Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Indikasi Hemodialisis
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis emergency
atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik. Keadaan akut tindakan dialisis
dilakukan pada : Kegawatan ginjal dengan keadaan klinis uremik berat,
overhidrasi, oliguria (produksi urine <200 ml/12 jam), anuria (produksi urine <50
ml/12 jam), hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG, biasanya K >6,5
mmol/I), asidosis berat (PH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/I), uremia (BUN >150
mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati uremikum, perikarditis
uremikum, disnatremia berat (Na>160 atau <115 mmol/I), hipertermia, keracunan
akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
Indikasi hemodialisis kronis adalah hemodialisis yang dilakukan
berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis,
dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt, keadaan pasien yang mempunyai GFR <15
ml/mnt tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika
dijumpai salah satu dari : 1) GFR <15 ml/mnt, tergantung gejala klinis, 2) gejala
uremia meliputi: lethargi, anoreksia, nausea dan muntah, 3) adanya malnutrisi
atau hilangnya massa otot, 4) hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan
cairan, 5) komplikasi metabolik yang refrakter (Daugirdas et al., 2007).
Komplikasi Hemodialisis
Hemodialisis merupakan tindakan untuk mengganti sebagian dari fungsi
ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal tahap akhir
stadium akhir. Walaupun tindakan hemodialisis saat ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami masalah medis
saat menjalani hemodialisis. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang
menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik. Tekanan darah umumnya
menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi atau penarikan cairan saat
hemodialisis. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita yang menjalani
hemodialisis regular, namun sekitar 5-15% dari pasien hemodialisis tekanan
darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik atau
intradialytic hypertension (Agarwal & Light, 2010).
Komplikasi Akut
Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama
hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah
hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,
gatal, demam, dan menggigil (Bieber & Himmelfarb, 2013; Sudoyo et al., 2009).
Komplikasi kronik
Komplikasi kronik yang terjadi pada pasien hemodialisis yaitu penyakit
jantung, malnutrisi, hipertensi/volume excess, anemia, Renal osteodystrophy,
Neurophaty,disfungsi reproduksi, komplikasi pada akses, gangguan perdarahan,
infeksi, amiloidosis, dan Acquired cystic kidney disease (Bieber & Himmelfarb,
2013).
Terjadinya gangguan pada fungsi tubuh pasien hemodialisis, menyebabkan
pasien harus melakukan penyesuaian diri secara terus menerus selama sisa
hidupnya. Bagi pasien hemodialisis, penyesuaian ini mencakup keterbatasan
dalam memanfaatkan kemampuan fisik dan motorik, penyesuaian terhadap
perubahan fisik dan pola hidup, ketergantungan secara fisik dan ekonomi pada
orang lain serta ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa hidup. Menurut
Moos dan Schaefer dalam Sarafino (2006) mengatakan bahwa perubahan dalam
kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya depresi.
Di Indonesia pada tahun 2011 terdapat 15.353 pasien baru yang menjalani hemodialisis dan pada tahun
2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani hemodialisis diantaranya sebanyak 4.268 orang
sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621 pasien yang baru menjalani hemodialisis sampai akhir
tahun 2012 pada 244 unit hemodialisis di Indonesia (Indonesian Renal Registry (IRR), 2013).
Penyakit ginjal tahap akhir (End State Renal Disease/ERDS) harus menggunakan terapi pengganti ginjal
yang menjadi satusatunya pilihan untuk mempertahankan fungsi tubuh. Terapi pengganti ginjal yang
biasanya dilakukan dapat berupa transplantasi ginjal atau dialisis yang terdiri dari dialisis peritonial dan
hemodialisis. Saat ini terapi pengganti ginjal yang paling banyak digunakan adalah hemodialisis yang
jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2008)
Terapi hemodialisis merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen,
urea, kreatinin, asam urat, dan zatzat lain melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Brunner &
Suddarth, 2009). Terapi pengganti ginjal hemodialisis sangat bermanfaat bagi klien dengan penyakit
ginjal tahap akhir karena ginjal merupakan alat vital dalam tubuh yang menjaga homeostasis tubuh,
namun terapi hemodialisis bukan berarti tidak berisiko dan tidak mempunyai efek samping. Berbagai
permasalahan dan komplikasi dapat terjadi pada klien yang menjalani hemodialisis.
Tindakan hemodialisis sangat erat hubungannya dengan kualitas hidup klien dikarenakan banyaknya
permasalahan kompleks terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual akibat tindakan
hemodialisis serta penyakitnya. Landreneau, Lee dan Landreneau (2010) mengatakan bahwa kualitas
hidup klien yang menjalani transplantasi ginjal lebih baik dibandingkan dengan pasien yang menjalani
hemodialisis. Keadaan pasien gagal ginjal tahap akhir yang seumur hidup tergantung pada mesin dialisis
akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Prinsip Hemodialisa
Prinsip mayor/proses hemodialisa
a. Akses Vaskuler: Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya
memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer
seperti vascoth.
b. Membran semi permeable: Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk
mengadakan kontak diantara darahdan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.
c. Difusi: Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat
terlarutadalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan
konsentrasirendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahanzat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
d. Konveksi: Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan
mengambil bersamadengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
e. Ultrafiltrasi: Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya
adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan.
Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi padamembrane :
1) Tekanan positip: merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalammembrane.
Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadapdarah yang
mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.
2) Tekanan negative: merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh
pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.
3) Tekanan osmotic: merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungandengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar
zat terlarut yangtinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah
yang menyebabkanmembrane permeable terhadap air.
5. Perangkat Hemodialisa
1.Perangkat khusus
1) Mesin hemodialisa
2) Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolismeatau zat
toksin laindari dalam tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen :
- kompartemen darah
- kompartemen dialisat.
Darah kembali kebadandarah dari fistula ginjal buatanheparin kompartemen darahKompartemen
dialisatPembuangan dialisat dialirkan pompa
3) Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke tubuh.
Mempunyai 2 fungsi : Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.
Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.
2. Alat-alat kesehatan
Tempat tidur fungsional
Timbangan BB
Pengukur TB
Stetoskop
Termometer
Peralatan EKG
Set O2 lengkap
Suction set
Meja tindakan.
c. Persiapan pasien.
1) Menimbang BB
2) Mengatur posisi pasien.
3) Observasi KU
4) Observasi TTV
5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakansalah satu
jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:
- Dengan interval A-V Shunt/fistula simino
- Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.
- Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).