Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
IFANA ANUGRAHENI
3. DISTOSIA
3.1 Definisi
Persalinan memanjang dan sulit atau abnormal disebut sebagai pesalinan
disfungsional atau distosia. Hal ini disebabkan oleh berbagai kondisi yang
berhubungan dengan lima faktor yang mempengaruhi persalinan
3.2 Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh salah satu dari hal berikut:
1. Kontraksi uterus tidak efektif atau usaha ibu mengejan (kekuatan), penyebab
tersering distosia.
2. Perubahan pada struktur panggul (jalan lahir).
3. Sebab dari janin meliputi presentasi atau posisi abnormal , anomali, ukuran
berlebihan, dan jumlah janin (yang melewati jalan lahir).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons fisiologis ibu terhadap pesalinan berhubungan dengan pengalaman
terdahulu, persiapan, kebudayaan, dan sistem pendukung.
3.3 Persalinan Disfungsional
3.3.1 Definisi
Persalinan disfungsional dideskripsikan sebagai kontraksi uterus
abnormal yang mencegah pembukaan serviks, penipisan (kekuatan primer), atau
penurunan (kekuatan sekunder) normal.
3.3.2 Faktor risiko
1. Kelebihan berat badan
2. Perawakan pendek
3. Usia ibu lanjut
4. Masalah infertilitas
5. Abnormalitas uterus
6. Malpresentasi dan posisi janin
7. Disproporsi sefalopelvis
8. Stimulasi uterus berlebih dengan oksitosin
9. Kelelahan pada ibu, dehidrasi, dan ketidaksembangan elektrolit serta
ketakutan
10. Waktu pemberian analgesik atau anestesi yang tidak tepat
3.3.3 Jenis
1. Disfungsi Uterus Hipertonik
Ibu mengalami kontraksi yang sering dan menyakitkan, yang tidak efektif dalam
menyebabkan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks.
2. Disfungsi Uterus Hipotonik
Awalnya ibu mengalami kemajuan normal hingga fase aktif persalinan, kemudian
kontraksi melemah dan tidak efisien atau berhenti sama sekali. Tekanan
intrauterus selama kontraksi tidak cukup untuk kemajuan penipisan dan
pembukaan serviks.
3. Kekuatan Sekunder
Kekuatan sekunder atau usaha mengejan melemah ketika diberikan analgesik
ataupun anastesi dalam jumlah besar sehingga dapat memblok reflek mengejan
dan akibatnya mempengaruhi efektivitas usaha volunter.
4. Pola Persalinan Abnormal
Enam pola persalinan abnormal diklasifikasikan berdasarkan pembukaan serviks
dan penurunan janin. Pola-pola ini meliputi, fase laten memanjang, pembukaan
pada fase aktif memanjang, berhenti sekunder; tidak ada perubahan, penurunan
janin memanjang, penurunan janin berhenti, kegagalan penurunan janin.
5. Persalinan Cepat
Persalinan yang berlangsung kurang dari 3 jam dari onset kontaksi hingga saat
melahirkan. Dapat disebabkan oleh kontraksi uterus yang hipertonik dengan
intensitas tetanik.
3.4 Perubahan pada Struktur Panggul
3.4.1 Distosia Panggul
Dapat terjadi kontraktur diameter panggul terjadi, dimana mengurangi kapasitas
tulang panggul, meliputi pintu atas panggul, panggul bagian tengah, pintu bawah
panggul atau kombinasi lainnya.
3.4.2 Distosia Jaingan Lunak
Distosia jaringan lunak disebabkan oleh obstruksi jalan lahir oleh abnormalitas
anatomis lainyya selain tulang panggul. Obstruksi dapat disebabkan oleh
plasenta previa yang mengobstruksi os serviks internal sebagian atau
seluruhnya.
3.5 Penyebab yang Berasal dari Janin
3.5.1 Anomali
Asites, tumor yang besar, defek tuba neuralis terbuka (seperti mielomeningokel)
dan hidrosefalus merupakan contoh anomali pada janin yang dapat
menyebabkan distosia. Anomali mempengaruhi hubungan anatomi janin
terhadap kapasitas panggul ibu, yang mengakibatkan janin tidak dapat turun
melalui jalan lahir.
3.5.2 Disproporsi Sefalopelvis
Disproporsi Sefalopelvis (Cephalopelvic Disproportion-CPD) merupakan
disproporsi antara ukuran janin dengan ukuran panggul ibu. Sehingga janin tidak
dapat melewati panggul ibu untuk dilahirkan melalui vagina.
3.5.3 Malposisi
Malposisi janin paling sering adalah posisi oksipitoposterior persisten. Persalinan
biasanya memanjang terutama pada kala II. Ibu umumnya mengeluh nyeri
punggung hebat akibat tekanan kepala janin menekan sakrumnya.
3.5.4 Malpresentasi
Presentasi bokong merupakan bentuk malpresentasi yang paling sering, terjadi
pada 3-4% dari semua persalinan. Tiga jenis presentasi bokong adalah fank
breech (paha fleksi, lutut ekstensi), presentasi bokong lengkap (paha dan lutut
fleksi), footling breech (ketika satu kaki atau dua kaki muncul sebelum bokong).
Presentasi bokong berhubungan dengan gestasi multiple, kelainan prematur,
anomali ibu dan janin, hidramnion, dan oligohidramnion.
3.5.5 Kehamilan Janin Multipel
Kehamilan janin multipel adalah kehamilan (gestasi) anak kembar dua, tiga,
empat, atau lebih. Kelainan multipel berhubungan dengan lebih banyak
komplikasi (seperti, persalinan disfungsional) dibandingkan kelahiran tunggal.
3.6 Posisi Ibu
Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin dan panggul ibu dipengaruhi
oleh posisi ibu. Selain itu, posisi dapat memberikan baik keuntungan dan
kerugian mekanik pada mekanisme persalinan dengan mengubah efek gravitasi
dan hubungan bagian tubuh yang penting pada kemajuan persalinan.
3.7 Respons Fisiologis
Hormon dan neurotransmiter yang dilepas sebagai respons terhadap stres dapat
menyebabkan distosia.
3.8 Manajemen Perawatan
Pengkajian risiko merupakan proses berkelanjutan pada ibu bersalin. Dengan
melihat riwayat persalinan ibu dan mengobservasi respons fisik dan psikologis
pada persalinan saat ini, adanya berbagai faktor yang dapat berperan dalam
menyebabkan distosia harus diidentifikasi.
3.8.1 Pengkajian
a. Riwayat penyakit dahulu
Distosia pada kehamilan sebelumnya
b. Fisik
- Karakteristik kontraksi uterus
- Kemajuan penipisan dan pembukaan seviks
- Karakteristik denyut jantung janin
- Presentasi, posisi dan station janin
- Status selaput ketuban
- Kaakteristik panggul ibu
c. Psikologis
Kecemasan
3.8.2 Diagnosis Keperawatan
- Risiko terjadinya perlukaan pada ibu atau janin
- Tidak memiliki kekuatan berhubungan dengan kehilangan kontrol
- Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan selaput ketuban
pecah dini, prosedur operatif
- Adaptasi individu tidak efektif berhubungan dengan sistem
pendukung yang tidak adekuat, kelelahan, nyeri
3.8.3 Hasil yang Diharapkan
- Mengerti penyebab dan penanganan persalinan disfungsional
- Mengimplementasikan atau membantu intervensi yang
direkomendasikan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan
kemajuan persalinan dan kelahiran
- Menunjukkan hilangnya nyeri
- Mengalami persalinan dan kelahiran dengan komplikasi minimal
atau tidak ada
- Melahirkan bayi sehat yang tidak mengalami gawat janin atau
perlukaan lahir
3.8.4 Intervensi Keperawatan
- Mengomunikasikan hasil-hasil temuan kepada petugas kesehatan
primer segera
- Mengimplementasikan atau membantu intervensi sesuai instruksi
atau berdasarkan protokol unit
- Memastikan bahwa ibu dan beberapa orang keluarganya
menerima penjelasan mengenai alasan-alasan untuk melakukan
intervensi tertentu
- Memastikan bahwa semua pertanyaan dijawab hingga ibu merasa
puas
- Memberikan dukungan dan saran pada ibu dan pendukungnya
selama bersalin dan melahirkan
3.8.5 Evaluasi
Perawat dapat yakin bahwa perawatan efektif berdasarkan tercapainya
hasil yang diharapkan
1.1 Definisi
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat
serius, yang berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya
perawatan. Faktor resiko utama gagal nafas pada neonatus adalah prematuritas,
bayi berat badan lahir rendah, dan penelitian menunjukkan kejadiannya lebih
banyak terjadi pada golongan sosioekonomi rendah.
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress)
merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan
tidak mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan.
Terminologi respiratory distress digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien
masih dapat menggunakan mekanisme kompensasi untuk mengembalikan
pertukaran gas yang adekuat, sedangkan respiratory failure merupakan keadaan
klinis yang lanjut akibat kegagalan mekanisme kompensasi dalam
mempertahankan pertukaran gas atau tercukupinya aliran oksigen.
Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi
kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah,
sehingga terjadi gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi karbondioksida,
keadaan ini ditandai dengan abnormalitas nilai PO2 dan PCO2. Gagal nafas
dapat disebabkan oleh penyakit paru yang melibatkan jalan nafas, alveolus,
sirkulasi paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas juga dapat disebabkan oleh
gangguan fungsi otot pernafasan, gangguan neuromuskular dan gangguan
sistem saraf pusat.
1.2 Etiologi
Bayi khususnya neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat:
1 Ukuran jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran
udara
2 Compliance paru yang lebih besar
3 Otot pernafasan dan diafragma cenderung yang lebih mudah lelah, serta
4 Predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar
Gagal nafas pada neonatus dapat disebabkan oleh hipoplasia paru (disertai
hernia diafragma kongenital), infeksi, aspirasi mekoneum, dan persistent
pulmonary hypertension. Secara umum, etiologi gagal nafas pada neonatus
ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Etiologi Gagal Napas pada Neonatus
Paru-paru Aspirasi, pneumonia, transient tachypnea of the newborn,
persistent pulmonary hypertension, pneumotoraks, perdarahan
paru, edema paru, displasia bronkopulmonal, hernia diafragma,
tumor, efusi pleura, emfisema lobaris kongenital
Jalan nafas Laringomalasia, trakeomalasia, atresia/stenosis choana, Pierre
Robin Syndrome, tumor dan kista
Otot-otot respirasi Paralisis nervus frenikus, trauma medulla spinalis, miasthenia
gravis
Sistem saraf pusat Apnea of prematurity, obat: sedatif, analgesik, magnesium;
(SSP) kejang, asfiksia, hipoksik ensefalopati, perdarahan SSP
Lain-lain Penyakit jantung bawaan tipe sianotik, gagal jantung kongestif,
anemia/polisitemia, tetanus neonatorum, immaturitas, syok,
sepsis
Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk
menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan
tindakan intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan
sampel darah arterial diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO 2,
PaCO2, dan pH) sambil melakukan monitoring dengan pulse oxymetri.
Hipoksemia berat ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau
PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat
dengan PaCO2 > 55-60 mmHg dengan pH <7,2-7,25.
Berat
(PCH, grunting, apneu, sianosis
Ringan
Resusitasi: (Takipneu ringan)
• Bersihkan jalan nafas, hisap lendir
(suction)
• Pemberian oksigen , pasang OGT
• Pasang akses intra vena : Disesuaikan
• D10% 60 ml/kgBB menurut usia
• Ca-Gukonas 10% 6-8
ml/kgBB
• Monitor temperatur
• Monitor saturasi
• Rontgen toraks (Bila memungkinkan)
Perbaikan klinis YA
Observasi 30 menit
Membaik
TIDAK ( Ancaman gagal nafas/DS≥6)
TIDAK YA
• Intubasi
• Pemberian antibiotik spektrum luas:
Ampicillin & Gentamicin (inisial) • Pemberian O2
• Pemeriksaan penunjang: dilanjutkan
Darah rutin & hitung jenis, AGD, GDS, • Monitoring saturasi
elektrolit, rontgen toraks • Rontgen toraks
• Konsul NICU/rujuk ke RS yang
memiliki NICU
Perawatan
Evaluasi menggunakan
bayi rutin
skor Downes
Perawatan di NICU
1.5 Manajemen Keperawatan
1.5.1 Pengkajian
Kaji tanda utama gawat napas (takipneu, sianosis sentral, retraksi, dan grunting).
1.5.2 Diagnosis Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan:
a. Defisiensi surfaktan
b. Kelemahan pada otot pernapasan dan diafragma
c. Gangguan pengembangan paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
a. Defisiensi surfaktan
b. Gangguan pembukaan alveoli
c. Hipoperfusi jaringan paru
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
a. Konstriksi vaskularisasi pulmonal
1.5.3 Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan bahwa bayi akan menunjukkan:
1. Fungsi pernapasan yang adekuat
2. Fungsi fisiologis adekuat
3. Pengembangan paru optimal
4. Perfusi ke paru dan jaringan adekuat
1.5.4 Intervensi Keperawatan
1. Jaga suhu tubuh dan lingkungan dalam kondisi hangat
2. Posisikan jalan napas bayi ekstensi untuk membuka jalan napas
3. Beri oksigen 40%
4. Beri cairan dan elektrolit sesuai indikasi
5. Beri antibiotik untuk pencegahan infeksi sekunder
6. Beri surfaktan