Agustus · Memonitor keadaan P: Pasien mengatakan nyeri karena L


2013 umum pasien penyakitnya

07.30 · Memonitor vital sign Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-


dalam batas normal tusuk
08.20
· Mengkaji ulang R: Pasien mengatakan nyeri saat pada perut
09.30 karakteristik nyeri kanan tepatnya luka habis operasi.
(P,Q,R,S,T)
09.40 S: Pasien mengatakan nyeri skala 4 (rentang
· Menganjurkan pasien 1-10)
10.15 untuk istirahat yang cukup
T: Pasien mengatakan nyeri jika untuk
13.00 · Mengelola obat pasien bergerak.

14.00 · Melakukan operan jaga O :Pasien tampak lemah,tampak sedikit


nyaman , tanda-tanda vital:
TD:120/80mmHg, Nadi : 82 x/menit, RR :
20 x/menit, Suhu: 36 oC.

A:Masalah nyeri akut teratasi penuh.

P : Lanjutkan intervensi:

· Tingkatkan istirahat yang adekuat

Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan :


nyeri.

Tanggal /
Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
Senin, 19 · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan mobilisasi di bantu A &
Agustus dan kadang-kadang sendiri tapi pelan-
2013 · Membina hubungan saling pelan. L
percaya dengan pasien dan
14.00 keluarga O :Terlihat kebutuhan ADL’snya di bantu
oleh keluarganya, skor ADL’s :10 dengan
14.30  Mengkaji kemampuan di bantu, TD: 120/80 mmHg, Nadi:
pasien dalam 82x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,0oC
14.35 mobilisasi
A:Maslah teratasi sebagian
16.00 · Melakukan pengukuran vital
sign P : Lanjutkan intervensi:
21.00
· Melakukan operan jaga · Memonitor mobilisasi pasien

· Monitor ttv
Selasa,20 · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan sedikitmemahami A&
Agustus gerakan ROM dan teknik mobilisasi
· Memonitor keadaan umum L
2013 pasien O :Terlihat kebutuhan ADL’snya masih di
bantu oleh keluarganya, skor ADL’s :8
07.30  Mengkaji kemampuan dengan di bantu, TD: 120/80 mmHg, Nadi:
pasien dalam 78x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,0oC
08.20 mobilisasi
A:Maslah teratasi sebagian
09.30 · Memonitor vital sign pasien
P : Lanjutkan intervensi:
09.40  Mengajarkan pasien
atau tenaga kesehatan · Memonitor mobilisasi pasien
10.15 lain tentang teknik
ambulasi (ROM) · Monitor ttv
13.00  Mengelola obat pasien

14.00 · Melakukan operan jaga


Rabu ,21 · Melakukan operan jaga S :Pasien mengatakan sudah memahami A&
Agustus gerakan ROM dan teknik mobilisasi
2013 · Memonitor keadaan umum L
pasien O :Terlihat kebutuhan ADL’snya sedikit
07.30 di bantu oleh keluarganya, skor ADL’s :8
 Mengkaji kemampuan dengan di bantu, TD: 120/80 mmHg, Nadi:
08.20 pasien dalam 82x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,0 oC
mobilisasi
09.30 A:Masalah teratasi penuh
· Memonitor vital sign pasien
09.40 P : Lanjutkan intervensi:
 Mengajarkan pasien
10.15 atau tenaga kesehatan  Anjurkan untuk selalu bergerak
lain tentang teknik
13.00 ambulasi (ROM)
 Mengelola obat pasien
14.00
· Melakukan operan jaga
Posted 18th November 2015 by denk e'ed
Labels: KMB
0

Add a comment

artikel kesehatan

contoh askep dan tugas kampus nama creater sengaja tidak dihapus karena
itu merupakan kreasi penulisnya, 'saya berharap artikel ini dapat membantu
sobat semua'
  Home
 Privacy Policy for artikel kesehatan
 Disclaimer for artikel kesehatan
 contact me
 CHILDREN’S ONLINE PRIVACY PROTECTION
 TOS/T&C HTML
 Home

1.
2.

Nov

27

SECTIO CAESAREA
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN
SEKUNDI GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO
CAESAREA 2 TAHUN LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA
DI OK 4 LANTAI IV INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

Oleh :

MUHAMMAD AFRIADI SIREGAR, AMK

PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM ANGKATAN XX INSTALASI


BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Laporan

Kasus Keperawatan yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN SEKUNDI


GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2 TAHUN
LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI IV
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

MUHAMMAD AFRIADI SIREGAR, AMK

Telah Memenuhi persyaratan dan disetujui

pada tanggal, November 2013

Pembimbing, Penanggung Jawab

(Eko Maryani, SST) Dr Trisulo Utomo, Sp.U

NIP.197602062000032001 NIP: 196212191990021001

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L
DENGAN SEKUNDI GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO
CAESAREA 2 TAHUN LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI
OK 4 LANTAI IV INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA”. Penyusunan Laporan Kasus ini merupakan syarat untuk
menyelesaikan pelatihan dasar-dasar bedah umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
yang berupa materiil maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Eko Maryani, SST selaku pembimbing dalam penyusunan laporan.

2. Retno Kuntari, AMK selaku pembimbing lapangan kamar operasi 4.04.

3. Keluarga besar Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu pelaksanaan perawatan terhadap klien.

4. dr. Trisulo Utomo., Sp.U selaku Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta serta penanggung jawab Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi
Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

5. Tri Subekti., S.Kep., Ns. selaku ketua pelaksana Pelatihan Dasar-Dasar Bedah
Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material,
doa dan moral; serta

7. Teman-teman Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP


Dr. Sardjito Yogyakarta. angkatan XX tanpa terkecuali.

Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
pembaca. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta,1 November 2013

Muhammad Afriadi Siregar, AMK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi
abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25
tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”,
sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,
sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan
membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain. Indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%,
gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak
janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum
dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5%(Winkjosastro, 2005).

Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan
dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan
dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah
5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen
dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO
(World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari
jumlah total kelahiran.

Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul
akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008). Pada tahun 2007-2008
jumlah persalinan dengan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa
Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang
ditetapkan oleh WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002). Pada IBS OK 4 lantai IV RSUP
Sardjito itu sendiri di dapat data dari bulan Agustus sampai dengan Oktober didapat
data pasien yang Sectio Caesaria di IBS tersebut berjumlah 7 Orang.

Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada
periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum, dan late
post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase
taking in, taking hold dan letting go.

Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan
yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk masuk
yang berakibat menjadi infeksi. Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima
info untuk menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat
menjelaskan prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu
diinformasikan pada ibu yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio
caesarea.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan
menyusun laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny.
L (37 Tahun) dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil
Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah
Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi
Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea ?”
C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) 4.04
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada
tanggal 11 Oktober 2013.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada


pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm
dengan Riwayat Sectio Caesarea.

2. Tujuan Khusus

a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien


dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm
dengan Riwayat Sectio Caesarea.

E. MANFAAT

1. Bagi Keluarga

Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam


proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.

2. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan


perioperatif pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil
Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea.
3. Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi
Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik
dan komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.

5. Bagi Penulis

Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan


perioperatif khususnya pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi
Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit

1. Pengertian

· Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin,
2006).

· Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah
suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006).

· ”Sectio Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding


perut dan dinding uterus” (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).

· Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan
ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati
cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.

2. Jenis-jenis Sectio Caesaria

a. Sectio Caesarea Transperitonealis

SC Klasik atau Corporal ( dengan insisi memanjang pada corpus Uteri) di lakukan
dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :

- Mengeluarkan janin dengan cepat.

- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

- Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan

- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang
baik.

- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

- SC ismika atau profundal ( low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).

b. SC Ekstra Peritonealis

Adalah tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka


cavum abdominal. Dilakukan dengan menggunakan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim ( low servical transversal) kira-kira 10cm.

Kelebihan :

- Penjahitan luka lebih mudah.

- Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus
ke rongga peritoneum.

- Perdarahan tidak begitu banyak.

- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan :

- Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
pecah sehingga dapat menyebabkan perdarahan banyak.

- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

c. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis ).

Menurut sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

- Sayatan memanjang ( longitudinal )

- Sayatan melintang ( Transversal )


- Sayatan Huruf T( T insicion ).

3. Indikasi dilakukan Sectio Caesaria

a. Indikasi Section Caesaria pada ibu

ü Proses persalinan normal yang lama/ kegagalan proses persalinan normal

ü Adanya kelelahan persalinan

ü Komplikasi Pre-Eklamsi

ü Plasenta previa

ü His lemah

ü Rupture uteri mengancam

ü Primi muda dan tua

b. Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak

ü Janin Besar

ü Gawat janin

ü Janin dalam posisi melintang atau sungsang

ü Fetal distress

ü Kelainan letak

ü Hidrocephalus

4. Kontra Indikasi Sectio Caesaria

Pada umumnya section caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat
sebelum diatasi, kelainan congenital berat. ( Sarwono, 1991)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Alat Genetalia Eksterna (Elaine N. Marrieb, 2001)

a. Mons Pubis

Bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Mons pubis
berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan hubungan seks.

b. Labia Mayora (bibir besar)


Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).

c. Labia Minora (bibir kecil)

Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette.

d. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat
dibawah arkus pubis.

e. Vulva

Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari
klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra,
kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholini).

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium
vagina.

h. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.

2. Alat Genetalia Interna (Winkjosastro, 2007)

a. Ovarium

Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan pelepasan ovum,
serta sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar
1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas
rongga panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka
eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium
ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen).
b. Vagina

Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna.


Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5
cm. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan
kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut
forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia
atas atau bawah dimana sedikit asam.

c. Uterus

Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum / serosa.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8
cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah
melahirkan beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari:

1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi berinsensi ke
uterus.

2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa,
muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.

3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah isthmus.
Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen,
ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.

4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.

d. Tuba Falopii

Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga
suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus.
Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm yang dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi
terdiri atas: pars interstialis: bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars ismika:
bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis: bagian yang terbentuk
agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum: bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.

e. Serviks

Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri
dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan
bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm
menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh
jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn,
2002).
3. Anatomi Kulit Abdomen (Winkjosastro, 2005)

Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu :

a. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.
Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.

b. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan
elastin. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

c. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah
dan ujung saraf. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar
(epidermis) sampai dinding uterus.

4. Anatomi Otot Perut dan Fasia

a. Fasia

Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada
otot-otot perut menyatu dengan fasia profunda paha. Di bawah lapisan terdalam otot
abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan
dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.

b. Otot Perut

Otot perut terdiri dari: otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot dinding perut
posterior. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung.
Obliquus externus, obliquus internus, dan transverses adalah otot pipih yang
membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan (Gibson, J. 2002).

B. ETIOLOGI

Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko


pada ibu ataupun janin. Indikasi dilakukan tindakan Sectio Sesarea. (Mochtar, 2006)
yaitu:

1. Plasenta Previa Totalis (Sentralis) dan Lateralis.

2. Panggul Sempit

3. Disporporsi Sefalo Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul)

4. Ruptura Uteri Mengancam

5. Partus Lama (Prolonged Labor)

6. Partus tak maju (Obstructed Labor)


7. Distosia servik

8. Pre eklampsia dan hipertensi

9. Malpresentasi janin

10. Fetal distress

11. His lemah/melemah

12. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

13. Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)

14. Hydrocephalus

15. Primi muda atau tua

16. Partus dengan komplikasi

C. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis
dan lateralis, panggul sempit, disproporsi chepalo pelpic, rupture uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut perlu adanya tindakan pembedahan yaitu section caesarea ( SC ).

Dalam proses operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah deficit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan


post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf disekitar insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri ( nyeri akut ). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi,
akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

D. KLASIFIKASI (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007)

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio Caesarea klasik atau corporal


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihannya antara lain: mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan
distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang
berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.

b. Sectio Caesarea ismika atau profundal

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika,
antara lain: penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau
lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan
uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post
operasi tinggi.

c. Sectio Caesarea ekstra peritonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka
cavum abdominal.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Sayatan pada rahim, dapat dilakukan dengan memanjang (longitudinal), melintang


(transversal), atau huruf T (T insision).

E. KOMPLIKASI

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini menurut Bobak, 2002 antara
lain:

1. Infeksi Puerperal (Nifas)

a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.

c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

2. Perdarahan, disebabkan karena:

a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

b. Atonia uteri

c. Perdarahan pada placental bed


3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang.

2. USG: melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi


janin.

3. Urinalisis: menentukan kadar albumin/glukosa.

4. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

5. Pelvimetri : menentukan CPD.

6. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.

7. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/stres
dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.

8. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau aktivitas uterus. (


Doengoes, 2001 )

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

a. Diagnosa Perioperatif

Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,


penyembuhan dan perawatan post operasi.

b. Diagnosa Intraoperatif

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka bekas
operasi ( SC )

c. Diagnosa post operatif

Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri ( histamine, prostaglandin)


akibat trauma jaringan dalam pembedahan ( Sectio Caesarea).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

1. Pengkajian
a. Identitas

1) Identitas Pasien

a) Nama : Ny. L

b) Umur : 37 tahun

c) Agama : Islam

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Status : ASKES

f) Pekerjaan : Dokter

g) Pendidikan terkahir : Sarjana

h) Suku Bangsa : Jawa

i) Alamat : Dayu RT 01/25 No. 33B Ngaglik Sleman Yogyakarta

j) Tanggal Masuk : 10 Oktober 2013

k) Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2013

l) No. Register : 01.50.70.89

m) Diagnosa Medis : Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2
tahun lalu

2) Identitas Penanggung Jawab

a) Nama : Tn. S

b) Hubungan : Suami klien

c) Pekerjaan : PNS

d) Alamat : Dayu RT 01/25 No. 33B Ngaglik Sleman Yogyakarta

b. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini

a) Keluhan Utama

Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0 dengan riwayat SC 2 tahun lalu,
dimana direncanakan tindakan re-SC tanggal 11 Oktober 2013.
b) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Klien hamil aterm dengan riwayat ANC rutin di dr. Shinta Sp.OG (K). Klien
membawa surat rujukan untuk dilakukan operasi re-SC di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. His klien baik dengan DJJ 114 x/m. Klien tidak tampak anemis. Janin
teraba prosentasi kepala dan teraba 4/5 bagian. TFU klien 34 cm.

2) Status Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Klien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang mengharuskan dirawat di


rumah sakit.

b) Pernah dirawat

Klien pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada riwayat SC terdahulu.
Riwayat obstretik klien adalah kelahiran melalui SC pada kehamilan aterm tahun
2011 berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3400 gram tanpa penyulit dan sehat
hidup hingga sekarang.

c) Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik, udara maupun obat-obatan.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari pihak suami maupun klien tidak memiliki
riwayat pen yakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan asma.

d. Diagnosa Medis dan therapy

Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu. Klien
direncanakan tindakan re-SC dan pemasangan IUD. Klien mendapat etrapi profilaksis
Vicilin 2 gr.

e. Pola Kebutuhan Dasar

1) Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Klien berprofesi sebagi dokter. Sehingga pola majemen kesehatan dan persepsi klien
terhadap kesehatan adalah baik.

2) Pola Nutrisi-Metabolik

Klien mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu makan. Klien mengatakan ia


mengkonsumsi makanan bergizi setiap harinya ditambah dengan susu ibu hamil.
Klien juga mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter kandungan. Klien
mengatakan bahwa ia sempat mengalami penurunan nafsu makan ketika kehamilan di
trimester pertama.
3) Poli Eliminasi

Klien mengatakan bahwa frekuensi BAK klien meningkat akibat penekanan kandung
kemih. Tetapi klien mengalami konstipasi.

4) Pola aktivitas dan latihan

Indeks KATZ klien adalah A dimana semua aktifitas (bathing, transfering, toileting,
feeding, dressing, dan continence) klien dapat dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan.

5) Pola Persepsi Kognitif

Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, maupun orang. Klien komunikatif
dan tidak tampak mengalami gangguan persepsi ketika menjawab pertanyaan.

6) Pola Tidur dan Istirahat

Klien mengatakan ketika tidur di malam hari, klien sering terbangun karena merasa
sesak dan tidak nyaman. Klien juga terkadang terbangun karena merasa ingin BAK.

7) Pola Seksual-Reproduksi

Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0.

8) Konsep Diri dan Persepsi Diri

Klien menyatakan bahwa ia tidak mengalami gangguan konsep diri. Klien


mengatakan bahwa ia bangga dengan kehamilan dan kondisinya saat ini karena akan
menjadi ibu dari dua orang anak.

9) Peran dan Pola Hubungan

Klien memiliki peran sebagai seorang istri dan ibu dari seorang anak laki-laki. Klien
juga berprofesi sebagi dokter. Setelah menjalni prosedur operasi SC klien akan
mengalami perubahan peran dimana ia akan menjadi ibu dari dua orang anak.

10) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Klien mengatakan bahwa ia hanya mengkhawatirkan anak pertamanya yang ditinggal


di rumah.

11) Pola Keyakinan dan Nilai

Klien memeluk agama islam. Klien mengatakan bahwa ia menjalankan ibadah sesuai
dengan tuntutan agama islam.

f. Pengkajian Fisik

1) Keadaan umum : Baik


2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda Vital : RR: 18 x/m; N: 86 x/m; T: 36,4 0C; HR: 100/70 mmHg; DJJ:
112 x/m.

4) Keadaan fisik

a) Kepala dan leher

Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area
kepala. Mata simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan, tidak
cekung. Mata klien tidak terlihat adanya perdarahan. Konjungtiva tidak anemis.
Terdapat 2 lubang hidung, tidak ada keluaran sekret, dan tidak ada pernafasan cuping
hidung.

Mukosa bibir klien tampak kering dan mulut klien tidak sianosis. Telinga klien
tampak simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada keluaran
cairan dari telinga klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada leher klien.

b) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tak nampak.

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC IV.

Perkusi : tidak terkaji.

Auskultasi : bunyi jantung I-II murni.

c) Paru – paru

Inspeksi : dada simetris, kembang kempis dada teratur, terkadang klien menggunakan
retraksi dada ketika merasa tidak kuat menahan kontraksi (his).

Palpasi : taktil fremitus paru kanan sama dengan paru kiri.

Perkusi : terdengar sonor.

Aukultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi.

d) Payudara

Bentuk simetris, bentuk puting susu normal, hiperpigmentasi areola, ASI belum
keluar.

e) Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, ada pembesaran dalam bentuk normal, terdapat luka
bekas operasi SC, bentuk bulat memanjang, dan terdapat striae gravidarum.
Palpasi :

Leopold I : teraba bagian fundus uteri dengan TFU 34 cm dan teraba bulat lunak
besar.

Leopold II : teraba posisi janin punggung kanan, dan ekstermitas di kiri.

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting.

Leopold IV : teraba kepala janin belum masuk PAP (4/5), DJJ 12-12-12.

Perkusi : Pekak.

Auskultasi : tidak terkaji.

f) Genetalia

Klien berjenis kelamin perempuan.

g) Integumen

Turgor kulit elastis. Kulit klien teraba hangat dan lembab.

h) Ekstremitas

Ekstermitas atas : oedem (-/-), kesemutan (-/-), baal (-/-)

Ekstermitas bawah : oedem (-/-), reflek patela (+/+), varises (-/-)

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboraturium

Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 10 Oktober 2013

Nilai
Parameter Hasil Satuan Kategori
Normal
Hemoglobin 9,6 g/dl 11,7-15,5 Menurun
Eritrosit 4,29 106/ mL 3,8-5,2 Normal
Hematokrit 30,1 % 32-47 Menurun
Leukosit 10,05 103/mL 3,6-11,0 Normal
Trombosit 267 103/mL 150-440 Normal
MCV 68,5 fL 80-100 Menurun
MCH 29,1 pg 26-34 Normal
MCHC 32,7 g/dL 32-36 Normal
RDW 10,9 % 11,5-14,5 Menurun
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 Normal
Gula darah 93 mg/dl 60-100 Normal
sesaat
HbsAg Negatif
PRT 10,1 Detik 11,4-16,3 Menurun
INR 0,25 - - -
Kontrol 13,4 Detik - -
APTT 35,6 Detik 22,5-37,0 Normal
Kontrol 35 Detik - -
Eosinofil 0,7 % 1-3 Menurun
Basofil 0,2 % 0-1 Normal
Netrofil 73,2 % 50-70 Meningkat
Limfosit 18,1 % 20-40 Menurun
Monosit 7,5 % 2-8 Normal
Eosinofil 0,07 103/mL 0-0,8 Normal
Basofil 0,05 103/mL 0-0,2 Meningkat
Netrofil 7,37 103/mL 1,9-8 Normal
Limfosit 1,85 103/mL 0,9-5,2 Normal
Monosit 0,75 103/mL 0,16-1 Normal
Gol. darah B
Natrium 100 mmol/L 136 – 145 Menurun
Kalium 1,00 mmol/L 3,5 – 5,1 Menurun
Klorida 100 mmol/L 98-107 Normal

h. Persiapan Operasi

1) Fisik

· Tekanan Darah : 100/70 mmHg

· Nadi : 86x/menit

· Respirasi : 18x/menit

· Djj : 112x/menit

2) Psikis

· Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur operasi dalam keperawatan.

· Orientasikan ruangan, lingkungan kamar dan team operasi.

· Menjelaskan rutinitas perioperatif dikamar operasi

3) Penunjang tanggal 10 oktober 2013

Hasil pemeriksaan Laboratorium.

4) Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan dokter.

Status Rekam Medis lengkap

i. Persiapan Operasi

a) Pasien mulai puasa 02.00 wib

b) Informed concent tindakan medis sudah lengkap

c) Serah terima pasien dengan petugas ruangan di ruang terima kamar operasi lantai 4

d) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian dan topi kamar operasi

e) Status pasien, data penunjang ( hasil Laboratorium ), blanko bahan medis dan alat
medis habis pakai dan blanko rekam askep.

f) Pasien di pindah ke brandacart kamar operasi dan di bawa d ruang induksi

g) Melakukan sigh in

ü Mengkonfirmasi identitas dan mengcroscek dengan gelang pasien

ü Mengkonfirmasi lokasi operasi.

j. Analisa data

No Data Fokus Problem Etiologi


1 Ds : cemas Status kesehatan
dan tindakan
Klien mengatakan pembedahan.
bahwa meskipun ia
pernah menjalani SC
sebelumnya, tetapi ia
masih merasa cemas.

Do:

a. Klien tampak
tegang dan khawatir

b. Tingkat kecemasan
klien pada cemas
sedang

c. Klien agak tampak


gelisa

2. Diagnosa Keperawatan
waktu Data fokus Diagnosa Keperawatan
11 oktober DS: Ansietas berhubungan dengan
2013 status kesehatan dan tindakan
Klien mengatakan bahwa pembedahan.
Jam : meskipun ia pernah menjalani SC
sebelumnya, tetapi ia masih
11.00 wib merasa cemas.

DO:

a. Klien tampak tegang dan


khawatir.

b. Tingkat kecemasan klien pada


cemas sedang.

c. Klien tampak agak gelisah.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan Health education: 1100
berhubungan pendidikan kesehatan
dengan status mengenai prosedur 1. Kaji pengetahuan klien tentang
kesehatan dan tindakan selama 1x15 penyakit dan tindakan yang akan
tindakan menit, tidak terjadi dilakukan.
pembedahan. kecemasan pada klien,
dengan kriteria hasil : 2. kaji kecemsan klien.

1. Kecemasan klien 3. Berikan informasi terkait kecemasan


berkurang dari sedang yang dirasakan klien.
menjadi ringan.
4. Diskusikan tentang indikasi,
2. Klien tampak tenang kontraindikasi dan persiapan tindakan
dan rileks. terhadap kondisi klien.

5. Berikan support mental untuk


meyakinkan klien.

Relaxation therapy: 6040

Anjurkan keluarga klien menggunakan


teknik relaksasi nafas dalam.

4. Pelaksanaan dan evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji perasaan S: S:
berhubungan dan kecemasan klien.
dengan status Klien mengatakan Klien mengatakan
kesehatan dan bahwa ia merasa bahwa ia masih
tindakan cemas walaupun merasa cemas tetapi
pembedahan. pernah menjalani sudah berkurang.
operasi SC
sebelumnya. O:

O: Klien tampak lebih


rileks dan tenang.
Ibu klien tampak
gelisah dan khawatir. Kecemasan klien
dalam skala ringan.

A:

Masalah ansietas klien


teratasi ditandai
dengan kecemasan
berkurang dari sedang
menjadi ringan serta
klien tampak lebih
tenang serta rileks.

P:

Pertahankan
memberikan support
mental dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menurunkan
kecemasan klien.
b. Mengkaji S:
tingkat
kecemasan klien. Klien mengatakan
bahwa ia merasa
cemas dan takut.

O:

Klien mengalami
kecemasan sedang
c. Menganjurkan S:
klien teknik
relaksasi nafas Klien mengatakan
dalam bahwa ia merasa
sedikit rileks.
O:

Klien tampak
mengikuti teknik
relaksasi nafas dalam
d. Memvalidasi S:
perasaan klien.
Klien mengatakan
bahwa ia masih
merasa cemas tetapi
sudah berkurang.

O:

Klien tampak lebih


tenang dan rileks.

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Persiapan perawat

1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, dan
meja besar.

4) Mengkorfimasi tim dari ruang perinatologi agar segera menyiapkan boks bayi.

b. Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi kebidanan

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 4 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah


f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean sedang : 6 buah

h) Klem/ pean panjang : 2 buah

i) Klem/ pean lurus : 2 buah

j) Kocker besar : 2 buah

k) Needle holder : 2 buah

l) Klem ovarium : 4 buah

m) Steel deeper : 4 buah

n) Hak doyen : 1 buah

o) Kassa : secukupnya

p) Darm spatel : 1 buah

· Handpiece couter monopolar : 1 buah

· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Spuit 3cc (untuk metergin) : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah

2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo
d) Meja besar

e) Boks bayi

f) Tempat plasenta

g) Mesin couter

h) Mesin dan botol suction

i) Tempat sampah medis dan non medis

j) Tempat linen kotor

k) Kursi

l) Bak dekontaminasi instrument

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah

b) Alkohol 70 % : 100 cc

c) Betadine 10 % : 100 cc

d) NaCl 0,9 % : 500 cc

e) Aqua : 25 cc

f) Mess no. 20 : 1 buah

g) Cateter no. 16 : 1 buah

h) Urin bag : 1 buah

i) Spuit 3 cc : 1 buah

j) Spuit 10 cc : 1 buah

k) Jelly : 10 cc

l) Benang chromic 2 : 1 buah


m) Benang chromic 0 : 1 buah

n) Benang plain 0 : 1 buah

o) Benang vicryl 1 : 1 buah

p) Benang monosyil 3/0 : 1 buah

q) Steri strip : 1 buah

r) Underpad : 1 buah

s) Pampers : 1 buah

t) IUD : 1buah

c. Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sebelum prosedur operasi.

2) Klien diberikan terapi intravena NaCl dengan dosis 20 tpm dan terapi vilicin 2 g
untuk profilaksis.

3) Persediaan darah B 1 kolf PRC.

4) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan underpad.

5) Klien diberikan tindakan regional anestesi (spinal) dengan pemberian terapi koloid
sebelumnya.

6) Klien dipasang kateter urin no. 16.

7) Klien diposiskan supinasi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung


klien.

8) Klien dipasang penyangga tangan dan penutup bagian atas klien.

d. Prosedur operasi

1) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

2) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.

3) Klien yang telah diposisikan dalam posisi supinasi dilakukan skin preparation pada
daerah abdomen.
4) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian kaki klien, atas, sisi
kanan dan kiri klien, dan terakhir penggunaan duk berlubang.

5) Scrub nurse menyiapkan couter kemudian dipasangkan ke area operasi bersama


dengan selang suction.

6) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

7) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

8) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

9) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse,
circular nurse, dokter anestesi, perawat anestesi, bidan, dan dokter anak) melakukan
prosedur time out yang dipimpin oleh circular nurse.

10) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 11.30 WIB.

11) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi.

12) Scrub nurse memberikan klem dan kassa kepada asisten 1 untuk membantu
operator.

13) Scrub nurse memberikan kocker dan couter kepada asisten 2.

14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting jaringan kepada opertor untuk
memperdalam insisi hingga peritonium.

15) Scrub nurse memberikan pinset anatomis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi uterus.

16) Operator melakukan evakuasi bayi dengan menarik kepala janin dibantu dorongan
pada abdomen klien dari asisten.

17) Scrub nurse melakukan suctioning untuk membantu evakuasi bayi dan mencegah
aspirasi air ketuban oleh bayi.

18) Bayi berhasil dikeluarkan kemudian scrub nurse memberikan klem lurus untuk
memegang tali pusar janin.

19) Scrub nurse memberikan gunting jaringan kepada operator untuk melakukan
pemotongan tali pusat.

20) Kemudian bayi diberikan kepada perawat perinatologi untuk segeraditangani.

21) Scrub nurse memberikan spuit berisi metergin untuk memacu kontraksi uterus
dalam persalinan plasenta
22) Operator memutar tali pusar searah jarum jam dalam kelahiran plasenta.

23) Plasenta dilahirkan secara urtuh 5 menit kemudian, scrub nurse dibantu circular
nurse menempatkan plasenta pada tempatnya dan diberikan label.

24) Scrub nurse memberikan stiil deeper kepada operator dan asisten untuk
membersihkan uterus dari sisa plasenta.

25) Scrub nurse memberikan duk bersih untuk menutup duk lama.

26) Scrub nurse memberikan klem ovarium kepada operator dan asisten beserta stiil
deeper kering dan stiil deeper betadine.

27) Tim perinatologi memfasilitasi bayi dan klien dalam inisiasi menyusu dini (IMD).

28) Scrub nurse memberikan IUD kepada operator untuk dipasangkan.

29) Tim anestesi menyiapkan tranfusi darah bagi klien.

30) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang chromic 2
kepada operator untuk menjahit uterus.

31) Scrub nurse memberikan still deeper dan klem kepada asisten1 dan gunting
benang pada asisten 2.

32) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang plain 0
kepada operator untuk menjahit peritonium.

33) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kemudian still deeper kering
asisten 1.

34) Scrub nurse melakukan sigh out sebelum peritoneum pariental di lakukan
penjahitan.

35) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang chromic 0
kepada operator untuk menjahit peritoneum pariental.

36) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryil 1
kepada operator untuk menjahit otot, facia dan sub cutis.

37) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kepada asisten 1.

38) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang monosyl 3/0
kepada operator untuk menjahit kulit dengan jahitan subcuticular.

39) Asisten membersihkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl
kemudian dikeringkan.

40) Luka ditutup menggunakan steri strip kemudian kassa kering dan hepavix yang
dibantu oleh circular nurse.
41) Scrub nurse dan circular nurse memsangkan pampers kepada klien.

42) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

43) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah
digunakan kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

44) Operasi selesai pada pukul 13.05 WIB.

e. Evaluasi

1) Operasi berjalan 95 menit (11.30-13.05)

2) Perdarahan selama operasi sebanyak ± 1.500cc (darah, air ketuban, dan NaCl).

3) Jumlah urin: ± 200 cc

4) Kulit klien teraba dingin, klien tampak pucat.

5) Turgor kulit elastis, CPR: <3 detik, dan konjungtiva tidak anemis.

6) Klien terpasang cateter no.16.

7) Tidak terjadi masalah sepanjang operasi berlangsung.

8) Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 92 x/m; TD: 110/70 mmHg; T: 36,3 0C, dan
SaO2: 98 %.

2. Diagnosa Keperawatan

Waktu Data Fokus Diagnosa Keperawatan


11 DS: Resiko syok berhubungan dengan
oktober`13 hipovolemi akibat perdarahan pada
Klien mengatakan bahwa ia tindakan pembedahan.
Jam: merasa pusing.

11.30 wib DO:

a. TTV : RR: 16 x/m; N: 92


x/m; TD: 110/70 mmHg; T:
36,3 0C.dan SaO2: 98 %.

b. Lama pembedahan: ± 95
menit
c. Jumlah perdarahan: ± 1.500
cc

d. Jumlah urin: ± 200 cc

e. Kulit klien teraba dingin.

f. Klien tampak pucat.

g. Turgor kulit klien elastis,


CPR: <3 detik.

h. Konjungtiva tidak anemis.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Hypovolemia Management: 4180
berhubungan keperawatan selama 2x60
dengan menit, syok tidak terjadi pada 1. Monitor KU dan TTV.
hipovolemi klien, dengan kriteria hasil:
akibat 2. Monitor kehilangan cairan baik
perdarahan pada 1. Tanda vital dalam batas urin maupun perdarahan.
tindakan normal, TD: sistol 110-130
pembedahan. mmHg diastole 70-90 mmHg, 3. Kaji tanda dan gejala terjadinya
HR 60-100 x/mnt, RR 16-24 syok.
x/mnt
4. Kaji kepatenan pemberian terapi
2. Kulit klien kemerahan dan parenteral.
teraba hangat.
5. Monitor kadar Hb dan Ht klien.
3. Turgor klien elastis dan
CPR: <3 detik. 6. Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi darah jika diperlukan.
4. Konjungtiva tidak anemis.

4. Pelaksanaan

Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon


Resiko syok berhubungan dengan a. Memonitor S:
hipovolemi akibat perdarahan pada keadaan umum dan
tindakan pembedahan. TTV klien. Klien mengatakan
bahwa ia merasa
pusing

O:
1. Kesadaran: CM

2. TTV : RR: 16
x/m; N: 92 x/m;
TD: 110/70 mmHg;
T: 36,3 0C, SaO2:
98 %
b. Mengukur jumlah perdarahan dan urin S:-
klien.
O:

a. Jumlah
perdarahan: ± 1.500
cc.

b. Jumlah urin: ± 200


cc
c. Memonitor tanda-tanda syok S:

Klien mengatakan
bahwa ia merasa
pusing.

O:

a. Kulit klien teraba


dingin.

b. Klien tampak
pucat.

c. Turgor kulit klien


elastis, CPR: <3
detik.

d. Konjungtiva tidak
anemis.
Evaluasi:

S:

Klien mengatakan bahwa ia merasa pusing.

O:

Kesadaran: composmentis.

TTV: RR: 18 x/m; N: 84 x/m; TD: 100/70


mmHg; T: 36,3 0C, SaO2: 99 %

Jumlah perdarahan: ± 1.500 cc, jumlah


urin: ± 200 cc

Kulit klien teraba dingin dan klien tampak


pucat.

Turgor kulit klien elastis, CPR: <3 detik.

Konjungtiva tidak anemis.

A:

Masalah resiko syok teratasi sebagian


ditandai dengan kesadaran klien
komposmentis, nadi, RR, dan SaO2 dalam
rentang normal, turgor kulir klien elastis,
CPR < 3 detik dan konjungtiva tidak
anemis.

P:

Pertahankan memonitor KU dan TTV klien


serta tanda-tanda syok.

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 13.15 WIB.

b. Bayi klien dibawa ke ruang perinatologi.

c. Kesadaran klien belum pulih benar karena klien belum merasakan kedua kakinya.

d. Terpasang folley cateter no. 16, dengan urine ± 250 cc.

e. Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD: 110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

f. Kulit klien teraba hangat, tidak tampak sianosis, dan tidak tampak pucat,
konjungtiva tidak anemis.

g. Instruksi post operasi:

1) Monitor KU dan tanda-tanda vital klien.

2) Monitor jumlah lokea dan perdarahan klien.

3) Lakukan tirah baring pada klien.


4) Dekatkan bayi dengan klien.

5) Terapi intaravena RL dengan dosis 20 tpm.

6) Terapi injeksi vicilin 1 gr/ 8 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No. Data Fokus
Keperawatan
1 DS: Nyeri akut:
berhubungan dengan
a. Klien mengatakan bahwa ia sudah merasa agen cidera fisik
perih seperti di sayat di perut bagian bawah. (tindakan pembedahan
sectio caesaria).
b. Klien mengatakan bahwa nyerinya terasa
hingga skala 3 dari 10.

DO:

a. TTV : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD:


110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

b. Kesadaran klien: composmentis


2 DS: Hambatan mobilitas
fisik di atas tempat tidur
a. Klien mengatakan bahwa ia belum berhubungan dengan
mampu menggerakkan kedua kakinya gangguan
karena masih terasa sedikit berat. muskoloskeletal; obat
yang menimbulkan
DO: sedasi.

a. Klien menjalani operasi sectio caesarea.

b. Klien mengalami kelemahan motorik dan


tonus otot di kedua ektremitas bawah.
3 DS : - Resiko infeksi
berhubungan dengan
DO : post re-SC.

a. TTV : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD:


110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

b. Tampak balutan post Re-SC.

c. Tampak klien terpasang kateter.

3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut: Setelah dilakukan Pain Management:1400
berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen selama 1x15 menit nyeri 1. Kaji karakteristik nyeri: lokasi,
cidera fisik yang dirasakan klien durasi, frekuensi, kualitas,
(tindakan berkurang, dengan intensitas dan faktor pemicu
pembedahan kriteria hasil : terjadinya nyeri
sectio caesaria)..
1. Klien tampak rileks 2. Observasi respon non verbal
klien terhadap nyeri
2. Klien tampak
mempraktikan napas 3. Sediakan informasi tentang nyeri
dalam untuk mengontrol yang dialami, penyebabnya, lama
nyeri. dan cara mengatasinya.

3. Nyeri klien menurun Relaxation therapy: 6040


secara bartahap minimal
1 skala Ajarkan dan demonstrasikan teknik
relaksasi napas dalam dan distraksi
4. Tanda vital dalam pada pasien.
batas normal, TD: sistol
110-130 mmHg diastole Medication Administration: 2300
70-90 mmHg, HR 60-100
x/m, RR 16-24 x/m 1. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2 Hambatan Setelah dilakukan Activity Therapy :
mobilitas fisik di tindakan keperawatan
atas tempat tidur selama 2x15 menit 1. Anjurkan klien untuk bed rest
berhubungan minggu, hambatan total terlebih dahulu hingga efek
dengan gangguan mobilitas fisik klien anestesi hilang terasa.
muskoloskeletal; dapat teratasi sebagian
obat yang dengan kriteria hasil : 2. Bantu untuk memilih aktivitas
menimbulkan yang sesuai dengan kemampuan
sedasi. 1. Klien mampu fisik dan psikologis, seperti miring
menggerakkan ekteritas ke kanan dan kekiri serta
bawah bagian kanan menggerakkan ekstremitas sesuai
dengan baik. kemampuan klien keceuali
ektremitas kanan kiri bawah.

3. Bantu klien dalam merubah


posisi tidur.

4. Dampingi klien untuk mencegah


resiko jatuh.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infection control (6540)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan post op selama 3x24 jam 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
postero sagital diharapkan infeksi tidak
ano recto plasty terjadi dengan kriteria baik lokal maupun sistemik.
atas indikasi hasil :
atresia ani letak 2. Pantau keadaan umum dan tanda
rendah dengan 1. Klien bebas dari tanda vital klien.
fistel vestibular dan gejala infeksi
post 3. Pertahankan personal hygiene
sigmoidostomy. 2. Jumlah leukosit dalam klien.
batas normal
(3,6x103/mL - 4. Gunakan sarung tangan ketika
3
11x10 /mL) melakukan perawatan luka.

3. Tanda vital dalam 5. Ganti IV perifer, line control.


batas normal, TD: sistol
110-130 mmHg diastole 6. Tingkatkan intake nutrisi
70-90 mmHg, HR 60-100
x/mnt, RR 16-24 x/mnt. 7. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan prosedur

8. Ajarkan cuci tangan kepada


keluarga bayi yang menjenguk

9. Monitor hitung leukosit

10. Berikan perawatan luka post re-


SC sesuai indikasi.

11. Inspeksi kondisi luka terhadap


tanda-tanda infeksi.

Medication administration (2300)

Kolaborasikan pemberian
antibiotik sesuai indikasi.

4. Pelaksanaan

Diagnosa
No. Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut: a. Mengkaji S: S:
berhubungan kualitas,
dengan agen cidera kuantiatas dan a. Klien 1. Klien
fisik (tindakan skala nyeri mengatakan mengatakan
pembedahan sectio klien. bahwa ia mulai bahwa ia mulai
caesaria). merasa perih di merasa perih di
perut bagian perut bagian
bawah. bawah.

b. Klien 2. Klien
mengatakan mengatakan
bahwa nyerinya bahwa nyerinya
terasa hingga terasa hingga
skala 3 dari 10. skala 3 dari 10.

O: 3. Klien
mengatakan
Klien tampak bahwa ia sudah
tegang. melakukan nafas
dalam.

O:

1. TTV : RR: 16
x/m; N: 86 x/m;
TD: 110/60
mmHg; T: 36,5
0
C.

2. Klien tampak
lebih rileks.

A:

Masalah nyeri
akut tertasi
sebagian
ditandai dengan
TTV klien
dalam rentang
normal dan klien
tampak lebih
rileks.

P:

1. Pertahankan
mengkaji nyeri
klien dan
monitoring TTV
klien.

2. Berkolaborasi
dalam
pemberian
analgetik jika
efek anestesi
sudha hilang.
b. Mengukur S: -
tanda-tanda
vital klien.
O:

TTV : RR: 16 x/m;


N: 86 x/m; TD:
110/60 mmHg; T:
36,5 0C.
c. Mengajarkan S:
dan
menganjurkan Klien mengatakan
klien teknik bahwa ia sudah
relaksasi nafas melakukan nafas
dalam. dalam.

O:

Klien tampak
melakukan nafas
dalam beberapa
kali dan tertidur
lagi.
2 Hambatan a. Membantu S: - S:
mobilitas fisik di klien berpindah
atas tempat tidur dari brankat ke O: Klien
berhubungan tempat tidur. mengatakan
dengan gangguan Klien belum bisa
muskoloskeletal; dipindahkan ke bergerak bebas.
obat yang tempat tidur.
menimbulkan O:
sedasi.
a. Klien
dianjurkan untuk
segera ambulasi
dini.

b. Bromage
score klien
adalah: 3.

c. Klien tampak
berbaring di atas
tempat tidur
dalam posisi
supinasi.

A:

Masalah
hambatan
mobilitas fisik di
atas tempat tidur
teratasi sebagian
dengan
peningkatan
Bromage score
klien.

P:

a. Pertahankan
memotifasi klien
untuk
bersegeras
ambulasi dini.

b. Persiapkan
klien kembali ke
ruang rawat
inap.
b. Membantu S: -
memposisikan
klien dalam O:
posisi supinasi
Klien berbaring
dalam posisi
supinasi.
c. S:
Menganjurkan
klien untuk bed Klien mengatakan
rest total bahwa kakinya
hingga efek belum terasa.
anestesi hilang.
O:

Tingkat kesadaran
klien
komposmentis.
d. Mengukur S: -
Bromage score
klien. O:

Bromage score
klien adalah: 0.
3 Resiko infeksi Menyampaikan S: S:
berhubungan informasi
dengan post op kepada perawat 1. Perawat 1. Perawat
postero sagital ano ruangan dan ruangan ruangan
recto plasty atas keluarga terkait mengatakan mengatakan
indikasi atresia ani perawatan klien akan mengikuti akan mengikuti
letak rendah post operasi. instruksi dokter. instruksi dokter.
dengan fistel
vestibular post 2. Keluarga 2. Keluarga
sigmoidostomy. klien klien
mengatakan mengatakan
akan berhati- akan berhati-hati
hati dalam dalam merawat
merawat klien. klien.

O: - O: -

A:

Masalah resiko
infeksi tidak
terjadi/ belum
teratasi.

P:

Perhatikan
instruksi dokter
dalam perawatan
klien.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

· KESIMPULAN

Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah
suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006). Asuhan
keperawatan perioperatif pada Ny. L (37 tahun) dengan re-sectio caesarea atas
indikasi sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu
meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan tersebut dilakukan
secara komprehensif meliputi pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini,
ansietas yang muncul dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
dengan memberikan informasi terkait kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan
pada intra operatif adalah resiko syok akibat perdarahan yang terjadi selama operasi
berlangsung. Penatalaksanaanya berfokus pada memonitor KU, TTV klien terhadap
tanda-tanda terjaidnya syok.

Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah nyeri akut akibat prosedur
pembedahan, hambatan mobilitas fisik akibat efek anestesi, dan resiko infeksi akibat
tindakan operasi yang dilakukan. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan di recovery
room terbatas pada mempertahankan keefektifan jalan nafas klien, memodifikasi
lingkungan, dan perawatan klien post operasi di ruangan.

SARAN

1. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari
perawat-perawat yang berkualitas pula. Salah satu tugas perawat kamar bedah adalah
memberikan asuhan keperawatan perioperatif untuk mencapai kesembuhan maksimal
klien.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya
memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh
tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya. Diharapkan dapat mendukung dalam
penerapan asuhan keperawatan peri operatif. Kemudian dapat dihimbau bagi seluruh
tim operasi untuk mengikuti prosedur yang ada terkait kamar operasi dan tindakan
operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2004. Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajaran Keperawatan
Maternitas, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang.

Bobak, Loudermik, Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Herdman, Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014; alih bahasa, Made Sumawarti, Dwi Widiarti, Estu Tiar; editor,
Monica Ester. Jakarta : EGC.

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Saifuddin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

0
Add a comment

3.

Nov

27

PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH


UMUM
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF POSTERO SAGITAL ANO
RECTO PLASTY (PSARP) PADA BY. NY. M INDIKASI ATRESIA ANI
DENGAN FISTEL FESTIBULER POST SIGMOIDOSTOMY DI OK 3 LANTAI
4 IBS

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh :

LILIANA DEWI PURNAMASARI, S.Kep., Ns.

PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

ANGKATAN XX

INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO

YOGYAKARTA

2013
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Laporan

Kasus Keperawatan yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF POSTERO SAGITAL ANO RECTO


PLASTY (PSARP) PADA BY. NY. M INDIKASI ATRESIA ANI DENGAN
FISTEL FESTIBULER POST SIGMOIDOSTOMY DI OK 3 LANTAI 4 IBS RSUP
DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

LILIANA DEWI PURNAMASARI, S.Kep., Ns.

Telah memenuhi syarat dan disetujui pada tanggal Novemebr 2013

Pembimbing, Penanggungjawab Pelatihan,


(Abror Shodiq, S. Kep., Ns.) dr. Trisula Utomo, Sp. U.

NIP. 19750328 199803 1 001 NIP. 19621219 199002 1 001

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Postero Sagital Ano Recto
Plasty (PSARP) Pada By. Ny. M Indikasi Atresia Ani Dengan Fistel Festibuler Post
Sigmoidostomy Di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penyusunan
Laporan Kasus ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pelatihan dasar-dasar
bedah umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
yang berupa materiil maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Abror Shodiq, S.Kep., Ns. selaku pembimbing dalam penyusunan laporan.

2. Srihadi, AMK selaku pembimbing lapangan kamar operasi 4.03.

3. Keluarga besar Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu pelaksanaan perawatan terhadap klien.

4. Klien dan anggota keluarga klien yang telah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk merawat klien.
5. dr. Trisula Utomo., Sp.U selaku Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta serta penanggung jawab Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi
Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

6. Tri Subekti., S.Kep., Ns. selaku ketua pelaksana Pelatihan Dasar-Dasar Bedah
Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

7. Segenap pembimbing lapangan dan pegawai yang telah memberikan waktunya


untuk penyusunan laporan kasus ini.

8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material,
doa dan moral; serta

9. Teman-teman Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP


Dr. Sardjito Yogyakarta. angkatan XX tanpa terkecuali.

Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
pembaca. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, 11 November 2013

Liliana Dewi Purnamasari, S.Kep., Ns.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Ruang Lingkup.............................................................................. 3

D. Tujuan ........................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit ........................................................... 5


B. Anatomi dan Fisiologi .................................................................. 5

C. Etiologi ........................................................................................ 8

D. Patofisiologi................................................................................... 8

E. Klasifikasi....................................................................................... 10

F. Tanda dan Gejala............................................................................ 12

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12

H. Penatalaksanaan.............................................................................. 13

I. Diagnosa Keperawatan................................................................... 16

J. Prosedur Operasi............................................................................. 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre-Operatif ................................................ 22

1. Pengkajian................................................................................ 22

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 29

3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 29

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 30

B. Asuhan Keperawatan Intra-Operatif.............................................. 31

1. Pengkajian................................................................................ 30

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 37

3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 37

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 38

C. Asuhan Keperawatan Post-Operatif............................................... 38

1. Pengkajian................................................................................ 38

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 39

3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 40

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 42


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 44

B. Saran............................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan
kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5.000-10.000 kelahiran (Grosfeld J, et all,
2006). Sedangkan atresia ani didapatkan 1% dari seluruh kelainan kongenital pada
neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Angka kejadian atresia ani di
Indonesia mencapai 90% (Grosfeld J, et all, 2006).

Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit
lebih banyak terjadi pada laki-laki (Oldham, K, et all, 2005). Sebanyak 20 % -75 %
bayi yang menderita atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada
laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal
uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Aziz, 2008).

Kasus atresia ani masih dalam perdebatan hingga sekarang, baik mengenai klasifikasi
maupun penatalaksanaannya. Beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan atresia ani
serta memperkenalkan teknik operasi terbaik. Wingspread mengklasifikasikan atresia
ani menjadi atresia ani letak tinggi, intermediet, dan rendah (Boocock, et all, 2013).
Sedangkan Pena mengklasifikasikan atresia ani menjadi letak tinggi dan rendah
(Levvit M dan Pena A, 2013). Klasifikasi menurut Pena tersebut dewasa ini lebih
banyak dipakai karena mempunyai aspek terapi.

Penatalaksanaan pasien dengan atresia ani adalah dengan pembedahan dimana


tergantung klasifikasinya. Atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi sebagai
tindakan bedah awal untuk diversi dan dekompresi. Kemudian pada tahap berikutnya
dilakukan anoplasti (Suzanne dan Brenda, 2006). Prosedur abdominoperineal
pullthrough yang bertujuan untuk memudahkan identifikasi dan melindungi otot
levator, saat ini banyak ditinggalkan karena menimbulkan inkontinensia feses dan
prolap mukosa usus (Bedah UGM, 2013).

Tahun 1982, Pena dan de Vries memperkenalkan metode pembedahan baru dengan
pendekatan postero sagittal ano recto plasty (PSARP) yaitu dengan cara membelah
muscle complex dan parasagittal fibre untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum
dan pemotongan fistula (Levvit M dan Pena A, 2013). Prosedur PSARP memberikan
outcome yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat dikerjakan
dengan prosedur tersebut. Sehingga, dewasa ini prosedur PSARP menjadi metode
operasi pilihan para dokter bedah di seluruh dunia (Bedah UGM, 2013).

Postero sagittal ano recto plasty (PSARP), ditetapkan sebagai metode


panatalaksanaan atresia ani di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito
Yogyakarta sejak tahun 1995 (Ramdhoni, 2013). Berdasarkan data yang didapatkan
penulis, prosedur PSARP di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sejak Februari–
September 2013 mencapai 9 prosedur dimana 7 prosedur pada kasus atresia ani
dengan aatu tidak dengan fistula dan 2 prosedur lainnya pada kasus malformasi
anorektal (MAR).

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan
menyusun laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Postero
Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) pada By. Ny. M dengan Atresia Ani dengan Fistel
Festibuler Post Sigmoidostomy di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty
(PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy ?”

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup lappran kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 25 September 2013.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada


pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani
dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

2. Tujuan Khusus

a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien


dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy .

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.
c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien
dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani
dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

E. MANFAAT

1. Bagi Keluarga

Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam


proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.

2. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan


perioperatif pada pasien PSARP dengan indikasi atresia ani.

3. Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien PSARP dengan indikasi atresia ani.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik
dan komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.

5. Bagi Penulis

Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan


perioperatif khususnya pada pasien dengan PSARP dengan indikasi atresia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM PENYAKIT


Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal (Wong, 2008).

Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang
keluar (Potter dan Perry, 2005). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2006).
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan
pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan (Aden, 2010).

Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa
terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI (Kedokteran UGM, 25 April 2012)

Kanalis ani berasal dari invaginasi ektoderm, sedang rektum berasal dari entoderm.
Karena perbedaan asal ini, maka terdapat perbedaan pula pada epitel pelapisnya,
vaskularisasinya, inervasi dan drainase limfatiknya.

Lumen rektum dilapisi mukosa glanduler usus sedang kanalis ani dilapisi epitel
squamosum stratifikatum lanjutan kulit luar. Jadi tidak ada mukosa anus. Daerah batas
antara rektum dan kanalis ani disebut Anorectal Junction ditandai oleh linea pectinea
/ linea dentata yang terdiri dari sel-sel transisional. Dari linea ini kearah rectum ada
kolumna rectalis (Morgagni), dengan diantaranya terdapat sinus rectalis yang
berakhir di kaudal sebagai valvula rectalis. Setinggi linea dentata ini ada crypta analis
dan muara muara analis.

Panjang kanalis ani kira kira 4 cm yang dibedakan menjadi anatomical anal canal
mulai anal verge sampai ke linea dentata dan surgical anal canal untuk kepentingan
klinis yang dimulai dari anal verge sampai cincin anorektal yang merupakan batas
paling bawah dari otot puborectalis yang dapat diraba pada waktu rectal touch.

Dasar panggul dibentuk oleh otot levator ani yang dibentuk oleh otot-otot
pubococcygeus, ileococcygeus dan puborectalis. Otot-otot yang berfungsi mengatur
mekanisme kontinensia adalah :

1. Pubo-rektal merupakan bagian dari otot levator ani


2. Sfingter ani eksternus (otot lurik)

3. Sfingter ani internus (otot polos)

Batas antara spincter ani eksternus & internus disebut garis Hilton. Muskulus yang
menyangga adalah m. Puborectalis. Otot yang memegang peranan terpenting dalam
mengatur mekanisme kontinensia adalah otot-otot puborektal. Bila m. pubo-rektal
tersebut terputus, dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia.

Muskulus puborektalis yang merupakan bagian m. levator ani membentuk jerat yang
melingkari rektum sehingga berfungsi sebagai penyangga. Rektum juga ditopang oleh
fascia pelvis parietalis (fascia Waldeyer), ligamentum laterale kanan dan kiri yang
ditembus oleh a/v hemorrhoidales media dan mesorektum. Ligamentum dan
mesorektum memfiksasi rectum ke permukaan anterior sacrum.

Batas-batas kanalis ani, ke kranial berbatasan dengan rectum disebut ring anorektal,
ke kaudal dengan permukaan kulit disebut garis anorektal, ke lateral dengan fossa
ischiorectalis, ke posterior dengan os koksigeus, ke anterior pada laki-laki dengan
sentral perineum, bulbus urethra dan batas posterior diafragma urogenital
(ligamentum triangulare) sedang pada wanita korpus perineal, diafragma urogenitalis
dan bagian paling bawah dari dinding vagina posterior. Ring anorektal dibentuk oleh
otot puborektalis yang merupakan bagian serabut otot levator ani mengelilingi bagian
bawah anus bersama otot spincter ani ekternus.

Vaskularisasi kanal anal berasal dari :

1. Arteri Hemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterika inferior

2. Arteri Hemorrhoidalis media cabang arteri iliaca eksterna

3. Arteri Hemorrhoidalis inferior cabang arteri pudenda

Aliran vena diatas anorektal junction melalui sistem porta sedang canalis ani langsung
ke vena cava inferior.

1. Vena Hemorrhoid superior

Berasaldari plexus venosus hemorrhoidalis internus bermuara ke vena mesenteruca


inferior dan vena porta. Vena ini tidak mempunyai valvula, sering untuk penyebaran
kanker

2. Vena Hemorrhoid inferior

Mengalirkan darah dari vena pudenda interna, vena iliaca interna, dan vena cava.
Sering menimbulkan gejala hemorrhoid.

Aliran limfe dari rektum mengikuti vasa hemoroidales superior ke lnn mesenterika
inferior menuju lnn para aorta, sedang dari kanalis ani menuju ke lnn inguinalis
kemudian lnn illiaca ekterna dan lnn illiaci kommunis, sehingga bila ada keganasan
dan infeksi dapat menyebar sampai inguinal.
Inervasi kanalis ani diatur oleh saraf somatik sehingga sangat sensitif terhadap rasa
sakit, sedang rektum oleh saraf viseral sehingga kurang sensitif terhadap rasa sakit.
Rektum diinervasi oleh saraf simpatis dari pleksus mesenterika inferior dan
n.presakralis (hipogastrica) yang berasal dari L2,3,4 dan saraf parasimpatis dari
S2,3,4.

C. ETIOLOGI (Levvit M dan Pena A, 2013)

Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses pemisahan. Secara


embriologis hindgut dari aparatus genitourinarius yang terletak di depannya atau
mekanisme pemisahan struktur yang melakukan penetrasi sampai perineum. Pada
atresia letak tinggi atau supra levator, septum urorektal turun secara tidak sempurna
atau berhenti pada suatu tempat di jalan penurunannya.

Anus imperforata dapat muncul dalam beberapa bentuk. Rektum dapat berakhir pada
kantong buntu yang tidak terhubung dengan kolon. Ataupun dapat memiliki lubang
yang terhubung ke uretra, kandung kemih, atau skrotum pada anak laki-laki atau
vagina pada anak perempuan. Kondisi stenosis anus ataupun hilangnya anus dapat
muncul.

Masalah ini disebabkan perkembangan abnormal pada janin, dan kebanyakan bentuk
anus imperforata berhubungan dengan kelainan bawaan lahir lainnya. Merupakan
kondisi umum relatif yang terjadi pada 1 dari 5000 bayi baru lahir.

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir
seperti :

1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofagus, ginjal dan kelenjar limfe).

2. Kelainan sistem pencernaan.

3. Kelainan sistem pekemihan.

4. Kelainan tulang belakang.

D. PATOFISOLOGI (Kedokteran UGM, 17 April 2012)

Anus dan rectum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan
kedalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang
memisahkan rectum disebelah dorsal dari saluran kencing disebelah ventral, kedua
sistem (rectum dan saluran kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan
minggu ke – 7. Pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah
mempunyai lubang eksternal, sedangkan bagian anus tertutup oleh membrane pada
kehamilan minggu ke – 8. Kelainan dalam proses – proses ini pada berbagai stase
menimbulkan suatu spectrum anomaly, kebanyakan mengenai saluran usus bawah dan
bangunan genitourinaria sehingga bagian rectum kloaka menimbulkan fistula.

Malformasi anorecktal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada


kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya
fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka
urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses
mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini
biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita
90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki
- laki biasanya letak tinggi , umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke
prostate. (rektovesika). pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).

Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Pada umur kehamilan
7 minggu, ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinary dan struktur anorektal. Pada kehamilan 8 minggu,
apabila terjadi kelainan dalam tahap pembentukan rektum dapat menimbulkan suatu
spectrum anomaly pada saluran usus bawah/genitourinaria. Bagian rectum kloaka
menimbulkan fistula dan terjadi stenosis anal karena penyempitan pada kanal
anorektal. Jika tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus maka fecal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi dan terjadi malformasi
anorectal.

E. KLASIFIKASI

Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
(Ngastiyah, 2005):

1. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai


melalui saluran fistula eksterna.

Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adekuat sementara waktu.

2. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.
Tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon,
memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan
lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:

a. Anomali rendah

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.

b. Anomali intermediet

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.

c. Anomali tinggi

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhungan dengan fistuls genitourinarius– retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih daai1 cm.

Sedangkan menurut klasifikasi, atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan


menurut jenis kelamin (Anonim, 2006).

1. Golongan I

Pada laki–laki dibagi menjadi 4 kelainan, yaitu: kelainan fistel urin, atresia rectum,
perineum datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari
orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika
urinaria. Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan, yaitu:
kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum, dan fistel tidak
ada.

2. Golongan II

Pada laki–laki dibagi 4 kelainan, yaitu: kelainan fistel perineum, membran anal,
stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya
terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak
bayangan mekonium di bawah selaput. Pada perempuan dibagi 3 kelainan, yaitu:
kelainan fistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum
biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah
anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di
tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit.

F. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan
fistula eksternal pada perineum (Suriadi,2006). Gejala lain yang nampak diketahui
adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat
menonjol (Ngastiyah, 2005).

Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena
cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium
(Ngastiyah, 2005).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai


berikut (Mansjoer, 2000):

1. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui


jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan
dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.

4. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

5. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan fisik rectum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.

7. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan dapat berbeda bergantung pada jenis anorektal anomali. Jika ujung
usus berada pada letak tinggi, pengobatan umumnya dilakukan dalam tiga prosedur,
pertama adalah pembuatan stoma pada usus yang dikenal dengan kolostomi
(Mansjoer, 2000). Bayi baru lahir dengan stoma akan membutuhkan kantung khusus
untuk mengumpulkan feses.

Prosedur kedua adalah anoplasti yaitu menarik turun rektum ke posisi anus dimana
akan dibuat anus buatan. Jika terdapat fistula atau penghubung yang abnormal antara
kandung kemih atau vagina, maka fistula ini harus ditutup. Beberapa bulan kemudian
setelah anus baru telah sembuh, maka dilakukan prosedur ketiga yaitu penutupan
stoma.

Jika ujung usus berada pada letak rendah di pelvis, pembuatan lubang anus dapat
dilakukan dengan operasi tunggal. Rektum ditarik turun ke posisi anus dan lubang
anus yang baru dibuat, dengan teknik minimal invasif yang dikenal dengan
laparoskopi. Pada kasus ini, stoma tidak diperlukan. Jika anus baru berada pada posisi
yang salah, maka anus tersebut akan ditutup dan dipindahkan ke posisi yang benar.

Penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan ada
tidaknya fistula.

a. Leape(1987) menganjurkan pada (bedah UGM, 2013):

1) Atresia letak tinggi & intermediet maka penatalaksanaannya berupa sigmoid


kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitive
postero sagital anorecto plasty (PSARP), kemudian beberapa bulan selanjutnya baru
dilakukan penutupan kolostomi.

2) Atresia letak rendah dilakukan postero sagital anorecto plasty (PSARP), dimana
sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas
otot sfingter ani ekternus.

3) Bila terdapat fistula maka dilakukan cut back incicion untuk menutup fistula.

4) Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi.

b. Pena secara tegas menjelaskan bahwa atresia ani letak tinggi dan intermediet
dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive
postero sagital anorecto plasty (PSARP) setelah 4–8 minggu baik minimal, limited
atau full. Kemudian beberapa bulan selanjutnya baru dilakukan penutupan kolostomi
(Levvit M dan Pena A, 2013).
2. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi:

a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

b. Pola nutrisi – Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
munta dampak dari anestesi.

c. Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien
akan mengalami kesulitan dalam defekasi.

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

e. Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa


lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

f. Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.

g. Konsep Diri dan Persepsi Diri


Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi.

h. Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.

i. Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi.

j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah .

k. Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam
memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan diagnosa
keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu (Herdman, 2010):

1. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik berhubungan dengan tidak


lengkapnya pembentukan anus

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

5. Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi

6. Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi

7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan

8. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan penumpuksan secket berlebih

9. Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di


rumah.
J. PROSEDUR OPERASI (Kedoktean UGM, 17 April 2013; Kedoktean UGM, 27
April 2012)

1. Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP)

Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. PSARP terdiri
dari tiga macam, yaitu: minimal, limited dan full PSARP. Posisi penderita adalah
prone dengan elevasi pada pelvis. Dengan bantuan stimulator dilakukan identifikasi
anal dimple. Insisi dimulai dari tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter
eksterna sampai ke depan kurang lebih 2 cm. Insisi diperdalam dengan membuka
subkutis, lemak, parasagital fibre dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah
sehingga tampak otot levator, otot levator dibelah sehingga tampak dinding belakang
rektum. Rektum dibebaskan dari dinding belakang dan jika ada fistula dibebaskan
juga, rektum dipisahkan dengan vagina. Dengan jahitan rektum ditarik melewati otot
levator, muscle complex dan parasagittal fibre kemudian dilakukan anoplasty dan
dijaga agar tidak tegang.

Minimal PSARP tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical fibre, yang
penting adalah memisahkan common wall untuk memisahkan rektum dengan vagina
dan yang dibelah hanya otot sfingter eksternus. Pada limited PSARP yang dibelah
adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre, muscle complex serta tidak membelah
tulang cocccygeus. Deseksi rektum agar tidak merusak vaginaadalah prioritasnya.

Masing-masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal PSARP


dilakukan pada fistula perineal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle dan
atresia ani tanpa fistula yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari kulit. Limited
PSARP dilakukan pada atresia ani dengan fistula rektovestibuler. Full PSARP
dilakukan pada atresia ani letak tinggi dengan gambaran invertogram, gambaran
akhiran rektum lebih 1 cm dari kulit, pada fistula rektovaginalis, fistula rektouretralis,
atresia rektum dan stenosis rektum.

2. Swenson

Prosedur ini adalah prosedur pertama untuk operasi penyakit Hirschsprung dengan
metode “pull-through”. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Swenson dan Bill
pada tahun 1948. Segmen yang aganglionik direseksi dan puntung rektum
ditinggalkan 2-4 cm dari garis mukokutan kemudian dilakukan anastomosis langsung
diluar rongga peritoneal. Pada prosedur ini enterokolitis masih dapat terjadi sebagai
akibat spasme puntung rektum yang ditinggalkan. Sehingga, untuk mengatasi hal ini
Swenson melakukan sfingterektomi parsial posterior dimana prosedur ini disebut
prosedur Swenson I.

Pada 1964, Swenson memperkenalkan prosedur Swenson II dimana setelah dilakukan


pemotongan segmen kolon yang aganglionik, puntung rektum ditinggalkan 2 cm di
bagian anterior dan 0,5 cm di bagian posterior kemudian langsung dilakukan
sfingterektomi parsial langsung. Ternyata prosedur ini sama sekali tidak mengurangi
spasme sfingter ani dan tidak mengurangi komplikasi enterokolitis pasca bedah dan
bahkan pada prosedur Swenson II kebocoran anastomosis lebih tinggi dibanding
dengan prosedur Swenson I.
3. Duhamel

Prosedur ini diperkenalkan pada tahun 1956 sebagai modifikasi prosedur Swenson
oleh karena pada metode Swenson dapat terjadi kerusakan nervi erigentes yang
memberi persarafan pada viscera daerah pelvis. Duhamel melakukan diseksi
retrorektal untuk menghindari kerusakan tersebut dengan cara melakukan penarikan
kolon proksimal yang ganglionik melalui bagian posterior rektum. Penderita
ditidurkan dalam posisi litotomi, dipasang kateter sehingga vesika urinaria kosong
dengan maksud agar visualisasi rongga abdomen lebih jelas. Irisan kulit abdomen
dilakukan secara paramedian atau transversal. Arteria hemorrhoidalis superior
dipotong diikuti pemotongan mesorektum dan rektum.

Kolon proksimal dimobilisir sehingga panjang kolon akan mencapai anus. Perhatian
khusus ditujukan pada viabilitas pembuluh darah dan kolon proksimal dengan cara
menghindari regangan yang berlebihan. Setelah segmen kolon yang aganglionik
direseksi, puntung rektum dipotong sekitar 2-3 cm diatas dasar refleksi peritonium
dan ditutup dengan jahitan dua lapis. Rongga retrorektal dibuka sehingga seluruh
permukaan dinding belakang rektum dibebaskan. Pada dinding belakang rektum 0,5
cm dari linea dentata dibuat sayatan endoanal setengah lingkaran dan dari lobang
sayatan ini segmen kolon proksimal yang berganglion ditarik ke distal keluar
melewati lubang anus dan dibiarkan bebas menggelantung kemudian dilakukan
anastomosis “end to side” setinggi sfingter ani internus. Anastomosis dilakukan
dengan pemasangan 2 buah klem Kocher, dimana dalam jangka waktu 6-8 hari
anastomosis telah terjadi.

4. Endorectal Pull Through (Soave)

Pada prinsipnya tehnik ini adalah merupakan diseksi ekstramukosa rektosigmoid yang
mula-mula dipergunakan untuk operasi atresia ani letak tinggi. Persiapan preoperasi
yang harus dilakukan adalah irigasi rektum, dilatasi anorektal manual serta pemberian
antibiotik.

Tahun 1960 Soave melakukan pendekatan abdominoperineal, dengan membuang


lapisan mukosa rektosigmoid. Posisi pasien terlentang dengan fleksi pelvis 30 derajat,
irisan kulit abdomen pararektal kiri melewati lubang kolostomi dan dipasang kateter.
Dinding abdomen dibuka perlapis sampai mencapai peritonium kemudian dilakukan
preparasi kolon kiri. Kolon distal dimobilisasi dan direseksi 4 cm diatas refleksi
peritoneum. Dibuat jahitan traksi pada kolon distal yang telah direseksi kemudian
mukosa dipisahkan dari muskularis kearah distal. Lapisan otot secara tumpul
didorong kedistal hingga 1-2 cm diatas linea dentata. Lewat anus dibuat insisi
melingkar 1 cm diatas linea dentata. Kolon yang berganglion kemudian ditarik
kedistal melewati cerobong endorektal. Sisa kolon yang diprolapskan lewat anus
dipotong setelah 21 hari.

5. Boley

Prosedur Boley mirip dengan Soave akan tetapi anastomosis dilakukan secara
langsung tanpa memprolapskan kolon terlebih dulu.

6. Rehbein
Setelah dilakukan reseksi segmen yang aganglionik kemudian dilakukan anastomosis
“end to end” antara kolon yang berganglion dengan sisa rektum, yang dikerjakan
intraabdominal ekstraperitoneal. Tehnik ini sering menimbulkan obstipasi akibat sisa
rektum aganglionik yang panjang.

7. Miomektomi anorektal.

Pada pasien-pasien dengan penyakit Hirschsprung segmen ultra pendek,


pengangkatan satu strip otot pada linea mediana dinding posterior rektum dapat
dilakukan dan prosedur ini disebut miomektomi anorektal, dimana dengan lebar 1 cm
satu strip dinding rektum ekstramukosa diangkat, mulai proksimal linea dentata
sampai daerah yang berganglion.

8. Transanal Endorectal Pull-Through

Tehnik ini dilakukan dengan pendekatan lewat anus. Setelah dilakukan dilatasi anus
dan pembersihan rongga anorektal dengan povidon-iodine, mukosa rektum diinsisi
melingkar 1 sampai 1,5 cm diatas linea dentata. Dengan diseksi tumpul rongga
submukosa yang terjadi diperluas hingga 6 sampai 7 cm kearah proksimal. Mukosa
yang telah terlepas dari muskularis ditarik ke distal sampai melewati anus sehingga
terbentuk cerobong otot rektum tanpa mukosa. Keuntungan prosedur ini antara lain
lama pemondokan dan operasi lebih singkat, waktu operasi lebih singkat, perdarahan
minimal, feeding dapat diberikan lebih awal, biaya lebih rendah, skar abdomen tidak
ada. Akan tetapi masih didapatkan komplikasi enterokolitis, konsipasi dan striktur
anastomosis.

9. Posterior Sagital Neurektomi Repair for Hirschsprung Disease (PSNRHD)

Teknik ini diperkenalkan dr. Rochadi, Sp. BA pada tahun 2005 dengan posisi pasien
tertelungkup dan dilakukan satu tahap, tanpa kolostomi dan tanpa pull –through.
Posisi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa secara topografi, rektum
berada pada rongga pelvis, sehingga tindakan bedah PSNRHD akan dapat langsung
menuju target operasi, sedangkan pada tehnik ERPT target operasi hanya dapat
dicapai dengan membuat sayatan pada dinding depan perut, membuka peritonium
posterior, memotong arteri dan vena hemorrhoidalis superior, memotong arteri dan
vena sigmoidea dan bahkan kadang-kadang harus memotong arteri dan vena kolika
sinistra. Posisi telungkup pada PSRHD memberikan lapang pandang operasi yang
lebih jelas oleh karena masuknya persarafan menuju dinding rektum adalah lewat
bagian posterior sehingga tindakan neurektomi akan lebih mudah dikerjakan.

Setelah dilakukan desinfeksi pada daerah anogluteal kemudian daerah operasi ditutup
doek steril. Irisan pertama dimulai dengan irisan kulit intergluteal dilanjutkan
membuka lapisan-lapisan otot yang menyusun “muscle complex” secara tumpul dan
tajam sehingga terlihat dinding rektum. Lapisan otot dinding rektum dibuka
memanjang sampai terlihat lapisan mukosa menyembul dari irisan operasi.

Identifikasi daerah setinggi linea dentata dilakukan dengan cara memasukkan jari
telunjuk tangan kiri ke anus. Panjang irisan adalah 1 cm proksimal linea dentata
sampai zone transisi yang ditandai dengan adanya perubahan diameter dinding
rektum. Agar tidak melukai mukosa rektum maka setelah mukosa menyembul,
muskularis dinding rektum dipisahkan dari mukosa dengan cara tumpul sehingga
lapisan muskularis benar-benar telah terpisah dari mukosa. Strip muskularis dinding
rektum dengan lebar 0,5 cm dilepaskan dari mukosa sepanjang zone spastik sampai
zone transisi. Material ini dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk pemeriksaan
pewarnaan hematoksilin-eosin guna identifikasi sel ganglion Auerbach dan Meissner.
Dipasang pipa rektum untuk mencegah terjadinya infeksi pada irisan operasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

1. Pengkajian

Tanggal dan jam pengkajian : Rabu, 25 September 2013 pukul: 09.10 WIB

Tempat pengkajian : Ruang terima pasien

Narasumber : Ibu klien

a. Identitas

1) Identitas Pasien

a) Nama : By. Ny. M

b) Umur : 4 bulan

c) Agama : Islam

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Status : Jamkesmas

f) Suku Bangsa : Jawa

g) Alamat : Glagah Tulos Karangdowo Klaten Jawa Tengah

h) Tanggal Masuk : 24 September 2013

i) Tanggal Pengkajian : 26 September 2013

j) No. Register : 01.63.56.87

k) Diagnosa Medis : Atresia Ani dengan Fistel Vestibular Post Sigmoidostomy

2) Identitas Penanggung Jawab


a) Nama : Tn. D

b) Umur : 37 tahun

c) Hubungan : Ayah Klien

d) Pekerjaan : Wiraswasta

e) Alamat : Glagah Tulos Karangdowo Klaten Jawa Tengah

b. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini

a) Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan bahwa ia dan suami menginginkan operasi lanjutan untuk
kesembuhan klien.

b) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Klien terdiagnosa atresia ani dengan fistel vestibular tipe low segmental. Klien sudah
menjalani operasi pertama berupa sigmoidostomy pada tanggal 21 Mei 2013 di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta. Pengeluaran BAB melalui stoma lancar dan tidak ada tanda-
tanda infeksi, sehingga keluarga menginginkan operasi lanjutan untuk mengatasi
masalah klien.

2) Status Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Klien merupakan anak kembar dari kehamilan kedua pasangan Ny. M dan Tn. D.
Klien lahir setelah kembaran laki-lakinya dilahirkan dengan berat 2300 gram,
sedangkan klien 1800 gram. Kembaran klien tidak mempunyai kelainan fisik dan
sehat hingga sekarang. Hanya saja klien mengalami atresia ani. Klien tidak pernah
mengalami masalah kesehatan selain terkait dengan atresia ani yang diderita.

b) Pernah dirawat

Klien pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sehari setelah lahir untuk
menjalankan prosedur sigmoidostomy.

c) Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik, udara maupun obat-obatan.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari pihak ayah maupun ibu klien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan
asma. Hanya saja sejak beberapa tahun yang lalu, ayah klien menderita hipertensi dan
tahun lalu serta satu bulan yang lalu, ayah klien menderita serangan stroke ringan.

d. Diagnosa Medis dan therapy

Atresia Ani dengan Fistel Vestibular Post Sigmoidostomy. Klien mendapat terapi
intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam dan terapi cefotaxime 200 mg untuk
terapi profilaksis.

e. Pola Kebutuhan Dasar

1) Pola Nutrisi-Metabolik

Klien masih berusia 4 bulan sehingga klien hanya mengkonsumsi ASI eksklusif dari
ibu.

2) Poli Eliminasi

Klien BAB melalui stoma. Ibu klien tidak dapat mengemukakan berapa kali klien
BAB dalam sehari, tetapi, ibu klien mengganti kantung stoma 3-5 kali dalam sehari
tergantung jumlah kotoran di kantung colostomy. Ibu klien tidak mengeluhkan
masalah BAK klien karena dirasa wajar seperti bayi-bayi pada umumnya.

3) Pola aktivitas dan latihan

Indeks KATZ klien adalah F dimana semua aktifitas (bathing, transfering, toileting,
feeding, dressing, dan continence) klien dibantu oleh orangtua klien.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Ibu klien mengatakan layaknya bayi-bayi pada umumnya, klien dan kembarannya
lebih sering tertidur di spagi dan siang hari dan sering terjaga pada malaam hari.

5) Pola Seksual-Reproduksi

Klien berjenis kelamin perempuan.

6) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Pengkajian ini dilakukan kepada ibu klien yang tampak tegang, khawatir dan gelisah.
Ibu klien mengatakan bahwa ia merasa cemas dan takut terkait operasi yang akan
dijalani klien. Tingkat kecemasan klien pada cemas sedang.

f. Pengkajian Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda Vital : RR: 34 x/m; N: 116 x/m; T: 36,3 0C


4) BB : 3.500 gram

5) Keadaan fisik

a) Kepala dan leher

Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area
kepala. Mata simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan, tidak
cekung. Mata klien tampak sedkit bengkak karena klien banyak mengis akibat
dipuasakan. Mata klien tidak terlihat adanya perdarahan. Terdapat 2 lubang hidung,
tidak ada keluaran sekret, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mukosa bibir klien tampak kering, mulut klien tidak sianosis, dan gigi belum tumbuh.
Telinga klien tampak simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada
keluaran cairan dari telinga klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada
leher klien.

b) Dada

Paru-paru dan jantung klien dalam batas normal. Pada inspeksi dada klien tampak
pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada retraksi intercostalis. napas
dalam, tidak tampak adanya gerakan otot bantu pernapasan yaitu otot
sternokleidomastoideus, tidak ada napas cuping hidung.

c) Abdomen

Pada inspeksi perut klien tidak tmapak distensi abdomen, tampak adanya stoma. Kulit
disekitar stoma tidak tampak kemerahan dan tidak tampak tanda-tanda infeksi.
Tampak feses pada kantung colostomy klien. Perut klien tampak cembung dan pada
perkusi terdengar bunyi timpani.

d) Genetalia

Jenis kelamin perempuan.

e) Integumen

Warna merah jambu saat bayi menangis, turgor kulit elastis. Kulit bayi terlihat tipis,
tampak adanya lanugo. Badan bayi teraba hangat, akral teraba hangat.

f) Ekstremitas

Jari tangan dan kaki lengkap dan tidak ada kelainan. Pergerakan klien aktif.

g) Neurologis

Refleks Hasil Keterangan


Refleks Ö Klien dapat terkejut dengan suara
Moro/startle keras dan akan menunjukan refleks
melebarkan tangan dan jari-jarinya.
Setelah itu tangan turun kembali dan
bayi mengepalkan jari-jarinya.
Refleks Tonic Ö Saat kepala klien berpaling ke sisi
leher yang berlawanan, maka bayi akan
memperpanjang lengan dan kakinya
serta meregangkan lengan dan kaki ke
sisi yang berlawanan
Refleks Ö Klien dapat menggenggam erat dan
Grasping kekuatannya meningkat saat sebuah
benda diletakkan ditelapak tangan
bayi kemudian ditarik keluar.
Refleks Babinski Ö Jari-jari kaki klien mengembang saat
telapak kaki disentuh dan dibelai dari
tumit hingga jari kaki dan ibu jari kaki
memiliki posisi lebih tinggi.
Refleks Rooting Ö Jika pipi bayi disentuh, maka ia akan
memutar kepala menghadap
datangnya rangsangan dan membuka
mulut seolah-olah ingin menemukan
puting ibunya.
Refleks Sucking Ö Klien dapat melakukan refleks ini
ditandai dengan jika meletakkan jari
atau benda lainnya ke dalam mulut
bayi, maka ia akan memberikan
respons mengisap dan membuat
gerakan ritmis dengan mulut dan
lidahnya.

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboraturium

Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 25 September 2013

Nilai
Parameter Hasil Satuan Kategori
Normal
Hemoglobin 11,6 g/dl 11,7-15,5 Menurun
Eritrosit 4,09 106/ mL 3,8-5,2 Normal
Hematokrit 32,7 % 32-47 Normal
Leukosit 10,01 103/mL 3,6-11,0 Normal
Trombosit 789 103/mL 150-440 Meningkat
MCV 79,8 fL 80-100 Menurun
MCH 28,4 pg 26-34 Normal
MCHC 35,6 g/dL 32-36 Normal
CH 26,5 pg - Normal
RDW 12,8 % 11,5-14,5 Normal
HDW 2,88 g/dL 2,2-3,2 Normal
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 Normal
PRT 12,0 Detik 11,4-16,3 Normal
INR 0,84 - - -
Kontrol 14,3 Detik - -
APTT 31,3 Detik 22,5-37,0 Normal
Kontrol 34,5 Detik - -
Eosinofil 1,9 % 1-3 Normal
Basofil 0,4 % 0-1 Normal
Netrofil 18,9 % 50-70 Menurun
Limfosit 71,3 % 20-40 Meningkat
Monosit 4,4 % 2-8 Normal
Luc 3,1 % 0-4
Eosinofil 0,19 103/mL 0-0,8 Normal
Basofil 0,04 103/mL 0-0,2 Normal
Netrofil 1,90 103/mL 1,9-8 Menurun
Limfosit 7,14 103/mL 0,9-5,2 Meningkat
Monosit 0,44 103/mL 0,16-1 Normal
Luc 0,31 103/mL 0-0,4
Gol. darah O
BUN 3,0 mg/dl 3,97 – 4,94 Menurun
Albumin 4,85 g/dl Serum: 6-20 Menurun
Creatinine 0,23 Mg/dl 0,60 – 1,30 Menurun
Natrium 134 mmol/L 136 – 145 Menurun
Kalium 5,1 mmol/L 3,5 – 5,1 Normal
Klorida 102 mmol/L 98-107 Normal

2) Pemeriksaan radiologi

Hasil pemeriksaan lopografi proksimal dan distal dengan flouroskopi tanggal 18


September 2013.

Hasil:

a) Atresia ani dengan fistula recto vestibular type low segmental


b) Jarak rectum distal dengan anal dimple ik 2,6 cm

c) Tak tampak colitis.

3) Hasil konsultasi

Klien mendapat persetujuan tindakan operasi (Postero Sagital Ano Recto Plasty)
PSARP dari dokter bedah anak dan dokter anestesi dengan rencana general anestesi.

2. Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: Ansietas berhubungan
dengan status kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa ia merasa dan tindakan
cemas dan takut terkait operasi yang akan pembedahan.
dijalani klien.

DO:

a. Ibu klien tampak tegang dan khawatir.

b. Tingkat kecemasan klien pada cemas


sedang.

c. Ibu klien tampak gelisah.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan Health education: 1100
berhubungan pendidikan kesehatan
dengan status mengenai penyakit dan 1. Kaji pengetahuan keluarga klien
kesehatan dan perawatannya selama tentang penyakit dan tindakan yang
tindakan 1x15 menit, tidak terjadi akan dilakukan.
pembedahan. kecemasan pada
keluarga klien, dengan 2. Berikan informasi terkait tindakan
kriteria hasil : yang akan dilakukan.

1. Kecemasan keluarga 3. Diskusikan tentang indikasi,


klien berkurang dari kontraindikasi dan persiapan tindakan
sedang menjadi ringan. terhadap kondisi klien.

2. Keluarga klien 4. Berikan support mental untuk


tampak tenang dan meyakinkan keluarga klien.
rileks.
Relaxation therapy: 6040
1. Ajarkan keluarga klien menggunakan
teknik relaksasi nafas dalam.

2. Anjurkan keluarga klien


menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam.

4. Pelaksanaan dan evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji perasaan S: S:
berhubungan ibu klien.
dengan status Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
kesehatan dan bahwa ia merasa bahwa ia masih mersa
tindakan cemas dan takut akan cemas tetapi sudah
pembedahan. operasi yang akan berkurang.
dijalani klien.
O:
O:
Ibu klien tampak lebih
Ibu klien tampak rileks dan tenang.
gelisah dan khawatir.
Kecemasan ibu klien
dalam skala ringan.

A:

Masalah kecemasan
ibu klien teratasi
ditandai dengan
kecemasan berkurang
dari sedang menjadi
ringan serta ibu klien
tampak lebih tenang
serta rileks.

P:

Pertahankan
memberikan support
mental dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menurunkan
kecemasan ibu klien.
b. Mengkaji S:
tingkat
kecemasan ibu Ibu klien mengatakan
klien. bahwa ia merasa
cemas dan takut.

O:

Ibu klien mengalami


kecemasan sedang
c. Mengajarkan S: -
dan
menganjurkan O:
ibu klien teknik
relaksasi nafas Ibu klien tampak
dalam mengikuti teknik
relaksasi nafas dalam
d. Memvalidasi S:
perasaan ibu
klien. Ibu klien mengatakan
bahwa ia masih
merasa cemas tetapi
sudah berkurang.

O:

Ibu klien tampak lebih


tenang dan rileks.

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Persiapan perawat

1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo,
meja besar, warmer blanket, dan kursi.

b. Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi anak

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 3 : 1 buah


c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah

f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean kecil : 10 buah

h) Kocker kecil : 1 buah

i) Needle holder : 2 buah

j) Steel deeper : 4 buah

k) Hak langen back kecil : 2 buah

l) Kassa : 20 lembar

m) Sprider : 1 buah

· Set busi rectal

Busi rectal : no. 10 dan 11.

· Handpiece couter monopolar dengan jarum kecil: 1 buah

· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah


2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo

d) Meja besar

e) Warmer blanket

f) Mesin couter

g) Mesin dan botol suction

h) Tempat sampah medis dan non medis

i) Tempat linen kotor

j) Kursi

k) Bak dekontaminasi instrument

l) Lampu pembaca foto radiologi

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah

b) Betadine 10 % : 100 cc

c) NaCl 0,9 % : 500 cc


d) Mess no. 15 : 1 buah

e) Cateter no. 6 : 1 buah

f) Urin bag : 1 buah

g) Spuit 5 cc : 2 buah

h) Jelly : 10 cc

i) Aqua : 5 cc

j) Colostomy bag : 1 buah

k) NGT no. 8 : 1 buah

l) Benang silkam 2/0 (ο) : 1 buah

m) Benang safil 2/0 (ο) : 1 buah

n) Benang safil 3/0 (ο) : 1 buah

o) Salep ikamecitin : 1 buah

p) Underpad : 1 buah

c. Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sejak pukul 04.00 WIB sebelum prosedur operasi.

2) Klien diberikan terapi intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam dan terapi
cefotaxime 200 mg untuk profilaksis.

3) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan warmer blanket dan
underpad.

4) Klien diberikan tindakan general anestesi dan dilakukan intubasi pada pukul 09.30
WIB.

5) Stoma klien dicuci menggunakan desinfektan dan colostomy bag klien diganti
dengan yang baru.

6) Klien dipasang kateter urin no. 6.

7) Klien diposiskan litotomi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung


klien.
d. Prosedur operasi

1) Pasien diterima di ruang terima pasien dengan dilakukan prosedur sign in.

2) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

3) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.

4) Klien yang telah diposisikan dalam posisi litotomi dilakukan skin preparation pada
daerah perianal.

5) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian bawah pantat klien,
sisi kanan dan kiri klien, atas, dan terakhir penggunaan duk berlubang.

6) Scrub nurse menyiapkan couter dengan jarum kecil kemudian dipasangkan ke area
operasi bersama dengan selang suction.

7) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

8) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

9) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

10) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse,
circular nurse, dokter anestesi, dan perawat anestesi) melakukan prosedur time out
yang dipimpin oleh circular nurse.

11) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 09.45 WIB.

12) Scrub nurse memberikan NGT no.8 kepada operator intuk dilakukan insersi
melalui lubang fistel klien.

13) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang silkam 3/0
kepada operator untuk fiksasi/marker pada 6 titik di sisi kanan dan kiri anal klien.
14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting benang kepada asisten untuk
membantu operator dalam memberikan marker.

15) Scrub nurse memberikan scaple mess dengan mess no. 15 dengan pinset cirugis
kepada operator, sedangkan stiil deeper pada asisten.

16) Insisi dilakukan operator pada sagital melewati bakal anus kemudian diperdalam
lapis demi lapis dengan mengidentifikasi kontraksi maksimal.

17) Insisi melingkari fistel diperdalam menggunakan couter jarum hingga ditemukan
muscle complex rectum.

18) Scrub nurse memberikan spuit tanpa jarum kepada operator untuk mengaspirasi
rektum klien.

19) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryl 3/0
kepada operator untuk merekonstruksi perinium agar dapat memisahkan common
wall.

20) Scrub nurse memberikan still deeper dan pinset berisi cairan betadine dan NaCL
dengan perbandingan 1:4.

21) Scrub nurse menghitung jumlah kassa sebelum luka ditutup dalam prosedur sign
out.

22) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryl 3/0
kepada operator untuk menjahit kulit dengan neoreduk lapis demi lapis.

23) Scrub nurse memberikan gunting benang kepada asisten.

24) Scrub nurse memberikan busi rectal no. 10 yang telah diberi jelly dengan hasil
longgar.

25) Scrub nurse memberikan tampon betadine yang diberikan salep ikamecitin kepada
operator.

26) Asisten membersiahkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl
kemudian dikeringkan.

27) Luka ditutup menggunakan kassa kering kemudian hepavix yang dibantu oleh
circular nurse.

28) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

29) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah
digunakan kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

30) Operasi selesai pada pukul 11.00 WIB.


e. Evaluasi

1) Operasi berjalan 1 jam 15 menit (09.45-11.00)

2) Perdarahan selama operasi sebanyak ± 5cc.

3) Klien terpasang cateter no.6.

4) Klien terpasang tampon betadine dengan salep ikamecitin.

5) Tidak terjadi masalah sepanjang operasi berlangsung.

6) Tanda vital klien: RR: 30 x/m; N: 118 x/m; T: 36,2 0C.

2. Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: - Hipotermi berhubungan
dengan pemajanan
DO: lingkungan dingin dan
usia.
a. TTV : RR: 30 x/m; N: 118 x/m; T: 36,2
0
C.

b. Klien berusia 4 bulan.

c. Lama pembedahan: ± 75 menit


d. Kulit klien teraba dingin.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitoring: 6680
berhubungan keperawatan selama 1x2 jam
dengan klien dapat beradaptasi 1. Monitor tanda-tanda vital (HR, T
pemajanan terhadap perubahan suhu dan RR) secara periodik per 15 menit.
lingkungan lingkungan di kamar operasi
dingin dan usia. dengan kriteria hasil: Temperature Regulation: 3900

1. Suhu tubuh dalam rentang 1. Monitor suhu tubuh klien.


normal (36,50-37,50C).
2. Observasi klien terhadap tanda-
2. Akral hangat. tanda hipotermi (misal penurunan suhu
tubuh, pucat, kaki dingin).
3. Kulit tubuh kemerahan
dan teraba hangat. 3. Monitor warna kulit klien.

4. Tidak ada sianosis. 4. Berikan warmer blanket dengan


suhu yang telah diatur 370 C.

5. Matikan atau atur ulang suhu


pendingin ruangan dalam
batastertinggi yang diperbolehkan
dalam suhu kamar operasi ideal (190-
240 C).

4. Pelaksanaan dan Evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Hipotermi a. Mengatur suhu S: - S: -
berhubungan warmer blanket
dengan O: O:
pemajanan
lingkungan Suhu warmer 1. Suhu warmer blanket
dingin dan blanket diatur diatur menjadi 370C.
penuaan. menjadi 370C.
2. TTV : RR: 28 x/m; N:
116 x/m; T: 36,5 0C.

3. Suhu AC dinaikkan
menjadi 240C.

4. Kulit klien teraba


hangat.

A:

Masalah hipotermi teratasi


ditandai dengan suhu
tubuh klien dalam batas
normal dan kulit klien
tidak tampak pucat
maupun sianosis serta
teraba hangat.

P:

Pertahankan memberikan
kehangatan pada klien
dalam memodifikasi
lingkungan.
b. Mengkaji S: -
TTV klien
O:

TTV : RR: 28 x/m;


N: 114 x/m; T: 36,3
0
C.
c. Memonitor S: -
terhadap tanda-
tanda hipotermi O:

Kulit klien teraba


dingin.
d. Memodifikasi S: -
lingkungan
O:

Suhu AC dinaikkan
menjadi 240C.

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 11.10 WIB.

b. Kesadaran klien belum pulih benar.

c. Terpasang folley cateter no. 6, dengan urine bag 50 cc.

d. Terpasang terapi intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam.


e. Tanda vital klien: RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 0C.

f. Kulit klien teraba hangat, tidak tampak sianosis, dan tidak tampak pucat.

g. Instruksi post operasi:

1) Terapi ASI adlibitum setelah pasien sadar penuh.

2) Monitor KU dan tanda-tanda vital klien.

3) Monitor kondisi stoma dan produknya.

4) Lakukan tirah baring pada klien.

5) Terapi intaravena RL dengan dosis 350 cc/24 jam.

6) Terapi injeksi cefotaxime 200 mg/12 jam.

7) Terapi injeksi metronidazol 250 mg/8 jam

8) Terapi injeksi novalgin 35mg/8 jam

h. Steward Scale:

No. Tanda Kriteria Masuk Keluar


1 Kesadaran Bangun 2 √
Respon terhadap rangsang 1 √
Tidak ada respon 0
2 Respirasi Batuk/menangis 2 √
Pertahankan jalan nafas 1 √
Perlu bantuan nafas 0
3 Motorik Gerak bertujuan 2 √
Gerak tanpa tujuan 1
Tidak ada gerak 0 √
Total Skor

Ket: pasien boleh kembali ke ruangan dengan skor ≥ 5

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No. Data Fokus
Keperawatan
1 DS: - Ketidakefektifan jalan
nafas berhubungan
DO: dengan disfungsi
neuromuscular post
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 general anestesi.
0
C.

b. Tampak klien terpasang endotracheal


tube (ETT).

c. Klien tampak dibantu dalam


mempertahankan jalan nafas.

d. Klien mendapatkan general anestesi.


2 DS : - Ketidakefektifan
termoregulasi
DO : berhubungan dengan
fluktuasi suhu
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 lingkungan.
0
C.

b. Klien post op postero sagital ano recto


plasty atas indikasi atresia ani letak rendah
dengan fistel vestibular post sigmoidostomy.

c. Klien terpapar AC dengan suhu 240 C


selama ± 100 menit.

d. Kulit teraba hangat

e. Kulit terlihat kemerahan.

f. Sianotik (-)

g. Terpasang terapi intravena KA-EN 3B


dengan dosis 350 cc/24 jam.
3 DS : - Resiko infeksi
berhubungan dengan
DO : post op postero sagital
ano recto plasty atas
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 indikasi atresia ani letak
0
C. rendah dengan fistel
vestibular post
b. Tampak luka post op postero sagital ano sigmoidostomy.
recto plasty atas indikasi atresia ani letak
rendah dengan fistel vestibular post
sigmoidostomy.

c. Tampak adanya stoma post


sigmoidostomy.

d. Terlihat feses pada kantung colostomi


e. Tampak klien terpasang kateter.

f. Area kolostomi terlihat berwarna


kemerahan.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Respiratory Monitoring:3350
jalan nafas tindakan keperawatan
berhubungan selama 2x60 menit pola 1. Kaji fungsi pernafasan seperti,
dengan disfungsi nafas klien kembali bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
neuromuscular efektif dengan kriteria kedalaman.
post general hasil:
anestesi. 2. Monitoring terhadap nilai SaO2
1. TTV klien dalam batas klien.
normal (N: 100-140 x/m;
RR: 30-40 x/m; suhu: 3. Monitor terhadap pernafasan
36,5-37,5 0C). cuping hidung, penggunaan otot
bantu pernafasan, retraksi
2. Pernafasan klien interkostalis
reguler.
4. Monitor terhadap sianosis.
3. Irama dan kedalaman
pernafasan klien normal. Airway Management: 3140

4. Steward scale klien >5. Berikan klien kepatenan jalan


nafas dengan mengganjal bahu atas
klien.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Vital Sign Monitoring: 6680
termoregulasi tindakan keperawatan
berhubungan selama 1x2 jam klien Monitor tanda-tanda vital (HR, T
dengan fluktuasi dapat beradaptasi dan RR) secara periodik per 15
suhu lingkungan. terhadap perubahan suhu menit.
lingkungan di kamar
operasi dengan kriteria Temperature Regulation: 3900
hasil:
1. Observasi klien terhadap tanda-
1. Suhu tubuh dalam tanda hipotermi (misal penurunan
0
rentang normal (36,5 - suhu tubuh, pucat, kaki dingin).
37,50C).
2. Monitor warna kulit klien.
2. Akral hangat.
3. Berikan warmer blanket dengan
3. Kulit tubuh kemerahan suhu yang telah diatur 370 C.
dan teraba hangat.
4. Matikan atau atur ulang suhu
4. Tidak ada sianosis. pendingin ruangan dalam
batastertinggi yang diperbolehkan
dalam suhu kamar operasi ideal
(190-240 C).
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infection control (6540)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan post op selama 3x24 jam 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
postero sagital diharapkan infeksi tidak baik lokal maupun sistemik.
ano recto plasty terjadi dengan kriteria
atas indikasi hasil : 2. Pantau keadaan umum dan tanda
atresia ani letak vital klien.
rendah dengan 1. Klien bebas dari tanda
fistel vestibular dan gejala infeksi 3. Pertahankan personal hygiene
post klien.
sigmoidostomy. 2. Jumlah leukosit dalam
batas normal (3,6x103/mL 4. Gunakan sarung tangan ketika
- 11x103/mL) melakukan perawatan luka maupun
mengganti kantung colostomy.
3. TTV klien dalam batas
normal (N: 100-140 x/m; 5. Ganti IV perifer, line control
RR: 30-40 x/m; suhu: dan lakukan dressing
36,5-37,5 0C)
6. Tingkatkan intake nutrisi

7. Cuci tangan sebelum dan


sesudah melakukan prosedur

8. Ajarkan cuci tangan kepada


keluarga bayi yang menjenguk

9. Monitor hitung leukosit

10. Berikan perawatan luka post


colostomy dan post PSARP sesuai
indikasi.

11. Inspeksi kondisi luka.

Ostomy care (0480):

1. Monitor stoma/area kulit


peristomal

2. Kosongkan dan ganti kantong


stoma sesuai indikasi

3. Irigasi ostomi sesuai indikasi

Medication administration (2300)

Kolaborasikan pemberian
antibiotik sesuai indikasi.

4. Pelaksanaan

Diagnosa
No Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan a. Mengkaji S: - S: -
jalan nafas TTV klien
berhubungan O: O:
dengan disfungsi
neuromuscular TTV : RR: 32 1. TTV : RR: 32
post general x/m; N: 124 x/m; N: 124 x/m;
anestesi. x/m; T: 36,7 T: 36,7 0C.
0
C.
2. Steward scale
klien adalah 6.

A:

Masalah
ketidakefektifan
jalan nafas teratasi
ditandai dengan RR
dalam rentang
normal, tidak ada
nafas cuping
hidung, tidak
tampak sianosis,
dan steward scale
klien adalah 6.

P:

Pertahankan
memberikan
monitoring Ku dan
tanda vital klien.
b. Mengukur S: -
steward scale
klien O:

Steward scale
klien adalah 6.
2 Ketidakefektifan a. Mengkaji S: - S: -
termoregulasi TTV klien
berhubungan O: O:
dengan fluktuasi
suhu lingkungan. TTV : RR: 32 3. TTV : RR: 32
x/m; N: 124 x/m; N: 124 x/m;
x/m; T: 36,7 T: 36,7 0C.
0
C.
4. Kulit klien teraba
hangat dan tampak
kemerahan.

5. Klien tampak
diselimuti dan
diberikan pakaian
hangat.

A:

Masalah hipotermi
teratasi ditandai
dengan suhu tubuh
klien dalam batas
normal dan kulit
klien tidak tampak
pucat maupun
sianosis serta teraba
hangat.

P:

Pertahankan
memberikan
kehangatan pada
klien dalam
memodifikasi
lingkungan.
b. Memonitor S: -
terhadap tanda-
tanda O:
hipotermi
Kulit klien teraba
hangat dan
tampak
kemerahan.
c. S: -
Memodifikasi
lingkungan O:

Klien tampak
diselimuti dan
diberikan pakaian
hangat.
3 Resiko infeksi Menyampaikan S: S:
berhubungan informasi
dengan post op kepada perawat 1. Perawat 1. Perawat ruangan
postero sagital ruangan dan ruangan mengatakan akan
ano recto plasty keluarga terkait mengatakan mengikuti instruksi
atas indikasi perawatan klien akan dokter.
atresia ani letak post operasi. mengikuti
rendah dengan instruksi 2. Keluarga klien
fistel vestibular dokter. mengatakan akan
post berhati-hati dalam
sigmoidostomy. 2. Keluarga merawat klien.
klien
mengatakan O: -
akan berhati-
hati dalam A:
merawat
klien. Masalah resiko
infeksi tidak
O: - terjadi/ belum
teratasi.

P:

Perhatikan instruksi
dokter dalam
perawatan klien.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan perioperatif pada By. Ny. M (4 bulan) dengan postero sagital
ano recto plasty (PSARP) atas indikasi atresia ani dengan fistel festibuler post
sigmoidostomy meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan
tersebut dilakukan secara komprehensif meliputi pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini,
ansietas yang muncul dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
dengan memberikan informasi terkait kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan
pada intra operatif adalah hipotermi akibat paparan suhu lingkungan dimana klien
juga masih berusia 4 bulan. Penatalaksanaanya berfokus pada memodifikasi
lingkungan untuk menjaga kestabilan suhu tubuh klien.

Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah ketidakefektifan jalan nafas akibat
efek general anestesi, ketidakefetifan termoregulasi akibat fluktuasi suhu lingkungan
dan usia klien, serta resiko infeksi akibat tindakan operasi yang dilakukan.
penatalaksanaan yang bisa dilakukan di recovery room terbatas pada mempertahankan
keefektifan jalan nafas klien, memodifikasi lingkungan, dan perawatan klien post
operasi di ruangan.

B. SARAN

1. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari
perawat-perawat yang berkualitas pula. Salah satu tugas perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik untuk mencapai kesembuhan
maksimal klien.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya
memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh
tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya. Diharapkan dapat mendukung dalam
penerapan asuhan keperawatan peri operatif yang bersifat komprehensif dan holistik.
Kemudian dapat dihimbau bagi seluruh tim operasi untuk mengikuti prosedur yang
ada terkait kamar operasi dan tindakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta:
Hanggar Kreator.

Anonim. 2006. Anorectal Malformation A parent’s Guide. Departement of Paediatric


Surgery Starship Hospital Auckland. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui:
http://www.starship.org.

Aziz ,Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Bedah UGM. Atresia Ani. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui:
http://www.bedahugm.net.

Boocock G, Donnai D. Anorectal Malformation: Familial Aspects and Associated


Anomalies. Archives of Disease in Childhood, 1987, 62, 576-579. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2013 melalui: http://www.pubmedcentral.nih.gov.

Grosfeld J, O’Neill J, Coran A, Fonkalsrud E. 2006. Pediatric Surgery 6th edition.


Philadelphia: Mosby elseivier; 1566-99.

Herdman, Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014; alih bahasa, Made Sumawarti, Dwi Widiarti, Estu Tiar; editor,
Monica Ester. Jakarta : EGC.
Kedoktean UGM. 17 April 2012. Atresia Ani atau Anus Inperforatus atau
Inperferatus. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui:
dokterugm.wordpress.com.

Kedoktean UGM. 25 April 2012. Anatomi Anorektum atau Anorektal. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2013 melalui: dokterugm.wordpress.com.

Kedoktean UGM. 27 April 2012. Megacolon Congenital / Hirschprung Disease.


Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013 melalui: dokterugm.wordpress.com.

Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare Diseases 2007,


2:33. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui: http://www.ojrd.com.

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. 2005. Principles and Practice of


Pediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1395-1434.

Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Volume 1. Ed 4. Jakarta: EGC; 2005.

Ramdhoni Wahid, Odih. 3 Desember 2013. Evaluasi Postero Sagital Ano Recto
Plasty. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui: repository.unri.ac.id.

Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGC.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

Add a comment

4.

Nov

27
LAPORAN RESUME RUANG IBS
COMBUSTIO
LAPORAN RESUME RUANG IBS

1. Identitas :

- Nama : An. P

- No RM : 474525

- Umur : 7 tahun

- Dx Medis : combustio

- Jenis Operasi : STSG

- Jenis Anastesi : Lokal Anestesi

- Tgl operasi : 7 februari 2014

2. Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

3. Intra Operasi

- Jenis anastesi : General anastesi


- Posisi anastesi : Supinasi

- Obat anastesi : fentanyl 2 ml injeksi , miloz 5 mg, ketalar 1 cc

4. Post Operasi

· Bantu pasien ke ruang pengawasan (recovery room)

Menjaga kepatenan jalan napas saat masih efek pasca pembiusan, menjaga terhindar
dari resiko jatuh

· Beri pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai :

Menjaga kebersihan daerah yang di operasi,

5. Prosedur Operasi Singkat

- Membersihan area yang akan di ambil sebagai donor skin graf, dengan sabun
terlebih dahulu, dan daerah yang akan di jadikan donor skin graf dengan jarak 15 cm
dengan alkohol, dilanjutkan betadine

- Memasang duk sekitar area yang luka dan area yang di jadikan donor

- Mengukur area yang combustio dan memberi tanda pada area yang akan diambil
kulit nya dengan lebar sama dengan area luka

- Operator mengatur posisi klien agar mudah dalam pengambilan kulit pada paha
klien

- Operator mengambil lapisan kulit epidermis klien dengan alat khusus dan asisten
operator menerima kulit tersebut

- Intrumen membersihan kulit tersebut air nacl dan memberi rongga (drainase) dengan
mess

- Kulit yang sudah dibersihkan dan di beri rongga ditempelkan di daerah luka secara
merata (thin split)

- Ditutup dengan kasa basah nacl dan selanjutnya bagian atas dengan kering (graf
ditutup dengan kasa absorben)

- Pada jahitan-jahitan panjang di simpulkan diatas area graf (tehnik tie over) sisi nya
dan membuat fixsasi terhadap kasa tadi selanjutnya di tutup dengan elastis verban

6. Set Peralatan Operasi

- humby knife

- mess dan skapel mess


- Gunting jaringan

- Gunting benang

- Pinset vinset anatomis dan cirurgis

- Klem Desinfeksi

- nedle holder

- kom, bengkok

- Doek klem

- Jarum hidrasi

- Jarum tumpul

- Kasa deppers

- Pean

- Klem arteri

- Benang

7. Bahan Medis Habis Pakai

· Kassa

· Alkohol

kriteria score nilai


pergerakan Gerak bertujuan 2 2
Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
Pernafasan Batuk, menangis 2 2
Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan 0
Kesadaran Menangis 2 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
ketarangan Jika jumlah > 5,
penderita dapat
dipindahkan ke
ruangan.
Srore total 6
Steward Score pada An. P

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : TN. M

Umur : 52 Tahun

No RM : 456783

Alamat : sentolo

Tanggal Operasi : 20 february 2014

Waktu : 09.00-10.00 WIB

1. Riwayat Kesehatan

Dx Medis : Appendicitis

Jenis operasi : apendiktomi

Jenis anastesi : Region Anestesi (Spinal Anastesi)

Riwayat pemakaian obat-obatan : Cefotaxime 1gr 2x1

Riwayat merokok : ada

Riwayat mengkonsumsi alkohol : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan fisik

Kondisi pasien secara umum baik; penampilan fisik pasien bersih dan rapi,pasien
hanya terlihat tegang karena akan dilakukan tindakan operasi.

3. Status emosional dan tingkat kesadaran (kaji tanda-tanda kecemasan/distress)

Pasien terlihat gelisah sehingga berusaha untuk menenangkan dirinya dengan berdoa,
tingkat kesadaran composmentis , pasien merasa takut karena belum tahu prosedur
operasi yang akan dilakukan,

4. Rentang gerak

pasien bisa bergerak bebas atau aktif

5. Pernapasan
Pernapasan normal

RR: 21 x/menit , irama pernapasannya teratur, tidak ada suara napas tambahan atau
penggunaan otot bantu pernapasan.

6. Sirkulasi

N : 82 x/menit , TD: 130/80 mmHg, suhu:36,6°C

7. Reaksi alergi dan pasca tranfusi

Tidak ada alergi terhadap makanan, obat, atau pun lingkungan (suhu)

8. Pemakaian obat-obatan yang berkaitan dengan pembedahan

Bufikain 0,5% 15 mg

Persiapan saat diruang penerimaaan

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

FASE PRE OPERASI

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

- Klien mengatakan takut karena


belum tahu prosedur operasi yang
akan dilakukan,

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien menenangkan diri dengan


berdoa

- N : 82 x/menit , TD: 130/80 mmHg,


rr : 25x/m

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : akan di lakukannya operasi.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang
akan di cemas lagi dengan kriteria menenangkan
lakukannya hasil :
operasi. · Jelaskan prosedur selama tindakan
· Mengidentifikasi, operasi
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk · Temani pasien untuk memberikan
mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut

· Vital sign dalam batas · Identifikasi tingkat kecemasan


normal
· Dengarkan dengan penuh perhatian
ü TD : 120/80 mmHg
· Anjurkankepada pasien menggunakan
ü RR : 15-20 x/menit. teknik relaksasi (nafas dalam)

ü N : 80-100 x/menit · Anjurkan kepada pasien untuk selalu


berdoa sesuai agamanya.
· Ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.00 · Menggunakan S : Klien mengatakan masih edy
februari pendekatan yang agak takut.
2014 09.15 menenangkan
O:
· Menjelaskan prosedur
selama tindakan operasi - Wajah tampak masih agak
gelisah
· Mengidentifikasi tingkat
kecemasan - N : 80 x/menit

· Mendengarkan dengan - R : 20 x/menit


penuh perhatian
A : Masalahkepewatan teratasi
· Menganjurkankepada sebagian : vital sign dalam batas
pasien menggunakan normal dan ekspresi wajah
teknik relaksasi (nafas menunjukkan berkurangnya
dalam) cemas.

· Menganjurkan kepada P : Lanjutkan intervensi :


pasien untuk selalu berdoa
sesuai agamanya. · Pantau tanda-tanda vital dan
cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

FASE INTRA OPERASI

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasif : operasi
app.
Do :

Tampak terlihat
pembedahan app

Terdapat luka sayatan ± 5


cm

N : 90 x/menit

RR : 21 x/menit

S : 36,5 ºC
2 Ds :- Resiko deficit volume Faktor resiko perdarahan
cairan aktif.
Do :

- Tampak terlihat
pembedahan app

- Wajah tampak pucat.

- Membran mukosa :
kering

- 1000 cc cairan masuk

- Jumlah perdarahan :
±400 mL dikasa dan
suction

N : 81 x/menit, TD:
110/78 mmhg

1. Analisa Data

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif : operasi app.

Ø Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan faktor resiko perdarahan aktif.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Management Resiko Infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 30
tindakan invasif : menit diharapkan klien tidak · Gunakan sabun antimikrobia
operasi app. mengalami nresiko infeksi untuk cuci tangan
dengan kriteria hasil :
· Cuci tangan setiap sebelum dan
· Klien bebas dari tanda dan sesudah tindakan keperawatan
gejala infeksi
· Gunakan baju, sarung tangan
· Vital sign dalam batas sebagai alat pelindung
normal
· Pertahankan lingkungan aseptik
ü TD : 120/80 mmHg selama proses pembedahan

ü RR : 15-20 x/menit. · Berikan terapi antibiotik bila


perlu
ü N : 80-100 x/menit.
· Monitor tanda dan gejala infeksi
ü S : 36,5 ºC -37ºC
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

· Monitor tanda-tanda vital.


Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Fliud Management
volume cairan keperawatan selama 1 x 30
berhubungan dengan menit diharapkan klien tidak · Monitor status hidrasi
faktor resiko mengalami kekurangan
perdarahan aktif. cairan dengan kriteria hasil : · Monitor vital sign

· Tekanan darah, nadi, · Kolaborasi pemberian cairan IV


dalam batas 120/80 mmhg,
60-80x/ml · Berikan cairan IV

· Tidak ada tanda tanda · Atur kemungkinan tranfusi


dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa · Persiapan untuk tranfusi
lembab,
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.15 · Mempertahankan S:- Edy
february lingkungan aseptik selama
2014 09.45 proses pembedahan. O:

· Memonitor tanda dan - Tampak terlihat pembedahan


gejala infeksi app

· Menginspeksi kondisi luka - Terdapat luka sayatan ± 5 cm


/ insisi bedah
- Terdapat jahitan : 5-7
· Memonitor tanda-tanda
vital. - Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 90 x/menit

RR : 28 x/menit

S : 36,2 ºC

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi.
20 09.15 · Memonitor status hidrasi S : - Edy
february
2014 09.45 · Memonitor vital sign O:

· Mengganti cairan IV - Tampak terlihat pembedahan


app

- Wajah tampak agak pucat.

- Membran mukosa : lembab

- Jumlah perdarahan : 400 mL

N : 82 x/menit

RR : 19 x/menit

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas normal
serta membrane mukosa
lembab.

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi.

· Bawa ke recovery room (RR).

FASE POST OPERASI

Pengkajian Post operasi:

BROMAGE SCORE

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E.4..


M.6.. V...5

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.


- TD : 110/80 mmHg

- N : 80 x/menit

- RR : 21 x/menit

- S : 36,2 ºC

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Scorere : 2

Bromage

Grade Criteria
3 Unable to move feet as knees (tidak bisa menggerakkan sama sekali
pergelangan dan tungkai kaki)
2 Able to move feet only (hanya pergelangan kaki yang bisa digerakkan) √
1 Just able to move knees (hanya tungkai kaki yang bisa digerakkan)
0 Full flexion of knees and feet (bisa digerakkan pergelangan da tungkai
kaik)

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan fktor resiko pengobatan (anastesi).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15
kondisi post operasi menit diharapkan klien tidak · Sediakan lingkungan yang
mengalami resiko jatuh dengan aman untuk klien
kriteria hasil :
· Identifikasi kebutuhan
· Klien terbebas dari cedera keamanan klien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
· Menggunakan fasilitas fungsi kognitif klien dan
kesehatan yang ada riwayat penyakit terdahulu
klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
· Berikan penjelasan pada
klien atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

4. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.45 · Memobilisasi klien dari S : Klien mengatakan Edy
februari bed tindakan ke bed kepalanya pusing, badannya
2014 10.00 mobilisasi lemas dan masih kaku untuk
digerakan
· Mengidentifikasi
keamanan klien dan O:
kemampuan fisik klien
Kesadaran CM
· Memasang side rail tempat
tidur Ekstremitas bawah baru bisa
digerakan sedikit
· Mengantarkan klien ke
ruang RR Klien baring ditempat tidur
dengan dipasang side rail
· Meletakan tempat tidur
kedaerah yang aman dan Klien tampak lemah
terhidar dari barang-barang
berbahaya TD : 120/80 mmHg

· Memberikan penerangan N : 80 x/menit


yang cukup
RR : 21 x/menit

S : 36,2 ºC

A : Masalah kepewatan
teratasi penuh : klien terbebas
dari jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.

Prosedur Operasi Singkat

1. Persiapan:

a. Alat-alat disiapkan
b. Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

c. Klien dipasang bedside monitor

d. Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas
operasi dan sarung tangan.

2. Pelaksanaan Operasi

a. Mengatur posisi penderita di meja operasi

b. Disinfektan daerah yang akan dioperasi dengan cairan betadine

c. Alasi dengan duk steril, duk steril di klem agar tidak lepas ketika dilakukan
tindakan operasi

d. Sebelum penyayatan dimulai, Uji efek anestesi dengan pinset chirurgi, jika rasa
nyeri telah hilang, penyayatan siap dilakukan.

e. Gunakan pisau operasi no : 20-22

f. Kendalikan perdarahan dengan deep kassa dan jepit ujung pembuluh darah yang
terputus dengan clamp bengkok, kemudian bisa digunakan elektrik cauter untuk
koagulasi atau ikat ujung pembuluh darah dengan benang silk 2/0 atau plain 2/0.

g. Angkat, dan potong appendik, setelah itu jahit dengan plain 2/0, jika ada darah
dilakukan suction dan di deep.

h. Jahit sub kutis dengan plain 2/0

i. Jahit cutis / kulit dengan teknik subkutikuler menggunakan benang plain 4/0 atau
vicril 4/0 atau dengan premilene 4/0 cutting non atraumatik.

j. Setelah luka terjahit dengan rapi sampai ke kulit, maka bekas luka ditutup dengan
supratul dan kassalalu di fiksasi dengan hepafik.

k. Pasien dirapikan dan dirawat di Recovery Room (Ruang Sadar).

Peralatan Operasi

1. Persiapan Kamar Operasi

a. meja instrumen

b. lampu operasi

c. monitor

d. mesin suction
e. O2

f. mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

g. cairan anastesi

h. tromol kassa (besar/kecil) : 1 buah

i. tromol depper : 1 buah

j. korentang steril : 1 buah

k. kotak benang steril : I buah

l. tromol duk steril : 1 buah

m. selang sucton : 1 buah

n. standart infuse : 1 buah

o. tempat sampah : 2 buah

2. Persiapan tenun

a. Duk besar buntu : 2 buah

b. Duk besar lubang : 1 buah

c. Duk kecil buntu : 2 buah

d. Duk meja instrumen : 1 buah

e. Duk tanggung : 2 buah

3. Medis habis pakai

Betadin, alcohol, benang.

4. Set yang di gunakan

a. Pinset Anatomis 1

b. Pinset Sirugis 2

c. Nald Voder 2

d. Gunting benang 1

e. Ginting jaringan 2
f. Gagang mes 1

g. Mes 1

h. Pean besar panjang 4

i. Kocher kecil 6

j. Langen back/pacul besar 2

k. Langen back/pacul kecil 2

l. Jarum otot 2

m. Jarum kulit 1

n. Kom betadine 1

o. O hak 2

p. Allis klem 1

q. Kocher panjang besar 2

r. Arteri klem kecil 6

s. Kanul suction 1

t. Ovarium klem 2

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

5.
6.

Nov

27

ibs catarak
Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Ny. W

no RM : 473665

Alamat : SENTOLO

Diagnosa : Katarak Sinilis Imatur

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : Katarak sinilis imatur

Jenis operasi : EKEK

Jenis anastesi : Lokal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) UK :

a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 80 x/menit

e. Warna kulit : Sawo matang

f. Respirasi : 20 x/menit

g. Suhu : 36,5 °C
3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut walau sebelumnya sudah pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

c. Rentang gerak bebas

5. Pernafasan

a. RR : 20x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 80 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Abdomen

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas ataupun luka

b. Auskultasi : Terdengar suara peristaltik ± 15 – 20 x/menit

c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan masa pada abdomen

d. Perkusi : Timpani

8. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

9. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : -

10. Persiapan Operasi:

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

Keluhan utama saat ini :

DS :

- Pasien mengatakan cemas karena akan dioperasi walau sebelumnya sudah pernah
dioperasi akan tetapi tetap cemas jika akan dioperasi.

DO :

- Pre operasi katarak

- Pasien tampak sedikit takut

- Pasien tampak cemas

ALAT SET KATARAK:

1. Blade breakes (pemegang pisau/stick) = 1

2. Iris Suissor (gunting iris) = 1

3. Ophthalmic scissor (ophthalmic micro scissor/gunting) = 1

4. Mikro needle holder (nalpoder) = 1

5. Cataract spoon (sendok katarak) = 1

6. Cydodylisi spatula (spatel) = 1

7. Dressing forcep (hak) = 1


8. Iris forcep = 1

9. Strabismus forceps (muscle forceps) = 1

10. Pinset anatomis = 1

11. Pinset cyrurgis = 2

12. Capsular forcep = 1

13. Irrigation 2 aspiration canuls (eye canule) = 1

14. Tempat bak instrument = 1

SET BAHAN HABIS PAKAI:

1. Kassa streril

2. Katun bad

3. Benang

4. IOL

5. Betadin

6. Cairan irigasi ringer laktat

PROSEDUR OPERASI EKEK:

1. Siapkan kelengkapan alat dan pasien

2. Pramedikasi: diamox, asam mefenamat 500mg 1 tablel 1 jam sebelum operasi

3. Persiapan operasi : cukur bulu mata, aplikasi midriati dan efrisel 1 tetes

4. Anastesi parabulber dengan lidocaine 4cc dan aplikasi horman 20 cc

5. Irigasi, disenfektan, pasang doek steril, pasang speculum palpebra

6. Kendali m, rectus superius, flap konjungtiva 160o atasi pendarahan takik


korneosklera 140o

7. Kapsuletomi anterior tembus COA dengan braded an insisi korneosklera sesuai


takik

8. Ektraksi nucleus lentis dan jahit korneosklera dengan stik 10/0 jam (10.11.12)

9. Insersi lensa intraokuler (IOL) dengan bantuan miotat dan IAL


10. Jahit korneasklera rapat, irigasi dan aspirasi COS sampai bersih dan Rapikan alat.

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Waktu Indikasi


19/02/2014 Mefenamat Oral 500mg 60 menit Sebagai Antibiotik
sebelum untuk mencegah
Lidocain IV 4 cc operasi terjadinya infeksi
dilakukan
Gentamicyin Irigasi Secukupnya Sebagai obat bius
Sebelum pada saat operasi
operasi dimulai
Sebagai irigasi
Sebelum dan
saat operasi

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

7.

Nov

27

ibs bph

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Tn. D

Umur : 72 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 576731
Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal masuk : 13/02/2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa : BPH

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : BPH

Jenis operasi : Prostatectomy

Jenis anastesi : Spinal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) UK :

a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Nadi : 88 x/menit

e. Warna kulit : Sawo matang

f. Respirasi : 22 x/menit

g. Suhu : 36,5 °C

3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)


a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

5. Pernafasan

a. RR : 22x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 88 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Abdomen

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas ataupun luka

b. Auskultasi : Terdengar suara peristaltik ± 15 – 20 x/menit

c. Palpasi : Teraba ada masa di bawah pusat, terasa sedikit nyeri saat ditekan, skala 5
serasa ditusuk,dan semakin nyeri bila pasien BAK nyeri dirasakan terus-menerus.

d. Perkusi : Timpani

8. Genitourinary

a. Genetalia : Terpasang kateter

b. Vesika Urinaria : ada nyeri saat berkemih

c. Lainnya : sudah selama satu minggu pasien saat BAK terasa nyeri, keluar hanya
sedikit-sedikit

9. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

10. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

B. FASE INTRA OPERASI

1. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen

- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

2. Prosedur anastesi
- Jenis anastesi : Regional Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4

- Obat : Buficain 0,5 % 4 ml

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

3. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2


- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 4

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- ovarium klem 1

- arteri klem 4

- Hak langen 1

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Spuit 10 cc 1

- Selang three way kateter 1

- Canul suction 1

- Tang disinfektan 1
- Jarum ( round, tajam )

- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0

4. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 08.55 WIB

b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi


dengan posisi membungkuk

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah prostatectomy

e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine
dari prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan mnemasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drepping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem,
kemudian ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ),
buli ditest dengan aspirasi menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter
terpasang

j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2,
bawah 1). Insisi bledder neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat
smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0, sambil assist suction perdarahan
yang keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi

k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50
cc.cuci buli untuk mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.

l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli
dengan cara spulling dari Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan

m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan
side 2/0

n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no
2.0 , setelah otot dijahit pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas
kebawah, sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side no 2/0

o. Tutup luka dengan kassa,fiksasi


p. Fiksasi traksi Three way Cateter sebelum duk dilepas semua

q. Pindah pasien sambil evaluasi output dan warna urine

r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan
transfer bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula,


alat-alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

t. Operasi selesai pukul 10.10 WIB

5. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 800cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan
Betadine

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of Almost complete (66%)
feet
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

8.

Nov

27
LAPORAN RESUME RUANG IBS
1. Identitas :

- Nama : Tn. B

- No RM : 462721

- Dx Medis : Aff plate screw tibia dextra

- Jenis Operasi : Aff plate

- Jenis Anastesi : RA (Regional Anastesi) spinal

2. Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

- Tindakan premedikasi: cerftriaxone 1 gr

- puasa selama 6 jam

3. Intra Operasi

- Jenis anastesi : RA (Spinal Anastesi)

- Posisi anastesi : Duduk sedikit membungkuk (sela tulang vertebrata) yaitu kanalis
basalis region yaitu antara lumbal 2-3, menggunakan jarum spinal no 27 dan
memasukan obat anastesinya
- Obat anastesi : Bupivicaine Spinal 20 mg

4. Post Operasi

- Bromage score

NO KRITERIA SCORE NILAI


1 Dapat mengangkat 0
tungkai bawah
2 Tidak dapat menekuk 1
lutut tetapi dapat
mengangkat kaki
3 Tidak dapat 2
mengangkat tungkai
bawah tetapi dapat
menekuk lutut
4 Tidak dapat 3 √
mengangkat kaki sama
sekali
Keterangan:

Pasien dapat dipindah ke bangsal jika


score kurang dari 2

Bromage score : 2

5. Prosedur Operasi Singkat

- Asiten operasi melakukan desinfeksi dengan sabun telebih dahulu didearah bagian
kaki bagian kanan mulai dari paha hingga lutut , sampai sela-sela jari kaki, dan
sekitarnya, dan dilanjutkan dengan alkohol 70%, selanjutnya betadine,

- Memasang duk steril disekitar tempat yang akan dipembedahan dan pada ujung kaki
sampai telapk kaki menggunakan duck yang membungkus menyerupai kaos kaki
sehingga tersisa pada bagian yg akan di operasi, selanjutnya memasang duck bolong ,
dan menyisakan daerah yang akan dibedah untuk tetap terbuka

- Operator, instrumentator, dan asisten operasi memposisikan diri,

- Melakukan insisi pada bagian tibia kanan dengan luas 15 cm, vertical dari lapisan
kulit menggunakan mess.

- Dilakukan pengontrolan perdarahan dengan kassa, pean dan di couter.

- Kemudian lapisan subkutis di insisi dengan menggunakan couter, selanjutnya otot


disisihkan dengan menggunakan gunting jaringan dan pean sampai ke tulang dengan
bantuan woundhag ( O hak).
- Setelah sampai pada tulang otot yang masih menempel pada tulang disisihkan
dengan menggunakan rasparatorium

- Dilakukan pelepasan baut (skrew) pada plate dengan menggunakan obeng.

- Setelah baut lepas kemudian dilakukan penyisihan tulang dengan plate


menggunakan palu dan pahat.

- Setelah plate lepas dari tulang, dilakukan perataan pada permukaan tulang dengan
menggunakan knabel tang.

- Setelah permukaan tulang rata dilakukan observasi perdarahan dengan


menggunakan pean, kassa dan couter.

- Dilakukan dan penjahitan lapisan – lapisan kulit dari yang dalam hingga keluar
mulai otot ( safil 2/0), lemak ( safil 2-0 ), kulit ( monosyn 4/0 ), dan menutup luka
dengan sufratul, kassa, hipafik.

- Operasi selesai, melepaskan klien dari alat-alat yang terpasang dan membereskan
alat-alat yang digunakan dalam operasi kemudian Klien dipindahkan keruang
recovery.

6. Set Peralatan Operasi

- Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps) 1

- Doek Klem (Towel Forceps) 5 buah

- Pincet Chirurgie 2 (dua) - Pincet Anatomis 2 (dua)

- Hand vat mes ukuran 3 (Knifehandle) 1 (satu)

- Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) 2 - Gunting Benang 2

- Gunting jaringan 2 - Rasparatorium 1

- Palu 1 - Pahat 1

- Knabel tang 2 - Obeng 2

- Nald Voerder 2 - Tempat jarum dan isinya

- Woundhag (hak kecil) 2 - Cobra 2

- Kom 2 - Bengkok 1

- Koter 1 - Hak bergigi 2

- Suction 1 -Benang : otot ( safil 2/0), lemak ( safil 2/0 ), kulit ( monosyn 4/0 )
7. Bahan Medis Habis Pakai

- Kassa 20 buah

- Betadine

- Alkohol 70%

- Mess ukuran 10

- Benang safil 2/0

- Benang Monosyn 4/0

- Sufratulle

- Gentamicyn injeksi

- Plester

- Verban elastic 1

LAPORAN RESUME RUANG IBS

Identitas :

- Nama : Ny. J

- No RM : 573421

- Dx Medis : hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu

- Jenis Operasi : sectio cesar

- Jenis Anastesi : RA (Regional Anastesi) spinal

Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

Intra Operasi

- Jenis anastesi : RA (Spinal Anastesi)

- Posisi anastesi : Duduk sedikit membungkuk (sela tulang vertebrata) yaitu kanalis
basalis region yaitu antara lumbal 2-3, menggunakan jarum spinal no 27 dan
memasukan obat anastesinya

- Obat anastesi : Bupivicaine Spinal 20 mg

7. Post Operasi

- Bromage score

NO KRITERIA SCORE NILAI


1 Dapat mengangkat 0
tungkai bawah
2 Tidak dapat menekuk 1
lutut tetapi dapat
mengangkat kaki
3 Tidak dapat 2
mengangkat tungkai
bawah tetapi dapat
menekuk lutut
4 Tidak dapat 3 √
mengangkat kaki sama
sekali
Keterangan:

Pasien dapat dipindah ke bangsal jika


score kurang dari 2

Bromage score : 2

Prosedur singkat :

Persiapan perawat
1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, dan
meja besar.

4) Mengkorfimasi tim dari ruang perinatologi agar segera menyiapkan boks bayi.

Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi kebidanan

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 4 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah

f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean sedang : 6 buah

h) Klem/ pean panjang : 2 buah

i) Klem/ pean lurus : 2 buah

j) Kocker besar : 2 buah

k) Needle holder : 2 buah

l) Klem ovarium : 4 buah

m) Steel deeper : 4 buah

n) Hak doyen : 1 buah

o) Kassa : secukupnya

p) Darm spatel : 1 buah

· Handpiece couter monopolar : 1 buah


· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Spuit 3cc (untuk metergin) : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah

2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo

d) Meja besar

e) Boks bayi

f) Tempat plasenta

g) Mesin couter

h) Mesin dan botol suction

i) Tempat sampah medis dan non medis

j) Tempat linen kotor

k) Kursi

l) Bak dekontaminasi instrument

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah
b) Alkohol 70 % : 100 cc

c) Betadine 10 % : 100 cc

d) NaCl 0,9 % : 500 cc

e) Aqua : 25 cc

f) Mess no. 20 : 1 buah

g) Cateter no. 16 : 1 buah

h) Urin bag : 1 buah

i) Spuit 3 cc : 1 buah

j) Spuit 10 cc : 1 buah

k) Jelly : 10 cc

l) Benang chromic 2 : 1 buah

m) Benang chromic 0 : 1 buah

n) Benang plain0 : 1 buah

o) Benang vicryl 1 : 1 buah

p) Benang monosyil 3/0 : 1 buah

q) Steri strip : 1 buah

r) Underpad : 1 buah

s) Pampers : 1 buah

t) IUD : 1buah

Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sebelum prosedur operasi.

2) Persediaan darah B 1 kolf PRC.

3) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan underpad.

4) Klien diberikan tindakan regional anestesi (spinal)

5) Klien dipasang kateter urin no. 16.


6) Klien diposiskan supinasi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung
klien.

7) Klien dipasang penyangga tangan dan penutup bagian atas klien.

a. Prosedur operasi

1) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

2) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.

3) Klien yang telah diposisikan dalam posisi supinasi dilakukan skin preparation pada
daerah abdomen.

4) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian kaki klien, atas, sisi
kanan dan kiri klien, dan terakhir penggunaan duk berlubang.

5) Scrub nurse menyiapkan couter kemudian dipasangkan ke area operasi bersama


dengan selang suction.

6) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

7) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

8) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

9) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse,
circular nurse, dokter anestesi, perawat anestesi, bidan, dan dokter anak) melakukan
prosedur time out yang dipimpin oleh circular nurse.

10) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 11.30 WIB.

11) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi.

12) Scrub nurse memberikan klem dan kassa kepada asisten 1 untuk membantu
operator.

13) Scrub nurse memberikan kocker dan couter kepada asisten 2.

14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting jaringan kepada opertor untuk
memperdalam insisi hingga peritonium.

15) Scrub nurse memberikan pinset anatomis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi uterus.
16) Operator melakukan evakuasi bayi dengan menarik kepala janin dibantu dorongan
pada abdomen klien dari asisten.

17) Scrub nurse melakukan suctioning untuk membantu evakuasi bayi dan mencegah
aspirasi air ketuban oleh bayi.

18) Bayi berhasil dikeluarkan kemudian scrub nurse memberikan klem lurus untuk
memegang tali pusar janin.

19) Scrub nurse memberikan gunting jaringan kepada operator untuk melakukan
pemotongan tali pusat.

20) Kemudian bayi diberikan kepada perawat perinatologi untuk segeraditangani.

21) Scrub nurse memberikan spuit berisi metergin untuk memacu kontraksi uterus
dalam persalinan plasenta

22) Operator memutar tali pusar searah jarum jam dalam kelahiran plasenta.

23) Plasenta dilahirkan secara urtuh 5 menit kemudian, scrub nurse dibantu circular
nurse menempatkan plasenta pada tempatnya dan diberikan label.

24) Scrub nurse memberikan stiil deeper kepada operator dan asisten untuk
membersihkanuterus dari sisa plasenta.

25) Scrub nurse memberikan duk bersih untuk menutup duk lama.

26) Scrub nursememberikan klem ovarium kepada operator dan asisten beserta stiil
deeper kering dan stiil deeper betadine.

27) Tim perinatologi memfasilitasi bayi dan klien dalam inisiasi menyusu dini (IMD).

28) Scrub nurse memberikan IUD kepada operator untuk dipasangkan.

29) Tim anestesi menyiapkan tranfusi darah bagi klien.

30) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang chromic 2
kepada operator untuk menjahit uterus.

31) Scrub nurse memberikan still deeper dan klem kepada asisten1 dan gunting
benang pada asisten 2.

32) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang plain 0
kepada operator untuk menjahit peritonium.

33) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kemudian still deeper kering
asisten 1.

34) Scrub nurse melakukan sigh out sebelumperitoneum pariental di lakukan


penjahitan.
35) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang chromic 0
kepada operator untuk menjahit peritoneum pariental.

36) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryil 1
kepada operator untuk menjahit otot, facia dan sub cutis.

37) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kepada asisten 1.

38) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang monosyl 3/0
kepada operator untuk menjahit kulit dengan jahitan subcuticular.

39) Asisten membersihkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl
kemudian dikeringkan.

40) Luka ditutup menggunakan steri strip kemudian kassa kering dan hepavix yang
dibantu oleh circular nurse.

41) Scrub nurse dan circular nurse memsangkan pampers kepada klien.

42) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

43) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah
digunakan kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

Operasi selesai pada pukul 13.05 WIB

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

9.
10.

Nov

27

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-


OPERASI Hemoroid
1. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERASI

A. Identitas

Nama Klien : Tn. S

Umur : 47 tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No Rekam Medis : 574717

Tanggal pengkajian : 25 februari 2014

B. Pengkajian

1) Riwayat Kesehatan

Dx Medis : Hemoroid

Jenis Operasi : Hemoroidektomi

Jenis Anastesi : Spinal Anastesi

Riwayat Pemakian Obat-Obatan : Tidak

Jika Ya, Sebutkan Obat-Obatannya : Tidak Ada

Riwayat Merokok : Iya

Riwayat Mengkonsumsi Alkohol : Tidak

Riwayat Penyakit Kronik (RPK) : Hemoroid (±hampir 1 thn)

2) Kondisi Umum dan Penampilan Fisik

Klien dalam keadaan sadar (Composmentis) dan keadaan umum baik. Klien tampak
bersih, klien sudah memakai baju operasi dan topi operasi, serta memakai gelang
identitas klien, sudah terpasang infus pada tangan kanan klien, klien tidak memakai
gigi palsu. Klien mengeluhkan nyeri pada duburnya, sudah lama sejak 1 tahun yang
lalu sampai sekarang, terutama pada saat buang air besar, sekarang nyeri tidak hanya
pada saat buang air besar, tetapi duduk, berjalan atau terkena gesekan dan tekanan
terasa nyeri.

3) Status Emosional dan Tingkat Kesadaran

Tn. JS mengatakan takut dan cemas karena sebelumnya belum pernah dioperasi baru
kali ini akan di operasi.
Tingkat kesadaran Tn.JS composmentis, Klien tampak cemas dan pucat.

4) Rentang Gerak

Rentang gerak klien tidak terbatas (normal), klien masih mampu untuk jalan sendiri,
karena nyeri kadang-kadang jika duduk terlalu lama, berjalan atau terkena gesekan
dan tekanan.

Kekuatan otot :

5) Pernapasan

RR : 20 x / menit

Pada torak saat inspeksi tidak terdapat jejas, hematom, perkembangan dada simetris,
tidak alat bantu nafas dan otot bantu nafas.

6) Sirkulasi

Capillary repil : < 2 detik, TD: 120/80mmHg. N: 88x/mnt, Tidak ada sianosis.

Konjungtiva : Merah muda

7) Reaksi Alergi dan Pasca Transfusi

Tidak ada alergi obat dan tidak ada transfusi darah

Persiapan Saat Diruang Penerimaan

No. Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit √
rabut, cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat √
pendengaran
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain
9 Personal hygiene (mandi) √
10 Premedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √
Persiapan alat dan ruangan

ð Alat tidak steril : Hepavik, 1 set bed tindakan operasi, troli alat, tempat sampah
medis, tiang infus, bantal.

ð Alat steril :

1. Pinset Anatomis = 2

2. Duk klem = 4

3. Gunting Jaringan, = 1

4. Gunting benang, = 1

5. Needle holder, = 2

6. Mes 20 dan gagang mes, = 1

7. Bengkok, = 1

8. Kom, = 2

9. Klem reparasi, = 1

10.Jarum, 1 kotak

11.Duk, = 2

12.Klem Pean, = 4

13.Duk kaki, = 2

ð Bahan medis habis pakai :

1. Betadin,

2. Kassa,

3. NaCl 0,9%,

4. Benang Cromik 2.0,

5. Saleb antibiotik

6. Jeli

7. Alkohol
8. DC/ kateter No.18

9. Urine bag

ð Set instrumen yang digunakan : Minor (instrumen hemoroidektomi)

a. Prosedur operasi

ü Klien masuk ruang operasi pukul 10.25 WIB

ü Klien dilakukan pembiusan spinal anastesi menggunakan obat Decain Spinal 0,5%
Heavy, spuit 5cc dan jarum spinal, klien diposisi fowler dengan bagian kepala dan
leher menunduk. Anastesi spinal dilakukan dilumbal ke 4.

ü Anestesi sudah bekerja klien kembali ke posisi supinasi, dan dilakukan posisi
litotomi, kaki diletakan pada tempat kaki yang dipasang pada bed operasi dan di
lakukan resrain pada kaki.

ü Dilakukan disinfektan/ membersihkan daerah yang akan dioperasi dan skitarnya


menggunakan betadin dan NaCL, kassa

ü Pemasangan duk pada klien dan membiarkan terbuka bagian yang akan dioperasi

ü Dilakukan operasi dengan jenis tindakan operasi yang dilakukan adalah


Hemoroidektomi

ü Memasukan kassa (tampon) yang telah diberi betadin dan jeli. Diikat menggunakan
benang kedalam anus

ü Melakukan penjepitan bagian hemoroid menggunakan klem pean, dan dilakukan


insisi pada daerah anus yang mengalami hemoroid menggunakan scapul mes/ mes dan
ganggangnya, dan gunting jaringan serta pinset

ü Insisi dilakukan sampai jaringan hemoroid tidak tampak dan rapi dengan tidak
memotong spinter

ü Jaring diangkat atau dipotong

ü Jahit luka operasi dengan benang cromic akromatik 2.0 dan jarum jenis taper ½
lingkaran

ü Membersihakan daerah insisi yang telah dijahit dan sekitarnya

ü Memasukan tampon yang telah diberi betadin, salep, dan jeli kedalam anus,
menutup luka dengan kassa steril dan kemudian di plester silang

ü Memasang kateter urine (DC) pada uretra

ü Operasi selesai pukul 11.10 WIB membereskan dan membersihkan alat


b. Data-data :

ð IV line

Jenis cairan : RL

Banyak nya cairan : 1000 cc ( 2 Plabot)

ð Posisi pembedahan : Litotomi

ð Restrain / pengaman klien : Kedua kaki klien direstrain

ð Persiapan area operasi

Area yang dibersihkan : Anus dan alat genital sekitarnya

Jenis cairan yang digunakan : Betadin dan NaCl 0,9%

a. Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement Partial (33%)
of feet
III Unable to flex knees, but with free Almost complete (66%)
movement of feet
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

11.

Nov

27
ASUHAN KEPERAWATAN
PERIOPERATIF
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Nama Mahasiswa : edy pratomo

Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

Tanggal Praktek : 5 februari– 5 april 2014

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Tn. M

Umur : 74 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 475473

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal masuk : 12 Maret 2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa : BPH

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : BPH

Jenis operasi : Prostatectomy

Jenis anastesi : Spinal Anastesi


Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) :

Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran :
Composmentis, Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi :88 x/menit Warna kulit : Sawo
matang, Respirasi : 26 x/menit

3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

5. Pernafasan

a. RR : 26 x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 88 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

8. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi
No Item Observasi Observasi
Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

9. Masalah yang ditemukan

S :Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi BPH yang akan dilakukan, klien
mengatakan bahwa ini pengalaman pertamanya operasi

O :Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas,


gelisah

FASE PRE OPERASI

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

Klien mengatakan takut dengan


tindakan operasi BPH yang akan
dilakukan, klien mengatakan bahwa
ini pengalaman pertamanya operasi

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien menenangkan diri dengan


berdoa

- N : 88 x/menit , TD: 110/80 mmHg,


rr : 26 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang


prosedur operasi, klien terlihat
takut/cemas, gelisah

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : pre operasi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang
pre operasi cemas lagi dengan kriteria menenangkan
hasil :
· Jelaskan prosedur selama tindakan
· Mengidentifikasi, operasi
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk · Temani pasien untuk memberikan
mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut

· Vital sign dalam batas · Identifikasi tingkat kecemasan


normal
· Dengarkan dengan penuh perhatian
ü TD : 120/80 mmHg
· Anjurkankepada pasien menggunakan
ü RR : 15-20 x/menit. teknik relaksasi (nafas dalam)

ü N : 80-100 x/menit · Anjurkan kepada pasien untuk selalu


berdoa sesuai agamanya.
· Ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/2014 08.44 · Menggunakan 09.20 edy
pendekatan yang
09.15 menenangkan S : Klien mengatakan masih
· Menjelaskan prosedur agak takut.
selama tindakan operasi
O:
· Mengidentifikasi tingkat
kecemasan - Wajah tampak masih agak
gelisah
· Mendengarkan dengan
penuh perhatian - N : 84 x/menit

· Menganjurkankepada - R : 24 x/menit
pasien menggunakan
teknik relaksasi (nafas A : Masalahkepewatan teratasi
dalam) sebagian : vital sign dalam batas
normal dan ekspresi wajah
· Menganjurkan kepada menunjukkan berkurangnya
pasien untuk selalu cemas.
berdoa sesuai agamanya.
P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

B. FASE INTRA OPERASI

1. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen

- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya
- Time out :

Tim Operasi

a. Operator : dr suemadji Sp. B

b. Anestesi : dr.eko

c. Ass Bedah : Yatman

d. perawat Anestesi : Yudi

e. Instrumen : Susilo

f. On loop : nana

g. Recovery : Irawan

1. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : Regional Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4

- Obat : Ducain 0,5 % 4 ml

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

2. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1
- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 4

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- ovarium klem 1

- arteri klem 4

- Hak langen 1
- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Spuit 10 cc 1

- Selang three way kateter 1

- Canul suction 1

- Tang disinfektan 1

- Jarum ( round, tajam )

- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0

3. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 09.20 WIB

b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi


dengan posisi membungkuk

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah prostatectomy

e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine
dari prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem,
kemudian ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ),
buli ditest dengan aspirasi menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter
terpasang
j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2,
bawah 1). Insisi bledder neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat
smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0, sambil assist suction perdarahan
yang keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi

k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc.
cuci buli untuk mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.

l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli
dengan cara spulling dari Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan

m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan
side 2/0

n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no
2.0 , setelah otot dijahit pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas
kebawah, sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side no 2/0

o. Tutup luka dengan kassa,fiksasi

p. Fiksasi traksi Three way Cateter sebelum duk dilepas semua

q. Pindah pasien sambil evaluasi output dan warna urine

r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan
transfer bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula,


alat-alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

t. Operasi selesai pukul 10.15 WIB

4. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 800cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan
Betadine

f. Monitor TTV :

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


09.25 127/78 86 22 - -
09.50 123/69 86 24 - -

ANALISA DATA

FASE INTRA OPERASI

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1. DS : -- Resiko defisit Perdarahan aktif
volume cairan (berlangsungnya
DO : proses pembedahan)

Pasien sedang dilakukan operasi,

Tampak ada luka operasi yang banyak


mengeluarkan darah, darah yang
dikeluarkan ± 300 cc, Pasien tampak
dengan resiko pendarahan
2 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasive :
operasi BPH.
Do :

Tampak terlihat pembedahan BPH

Terdapat luka sayatan ± 6 cm

N : 86 x/menit

RR : 22 x/menit
3 Ds :-- Resiko cedera faktor resiko:
Gangguan persepsi
Do: sensori karena
anestesi
penggunaan jarum, benang, kasa,
intrument dalam prosedur operasi BPH

Diagnosa :

1. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan aktif (berlangsungnya proses


pembedahan)

2. Resiko infeksi b.d Tindakan invasive : operasi BPH.

3. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1. Resiko defisit v Fluid balance Fluid management
volume cairan
b.d perdarahan v Hydration v Monitor status hidrasi (kelembaban
aktif membran mukosa, nadi adekuat,
(berlangsungnya v Nutritional Status : tekanan darah ortostatik)
proses Food and Fluid Intake
pembedahan) v Monitor vital sign
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan v Monitor masukan makanan / cairan
selama 1 jam selama proses pembedahan
diharapkan defisit
volume cairan tidak v Monitor status perdarahan
terjadi dengan
v Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Kriteria Hasil : berlebih muncul meburuk

v Tekanan darah, nadi, v Atur kemungkinan tranfusi


suhu tubuh dalam batas
normal v Persiapan untuk kemungkinan
tranfusi
v Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Resiko infeksi Setelah dilakukan Infeksi control , intra operatif (6545)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan tindakan selama 1 x 30 menit · Gunakan sabun antimikrobia untuk
invasif : operasi diharapkan klien tidak cuci tangan
BPH. mengalami nresiko
infeksi dengan kriteria · Cuci tangan setiap sebelum dan
hasil : sesudah tindakan keperawatan

· Klien bebas dari tanda · Gunakan baju, sarung tangan sebagai


dan gejala infeksi alat pelindung

· Vital sign dalam batas · Pertahankan lingkungan aseptik


normal selama proses pembedahan

ü TD : 120/80 mmHg · Berikan terapi antibiotik bila perlu

ü RR : 15-20 x/menit. · Monitor tanda dan gejala infeksi

ü N : 80-100 x/menit. · Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

ü S : 36,5 ºC -37ºC · Monitor tanda-tanda vital.


Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Setelah dilakukan 3. Tidurkan klien pada
Gangguan tindakan keperawatan meja operasi dengan posisi
persepsi sensori selama 1 x 30 menit sesuai kebutuhan
karena anestesi diharapkan klien tidak 4. Monitor penggunaan
mengalami resiko instrumen, jarum dan kasa
injuri/cedera dengan 5. Pastikantidak ada
kriteria hasil : instrumen, jarum atau kasa
yang tertinggal dalam tubuh
o Klien terbebas klien
dari cedera
o Dapat
mengetahui
pemakaian
intrumen, jarum
dan kasa.
Dengan
tertinggalnya
benda asing
dapam tubuh
klien dapat
menimbulkan
bahaya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/14 09.22 1. Memonitor vital sign 12/03/14 10.15 edy

09.25 2. Memonitor status hidrasi S : -


(kelembaban membran
09.30 mukosa, nadi adekuat, O:
tekanan darah ortostatik)
09.55 1. Klien nampak tenang,
3. Memonitor masukan konjungtiva tidak anemis
cairan selama proses
pembedahan 2. Jam 09.25 TD : 127/78
mmHg, N : 86 x/menit,
4. Memonitor vital sign Respirasi : 22 x/menit

5. Memonitor perdarahan 3. Jam 09.55 TD : 123/69


mmHg, N : 86 x/menit,
6. Mengkolaborasikan Respirasi : 24 x/menit
dengan dokter jika tanda perdarahan ± 300 cc
cairan berlebih muncul
memburuk A:

Masalah resiko deficit


volume cairan teratasi
sebagian

P:

1. Lanjutkan intervensi

2. Pantau perdarahan
09.22 1. Mempertahankan 10.15 edy
lingkungan aseptik selama
09.55 proses pembedahan. S:-

2. Memonitor tanda dan O:


gejala infeksi
- Tampak terlihat
3. Menginspeksi kondisi pembedahan BPH
luka / insisi bedah
- Terdapat luka sayatan ± 6
cm

- Terdapat jahitan : 7-8

- Tidak ada tanda-tanda


infeksi

N : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

SPO2 : 99%

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi
09.22 6. Monitor 10.15 edy
penggunaan
09.55 instrumen, jarum S:-
dan kasa
7. Pastikan O:
tidak ada
instrumen, jarum - Intrument lengkap tidak ada
atau kasa yang yang tertinggal di area
tertinggal dalam pembedahan
tubuh klien
- Jarum lengkap

- Kasa lengkap yang


digunakan dan tersisa

- Area pembedahan bebas


dari benang sisa dari jahitan

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien
terbebas dari resiko cedera

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau kembali kelangkapan


kasa, jarum, intrument

FASE POST OPERASI

4. Tanda-tanda vital

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


10.16 124/80 86 22 - -
10.36 112/82 88 20 - -

5. Kondisi Umum Pasien

Hasil Observasi Kapan Reflek kembali


Reflek muntah Ada -
Reflek batuk Ada -
Kesadaran Composmentis -

6. Balance cairan

Total Intake Total output


Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Cairan infuse 800 CC Dain -
Tranfusi - Urine 200cc
Perdarahan 300cc
Lain-lain 50cc
Total 800 cc Total 550 cc

Keluhan utama saat ini :


Subyek : Klien mengatakan kaki belum dapat digerakkan.

Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis

Aldredte Score

Area pengkajian Poin nilai Score


Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan
batuk

1 : upaya bernapas terbatas

0 : tidak ada upaya napas spontan


Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik

1 : 50% - 80% dari tingkat pra anastetik

0 : < 50% dari tingkat pra anastetik


Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi
terhadap waktu

1 : terbangun ketika dipanggil namanya

0 : tidak memberi respon terhadap perintah


Warna 2 : warna kulit normal

1 : warna kulit pucat, agak kehitaman, ikterik

0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua
ekstremitas

1 : kemampuan untuk menggerakkan 2 ekstremitas

0 : tidak mampu mengontrol setiap ekstremitas

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of Almost complete (66%)
feet
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

DATA PENUNJANG

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


11/03/2014 Hb 13,0 g/dl

Hmt 39,8 %

Leukosit 9,36x 10 3/ ul

Trombosit 263x 10 3/ul

Eritrosit 4,24x 103/ul

PCT (plateletcrit) 0,210 %

Gol darah B

GDS 106 mg/dl


Ureum 32 mg/dl

Kreatinin 1,18 mg/dl

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Rute Dosis Waktu Indikasi


Terapi
12/03/2014 Ceftriaxon IV 1000mg 60 menit Sebagai
sebelum Antibiotik untuk
Decain Spinal 0,5 % (4 operasi mencegah
ml) dilakukan terjadinya infeksi
Ketorolac IV
30 mg Sebelum Sebagai obat bius
Kalnex IV operasi pada saat operasi
500 mg dimulai
Analgetik
Saat operasi
Anti perdarahan
Operasi
hampir
selesai

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E : 4 M :


6V:5
- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 124/80 mmHg

- N : 86 x/menit

- RR : 22 x/menit

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Score : 2

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan faktor resiko pengobatan (anastesi).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15
kondisi post operasi menit diharapkan klien tidak · Sediakan lingkungan yang
mengalami resiko jatuh dengan aman untuk klien
kriteria hasil :
· Identifikasi kebutuhan
· Klien terbebas dari jatuh keamanan klien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
· Menggunakan fasilitas fungsi kognitif klien dan
kesehatan yang ada riwayat penyakit terdahulu
klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada


klien atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

4. catatan Perkembangan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/2014 10.16 · Memobilisasi klien dari 10.36 Edy
bed tindakan ke bed
10.36 mobilisasi S : Klien mengatakan
kepalanya pusing, badannya
· Mengidentifikasi lemas dan masih kaku untuk
keamanan klien dan digerakan
kemampuan fisik klien
O:
· Memasang side rail
tempat tidur Kesadaran CM

· Mengantarkan klien ke Ekstremitas bawah baru bisa


ruang RR digerakan sedikit

· Meletakan tempat tidur Klien baring ditempat tidur


kedaerah yang aman dan dengan dipasang side rail
terhidar dari barang-barang
berbahaya Klien tampak lemah

· Memberikan penerangan TD : 112/82 mmHg


yang cukup
N : 88 x/menit

RR : 21 x/menit

A : Masalah kepewatan
teratasi penuh : klien
terbebas dari jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.

LAPORAN UJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN NY.W DENGAN MASALAH APPENDICITIS AKUT

DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


peminatan

Disusun oleh:

EDY PRATOMO

3213012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


(..................................................) (.....................................................)
Mahasiswa
( edy pratomo )

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Nama Mahasiswa : edy pratomo

Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

Tanggal Praktek : 5 februari– 5 april 2014

IDENTITAS KLIEN
Nama pasien : Ny.W

Umur : 25 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 475473

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal pengkajian : 3 /4/ 2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa :

Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : appendicitis akut

Jenis operasi : appendiktomy

Jenis anastesi : general Anastesi

Riwayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : tidak

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) :

Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran :
Composmentis, Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi :83 x/menit Warna kulit : Sawo
matang, Respirasi : 25 x/menit

Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

5
5
Rentang Gerak (ekstremitas)

Kekuatan otot : 5

5
5

tidak ada kelainan pada ekstremitas

Pernafasan

RR : 25 x/menit

Suara nafas : vesikuler

Otot bantu nafas : tidak ada

Sirkulasi

Nadi : 83 x/menit

Turgor kulit : Lembab

Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

Masalah yg ditemukan

S : Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi usus buntu yang akan dilakukan

O : - wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien tampak menenangkan diri dengan berdoa

- N : 83 x/menit , TD: 100/70 mmHg, rr : 25 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

Klien mengatakan takut dengan


tindakan operasi usus buntu yang akan
dilakukan,

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien tampak menenangkan diri


dengan berdoa

- N : 83 x/menit , TD: 100/70 mmHg,


rr : 25 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang


prosedur operasi

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : pre operasi


3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang
pre operasi cemas lagi dengan kriteria menenangkan
hasil :
· Jelaskan prosedur selama tindakan
· Mengidentifikasi, operasi
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk · Temani pasien untuk memberikan
mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut

· Vital sign dalam batas · Identifikasi tingkat kecemasan


normal
· Dengarkan dengan penuh perhatian
ü TD : 120/80 mmHg
· Anjurkankepada pasien menggunakan
ü RR : 15-20 x/menit. teknik relaksasi (nafas dalam)

ü N : 80-100 x/menit · Anjurkan kepada pasien untuk selalu


berdoa sesuai agamanya.
· Ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
3/04/2014 09.23 · Menggunakan 09.30 edy
pendekatan yang
09.30 menenangkan S : Klien mengatakan masih
agak takut.
· Menjelaskan prosedur
selama tindakan operasi O:

· Mengidentifikasi tingkat - Wajah tampak masih agak


kecemasan gelisah

· Mendengarkan dengan - N : 82 x/menit


penuh perhatian
- R : 23 x/menit
· Menganjurkankepada
pasien menggunakan A : Masalahkepewatan teratasi
teknik relaksasi (nafas sebagian : vital sign dalam batas
normal dan ekspresi wajah
dalam) menunjukkan berkurangnya
cemas.
· Menganjurkan kepada
pasien untuk selalu berdoa P : Lanjutkan intervensi :
sesuai agamanya.
· Pantau tanda-tanda vital dan
cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

C. FASE INTRA OPERASI

7. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen

- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

Tim Operasi

h. Operator : dr. triyoga, Sp. B

i. Anestesi : dr.susilo

j. Ass Bedah : maryadi

k. perawat Anestesi : linda

l. Instrumen : edy
m. On loop : ary

n. Recovery : Irawan

5. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : general anastesi Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4, iv vena dan mesin anastesi

- Obat : bupivacain hcl 0,5 % 4 ml, recofol 10 mg, midazolam 5 mg,

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

6. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun
- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 8

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- bab cock 1

- couter. 1

- Alis 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- Klem dsenfektan 1

- arteri lurus 2

- langen back 2

- O hack 2

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10


- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Canul suction 1

- Jarum ( taper, cutting )

- benang jahit : -cat gut plain no 2/0, cat gut chromic no 2/0, seide 2/0

7. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 09.30 WIB

b. Pasien pertama dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal


anestesi dengan posisi membungkuk, selanjutnya ditambahkan recofol 10 mg,
midazolam 5 mg

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah appendiktomy

e. Intrument dan asisten bedah melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi
dengan kasa alkohol dan betadine dari prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem,
kemudian ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai
peritonium,

j. Setelah terbuka Berikan bab cock untuk untuk menjepit appendik kemudian
pisahkan dari meso appendik dengan couter.

k. Berikan crushing klem untuk menjepit pangkal appendik kemudian berikan benang
non absorbable 2/0 untuk mengikat pangkal appendik 2 x.

l. Berikan crusing klem lagi untuk menjepit diatas ikatan dan berikan pisau bedah no
20 yang telah dibasahi dengan desinfektan untuk memotong appendik

m. Berikan pinset panjang untuk mengkoter ujung potongan appendik dan untuk
merawat perdarahan
n. Inventaris alat dan kasa

o. Jahit lapis demi lapis dengan benang absorbtabel seide 2/0 , cromic 2/0. Bersihkan
luka dengan Nacl 0,9% keringkan, tutup dengan sufratul, kasa & plester.

p. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan
transfer bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

q. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kepada tempat semula,


alat-alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

r. Operasi selesai pukul 10.30 WIB

8. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 900cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan
Betadine

f. Monitor TTV :

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


09.30 116/76 84 22 - -
09.50 110/68 88 24 - -

ANALISA DATA

FASE INTRA OPERASI

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasive :
operasi app.
Do :

Tampak terlihat pembedahan app

Terdapat luka sayatan ± 5 cm

Luka terbuka
N : 84 x/menit

RR : 22 x/menit

TD : 110 / 69 mmhg

T : 36,9 0C
2 Ds :-- Resiko cedera faktor resiko:
Gangguan persepsi
Do: sensori karena
anestesi
penggunaan jarum, benang, kasa,
intrument dalam prosedur operasi app

Diagnosa :

1. Resiko infeksi b.d Tindakan invasive : operasi app.

2. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


Resiko infeksi Setelah dilakukan Infeksi control , intraoperatif (6545)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan selama 1 x 30 menit · Gunakan sabun antimikrobia untuk
tindakan diharapkan klien tidak cuci tangan
invasif : mengalami nresiko
operasi BPH. infeksi dengan kriteria · Cuci tangan setiap sebelum dan
hasil : sesudah tindakan keperawatan

· Klien bebas dari tanda · Gunakan baju, sarung tangan sebagai


dan gejala infeksi alat pelindung

· Vital sign dalam batas · Pertahankan lingkungan aseptik


normal selama proses pembedahan

ü TD : 120/80 mmHg · Berikan terapi antibiotik bila perlu

ü RR : 15-20 x/menit. · Monitor tanda dan gejala infeksi

ü N : 80-100 x/menit. · Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

ü S : 36,5 ºC -37ºC · Monitor tanda-tanda vital.


Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Setelah dilakukan 10. Tidurkan klien pada meja
Gangguan tindakan keperawatan operasi dengan posisi sesuai
persepsi selama 1 x 30 menit kebutuhan
sensori karena diharapkan klien tidak 11. Monitor penggunaan
anestesi mengalami resiko instrumen, jarum dan kasa
injuri/cedera dengan 12. Pastikantidak ada instrumen,
kriteria hasil : jarum atau kasa yang tertinggal
dalam tubuh klien
o Klien terbebas
dari cedera
o Dapat mengetahui
pemakaian
intrumen, jarum
dan kasa. Dengan
tertinggalnya
benda asing
dapam tubuh klien
dapat
menimbulkan
bahaya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
09.30 1. Mempertahankan 10.30 edy
lingkungan aseptik
10.30 selama proses S:-
pembedahan.
O:
2. Memonitor tanda dan
gejala infeksi - Tampak terlihat pembedahan
app
3. Menginspeksi kondisi
luka / insisi bedah - Terdapat luka sayatan ± 5 cm

- Terdapat jahitan : 7-8

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 84 x/menit

RR : 24 x/menit

SPO2 : 99%
A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi
09.30 13. Monitor 10.30 edy
penggunaan
10.30 instrumen, jarum S : -
dan kasa
14. Pastikan tidak ada O :
instrumen, jarum
atau kasa yang - Intrument lengkap tidak ada
tertinggal dalam yang tertinggal di area
tubuh klien pembedahan

- Jarum lengkap

- Kasa lengkap yang


digunakan dan tersisa

- Area pembedahan bebas dari


benang sisa dari jahitan

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien terbebas
dari resiko cedera

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau kembali kelangkapan


kasa, jarum, intrument

FASE POST OPERASI

1. Tanda-tanda vital

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


10.30 108/67 89 23 - -
10.40 113/70 85 24 - -

2. Kondisi Umum Pasien

Hasil Observasi Kapan Reflek kembali


Reflek muntah Ada -
Reflek batuk Ada -
Kesadaran Composmentis -

3. Balance cairan

Total Intake Total output


Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Cairan infuse 900 CC Dain -
Tranfusi - Urine 300 cc
Perdarahan 100 cc
Lain-lain 50 cc
Total 900 cc Total 450 cc

Keluhan utama saat ini :

Subyek : Klien mengatakan kaki belum dapat digerakkan.

Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis

Aldredte Score

Area pengkajian Poin nilai Score


Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan 2
batuk

1 : upaya bernapas terbatas

0 : tidak ada upaya napas spontan


Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik 2

1 : 50% - 80% dari tingkat pra anastetik

0 : < 50% dari tingkat pra anastetik


Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi 1
terhadap waktu

1 : terbangun ketika dipanggil namanya

0 : tidak memberi respon terhadap perintah


Warna 2 : warna kulit normal 2

1 : warna kulit pucat, agak kehitaman, ikterik

0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua 1
ekstremitas
1 : kemampuan untuk menggerakkan 2 ekstremitas

0 : tidak mampu mengontrol setiap ekstremitas

Nilai 8

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of Almost complete (66%)
feet
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

DATA PENUNJANG

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


2/04/2014 Hb 14,8 g/dl

Hmt 42,5 %

Leukosit 6,18 x 10 3/ ul

Trombosit 178 x 10 3/ul

Eritrosit 4,57 x 103/ul

PCT (plateletcrit) 0,1 %

Gol darah A

GDS 99 mg/dl

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Rute Dosis Waktu Indikasi


Terapi
03/04/2014 Ceftriaxon IV 1000mg 60 menit Sebagai
sebelum Antibiotik untuk
Decain Spinal 0,5 % (4 operasi mencegah
ml) dilakukan terjadinya infeksi
Ketorolac IV
30 mg Sebelum Sebagai obat bius
Kalnex IV operasi pada saat operasi
500 mg dimulai
Analgetik
Saat operasi Anti perdarahan

Operasi
hampir
selesai

4. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E : 4 M :


5V:4

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 113/70 mmHg

- N : 85 x/menit

- RR : 22 x/menit

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Score : 2

- Alderate scrore : 7

5. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan faktor resiko pengobatan (anastesi).

6. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15 (6480)
kondisi post operasi menit diharapkan klien tidak
mengalami resiko jatuh dengan · Sediakan lingkungan yang
kriteria hasil : aman untuk klien

· Identifikasi kebutuhan
· Klien terbebas dari jatuh keamanan klien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
· Menggunakan fasilitas fungsi kognitif klien dan
kesehatan yang ada riwayat penyakit terdahulu
klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada


klien atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.

7. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
03/04/2014 10.30 · Memobilisasi klien dari 10.40 Edy
bed tindakan ke bed
10.40 mobilisasi S : Klien mengatakan
kepalanya pusing, badannya
· Mengidentifikasi lemas dan masih kaku untuk
keamanan klien dan digerakan
kemampuan fisik klien
O:
· Memasang side rail
tempat tidur Kesadaran CM

· Mengantarkan klien ke Ekstremitas bawah baru bisa


ruang RR digerakan sedikit

· Meletakan tempat tidur Klien baring ditempat tidur


kedaerah yang aman dan dengan dipasang side rail
terhidar dari barang-barang
berbahaya Klien tampak lemah

· Memberikan penerangan TD : 113/70 mmHg


yang cukup
N : 85 x/menit

RR : 22 x/menit
A : Masalah kepewatan
teratasi penuh : klien
terbebas dari jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

12.

Nov

25

laporan stase komunitas


LAPORAN HASIL PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

KULIAH KERJA KESEHATAN MASYARAKAT (K3M)

DUSUN SAMBIROTO DESA BANYUROTO

KECAMATAN NANGGULAN

KULON PROGO

26 November 2012 – 19 januari 2013

1. ADE HERIANTO, S.Kep 3212001

2. AJI SAYOGO ARY WIBOWO, S.Kep 3212002


3. ALAN JUMNA OKTACVIANAH, S.Kep 3212003

4. AMALIA NUR WIDIYAWATI, S.Kep 3212005

5. CHRIST ROVIACI TOBAN, S.Kep 3212007

6. G. YOSSE PRAPASKALIS ANES, S.Kep 3212012

7. IWAN PURWANTO, S.Kep 3212017

8. RIA ANITA, S.Kep 3212024

9. SUTRIA PUSPITASARI, S.Kep 3212031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013

ABSTRACT

Latar Belakang : Asuhan Keperawatan Komunitas merupakan suatu


bentuk asuhan keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan klien dan keluarga serta memfasilitasi kebutuhan
pemenuhan kesehatan dalam lingkup komunitas melalui kerjasama
dengan berbagai pihak dan peran serta masyarakat sebagai salah satu
mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan. Pengkajian yang
dilakukan menghasilkan data-data yang mendukung untuk
ditegakkannya diagnosa masalah kesehatan komunitas, kemudian
dilakukan perencanaan program-program yang diharapkan dapat
menyelesaikan permasalah-permasalahan di desa tersebut. Program
disepakati bersama dalam Musyawarah Masyarakat Desa II, dan hasil
pelaksanaan program dibahas dalam Musyawarah Masyarakat Desa III.
Tujuan : Asuhan Keperawatan Komunitas diharapkan dapat
memberikan manfaat positif terutama dalam meNanggulangi masalah
kesehatan yang terjadi di komunitas, serta diharapkan pula dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan : Praktek komunitas ini


dilaksanakan di RT 42, sampai dengan RT 49 di Dusun Sambiroto,
Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan Kulon Progo dari tanggal 10
Desember 2012 – 19 Januari 2013. Pengkajian dilakukan pada setiap
rumah warga di RT 42 sampai dengan RT 49.

Hasil : Data-data yang dikumpulkan mendukung kami dalam


menegakkan 8 diagnosa masalah kesehatan dengan masing-masing
intervensi di setiap diagnosa. Seluruh program-program yang
direncanakan telah berhasil dilaksanakan dengan baik, tampak sekali
antusiasme dan peran aktif masyarakat dalam mendukung program-
program yang dilaksanakan, namun ada pula beberapa program kurang
berjalan secara maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Kesimpulan : Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas berjalan


dengan baik dan sesuai dengan tujuan, tetapi tetap perlu dilakukan
tindak lanjut dari dusun dan pusat pelayanan kesehatan di desa
tersebut.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ii

Abstrak iii

Daftar isi iv

BAB I PENDAHULUAN 1

0. LATAR BELAKANG 1
1. TUJUAN 7
2. STRATEGI 8
3. WAKTU PELAKSANAAN 9

BAB II TINJAUAN TEORI 10

4. PARADIGMA SEHAT 2010 10


5. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS 11
6. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 14

BAB III APLIKASI ASUHAN 18

7. PENGKAJIAN KESEHATAN KOMUNITAS 18


8. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS 39
9. PERENCANAAN 47
10. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 55

BAB IV PEMBAHASAN 44

11. KEKUATAN 44
12. KELEMAHAN 45
13. KESEMPATAN 45
14. ANCAMAN 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47

15. KESIMPULAN 47
16. SARAN 48

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan


hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan
yang termuat di dalam sistem kesehatan nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU no. 23 tahun 1992, yaitu
pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di dalam berbagai bidang kehidupan


mengakibatkan terjadi juga pergeseran pada pola kehidupan masyarakat, salah
satunya adalah dalam bidang kesehatan. Dimana denagn berkembangnya paradigma
“Sehat” saat ini, telah terjadi pergeseran upaya-upaya dalam hidup kesehatan antara
lain: berubahnya upaya pengobatan kepada upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan, dari segi kegiatan yang bersifat pasif menunggu klien berobat di unit-unit
pelayanan kesehatan bergeser kepada penemuan kasus secara aktif. Perubahan ini
tentunya akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berperan secara aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Oleh karenanya peran serta masyarakat perlu terus dikembangkan agar tercapai
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang optimal secara mandiri.
Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif dalam
seluruh proses perubahan, sejak pengenalan masalah kesehatan sampai
peNanggulangan masalah, yang melibatkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai target pelayanan keperawatan komunitas dengan fokus
masyarakat berupa peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam seluruh akitfitas kegiatan komunitas.

Dalam upaya mengaplikasikan teori ilmu keperawatan komunitas yang telah


dibekalkan kepada mahasiswadi bangku kuliah, serta sebagai salah satu upaya
menyiapakan tenaga keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara
mandiri, maka mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta melaksanakan praktek keperawatan
komunitas Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M) di Dusun Sambiroto. Pada
kegiatan praktek keperawatan komunitas digunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan
keluarga, pendekatan kelompok dan pendekatan kepada masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa dapat


membina keluarga binaan dengan resiko tinggi salah satunya, yaitu Terapi
Komplementer yang diberikan di wilayah RT 42 samapai dengan RT 49 di Dusun
Sambiroto. Pendekatan secara kelompok dilaksanakan dengan cara melakukan
pembentukan kelompok anak, karena di Dusun Sambiroto hanya terdapat Posyandu
Balita. Pendekatan kepada masyarakat dilakukan dengan cara megikuti kegiatan
masyarakat dalam bentuk pengajian tiap minggunya, perkumpulan tempe tiap
minggunya dan perkumpulan besar tiap bulannya serta mengikuti kegiatan
karangtaruna.

Dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas mahasiswa menggunakan


pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara
pengumpulan data, kemudian menyusun rencana atau intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan sampai pelaksanaan dan terakhir evaluasi. Bentuk
kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa antara lain: penyuluhan tentang pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat, kegiatan kerja bakti bersama masyarakat Dusun
Sambiroto, Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk, penyuluhan tentang
KB dan Kontrasepsi, Masa Menopause, dan Sadari, penyuluhan tentang penyakit
Lansia, yaitu Hipertensi serta Relaksasi Otot Progresif dan Diabetes Melitus serta
Senam Kaki DM, Senam Lansia, Pemeriksaan Fisik Lansia, Pelatihan Kader,
penyuluhan tentang PMS, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan Menstruasi,
mengajarkan cara menggosok gigi dan mencuci tangan dengan baik dan benar untuk
anak-anak SD dan TK, Penyuluhan P3K dan DDST II di Posyandu Balita,
melaksanakan kegiatan donor darah, senam bugar, pelayanan kesehatan, dan cek
golongan darah bagi siswa-siswi SD di Dusun Sambiroto.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah melakukan praktek keperawatan komunitas, mahasiswa mampu menerapkan


upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat di tingkat komunitas

2. Tujuan khusus
a. Puskesmas

1) Sebagai dasar pengembangan program Puskesmas

2) Sebagai acuan dalam meningkatkan peran serta masyarakat

b. Masyarakat Dusun Sambiroto di RT 42 s/d RT 49

1) Sebagai data dasar dalam menyusun rencana pengembangan kesehatan Dusun


Kadisono RT 42 s/d RT 49.

2) Sebagai acuan dalam meningkatkan peran serta masyarakat untuk perbaikan mutu
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat serta mencegah penyakit di wilayah
Dusun Sambiroto.

c. Mahasiswa

1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas

2) Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas

3) Mampu memprioritaskan masalah yang dijumpai

4) Mampu menyusun rencana pemecahan maslah

5) Mampu melakukan implementsasi keperawatan komunitas berdasarkan masalah


dan perncanaannya

6) Mampu mengevaluasi terhadap hasil implementasi keperawatan komunitas

C. STRATEGI

1. Penjajakan umum

a. Perkenalan awal kepada pihak Puskesmas, RT, Kader Kesehatan dan tokoh
masyarakat Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah
Mayarakat Desa I (MMD I)

b. Pendekatan dan penjelasan program kepada pihak Puskesmas, RT, kader kesehatan
dan tokoh masyarakat Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah
Masyarakat Desa II (MMD II)

c. Orientasi wilayah

d. Evaluasi hasil program kepada pihak Puskesmas, RT, kader kesehatan dan tokoh
masyarakat Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah
Masyarakat Desa III (MMD III)

2. Pengumpulan data
a. Angket dan observasi terhadap warga Dusun Sambiroto

b. Wawancara dengan kepala Dukuh, kader kesehatan dan tokoh masyrakat Dusun
Sambiroto

c. Survei lingkungan

3. Identifikasi dan prioritas masalah

a. Angket diidentifikasikan bersama-sama dengan masyarakat berdasarkan data yang


telah diperoleh

b. Menyusun prioritas masalah bersama-sama masyarakat

c. Melibatkan unsur yang terkait dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan


masalah (Puskesmas, kader dan masyarakat)

4. Perencanaan MMD II

5. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pemecahan masalah dilaksanakan berdasarkan rencana bersama


masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat

b. Bersama-sama dengan Puskesmas, kader dan masyarakat

6. Evaluasi pada MMD III

a. Evaluasi dilaksanakan bersama-bersama dengan mayarakat

b. Bersama-sama dengan kader yang ada di masyrakat dalam mengevaluasi


pemecahan masalah

D. WAKTU PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan praktek keperawatan komunitas Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat


(K3M) dilaksanakan selama 5 minggu mulai tanggal 10 Desember 2012 – 19 Januari
2013.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PARADIGMA SEHAT

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit
atau pemulihan kesehatan. Secara makro, paradigma sehat berarti bahwa
pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan,
paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan
lingkungan sehat. Secara mikro, paradigma sehat berarti bahwa pembangunan
kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif.

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, di samping juga merupakan
karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya.

Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan


kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi
derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah: Keadaan pemukiman perumahan,
tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi,
pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan
sehari-hari seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku
terhadap upaya kesehatan.

Upaya-upaya dalam bidang lingkungan dan perilaku tersebut pada waktu yang lalu
belum dilaksanakan optimal. Padahal meskipun upaya kesehatan sudah dilakukan
maksimal, tetapi apabila lingkungan dan perilaku belum berkembang baik, tidak akan
menjamin peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena, itu pada waktu
yang akan datang pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif tidak menunggu orang
sakit, melainkan aktif memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
masyarakat, dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia produktivitas
masyarakat.

B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pernyataan dari Asosiasi Perawat Amerika definisi dari praktek keperawatan


kesehatan Komunitas adalah merupakan bagian dari keperawatan kesehatan
masyarakat serta juga menjelaskan hubungan antara dua disiplin ini. Keperawatan
kesehatan Komunitas adalah sintesis dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan
masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan populasi
serta mempelajari, memecahkan masalah dan melakukan tindakan ataupun asuhan
keperawatan profesional pada sekelompok individu maupun keluarga secara
berkesinambungan.

Sifat praktek ini umum dan komprehensif dan tidak terbatas pada umur atau
kelompok diagnostik tertentu serta berkelanjutan dan tidak terputus-putus. Tanggung
jawab yang dominan adalah terhadap masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
perawatan diarahkan ke individu, keluarga, atau kelompok yang mengarah ke
kesehatan keseluruh populasi. Pendekatan holistic akan menggunakan peningkatan
kesehatan, pencegahan kesehatan, pendidikan kesehatan, koordinasi dan kontinyuitas
perawatan. Tindakan keperawatan membutuhkan pemahaman dan perencanaan
kesehatan, pengenalan pengaruh social dan masalah ekologis, pemberian perhatian
pada populasi, dan penggunaan kekuatan dinamis yang dapat memunculkan
perubahan.

Sedangkan definisi dari Asosiasi Kesehatan Masyarakat bagian yang juga merupakan
bagian dari Keperawatan adalah dimana kebutuhan keperawatan kesehatan dan
kesehatan itu sendiri diperiksa oleh perawat profesional atau bersama dengan disiplin
ilmu lain. Bidang keperawatan kesehatan masyarakat adalah keperawatan
professional yang diarahkan keseluruh Komunitas atau populasi dimana prakteknya
mencakup identifikasi subgroup dan keluarga serta individu didalamnya. Penekanan
praktek ini adalah pada perencanaan perawatan komunitas secara menyeluruh dan
bukanlah secara individu. Tujuan praktek ini adalah untuk meningkatkan kesehatan
Komunitas melalui intervensi perawat. Tujuan itu dicapai bekerja sama dengan
pemimpin-pemimpin Komunitas, kelompok yang memiliki hubungan denga kesehatan,
kelompok yang berada dalam bahaya, keluarga dan individu, serta dengan terlibat
dalam tindakan sosial yang relevan. Satu komponen yang membedakan praktek
kesehatan masyarakat dengan praktek lainnya adalah pemeran analisis Komunitas.

1. Komunitas

Untuk memahami pengertian Komunitas sebagai klien, kita terlebih dahulu harus
mendefinisikan arti “Komunitas”. Terdapat berbagai macam pengertian pada istilah
Komunitas sebagaimana juga pada individu dan keluarga. Definisi global yang tepat,
akurat, dan komprehensif sulit untuk dibentuk. Meskipun demikian terdapat beberapa
kunci elemen yang dapat membedakan dan mengidentifikasi Komunitas sebagai
united (kesatuan) yang terpisah dengan lingkungan sekitar.

Diskusi elemen berikut ini berdasarkan pada daftar komponennya Connor. Seluruh
komunitas termasuk berbagai macam individu dapat dipahami sebagai kelompok
(dengan ukuran apapun) atau kelompok sosial (yang mengidentifikasikan beberapa
tipe interaksi). Dalam hubungannya dengan aspek kemanusiaan di Komunitas, dapat
dengan mudah dimengerti bahwa seluruh Komunitas terdiri dari manusia. Secara
harfiah Manusia sebagai anggota masyarakat saling berinteraksi baik secara formal
atau tidak dalam beberapa tipe struktur dalam organisasional. Orang yang tinggal
dihotel residen tertentu dan bekerja yang memanen tanaman merupakan contoh dari
komunitas dengan batasan struktural yang terdefinisi dengan jelas dan terbuka.

Orang dalam komunitas memiliki perspektif kelompok yang membedakan dengan


kelompok lain. Perspektif ini dapat memiliki banyak bentuk atau mungkin merupakan
kombinasi dari beberapa karakteristik. Perspektif ini mencakup pada identitas yang
berdasar pada kultur,kepercayaan,dll. Contoh komunitas yang sesuai dengan deskripsi
ini adalah berdasar pada etnis,rasa atau agama. Saat imigran berpindah dari satu
Negara kenegara lain, mereka cenderung bertempat tinggal dengan berkelompok
dengan identitas cultural yang sama. Banyak contoh dari hal ini dapat kita temui di
kota-kota besar.

Agregat populasi seperti anak-anak remaja, atau kelompok manapun yang memiliki
karakteristik sama kadang dapat digunakan sebagai alternative lain guna tujuan
pengevaluasian. Agregat populasi juga dapat digunakan untuk menandai wilayah
tertentu akan kebutuhan kesehatan.Jika agregat populasi tidak berfungsi sebagai
kesatuan dengan identitas kelompok dan mode interaksi,maka impementasi rencana
untuk memperbaiki kesehatan akan lebih mencakup kerja secara terpisah pada setiap
individu dalam agregat,dari pada keseluruhan kelompok.

Karakteristik sama lainnya pada identitas kelompok adalah hukum, pekerjaan, atau
wilayah tempat tinggal. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat profesional perlu
mengembangkan pendekatan dari berbagai aspek dan berbagai perbedaan yang
membentuk suatu komuinitas untuk dapat memberikan proses asuhan keperawatan
yang komprehensif. Pekerjaan sebagai perawat komunitas juga memiliki identifikasi
dan karakteristik yang dapat menyatukan orang-orang kedalam komunitas yang terdiri
atas berbagai perbedaan.

Saat wilayah tempat tinggal digunakan sebagai karakteristik komunitas, istilah


“tetangga” sering dapat ditukar dengan istilah komunitas. Dalam praktek keperawatan
komunitas Tetangga biasanya digunakan untuk mengarahkan ke komunitas kecil dan
komunitas yang lebih besar. Tetangga merupakan kelompok orang yang bertempat
tinggal dalam area tertentu dalam lingkungan tertentu. Tetangga dapat dianggap
komunitas jika mereka merupakan kelompok sosial, memiliki perspektif kelompok,
dan berfungsi sebagai komunitas, dan merupakan sub divisi dari keperawatan
komunitas itu sendiri.

2. Konsep Komunitas Sebagai Klien

Konseptualisasi Komunitas sebagai klien dan pengevaluasian klien untuk


mengideentifikasi kebtuhan kesehatan merupakan fungsi praktek keperawatan
kesehatan Komunitas. Untuk memahami praktek dalam ruang lingkup yang spesifik
kita perlu memahami dua disiplin yang merupakan asal dari pengetahuan, keahlian,
dan pendekatan konseptual terhadap praktek yang digunakan oleh perawat
Komunitas. Dua disiplin tersebut adalah keperawatan dan kesehatan public.
Berdasarkan integrasinya kedua disiplin inilah perawat mendefinisikan ruang lingkup,
sikap dan aktifitas praktek keperawatan kesehatan Komunitas.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PROFESIONAL

Menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA), Standarts Of Nursing Practice (Standar


Praktek Keperawatan), praktek keperawatan komunitas didefinisikan sebagai layanan
langsung, tujuan yang dapat diarahkan dan dapat diadaptasikan pada kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas baik saat mereka sakit atau saat mereka sehat.
Keperawatan adalah layanan yang diberikan oleh manusia. Secara individual Manusia
adalah fokus dan subyek aktifitasnya. Fokus ini sering mengarah pada pemahaman
bahwa keperawatan adalah aktifitas yang terfokus pada klien dan pasien.
Keperawatan berhubungan dengan identifikasi kebutuhan manusia yang berhubungan
dengan kesehatan baik sebagai individu, keluarga atau kelompok yang lebih besar,
tanpa mempertimbangkan umur dan tempat, subyek dari keperawatan adalah memiliki
tujuan untuk meningkatkan, menjaga dan memperbaiki kesehatan, untuk
menghindarkan manusia dari penyakit serta untuk merawat dan membantu orang
untuk melewati penyakit.

Konsep “unit layanan” atau “unit perawatan” mengarah kepoint pusat praktek perawat
dan memunculkan definisi klien yang dirawat. Fokus yang ada ini mungkin bersifat
individu seperti dalam perawatan klinik atau pengobatan klinik atau kelompok
ataupun komunitas yang terdefinisi secara spesifik, seperti dalam perawatan kesehatan
masyarakat dan praktek kesehatan masyarakat. Setiap unit layanan (pasien/klien)
dipandang sebagai satu kesatuan individu yang berinteraksi dengan lingkungan
internal dan eksternalnya.

Keperawatan memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasikan dan memberi


kepastian bahwa kebutuhan klien tersebut terpenuhi. Perawat tidak hanya
menggunakan sumber daya mereka sendiri tetapi juga menggunakan sumber daya
orang lain termasuk klien. Oleh karena itu, untuk memberikan perawatan kesehatan,
perawat memiliki tanggung jawab yang besar untuk membentuk koordinasi dan
konsultasi dengan klien, orang penting lainnya dalam sistem yang mendukung klien,
dan anggota tim disiplin ilmu lainnya. Dalam proses ini perawat harus mengenali dan
menghormati hak-hak klien untuk memiliki perbedaan kebutuhan, karakteristik, nilai,
orientasi kultur dan sistem peresponan kebutuhan kesehatan.

Perawatan oleh perawat terimplementasi kedalam penggunaan proses keperawatan


yang merupakan rangkaian sistematik, terorganisasi, berkelanjutan, dan bersiklus dari
tahap-tahap yang saling tergantung satu sama lain yang mencakup pengevaluasian
klien, formulasi diagnosa keperawatan, perencanaan dan penerapan intervensi
keperawatan dan pengevaluasian perubahan pada status kesehatan klien.

Perawat menggunakan aktifitasnya seperti edukasi kesehatan, pemecahan masalah


dan pengurangan masalah kesehatan agar dapat membantu klien dalam
pengembangan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri.
Tujuan jangka panjang perawat dalam hubungannya dengan klien adalah untuk
menolong agar klien tersebut dapat mencapai level kesehatan yang optimal dan tidak
lagi bergantung pada perawat. Perawat yang dikhususkan sebagai perawat komunitas
diharapkan dapat menjadi mitra kesehatan klien dan sistem yang menopang klien
untuk lebih bertanggung jawab kepada pemenuhan kebutuhan kesehatan dalam
lingkup komunitas konseptual.

Untuk memenuhi tujuan tersebut perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya


sebagai penghubung antara klien dengan sistem perawatan kesehatan yang membantu
klien untuk menggunakan sumber dayanya dan menawarkan layanan untuk
meningkatkan penggunaan sumber daya tersebut. Proses ini akan mengarah pada
identifikasi, pemahaman, dan dukungan terhadap peningkatan kesehatan serta
perawatan oleh perawat dan sistem perawatan kesehatan.

Dengan menggunakan pendekatan holistik yang terpusat pada klien dengan fokus
pengoptimallan kesehatan, perawat memiliki perspektif yang lebih bagus. Perspektif
ini penting dalam penting dalam perencanaan pengoptimalan kesehatan pada seluruh
level dari local keinternasional. Oleh karena itu, dalam proses pencapaian kebutuhan
kesehatan dan perencanaan perawatan kesehatan, perawat harus terlihat juga dengan
profesi dan konsumen kesehatan lainnya.

Pada tahun 1958, standar akreditasi Persatuan Perawat Nasional Amerika yang telah
terevisi memutuskan bahwa persatuan tersebut tidak lagi mengakreditasi program
pendidikan yang memberikan spesialisasi pada level Bachelor. Pada waktu itu, bidang
kesehatan komunitas dan pendidikan keperawatan terdapat pada program post-basic
pada level Bachelor. Setelah lima tahun, hanya program Bachelor yang mencakup
keperawatan kesehatan masyarakat saja yang terakreditasi. Hal ini memberikan
tanggung jawab kepada pendidikan keperawatan Bachelor untuk mempersiapkan
keperawatan kesehatan komunitas. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan Bachelor
memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan lulusan yang dapat : 1) Betugas pada
setting yang terstruktur dan yang tidak, 2) Bertugas pada posisi level staf dalam
agensi komunitas, 3) Mengidentifikasikan masalah kelompok atau populasi klien.

BAB III

APLIKASI ASUHAN

PENGKAJIAN KOMUNITAS

KULIAH KERJA KESEHATAN MASYARAKAT (K3M)

DUSUN SAMBIROTO BANYUROTO NANGGULAN

1. Core, yaitu kelompok masyarakat yang dibina pada RT 42 s/d RT 49

Pengkajian Inti Komunitas Temuan


Riwayat: v Dahulu Dusun Sambiroto berupa tanah datar dan
§ Riwayat Wilayah dengan Kelurahan Banyumeneng yang masih dalam
§ Apakah pernah ada pemekaran wilayah gabungan nama dari Banyumeneng dan Sambiroto.
§ Berapa usia penduduk yang paling tua di sebelah selatan dengan Dusun Brangkal, sebelah ba
wilayah tersebut. Sambiroto memiliki 2 RW yang mengampu 8 RT,
Jumlah penduduk Dusun Sambiroto adalah sekitar
v Wilayah Dusun Sambiroto memiiliki RW dan RT
RT 46, RT 47, RT 48 dan RT 49.
v Usia penduduk paling tua di Dusun Sambiroto ad
Demografi: § Jumlah penduduk Dusun Sambiroto adalah sekita
§ Usia dan jenis kelamin kelompok/ komunitas 42 berjumlah 20 KK, RT 43 berjumlah 23 KK, RT
yang dibina 48 berjumlah 14 KK dan RT 49 berjumlah 12 KK d
§ Tingkat pendidikan § Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
§ Status pekerjaan 1. Laki-laki : 119 orang (38,89%)
§ Tingkat penghasilan masyarakat 2. Perempuan : 187 orang (61,11%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai ti
1. Tidak sekolah : 27 orang (8,82%)
2. TK / PAUD : 4 orang (1,31%)
3. SD : 83 orang (27,12%)
4. SMP : 48 orang (15,69%)
5. SMA : 60 orang (19,61%)
6. PT : 10 orang (3,27%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai s
1) Pelajar : 47 orang (15,36%)
2) Tani : 119 orang (22,55%)
3) Buruh : 36 orang (11,76%)
4) Swasta : 41 orang (13,40%)
5) PNS : 2 orang (0,65%)
6) Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai ti
1) < Rp 300.000 : 89 orang (29,08%)
2) Rp 301.000-Rp 500.000 : 73 orang (23,86%)
3) Rp 501.000-Rp 700.000 : 80 orang (26,14%)
4) Rp 701.000-Rp 1.000.000 : 58 orang (18,95%)
5) > Rp 1.000.000 : 6 orang (1,96%)
Statistik vital: § Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top Peny
§ Angka prevalensi masalah kesehatan 1) Nasopharingitis Akut : 347 orang
masyarakat 2) Hipertensi primer : 225 orang
§ Angka kesakitan dan kematian dalam 2 tahun 3) Pusing : 185 orang
terakhir 4) Rheumatoid Arthritis : 184 orang
5) Penyakit Gusi : 153 orang
6) Penyakit Vulva : 151 orang
7) Kecelakaan : 111 orang
8) Gastritis : 99 orang
9) Gigi dan Erupsi : 99 orang
10) Diabetes Melitus : 78 orang
§ Masalah kesehatan di Dusun Sambiroto pada RT
1) Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2) Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
3) Asma : 15 orang (4,90%)
4) Gout : 14 orang (4,57%)
5) ISPA : 13 orang (4,25%)
6) Stroke : 5 orang (1,63%)
7) Jiwa : 5 orang (1,63%)
8) Lain-lain : 6 orang (1,96%)
§ Di Dusun Sambiroto untuk angka kesakitan send
(7,19%).
§ Untuk kematian di Dusun Sambiroto dalam 2 tah
Nilai dan kepercayaan : § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat d
§ Latar belakang yang mempengaruhi perilaku § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras de
kesehatan § 49% masih ada warga yang membuang sampah d
§ Bangunan tempat ibadah § 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10
§ Keyakinan terhadap suatu penyakit § Di Dusun Sambiroto terdapat 2 Masjid yang terle
§ Kepercayaan masyarakat tentang penyakit dan § 85% warga Dusun Sambiroto berpandangan posi
kesehatan Mantri maupun Puskesmas.
§ 10% warga masih mengkonsumsi obat herbal sep
§ 15% warga masih percaya akan dukun untuk mem
§ 85% warga Dusun Sambiroto dapat mempercaya
masalah kesehatan yang dialami karena apabila ada
2. Interaksi Sub Sistem

a. Lingkungan fisik

Pengkajian Sub Sistem Lingkungan Temuan


Inspeksi: v Sesuai dengan pengkajian ditemukan data, yang ra
§ Peta RT rawan masalah kesehatan di RT yang yaitu:
dikelola 1. 35% lingkungan perumahan yang tidak terawat da
§ Adanya pasar 2. 49% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras den
§ Tempat rekreasi 3. 15% masih ada warga yang membuang sampah d
§ Data windshield survey 4. 27% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10
v Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu:
1) Dibakar : 170 orang (55,55%)
2) Disungai : 49 orang (16,01%)
3) Di TPU : - (0%)
4) Disembarang tempat : - (0%)
5) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
v Jarak septitank dengan sumur, yaitu:
1) <10 meter : 76 orang (24,83%)
2) >10 meter : 173 orang (56,53%)
3) Sungai : 57 orang (18,62%)
v Jaminan Kesehatan, yaitu :
1) Jamkesmas : 12 orang (3,92%)
2) Jamsostek : - (0%)
3) Jamkesos : 6 orang (1,96%)
4) Askes PNS : 6 orang (1,96%)
5) Jamkesda : 126 orang (41,18%)
v Di Dusun Sambiroto tidak terdapat pasar. Jika mas
v Di Dusun Sambiroto tidak ada tempat rekreasi terd
v Data terlampir
Tanda vital: v Musim yang ada di Dusun Sambiroto adalah musi
§ Kondisi iklim atau cuaca v Keadaan lingkungan perumahan di Dusun Sambir
§ Kondisi Lingkungan dan rumah nyamuk, tetapi keadaan penampungan air cukup ber
bunga, selain itu halaman rumah banyak dimanfaatk
kambing. Dan untuk pembuangan sampah biasanya
Sistem Review: v Dukungan keluarga maupun masyarakat sekitar te
§ Dukungan sosial dari keluarga, kelompok atau datang menjenguk dan memberi bantuan seikhlasny
masyarakat setempat v Perumahan di Dusun Sambiroto rata-rata masih be
§ Observasi sistem sosial seperti perumahan, dinding, tanah masih semen kasar dan ada yang mas
tempat ibadah, tempat bisnis lain lumayan jauh tetapi hubungan sosial antar warg
v Di Dusun Sambiroto memiliki 2 tempat ibadah (m
v Tempat bisnis di Dusun Sambiroto, yaitu terdapat
puyuh dan usaha ayam potong.

b. Pelayanan kesehatan dan social


Pengkajian Sub Sistem Temuan
Pelayanan kesehatan dan Sosial
§ Pelayanan yang diberikan v Di Dusun Sambiroto terdapat 1 pelayanan Posyandu, ya
§ Biaya/ harga v Biaya untuk Posyandu Balita adalah Rp 1.000 setiap wa
§ Waktu pelayanan v Waktu pelayanan untuk Posyandu Balita adalah setiap
§ Siapa pemberi pelayanan kesehatan v Untuk semua posyandu dilakukan oleh Kader Kesehata
§ Karakteristik pengguna pelayanan v Untuk Posyandu Balita yang masuk di dalam pelayanan
§ Angka statistik jumlah pengguna sehat.
pelayanan setiap hari, mingguan, bulanan v Jumlah warga yang memanfaatkan pelayanan Posyandu
§ Keadekuatan, aksesibilitas dan v Pelayanan yang diberikan, yaitu melakukan penimbang
penerimaan fasilitas oleh pengguna konseling masalah kesehatan.
pelayanan v Waktu pelayanan pada pagi hari setiap bulannya, kegia
§ Kegiatan posyandu (waktu, kegiatan dan berupa masalah kesehatan yang dialami warga.
penyuluhan yang diberikan di posyandu) v Kegiatan Posyandu dilaksanakan pada tanggal 16 setiap
penyuluhan masalah kesehatan yang diberikan.

c. Keamanan dan Transportasi

Pengkajian Sub Sistem Temuan


Keamanan dan Transportasi
Keamanan: v Di Dusun Sambiroto tidak terdapat pelayan
§ Pelayanan polisi v Untuk pembuangan limbah banyak yang m
§ Sanitasi memiliki WC pribadi dan banyak warga yang
§ Kebakaran memanfaatkan kali untuk tempat sanitasi.
v Untuk kejadian kebakaran di Dusun Sambi
Transportasi: v Sebagian besar masyarakat Sambiroto men
§ Jenis transportasi yang digunakan oleh masyarakat v Untuk pelayanan transportasi masyarakat le
§ Pelayanan transportasi v Sekitar 20% masyarakat warga Sambiroto
§ Jumlah penduduk yang mengalami keterbatasan dalam v Keadaan jalan di Dusun Sambiroto belum b
hal transportasi
§ Kondisi jalan

d. Politik dan Pemerintahan

Pengkajian Sub Sistem Temuan


Politik dan Pemerintahan
§ Kebijakan pemerintahan setempat dalam mengatasi v Adanya pemberian jaminan kesehatan kepada
masalah kesehatan yang ada di masyarakat v Pemberian jaminan kesehatan, seperti JAMKE
§ Kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah (KTP) wilayah Kulon Progo.
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat v Adanya Puskesmas, Puskesmas Pembantu Ban
§ Kemitraan yang dilakukan dalam menanggulangi v Adanya kegiatan desa siaga, yaitu pemeriksaa
masalah kesehatan (lintas sektoral/lintas program). v Di Dusun Sambiroto belum ada lintas program
e. Komunikasi

Pengkajian Sub Sistem Komunikasi Temuan


§ Media komunikasi yang dimiliki v Media komunikasi televisi dan radio telah banyak dimanfaat
oleh keluarga (koran, televisi, radio) terdapat stasiun radio yang dikelola oleh warga Dusun Sambir
§ Alat komunikasi (handphone, v Sebagian besar masyarakat Dusun Sambiroto telah memilki
telepon) memanfaatkan media tersebut. Sedangkan untuk telpon rumah
§ Media komunikasi di masyarakat secara pribadi.
(arisan, pengajian) v Untuk kegiatan arisan maupun pengajian masyarakat telah m
§ Konsultasi dengan tenaga kesehatan v Biasanya masyarakat datang ke tenaga kesehatan terdekat, se
dalam mengatasi masalah kesehatan manfaatkan masyarakat sebagai media pelayanan kesehatan

f. Pendidikan

Pengkajian Sub Sistem Pendidikan Temuan


§ Prosentase keluarga yang buta huruf v Di Dusun Sambiroto angka buta huruf mencapai 38%, karen
§ Fasilitas pendidikan atau informasi mengikuti pendidikan formal.
yang ada di masyarakat yang dapat v Di Dusun Sambiroto tidak ditemukan koran dinding dan per
dimanfaatkan oleh keluarga seperti
koran dinding dan perpustakaan.

g. Rekreasi

Pengkajian Sub Sistem Rekreasi Temuan


§ Kebiasaan makan bersama di luar v Masyarakat di dusun Sambiroto jarang yang melakukan kebia
rumah jauh dari tempat/ warung makan.
§ Makanan yang sering dikonsumsi v Warga Dusun Sambiroto jarang makan diluar rumah, jika pun
saat makan di luar sebagainya.
§ Kebiasaan rekreasi v Untuk rekreasi sendiri, warga di dusun Sambiroto sangat jara
§ Sarana rekreasi v Untuk pergi rekreasi secara bersamaan masyarakat biasanya m
§ Jenis rekreasi yang ada di keluarga v Masyarakat biasanya pergi rekreasi diluar daerah Sambiroto,
maupun masyarakat Waduk Sermo yang merupakan tempat rekreasi terdekat.
ANALISIS DATA DIAGNOSA DAN PRIORITAS

A. ANALISIS

1. Kategori data

Kategori Hasil Analisis


Karakteristik Demografi: § Jumlah penduduk Dusun Sambiroto adalah sekitar 600an oran
§ Jumlah anggota keluarga 42 berjumlah 20 KK, RT 43 berjumlah 23 KK, RT 44 berjumla
§ Usia 48 berjumlah 14 KK dan RT 49 berjumlah 12 KK dengan popu
§ Budaya § Dusun Sambiroto, RT 42-49
§ Suku 1. Balita : 16 orang (5,23%)
2. Usia sekolah : 24 orang (7,84%)
3. Remaja : 20 orang (6,53%)
4. Dewasa Muda : 27 orang (8,82%)
5. Dewasa Tua : 69 orang (22,55%)
6. Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
7. Lansia : 40 orang (13,07%)
§ Kebudayaan masyarakat yang sering dilakukan oleh warga D
§ Mayoritas masyarakat Dusun Sambiroto adalah suku asli Jaw
Karakteristik Geografi: v Di Dusun Sambiroto merupakan hasil pemekaran daerah atau
§ Batasan wilayah ü Sebelah utara dengan Dusun Gayam.
§ Jalan ü Sebelah selatan dengan Dusun Brangkal.
ü Sebelah barat dengan Sungai Serang (Kecamatan Pengasih).
ü Sebelah Timur dengan Dusun Dlingo.
§ Jalan yang ada di Dusun Sambiroto belum beraspal halus teta
Karakteristik Sosial Ekonomi: v Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
§ Pekerjaan penduduk 1. Pelajar : 47 orang (15,36%)
§ Rata-rata pendapatan penduduk 2. Tani : 119 orang (22,55%)
§ Perusahaan 3. Buruh : 36 orang (11,76%)
§ Home industry 4. Swasta : 41 orang (13,40%)
5. PNS : 2 orang (0,65%)
6. Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. < Rp 300.000 : 89 orang (29,08%)
2. Rp 301.000-Rp 500.000: 73 orang (23,86%)
3. Rp 501.000-Rp 700.000: 80 orang (26,14%)
4. Rp 701.000-Rp 1.000.000 : 58 orang (18,95%)
5. > Rp 1.000.000 : 6 orang (1,96%)
§ Di Dusun Sambiroto terdapat usaha milik sendiri dan kelomp
§ Di Dusun Sambiroto terdapat warung yang dikelola secara pr
Sumber Pelayanan Kesehatan: § Di Dusun Sambiroto sendiri tidak terdapat pelayanan kesehat
§ RS, klinik, RSJ, Puskesmas
WINSHIELD SURVEY

Lokasi pengamatan : Dusun Sambiroto

Kelompok : II

Detail Temuan
Tipe perkampungan/pedesaan v Dusun Sambiroto berada dalam tahap perkembangan
§ Perumahan § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan t
§ Semi usaha § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras denga
§ Lingkungan usaha/bisnis § 49% masih ada warga yang membuang sampah di su
§ 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10 m
v Tempat bisnis di Dusun Sambiroto, yaitu terdapat 4
v Usaha yang ada di Dusun Sambiroto antara lain, usa
Lingkungan tempat tinggal v Jarak rumah antara warga satu dengan warga yang la
§ Rumah tunggal (terpisah antara rumah satu v Tidak ada apartemen di Dusun Sambiroto
dengan lainnya)
§ Apartemen
Umur Area Perumahan v Tidak ada bangunan baru yang lagi dikerjakan warga
§ Bangunan baru v Tidak ada bangun lama yang terpelihara
§ Bangunan lama tetapi terpelihara bagus v Tidak ada bangunan yang rusak akibat bencana alam
§ Bangunan banyak yang rusak
Karakteristik social-kultural § Dusun Sambiroto, RT 42-49
§ Variasi umur penduduk 1. Balita : 16 orang (5,23%)
§ Ras dan etnik grup 2. Usia sekolah : 24 orang (7,84%)
§ Siswa sekolah 3. Remaja : 20 orang (6,53%)
§ Pekerjaan 4. Dewasa Muda : 27 orang (8,82%)
5. Dewasa Tua : 69 orang (22,55%)
6. Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
7. Lansia : 40 orang (13,07%)
§ 100% warga Sambiroto adalah orang Jawa asli yang
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. Tidak sekolah : 27 orang (8,82%)
2. TK / PAUD : 4 orang (1,31%)
3. SD : 83 orang (27,12%)
4. SMP : 48 orang (15,69%)
5. SMA : 60 orang (19,61%)
6. PT : 10 orang (3,27%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. Pelajar : 47 orang (15,36%)
2. Tani : 119 orang (22,55%)
3. Buruh : 36 orang (11,76%)
4. Swasta : 41 orang (13,40%)
5. PNS : 2 orang (0,65%)
6. Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
Lingkungan v Sebagian besar halaman rumah warga cukup terawat
1. Tampakan umum pekarangan yang di manfaatkan sebagai perkarangan t
§ Halaman, jalan, pekarangan v Tanaman yang ada di pekarangan rumah, seperti bua
§ Tanaman v Di Dusun Sambiroto tidak memiliki tanda-tanda kese
§ Patung, tanda-tanda seni
2. Bahaya lingkungan v Polusi udara di Dusun Sambiroto tidak ada karena ko
§ Polusi udara wilayah Sambiroto.
§ Sampah v Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu:
§ Area bermain yang berbahaya a) Dibakar : 170 orang (55,55%)
§ Penerangan jalan b) Disungai : 49 orang (16,01%)
§ Alat pemadam kebakaran c) Di TPU : - (0%)
§ Lalu lintas d) Disembarang tempat : - (0%)
§ Polisi/anggotapengaman/penyebrangan jalan e) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
untuk anak sekolah § Dusun Sambiroto berada dekat dengan sungai dan sa
3. Stessor lingkungan § Penerangan jalan di Dusun Sambiroto sangat kurang
§ Kegaduhan/ ramai/ kemacetan § Tidak terdapat alat pemadam kebakaran di Dusun Sa
§ Tanda-tanda yang menyebabkan banyak § Lalu lintas di Dusun Sambiroto tidak begitu padat ka
angka kriminal § Di Dusun Sambiroto tidak ada pengamanan untuk pe
§ Tanda-tanda adanya penyalahgunaan bahan- raya
bahan terlarang (NAPZA) § Tidak ada kegaduhan, kemacetan maupun keramaian
§ Tanda-tanda adanya kemiskinan § Tidak terdapat tindakan kriminal di Dusun Sambirot
§ Tidak terdapat penyalahgunaan NAPZA di Dusun Sa
§ Untuk tanda-tanda kemiskinan tidak begitu terlihat k
sawah yang dapat dimanfaatkan sebagai usaha, tetapi s
Sumber-sumber v Di Dusun Sambiroto tidak memiliki pasar tetapi mem
§ Tempat belanja/ daerah belanja v Sebagian besar warga Dusun Sambiroto menggunak
§ Transportasi v Warga Dusun Sambiroto jarang melakukan rekreasi
§ Rekreasi v Rata-rata pendidikan di Dusun Sambiroto masih dala
§ Pendidikan v Di Dusun Sambiroto terdapat 2 masjid, yaitu di RT 4
§ Pusat agama/ kepercayaan (masjid, gereja, v Di Dusun Sambiroto terdapat 8 pos ronda disetiap R
dan lain-lain) v Untuk pelayanan farmasi atau apotik cukup jauh dar
§ Pelayanan keamanan v Beberapa tahun terakhir ini tidak terjadi kegawatdaru
§ Farmasi v Untuk pelayanan umum seperti Bank cukup jauh den
§ Kegawatdaruratan (kebakaran, dll) v Untuk pengambilan sampah tidak ditemukan secara
§ Pelayanan umum (kantor pos, bank, dll) v Untuk surat kabar atau koran dinding tidak ada
§ Pengambil sampah
§ Surat kabar
Pelayanan kesehatan v Di dusun Sambiroto tidak terdapat klinik dokter atau
1. Fasilitas kesehatan (Ada/ tidak ada) yang sakit langsung di bawa ke Puskesmas atau sekeda
§ Rumah sakit v Sumber pelayanan kesehatan pertama yang digunaka
§ Klinik, lainnya
2. Sumber pelayanan kesehatan pertama
§ Puskesmas
§ Nursing center
§ Praktek dokter swasta, lainnya

Analisa Data Masalah Kebersihan Lingkungan dan Rendahnya Pengetahuan


Warga Terhadap Masalah Kesehatan Di Dusun Sambiroto
Data Masalah Keperawatan Komunitas
DS : Kurangnya perilaku masyarakat dalam menerap
§ Sebagian warga mengatakan jarang membuang
sampah di TPU akhir karena biayanya mahal, tidak
punya kamar mandi sendiri karena biaya
pembuatannya juga mahal.
§ Sebagian warga mengatakan memang jarang
menguras bak mandi karena cepat kotor juga, apalagi
saat musim hujan seperti ini.
DO :
Data bulan Desember 2012 mengenai masalah
kebersihan lingkungan dan rendahnya pengetahuan
di Dusun Sambiroto:
§ 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan
tidak dimanfaatkan.
§ 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras
dengan teratur.
§ 49% masih ada warga yang membuang sampah di
sungai.
§ 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10
meter.
§ 58% jumlah jumantik di lingkungan warga Dusun
Sambiroto.
§ Dari hasil survey mengenai sikap keluarga
terhadap:
1. Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu :
a) Dibakar : 170 orang (55,55%)
b) Disungai : 49 orang (16,01%)
c) Disembarang tempat : - (0%)
d) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
2. Jarak septitank dengan sumur, yaitu:
a) <10 meter : 76 orang (24,83%)
b) >10 meter : 173 orang (56,53%)
c) Sungai : 57 orang (18,62%)
DS : Kurangnya pengetahuan pasangan usia subur da
§ Hasil wawancara dengan sampel 30 orang wanita
secara acak dengan usia produktif diketahui bahwa
sebanyak 16 orang yang mengatakan tidak
memahami tentang KB dan alat kontasepsi, mereka
mengatakan belum pernah mendapat informasi
mengenai tentang hal tersebut.
§ Sebagian besar ibu-ibu mengatakan ingin
mendapatkan penyuluhan tentang Menopause dan
Sadari.
DO :
§ 37% penduduk Dusun Sambiroto merupakan
pasangan usia subur.
§ 10,45% pasangan memiliki jumlah anak yang jarak
usianya sangat dekat.
DS : Tingginya angka kesakitan karena penyakit Hip
§ Berdasarkan wawancara terhadap 10 sampel warga
secara acak, didapatkan data bahwa 8 lansia
mengalami hipertensi tanpa mereka ketahui
penyebabnya.
DO :
§ Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top
Penyakit yang di dapatkan pada Desa Banyuroto,
yaitu:
1) Hipertensi : 225 orang
2) Diabetes Mlitus : 78 orang
§ Masalah kesehatan di Dusun Kadisono pada RT 01
dan RT 04
1) Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2) Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
DS : Potensial peningkatan PHBS sejak dini di Dusun
§ Anak-anak mengatakan tidak suka sikat gigi
malam karena malas keluar rumah malam hari.
DO :
§ Banyaknya anak-anak TK yang giginya berlubang
dan hitam yang dapat menyebabkan cariers gigi
§ Kurangnya pengetahuan cuci tangan menggunakan
sabun
§ Kurangnya perhatian orang tua terhadap
kebersihan anak
DS : Potensial peningkatan kesehatan reproduksi rem
§ Sebagian remaja terutama wanita mengatakan
belum mengetahui proses terjadinya menstruasi dan
penyakit menular seksual itu seperti apa.
DO :
§ Kurangnya informasi remaja tentang masalah
penyakit menular seksual.
§ Kurangnya informasi remaja tentang masalah
kesehatan reproduksi remaja.
DS : Kesiapan peningkatan kesehatan bagi lansia dan
§ Dari hasil wawancara kepada sebagian
besarmasyarakat dan kader yang ada di Dusun
Sambiroto, didapatkan data bahwa di Dusun
Sambiroto tidak terdapat Posyandu Lansia yang
dapat dimanfaatkan oleh para lansia.
DO :
§ Jumlah lansia 57 orang (13,57%)
§ Angka kejadian hipertensi pada lansia sebanyak 22
orang (7,19%).
§
DS : Kurang optimalnya pelaksanaan Dusun siaga di
§ Karang taruna mengatakan ingin mengadakan
donor darah dan meminta bantuan pada K3M.
§ Guru-guru di SD Negeri Sambiroto ingin
mengadakan cek golongan darah dan meminta
bantuan pada K3M.
§ Sebagian besar warga Sambiroto ingin meminta
cek glukosa, asam urat dan kolestrol.
DO :
§ Masih banyak warga yang tidak tahu angka
glukosa, asam urat dan kolestrol.
§ Siswa-siswi banyak yang ingin mengetahui
golongan darahnya.
DS : Kurangnya keterampilan kader dalam pemeriksa
§ Hasil wawancara dengan kader kesehatan yang ada
di Sambiroto didapatkan hasil bahwa hanya 2 dari 10
kader yang ada di Dusun Sambiroto yang dapat
melakukan pengukuran tekanan darah.
DO :
§ Jumlah kader di Dusun Sambiroto sebanyak 10
orang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Etiologi
Masalah (Aktual/
Berhubungan Tanda dan Gejala Dimanifestasikan oleh
Potensial)
dengan
1. Kurangnya perilaku Kurangnya Data bulan Desember 2012 mengenai masalah kebe
masyarakat dalam pengetahuan § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat da
menerapkan perilaku hidup masyarakat dalam § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras den
bersih dan sehat di Dusun mengenal perilaku § 49% masih ada warga yang membuang sampah di
Sambiroto hidup bersih dan § 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10
sehat di Dusun § 58% banyaknya jumlah jumantik di Dusun Sambi
Sambiroto
2. Kurangnya pengetahuan Kurangnya paparan § 18,62% penduduk Dusun Sambiroto merupakan p
pasangan usia subur dan informasi § Hasil wawancara dengan sampel 30 orang wanita
pra-lansia tentang KB, tidak memahami tentang KB dan alat kontasepsi, m
Menopause dan Sadari di § 10,45% pasangan memiliki jumlah anak yang jara
Dusun Sambiroto
3. Tingginya angka Kurangnya § Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top Penya
kesakitan karena penyakit pengetahuan warga 1) Hipertensi : 225 orang
Hipertensi pada kelompok tentang penyakit 2) Diabetes Mlitus : 78 orang
lansia di Dusun Sambiroto Hipertensi § Masalah kesehatan di Dusun Kadisono pada RT 0
1. Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2. Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
§ Berdasarkan wawancara terhadap 10 sampel warg
penyebabnya.
§ Untuk kematian dalam 2 tahun terdapat 5 orang w
4. Potensial peningkatan Kurang pengetahuan § Banyaknya anak-anak TK yang giginya berlubang
PHBS sejak dini di Dusun keluarga didalam § Kurangnya pengetahuan cuci tangan menggunaka
Sambiroto menjaga kesehatan § Kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersiha
anak
5. Potensial peningkatan Kurangnya § Kurangnya informasi remaja tentang masalah pen
kesehatan reproduksi pengetahuan remaja § Kurangnya informasi remaja tentang masalah kes
remaja di Dusun tentang reproduksi
Sambiroto remaja
6. Kesiapan peningkatan Peningkatan derajat § Jumlah Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
kesehatan bagi lansia dan kesehatan masyarakat § Lansia : 40 orang (13,07%)
tahap perkembangan anak § Angka kejadian hipertensi pada lansia sebanyak 2
di Dusun Sambiroto
7. Kurang optimalnya Kurangnya § Kurang optimalnya pemantauan jentik berkala ole
pelaksanaan Dusun siaga kemampuan § Masih Banyak warga yang tidak tau golongan dar
di Dusun Sambiroto masyarakat mengenal
masalah kesehatan
8. Kurangnya keterampilan Kurangnya pelatihan § Hasil wawancara dengan kader kesehatan yang ad
kader dalam pemeriksaaan kader oleh petugas Sambiroto yang dapat melakukan pengukuran tekan
status kesehatan secara kesehatan
umum (penggunaan alat-
alat kesehatan)

PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Dx Kep A B C D E F G H I J K Total Prioritas


Komunitas
1. Kurangnya perilaku 4 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 39 1
masyarakat dalam
menerapkan
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di
Dusun Sambiroto.
2. Kurangnya 3 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 38 2
pengetahuan
pasangan usia subur
dan pra-lansia
tentang KB,
Menopause dan
Sadari.
3. Tingginya angka 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 37 3
kesakitan karena
penyakit Hipertensi
pada kelompok
lansia di Dusun
Sambiroto.
4. Potensial 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 36 4
peningkatan PHBS
sejak dini di Dusun
Sambiroto.
5. Potensial 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 35 5
peningkatan
kesehatan
reproduksi remaja
di Dusun
Sambiroto.
6. Kesiapan 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 35 6
peningkatan
kesehatan bagi
lansia dan tahap
perkembangan anak
di Dusun Sambiroto
7. Kurang optimalnya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34 7
pelaksanaan Dusun
siaga di Dusun
Sambiroto.
8. Kurangnya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 8
keterampilan kader
dalam pemeriksaan
status kesehatan
secara umum
(penggunaan alat-
alat kesehatan).

Keterangan pembobotan:

1. Sangat rendah A : Risiko terjadi G : Tempat

2. Rendah B : Risiko keparahan H : Waktu

3. Cukup C : Potensial untuk penkes I : Dana

4. Tinggi D : Minat masyarakat J : Fasilitas kesehatan

5. Sangat tinggi E : Kemungkinan diatasi K : Sumber daya

F : Sesuai dengan program pemerintah

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Strateg Rencan
Dx Tujuan Tujuan i a Sumbe Temp
No Evaluasi PJ
Kep Umum Khusus Interve Kegiat r at
nsi an
Krit Standa
eria r
1. Kurang Tercapai 1. 1. 1. Bersihnya 1. 1. Dusu Nita
nya nya Masyara Pendidi Penyulu Lingkung Melaku Masy n Yose
perilak kebersih kat kan han an Dusun kan arakat Samb
u an paham kesehat tentang Sambirot kerja Sambi iroto
masyar lingkung akan an penting o bakti roto
akat an di penting 2. nya secara 2.
dalam Dusun nya Kerjasa kesehat berkala. Kelo
menera Sambirot menjaga ma an 2. mpok
pkan o setelah kebersih 3. lingkun Memah K3M
perilak dilakuka an pember gan dan ami
u hidup n asuhan pekaran dayaan pengelo pemilih
bersih keperaw gan masyar laan an
dan atan rumah akat limbah sampah
sehat di komunit 2. 2. yang
dusun as Masyara Kegiata benar
Sambir selama 2 kat n kerja
oto minggu paham bakti
akan bersam
penting a
nya masyar
menjaga akat
kebersih Dusun
an Sambir
kandang oto
ternak 3.
3. Geraka
Masyara n
kat mau serenta
berparti k
sipasi pember
dalam antasan
upaya sarang
mening nyamuk
katkan
kebersih
an
lingkun
gan
4.
Masyara
kat
paham
tentang
pembua
ngan
limbah
yang
tepat
2 Kurang Meningk 1. PUS 1. 1. Memaha Pemilih Kelo Dusu Amel
nya at-nya paham Kerjasa Penyulu mi an alat- mpok n Chris
pengeta pengetah akan ma han pentingny alat K3M Samb t
huan uan PUS penting masyar tentang a kontras iroto Iwan
pasanga dan nya KB akat KB dan mengatur epsi
n usia pralansia 2. PUS 2. Kontras jarak yang
subur terhadap mengen Pendidi epsi kelahiran tepat
dan pra pentingn al alat- kan 2. dan dapat bagi
lansia ya alat kesehat Penyulu memilih PUS
tentang pengetah kontrase an han kontrasep dan
KB uan psi tentang si yang teknik
menopa tentang (jenis, Menopa tepat, sadari
use dan KB, cara use tanda dan serta
sadari menopau menggu 3. gejala menget
se dan nakan, Penyulu menopaus ahui
sadari kelebiha han e, seta tentang
setelah n dan tentang memprakt manopa
dilakuka kekuran Sadari ekankan use
n asuhan gan) teknik pada
keperaw 3. PUS sadari pralansi
atan mampu a
komunit menentu
as kan alat
selama 2 kontrase
minggu psi yang
tepat
untuk
mereka
4. PUS
dan
pralansi
a
mengeta
hui
tentang
menopa
use
5. PUS
dan
pralansi
a dapat
mengeta
hui
manfaat
dan cara
menerap
kan
teknik
Sadari
3 Tinggin Meningk 1. 1. Membe Pemaham Cara Kelo Dusu Ade
ya atnya Masyara Kerjasa rikan an merawa mpok n Tria
angka pengetah kat ma penyulu tentang t lansia K3M Samb
kesakit uan paham masyar han penyakit dan iroto
an masyara tentang akat tentang Hipertens keluarg
karena kat penyakit 2. Hiperte i a yang
penyaki tentang Hiperte Pendidi nsi memili
t penyakit nsi kan antara ki
Hiperte Hiperten (Definis kesehat lain Hiperte
nsi si setelah i, an Definisi nsi
pada dilakuka penyeba ,
kelomp n asuhan b, tanda penyeb
ok keperaw dan ab,
Lansia atan gejala, tanda
di komunit komplik gejala,
Dusun as asi) kompli
Sambir selama 2 2. kasi,
oto minggu Masyara cara
kat perawat
mampu an dan
mengam pencega
bil han
keputus dengan
an yang diet
tepat hiperten
dalam si dan
menang terapi
ani otot
Hiperte progresi
nsi f
4 Potensi Meningk 1. 1. 1. Penerapa 1. Kelo SD Yoss
al atkan Mening Kerjasa Mengaj n PHBS Anak- mpok dan e
peningk PHBS katkan ma arkan sejak dini anak K3M TK Nita
atan sejak PHBS masyar cara Usia di
PHBS dini di pada akat menggo Sekolah Dusu
sejak Dusun anak 2. sok gigi dan n
dini di Sambirot prasekol Pendidi yang Praseko Samb
Dusun o, ah dan kan benar lah iroto
Sambir Banyurot sekolah kesehat 2. menget
oto, o, Dusun an Mengaj ahui
Banyur Nanggul Sambiro arkan Cara
oto, an, to cara meng-
Nanggu Kulon 2. Anak cuci gosok
lan, Progo prasekol tangan gigi
Kulon ah dan yang yang
Progo sekolah baik baik
Dusun dan dan
Sambiro benar benar.
to dapat 2. Cara
melakuk mencuc
an cuci i tangan
tangan yang
dan baik
gosok dan
gigi benar
dengan
benar
5. Potensi Meningk 1. 1. Penyulu Remaja Remaja Kelo Dusu Aji
al atkan Menam Kerjasa han Terhindar paham mpok n Alan
peningk pengetah bah ma tentang dari tentang K3M Samb
atan uan pengeta masyar kesehat masalah- PMS iroto
kesehat remaja huan akat an masalah dan
an akan remaja 2. reprodu kesehatan Kesehat
reprodu pentingn tentang Pendidi ksi reproduks an
ksi ya kesehata kan remaja i Reprod
remaja kesehata n kesehat uksi
di n reprodu an mening
Dusun reproduk ksi kat
Sambir si remaja 2.
oto Member
ikan
gambara
n
kepada
remaja
tentang
perilaku
yang
tepat
dalam
menjaga
kesehata
n
reprodu
ksi
remaja
6. Kesiapa Kesiapan 1. 1. 1. Meningka 1. Kelo Dusu Aji
n lansia Lansia Pendidi Penyulu tnya Memah mpok n Alan
peningk dan paham kan han derajat ami dan K3M Samb Chris
atan anakdala akan kesehat kesehat kesehatan menceg iroto tTria
kesehat m upaya penting an an dan lansia ah
an bagi peningka nya 2. penyaki Dusun terjadin
lansia tan kesehata Kerjasa t pada Sambirot ya
dan kesehata n di usia ma lansia o penyaki
tahap n lanjut masyar misalny t lansia.
perkem 2. akat a DM 2.
bangan Lansia 3. dan Senam
anak di dapat Pember Hiperte secara
dusun mengop daya-an nsi, teratur.
Sambir timal- masyar terapi 3.
oto kan akat otot Memen
kemamp progresi uhi
uannya f dan ADL
untuk senam mandiri
memenu kaki 4.
hi DM Memah
kebutuh 2. ami
an Pemeri cara
secara ksaan pengec
mandiri fisik ekan
3. dan perkem
Lansia mental bangan
paham lansia pada
akan 3. anak
cara Penyulu 5.
menjaga han Mengta
kebugar P3K hui cara
an pada mengat
tubuhny anak asi
a yang penyaki
4. sakit t biasa
Lansia biasa yang
mengeta terjadi terjadi
hui pada pada
tentang anak- anak
penyakit anak secara
- 4. mandiri
penyakit Penyulu
yang han
sering tahapan
terjadi perkem
pada bangan
lansia anak
dan 5.
cara Penyulu
penatala han gizi
ksana- pada
annya. bayi
5. dan
Orangtu Balita
a dari
anak
mengeta
hui
penting
nya
kesehata
n anak
6.
Orangtu
a anak
mengeta
hui
tahapan
perkem
bangan
anak,
gizi
yang
dibutuh
kan dan
cara
penenga
nan
penyakit
yang
diderita
anak-
anak
secara
umum.
7 Kurang Mengopt 1. 1. 1. Pelaksana 1. Kelo Dusu TIM
optimal imalkan Terlaksa Proses Penyulu an Dusun Masyar mpok n
nya pelaksan nanya kelomp han Siaga akat K3M Samb
pelaksa aan salah ok tentang terlaksana memah iroto
naan Dusun satu 2. manfaat lebih ami
Dusun Siaga di program Pendidi cek optimal manfaat
siaga di Dusun dusun kan golonga dan
Dusun Sambirot siaga kesehat n darah penting
Sambir o, 2. an 2. nya cek
oto, Banyurot Member 3. Pendata golonga
Banyur o, i Kerjasa an n darah
oto, Nanggul gambara ma peserta dan
Nanggu an, n masyar cek mau
lan, Kulon tentang akat golonga bepartis
Kulon Progo manfaat 4. n darah ipasi
Progo cek Pember 3. didalam
golonga daya-an Pelaksa nya
n darah masyar naan 2.
3. akat kegiata Masyar
Member n cek akat
ikan golonga sadar
pemaha n darah akan
man 4. penting
tentang Jumanti nya
pencega k dan upaya
han Penyulu penceg
DBD han ahan
4. GERT DBD
Member AK 3.
ikan PSN Masyar
pemaha (Geraka akat
man n memah
tentang Serenta ami arti
penting k penting
nya Pember dari
menjaga antasn menjag
kesehata Sarang a
n Nyamu kesehat
k) an
5.
Pelayan
an
Kesehat
an &
penyulu
han
kesehat
an
secara
umum
8 Kurang Peningka 1. Kader 1. 1. Kader 1. Para Kelo Dusu TIM
nya tan memaha Pendidi Pelatiha dan kader mpok n
keteram keteramp mi kan n kader pelaksana dapat K3M Samb
pilan ilan tentang kesehat dalam an memah iroto
kader kader posyand an penggu posyandu ami
dalam dalam u dan 2. naan dapat tugas
pemeri menggun sistem 5 Kerjasa alat-alat berfungsi dan
ksaan akan meja ma kesehat secara fungsin
status alat-alat dalam masyar an, optimal ya.
kesehat kesehata posyand akat tugas 2. Para
an n dan u 3. dan Kader
secara peningka 2. Kader Pember fungsi dapat
umum tan memaha daya-an kader, melaku
(pengg pemaha mi masyar serta kan
unaan man tentang akat Posyan pemeri
alat-alat tentang tugas du ksaan
kesehat posyand kader 2. tekanan
an) u posyand Observ darah,
u asi suhu,
3. Kader fungsi nadi,
mampu Kader dan
mengen dan respiras
al dan keteram i.
menggu pilan 3. Para
nakaan penggu Kader
alat-alat naan dapat
kesehata alat-alat menera
n untuk kesehat pkan
pemerik an serta sistem
saan penerap 5 meja
status an dalam
kesehata sistem posyan
n secara 5 meja du
umum
4. Kader
mengeta
hui
batas
normal
tanda-
tanda
vital

RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
1. Kurangnya Tujuan 1. Seluruh Minggu, Dusun Kelompo Nita
perilaku umum : Penyuluhan masyarak 23 Sambirot k K3M Yos
masyaraka Tercapainya tentang at Dusun Desemb o Kelompo e
t dalam kebersihan pentingnya Sambiroto er 2012 Dusun k K3M TIM
menerapka lingkungan kesehatan Seluruh Minggu, Sambirot Kelompo TIM
n perilaku di Dusun lingkungan masyarak 16 o k K3M
hidup Sambiroto dan at Dusun Desemb Dusun
bersih dan setelah pengelolaan Sambiroto er 2012 Sambirot
sehat di dilakukan limbah Seluruh Jumat, o
dusun asuhan 2. Kegiatan masyarak 21
Sambiroto keperawatan kerja bakti ar Dusun Desemb
komunitas bersama Sambiroto er 2012
selama 2 masyarakat –4
minggu. Dusun Januari
Tujuan Sambiroto 2013
Khusus : 3. Gerakan
1. serentak
Masyarakat pemberantas
paham akan an sarang
pentingnya nyamuk
menjaga
kebersihan
pekarangan
rumah
2.
Masyarakat
paham akan
pentingnya
menjaga
kebersihan
kandang
ternak
3.
Masyarakat
mau
berpartisipas
i dalam
upaya
meningkatk
an
kebersihan
lingkungan
4.
Masyarakat
paham
tentang
pembuangan
limbah yang
tepat

N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Tempat PJ
o Kegiatan Waktu Dana
2. Kurangnya Tujuan 1. Seluruh Sabtu, 22 Dusun Kelompo Amel
pengetahua umum : Penyuluha PUS Desembe Sambirot k K3M Chris
n pasangan Meningkat- n tentang dan r 2012 o t
usia subur nya KB dan Pralansi Sabtu, 29 Dusun Amel
dan pra pengetahuan Kontraseps a Desembe Sambirot Crist
lansia PUS dan i Seluruh r 2012 o Tria
tentang KB pralansia 2. PUS
menopause terhadap Penyuluha dan
dan sadari pentingnya n tentang Pralansi
pengetahuan Menopaus a
tentang KB, e
menopause 3.
dan sadari Penyuluha
setelah n tentang
dilakukan Sadari
asuhan
keperawatan
komunitas
selama 2
minggu
Tujuan
Khusus :
1. PUS
paham akan
pentingnya
KB
2. PUS
mengenal
alat-alat
kontrasepsi
(jenis, cara
menggunaka
n, kelebihan
dan
kekurangan)
3. PUS
mampu
menentukan
alat
kontrasepsi
yang tepat
untuk mereka
4. PUS dan
pralansia
mengetahui
tentang
menopause
5. PUS dan
pralansia
dapat
mengetahui
manfaat dan
cara
menerapkan
teknik Sadari

3. Tingginya Tujuan Penyuluhan Masyarak Sabtu, Dusun Kelomp Ade


angka umum : tentang at Dusun 15 Sambirot ok K3M Tria
kesakitan Meningkatny Hipertensi, Sambirot Desemb o
karena a Diet Rendah o er 2012 Dusun
penyakit pengetahuan Garam dan Jumat, 4 Sambirot
Hipertensi masyarakat terapi otot Januari o
pada tentang progresif 2013
kelompok penyakit
Lansia di Hipertensi
Dusun setelah
Sambiroto dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas
selama 2
minggu
Tujuan
Khusus :
1.
Masyarakat
paham
tentang
penyakit
Hipertensi
(Definisi,
penyebab,
tanda dan
gejala,
komplikasi)
2.Masyarakat
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
dalam
menangani
Hipertensi
N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
4. Potensial Tujuan 1. Seluruh Kamis, TK dan Kelomp Yoss
peningkatan umum : Mengajarka anak SD 20 SD di ok e
PHBS sejak Meningkatka n cara dan TK Desemb Dusun K3M Nita
dini di n PHBS menggosok di Dusun er 2012 Sambiro Kelomp
Dusun sejak dini di gigi yang Sambirot Rabu, to ok K3M
Sambiroto Dusun benar o 16 TK dan
Sambiroto 2. Januari SD di
Tujuan Mengajarka 2013 Dusun
Khusus : n cara cuci Sambiro
1. tangan yang to
Meningkatka baik
n PHBS pada
anak
prasekolah
dan sekolah
Dusun
Sambiroto
2. Anak
prasekolah
dan sekolah
Dusun
Sambiroto
dapat
melakukan
cuci tangan
dan gosok
gigi dengan
baik serta
benar
5. Potensial Tujuan 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelomp Aji
peningkatan umum : Penyuluhan remaja 22 Sambiro ok K3M Alan
kesehatan Meningkatka Penyakit Dusun Desemb to
reproduksi n Menular Sambirot er 2012
remaja di pengetahuan Seksual o
Dusun remaja akan (PMS)
Sambiroto pentingnya 2.
kesehatan Penyuluhan
reproduksi tentang
remaja kesehatan
Tujuan reproduksi
Khusus : remaja
1. 3.
Menambah Penyuluhan
pengetahuan tentang
tentang Menstruasi
kesehatan
reproduksi
2.
Memberikan
gambaran
perilaku
yang tepat
dalam
menjaga
esehatan
reproduksi
6. Kesiapan Tujuan 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelomp Ade
peningkatan umum : Penyuluhan lansia 29 Sambiro ok K3M Tria
kesehatan Kesiapan kesehatan Dusun Desemb to Kelomp Aji
bagi lansia lansia dan dan Sambirot er 2012 Dusun ok K3M Alan
dan tahap anakdalam penyakit o Jumat, 4 Sambiro Kelomp Chri
perkembang upaya pada lansia Kader Januari to ok K3M st
an anak di peningkatan misalnya dan Ibu 2013 Dusun Tria
dusun kesehatan DM dan Posyandu Minggu, Sambiro
Sambiroto Tujuan Hipertensi, Kader 16 to
Khusus: terapi otot dan Ibu Desemb
1. Lansia progresif Posyandu er 2012
paham akan dan senam Rabu,
pentingnya kaki DM 16
kesehatan di 2. Januari
usia lanjut Pemeriksaa 2013
2. Lansia n fisik dan
dapat mental
mengoptimal lansia
-kan 3.
kemampuann Penyuluhan
ya untuk P3K pada
memenuhi anak yang
kebutuhan sakit biasa
secara terjadi pada
mandiri anak-anak
3. Lansia 4.
paham akan Penyuluhan
cara menjaga tahapan
kebugaran perkembang
tubuhnya an anak
4. Lansia (DDST)
mengetahui 5.
tentang Penyuluhan
penyakit- gizi pada
penyakit bayi dan
yang sering Balita
terjadi pada
lansia dan
cara
penatalaksan
a-annya.
5. Orangtua
dari anak
mengetahui
pentingnya
kesehatan
anak
6. Orangtua
anak
mengetahui
tahapan
perkembanga
n anak, gizi
yang
dibutuhkan
dan cara
penenganan
penyakit
yang diderita
anak- anak
secara
umum.
N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
7. Kurang Tujuan umum 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelompo TI
optimalnya : Penyuluhan masyarak 22 Sambirot k K3M M
pelaksanaa Mengoptimalk dan at Dusun Desemb o Kelompo TI
n Dusun an sosialisasi Sambirot er 2012 Dusun k K3M M
siaga di pelaksanaan tentang o 2, 3, dan Sambirot Kelompo TI
Dusun Dusun Siaga donor darah 4 o k K3M M
Sambiroto di Dusun 2. Januari Dusun dan Ala
Sambiroto. Sosialisasi 2013 Sambirot Swadaya n
Tujuan dan Minggu, o Masyrak
Khusus : Pendataan 6 Dusun at
1. peserta Januari Sambirot Kelompo
Terlaksananya donor darah 2013 o k K3M
salah satu 3. Senin- Kelompo
program dusun Pelaksanaan Jumat, k K3M
siaga dalam kegiatan 14- 18 Dan
bidang donor darah Januari Swadaya
kesehatan 4. 2013 Masyrak
2. Pelayanan Rabu, at
Memberikan Kesehatan 16
pelayanan dan Terapi Januari
kesehatan Komplemen 2013
masyarakat t-er untuk
Dusun masyarakat
Sambiroto Dusun
Sambiroto
5. Senam
Bugar
6. Cek
golongan
darah
8. Kurangnya Tujuan umum 1. Pelatihan Seluruh Kamis, Dusun Kelompo TI
keterampil : Peningkatan kader kader 3 Sambirot k K3M M
an kader keterampilan 2. posyandu Januari o
dalam kader dalam Observasi di Dusun 2013
pemeriksaa menggunakan fungsi Sambirot
n status alat-alat Kader dan o
kesehatan kesehatan dan keterampila
secara peningkatan n
umum pemahaman penggunaan
(pengguna tentang alat-alat
an alat-alat posyandu. kesehatan
kesehatan). Tujuan serta
Khusus : penerapan
1. Kader sistem 5
memahami meja
tentang
posyandu dan
sistem 5 meja
dalam
posyandu
2. Kader
memahami
tentang tugas
kader
posyandu
3. Kader
mampu
mengenal dan
menggunakaan
alat-alat
kesehatan
untuk
pemeriksaan
status
kesehatan
secara umum
4. Kader
mengetahui
batas normal
tanda-tanda
vital

IMPLEMENTASI PROGRAM DAN EVALUASI

No Hari, Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal,
Jam
1. Senin- Melakukan pengkajian di S : Warga mengatakan senang
Kamis, 10- Dusun Sambiroto dan berterimakasih karena
13 mendapatkan perhatian
Desember tentang kesehatan di keluarga
2012 dan dusunnya
(09.00 – O : Data Terlampir
selesai) A :Masalah pengkajian
Dusun teratasi
Sambiroto P :Persiapan program K3M
(MMD II)
2. Jumat, 14 1. Mengundang warga Dusun S : Sebagian besar warga
Desember Sambiroto sangat antusias dengan adanya
2012 2. Melaksanakan MMD II K3M dan mengatakan ingin
(19.00- 3. Memperkenalkan anggota memeriksakan kesehatannya.
21.00) kelompok K3M O : - Warga menerima dengan
Rumah 4. Menjelaskan masalah terbuka dan menyambut
Kepala kesehatan yang ada di dengan baik.
Dukuh masyarakat - Jumlah peserta MMD II
Sambiroto 5. Melakukan diskusi atau sebanyak 45 orang
tanya jawab dengan warga - Warga banyak yang
6. Mengikuti acara sampai bertanya seputar masalah
selesai kesehatan
A : Masalah MMD II teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan Hipertensi dan
Relaksasi Otot Progresif)
3. Sabtu, 15 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tani senang dengan adanya K3M
2012 2. Memberikan penyuluhan di dalam memberikan
(20.00 – tentang Hipertensi dan penyuluhan tentang kesehatan
21.30) Relaksasi Otot Progresif dan senang mendapatkan
Rumah 3. Mendemonstrasikan cara terapi relaksasi.
Kepala melakukan ROP O : - Warga menerima dengan
Dukuh 4. Membagikan leaflet hasilterbuka dan menyambut
Sambiroto penyuluhan dengan baik serta
5. Melakukan diskusi tanya mengharapkan dapat
jawab tambahan informasi
kesehatan.
- Jumlah warga yang hadir 40
orang.
A : Masalah penyuluahan HT
dan ROP teratasi
P : Persiapan program K3M
(Kerja bakti dan Posyandu
balita)
4. Minggu, 16 1. Mengikuti kegiatan kerja S : Warga mengatakan cukup
Desember bakti bersama warga Dusun senang dengan adanya K3M
2012 Sambiroto membantu dalam kegiatan
(07.00 – 2. Mengikuti acara sampai kerja bakti bersama.
09.30) selesai O : - Warga menerima dengan
RT 46 terbuka dan menyambut
dengan baik serta
mengharapkan dapat
tambahan informasi
kesehatan.
- Hampir seluruh warga RT
46 mengikuti kegiatan kerja
bakti
A : Masalah kerja bakti
bersama teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan tentang cuci
tangan dan gosok gigi bagi
anak)
5. Minggu, 16 1. Mengikuti kegiatan S : Ibu-ibu kader mengatakan
Desember Posyandu Balita sangat senang dan meminta
2012 2. Membantu kegiatan K3M kembali bulan depan.
(10.00- posyandu, seperti O : Ibu-ibu kader tampak
12.00) penimbangan dan pencatatan bersemangat melakukan
Rumah KMS balita kegiatan posyandu balita.
Ketua Kader 3. Memberikan penyuluhan Jumlah kader yang ada hanya
Dusun tentang P3K pada anak 5 orang.
Sambiroto 4. Mengikuti kegiatan sampai A : Masalah penyuluhan P3K
(Posyandu selesai teratasi
Balita) P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan tentang cuci
tangan dan gosok gigi bagi
anak)
6. Kamis, 20 1. Menyiapkan sabun untuk S : Kepala sekolah SD
Desember mencuci tangan mengatakan merasa senang
2012 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
(09.00- tentang cuci tangan didalam mengajarkan anak.
11.00) 3. Mendemonstrasikan cara O : Jumlah siswa 76 orang,
SD Negeri mencuci tangan yang benar terdiri dari enam kelas, yaitu
Sambiroto 4. Mengajarkan cara mencuci kelas 1 s/d kelas 6, ruangan
tangan yang benar pada anak- tertata rapi dan bersih, hiasan
anak SD sudah terpasang.
A : Masalah cuci tangan
teratasi.
P : Mengajarkan cuci tangan
yang baik dan benar di TK
7. Jumat, 21 1. Menyiapkan pasta gigi S : Kepala sekolah SD
Desember untuk gosok gigi mengatakan merasa senang
2012 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
(09.00- tentang gosok gigi didalam mengajarkan anak.
11.00) 3. Memutarkan video gosok O : Jumlah siswa 76 orang,
SD Negeri gigi terdiri dari enam kelas, yaitu
Sambiroto 4. Mendemonstrasikan cara kelas 1 s/d kelas 6, ruangan
menggosok gigi yang benar tertata rapi dan bersih, hiasan
5. Mengajarkan cara sudah terpasang.
menggosok gigi yang benar A : Masalah gosok gigi
pada anak-anak SD teratasi.
P : Mengajarkan cara
menggosok gigi yang baik
dan benar di TK
8. 21 1. Mengolah data pengkajian S : Sebagian besar warga
Desember Jumantik di rumah warga mengatakan memang jarang
2012 – 4 2. Mempersiapkan materi menguras bak mandi karena
Januari 2013 unutuk Gerakan 3M lagi musim hujan, jadi cepat
(15.00 – 3. Mendatangi rumah warga kotor.
17.00) dan melakukan O : - Junlah jumantik
Dusun Pemberantasan Sarang sebanyak 58%
Sambiroto Nyamuk - Banyak terdapatnya jentik
4. Menganjurkan warga untuk nyamuk di tempat
tetap menguras bakmandi, penampungan air, seperti
membersihkan tempat-tempat kaleng bekas, botol bekas.
yang tergenang, seperti: A : Masalah jumantik teratasi
pembuangan limbah, sebagian
potongan bambu P : Persiapan program K3M
5. Memberikan leafleat (Penyuluhan Menopause dan
kesehatan tentang gerakan 3M Sadari bagi PUS dan pra-
lansia, PMS, Kespro dan
Menstruasi bagi remaja atau
karang taruna serta rapat
donor darah)
9. 22 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tempe senang dengan adanya K3M
2012 2. Memberikan penyuluhan di dalam memberikan
(11.00 – tentang Menopause dan Sadari penyuluhan tentang kesehatan
13.00) 3. Mendemonstrasikan cara dan senang mendapatkan cara
Rumah melakukan Sadari melakukan Sadari.
Ketua RT 46 4. Membagikan leaflet hasil O : - Warga menerima dengan
penyuluhan terbuka dan menyambut
5. Melakukan diskusi tanya dengan baik serta
jawab mengharapkan dapat
tambahan informasi
kesehatan.
- Jumlah warga yang
mengikuti kegiatan tempe 20
orang
A : Masalah penyuluahan
Menopause dan Sadari teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan PHBS)
10. 22 1. Mengundang karang taruna S : Karang taruna mengatakan
Desember Dusun Sambiroto cukup senang dengan adanya
2012 2. Memberikan penyuluhan K3M di dalam memberikan
(19.00 – tentang Penyakit Menular penyuluhan tentang
21.00) Seksual kesehatan, senang karena
Rumah 3. Memberikan penyuluhan dibantu didalam melakukan
Kepala tentang Kesehatan Reproduksi kegiatan donor darah yang
Dukuh Remaja selama ini ingin dilaksanakan.
Sambiroto 4. Memberikan penyuluhan O : - Karang taruna menerima
tentang Menstruasi dengan terbuka dan
5. Melakukan diskusi tanya menyambut dengan baik serta
jawab mengharapkan dapat
6. Melakukan rapat dan tambahan informasi
sosialisasi donor darah kesehatan.
- Karang taruna yang hadir
dalam penyuluhan dan rapat
donor darah sebanyak 35
orang.
A : Masalah penyuluahan
PMS, Kespro dan Menstruasi
teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan PHBS)
11. Minggu, 23 1. Mengikuti kegiatan arisan S : Salah satu warga
Desember warga menanyakan tentang masalah
2012 (10.00 2. Melakukan penyuluhan septitank yang jaraknya
– 12.00) tentang Perilaku Hidup Bersih kurang dari 10 m dan
Rumah Dan Sehat menanyakan tentang masalah
Kepala 3. Melakukan diskusi tanya kesehatan matanya yang suka
Dukuh jawab berair.
Sambiroto O : - Warga terlihat antusias
saat mengikuti penyuluhan
PHBS
- Warga tampak dapat
memahami materi penyuluhan
yang diberikan
- Warga yang menghadiri
arisan sebanyak 15 orang
A : Masalah penyuluhan
PHBS teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan KB dan DM)
12. Sabtu, 29 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tempe senang dengan adanya K3M
2012 (10.00 2. Memberikan penyuluhan di dalam memberikan
– 12.00) tentang KB dan alat penyuluhan tentang kesehatan
Rumah Ibu kontrasepsi dan senang mendapatkan cara
Sumi RT 44 3. Memberikan penyuluhan melakukan senam kaki DM.
tentang Diabetes Melitus dan O : - Warga menerima dengan
Senam Kaki DM terbuka dan menyambut
4. Mendemonstrasikan Senam dengan baik serta
Kaki DM mengharapkan dapat
5. Melakukan diskusi tanya tambahan informasi
jawab kesehatan.
6. Melakukan sosialisasi - Jumlah warga yang
tentang donor darah dan mengikuti kegiatan tempe 20
pelayanan kesehatan orang
A : Masalah penyuluahan KB
dan DM teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Pelatihan Kader)
- Pendataan peserta donor
darah
- Sosialisasi tentang donor
darah dan pelayanan
kesehatan door to door
13. Kamis, 3 1. Mengundang Kader Dusun S : Ibu-ibu kader sangat
Januari 2013 Sambiroto senang mendapatkan
(10.00 – 2. Menyiapkan alat-alat pelatihan
12.00) kesehatan, seperti : menggunakan alat-alat
Rumah tensimeter, termometer, dan kesehatan dan mengatakan
Kepala stetoskop sudah
Dukuh 3. Melakukan praktek dapat menggunakan alat-alat
Sambiroto langsung menggunakan kesehatan.
alat-alat kesehatan untuk para O : - Dari 10 orang kader
kader yang ada di Dusun Sambiroto
4. Mendampingi ibu-ibu kader yang
selama latihan datang mengikuti pelatihan
menggunakan alat-alat sebanyak 8 orang, kader-
kesehatan. kader yang lain berhalangan
5. Mensosialisasikan kegiatn untuk dapat hadir
donor daran dan - Kader-kader yang hadir
pelayanan kesehatan. dapat mempraktekkan secara
langsung penggunaan alat-alat
kesehatan, dan sudah
dapat mengukur dengan benar
tekanan darah, suhu tubuh,
nadi, dan pernapasan.
A : Masalah pelatihan kader
teratasi.
P : - Observasi dan Evaluasi
hasil pelatihan kader saat
Posyandu Balita
- Melanjutkan sosialisasi
donor darah dan pelayanan
kesehatan
- Persiapan program K3M
(Penyuluhan HT dan DM di
RT 42)
14. Jumat, 4 1. Mengundang warga RT 42 S : Warga mengatakan cukup
Januari 2013 2. Memberikan penyuluhan senang dengan adanya K3M
(19.30 – tentang Hipertensi dan di dalam memberikan
21.30) Relaksasi Otot Progresif penyuluhan tentang kesehatan
Rumah 3. Memberikan penyuluhan dan senang mendapatkan cara
Ketua RT 42 tentang Diabetes Melitus dan melakukan relakasi otot
Senam Kaki DM progresif dan senam kaki DM.
4. Mendemonstrasikan O : - Warga menerima dengan
Relaksasikan Otot Progresif terbuka dan menyambut
dan Senam Kaki DM dengan baik serta
5. Melakukan diskusi tanya mengharapkan dapat
jawab tambahan informasi
6. Melakukan sosialisasi kesehatan.
tentang donor darah dan - Jumlah warga yang
pelayanan kesehatan menghadiri penyuluhan
sebanyak 20 orang
A : Masalah penyuluahan HT
dan DM teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Aksi Kesehatan)
- Pendataan peserta donor
darah
- Sosialisasi tentang donor
darah dan pelayanan
kesehatan
15. Jumat, 4 1. Mengundang Karang S : - Karang taruna
Januari 2013 Taruna mengatakan sangat antusia
(19.30 – 2. Melakukan rapat persiapan mengikuti kegiatan donor
21.30) Donor Darah dan aksi darah dan siap membantu
Rumah kesehatan lainnya K3M.
Mbak Rismi O : - Jumlah karang taruna
RT 46 sebanyak 20 orang.
(Karang - Karang taruna terlihat sangat
Taruna) antusias dalam rapat
A : Masalah aksi kesehatan
teratasi sebagian
P : Persiapan program K3M
(Aksi Kesehatan)
16. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti senam bugar mengatakan ingin melakukan
(07.00 – 2. Melakukan senam bugar senam kembali di minggu
08.30) bersama depan karena belum ada
SD Negeri 3. Membagikan dorprize pada persiapan.
Sambiroto warga O : - Jumlah peserta senam
4. Menyampaikan kegiatan bugar sebanyak 80 orang
selanjutnya, yaitu donor darah - Warga sangat antusias
dan pemeriksaan kesehatan mengikuti kegiatan senam
bugar bersama
A : Masalah senam bugar
teratasi sebagian
P : - Lanjut kegiatan senam
bugar
- Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
17. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Warga mengatakan tidak
Januari 2013 mengikuti donor darah dapat menyumbangkan
(09.00 – 2. Melakukan donor darah darahnya karena tidak lolos
12.00) yang bekerja sama dengan dalam seleksi kesehatan
SD Negeri PMI O : - Jumlah peserta donor
Sambiroto 3. Membagikan dorprize pada darah sebanyak 40 orang
warga - Warga yang dapat
menyumbangkan darahnya
hanya sebanyak 21 orang
- Warga sangat antusias
mengikuti kegiatan donor
darah
A : Masalah donor darah
teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
18. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti pemeriksaan mengatakan ingin melakukan
(09.00 – kesehatan senam kembali di minggu
12.00) 2. Melakukan pemeriksaan depan karena belum ada
SD Negeri kesehatan, seperti pengecekan persiapan.
Sambiroto glukosa, asam urat dan O : - Jumlah peserta
kolestrol pelayanan kesehatan sebanyak
3. Membagikan dorprize pada 60 orang
warga - Warga sangat antusias
mengikuti kegiatan pelayanan
kesehatan
A : Masalah pelayanan
kesehatan teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
19. 14 – 18 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti senam bugar mengatakan ingin melakukan
(16.00 – 2. Melakukan senam bugar senam kembali.
18.00) bersama O : - Jumlah peserta senam
SD Negeri bugar sebanyak 30 orang
Sambiroto - Warga sangat antusias
mengikuti kegiatan senam
bugar bersama
A : Masalah senam bugar
teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
20. Rabu, 16 1. Menyiapkan sabun untuk S : Kepala sekolah TK
Januari 2013 mencuci tangan mengatakan merasa senang
(08.00 – 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
09.30) tentang cuci tangan didalam mengajarkan anak.
TK 3. Mendemonstrasikan cara O : Jumlah siswa 18 orang,
Sambiroto mencuci tangan yang benar ruangan tertata rapi dan
4. Mengajarkan cara mencuci bersih, hiasan sudah
tangan yang benar pada anak- terpasang.
anak TK A : Masalah cuci tangan
teratasi.
P : Persiapan MMD III
21. Rabu, 16 1. Menyiapkan pasta gigi S : Kepala sekolah TK
Januari 2013 untuk gosok gigi mengatakan merasa senang
(09.00 – 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
11.00) tentang gosok gigi didalam mengajarkan anak.
SD Negeri 3. Memutarkan video gosok O : Jumlah siswa 18 orang,
Sambiroto gigi ruangan tertata rapi dan
4. Mendemonstrasikan cara bersih, hiasan sudah
menggosok gigi yang benar terpasang.
5. Mengajarkan cara A : Masalah gosok gigi
menggosok gigi yang benar teratasi.
pada anak-anak TK P : Persiapan MMD III
22. Rabu, 16 1. Mengikuti kegiatan S : Ibu-ibu kader mengatakan
Januari 2013 Posyandu Balita sangat senang dan ibu-ibu
(10.00 – 2. Membantu kegiatan sangat senang karena tahu
12.00) posyandu, seperti tahap perkembangan anak.
Rumah penimbangan dan pencatatan O : Ibu-ibu kader tampak
Ketua Kader KMS balita bersemangat melakukan
Sambiroto 3. Memberikan penyuluhan kegiatan posyandu balita.
(Posyandu tentang DDST II pada Jumlah kader yang ada hanya
Balita) perkembangan anak 5 orang.
4. Mengikuti kegiatan sampai A : Masalah penyuluhan
selesai DDST II teratasi.
P : Lanjut MMD III
23. Jumat, 18 1. Mengundang warga Dusun S : Warga sangat senang dan
Januari 2013 Sambiroto berterima kasih serta ingin
(19.30 – 2. Melaksanakan MMD III melanjutkan program yang
21.30) 3. Menjelaskan hasil program ada seperti senam bugar.
Rumah kerja K3M O : Warga tampak senang dan
Kepala 4. Melakukan diskusi atau melakukan foto bersama
Dukuh tanya jawab dengan warga A : Masalah MMD III teratasi
Sambiroto 5. Mengikuti acara sampai P:-
selesai

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KEKUATAN

Sebagian besar masyarakat Dusun Sambiroto adalah masyarakat pedesaan


sehingga rasa kekeluargaan dan kegotongroyongannya masih kuat. Apabila ada
permasalahan dalam masyarakat, mereka mempunyai antusiasme yang tinggi
dalam menyeleseikan permsalahannya. Warga masyarakat juga sangat terbuka
untuk menerima informasi-informasi baru yang berhubungan dengan kesehatan
terutama dalam tentang perilaku masyarakat untuk dapat hidup bersih dan
sehat. Hal inilah yang sangat membantu dalam proses asuhan keperawatan
komunitas di Dusun Sambiroto.

Dalam melakukan proses keperawatan komunitas di RT 42 s/d RT 49,


antusiasme dan peran aktif masyarakat dalam membatu pelaksanaan program-
program yang telah direncanakan sangat membantu dalam tercapainya tujuan-
tujuan yang kami harapkan dalam setiap pelaksanaan program. Rasa
kekeluargaan dan gotong royong mereka sangat membatu terutama dalam
penyebaran informasi-informasi yang kami berikan melalui penyuluhan,
sosialisasi, diskusi, pelatihan, serta musyawarah bersama, begitupula dukungan
dari kepala dukuh, kader-kader kesehatan, serta tokoh-tokoh masyarakat yang
sangat besar dalam memberikan masukan-masukan serta saran yang
membangun, sehingga menjadi sumber utama kekuatan kami untuk dapat
mengimplementasikan program-program yang telah direncanakan dengan baik
dan yang kami harapkan dapat membatu proses pencapaian sasaran
pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs) yang ditetapkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia untuk mencapai
“Indonesia Sehat di tahun 2015”
B. KELEMAHAN

Warga masyarakat di Dusun Sambiroto memiliki pekerjaan sebagai petani dan


buruh yang mengakibatkan mobilitas tinggi di masyarakat sehingga terdapat
kesulitan dalam menentukan waktu pertemuan yang tepat sebagai sarana dalam
proses keperawatan komunitas. Hal ini merupakan salah satu penyebab kurang
maksimalnya pelaksanaan beberapa program yang kami laksanakan. Untuk
program-program yang berkaitan dengan lansia, kelemahan yang kami
temukan adalah dalam hal komunikasi, banyak sekali lansia Dusun Sambiroto
yang kurang mengerti bahasa Indonesia, dan hanya beberapa dari kami yang
dapat berkomunikasi aktif dengan bahasa Jawa halus, sehingga penyampaian
beberapa informasi belum dapat tersampaikan dengan maksimal.

C. KESEMPATAN

Warga Dusun Sambiroto cukup antusias dan berperan aktif dalam proses
keperawatan komunitas, mereka mau meluangkan waktu istirahat mereka di
malam hari untuk ikut dalam beberapa program yang kami lakukan di malam
hari seperti : MMD I, MMD II, MMD III. Seringnya jadwal kegiatan-kegiatan
masyarakat menjadi peluang emas bagi kami untuk dapat ikut serta dalam
kegiatan mereka, dan kami selalu diberikan kesempatan untuk memberikan
penyuluhan-penyuluhan serta menyampaikan informasi dalam setiap kegiatan
tersebut, hal ini sangat bermanfaat sehingga kami menjadi lebih cepat dalam
saling mengenal, akrab, dan dapat membaur dengan masyarakat. Hal tersebut
membuat mereka sangat respect dan mendukung program-program yang kami
laksanakan seperti senam lansia, donor darah, pelayanan kesehatan, pelatihan
kader, dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan.

D. ANCAMAN

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih


dan sehat menjadi ancaman utama masalah kesehatan di Dusun Sambiroto,
Pengelolaan sampah yang belum terorganisir dengan baik dapat meningkatkan
resiko timbulnya berbagai macam penyakit teruatama yang ditimbulkan oleh
bakteri dan kuman. Banyaknya warga yang merokok dalam rumah dapat
mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas pada anggota keluarga yang
lain. Kurangnya perilaku warga dalam pemberantasan jentik nyamuk di
tempat-tempat tersembunyi, seperti di dispenser, potongan bambu, tempat air
wudhu yang tidak ditutup dengan rapat, serta pengurasan yang jarang
dilakukan menjadi ancaman terjadinya demam berdarah, serta wilayah Dusun
Sambiroto sebagian besar jalannya masih tanah dan cor-coran semen yang
dapat meningkatkan resiko jatuh terutama saat hujan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Keperawatan kesehatan komunitas bekerja memerlukan waktu yang lama
dengan lebih mengutamakan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
proteksi kesehatan sebagai fungsi utamanya dari pada mengobati penyakit.
Keterampilan dan pengalaman yang didasari dengan ilmu pengetahuan tentang
kesehatan diperlukan dalam mengkaji aset dan kebutuhan komunitas dalam
merencanakan dan mengimplementasikan strategi pembangunan komunitas
karena akan menentukan derajat kesehatan bagi komunitas.

Berkaitan dengan program pendidikan ilmu keperawatan stase keperawatan


komunitas, mahasiswa melaksanakan kegiatan keperawatan dengan melibatkan
masyarakat untuk mengenal, menanggapi dan mengambil tindakan dalam
mengatasi kesehatan masyarakat dengan menerapkan PHBS yang dimulai dari
tatanan keluarga sebagai inti dari komunitas. Kegiatan ini dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Nanggulan di RT 42 s/d RT 49 Dusun Sambiroto
dalam waktu 5 minggu atau 1 bulan lebih dari tanggal 10 Desember 2012 – 19
Januari 2013 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kegiatan Keperawatan Komunitas di RT 42 s/d RT 49 di Dusun Sambiroto


berjalan lancar dengan baik dan sesuai program.

2. Sebagian warga yang terlibat dalam kegiatan keperawatan komunitas sangat


memberikan respon dan peran serta yang aktif

3. Masih ada warga yang tidak dapat terlibat dalam beberapa kegiatan
keperawatan komunitas yang dominannya adalah bapak-bapak yang ada di
Dusun Sambiroto.

4. Puskesmas Nanggulan Kulon Progo memfasilitasi sarana, prasaran dan


informasi yang dibutuhkan selama program stase komunitas untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan.

5. Tujuan jangka pendek dari masing-masing kegiatan sudah dapat dievaluasi


dan diperlukan adanya rencana tindak lanjut dari dusun yang dibina.

6. Pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan jadwal yang diprogramkan.

7. Ancaman-ancaman yang ada di Dusun Sambiroto dapat diminimalisir dengan


dilakukan kerjasama dari berbagai pihak terutama dengan peran aktif dan
kesadaran masyarakat Dusun Sambiroto itu sendiri dalam mengenal dan
mengambil keputusan yang tepat.

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa keperawatan khususnya untuk stase keperawatan komunitas


berikutnya dapat melaksanakan follow up kegiatan yang sudah dilaksanakan
serta program yang lebih baik dan berkesinambungan.

2. Bagi Puskesmas Nanggulan perlu diadakan follow up untuk PHBS pada


warga di Dusun Sambiroto dan pemantauan intensif dalam pelaksanaan
POSYANDU dan pelayanan kesehatan bagi para lansia..
3. Bagi Dusun Sambiroto perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak
demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan dan mencegah ancaman-
ancaman masalah kesehatan di Dusun Sambiroto.

4. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat terus menerus dilakukan


kerjasama dengan pihak Puskesmas Nanggulan dan Dusun Sambiroto untuk
mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, serta menentukan rencana
tindak lanjut yang tepat.

Posted 25th November 2015 by denk e'ed

Labels: KOMUNITAS

Add a comment

13.
14.

Nov

20

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (


CHRONIC KIDNEY DISEASE )
LAPORAN PENDAHULUAN

CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

A. Pengertian

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD
),pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara
konsep CKD, untuk menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT (
clearance creatinin test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (
cronic renal failure ) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

B. Etiologi

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis


maligna, stenosis arteria renalis

3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis


nodosa,sklerosis sistemik progresif

4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis


tubulus ginjal

5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis

6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal

7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,


fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448).

D. Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

o Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.

o Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

o Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat


penurunan LFG :

o Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2

o Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2

o Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2

o Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2

o Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.

E. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a) Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi

b) Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

b. Gannguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.

d. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati (
kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen

kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga


rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

F. Pemeriksaan Penunjang

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
1. Pemeriksaan lab.darah

- hematologi

- Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

- RFT ( renal fungsi test )

- ureum dan kreatinin

- LFT (liver fungsi test )

- Elektrolit

- Klorida, kalium, kalsium

- koagulasi studi

- PTT, PTTK

- BGA

2. Urine

- urine rutin

- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG

- ECO

4. Radiagnostik

- USG abdominal

- CT scan abdominal

- BNO/IVP, FPA

- Renogram

- RPG ( retio pielografi )

G. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :


1. Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

2. Dialysis

- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

- Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )

3. Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal

H. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia /


gelisah atau somnolen)

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak,tangan, disritmia jantung.
Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan
perdarahan.

3. Integritas ego

Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian

4. Eliminasi

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau
konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan,


oliguria, dapat menjadi anuria.

5. Makanan/ cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan
amonia), penggunaan diuretic

Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit /


kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah,
penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

6. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,

Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,


ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam
hari)

Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.

8. Pernapasan

Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa sputum
kental dan banyak.

Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul),


batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
9. Keamanan

Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi

Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai


peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.,
petechie,

10. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas

11. Interaksi social

Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn


fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh,
obat, racun lingkungan

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet


berlebih dan retensi cairan serta natrium.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,


muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah


danprosedur dialysis

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan

J. Perencanaan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet


berlebih dan retensi cairan serta natrium.

Tujuan:

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan


Intervensi:

a. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran,


turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,tekanan darah, denyut dan irama
nadi.

R: pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan


mengevaluasi intervensi.

b. Batasi masukan cairan

R: pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal, haluaran urin,dan respon
terhadap terapi.

c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena, makanan.

R: sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

R:pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan


cairan.

e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

R: kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.

f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering

R: hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,


muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.

Intervensi:

a. Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai laboratorium BUN,Kreatinin.

R: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.

R: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.

c. Kaji factor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi ; anoreksia, mual atau
muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi,kurang memahami
pembatasn diet,stomatitis.
R: menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat dirubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan oral.

d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.

R: Mendorong peningkatan masukan diet

e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur, produk
susu, daging.

R: protein lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan


untuk pertumbuhan dan penyembuhan.

f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu
makan.

R: Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk


energy, membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.

g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan
peningkatan urea dan kadar kreatinin.

R:Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea,kadar


kreatinin dengan penyakit renal.

h. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan

R: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.

i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk
memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.

R:Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan
merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.

j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan

R: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia


dihilangkan.

k. Timbang berat badan harian

R: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah


danprosedur dialysis

Tujuan: Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

Intervensi:
a. Kaji factor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit,retensi produk sampah,depresi.

R: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.

b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ;


bantu jika keletihan terjadi.

R: Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.

c. Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.

R: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat.

d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis

R: Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak paisen sangat
melelahkan.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.

Tujuan: Memperbaiki konsep diri

Intervensi:

a. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan.

R: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan perubahan dalam hidup.

b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.

R: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi

c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga

R: Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destrukstif ketika
memandang pembatasan yan ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.

d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganan ; perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan,
perubahan sekual, ketergantungan pada tim tenaga kesehatan

R: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang diperlukan


untuk menghadapinya.

e. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual.
R: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.

f. Diskusikan peran member dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan.

R: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap
maturitansnya.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan berhungan dengan


kurang informasi.

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang


bersangkutan.

Intervensi:

a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan


penanganannya ; penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman
mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal,
rasional penanganan (hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi)

R: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.

b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat
pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar

R: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai


perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.

R: Pasien dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.

d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang ; fungsi
dan kegagalan renal, pembatasan cairan dan diet, medikasi, melaporkan masalah,
tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.

R: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di


rumah.

K. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;


ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

L. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi


adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(US. Midar H, dkk, 1989).

Evaluasi pada klien dengan CKD, yaitu :

1. Berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan teratasi

2. Masukan nutrisi yang adekuat teratasi

3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi teratasi

4. Konsep diri teratasi

5. Pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan meningkat

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

Posted 20th November 2015 by denk e'ed

Labels: HEMODIALISA

Add a comment

































Loading
e'ed. Dynamic Views theme. Powered by Blogger.

También podría gustarte