Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatNya, “Profil Kesehatan Kota Batu Tahun 2016” dapat diterbitkan untuk
merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi kesehatan, di tengah – tengah
banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai
landasan pengambilan keputusan yang evidence based.
Dalam Profil kesehatan Kota Batu Tahun 2016 ini pembaca dapat memperoleh
data dan informasi mengenai demografi, sarana kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, pembiayaan kesehatan, kesehatan keluarga, pengendalian penyakit dan
kesehatan lingkungan.
Kami menyadari bahwa penyusunan profil ini masih banyak kekurangan dalam
penyajian data, kelengkapan data, akurasi data serta ketepatan waktu penyajian.
Untuk itu kami berharap adanya masukan yang positif untuk perbaikan ke depan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V KESEHATAN KELUARGA................................................................................. 33
A. Kesehatan Ibu.............................................................................................. 34
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil……………………………………………….. 35
2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil………………………………………………………………………………. 38
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin…………………………………………….. 40
4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas………………………………………………... 41
5. Pelayanan / Penanganan Komplikasi Kebidanan……………………………. 43
6. Pelayanan Kontrasepsi………………………………………………………….. 45
B. Kesehatan Anak........................................................................................... 47
1. Pelayanan Kesehatan Neonatal………………………………………………... 48
2. Penanganan Komplikasi Neonatal……………………………………………... 49
3. Imunisasi……….................................................................................... 51
4. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah……………………………………. 56
C. Gizi…..………………….……………………………………………………………… 58
1. Pemberian ASI Eksklusif………………………………………………………... 58
2. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 – 59 Bulan…………... 59
3. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)……………………………. 60
4. Penemuan dan Penanganan Gizi Buruk………………………………………. 62
BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT...................................................................... 63
A. Penyakit Menular Langsung…………………………………………………………. 63
1. Tuberkulosis…………............................................................................. 63
2. HIV/AIDS………….................................................................................. 67
3. Pneumonia………................................................................................. 69
4. Kusta………......................................................................................... 70
5. Diare………...........................................................................................
B. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi………………………………… 73
1. Tetanus Neonatorum…………………………………………………………….. 71
2. Campak………...................................................................................... 73
3. Difteri………........................................................................................... 74
4. Polio dan AFP……….................................................................................... 75
C. Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis……………………………………………….. 77
1. Demam Berdarah Dengue………................................................................ 77
2. Malaria………......................................................................................... 78
iii
BAB VII KESEHATAN LINGKUNGAN……………………………………………………… 79
A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat……………………………………………….. 80
B. Tatanan Kawasan Sehat……………………………………………………………. 81
C. Air Minum……………………………………………………………………………... 82
D. Akses Sanitasi Layak………………………………………………………………... 83
E. Tempat – tempat Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan…………………… 84
F. Tempat Pengelolaan Makanan……………………………………………………... 86
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Kota Batu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 -
2016…………………….…………………………………………………... 2
Gambar 1.2 Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2016...………………………….. 3
Gambar 2.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2008 – 2016.............................................. 10
Gambar 3.1 Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan di puskesmas se – Kota
Batu Tahun 2016………………………………………………………….. 19
Gambar 3.2 Jumlah Dokter Spesialis dan dokter Gigi Spesialis di Rumah Sakit di
Kota Batu Tahun 2016…………………………..................................... 23
Gambar 4.1 Proporsi Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Menurut Segmen
Peserta di Kota Batu Tahun 2016……………………………………….. 32
Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu di Kota Batu Tahun 2011 – 2016………............ 34
Gambar 5.2 Persentase Pencapaian K1 dan K4 Ibu Hamil di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 36
Gambar 5.3 Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah darah (Zat Besi) pada ibu
Hamil di Kota Batu tahun 2012 – 2016…………………………………. 38
Gambar 5.4 Cakupan Imunisasi TT 5 dan TT2+ pada Ibu Hamil di Kota Batu
Tahun 2013 – 2016……………………………………………………….. 40
Gambar 5.5 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kota
Batu Tahun 2011 – 2015…………………………………………………. 41
Gambar 5.6 Cakupan Pelayanan Nifas di Kota Batu Tahun 2011 – 2016………… 42
Gambar 5.7 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 43
Gambar 5.8 Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif di Kota Batu Tahun 2012 –
2016………………………………………………………………………… 46
Gambar 5.9 Tren Angka Kematian Neonatal, Bayi dan Balita di Kota Batu Tahun
2011 – 2016………………………………………………………………... 48
Gambar 5.10 Cakupan Kunjungan Neonatus Kota Batu Tahun 2011 – 2016……… 49
Gambar 5.11 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 50
Gambar 5.12 Cakupan Imunisasi Campak pada Bayi di Kota Batu Tahun 2012 –
2016………………………………………………………………………… 52
Gambar 5.13 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di Kota Batu Tahun
2014 – 2016………………………………………………………………... 53
Gambar 5.14 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT/Hb1 – Campak pada bayi
di Kota Batu Tahun 2012 – 2016………………………………………… 54
Gambar 5.15 Pencapaian Desa / Kelurahan UCI di Wilayah Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 55
Gambar 5.16 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
di Kota Batu Tahun 2012 – 2016………………………………………… 57
Gambar 5.17 Tren Capaian ASI Eksklusif di Kota Batu Tahun 2012 – 2016……….. 59
Gambar 5.18 Cakupan Bayi, Anak Balita dan Balita Mendapat Vitamin A di Kota
batu Tahun 2012 – 2016…………………………………………………. 60
Gambar 5.19 Jumlah Balita Ditimbang di Posyandu Kota Batu Tahun 2012 – 2016 61
Gambar 6.1 Angka Notifikasi Kasus TB per 100.000 penduduk Tahun 2013 –
2016………………………………………………………………………… 66
Gambar 6.2 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis di Kota Batu
Tahun 2013 – 2016……………………………………………………….. 66
vi
Gambar 6.3 Jumlah Penemuan Kasus HIV & AIDS di Kota Batu Tahun 2011 –
2016………………………………………………………………………… 68
Gambar 6.4 Persentase Kasus AIDS Menurut Golongan Umur di Kota Batu
Tahun 2016………………………………………………………………… 68
Gambar 6.5 Angka Kematian Akibat AIDS yang Dilaporkan di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 69
Gambar 6.6 Cakupan Penemuan Pneumonia pada Balita di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………... 70
Gambar 6.7 Penemuan Kasus Kusta Baru di Kota Batu Tahun 2013 – 2016……. 71
Gambar 6.8 Cakupan Kasus Diare Ditangani di Kota Batu Tahun 2013 – 2016…. 72
Gambar 6.9 Kasus Campak yang terjadi di Wilayah Kota Batu Tahun 2012 –
2016……………………………………………………………………….. 74
Gambar 6.10 Kasus Difteri di Kota Batu Tahun 2012 – 2016……………………….. 75
Gambar 6.11 Non polio AFP Rate per 100.000 anak < 15 Tahun di Kota Batu
Tahun 2012 – 2016………………………………………………………. 76
Gambar 6.12 Angka Kesakitan dan Angka Kematian Akibat DBD di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………………. 77
Gambar 6.13 Penemuan Kasus Malaria di Kota Batu Tahun 2012 – 2016……………….. 78
Gambar 7.1 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak di Kota Batu Tahun
2012 – 2016………………………………………………………………………. 84
Gambar 7.2 Persentase Tempat – Tempat Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan
di Kota Batu Tahun 2014 – 2016………………………………………………. 85
Gambar 7.3 Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat Di Kota
Batu Tahun 2014 – 2016………………………………………………………... 87
vii
BAB I
DEMOGRAFI
Ditinjau dari astronomi, Kota Batu terletak diantara 122°17’ sampai dengan
122°57’ Bujur Timur dan 7°44’ sampai dengan 8°26’ Lintang Selatan. Adapun batas-
batas wilayah Kota Batu adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara: Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur: Kabupaten Malang
Sebelah Selatan: Kabupaten Blitar dan Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Malang
Luas kawasan Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar 199,09 Km² terbagi
ke dalam 3 kecamatan dan Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan yang
wilayahnya paling luas dibandingkan dua kecamatan lainnya. Kota Batu terletak
pada ketinggian rata-rata 862 m di atas permukaan laut. Dilihat dari ketinggian
wilayahnya, sebagian besar daerah di Kota Batu terletak di daerah
perbukitan/lereng.
Pada tahun 2016, Kota Batu terbagi menjadi 3 kecamatan, 19 desa, 5 kelurahan,
238 RW dan 1.127 RT. Dilihat komposisi jumlah Desa/kelurahan, Kecamatan Bumiaji
memiliki jumlah desa terbanyak yaitu masing-masing 9 desa.
A. Keadaan Penduduk
Hasil estimasi jumlah penduduk Kota Batu pada tahun 2016 sebesar 202.319
jiwa, yang terdiri atas 101.719 jiwa penduduk laki-laki dan 100.600 jiwa penduduk
perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat
Statistik dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip
bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi
per tahun tumbuh konstan.
1
Gambar 1.1 memperlihatkan laju pertumbuhan penduduk di Kota Batu tahun
2012 hingga 2016. Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 pertumbuhan
penduduk per tahun terus mengalami penurunan, dari 2.158 per tahun menjadi
1.393 per tahun. Tahun 2016 pertumbuhan penduduk sedikit meningkat
dibandingkan tahun 2015 menjadi 1.834 per tahun. Rasio jenis kelamin pada tahun
2016 sebesar 101, yang artinya terdapat 101 laki-laki di antara 100 perempuan.
Gambar 1.1
Jumlah Penduduk Kota Batu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 - 2016
250000 2500
2158 2141
200485 202319
194793 196951 199092
200000 2000
1834
150000 1500
1393
Laki-laki
97764 98880 99984 100902 101719
Perempuan
100000 1000
98071 99583 100600 Total
97029 99108
Pertumbuhan
50000 500
0 0 0
2012 2013 2014 2015 2016
2
Gambar 1.2
Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2016
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-34
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2016, Hasil Estimasi
3
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya orang berumur tidak produktif (belum
produktif/umur di bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun ke atas)
dengan yang berumur produktif (umur 15–64 tahun). Angka ini dapat digunakan
sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase
dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban
yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi.
Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2016 sebesar 48,63.
Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yang produktif, di samping
menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 48-49 orang yang tidak produktif.
Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius.
Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan
tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan
hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait
lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki
peranan yang cukup besar. Kesehatan merupakan hak semua penduduk, sehingga
ditetapkan target dan sasaran pembangunan kesehatan. Tabel 1.1 memperlihatkan
data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2016 menurut jenis
kelamin. Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan diperlukan bagi
pengelola program terutama untuk menyusun perencanaan serta evaluasi hasil
pencapaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan.
4
Tabel 1.1
Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
di Kota Batu Tahun 2016
5
B. Keadaan Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data BPS,
besaran pertumbuhan Produk Domestik Bruto Kota Batu pada tahun 2015 atas dasar
harga berlaku sebesar Rp 10.250,3 Milyar dan 9.145,95 Milyar atas dasar harga
konstan.
Pendukung utama PDRB ADHB Kota Batu tahun 2015 adalah sektor
perdagangan, hotel dan restauran, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang
mencapai 5,6 milyar. Hal ini sejalan dengan posisi Kota Batu sebagai kota agro
wisata dan agro politan. Sebagai daerah tujuan wisata, multiplier effect yang
ditimbulkan pariwisata terhadap besaran PDRB cukup besar, luas dan berantai.
Pertumbuhan ekonomi Kota Batu tahun 2015 yang mencapai 6,69 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota batu digerakkan oleh semua sektor paling tinggi
pertumbuhannya sektor konstruksi yang mencapai 10,01 sedikit mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2014. Sedangkan pertumbuhan yang paling kecil di
alami sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,58 persen. Tingginya
pertumbuhan ekonomi di Kota Batu akibat dari efek berganda dicanangkannya Kota
Batu sebagai Kota Wisata setelah Bali dan Jogya.
C. Keadaan Pendidikan
Menurut data dari Dinas Pendidikan Kota Batu, dari sisi kelengkapan fasilitas
pendidikan yang dapat diakses oleh penduduk di Kota Batu secara umum sudah
cukup baik, di setiap kecamatan sudah tersedia fasilitas sekolah dasar sampai
dengan SLTA. Namun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014
menunjukkan angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni di tingkat SLTA
lebih kecil daripada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2012) diperoleh Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Statistik
ini menunjukkan hampir semua penduduk Kota Batu usia 7-15 tahun bersekolah.
Sementara ada 71,97 persen penduduk usia 16-18 tahun yang sudah tidak
bersekolah lagi. Namun jika dilihat kesesuaian antara umur dan jenjang pendidikan
yang sedang ditempuh melalui APM, maka terlihat hanya 77,21 persen penduduk
6
berumur 16-18 tahun yang bersekolah ditingkat SLTA. Angka APK yang cenderung
lebih besar daripada APM menunjukkan banyak penduduk yang masuk sekolah
lebih cepat dari yang seharusnya.
Tabel 1.2
Angka Partisipasi Sekolah di Kota Batu, Tahun 2014 dan Tahun 2015
D. Keadaan Pertanian
Kota Batu merupakan kota pariwisata dengan basis pertanian. Penduduk Kota
Batu hampir sebagian besar bermata pencaharian utama sebagai petani. Oleh
karena itu menjadi suatu keharusan bagi Pemerintah Daerah Kota Batu untuk
memprioritaskan sektor pertanian dan pariwisata dalam pembanguan ekonomi dan
wilayah. Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan yang diharapkan dapat
bersinergi dengan pertumbuhan sektor lainnya seperti pariwisata, perdagangan dan
industri.
Luas lahan sawah di Kota Batu tahun 2015 sebesar 2.480 Ha, yang terdiri dari
668 Ha berada di Kecamatan Batu, 1.098 Ha di Kecamatan Junrejo dan sisanya 714
Ha di Kecamatan Bumiaji. Berdasarkan sebaran wilayah di Kota Batu, luas lahan
pertanian bukan sawah terluas berada di Kecamatan Bumiaji yaitu sebesar 10.931
Ha, sementara di Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo masing-masing sebesar
2.061 Ha dan 1.404 Ha.
Data luas lahan bukan sawah di Kota Batu mencapai 14.396 Ha. Lahan bukan
sawah mempunyai berbagai penggunaan mulai dari yang produktif, non-produktif
dan konservatif. Sebagian besar luas lahan bukan sawah adalah berupa penggunaan
lahan lainnya sebesar 11. 073 Ha, yang sebagian besar berada di wilayah kecamatan
Bumiaji (8.645 Ha). Luas lahan bukan sawah sisanya digunakan sebagai
tegal/kebun.
7
E. Keadaan Pariwisata
Kota Batu memiliki daya tarik terhadap pihak investor untuk menanamkan modal
nya di bidang sarana wisata khususnya jasa akomodasi /penginapan berupa hotel ,
hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah hotel yang beroperasi di kota wisata
ini. Jumlah hotel pada tahun 2015 tercatat sebanyak 538 unit , meningkat
dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 489 unit.
Konsep Kota Batu sebagai Kota Wisata rupanya telah memberikan dampak dari
segi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Batu, karena pariwisata berhasil
mendongkrak kegiatan perekonomian di sektor lainnya. Jumlah pengunjung daya
tarik wisata di Kota Batu Tahun 2015 adalah sebesar 2.249.201. Angka ini
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 sebesar 2.089.022 pengunjung
8
BAB II
SARANA KESEHATAN
9
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.
Jumlah Puskesmas di Kota Batu pada Tahun 2016 sebanyak 5 unit, yang terdiri
dari 3 unit Puskesmas rawat inap dan 2 unit Puskesmas non rawat inap. Jumlah ini
masih sama dengan jumlah Puskesmas Tahun 2015.
Gambar 2.1
Jumlah Puskesmas Tahun 2008 – 2016
6
5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Puskesmas
10
1. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Bab XII
Kesehatan Kerja, Pasal 164-166 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Selain itu,
pemerintah harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan
terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya
kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan baik pada sektor formal (usaha
besar dan menengah) maupun sektor informal (usaha mandiri/individu, rumah
tangga, mikro dan kecil).
Puskesmas memiliki peran strategis dalam upaya kesehatan kerja kedua sektor
tersebut, utamanya pada sektor informal. 5 Puskesmas yang ada di Kota Batu telah
melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja. Upaya kesehatan kerja di Puskesmas
diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah
Puskesmas atau spesifik lokal. Dengan demikian sampai saat ini upaya kesehatan
kerja di Puskesmas lebih dititikberatkan pada wilayah industri.
Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan
pelayanan kesehatan kerja, yaitu :
1. Pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bidang kesehatan
kerja,
2. Pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK),
3. Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja,
4. Gerakan pekerja perempuan sehat dan produktif termasuk kesehatan
reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan kesehatan kerja di
sektor informal dan formal termasuk perkantoran.
5. Pembinaan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan
pembinaan pelayanan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
11
2. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga
Upaya kesehatan olahraga diselenggarakan untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat. Kesehatan olahraga merupakan upaya dasar dalam
meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui aktivitas
fisik, latihan fisik dan olahraga seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan
dasar seperti Puskesmas maupun pelayanan kesehatan rujukan. Di Kota Batu,
seluruh puskesmas telah melaksanakan Upaya Kesehatan Olahraga.
Upaya kesehatan olahraga yang diselenggarakan di Puskesmas meliputi
pembinaan dan pelayanan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga
berupa pendataan kelompok, pemeriksaan kesehatan, dan penyuluhan kesehatan
olahraga. Pembinaan tersebut ditujukan pada kelompok olahraga di sekolah, klub
jantung sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok senam
diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran jasmani
jemaah calon haji, fitness center, dan kelompok olahraga/latihan fisik lain. Pelayanan
kesehatan olahraga berupa konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran tingkat
kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut, dan sebagai tim kesehatan
pada event olahraga.
12
pelayanan kesehatan tradisional komplementer dan pelayanan kesehatan tradisional
integrasi.
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah, Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer menetapkan target sasaran
Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, dimana pada tahun 2015
diharapkan sebesar 15% Puskesmas telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional. Puskesmas telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional jika
memenuhi salah satu kriteria di bawah ini, yaitu :
1. Puskesmas memiliki tenaga kesehatan sudah dilatih pelayanan kesehatan
tradisional.
2. Puskesmas melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional ramuan dan
ketrampilan
3. Puskesmas melaksanakan kegiatan pembinaan meliputi pengumpulan data
kesehatan tradisional, fasilitas registrasi/perizinan dan bimbingan teknis serta
pemantauan pelayanan kesehatan tradisional dan komplementer.
Pelayanan Kesehatan Tradisional belum dilaksanakan di seluruh Puskesmas Kota
Batu. Kedepan, pengembangan pelayanan kesehatan tradisional perlu dilakukan
melalui upaya yang komprehensif dan sistematis dalam rencana aksi sebagai
penjabaran dari Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
B. RUMAH SAKIT
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat selain upaya
promotif dan preventif, diperlukan juga upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya
kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit
yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah
sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang
dikelola pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
13
1. Jenis Rumah Sakit
Pada tahun 2015, rumah sakit di Indonesia sebanyak 2.488 RS yang terbagi
menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. Rumah sakit publik di
Indonesia dikelola oleh Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, kementerian lain serta swasta non profit (organisasi
keagamaan dan organisasi sosial). Jumlah rumah sakit publik di Indonesia sampai
dengan tahun 2015 sebanyak 1.593 RS, yang terdiri dari 1.341 Rumah Sakit Umum
(RSU) dan 252 Rumah Sakit Khusus (RSK).
Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh BUMN dan
swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun 2015 terdapat
895 rumah sakit privat di Indonesia, yang terdiri dari 608 RSU dan 287 RSK. Jumlah
rumah sakit publik maupun privat menunjukkan peningkatan pada kurun waktu 2013
sampai dengan 2014, dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2015.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan
rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit
khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Tabel 2.1
Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Menurut Jenis Pelayanan yang Diberikan
di Kota Batu Tahun 2013 – 2016
Rumah Sakit 2013 2014 2015 2016
1. Umum 3 3 4 5
2. Khusus 2 2 1 1
Jumlah Rumah Sakit Khusus di Kota Batu mengalami penurunan di Tahun 2015
dimana Rumah Sakit Paru milik Propinsi Jawa Timur beralih menjadi Rumah Sakit
Umum Karsa Husada. Untuk Tahun 2016, terdapat tambahan 1 RSU Punten yang
dimiliki swasta.
14
2. Tempat Tidur Rumah Sakit
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur
terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Kota Batu pada
tahun 2016 sebesar 1,72 per 1.000 penduduk. Rasio ini mengalami sedikit
penurunan dibandingkan dengan Tahun 2015, yaitu sebesar 1,75 per 1.000
penduduk. Namun, rasio tempat tidur terhadap jumlah penduduk di Kota Batu ini
telah memenuhi standar.
15
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan
tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan
alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha
Kecil Obat Tradisional/Usaha Mikro Obat Tradisional (UKOT/UMOT), Produksi Alat
Kesehatan (Alkes) dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan
Industri Kosmetika. Di Kota Batu hanya terdapat sarana distribusi kefarmasian yaitu
15 apotek serta 1 Toko Obat dan tidak tersedia sarana produksi di bidang
kefarmasian.
16
ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan.
Jumlah item obat yang dipantau adalah 20 item obat dan vaksin. Pemantauan
ketersediaan obat dan vaksin dilaksanakan kepada 5 Puskesmas di Kota Batu.
Berdasarkan data dan perhitungan yang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan Alat
Kesehatan didapatkan bahwa 86 % item obat dan vaksin esensial tersedia di
Puskesmas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan obat dan vaksin di
Puskesmas telah mencapai target RPJMD Tahun 2016 Kota Batu yang sebesar 82%.
17
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem
dalam sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan
kesehatan. Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Pada bab ini, akan dibahas mengenai SDMK terutama jumlah, rasio,
registrasi,jumlah lulusan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
18
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan sumber daya manusia
kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang kesehatan.
Pada peraturan yang sama di Pasal 16 Ayat 3 disebutkan bahwa minimal tenaga
kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Sedangkan
tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lainnya.
Gambar 3.1
Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas
se – Kota Batu Tahun 2016
Penunjang
Analis Kesehatan; 5 administrasi; 12
Rekam Medis; 5 Dokter umum; 11 Dokter umum
Nutrisionis; 5 Dokter gigi; 6 Dokter gigi
Kesehatan Bidan
Lingkungan; 5
Perawat
Kesehatan
Masyarakat; 5 Perawat gigi
Teknis Kefarmasian
Teknis
Kefarmasian; 4 Bidan; 52 Kesehatan Masyarakat
Perawat gigi; 6 Kesehatan Lingkungan
Nutrisionis
Rekam Medis
Perawat; 56
Analis Kesehatan
Penunjang administrasi
19
Total SDMK di Puskesmas di Kota Batu tahun 2016 sebanyak 172 orang yang
terdiri dari 160 orang tenaga kesehatan (93 %) dan 12 orang tenaga penunjang
kesehatan (7 %). Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas terbanyak yaitu perawat
sebanyak 32,5 % (56 orang), sedangkan proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas
yang paling sedikit yaitu tenaga teknis kefarmasian sebesar 2,32% (4 orang).
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan analisis
beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja,
luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya di wilayah kerjanya, dan pembagian waktu kerja.
20
standar jumlah perawat, kecuali 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Junrejo yang hanya
memiliki 4 orang perawat dari standar 5 perawat untuk Puskesmas non perawatan.
21
Dari Tabel 3.1 tersebut dapat dilihat bahwa dari 5 Puskesmas yang ada di Kota
Batu, ada 3 Puskesmas yang memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan
preventif yaitu Puskesmas Batu, Puskesmas Bumiaji dan Puskesmas Beji. Sedangkan
Puskesmas Sisir tidak memiliki tenaga kefarmasian dan Puskesmas Junrejo tidak
memiliki analis kesehatan
22
Gambar 3.2
Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis di Rumah Sakit
di Kota Batu Tahun 2016
Dokter Gigi
Spesialis; 1
Spesialis
Spesialis Anak
Anak; 5 Spesialis Obsteri
dan Ginekologi; 6 Spesialis Obsteri dan Ginekologi
Spesialis Penyakit dalam
Spesialis
Spesialis Bedah
Penyakit
dalam; 6 Spesialis Anestesi
Spesialis Lain; 30
Spesialis Radiologi
Spesialis
Bedah; 5 Spesialis Patologi Klinik
Spesialis Rehab Medik
Spesialis Lain
Spesialis
Dokter Gigi Spesialis
Anestesi; 3
23
Tabel 3.2
Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk
di Kota Batu Tahun 2016
Target rasio
Rasio tenaga kesehatan
Tenaga Kesehatan tenaga kesehatan
per 100.000 di Kota batu
per 100.000 penduduk
Dokter umum 45 31
Dokter gigi 13 7
Perawat 180 166
Bidan 120 52
Sumber : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Dari Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa di Kota Batu, target rasio tenaga kesehatan
per 100. 000 penduduk belum dapat terpenuhi. Namun, hal ini dapat disebabkan
karena data yang digunakan hanya dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di Kota Batu dan belum termasuk data tenaga
kesehatan di klinik dan praktek swasta.
24
BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah satu sub sistem dalam kesehatan nasional adalah sub sistem pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat.
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan
kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi
pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang
bersumber dari anggaran masyarakat.
Di dalam Bab Pembiayaan Kesehatan ini selanjutnya akan dibahas Pembiayaan
untuk program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kota Batu beserta jajarannya yang
diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya Dana APBD Kab/Kota, Dana APBD
Provinsi, Dana Alokasi Khusus, DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau),
Pajak Rokok dan Kapitasi JKN.
25
B. APBD Provinsi
APBD Propinsi yang diterima Dinas Kesehatan Kota Batu berupa Dana Tugas
Pembantuan (TP) Provinsi. Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan dari
pemerintah kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang
menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas
Pembantuan Kementerian Kesehatan dapat dialokasikan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Pada Tahun 2016, alokasi dana Tugas Pembantuan dari Propinsi
Jawa Timur untuk Dinas Kesehatan Kota Batu sebesar Rp. 178.276.265 yang
digunakan untuk Kegiatan Pendampingan Taman Posyandu. Realisasi dana TP pada
Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 172.576.850 (96,8 %).
26
Selain dana DAK Fisik, Dinas Kesehatan Kota Batu juga menerima dana DAK Non
Fisik yaitu BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang merupakan bantuan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian MDGs
bidang kesehatan, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dana BOK adalah dana APBN Kementerian Kesehatan yang disalurkan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme Tugas Pembantuan. Selain
itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen
puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat puskesmas dan lokakarya mini
puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas dan
jaringannya serta poskesdes dan posyandu. Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada
beberapa upaya kesehatan promotif dan preventif meliputi kesehatan ibu dan anak
(KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan
lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap
mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan serta
target MDGs Bidang Kesehatan. Alokasi dana DAK Non Fisik (BOK) Tahun 2016
untuk Dinas Kesehatan Kota Batu sebesar Rp. 931.999.500 dengan penyerapan
sebesar 82.9 % atau Rp. 773.352.150.
27
penghasil tembakau juga menerima DBHCHT. DBHCHT yang dibagikan ke daerah
penghasil bersifat earmarking, dimana penggunaan DBHCHT sudah diarahkan untuk
mendanai kegiatan tertentu dalam rangka pengendalian, pengawasan dan mitigasi
dampak negatif yang ditimbulkan dari produk hasil tembakau serta optimalisasi
penerimaan CHT. Pasal 66A UU Nomor 39 tahun 2007 ayat 1 mengatur penggunaan
DBHCHT tersebut, yaitu untuk :
1. Mendanai peningkatan kualitas bahan baku
2. Pembinaan industri
3. PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL
4. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai
5. Pemberantasan barang kena cukai ilegal
Diantara 5 peruntukan ini, peruntukan ketiga atau pembinaan lingkungan sosial
mengamanatkan adanya perlindungan bagi warganya terhadap dampak negatif
produk hasil tembakau (rokok) di bidang kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan
amanat Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 113 sampai
pasal 116.
Kegiatan yang bersumber dana DBHCHT pada Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun
2016 adalah kegiatan Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan
Penyediaan Fasilitas Perawatan Kesehatan bagi Penderita Akibat Dampak Asap
Rokok. Alokasi dana untuk kegiatan tersebut sebesar Rp. 2.310.000.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 1.492.068.538 (64.59%).
E. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh instansi
pemerintah pusat yang kemudian disetor ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)
provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk. Dana pajak rokok ini
akan masuk ke RKUD Provinsi sebagai APBD provinsi dan akan ditransferkan ke
Kabupaten/Kota. Pasal 94 ayat (1) butir C UU No. 28 tahun 2009 ini mengatur
bahwa 70% (tujuh puluh persen) hasil penerimaan pajak rokok diserahkan kepada
kabupaten/kota dan 30% (tiga puluh persen) diserahkan kepada provinsi.
Dalam pasal 31 UU No. 28 tahun 2009 diatur bahwa penerimaan pajak rokok,
baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%
28
(lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang.
Pada Tahun 2016, alokasi dana bersumber Pajak Rokok untuk Dinas Kesehatan
Kota Batu adalah Rp. 430.307.800 yang digunakan untuk kegiatan Pelatihan
Kegawatdaruratan dan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Swasta. Dari alokasi
tersebut, realisasinya adalah sebesar Rp. 338.861.077 (78,74%).
F. Kapitasi JKN
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58
tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan Universal
Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung
jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, di
antaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang
melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai
swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah pusat memberikan
jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan
pemerintah daerah dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun
demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi atau terbagi-bagi, sehingga
biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa program jaminan sosial
wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan melalui suatu
badan penyelenggara jaminan sosial. Badan penyelenggara jaminan sosial telah
diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya
disebut sebagai program JKN.
29
JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk
manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat
medis dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi
medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-medis
meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap
sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Seperti misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN
akan mendapatkan pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat; imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), difteri
pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak; keluarga berencana,
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi; skrining kesehatan
diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, jenis penyakit kanker,
bedah jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) terdiri atas dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta PBI
jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI
jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja
Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota
keluarganya.
30
Pada tahap awal kepersertaan program JKN yang dimulai pada 1 Januari 2014
terdiri dari peserta PBI JKN (pengalihan dari program Jamkesmas), anggota TNI dan
PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, anggota
POLRI dan PNS di lingkungan POLRI dan anggota keluarganya, peserta asuransi
kesehatan sosial dari PT. Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek dan anggota
keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang telah
berintegrasi, dan peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan pekerja
penerima upah).
Sampai dengan Desember 2016, cakupan kepesertaan program JKN berjumlah
98.656 peserta. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah peserta BPJS
Kesehatan meningkat sebesar 11.1 % yaitu dari 88.728 jiwa pada tahun 2015
menjadi 98.656 jiwa pada tahun 2016.
Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2016 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah
43.283 jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah 55.373 jiwa. Peserta PBI terdiri
dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN sebanyak 43.283 peserta dan tidak
ada peserta dengan iuran yang bersumber dari APBD. Sedangkan peserta non PBI
terdiri atas pekerja penerima upah yang berjumlah 26.875 peserta, pekerja bukan
penerima upah yang berjumlah 3.949 peserta, dan bukan pekerja yang berjumlah
24.549 peserta. Selain dari Jaminan Kesehatan Nasional, di Kota Batu peserta
jaminan kesehatan juga berasal dari Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang
berjumlah 2.459 peserta. Proporsi jumlah peserta jaminan Kesehatan menurut
segmen peserta dapat dilihat pada gambar berikut.
31
Gambar 4.1
Proporsi Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan
Menurut Segmen Peserta Di Kota Batu Tahun 2016
Jamkesda
BP
PBI APBN
PPU
32
BAB V
KESEHATAN KELUARGA
33
A. KESEHATAN IBU
Gambar 5.1
Jumlah Kematian Ibu di Kota Batu
Tahun 2011 - 2016
4.5
4 4
3.5
3 3 3
2.5
2 2
1.5
1 1 1
0.5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
34
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap
ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti
hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana.
Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari :
(1) Pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita
usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan
kesehatan ibu nifas, (5) pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan, dan (6)
pelayanan kontrasepsi.
35
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil
juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan
24 minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan,dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan
dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang
dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Capaian K1 dan K4 dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 disajikan
pada gambar berikut ini :
Gambar 5.2
Persentase Pencapaian K1 & K4 Ibu Hamil
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
120
97.22 97 96.3
97
100
81
90.21 93.5 92.8 93.6
80
74.87
60
40 K1
K4
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
36
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan untuk
kedua indikator, baik cakupan K1 maupun K4. Peningkatan kecenderungan tersebut
mengindikasikan adanya perbaikan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
ibu hamil.
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat besi
sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain digunakan untuk pembentukan
sel darah merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu komponen dalam
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim.
Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan
zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu
meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai
makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi
yang lebih banyak. Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya
melalui plasenta akan digunakan janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya,
termasuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus menyimpannya dalam hati
sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan.
Selain itu, zat besi juga membantu dalam mempercepat proses penyembuhan
luka khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan. Kekurangan zat besi sejak
sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita
anemia.Anemia merupakan salah satu risiko kematian ibu, kejadian bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, dan
kelahiran prematur.
37
Gambar 5.3
Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah Darah ( Zat Besi) Pada Ibu Hamil
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
100 93.5
88.3 88.7 93.5
80 75.2
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Fe3 (%)
2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang
tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum
melahirkan. Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun
yang menyerang sistem syaraf pusat.
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu
kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan
adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang
diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk ibu
hamil.
38
Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita berusia
antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil.
Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan
interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup. Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa perlindungan yang
diberikan sebagai berikut:
a. TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan
3 tahun.
b. TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5
tahun.
c. TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan
10 tahun.
d. TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan
25 tahun.
Screening status imunisasi TT harus dilakukan sebelum pemberian vaksin.
Pemberian imunisasi TT tidak perlu dilakukan bila hasil screening menunjukkan
wanita usia subur telah mendapatkan imunisasi TT5 yang harus dibuktikan dengan
buku KIA, rekam medis, dan atau kohort. Kelompok ibu hamil yang sudah
mendapatkan TT2 sampai dengan TT5 dikatakan mendapatkan imunisasi TT2+.
Gambar berikut menampilkan cakupan imunisasi TT5 pada wanita usia subur dan
cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil.
39
Gambar 5.4
Cakupan Imunisasi TT 5 dan TT2+ pada ibu Hamil
di Kota Batu Tahun 2013 - 2016
6
5 5.1
4
3.5
2.86
3
2.5
TT 5
2
2.16 TT 2+
1.2 1.9
1 0.9
0
2013 2014 2015 2016
Cakupan Imunisasi TT5 Dan TT2 pada ibu hamil di Kota Batu cenderung
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun, data cakupan yang berada di
bawah 6% ini tidak menggambarkan angka yang sebenarnya di masyarakat karena
data tersebut adalah data ibu hamil yang riwayat imunisasinya tercatat dengan baik
sesuai cohort. Sedangkan di masyarakat, masih banyak ibu hamil yang status
imunisasinya sudah lengkap namun datanya tidak tercatat.
40
Gambar 5.5
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Batu Tahun 2011 - 2015
100
95.53
95.4 95.1 94.6
95 94.6
90
85
Linakes
81.29
80
75
70
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 5.6
Cakupan Pelayanan Nifas
di Kota Batu Tahun 2011 - 2016
100
95.1
95 91.6
91.45 92.4
92.9
90
85
80 80.4
75
70
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Di wilayah Kota Batu, pada tahun 2016 terdapat 3.320 sasaran ibu nifas. Dari
jumlah tersebut sebanyak 3.069 orang atau 92.4% mendapatkan pelayanan nifas.
Cakupan pelayanan nifas ini naik dari tahun 2015 yang tercatat sebesar 91.6%.
Capaian indikator KF3 yang meningkat merupakan hasil dari berbagai upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta.
Diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010,
puskesmas, poskesdes, dan posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan
implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu
nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di antaranya kegiatan sweeping atau
kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
42
5. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan,
baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak
menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya
menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan
pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk
memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Keberhasilan program ini dapat diukur melalui indikator cakupan penanganan
komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan daerah
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu
(hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi
kebidanan di Kota Batudari tahun 2012 hingga tahun 2016 disajikan pada gambar
berikut.
Gambar 5.7
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
100 89.5 90.7
88.3
90 79.66
80
66.92
70
60
50
40
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
43
Jumlah sasaran ibu hamil di Kota Batu pada tahun 2016 adalah sebanyak 3.478
orang dimana 20 persennya atau 696 ibu hamil adalah ibu hamil dengan komplikasi.
Dari sasaran 696 tersebut, jumlah ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
adalah 631 orang atau sebesar 90.7% naik dari capaian tahun 2015 sebesar 89.5%.
Sebesar 20% dari kehamilan diprediksi akan mengalami komplikasi. Komplikasi
yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun demikian sebagian
besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila :
1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan;
2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain
penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan
pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan
pasca-salin;
3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi;
4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan
pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan
rujukan;
5) proses rujukan efektif;
6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui :
1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani
kasus risiko tinggi secara memadai;
2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta
3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED)
dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh
masyarakat yang membutuhkan.
Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah dilakukan,
salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat
dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil,
serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
44
dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K
merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri
Kesehatan pada tahun 2007. Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan
agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik
dan meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya
kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
6. Pelayanan Kontrasepsi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana
(KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu
sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas
usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang
lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.
Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan
perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah
anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai
anak.
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya
berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan
kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga
Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran
45
atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang
berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
Sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur. Pasangan Usia
Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah,
yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun. Peserta KB Aktif adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi
tanpa diselingi kehamilan. Peserta KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru
pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran.
Gambar 5.8
Cakupan Peserta KB Baru dan KB Aktif di Kota Batu
Tahun 2012 - 2016
80 74.1
67.71 70.8
66.7
70 62.68
60
50
40 KB aktif
30 KB baru
20
9.18 8.82 6.1 5.3
10 5.9
0
2012 2013 2014 2015 2016
Presentase peserta KB baru terhadap pasangan usia subur di Kota Batu pada
tahun 2016 sebesar 5.3%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014
yang sebesar 5.9%. Namun, capaian peserta KB aktif pada tahun 2016 sebesar
74.1% mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2016 sebesar 74.1%.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan
sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
46
masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga
berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur
untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan Usia Subur
bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat tempat yang melayani program
KB.
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan
belas tahun.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni
Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-
28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap
59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun
2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per
1.000 kelahiran hidup.
Di Kota Batu AKN, AKB, dan AKABA cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Pada Tahun 2016, Angka Kematian Neonatal adalah 2 per 1.000 kelahiran
hidup. Dari 3.201 kelahiran hidup terdapat 5 kematian neonatal yang disebabkan
karena asfixia, pneumonia aspirasi dan kelahiran kosong. Sedangkan Angka
Kematian Bayi adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup yaitu dari 3.201 kelahiran hidup
terdapat 9 kematian bayi.
47
Gambar 5.9
Tren Angka Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
di Kota Batu Tahun 2011 - 2016
14
11.8
12 10.73
10.4
10 10.02
7.7
8 7.09 Angka kematian neonatal
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai
indikator kesehatan anak yang meliputi, penanganan komplikasi neonatal, pelayanan
kesehatan neonatal, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat,
dan pelayanan kesehatan peduli remaja.
48
pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain
kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)
termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal
adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan agar setiap
bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai
standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Gambaran cakupan
kunjungan KN lengkap di Kota Batu terdapat pada gambar berikut ini
Gambar 5.10
Cakupan Kunjungan Neonatus Kota Batu Tahun 2011 - 2016
100
98.9
98 97.8
96.7
96
95.02
94
92 92.2
90
88
86 86.6
84
82
80
2011 2012 2013 2014 2015 2016
KN lengkap
Dari diagram diatas terlihat bahwa pencapaian KN lengkap pada tahun 2016
mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Dari 3.162 jumlah bayi,
yang mendapat pelayanan kunjungan neonatal lengkap sebanyak 3.059 (96.7%),
naik dari capaian tahun 2015 sebesar 95.02%.
49
kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah
dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan
tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari
pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal
sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau
perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan
neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau
standar operasional pelayanan lainnya.
Gambar 5.11
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
92
90 89.76
88 86.4
87.1
86
84
82.68 84.3
82
80
78
2012 2013 2014 2015 2016
50
Dari Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa capaian penanganan neonatal dengan
komplikasi mengalami kenaikan dari tahun 2015 yang sebesar 84.3% menjadi
87.1% pada tahun 2016.
3. Imunisasi
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara
lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak,
dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari
berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau
kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk
ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan
dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah
sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk
melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen,
respon yang diberikan tidak terlalu kuat.Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali
antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang kedua dan seterusnya, sistem
kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga
antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut
imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah
upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi
dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah
dilemahkan yang berasal dari vaksin.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang
51
dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita
usia subur, dan ibu hamil.
Gambar 5.12
Cakupan Imunisasi Campak pada Bayi
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
104
102.6
102
100
99.02
98
96.61
96 96.1
94 94.27
92
90
2012 2013 2014 2015 2016
Pada Tahun 2016, cakupan bayi yang mendapat imunisasi Campak meningkat
dari capaian pada Tahun 2015. Dari 3.105 bayi yang ada, 96.13% diantaranya atau
52
sejumlah 2.985 telah mendapat imunisasi campak. Mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2015 sebesar 94.27%.
100
99 98.85
98
97
96
95.5
95
94
93.69
93
92
91
2014 2015 2016
Imundaskap
Dari diagram diatas terlihat bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun
2016 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Dari 3.105 jumlah
bayi, yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 2.966 (95.5%), naik dari
capaian tahun 2015 sebesar 93.69%.
53
imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak, disebut angka drop out
imunisasi DPT/HB1-Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih
penurunan cakupan imunisasi Campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1.
Angka drop out imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2016 sebesar 4,14%.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 0,74%. Angka drop out
imunisasi DPT/HB1-Campak menunjukkan kecenderungan kenaikan sejak tahun
2015 sampai dengan tahun 2016. Namun kenaikan ini masih berada di bawah batas
maksimal sebesar 5%. Kecenderungan kenaikan tersebut dijelaskan pada gambar
berikut ini.
Gambar 5.14
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT/Hb1 - Campak pada Bayi
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
4.5
4 4.14
3.5
3
2.5
( %)
2
1.79
1.5
1
0.74
0.5
0.28
0 0.02
2012 2013 2014 2015 2016
54
Gambar 5.15
Pencapaian Desa / Kelurahan UCI di Wilayah Kota Batu
Tahun 2012 - 2016
120
100
95.8
87.5
80 79.16
75
66.7
(%)
60
40
20
0
2012 2013 2014 2015 2016
Dari grafik diatas, terlihat bahwa capaian UCI untuk semua jenis antigen di Kota
Batu pada tahun 2016 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2015.
Hal ini dapat menjadi faktor resiko terjadinya kasus-kasus PD3I, seperti masih
munculnya kejadian KLB difteri dan campak. Untuk mengendalikan penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan kualitas program
imunisasi yang diantaranya berupa peningkatan skill petugas imunisasi, peningkatan
kualitas penyimpanan vaksin, sweeping sasaran maupun kampanye intensifikasi
program imunisasi perlu terus dilakukan. Selain itu perlu digalang kemitraan dengan
penyedia layanan persalinan seperti polindes, bidan praktek swasta, rumah bersalin
maupun Rumah Sakit guna mengurangi miss opportunity dalam pemberian
imunisasi pada bayi. Kerjasama lintas program juga perlu terus ditingkatkan agar di
level pengambil kebijakan sampai pelayanan primer, pelayanan imunisasi terus
mendapat perhatian bersama. Tidak kalah penting adalah program komunikasi,
informasi dan edukasi terus menerus pada masyarakat agar masyarakat
memperoleh pemahaman yang benar mengenai program imunisasi.
55
4. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak.
Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan
benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak
termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari
pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu.
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya
yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud
yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah
dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau
guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang
UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari
murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter
kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi
bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya. Upaya kesehatan
pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap murid
SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya
melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan selain
untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga
dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk,
juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan
anak sekolah, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
56
Pemeriksaan gigi terhadap anak SD/MI di Kota Batu pada Tahun 2016
mendapatkan yang memerlukan tindakan perawatan gigi mengalami kenaikan dari
tahun 2015 sebanyak 5.503 anak menjadi 6.740 anak di tahun 2016.
Dengan adanya anak yang memerlukan perawatan di Puskesmas dari hasil
kegiatan UKGS, perlu dilakukan rujukan untuk mendapatkan perawatan di
Puskesmas. Perkembangan hasil perawatan gigi dibandingkan dengan yang
memerlukan perawatan di Kota Batu kurun waktu 2012 sampai dengan tahun 2016
disajikan pada grafik berikut ini.
Gambar 5.16
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
8000
6751 6740
7000
6000 5512 5503
5142 4927
4700 4745
5000
3990 3807
4000
Perlu perawatan
3000
Mendapat perawatan
2000
1000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Dari data yang diperoleh terdapat kenaikan jumlah anak yang perlu perawatan
namun terjadi penurunan jumlah anak yang mendapatkan perawatan. Hal ini
berpengaruh terhadap persentase anak yang mendapatkan perawatan yang turun
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 yang mendapatkan perawatan sebesar
5.142 anak (93,4%) terhadap yang perlu perawatan sebesar 5.503 anak, sedangkan
untuk tahun 2016 yang mendapatkan perawatan sebesar 4.927 anak (73,1%)
terhadap yang perlu perawatan sebesar 6.740 anak.
57
C. Gizi
Pada subbab gizi ini akan dibahas upaya peningkatan gizi balita yaitu pemberian ASI
eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, cakupan
penimbangan balita di posyandu serta penemuan dan penanganan gizi buruk. Selain
itu pada subbab ini juga dibahas tingkat kecukupan energi dan protein pada balita,
lansia juga pada penduduk secara keseluruhan.
58
Gambar 5.17
Tren Capaian ASI Eksklusif di Kota Batu
Tahun 2012 - 2016
90
80
80 80 80
75 73.8 75.4 76.9
70 70 68.7
60
56.27
50
Target
40
ASI eksklusif
30
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016
59
Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, pemberian suplementasi
Vitamin A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59 bulan secara serentak melalui
posyandu yaitu; bulan Februari atau Agustus pada bayi umur 6-11 bulan serta bulan
Februari dan Agustus pada anak balita 12-59 bulan.
Gambar 5.18
Cakupan Bayi, Anak Balita dan Balita Mendapat Vitamin A
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
120
104.84 103.2
96.9 100.19 99.32
100
89.93 93.48 95.08
87.4 91.1 94.05
80 83.4
78.2
Vit A pada bayi
60
Vit A pada anak balita
40 Vit A pada balita
20
0 0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan anak balita yang memperoleh vitamin A sebanyak dua kali setahun
(Februari dan Agustus) pada tahun 2016 sebanyak 94,5 % dari 12.700 anak balita 1-
4 tahun. Hasil ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang
pencapaiannya 91,1 % dan telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu sebesar
85%.
72 72.4
71.55
70.9
70
68
66.86
66
64 64.25
62
60
2012 2013 2014 2015 2016
D/S
62
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT
63
a. Prevalensi Tuberkulosis
Pada tahun 2013-2014 dilakukan survei prevalensi tuberkulosis yang bertujuan
untuk menghitung prevalensi tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis pada
populasi yang berusia 15 tahun ke atas di Indonesia. Pada survei ini dilakukan
penambahan metode pemeriksaan selain menggunakan pemeriksaan dahak
mikroskopis dan pemeriksaan foto toraks ditambahkan pemeriksaan x-ray, gen
expert dan kultur. Dengan penambahan metode pemeriksaan dalam penetapan
kasus tuberkulosis ini maka jumlah penderita tuberkulosis yang terjaring menjadi
lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya.
Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi sebesar 647/ 100.000 penduduk
meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun sebelumnya, angka insidensi
tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari sebelumnya sebesar 183/100.000
penduduk pada tahun 2013, demikian juga dengan angka mortalitas pada tahun
2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari 25/100.000 penduduk pada tahun 2013
(WHO, Global Tuberculosis Report, 2015).
b. Kasus Tuberkulosis
Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 177 kasus,
turun bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2015
yang sebesar 160 kasus. Penurunan jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan
bukan berarti kasus Tb di Kota Batu menurun namun perlu ditingkatkan upaya
Active Case Finding. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu 1,04 kali dibandingkan pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2016 paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 24,85 % diikuti
kelompok umur 15-24 tahun sebesar 18,6 % dan pada kelompok umur 35-44 tahun
sebesar 14, 1 %.
64
c. Proporsi Pasien Tuberkulosis Paru Terkonfirmasi Bakteriologis di antara Semua
Pasien Tuberkulosis Paru Tercatat/Diobati
Persentase pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua
pasien tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis), merupakan indikator
yang menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang menular di
antara seluruh pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal 70%, bila jauh
lebih rendah, berarti diagnosis kurang memberikan prioritas untuk menemukan
pasien yang menular.
Proporsi pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua
pasien tuberkulosis paru tercatat/diobati di Kota Batu belum mencapai target yang
diharapkan. Dari 177 jumlah seluruh kasus TB, jumlah kasus BTA+ adalah 65
penderita yang berarti 36,7 %.
65
Gambar 6.1
Angka Notifikasi Kasus TB per 100.000 penduduk
Tahun 2013 - 2016
100
90 88.4 87.49
80 77.68 79.81
70
60
50
40 CNR kasus BTA +
30.97 31.64
27.93 29.66 CNR seluruh kasus
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016
90
80.33
80 72.31 82.26
70
60
50 52.44
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016
Success Rate
66
Pada Gambar 6.2 terlihat kenaikan angka keberhasilan pengobatan pada tahun
2016 dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 angka keberhasilan
pengobatan sebesar 82,26 %. WHO menetapkan standar angka keberhasilan
pengobatan sebesar 85%.
2. HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain
Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun
2015 adalah sebanyak 735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523
orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016, Kemenkes
RI).
67
Gambar 6.3
Jumlah Penemuan Kasus HIV & AIDS di Kota Batu
Tahun 2011 - 2016
35 33
30 28
25
25
20
15 13 HIV
11 12
10 AIDS
10 8
4
5
1 0 1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6.4
Presentase Kasus AIDS Menurut Golongan Umur
di Kota Batu Tahun 2016
> 50 tahun; 3%
< 4 tahun; 9%
20 - 24 tahun; 6%
25 - 49 tahun; 82%
68
b. Angka Kematian akibat AIDS
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) akibat AIDS sejak 2012
cenderung menurun seperti terlihat pada Gambar 6.4 berikut ini. Namun, pada
Tahun 2016 terjadi kenaikan CFR akibat AIDS menjadi 16% dari Tahun 2015
sebesar 6,9%.
Gambar 6.5
Angka Kematian Akibat AIDS yang Dilaporkan di Kota Batu
Tahun 2011 - 2016
50
44.4
45
40
35
30 26.7
25 26.09
20 20
15 16
10
6.9
5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kematian AIDS
3. PNEUMONIA
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan
sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di
semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara
(www.who.int). Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia
kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki
masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
mengeluarkan dahak, dan sesak napas.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara
69
nasional sebesar 3.55% namun angka perkiraan kasus di masing-masing provinsi
menggunakan angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan.
Perkiraan kasus pneumonia di Jawa Timur sebesar 4.45% dari jumlah seluruh balita
yang ada.
Gambar 6.6
Cakupan Penemuan Pneumonia pada Balita
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
18
16 16.4
14
12 12.57
11.52
10 10.41
8
6
4.76
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Dari Gambar 6.5 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penemuan
kasus yang signifikan pada dua tahun terakhir. Penemuan kasus tahun 2016
sebesar 11.52% menurun dari penemuan kasus pada tahun 2015 sebesar 12.57%.
Untuk lebih meningkatkan temuan kasus agar dapat memenuhi target pada tahun
mendatang, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan serta
refreshing teknis pada petugas di poli rawat jalan dan poli rawat inap Puskesmas
dan peningkatan kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta yang juga
melakukan kontak dengan pasien pneumonia.
4. KUSTA
Jumlah penderita kusta yang dilaporkan dari 121 negara di 5 regional WHO
sebanyak 175.554 kasus di akhir tahun 2014 dengan 213.899 kasus baru
(www.who.int). Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak, dan mata. Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit
70
Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses
pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta
mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5
tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.
Program Pemberantasan Penyakit Kusta di Provinsi Jawa Timur mulai
dilaksanakan pada tahun 1989 yang meliputi wilayah Gerbangkertasusila (Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). Pada tahun 1994 mulai
dikembangkan seluruh kabupaten/kota dimana pada saat itu jumlah penderita Kusta
yang diobati sebanyak 11.427 dengan prevalensi rate 3,40 per 10.000 penduduk,
sampai dengan Desember tahun 2014 jumlah penderita yang diobati sebanyak
4.114 orang dengan prevalensi rate 1,07 per 10.000 jumlah penduduk.
Gambar 6.7
Penemuan Kasus Kusta Baru di Kota Batu Tahun 2013 - 2016
2.5
2 2
1.5
1 1 1
0.5
0 0
2013 2014 2015 2016
Pada tahun 2013 ditemukan 1 kasus baru Kusta MB, tahun 2014 tidak
ditemukan kasus kusta baru, tahun 2015 ditemukan 2 kasus baru kusta MB dan
pada Tahun 2016 ini ditemukan 1 kasus baru kusta MB. Sedikitnya penemuan kusta
di Kota Batu dikarenakan status Kota Batu telah mencapai eliminasi kusta dengan
angka prevalensi < 1 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2016, angka prevalensi
kusta di kota Batu sebesar 0.04.
71
5. DIARE
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015
terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan
jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%).
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader
kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di satu wilayah
kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan diare pada semua umur berdasarkan
Rapid Survey 2015 adalah 270/1.000 penduduk. Maka diperkirakan jumlah penderita
diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.463 orang, sedangkan jumlah penderita diare
yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan sebanyak 4.002 orang atau 73.3%
dan targetnya sebesar 5.463 atau 100%.
Gambar 6.8
Cakupan Kasus Diare Ditangani di Kota Batu
Tahun 2013 - 2016
120
107.27
100
100 94
80
73.3
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016
Diare ditangani
72
B. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
1. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke
tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya
disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus
neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya negara dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2015, dilaporkan terdapat 53 kasus dari 13 provinsi dengan jumlah
meninggal 27 kasus atau CFR 50,9%. Dibandingkan tahun 2014, terjadi penurunan
baik jumlah kasus maupun CFR-nya, yaitu 84 kasus dari 15 provinsi dengan CFR
sebesar 64,3%.
Gambaran kasus Tahun 2015 di Indonesia menurut faktor risiko penolong
persalinan, 33 kasus (62%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya
dukun. Menurut cara perawatan tali pusat, hanya 6 kasus (11%) yang dirawat
menggunakan alkohol/iodium, sedangkan yang lain menggunakan cara tradisional,
lain-lain dan tidak diketahui. Menurut alat yang digunakan untuk pemotongan tali
pusat, 22 kasus (42%) menggunakan gunting 12 kasus (59%) menggunakan bambu
dan sisanya menggunakan alat lain atau tidak diketahui. Menurut status imunisasi
sebanyak 32 kasus (60%) terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi.
Selama 16 tahun Kota Batu berdiri tidak pernah ditemukan kasus Tetanus
Neonatorum.
2. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah)
orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak
usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia
akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
Pada tahun 2015, dilaporkan terdapat 8.185 kasus campak, lebih rendah
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 12.943 kasus. Jumlah kasus meninggal
sebanyak 1 kasus, yang terjadi di Provinsi Jambi. Incidence Rate (IR) campak pada
tahun 2015 sebesar 3,20 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2014
73
yang sebesar 5,13 per 100.000 penduduk. Kondisi di atas dengan catatan data
tahun 2015 dari 7 provinsi belum tersedia.
Gambar 6.9
Kasus Campak yang Terjadi di Wilayah Kota Batu Tahun 2012 - 2016
50
45
43
40 39
37
35
30 31
25 26
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016
Kasus Campak
Dari grafik diatas dapat dilihat dalam 4 tahun terakhir ini kasus campak di Kota
Batu terus mengalami penurunan dari 43 kasus di Tahun 2013 menjadi 39 kasus di
Tahun 2014 turun lagi 37 kasus di Tahun 2015 dan 31 kasus di Tahun 2016.
3. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri pada tahun 2015
sebanyak 252 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 5 kasus sehingga
CFR difteri sebesar 1,98%.
Dari 13 provinsi yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di
Sumatera Barat dengan 110 kasus dan Jawa Timur sebanyak 67 kasus. Terjadi
peningkatan kasus yang besar di Provinsi Sumatera Barat (KLB) dibandingkan tahun
2014 yang hanya sejumlah 9 kasus. Untuk itu telah dilaksanakan Outbreak Respons
Imunization (ORI). Sedangkan jumlah kasus difteri di Jawa Timur telah
74
menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2014 (396 kasus) dan 2013 (610
kasus). Dari seluruh kasus difteri, sebesar 37% tidak mendapatkan vaksinasi.
Gambar 6.10
Kasus Difteri di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
18
16 16
14
12
10 10
9
8
6
4
3 3
2
0
2012 2013 2014 2015 2016
Kasus Difteri
Kasus Difteri di Kota Batu mengalami lonjakan pada tahun 2012 hingga
mencapai 16 kasus. Pada tahun 2013 kasus difteri mengalami penurunan yang
cukup signifikan menjadi 3 kasus. Angka kejadian difteri kembali naik menjadi 9
kasus di tahun 2014 dan 10 kasus di tahun 2015. Pada Tahun 2016, kasus difteri
kembali turun menjadi 3 kasus.
75
imunisasi dan surveilens AFP, upaya pencegahan harus terus ditingkatkan hingga
seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus
lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun, yang merupakan kelompok
yang rentan terhadap penyakit polio, dalam upaya untuk menemukan adanya
transmisi virus polio liar. Surveilans AFP merupakan indikator sensitivitas deteksi
virus polio liar. Surveilans AFP juga penting untuk dokumentasi tidak adanya virus
polio liar untuk sertifikasi bebas polio.
Non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian
Kesehatan menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100.000 populasi anak usia
<15 tahun. Pada tahun 2015, secara nasional non polio AFP rate sebesar
1,93/100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti belum mencapai standar
minimal penemuan.
Target kasus AFP di Kota Batu sebanyak 2 ( ditetapkan oleh propinsi), Pada
tahun 2016 tidak ditemukan kasus AFP non polio, sehingga AFP rate Kota Batu
menjadi 0 turun dari tahun 2015 sebesar 8.51 dan tidak memenuhi target yang
ditetapkan. Jumlah penemuan kasus AFP selama tahun 2012 – 2016 dapat dilihat
pada grafik berikut ini
Gambar 6.11
Non Polio AFP Rate per 100.000 Anak < 15 Tahun
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
9
8.51
8
7
6
5
4 4.26 4.26
3
2 2.13
1
0 0
2012 2013 2014 2015 2016
AFP Rate
76
C. PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOSIS
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun
dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 119 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang (IR/Angka kesakitan= 58,8 per 100.000
penduduk dan CFR/angka kematian= 3,4%). Dibandingkan tahun 2015 dengan
kasus sebanyak 119 serta IR 59,4 terjadi penurunan kasus pada tahun 2016 namun
angka kematian akibat DBD meningkat dari tahun 2015 sebesar 0,8%.
Gambar 6.12
Angka Kesakitan dan Angka Kematian Akibat DBD
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
80
70 71.08
60 59.4 58.8
50
40
IR DBD
32.6
30 CFR DBD
20
10 8.83 3.4
0.71 0.8
0 0 0
2012 2013 2014 2015 2016
77
2. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang
dewasa. Berikut gambaran kasus malaria di Kota Batu
Gambar 6.13
Penemuan Kasus Malaria di Kota Batu
Tahun 2012 - 2016
3.5
3 3
2.5
1.5
1 1
0.5
0 0 0 0
2012 2013 2014 2015 2016
Kasus Malaria
Kota Batu bukan daerah endemis malaria dan telah memiliki status eliminasi
malaria. Pada tahun 2014 ditemukan 1 kasus malaria. Tahun 2016 ditemukan lagi 3
kasus malaria dimana seluruh kasus yang ditemukan adalah kasus impor yaitu
penularan orang dari provinsi lain yang datang ke Jawa Timur. Hingga saat ini, Kota
Batu belum menemukan kasus malaria dengan kategori penularan setempat
(indigenous) atau penyakit malaria yang berasal dari Kota Batu sendiri.
78
BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN
79
A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat, yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk
mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada
lima pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan (BABS).
2. Cuci tangan pakai sabun.
3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga.
4. Pengamanan sampah rumah tangga.
5. Pengamanan limbah cair rumah tangga.
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
adalah jumlah kumulatif desa/kelurahan yg terverifikasi melaksanakan STBM. Jumlah
kumulatif desa/kelurahan yg terverifikasi sebagai desa melaksanakan STBM dengan
memenuhi kriteria :
1. Telah dilakukan pemicuan STBM.
2. Telah memiliki natural leader.
3. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM).
Seluruh desa / kelurahan yang ada di wilayah Kota Batu telah melaksanakan
STBM namun belum ada desa / kelurahan STBM yang telah memenuhi lima pilar
STBM.
Dalam upaya pencapaian ini masih ada beberapa kendala yang dihadapi di
antaranya proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara
instan, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih
sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.
Untuk mengatasi kendala ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
seperti melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas
program/sektor serta mitra terkait (Promkes, Poltekes, Bappeda, Dinas Perumahan)
dalam rangka internalisasi program di kabupaten/kota. Meningkatkan dan
80
memperkuat strategi kemitraan pemerintah-swasta (KPS) dalam rangka efektivitas
intervensi kegiatan. Peningkatan dan penguatan sistem monitoring dan evaluasi
STBM menggunakan sistem monev berbasis web dan SMS gateway dalam skala
nasional.
81
Tatanan (9 Tatanan) dalam Kabupaten/Kota Sehat, masih sulitnya koordinasi Lintas
Sektor Kementerian/Lembaga terkait dalam merespon kerja sama dengan Kemenkes
untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Sehat, kurangnya sosialisasi dan komitmen
pemda dalam pengambilan keputusan akibat seringnya mutasi kepegawaian di
daerah, kurang optimalnya fungsi tim pembina, baik di pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota.
Kurangnya advokasi dan sosialisasi kegiatan penyehatan kawasan yang terdiri
dari Kabupaten/Kota Sehat, Pasar sehat, pelabuhan sehat dan DTPK di setiap
provinsi. Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya yang dapat dilakukan yaitu
mengembangkan jejaring dengan lintas sektor dan lintas program yang terkait
dengan penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dan menyusun rancangan
Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat.
C. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Pada Permenkes tersebut juga disebutkan bahwa
penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi
kesehatan. Dalam hal ini penyelenggara air minum di antaranya adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi, badan usaha
swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang
menyelenggarakan penyediaan air minum.
Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi
persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air minum
yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat
padat terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan. Secara
mikrobiologis, air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri
koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air minum seperti besi,
aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan.
Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel per
liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l.
82
Pada Tahun 2016, penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
layak di Kota Batu sebesar 88,74 % dengan sarana air minum menggunakan
perpipaan PDAM dan HIPPAM.
Pengawasan kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air
Minum, bahwa pengawasan internal dilakukan oleh penyelenggara air minum
komersial dan pengawasan eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang diawasi
kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian
kualitas air. Penyelenggara air minum adalah PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di
Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi); Sarana air minum
perpipaan non PDAM; dan Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal.
Pada tahun 2016, di Kota batu dari 36 sarana air minum terdapat 30 sarana air
minum yang diperiksa dimana 25 diantaranya atau sekitar 83,33% memenuhi
syarat fisik, kimia dan bakteriologi.
83
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Gambar 7.1
Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak
di Kota Batu Tahun 2012 - 2016
92
90 89.57
88.7
88
86.86
86
84
82
80.7 80.7
80
78
76
2012 2013 2014 2015 2016
Penduduk dengan akses sanitasi layak di Kota Batu pada tahun 2016 sebesar 80.7
%. Persentase capaian ini sama dengan Tahun 2015. Namun, terjadi peningkatan
jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak dari 161.716 di Tahun 2015 menjadi
163.287 di Tahun 2016.
84
TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum
minimal sarana pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi syarat kesehatan. TTU
dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat
mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat
sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah
kesehatan.
1. Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta
yang terintegrasi.
2. Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada
pengelola, sebagian besar barang yang diperjual belikan yaitu kebutuhan dasar
sehari-hari dengan fasilitas infrastruktur sederhana, dan dikelola oleh Pemerintah
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.
Gambar 7.2
Persentase Tempat - Tempat Umum yang Memenuhi Syarat kesehatan
di Kota Batu Tahun 2014 - 2016
84
82.9
82
80
78 77.66
76
74
73.2
72
70
68
2014 2015 2016
85
sesuai, pendataan ulang di daerah untuk akurasi data yang tercatat, tumpang tindih
regulasi antar kementerian/lembaga, yang belum sinergi dan masih belum
optimalnya koordinasi baik lintas program maupun lintas sektor serta institusi terkait,
baik di pusat maupun daerah.
Upaya yang perlu dilakukan dalam peningkatan TTU di antaranya melakukan
advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas program di lingkungan Dinas
Kesehatan Kota dan lintas sektor, institusi (perguruan tinggi, HAKLI, Persatuan Hotel
dan Restauran Indonesia/PHRI, dan lainnya), serta mitra yang terkait lainnya baik di
pusat dan daerah, melengkapi daerah dengan peralatan pengukuran parameter
kualitas lingkungan, meningkatkan dan memperkuat strategi kemitraan, dan
meningkatkan kapasitas pemilik/penyelenggara TTU agar ikut serta dalam
peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.
86
terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya
dengan mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat
kesehatan. TPM adalah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri
dari Rumah Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan,
Kantin Sekolah. TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi
persyaratan higiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik higiene sanitasi.
Gambar 7.3
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat
100
di Kota Batu Tahun 2014 - 2016
90
86.21
80 78.46
70
60
50
40
30
20 22.14
10
0
2014 2015 2016
TPM Memenuhi Syarat
Tempat Pengelolaan Makanan di Kota Batu pada Tahun 2016 sebanyak 130,
dimana 102 diantaranya atau sebesar 78,46% memenuhi syarat Hygiene dan
sanitasi. Capaian ini menurun dibandingkan Tahun 2015 sebesar 86,21%. Hal ini
dikarenakan bertambahnya jumlah TPM yang ada namun belum memenuhi syarat
kesehatan lingkungan diantaranya tidak tersedianya sarana cuci tangan dan jamban
sehat. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah TPM yang memenuhi
syarat di antaranya dengan memberikan dukungan aspek legal untuk
operasionalisasi pembinaan dan pengawasan TPM dan Tempat Pengolahan Pangan
(TPP), meningkatkan jejaring kemitraan, meningkatkan kapasitas SDM, menyediakan
sarana dan prasarana seperti media KIE tentang higiene sanitasi pangan dan alat
deteksi cepat sistem kewaspadaan dini KLB keracunan pangan, menyediakan
pengelolaan data dan informasi yang up to date dan real time dengan e-monev
87
Higiene Sanitasi Pangan (HSP), mengembangkan daerah intervensi kabupaten/kota
yang berkomitmen untuk pelaksanaan pembinaan dan pengendalian TPM terstandar,
dan memfasilitasi tugas perbantuan sentra pangan jajanan di kabupaten/kota.
88
RESUME PROFIL KESEHATAN
KOTA BATU
TAHUN 2016
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 199 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 24 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 101,719 100,600 202,319 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.8 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 1016.2 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 43.8 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 101.1 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 97.97 95.91 0.00 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III #REF! #REF! #REF! % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV #REF! #REF! #REF! % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) #REF! #REF! #REF! % Tabel 3
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 1,630 1,571 3,201 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 8 5 7 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 2 4 6 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 1 3 2 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 3 6 9 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 2 4 3 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 3 6 9 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 2 4 3 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 2 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 62 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
B.2 Angka Kesakitan
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 34 26 60 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 56.67 43.33 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 33.43 25.84 29.66 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 90 87 177 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 88.48 86.48 87.49 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 6.21 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek #DIV/0! #DIV/0! 3.60 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 41.94 51.61 46.77 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 35.48 35.48 35.48 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 77.42 87.10 82.26 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 1.97 0.00 0.99 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 8.45 14.64 11.52 % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 6 6 12 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 20 13 33 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 3 1 4 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 1 0 1 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 0.98 0.00 0.49 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 0.00 % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 100.00 % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.49 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 0.10 0.00 0.05 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th - per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 1 2 3 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Jumlah Kasus Campak 15 16 31 Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak 0% Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 54.07 63.62 58.82 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD 1.82 4.69 3.36 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 33.33 #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 6.34 4.97 5.50 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 15.01 22.63 20.01 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 0.00 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 0.00 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 100.00 % Tabel 28
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 96 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 93.56 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 94.61 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 92.44 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 87.59 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 5.15 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 93.56 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 90.71 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 86.32 87.84 87.08 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 5.26 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 74.14 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 102 100 101 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.39 3.06 2.72 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 100.94 97.07 99.02 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 96.98 96.50 96.74 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 75.51 78.32 76.91 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 94.11 93.91 94.01 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 66.67 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 97.44 94.82 96.14 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 96.93 94.10 95.52 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 101.66 96.95 99.32 % Tabel 44
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 94.86 93.22 94.05 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 85.95 84.98 85.47 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.56 0.65 0.60 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 88.05 87.03 87.54 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 72.44 72.37 72.41 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.61 0.74 0.67 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 100.00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 100.00 100.00 100.00 %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 1.85 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 90.00 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 81.11 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 23.32 23.77 23.53 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 65.53 80.83 73.10 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 65.53 80.83 73.10 % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 87.75 95.80 91.94 % Tabel 52
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 5.00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 1.00 RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 3.00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 2.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 7.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 6.00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 15.00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 100.00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 189.00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 96.30 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1.20 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 24.00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 12.00 Polindes Tabel 70
Posbindu 18.00 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 24.00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 100.00 % Tabel 71
JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 87,185 100,600 187,785
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
2 0 97.97 95.91 0.00
MELEK HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 0 9.08 13.25 11.14
b. SD/MI 0 47.58 42.97 45.30
c. SMP/ MTs 0 10.22 11.42 10.82
d. SMA/ MA 0 18.39 21.18 19.77
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 6.24 3.77 5.02
f. PERGURUAN TINGGI 0 8.49 7.40 10.04
JUMLAH KELAHIRAN
NAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BATU BATU 379 2 381 364 4 368 743 6 749
2 BATU SISIR 353 4 357 371 2 373 724 6 730
3 BUMIAJI BUMIAJI 479 6 485 407 2 409 886 8 894
4 JUNREJO BEJI 223 0 223 213 0 213 436 0 436
5 JUNREJO JUNREJO 196 1 197 216 0 216 412 1 413
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,630 13 1,643 1,571 8 1,579 3,201 21 3,222
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 7.9 5.1 6.5
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH KEMATIAN
Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH ≥35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 BATU BATU 743 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
2 BATU SISIR 724 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
3 BUMIAJI BUMIAJI 886 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 JUNREJO BEJI 436 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 JUNREJO JUNREJO 412 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,201 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 1 2
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 62
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB ANAK
JUMLAH PENDUDUK KASUS TB
NO KECAMATAN PUSKESMAS 0-14 TAHUN
L P L P
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BATU BATU 24,540 24,215 48,755 14 58.33 10 41.67 24 42 55.26 34 44.74 76 11 14.47
2 BATU SISIR 22,592 22,470 45,062 3 43 4 57.14 7 5 38 8 61.54 13 0 0.00
3 BUMIAJI BUMIAJI 29,261 28,976 58,237 8 89 1 11.11 9 8 47 9 52.94 17 0 0.00
4 JUNREJO BEJI 15,229 14,991 30,220 7 50 7 50.00 14 9 64 5 35.71 14 0 0.00
5 JUNREJO JUNREJO 10,097 9,948 20,045 2 33 4 66.67 6 26 46 31 54.39 57 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 101,719 100,600 202,319 34 57 26 43 60 90 51 87 49 177 11 6
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 33.43 25.84 29.66
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BATU BATU 1,454 14 10 24 #DIV/0! #DIV/0! 1.65
2 BATU SISIR 63 3 4 7 #DIV/0! #DIV/0! 11.11
3 BUMIAJI BUMIAJI 34 8 1 9 #DIV/0! #DIV/0! 26.47
4 JUNREJO BEJI 57 7 7 14 #DIV/0! #DIV/0! 24.56
5 JUNREJO JUNREJO 58 2 4 6 #DIV/0! #DIV/0! 10.34
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 1,666 34 26 60 #DIV/0! #DIV/0! 3.60
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 6 12 20 13 33 3 1 4 0 0 0
PROPORSI JENIS KELAMIN 50.00 50.00 60.61 39.39 75.00 25.00 #DIV/0! #DIV/0!
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 - 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 - 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 - 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 - 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 BATU BATU 24,540 24,215 48,755 663 654 1,316 373 56 483 74 856 65
2 BATU SISIR 22,592 22,470 45,062 610 607 1,217 618 101 755 124 1,373 113
3 BUMIAJI BUMIAJI 29,261 28,976 58,237 790 782 1,572 280 35 336 43 616 39
4 JUNREJO BEJI 15,229 14,991 30,220 411 405 816 223 54 266 66 489 60
5 JUNREJO JUNREJO 10,097 9,948 20,045 273 269 541 327 120 341 127 668 123
JUMLAH (KAB/KOTA) 101,719 100,600 202,319 2,746 2,716 5,463 1,821 66.3 2,181 80.3 4,002 73.3
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 270
KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BATU BATU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BATU SISIR 0 0 0 1 0 1 1 0 1
3 BUMIAJI BUMIAJI 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 JUNREJO BEJI 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 JUNREJO JUNREJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 1 0 1 1 0 1
PROPORSI JENIS KELAMIN #DIV/0! #DIV/0! 100.00 0.00 100.00 0.00
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 0.983100502 0 0.494268952
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BATU BATU - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 BATU SISIR 1 - 0.00 1 100
3 BUMIAJI BUMIAJI - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 JUNREJO BEJI - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
5 JUNREJO JUNREJO - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 - 0.00 1 100
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK 0
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BATU BATU 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BATU SISIR 0 0 0 1 0 1 1 0 1
3 BUMIAJI BUMIAJI 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 JUNREJO BEJI 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 JUNREJO JUNREJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 1 0 1 1 0 1
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 0.09831 0 0.049427
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu sebesar:
46,866
TABEL 19
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 BATU BATU 1 0 1 1 - 1 1 100.00 - #DIV/0! 1 100.00 0 0 0 0 #DIV/0! 0
2 BATU SISIR 1 0 1 1 - 1 1 100.00 - #DIV/0! 1 100.00 1 0 1 100.00 #DIV/0! 100.00
3 BUMIAJI BUMIAJI 1 0 1 1 - 1 1 100.00 - #DIV/0! 1 100.00 0 0 0 0.00 #DIV/0! 0.00
4 JUNREJO BEJI 0 0 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 JUNREJO JUNREJO 0 0 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 0 3 3 - 3 3 100.00 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 1 0 1 33.33333 #DIV/0! #DIV/0!
ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 BATU BATU 0 0 0 0 0 0
2 BATU SISIR 0 0 0 0 0 0
3 BUMIAJI BUMIAJI 0 0 0 0 0 0
4 JUNREJO BEJI 0 0 0 0 0 0
5 JUNREJO JUNREJO 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 0 0 0
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KOTA BATU
TAHUN 2016
KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1 BATU BATU 2 2 100.00
2 BATU SISIR 0 0 #DIV/0!
3 BUMIAJI BUMIAJI 0 0 #DIV/0!
4 JUNREJO BEJI 0 0 #DIV/0!
5 JUNREJO JUNREJO 1 1 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 3 100.00
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
JUMLAH BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KOMPLIKASI
IBU HAMIL KEBIDANAN L P L+P
KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 BATU BATU 838 168 144 85.9189 383 378 761 57 57 114 54 94.0 60 105.8 114 99.9
2 BATU SISIR 777 155 129 83.0 354 350 704 53 53 106 52 97.9 40 76.2 92 87.1
3 BUMIAJI BUMIAJI 1,001 200 237 118.4 458 453 911 69 68 137 65 94.6 62 91.2 127 92.9
4 JUNREJO BEJI 518 104 79 76.3 238 234 472 36 35 71 15 42.0 24 68.4 39 55.1
5 JUNREJO JUNREJO 344 69 42 61.0 158 156 314 24 23 47 20 84.4 21 89.7 41 87.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,478 696 631 90.7131 1,591 1,571 3,162 239 236 474 206 86.3 207 87.8 413 87.1
PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP MKJP +
NO KECAMATAN PUSKESMAS % MKJP +
IM KON OBAT LAIN NON
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % NON MKJP
PLAN DOM VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 BATU BATU 369 4.7 7 0.1 77 1.0 486 6.2 939 11.9 151 1.9 5,765 73.0 1,042 13.2 0 0.0 0 0.0 6,958 88.1 7,897 100.0
2 BATU SISIR 597 12.0 0 0.0 144 2.9 369 7.4 1,110 22.3 97 1.9 3,441 69.1 330 6.6 0 0.0 0 0.0 3,868 77.7 4,978 100.0
3 BUMIAJI BUMIAJI 877 9.2 39 0.4 145 1.5 1,838 19.3 2,899 30.4 238 2.5 5,453 57.1 955 10.0 0 0.0 0 0.0 6,646 69.6 9,545 100.0
4 JUNREJO BEJI 265 6.4 10 0.2 171 4.1 194 4.7 640 15.5 16 0.4 3,090 74.6 396 9.6 0 0.0 0 0.0 3,502 84.5 4,142 100.0
5 JUNREJO JUNREJO 407 12.3 9 0.3 117 3.5 557 16.8 1,090 33.0 79 2.4 1,795 54.3 344 10.4 0 0.0 0 0.0 2,218 67.0 3,308 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,515 8.4 65 0.2 654 2.2 3,444 11.5 6,678 22.4 581 1.9 19,544 65.4 3,067 10.3 0 0.0 0 0.0 23,192 77.6 29,870 100.0
PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
OBAT LAIN NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 BATU BATU 44 8.4 0 0.0 7 1.3 76 14.5 127 24.2 5 1.0 317 60.4 76 14.5 0 0.0 0 0.0 398 75.8 525 100.0
2 BATU SISIR 94 22.3 0 0.0 36 8.6 61 14.5 191 45.4 2 0.5 213 50.6 15 3.6 0 0.0 0 0.0 230 54.6 421 100.0
3 BUMIAJI BUMIAJI 94 16.0 6 1.0 12 2.0 91 15.4 203 34.5 10 1.7 333 56.5 43 7.3 0 0.0 0 0.0 386 65.5 589 100.0
4 JUNREJO BEJI 11 6.3 0 0.0 3 1.7 7 4.0 21 12.1 3 1.7 134 77.0 16 9.2 0 0.0 0 0.0 153 87.9 174 100.0
5 JUNREJO JUNREJO 14 3.4 0 0.0 1 0.2 37 9.0 52 12.7 0 0.0 345 84.4 12 2.9 0 0.0 0 0.0 357 87.3 409 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 257 12.1 6 0.3 59 2.8 272 12.8 594 28.0 20 0.9 1,342 63.4 162 7.6 0 0.0 0 0.0 1,524 72.0 2,118 100.0
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
1 2 3 4 5 6
1 BATU BATU 5 3 60.0
2 BATU SISIR 3 3 100.0
3 BUMIAJI BUMIAJI 9 8 88.9
4 JUNREJO BEJI 4 - -
5 JUNREJO JUNREJO 3 2 66.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 24 16 66.7
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH LAHIR HIDUP Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BATU BATU 383 378 761 380 99.22 359 94.97 739 97.11 375 97.91 365 96.56 740 97.24
2 BATU SISIR 354 350 704 351 99.15 372 106.29 723 102.70 371 104.80 354 101.14 725 102.98
3 BUMIAJI BUMIAJI 458 453 911 511 111.57 409 90.29 920 100.99 531 115.94 454 100.22 985 108.12
4 JUNREJO BEJI 238 234 472 201 84.45 187 79.91 388 82.20 210 88.24 203 86.75 413 87.50
5 JUNREJO JUNREJO 158 156 314 171 108.23 185 118.59 356 113.38 142 89.87 143 91.67 285 90.76
JUMLAH (KAB/KOTA) 1591 1571 3162 1614 101.45 1512 96.24 3126 98.86 1629 102.39 1519 96.69 3148 99.56
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
(SURVIVING INFANT)
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 BATU BATU 377 372 749 408 108 353 95 761 102 408 108.223 353 94.8925 761 101.602 360 95.4907 329 88.4409 689 91.9893 363 96.2865 331 88.9785 694 92.6569
2 BATU SISIR 347 344 691 345 99 351 102 696 101 349 100.576 348 101.163 697 100.868 342 98.5591 359 104.36 701 101.447 336 96.83 353 102.616 689 99.7106
3 BUMIAJI BUMIAJI 450 444 894 486 108 418 94 904 101 479 106.444 421 94.8198 900 100.671 486 108 463 104.279 949 106.152 477 106 459 103.378 936 104.698
4 JUNREJO BEJI 233 231 464 234 100 233 101 467 101 233 100 232 100.433 465 100.216 183 78.5408 170 73.5931 353 76.0776 187 80.2575 167 72.2944 354 76.2931
5 JUNREJO JUNREJO 155 152 307 139 90 147 97 286 93 143 92.2581 138 90.7895 281 91.5309 151 97.4194 142 93.4211 293 95.4397 151 97.4194 142 93.4211 293 95.4397
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,562 1,543 3,105 1,612 103 1,502 97 3,114 100 1,612 103.201 1,492 96.6948 3,104 99.9678 1,522 97.4392 1,463 94.8153 2,985 96.1353 1,514 96.927 1,452 94.1024 2,966 95.5233
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 BATU BATU 377 372 749 410 108.75 407 109.41 817 109.08 1,547 1,513 3,060 1,383 89.40 1,290 85.26 2,673 87.35 1,924 1,885 3,809 1,793 93.19 1,697 90.03 3,490 91.63
2 BATU SISIR 347 344 691 356 102.59 349 101.45 705 102.03 1,425 1,404 2,829 1,340 94.04 1,329 94.66 2,669 94.34 1,772 1,748 3,520 1,696 95.71 1,678 96.00 3,374 95.85
3 BUMIAJI BUMIAJI 450 444 894 454 100.89 406 91.44 860 96.20 1,845 1,810 3,655 1,649 89.38 1,647 90.99 3,296 90.18 2,295 2,254 4,549 2,103 91.63 2,053 91.08 4,156 91.36
4 JUNREJO BEJI 233 231 464 207 88.84 199 86.15 406 87.50 962 935 1,897 912 94.80 892 95.40 1,804 95.10 1,195 1,166 2,361 1,119 93.64 1,091 93.57 2,210 93.60
5 JUNREJO JUNREJO 155 152 307 161 103.87 135 88.82 296 96.42 637 622 1,259 802 125.90 700 112.54 1,502 119.30 792 774 1,566 963 121.59 835 107.88 1,798 114.81
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,562 1,543 3,105 1,588 101.66 1,496 96.95 3,084 99.32 6,416 6,284 12,700 6,086 94.86 5,858 93.22 11,944 94.05 7,978 7,827 15,805 7,674 96.19 7,354 93.96 15,028 95.08
JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 BATU BATU 1,924 1,884 3,808 1,472 1,409 2,881 76.5 74.8 75.7 9 0.6 11 0.8 20 0.7
2 BATU SISIR 1,772 1,748 3,520 1,385 1,388 2,773 78.2 79 78.8 9 0.6 6 0.4 15 0.5
3 BUMIAJI BUMIAJI 2,295 2,254 4,549 1,804 1,770 3,574 78.6 79 78.6 8 0.4 12 0.7 20 0.6
4 JUNREJO BEJI 1,195 1,166 2,361 577 578 1,155 48.3 50 48.9 7 1.2 9 1.6 16 1.4
5 JUNREJO JUNREJO 792 774 1,566 541 519 1,060 68.3 67 67.7 2 0.4 4 0.8 6 0.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 7,978 7,826 15,804 5,779 5,664 11,443 72.4 72 72.4 35 0.6 42 0.7 77 0.7
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 BATU BATU 23 23 100.0 23 100.0 25,630 22,970 48,600 2,523 9.8 2,500 10.9 5,023 10.3 1,722 1,803 3,525 1,063 61.7 1,542 85.5 2,605 73.9
2 BATU SISIR 21 12 57.1 12 57.1 11,076 10,104 21,180 11,076 100.0 10,104 100.0 21,180 100.0 514 468 982 178 34.6 164 35.0 342 34.8
3 BUMIAJI BUMIAJI 26 26 100.0 26 100.0 24,060 23,480 47,540 1,897 7.9 1,826 7.8 3,723 7.8 561 517 1,078 446 79.5 516 99.8 962 89.2
4 JUNREJO BEJI 14 14 100.0 6 42.9 1,728 876 2,604 323 18.7 237 27.1 560 21.5 323 237 560 323 100.0 237 100.0 560 100.0
5 JUNREJO JUNREJO 6 6 100.0 6 100.0 6,732 5,974 12,706 323 4.8 402 6.7 725 5.7 286 309 595 222 77.6 236 76.4 458 77.0
JUMLAH (KAB/ KOTA) 90 81 90.0 73 81.1 69,226 63,404 132,630 16,142 23.3 15,069 23.8 31,211 23.5 3,406 3,334 6,740 2,232 65.5 2,695 80.8 4,927 73.1
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BATU BATU 2,551 2,764 5,315 1,741 68.25 2,230 80.68 3,971 74.71
2 BATU SISIR 2,350 2,564 4,914 1,966 83.66 2,675 104.33 4,641 94.44
3 BUMIAJI BUMIAJI 3,043 3,307 6,350 2,515 82.65 2,747 83.07 5,262 82.87
4 JUNREJO BEJI 1,584 1,711 3,295 1,595 100.69 2,111 123.38 3,706 112.47
5 JUNREJO JUNREJO 1,050 1,134 2,184 1,465 139.52 1,235 108.91 2,700 123.63
JUMLAH (KAB/KOTA) 10,578 11,480 22,058 9,282 87.75 10,998 95.80 20,280 91.94
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KOTA BATU
TAHUN 2016
1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 43,283 0.00 0.00 21.39
1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 3,949 0.00 0.00 1.95
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KOTA BATU
TAHUN 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RS Karsa Husada 133 7,739 26,371 23,692 54.3 58.19 2.87 3.1
2 RS Baptis Batu 100 5,929 17,517 17,996 48.0 59.29 3.20 3.0
3 RS Bhayangkara 50 2,916 11,409 8,476 62.5 58.32 2.35 2.9
4 RS dr. Etty Asharto 35 1,619 4,875 4,808 38.2 46.26 4.88 3.0
5 RS IPHI 30 448 799 912 7.3 14.93 22.66 2.0
KABUPATEN/KOTA 348 18651 60,971 48.0 53.59 3.54 0
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BATU BATU 12,600 2,000 15.9 900 45.0
2 BATU SISIR 10,239 210 2.1 102 48.6
3 BUMIAJI BUMIAJI 14,668 3,120 21.3 420 13.5
4 JUNREJO BEJI 7,484 200 2.7 146 73.0
5 JUNREJO JUNREJO 4,454 974 21.9 300 30.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 49,445 6,504 13.2 1,868 28.7
2015 2016
JUMLAH RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
RUMAH YANG RUMAH DIBINA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH (RUMAH SEHAT) SYARAT (RUMAH SEHAT)
RUMAH BELUM
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 BATU BATU 10836 2,931 27.05 532 5,647 52.11 0 2,931 27.04872647
2 BATU SISIR 10788 3,695 34.25 1079 3,433 31.82 3224 93.91203029 6,919 64.14
3 BUMIAJI BUMIAJI 13684 7,059 51.59 1684 9,483 69.30 7456 78.62 14,515 106.07
4 JUNREJO BEJI 6510 2,787 42.81 503 4,710 72.35 3655 77.60 6,442 98.96
5 JUNREJO JUNREJO 4291 3,129 72.92 341 3,401 79.26 3068 90.21 6,197 144.42
JUMLAH (KAB/KOTA) 46,109 19,601 42.51 4139 26,674 57.85 17403 65.24 37,004 80.25
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
MEMENUHI SYARAT
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 BATU BATU 48,755 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 49890 11 49890 49890 102.33
2 BATU SISIR 45,062 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 47620 10 47596 47596 105.62
3 BUMIAJI BUMIAJI 58,237 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 25 38984 25 38984 38984 66.94
4 JUNREJO BEJI 30,220 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7 27424 7 27332 27332 90.44
5 JUNREJO JUNREJO 20,045 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7 15730 7 15726 15726 78.45
JUMLAH (KAB/KOTA) 202,319 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 179648 60 179528 179528 88.735
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KOTA BATU
TAHUN 2016
PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
(JAMBAN SEHAT)
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 BATU BATU 48755 10 634 10 634 100 9,330 37,320 9,330 37,320 100 107 428 - - 0 3,004 12,016 3,004 12,016 100 49970 102.5
2 BATU SISIR 45062 3 135 3 135 100 5,594 22,376 5,594 22,376 100 544 2,176 - - 0 266 1,064 266 1,064 100 23575 52.3
3 BUMIAJI BUMIAJI 58237 20 1,273 20 1,273 100 12,965 51,860 12,965 51,860 100 840 3,360 - - 0 543 2,172 543 2,172 100 55305 95.0
4 JUNREJO BEJI 30220 10 565 10 565 100 5,518 22,072 5,518 22,072 100 679 2,716 - - 0 3 12 3 12 100 22649 74.9
5 JUNREJO JUNREJO 20045 3 240 3 240 100 4,093 10,372 4,093 10,372 100 211 844 - - 0 294 1,176 294 1,176 100 11788 58.8
JUMLAH (KAB/KOTA) 202,319 46 2,847 46 2,847 100 37,500 144,000 37,500 144,000 100 2,381 9,524 - - 0 4,110 16,440 4,110 16,440 100 163,287 80.7
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KOTA BATU
TAHUN 2016
TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
JUMLAH TTU
RUMAH SAKIT
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM
SAKIT UMUM
PUSKESMAS
BINTANG
BINTANG
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
RUMAH
SLTP
SLTA
NON
SD
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 BATU BATU 21 4 6 1 3 6 27 68 17 81.0 2 50.0 4 66.7 1 100.0 3 100.0 6 100.0 23 85.2 56 82.4
2 BATU SISIR 18 12 10 1 1 - 6 48 16 88.9 8 66.7 5 50.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! 6 100.0 37 77.1
3 BUMIAJI BUMIAJI 25 8 2 1 1 4 1 42 19 76.0 2 25.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 4 100.0 1 100.0 30 71.4
4 JUNREJO BEJI 15 4 1 1 - 1 3 25 10 66.7 3 75.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 2 66.7 18 72.0
5 JUNREJO JUNREJO 6 2 4 1 1 - - 14 6 100.0 1 50.0 3 75.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! - #DIV/0! 12 85.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 85 30 23 5 6 11 37 197 68 80.0 16 53.3 15 65.2 5 100.0 6 100.0 11 100.0 32 86.5 153 77.66497
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 BATU BATU 41 1 20 5 0 26 63.41 0 1 0 0 1 2.44
2 BATU SISIR 26 0 15 6 3 24 92.31 0 0 0 0 0 0.00
3 BUMIAJI BUMIAJI 17 7 5 4 0 16 94.12 0 0 0 0 0 0.00
4 JUNREJO BEJI 18 1 10 4 0 15 83.33 0 0 0 0 0 0.00
5 JUNREJO JUNREJO 28 7 0 6 8 21 75 0 0 0 0 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 130 16 50 25 11 102 78.46 0 1 0 0 1 0.77
MEMENUHI SYARAT
HIGIENE SANITASI
PERSENTASE
RUMAH MAKAN/
RUMAH MAKAN/
JUMLAH TPM
JUMLAH TPM
TPM DIBINA
MINUM (DAM)
MINUM (DAM)
JASA BOGA
JASA BOGA
RESTORAN
RESTORAN
DEPOT AIR
DEPOT AIR
MAKANAN
MAKANAN
JAJANAN
JAJANAN
TOTAL
TOTAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS
1 2 3 4 5 6 7 0 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 BATU BATU 41 1 21 5 0 27 65.85 26 0 0 9 6 15 57.69
2 BATU SISIR 26 0 15 6 3 24 92.31 24 0 0 5 8 13 54.17
3 BUMIAJI BUMIAJI 17 7 5 4 0 16 94.12 16 0 3 5 0 8 50.00
4 JUNREJO BEJI 18 1 10 4 0 15 83.33 15 0 3 5 0 8 53.33
5 JUNREJO JUNREJO 28 7 0 6 8 21 75.00 21 1 0 6 2 9 42.86
JUMLAH (KAB/KOTA) 130 16 51 25 11 103 79.23 102 1 6 30 16 53 51.96
PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet 6,700 10,200 - 10200 152.238806
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet 60 60 30 90 150
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet 5,600 7,000 - 7000 125
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet - - - #DIV/0!
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul 125,000 95,800 67,000 162800 130.24
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet 1,350 1,370 120 1490 110.37
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol - - - #DIV/0!
8 Metampiron tablet 500 mg tablet - - - #DIV/0!
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul 73,100 71,000 9,500 80500 110.12
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet 150 18.29
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg 820 150 -
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube 1310 119.09
1,100 1,100 210
polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp 264 220.00
Heksaklorofen 250 mg 120 144 120
PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul - 1,600 - 1600 #DIV/0!
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul 446 125 - 125 28.03
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol 245,000 288,000 - 288000 117.55
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet 29 - -
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul - 60 - 60 #DIV/0!
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul - - - #DIV/0!
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 2,900 3,600 - 3600 124.14
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet 387 - 387 387 100.00
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet 950 111.76
850 850 100
Sulfadoxin 500 mg
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg botol 23000 153.33
15,000 23,000 -
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : tablet #DIV/0!
- - -
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet #DIV/0!
- - -
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet - - - #DIV/0!
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul 1,390 1,710 - 1710 123.02
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial 10 29 7 36 360.00
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial 10 29 7 36 360.00
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial - - - #DIV/0!
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach - - - #DIV/0!
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol - - - #DIV/0!
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet 8,200 1,100 - 1100 13.41
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet 300 500.00
60 300 -
mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul - - - #DIV/0!
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet 6,200 - 7,200 7200 116.13
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet - - - #DIV/0!
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol 494 960 - 960 194.33
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol - - - #DIV/0!
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul - - - #DIV/0!
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet 550 700 - 700 127.27
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet 7,300 245 - 245 3.36
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol 395 - -
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube - - - #DIV/0!
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial 150 100 400 500 333.33
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul 2,200 1,452 900 2352 106.91
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol 34,100 5,000 - 5000 14.66
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet 90,100 5,000 90,000 95000 105.44
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet - - - #DIV/0!
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol - 1,400 - 1400 #DIV/0!
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet 6,900 12,800 - 12800 185.51
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet 140 70 70 140 100.00
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol - #DIV/0!
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol - - #DIV/0!
111 Prednison tablet 5 mg tablet 70 - 100 100 142.86
112 Primakuin tablet 15 mg tablet - - - #DIV/0!
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet - 100 - 100 #DIV/0!
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet - - - #DIV/0!
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet - - - #DIV/0!
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet 1,620 2,540 1,840 4380 270.37
117 Ringer Laktat larutan infus botol 324 356 24 380 117.28
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap tube 400 125.00
320 50 350
4%
119 Salisil bedak 2% kotak - - - #DIV/0!
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial - - - #DIV/0!
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial - - - #DIV/0!
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial - - - #DIV/0!
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul - - - #DIV/0!
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial - 100 - 100 #DIV/0!
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul 490 24 - 24 4.90
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol - - - #DIV/0!
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol - - - #DIV/0!
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul - - - #DIV/0!
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul 80 - -
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul 86,000 96,000 9,000 105000 122.09
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet - - - #DIV/0!
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul 12,700 3,800 - 3800 29.92
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet - - - #DIV/0!
134 Vaksin Rabies Vero vial 20,000 20,500 27,100 47600 238.00
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet - - - #DIV/0!
VAKSIN 921
136 BCG vial 7,250 829 92 95 #DIV/0!
137 T T vial - 75 20 460 100.00
138 D T vial 460 460 - 1748 120.55
139 CAMPAK 10 Dosis vial 1,450 1,573 175 2621 114.96
140 POLIO 10 Dosis vial 2,280 2,621 - 3150 114.55
141 DPT-HB vial 2,750 3,003 147 3661 118.10
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial 3,100 3,241 420 #DIV/0!
143 POLIO 20 Dosis vial - - - #DIV/0!
144 CAMPAK 20 Dosis vial - - - #REF! #REF!
PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 1 1 3 5
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 1 1
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 0 0 3 0 0 0 3
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 0 0 0 0 0 -
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 0 0 2 0 0 0 2
3 PUSKESMAS KELILING 0 0 7 0 0 0 7
4 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 6 0 0 0 6
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN -
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 1 1 7 9
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 39 39
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 510 510
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT -
7 UNIT TRANSFUSI DARAH -
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI 0 -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 0 -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 0 -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI 0 -
6 APOTEK 15 15
7 TOKO OBAT 1 1
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN 0 -
Sumber: Seksi Farmasi Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan dan Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
TABEL 68
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KOTA BATU
TAHUN 2016
STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 BATU BATU 0 0.00 0 0.00 36 75.00 12 25.00 48 48 100.00
2 BATU SISIR 2 4.88 2 4.88 34 82.93 3 7.32 41 37 90.24
3 BUMIAJI BUMIAJI 0 0.00 0 0.00 49 94.23 3 5.77 52 52 100.00
4 JUNREJO BEJI 0 0.00 0 0.00 27 100.00 0 0.00 27 27 100.00
5 JUNREJO JUNREJO 0 0.00 3 14.29 18 85.71 0 0.00 21 18 85.71
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 1.06 5 2.65 164 86.77 18 9.52 189 182 96.30
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 BATU BATU 5 2 0 2 1 5 100
2 BUMIAJI SISIR 3 1 0 2 0 3 100
3 JUNREJO BUMIAJI 9 - 1 6 2 9 100
4 JUNREJO BEJI 4 2 1 1 0 4 100
5 JUNREJO JUNREJO 3 1 1 1 0 3 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 24 6 3 12 3 24 100
DOKTER
NO UNIT KERJA DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Batu - - - 1 2 3 1 2 3 - 2 2 - - - - 2 2
2 Puskesmas Sisir - - - 1 1 2 1 1 2 - 1 1 - - - - 1 1
3 Puskesmas Bumiaji - - - 1 2 3 1 2 3 - 1 1 - - - - 1 1
4 Puskesmas Beji - - - - 2 2 - 2 2 - 1 1 - - - - 1 1
5 Puskesmas Junrejo - - - - 1 1 - 1 1 - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 3 8 11 3 8 11 - 6 6 - - - - 6 6
1 RS Karsa Husada 13 16 29 5 9 14 18 25 43 1 1 2 - 1 1 1 2 3
2 RS Baptis Batu 17 9 26 5 9 14 22 18 40 1 2 3 - - - 1 2 3
3 RS Bhayangkara 12 3 15 2 7 9 14 10 24 1 1 2 - - - 1 1 2
4 RS dr. Etty Asharto 4 9 13 4 6 10 8 15 23 - 2 2 - - - - 2 2
5 RS IPHI 5 2 7 2 3 5 7 5 12 - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 51 39 90 18 34 52 69 73 142 3 7 10 - 1 1 3 8 11
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 51 39 90 21 42 63 72 81 153 3 13 16 - 1 1 3 14 17
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 44.484 31.139 75.623 7.9083 0.4943 8.4026
TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA APOTEKER TOTAL
KEFARMASIANa
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Batu - 1 1 - - - - 1 1
2 Puskesmas Sisir - - - - - - - - -
3 Puskesmas Bumiaji - 1 1 - - - - 1 1
4 Puskesmas Beji - 1 1 - - - - 1 1
5 Puskesmas Junrejo - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 4 4 - - - - 4 4
1 RS Karsa Husada 1 9 10 3 3 6 4 12 16
2 RS Baptis Batu 1 7 8 - 4 4 1 11 12
3 RS Bhayangkara - 3 3 - 1 1 - 4 4
4 RS dr. Etty Asharto - 6 6 - 1 1 - 7 7
5 RS IPHI - 5 5 - 1 1 - 6 6
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 30 32 3 10 13 5 40 45
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 34 36 3 10 13 5 44 49
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 17.79368 6.425496 24.21918