Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TAMBANG BATUBARA DI
PT. KALTIM PRIMA COAL ( KPC )
KALIMANTAN TIMUR
Disusun Oleh :
WANDHY PANOA
C.08.11.31
C. Dasar Teori
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi daerah
setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat,
dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor
pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan
sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa
tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan meragukan,
maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah
dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada
batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik
batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah
dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan
yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan
terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai
berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng longsor
Pada keadaan :
F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor,
antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya.
Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan
semakin berkurang.
b. Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah
bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai
tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi
(density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan
antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam
batuan.
1) Bobot isi batuan
Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian
kestabilan lereng semakin berkurang.
2) Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air.
Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga
memperkecil kestabilan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan
menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser batuan.
Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
= C + ( - ) tan
dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3) Kandungan air dalam batuan
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser
batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.
4) Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and
unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat
geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik
dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor).
5) Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan
semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.
d. Gaya dari luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan
suatu lereng adalah :
1) Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alat-
alat mekanis yang berat didekat lereng.
2) Pemotongan dasar (toe) lereng.
3) Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.
b. Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah adanya bidang-
bidang lemah, yaitu bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan.
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisa
kestabilan lereng adalah :
1) bobot isi batuan.
2) porositas batuan.
3) kandungan air dalam batuan.
4) kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
5) sudut geser dalam.
d. Kondisi geologi
Data geologi yang perlu diketahui :
1) orientasi struktur bidang lemah. Dari orientasi ini yang terpenting
diketahui adalah arah dan besar kemiringan spasi, isian dalam rekahan.
2) Tinggi permukaan air tanah.
3) Litologi dan penyebaran batuan.
4) Tingkat pelapukan.
5) Morfologi.
2. Cara pengumpulan data
Data yang diperlukan diperoleh dari peyelidikan dilapangan dan percobaan di
laboratorium.
a. Penyelidikan di lapangan meliputi :
1) Pengukuran jurus dan kemirngan bidang lemah.
2) Pemboran inti dan pembuatan sumuran untuk memperoleh data geologi,
penyebaran batuan dan untuk mendapatkan contoh tanah.
3) Pengamatan dengan piezometer untuk mengetahui tinggi permukaan air
tanah.
Khusus untuk cara pengumpulan data pada poin 2 dan 3 dapat menggunakan
data yang telah ada pada perusahaan (kalau diperusahaan sudah tersedia).
b. Percobaan dilaboratorium
1) Penguian triaksial.
2) Pengujian geser langsung.
3) Pengujian kuat tekan uniaksial.
4) Percobaan untuk menentukan berat isi, kadar air dan berat jenis dari
contoh tanah yang didapat dilapangan.
Percobaan dilaboratorium dapat juga tidak dilaksanakan bila data untuk ini
sudah tersedia dilapangan.
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
C = kohesi pada bidang luncur
A = panjang bidang luncur (A)
p = sudut kemiringan bidang luncur (o)
= sudut geser dalam batuan (o)
W = berat massa batuan yang akan longsor (ton)
U = gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air disepanjang bidang luncur
(ton)
= (½) w. Zw. (H – Z) cosec p
V = gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada regangan tarik (ton)
= (½) w. Zw2
w = bobot isi air (ton/m3)
Zw = tinggi kolom iar yang mengisi regangan tarik (m)
Z = kedalaman regangan tarik (m)
H = tinggi lereng (m)
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktifitas manusia laninnya, maka persamaan diatas menjadi :
C. A W (cosp sin p ) U V sin p tan
F=
W (sin p cosp) V cosp
Dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar
2. Longsoran baji
Dalam analisa menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dapat
dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. Faktor
keamanan lereng dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
3 w w
F = .H (Ca. X Cb.Y ) ( A ( 2 ).X ) tan a ( B ( 2 ).Y ) tan b
dimana :
Ca = kohesi bidang lemah I (ton/m3)
Cb = kohesi bidang lemah II (ton/m3)
a = sudut geser dalam, bidang lemah I (o)
b = sudut geser dalam, bidang lemah II (o)
= bobot isi batuan (ton/m3)
w = bobot isi air (ton/m3)
Sin 24
X=
Sin 45.Cos 2na
Sin 13
Y=
Sin 35.Cos 1nb
Cosa Cosb.Cosna.nb
A= Sin 5.Sin 2na.nb
Cosb Cosa.Cosna.nb
B= Sin 5.Sin 2na.nb
F. Pembahasan Masalah
Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design
lereng. Hal ini meliputi :
1. Penentuan metode analisis kestabilan lereng.
2. Alternatif sudut dan tinggi lereng
Ini dilakukan perhitungan faktor kestabilan lereng dengan metode Hoek dan Bray.
Perhitungan ini dilakukan untuk :
a. Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan antara faktor
keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
b. Lereng total
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara faktor
keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
c. Perhitungan dengan metode Hoek dan Bray.
Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop
3. Pemilihan Geometri lereng
4. Pemantauan lereng
5. Usaha untuk menstabilkan lereng
G. Rencana Kegiatan
Bulan JULI AGUSTUS
2002 2002
Minggu II III IV I II III IV
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Draft
H. Rencana Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab.
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah.
B. Keadaan Topografi dan Geologi.
C. Iklim.
D. Penambangan Batubara.
III. TEORI KESTABILAN LERENG PADA BATUAN.
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan
1. Struktur Geologi.
2. Air bawah permukaan tanah.
3. Sifat fisik batuan.
4. Sifat mekanik batuan.
5. Pengaruh gaya-gaya luar.
6. Geometri lereng.
B. Menghitung Faktor Kestabilan Lereng Batuan
1. Longsoran busur.
2. Longsoran bidang.
3. Longsoran baji.
4. Longsoran guling.
IV. ANALISA KESTABILAN LERENG.
A. Metode Analisa Yang Dipilih
B. Hasil Analisis Kestabilan Lereng
V. PEMBAHASAN
A. Kekuatan batuan.
B. Struktur Geologi.
C. Geometri Lereng.
D. Air tanah.
E. Pengaruh getaran.
F. Usaha untuk menstabilkan lereng.
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. Daftar Pustaka
1. Hoek, E. and Bray, J.W., “Rock Slope Engineering”’ 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, !981.
3. Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir “ Kemantapan Lereng
Batuan”, Kursus Pengawas Tambang, 1993.
4. Gian Paolo Giani, “Rock Slope Stability Analysis”, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.