Está en la página 1de 25

1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan akibat pasca operasi (nefrolitotomi, nefrostomi), dan adanya obstruksi.

2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah, stomatitis, Peruba-

han sensasi rasa, dan pembatasan diet.

3) Penurunan kardiak output berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit


(kalium, kalsium), efek uremik pada otot jantung, kelebihan cairan.

4) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan


haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.

5) Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan penurunan libido.

6) Resiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif , invasi mikroorganisme


pada daerah luka, adanya obstruksi dan statis urine.

7) Resiko gangguan integritas kulit : pruritus yang berhubungan dengan fosfat kalsium
atau penumpukan ureum pada kulit.

8) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, anemia

9) Resiko terjadinya konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek obat-


obatan.

10) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, hubungan sosial, fungsi
peran, support sistem dan konsep diri.

11) Perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan pemasangan kateter /


nefrostomi.

Askep
Minggu, 23 November 2014
ASKEP NEFROLITIASIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang komplek yang terdiri dari aspek bio, psikososial
dan spriritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dalam rangka
kelangsungan kehidupannya. Pemenuhan klebutuhan dasar ini akan berjalan dengan
normal, jika sistem tubuh mampu meregulasi mekanisme keseimbangan yang sudah
diatur sedemikian kompleks sehingga seseorang terhindar dari gangguan. Akan tetapi
mekanisme tersebut kadang mengalami kegagalan dan akhirnya akan memberikan
dampak bagi tubuh seseorang.

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang
berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
sistem urinarius. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik.

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain : Herediter
(keturunan), Umur, Jenis Kelamin. Manifestasi klinisnya, jika batu menyebabkan
obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine. penatalaksanaan bagi penderita
urolitiasis dan nefrolitiasis ini dengan pengurangan nyeri, pengangkatan batu, terapi
nutrisi dan medikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari nefrolitiasis ?
2. Apa saja penyebab penyakit nefrolitiasis ?
3. Bagaimana patofisiologi nefrolitiasis ?
4. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
5. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi ?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?
7. Bagaimana pengkajian untuk penderita nefrolitiasis ?
8. Apa saja diagnosa yang dapat tejadi ?
9. Bagaimana intervensi untuk penderita nefrolitiasis ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial
dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan perkemihan Nefrolitiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mampu memahami pengertian Nefrolitiasis.
b. Untuk mampu memahami penyebab dan tanda gejala nefrolitiasis.
c. Untuk mampu memahami pengkajian pada penderita nefrolitiasis.
d. Untuk mampu memahami diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita
nefrolitiasis.
e. Untuk mampu menyusun intervensi pada nefrolitiasiss.
BAB II
KONSEP MEDIK

A. Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
merupakan hal yang mungkin terjadi)

B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan).
b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.

B. Faktor Ekstrinsik :
a) Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
b) Iklim dan temperatur

c) Asupan air :
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet :
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
e) Pekerjaan :
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa
kristal atau benda asing saluran kemih.

2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat


pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam
saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001)
bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
1. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan
hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
3. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di
area koskovertebral.
4. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
6. Hematuria.
7. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

E. Komplikasi
Menurut guyton, 1993 adalah :
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal
ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

F. Pemeriksaan penunjang
1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa :
 warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
(kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
 pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat),
alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24
jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat,
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl
tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN
dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.

b. Darah lengkap :
 hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

c. Hormon Paratyroid
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

d. Foto Rontgen :
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
uriter.

e. IVP :
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f. Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.

g. USG Ginjal :
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G. Penatalaksanaan
 Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius pasien
di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau
mengandung darah.
 Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
 Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase
batu.
 Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
 Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini
adanya infeksi.
 Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
 Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
 Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.1 Dasar data pengkajian pasien
a. Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu, riwayat
penyakit Keluarga
b. Aktifitas / Istirahat.
c. Riwayat :
pekerjaan, dehidrasi, infeksi, imobilisasi
d. Eliminasi
e. Mual dan muntah
f. Makan dan Minum
g. Nyeri / rasa tidak nyaman
h. Keluhan nyeri
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran
nyeri, skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun
berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama
sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
i. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
j. Respon emosi : cemas
k. Pengetahuan tentang penyakitnya

1.2 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan Umum :
 Klien biasanya lemah.
 Kesadaran Composmetis.
 Adanya rasa nyeri.
2. Kulit :
 Teraba panas.
 Turgor kulit menurun.
 Penampilan pucat.

3. Pernafasan :
Pergerakan nafas simetris.

4. Cardio Vaskuler :
 Takicardi.
 Irama jantung reguler.

5. Gastro Intestinal:
Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.

6. Sistem Integumen:
Tampak pucat.

7. Geneto Urinalis:
 Dalam BAK produksi urin tidak normal.
 Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

1.3 Pola-pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka
pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena
adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah
sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan
selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
3. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
 Kriteria hasil : 1) Skala nyeri menurun
2) Klien tidak gelisah
3) Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2) Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
3) Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5) Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.

2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti biasanya.
 Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
2) Tak mengalami tanda inflamasi
3) Warna urine bening kekuningan.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh
infeksi dan pendarhan.
2) Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan sensai
kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat
membantu lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

3.) Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
 Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan), urine
tidak bau, leukosit menurun.

Intervensi
1) Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.
2) Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3) Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik.
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit
dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.

Saran
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi
dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1) Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus
dikoreksi.
2) Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

DAFTAR PUSTAKA

Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta.

Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan,
Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
http://askeprhynatutu.blogspot.com/2014/11/askep-nefrolitiasis.html

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN BATU GINJAL
DI RUANG MELATI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 23 Februari 2012
Diagnosa Medis : Nefrolitiasis Sinistra
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Suku bangsa : Melayu
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Fajar No.15, Pekanbaru
Tanggal masuk : 23 Februari 2012
Diagnosa masuk : Nefrolitiasis Sinistra

2. Keluhan Utama
Nyeri didaerah perut menjalar ke pinggang, ada mual dan muntah namun hanya pada saat
nyeri pinggang muncul, nyeri tekan pada perut bagian bawah

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri perut menjalar ke pinggang telah dialami klien kurang lebih 2 minggu yang lalu, nyeri
dengan skala 8, Nyeri tekan pada perut bagian bawah, klien tampak meringis kesakitan dan
sesekali memegang daerah yang sakit, terdapat mual dan muntah tapi tidak sering, klien
mengatakan selama ini kurang minum air putih. Klien mengatakan merasa susah BAK, tidak
lancar, BAK sering terputus-putus, frekuensi BAK 6x/hari namun sedikit, warna urine
kekuningan. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya karena munculnya tiba-tiba,
klien tidak tahu penyebabnya sehingga klien tampak cemas setiap kali perawat mendekatinya.

4. Riwayat Penyakit dahulu


a. Penyakit berat yang penah diderita: Riwayat batu ginjal (-)
b. Obat-obat yang biasa dikonsumsi : tidak ada
c. Kebiasaan berobat : Puskesmas
d. Alergi : tidak ada
e. Kebiasaan merokok/alkohol : merokok/tidak ada kebiasaan konsumsi alkohol

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit ginjal

B. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan


1. Aktifitas/Istirahat.
Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisinya, aktivitasnya dibantu sebagian oleh
keluarga dan klien mengeluhkan rasa nyeri
2. Sirkulasi
Peningkatan TD: 150/60 mmHg, Nadi: 112x/i, RR: 28x/i
3. Eliminasi
susah BAK, tidak lancar, BAK sering terputus-putus
Tanda : perubahan pola berkemih, retensio urine
4. Makan dan Minum
Mual dan muntah namun hanya pada saat nyeri pinggang muncul, tidak minum air dengan
cukup.
5. Nyeri / rasa tidak nyaman
Nyeri perut menjalar ke pinggang telah dialami klien kurang lebih 2 minggu yang lalu, nyeri
dengan skala 8, Nyeri tekan pada perut bagian bawah, sesekali ekspresi wajah meringis
kesakitan dan sesekali memegang daerah yang sakit

6. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.


Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan
7. Respon emosi : cemas
8. Pengetahuan tentang penyakitnya : kurang informasi

C. Pemeriksaan Fisik
Tanda- tanda vital:
TD : 150/ 60mmHg, Nadi 112 x/i, suhu 370 C, RR : 28x/i
1. Kepala
Rambut : pendek, kotor, mudah rontok, distribusi tidak rata.
Mata : simetris, bersih
Hidung : Tidak ada perdarahan dan simetris
Mulut : bibir kering dan bau mulut
Gigi : tidak lengkap
Telinga : simetris, pendengaran tajam
2. Leher
Bentuk simetris
Palpasi trakhea tidak teraba massa
Palpasi kelenjar thiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar
3. Dada
nspeksi : Ekspansi dada simetris, warna kulit merata
Palpasi : Tidak teraba massa, ekspansi dada simetris
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Terdengar BJ S1 dan BJ S2
4. Abdomen
npseksi : Tidak terlihat adanya acites, tidak ada luka dan warna kulit merata
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran hepar, adanya nyeri tekan
pada abdomen bagian bawah
Perkusi : Timpani pada area lambung dan pekak pada area hepar
5. Punggung dan pinggang
Inspeksi : Tidak tampak pembengkakan
Palpasi : Adanya nyeri tekan
Perkusi : Redup
6. Genetalia
Tidak terpasang kateter
7. Ekstremitas
Ekstremitas atas: tidak ada oedem, terpasang infus pada tangan sebelah kanan Ekstremitas
bawah: tidak ada oedema

D. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 12 gr/dL NN: 13.5-18gr/dL
Leukosit : 11.000/ul, NN: 6000 – 1000/ul
Trombosit : 200.000/ul, NN: 250.000-500.000/ul
Ureum : 40/ul,
Kreatinin : 1,9/ul NN: 0,5-1,5 mg/dl
BUN : 40 mg/dl NN: 10 – 30 mg/dl

E. Pemeriksaan Diagnostik
Rongten : Adanya tampak bayangan batu pada ginjal sebelah kiri
IVP : Tampak pembengkakan pada ginjal, batu tampak jelas pada ginjal kiri
USG Ginjal : Tampak lokasi batu pada ginjal sebelah kiri, memiliki
ukuran/diameter

F. Analisa Data
Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS: Kelainan metabolik, pemecahan Nyeri Akut
- Klien mengatakan purin meningkat
nyeri perut menjalar ↓
ke pinggang Peningkatan absorpsi di usus
DO: ↓
- Skala nyeri 8 Hiperkalsemia
Klien tampak ↓
meringis Peningkatan filtrasi
- Nyeri tekan pada ↓
perut bagian bawah Konsentrasi zat pembentuk batu
- Klien tampak meningkat
mengelus-elus ↓
daerah perut Larutan metastabil
TD: 150/60mmHg ↓
Nadi: 112x/i Proses kristalisasi
Suhu: 37oC ↓
RR: 28x/i Pengendapan batu

Pembentukan batu ginjal

Respon obstruksi

Nyeri dipersepsikan
2 DS: Pembentukan Batu ginjal Perubahan pola
- Klien mengatakan ↓ eliminasi urine:
merasa susah BAK, Respon obstruksi retensi urine
BAK tidak lancar, ↓
sering BAK Penurunan reabsorbsi dan sekresi
terputus-putus turbulen
- Klien sering merasa ↓
ingin BAK tapi tidak Gangguan fungsi ginjal
bisa keluar ↓
DO: Penurunan produksi urine
- Distensi pada
abdomen bagian
bawah (daerah
sympisis)
- Retensi urine

3 DS: Pembentukan Batu ginjal Kecemasan


- Klien mengatakan ↓
cemas karena tidak Gangguan fungsi ginjal
tahu tentang ↓
penyakitnya karena Perubahan status kesehatan; nyeri
munculnya tiba-tiba, perut hingga ke pinggang, retensi
klien tidak tahu urine
penyebabnya ↓
sehingga klien Respon psikologis
bertanya tentang ↓
penyakitnya Kecemasan

DO:
Klien tampak cemas

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal saraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan retensi
urine
3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, tindakan invasif diagnostik
H. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal saraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal.

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi


Kriteria evaluasi :
- secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri 0-4
- dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
- ekspresi pasien rileks
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat
peningkatan TD dan DN, gelisah, paha, genitalia sehubungan dengan
meringis, merintih, menggelepar proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologidan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
noninvasive telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan menejemen nyeri keperawatan:
- Istirahatkan pasien - Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer sehingga akan
meningkatkan suplai darah ke jaringan

- Manajemen lingkungan tenang dan batasi- Menurunkan stimulasi nyeri eksternal


pengunjung dan menjaga kondisi O2 di ruangan
- Beri kompres hangat pada pinggang - Vasodilatasi dapat menurunkan spasme
otot dan kontraksi otot pinggang
sehingga menurunkan stimulasi nyeri
- Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam - Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder
- Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri - Menurunkan stimulus internal sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
- Pengetahuan yang akan dirasakan
- Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-
membantu mengurangi nyeri dan
sebab nyeri dan menghubungkan berapa
membantu kepatuhan klien terhadap
lama nyeri akan berlangsung
rencana teraupetik

Kolaborasi pemberian obat sesuai


program terapi:
- Analgetik - Analgetik biasanya diberikan selama
episode akut untuk menurunkan kolik
ureter dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.

2. Perubahan pola miksi b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan retensi
urine
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien
Kriteria hasil :
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam
- Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari cairan yang
mengiritasi kandung kemih
Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan cata produksi Mengetahui pengaruh iritasi kandung
urine tiap 6 jam kemih dengan frekuensi miksi
Anjurkan pasien untuk minum Mempertahankan fungsi ginjal,
2000cc/hari pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah
renal dan membilas bakteri dari traktus
urinarus
Hindari minuman kopi, teh, kola, dan Menurunkan iritasi dengan menghindari
alkohol minuman yang bersifat mengiritasi
saluran kemih
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
(elektrolit, BUN, kreatinin) menjukkan disfungsi ginjal
Berikan obat sesuai indikasi:
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol- Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
(Ziloprim) untuk menurnkan pembentukan batu
asam.

- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril),- Mencegah stasis urine ddan menurunkan


Klortalidon (Higroton) pembentukan batu kalsium.

- Menurunkan pembentukan batu fosfat


- Amonium klorida, kalium atau natrium
fosfat (Sal-Hepatika)
- Menurnkan produksi asam urat.
- Agen antigout mis: Alupurinol
(Ziloprim)
- Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Antibiotika
- Mengganti kehilangan yang tidak dapat
- Natrium bikarbonat teratasi selama pembuangan bikarbonat
dan atau alkalinisasi urine, dapat
mencegah pemebntukan batu.

- Mengasamkan urine untuk mencegah


- Asam askorbat berulangnya pembentukan batu alkalin.

3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, tindakan invasif diagnostik


Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan dan wajah rileks
Intervensi Rasional
Bantu pasien mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak
takut dan marah serangan jantung selanjutnya
Beri dukungan kepada klien Hubungan emosional yang baik antara
perawat dengan pasien akan mempengaruhi
penerimaan terhadap kecemasan.
Keterbukaan mengenai setiap tindakan
yang akan dilakukan diharapkan akan
menghilangkan banyak ketakutan klien
Beri lingkungan yang tenang dan suasana Mengurangi rangsangan eksternal yang
penuh istirahat tidak perlu
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengungkapkan kecemasannya kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.

BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih
oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine.
Penyebab batu ginjal antara lain, dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan
imobilitas, diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin, gangguan reabsorpsi ginjal
dan gangguan aliran urin, infeksi saluran kemih. Dengan manifestasi klinik yang muncul
antara lain, nyeri pinggang yang berat, gejala gastrointestinal, batu kandung kemih
menimbulkan gejala yang mirip sistitits, suhu tubuh naik dan menggigil, nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostaglandin ginjal, aliran urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada
penis atau perineum.
Penatalaksanaan medis untuk betu ginjal berupa terapi medis dan simtomatik, terapi
mekanik (Litotripsi), dan Tindakan bedah. Mencegah lebih baik daripada mengobati untuk itu
berikut adalah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terbentuknya batu ginjal
yaitu, minumlah air yang cukup, setidaknya 2 liter air sehari, pilih makanan yang kaya
vitamin A, kembangkan pola hidup aktif, kurangi makanan mengandung asam urat terlalu
tinggi, jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium oksalat tinggi,
jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu, dan kurangi garam dalam makanan.

B. Saran
 Diharapkan kepada mahasiswa dapat mengerti dan memahami konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan Batu Ginjal (Urinary calculi).
 Diharapkan kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan proses keperawatan sebagai
kerangka kerja untuk perawatan pasien penderita Batu Ginjal (Urinary calculi).
 Diharapkan kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan prosedur perawatan yang
digunakan untuk pasian penderita Batu Ginjal (Urinary calculi).

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC


Muttaqin & Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam & Baticaca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
O’Callaghan. (2007). At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Purnomo, BB (2000), Dasar-Dasar Urologi, Jakarta: Sagung Seto
Syaifuddin. (2006). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2016/07/asuhan-keperawatan-batu-ginjal.html

También podría gustarte