Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan salah satu sasaran dari upaya pembangunan
kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan pada
ibu dan wanita pada umumnya adalah kesehatan reproduksi wanita.
Perkembangan disegala bidang sebagai dampak dari keberhasilan
pembangunan, memberikan berbagai nilai positif bagi perkembangan
kesehatan diIndonesia. Namun, dilain pihak dampak pembangunan juga
sangat mempengaruhi prilaku masyarakat. Pergeseran norma dan pola hidup
mengakibatkan pergeseran prilaku lapisan masyarakat termasuk didalamnya
wanita. Perubahan terhadap prilaku sex, kebiasaan konsumsi, pemeliharaan
kebersihan diri dan kebersihan lingkungan memiliki kontribusi terhadap
munculnya berbagai penyakit degeneratif maupun infeksi. Salah satu bentuk
penyakit ganas yang mengenai wanita adalah kanker serviks. (E. Sutarto,
1989:1). Penyakit ini merupakan hal yang terpenting diantara penyakit-
penyakit alat kandungan lainnya, disebabkan oleh karena frekuensinya yang
tinggi dan akibatnya terhadap penderita karena lebih sering mematikan.
Diseluruh dunia ditemukan 400.000 kasus baru Ca serviks, 80%
diantaranya ditemukan dinegara berkembang dan diperkirakan terdapat
200.000 hingga 300.000 wanita meninggal setiap tahunnya (2001). Data ini
didukung oleh data epidemiologi dari beberapa Rumah Sakit di Indonesia.
Data dari RSCM Jakarta selama 3 tahun (2001-2003) terdapat 2606 kasus
kanker, dengan kanker serviks menempati urutan terbanyak (24,3%) (Evennet,
2004). Termasuk yang paling tertinggi di dunia, dengan rata-rata kasus
baru/tahun sebanyak 200.000 kasus. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
memperkirakan 60 juta wanita Indonesia terkena kanker serviks (Junita,
2009). Dari 13 pusat Patologi Anatomi di Indonesia tahun 1983 menempatkan
kanker serviks sebagai kanker terbanyak, laporan dari bagian Patologi
Anatomi FKUnair (2000) selama 4 tahun ditemukan 2304 kanker serviks dan
hanya 22 kasus (0,12%) in situ jadi lebih dari 99% sudah pada stadium
invasif. Data ini dikuatkan dengan adanya prediksi bahwa wanita usia 50
tahun keatas 3% mengalami kanker Leher rahim (Junita, 2009). Dengan
prediksi ini dapat diasumsikan bahwa angka kejadian ca. Serviks akan
semakin meningkat dimasa yang akan datang seiring dengan makin
meningkatnya umur harapan hidup wanita Indonesia.
Berdasarkan data-data diatas, jelas terlihat bahwa angka kejadian
kanker serviks masih merupakan momok bagi semua wanita dan merupakan
masalah besar dalam upaya pengembangan kesehatan di Indonesia sehingga
penatalaksanaanya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pihak
termasuk profesi keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Instrusional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada
klien dengan kanker serviks.
2. Tujuan Instrusional Khusus (TIK):
Setelah menyelesaikan kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan tentang konsep penyakit kanker serviks, meliputi:
anatomi fisiologi serviks, definisi kanker serviks, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi, pameriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan medis.
2) Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
serviks.
C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan
melalui pengumpulan literatur dari berbagai sumber.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu:
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari anatomi fisiologi servks, definisi
kenker serviks, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis dan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada Bab II ini akan membahas tentang tinjauan teori yang terdiri dari
anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita: serviks dan konsep dasar kanker
serviks.
Anatomi serviks
(Sumber: http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/kanker-serviks.html)
2. Etiologi
Etiologi dari kanker belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
resiko yang diduga dapat mengindikasi terjadinya kanker ini, diantaranya:
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30% wanita pada usia 30 tahun yang sexually active
pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva).
Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak
pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa
gejala dan bersifat menetap.
b. Usia dini saat melakukan hubungan seksual
c. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks ini.
d. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR tipe (Cu T-380A) yang digunakan kurang lebih 18 bulan dan Harus
diganti setelah 18 bulan. Penggunaan AKDR jangka pendek akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
3. Manifestasi Klinis
Pada fase permulaan Kanker serviks terdapat kemungkinan bahwa
penderita belum mempunyai keluhan dan diagnosis dalam fase yang lebih lanjut
sebagai akibat nekrosis (kematian sel) dan perubahan-perubahan poliferatif
jaringan serviks timbul keluhan-keluhan.
Tidak ada gejala yang spesifik untuk kanker ini. Perdarahan merupakan
satu-satunya gejala yang nyata, tapi ini sering tidak terjadi pada awal penyakit
sehingga kanker telah lanjut saat ditemukan.
Gejala paling dini yang dapat muncul antara lain:
a. Keputihan
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Tidak menstruasi sama sekali
d. Perdarahan setitik sehabis bersetubuh
e. Pengeluaran cairan encer dari vagina
f. Nyeri
g. Lemah
h. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
i. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita paska menopause
4. Patofisiologi
Infeksi HPV adalah salah satu faktor resiko yang dapat menginduksi untuk
terjadinya kanker serviks. Kanker dapat muncul segera atau bisa bertahun-tahun
setelah infeksi. Untuk menculnya suatu kanker tidak selalu disebabkan oleh salah
satu faktor resiko, ada kalanya kanker muncul karena pengaruh berbagai faktor
resiko. Teori mengatakan bahwa HPV mensintesis sel serviks bersama dengan
agen mutagen lain seperti merokok yang dapat menyebabkan penurunan
efektivitas sistem imun untuk melawan virus yang masuk, sehingga terjadi
keganasan oportunitis, yang merangsang timbulnya kanker.
Tahap dimana metaplasi sel yang abnormal terjadi disebagian SJC saja ini
dikenal dengan tahap prainvasive yang umumnya tidak memperlihatkan gejala
yang nyata. Ini dikenal dengan 2 bentuk yaitu: CIN (carcinoma intraepitel
neoplasia) dan CIS (carcinoma in situ).
Kelanjutan tahap ini adalah tahap invasive. Tahap invasive ini terdiri dari
beberapa tahap:
1. Tahap I dimana kanker hanya terbatas pada serviks saja tapi telah mengalami
invasi ke stroma serviks. Akibat invasi pada stoma serviks, yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada struktur serviks. Kerusakan tersebut
menyebabkan ulserasi yang disertai dengan perdarahan spontan setelah coitus
serta tejadi anemia. Selain itu, ulserasi juga menyebabkan sekresi serviks
yang berlebihan, sehingga timbul keputihan yang berbau khas. Ini akan dapat
berlanjut ke tahap II.
2. Tahap II sudah ada perluasan kanker kearah bawah serviks tapi tidak
melibatkan dinding panggul dan telah mengenai daerah vagina dan akan
terjadi nekrosis pada vagina dan juga akan adanya pengeluaran cairan vagina
yang berbau busuk dan juga dapat disertai dengan terjadinya perdarahan.
3. Tahapan III penyebaran ke vagina yang lebih luas dan juga mengalami
penyebaran pada dinding panggul.
4. Pada tahap ini kanker meluas ke sistem perkemihan, pencernaan, pernapasan,
dan otak. Metastasis pada sistem perkemihan dapat menyebabkan
penyumbatan ureter atau penuhnya kandung kemih yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan eliminasi urine. Metastasis pada bagian pencernaan
dapat menyebabkan terbentuknya ulkus dan terjadinya perdarahan. Selain itu,
juga dapat terjadi peningkatan asam lambung yang merangsang mual dan
muntah. Metastasis pada sistem pernapasan menyebabkan gangguan
pengembangan paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas. Dan
metastasis pada bagian otak menyebabkan terjadinya kerusakan sistem saraf
sehingga terjadi stroke dan kematian.
5. Komplikasi
Berkembangnya kanker, jaringan diluar serviks dapat terkena, termasuk
kelenjar limfe anterior ke sakrum. Pada sepertiga pasien dengan kanker servikal
invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri. Saraf-saraf pada region ini
dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam pada punggung dan tungkai yang
hilang hanya dengan analgesik opioid dosis besar. Tahap akhir, bila penyakit tidak
diobati, menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai dengan
demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami ulserasi,
dan pembentukkan fistula (Smeltzer,2001: 1559).
Kematian dapat terjadi pada semua kanker saluran repruduksi tersebut.
Angka bertahan hidup tertinggi (75-79%) pada kanker endometrium dan terendah
(20-30%) pada kanker ovarium. Deteksi dini meningkatkan angka bertahan hidup
secara bermakna. Hal ini terutama berlaku untuk kanker serviks dengan angka
bertahan hidup mendekati 100% pada kaker in situ (Corwin,2009 : 657).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sitologi/Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau
sesudah sesuai petunjuk dokter. Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun
pertama setelah hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun. Bagi
perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual
dapat melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali. Dari umur 21 hingga
29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun sekali. Dari
umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal. Umur 70 keatas,
jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
b. Schillentest
c. Kolposkopi
Jika pada saat pap smear ditemukan ketidak normalan pada serviks, maka
langkah selanjutnya adalah dilakukan kolposkopi. Kolposkopi adalah suatu
pengujian yang memungkinkan dokter untuk melihat serviks (leher rahim)
lebih dekat dengan menggunakan sebuah alat bernama Kolposkope.
Kolposkope akan dimasukkan ke dalam vagina dan kemudian gambar yang
ditangkap oleh alat tersebut akan ditampilkan pada layar komputer atau
televisi. Dengan cara seperti ini, kondisi yang terjadi dalam leher rahim akan
sangat jelas terlihat. Keuntungan dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan nya hanya dapat
memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada
skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
e. Biopsi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan tergantung pada stadium kanker. Ada 3 cara
penatalaksaan medis yaitu :
1) Tahap stadium I dan II
a) Histerektomi
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks secara total ataupun salah satunya.
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA.
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause atau bila keadaan umum
baik dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun.
Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti:
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
2) Tahap stadium II, III dan IV
b) Radiasi
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metode radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau
paliatif. Pengobatan kuratifialah mematikan sel kanker serta sel yang
thelah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah
bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin
kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria,
usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosiskuratif hanya akan
diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel kankersudah keluar
rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif
yangdiberikan secara selektif pada stadium IV A.
3) Stadium akhir
c) Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker, penatalaksanaan kanker dengan pemberian
obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi
digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada
jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. (Gale & Charette,2000). Contoh obat yang
digunakan pada kasus kanker serviks antara lain Carboplatin,
cisplatin, paclitaxel, fluorouracil (5FU), cyclophosphamide,
docetaxel, ifosfamide, dan gemcitabine.
b. Non Farmakologi
1) Irradiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium
b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Dosis :
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
Komplikasi Irradiasi :
a) Diarrhea
b) Perdarahan rectal
c) Fistula vesico atau rectovaginalis
2) Kombinasi (Irradiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan
fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan
peredaran darah.
3) Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap
radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan
masih tetap sama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN
KANKER SERVIKS
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan kanker serviks (Smeltzer,2001)
a. Data pasien:
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
Menurut (Carpenito,2008) intervensi yang dilakukan sesuai dengan
diagnosa adalah:
Intervensi:
1) Pantau tanda vital tiap 4 jam atau lebih sering jika diperlukan.
Rasional: Demam atau hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya
infeksi pada klien yang mengalami granulositopenia.
Intervensi:
A. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Kanker serviks
penyebabnya tidak jelas namun diduga dipengruhi oleh: prilaku sex, personal
higiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan.
Diagnosa dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung
dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan.
B. Saran
Corwin, J Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3 revisi. Alih bahasa,
Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E.1989. Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
http://creasoft.wordpress.com
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/kanker-serviks.html
SEMINAR KELOMPOK SISTEM REPRODUKSI
DOSEN PEMBIMBING :
KELOMPOK 8
TRI FATMASARI
PRODI SI KEPERAWATAN