Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
“PENCEMARAN TANAH”
Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka saya bisa menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "
Pencemaran Tanah” yang semoga dapat memberikan manfaat bagi kita.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber
daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang
sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan menjadi muda kembali dan kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh
tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air
tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi
masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah
menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun
keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan
masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya
menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air
yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian,
terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.
Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan
sedimentasi, serta kekeringan.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan
pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta
dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran tanah?
2. Apa saja komponen bahan pencemar tanah?
3. Sebutkan peraturan pemerintah mengenai pencemaran tanah?
4. Bagaimana cara pendugaan tingkat pencemaran/kerusakan tanah?
5. Bagaimana baku mutu/kriteria kerusakan tanah?
6. Bagaimana kasus pencemaran tanah?
7. Bagaimana dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan sekitar?
8. Bagaimana pengendalian kerusakan tanah?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pencemaran Tanah
Susilo menyatakan (Nurhayati, 2017) Pencemaran lingkungan adalah
suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah,
udara, dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan
manusia, binatang, dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda
asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya dan
sebagainya). Hal ini salah satunya sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga
mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula
Kontaminasi pada tanah dan perairan diakibatkan oleh banyak penyebab
termasuk limbah industri, limbah pertambangan, residu pupuk dan pestisida
hingga bekas instalasi senjata kimia. Bentuk kontaminasi berupa berbagai unsur
dan substansi kimia berbahaya (Squires, 2001; Matsumoto, 2001; Wise , dkk.,
2000) yang mengganggu keseimbangan fisik, kimia, dan biologi tanah.
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Kontaminasi oleh logam berat seperti kadmium (Cd), seng (Zn), plumbum (Pb),
kuprum (Cu), kobalt (Co), selenium (Se) dan nikel (Ni) menjadi perhatian serius
karena dapat menjadi potensi polusi pada permukaan tanah maupun air tanah dan
dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, angin, penyerapan oleh
tumbuhan, dan bioakumulasi pada rantai makanan (Chaney dkk., 1998).
Pada dasarnya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada:
1) Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk, 2) Jumlah mineral
yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk, 3) Jumlah deposit logam dari
atmosfer yang jatuh ke dalam tanah, dan 4) Jumlah yang terambil pada proses
panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam (Darmono, 2001).
Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam
pada tanaman yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi diantara logam itu
sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi
logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam
tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan
spesies tanaman (Darmono, 2001).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
a. Tanah yang Tercemar
Tanah Indonesia terkenal dengan kesuburanya. Fenomena sekarang lain
lagi. Sebagian tanah Indonesia tercemar oleh polusi yang diakibatkan oleh
kegiatan manusia. Kalau sudah begitu maka tanah akan sulit untuk dimanfaatkan,
adapun ciri-ciri tanah tercemar adalah :
1) Tanah tidak subur
2) pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah basa)
3) Berbau busuk
4) Kering
5) Mengandung logam berat
6) Mengandung sampah anorganik
b. Tanah tidak tercemar
Tanah yang tidak tercemar adalah tanah yang masih memenuhi unsur
dasarnya sebagai tanah. Tanah tersebut tidak mengandung zat-zat yang merusak
keharaannya. Ciri-ciri tanah yang tidak tercemar adalah :
1) Tanahnya subur
2) Trayek pH minimal 6, maksimal 8
3) Tidak berbau busuk
4) Tidak kering, memiliki tingkat kegemburan yang normal
5) Tidak Mengandung logam berat
6) Tidak mengandung sampah anorganik
Tanah yang tidak tercemar besar potensinya untuk alat kemaslahatan umat
manusia. Pertanian dengan tanah yang baik bisa mendatangkan keuntungan
berlipat ganda.
B. Komponen Bahan Pencemar Tanah
Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan
pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia
yang menghasilkan gas tertentu.
Gambar 2.2. Mesin pengolah limbah
Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah
menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri
tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau.
Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran.Untuk
mengatasi permasalahan di atas, pihak industri harus mengolah limbah industri
dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang ke sungai atau ke laut.
3. Pencemaran Logam Berat
Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan
kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan
tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga
akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah. Hal ini tentunya
membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi
tanaman nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan
terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin. Terkikisnya lapisan topsoil dan
serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup mikroba
tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan
aktifitas mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur
hara dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu
dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya
pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan
buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara
(aerasi) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi
dan perkembangan akar.
Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga
akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya.
Membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden)
menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi
terekspos pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam
air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam
yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya
yang akan menurunkan kualitas lingkungan.Sementara itu proses pengolahan bijih
mineral dari hasil tambang yang menghasilkan limbah tailing juga berpotensi
mengandung bahan pembentuk asam, sehingga akan merusak lingkungan karena
keberadaannya yang bisa jauh ke luar arel tambang.
Gambar 2.4. (a) Pencemaran AAT dan pengendapan tailing ke sungai yang
mempengaruhi daerah di luar areal tambang, (b)
Pengendapan tailing Grasberg
b. Langkah Penangulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan
terhadap pencemaran tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya
mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur
ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya adalah :
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yangtercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-
situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracunatau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
3. Pengolahan Sampah Organik
Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam
jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari
tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barangbarang lain yang
bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik
dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca
di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan
masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Chaney RL, Brown SL, Angle JS. 1998. Soil-root interface: Food chain
contamination and ecosystem health. Di dalam: Huang M, et al (ed).
Madison WI: Soil Sci Soc Am 3:9-11.
Matsumoto S. 2001. Soil degradation and desertification in the world, and the
challenge for vegetative rehabilitation. Di dalam: Prosiding Workshop
Vegetation Recovery in Degraded land Areas. Kalgoorlie, Australia, 27
Okt-3 Nov 2001. hlm 1-10.
Squires VR. 2001. Soil pollution and remediation: issues, progress andprospects.
Di dalam: Prosiding Workshop Vegetation Recovery inDegraded land
Areas. Kalgoorlie, Australia, 27 Okt-3 Nov 2001.hlm 11-20.