Está en la página 1de 4

ADAB-ADAB BERCANDA

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah Rabb semesta Alam, atas segala
rezki dan karunia tak terhingga yang diberikan oleh-Nya. Pemberi perlindungan
dan Rahmat yang semoga kita senantiasa mendapatkannya. Shalawat dan salam
kita panjatkan kepada panutan terbaik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
seorang hamba yang telah mengajarkan kita setiap aktivitas kehidupan, dan untuk
tidak melupakan tujuan hidup kita di dunia. Semoga keselamatan juga terlimpah
kepada para sahabat dan segenap pengikut setia mereka.

Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, terkadang kita merasakan


kejenuhan, kepenatan, atau kegelisahan. Dalam kondisi seperti ini, kita
membutuhkan penyegaran dan bercanda. Kadang kala kita bercanda dengan
keluarga atau dengan sahabat. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat manusiawi
dan dibolehkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga kadang bercanda, karena


beliau juga merupakan manusia biasa., kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk
mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum.
Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang
benar.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa
terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum. (H.R.
Bukhâri dan Muslim)

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau
juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. (H.R. Ahmad dengan
sanad yang shahîh)

Jika kita bercanda, sebagai seorang muslim, kitaharus memperhatikan beberapa


hal yang penting:

1. Meluruskan Tujuan.
Yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta
menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa
memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.

2. Jangan Melewati Batas.


Sebagian orang terlalu berlebihan dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan
wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya
rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga
wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.

3. Jangan Bercanda Dengan Orang Yang Tidak Suka Bercanda.


Terkadang kita bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak
suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan mengakibatkan hubungan kita
dengan orang tersebut merenggang. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita
hendak bercanda.

4. Jangan Bercanda Dalam Perkara-Perkara Yang Serius.


Beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam
majelis penguasa, ketika memberikan persaksian, majelis ilmu, majelis hakim, dan
lain sebagainya.

5. Hindari Perkara-Perkara Yang Dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala Saat


Bercanda.

Tidak boleh bercanda dalam perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, di antaranya sebagai berikut.

– Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda.


Ada orang yang bercanda dengan memakai sesuatu untuk menakut-nakuti
temannya. Misalnya, seperti memakai pakaian hantu, berteriak dalam kegelapan,
atau menyembunyikan barang milik temannya, atau yang sejenisnya. Perbuatan
seperti ini tidak dibolehkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik
bercanda maupun bersungguh-sungguh. (H.R. Abu Dawud dan at-Tirmidzi )

– Berdusta saat bercanda.


Banyak orang tak segan berdusta dengan alasan bercanda. Padahal berdusta dalam
bercanda ini tidak dibolehkan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan ancaman terhadap


orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa,
celakalah ia, celakalah ia. (H.R. Ahmad, Abu Dawud,dan at-Tirmidzi )
– Melecehkan sekelompok orang tertentu.

Dalam bercanda, kita tidak boleh melecehkan orang-orang tertentu, penduduk


daerah tertentu, atau profesi tertentu, atau bahasa tertentu, atau menyebut aib
mereka dengan maksud untuk bercanda dan membuat orang lain tertawa.
Perbuatan ini sangat dilarang.

– Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain.


Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu ia mencela, memfitnahnya, atau
menyifatinya dengan perbuatan keji. Sangat disayangkan, hal seperti ini nyata
terjadi di tengah orang-orang kebanyakan dan jahil. Oleh karena itu, hendaklah
kita jangan keterlaluan dalam bercanda, sehingga melampui batas.

6. Hindari Bercanda Dengan Aksi Dan Kata-Kata Yang Buruk.


Seringkali bercanda seperti ini akan berkembang menjadi pertengkaran dan
perkelahian.
Adapun bercanda dengan kata-kata yang buruk tidak dibolehkan sama sekali.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia”. (al-Isrâ`/17:53)
7. Tidak Banyak Tertawa.
Banyak orang yang tertawa sampai terpingkal-pingkal ketika bercanda. Ini
bertentangan dengan sunnah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengingatkan agar tidak banyak tertawa, beliau bersabda :
“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat
mematikan hati.”
Seperti yang telah dijelaskan di atas dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Banyak
tertawa dapat mengeraskan hati dan mematikannya.
8. Bercanda Dengan Orang-Orang Yang Membutuhkannya.
Seperti dengan kaum wanita dan anakanak. Itulah yang dilakukan oleh Nabi
Shalalllahu ‘alaihi wa sallam, yaitu sebagaimana yang beliau lakukan terhadap
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan al Hasan bin Ali, serta seorang anak kecil
bernama Abu ‘Umair.

9. Jangan Melecehkan Syiar-Syiar Agama Dalam Bercanda.


Seperti bercanda para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-
ayat al-Qur‘an dan syiarsyiarnya, wal iyâdzu billâh! Sungguh perbuatan itu bisa
menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat
yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah
kepada mereka: “Teruskanlah ejekanejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)”.
Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka
akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main
saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayatayat-Nya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolokolok?”. (at-Taubah/9:64-65)
Dan mengangungkan syiar agama merupakan tanda ketakwaan hati. Allah
berfirman:
Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati. (al-Hajj/22:32).
Demikianlah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercanda. Bercanda
boleh, tapi jangan melanggar adab-adab dalam bercanda.
Wallahua’lam bis showab

También podría gustarte