Está en la página 1de 108

ASKEP KANDIDIASIS ORAL

ASKEP KANDIDIASIS ORAL

2.1. Kandidiasis Oral


2.1.1. Definisi
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari jamur Kandida albikan. Kandida albikan ini sebenarnya merupakan
flora normal rongga mulut, namun berbagai faktor seperti penurunan sistem kekebalan tubuh
maupun pengobatan kanker dengan kemoterapi, dapat menyebabkan flora normal tersebut
menjadi patogen.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan
lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan merupakan
jenis jamur yang menjadi penyebab utama.
2.1.2 Etiologi
Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang
melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150
jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C. tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan
C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal
dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut
orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien
yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka
panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien
HIV/AIDS.

2.1.3. Epidemiologi
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita. Meningkatnya
prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS,
penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah
penderita kandidiasis.
2.1.4. Faktor resiko
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara
berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi
ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel
host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan
dengan patogenitas Kandida albikan.
2. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan
jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek
pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah
pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi
Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi
saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis
oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita
infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang
sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga
dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes,
kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan
pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid,
dan kemoterapi.
2.1.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas tiga, yaitu :
1. Kandidiasis Akut
Kandidiasis akut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti
beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan
permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum
lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis seperti
ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan dengan
pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan
jaringan.

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah dan mukosa bukal pasien

b. Kandidiasis Atropik Akut

Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik
spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan. Antibiotik yang
dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan Kandida tumbuh
subur.Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti terbakar.
Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut

2. Kandidiasis Kronik
Kandidiasis kronik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Kandidiasis Atropik Kronik


Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun mandibula
yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari
infeksi Kandida.6,18 Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada
wanita tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur.

Gambar 3. Kandidiasis Atropik Kronik


b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-bintik putih
yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai Kandida leukoplakia. Bintik-
bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi.
Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.

Gambar 4. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

b. Median Rhomboid Glositis


Median Rhomboid Glositis adalah daerah simetris kronis di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior lidah.Gejala
penyakit ini asimptomatis dengan daerah tidak berpapila.

Gambar 5. Median Rhomboid Glositis

3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral.Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa
sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin
B12 dan anemia defisiensi besi.

Gambar 6. Angular Cheilitis


2.1.6. Perawatan
Pada pasien yang kesehatan tubuhnya normal, seperti perokok dan pemakai gigi tiruan,
perawatan kandidiasis oral relatif mudah dan efektif, namun pasien yang mengkonsumsi
antibiotik jangka panjang, dan pasien dengan sistem imun tubuh rendah yang mendapat
perawatan kemoterapi dimana infeksi jamur mau tidak mau akan timbul, maka perawatan
kandidiasisnya lebih spesifik. Adapun perawatan kandidiasis oral yaitu dengan menjaga
kebersihan rongga mulut, memberi obat- obatan antifungal baik lokal maupun sistemik, dan
berusaha menanggulangi faktor predisposisi, sehingga infeksi jamur dapat dikurangi.
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah bukal dan lidah
dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam dalam
larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding dengan hanya meyikat
gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan yang tidak rata dan poreus menyebabkan Kandida
mudah melekat, dan jika hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya.
Pemberian obat-obatan antifungal juga efektif dalam mengobati infeksi jamur. Terdapat dua jenis
obat antifungal, yaitu pemberian obat antifungal secara topikal dan sistemik. Pengobatan
antifungal topikal pada awal abad 20 yaitu dengan menggunakan gentian violet, namun karena
perkembangan resisten dan adanya efek samping seperti meninggalkan stain pada mukosa oral,
sehingga obat itu diganti dengan Nystatin yang ditemukan pada tahun 1951 dan Amphotericin B
pada tahun 1956. Obat-obat tersebut bekerja dengan mengikat sterol pada membran sel jamur,
dan mengubah permeabilitas membran sel. Nystatin merupakan obat antifungal yang paling
banyak digunakan. Obat antifungal sistemik digunakan pada pasien yang tidak mempan terhadap
obat antifungal topikal dan pada pasien dengan resiko tinggi menderita infeksi sistemik.
Selain menjaga kebersihan rongga mulut dan memberi obat-obatan antifungal pada pasien, faktor
predisposisi juga harus ditanggulangi. Penanggulangan faktor predisposisi meliputi pembersihan
dan penyikatan gigi tiruan secara rutin dengan menggunakan cairan pembersih, seperti
Klorheksidin, mengurangi rokok dan konsumsi karbohidrat, mengunyah permen karet bebas gula
untuk merangsang pengeluaran saliva, menunda pemberian antibiotik dan kortikosteroid,
menangani penyakit yang dapat memicu kemunculan kandidiasis seperti penanggulangan
penyakit diabetes, HIV, dan leukemia.

2.1.7 Konsep Asuhan Keperawatan


1.Pengkajian
a.Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Kesadaran, status gizi, personal hygine, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
b.Pemeriksaan sistemik Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat perbesaran
tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah(inspeksi).
c.Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium (dermatologi)
2. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
a. Kerusakan imegritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon paradangan
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan imegritas kulit dan peradangan pada klien
kriteria:
- Kerusakan imegritas kulit berkurang
- Tanda-tanda peradangan hilang
- Keluhan klien berkurang
Intervensi:
- Kaji riwayat imegritas kulit
- Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi kerusakan imegritas kulit dan jelaskan tentang teknik
mengurangi respon peradangan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
- Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
b. Risiko hambatan interaksi sosial ybd keadaan yang memalukan
Tujuan: klien bisa berinteraksi
Kriteria:
- Klien terbuka tentang keadaannya
- Klien tidak mengisolasi diri
- Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi:
- Berikan penjelasan tentang penyakit yang diderita
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
- Mendorong klien berinteraksi dengan orang lain
- Anjurkan agar klien tidak perlu merasa malu dengan keadaannya
- Lakukan personal hyigne pada klien
c. Harga diri rendah ybd penampilan dan respon orang lain
Tujuan: Klien percaya diri dengan keadaannya
Kriteria:
- Klien merasa rileks
- Berinteraksi denga orang-orang disekitarnya
- Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi:
- Observasi interaksi klien dengan orang lain
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan faktor risiko
- Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
- Ajarkan penggunaan relaksasi
- Beritahu tentang penyakit klien bahwa penyakit klien tidak berbahaya

ASUHAN KEPERAWATAN KANDIDIASIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya
disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi
yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai
pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan
angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan
lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan
jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45%
pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu
lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi candidiasis ?


2. Bagaimana klasifikasi dan gambaran klinis candidiasis?
3. Apa saja etiologi candidiasis?
4. Apa saja manifestasi klinis candidiasis?
5. Bagaimana patofisiologi candidiasis ?
6. Apa saja komplikasi pada penyakit candidiasis?
7. Apa pemeriksaan candidiasis?
8. Bagaimana cara penularan dan cara pencegahan candidiasis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada penderita candidiasis oral ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Sistem
Integumen dan menambah wawasan Mahasiswa tentang penyakit Candidiasis serta asuhan
keperawatan secara teoritis pada penderita candidiasis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI CANDIDIASIS

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari
populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus
(Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa
kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di
tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan
mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).

2.2 KLASIFIKASI DAN GAMBARAN KLINIS CANDIDIASIS

Berdasarkan tempat yang terkena, candidiasis dibagi sebagai berikut:


a. Candidiasis Selaput Lendir
 Thrush / Candidosis oral
Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut berupa bercak
berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini
bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan
pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian
antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
thrush.

 Perleche
Infeksi jamur ini merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan
dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan
kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.

 Infeksi vagina (vulvovaginitis)


Vulvovaginitis sering berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai
rasa panas ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes
atau pemakai antibiotik. Gejalanya, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar
vagina.

 Balanitis atau balanopostitis


Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada kepala penis
(glans penis) dan kulitnya. Penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak, serta
bisa menyebabkan terjadinya penyempitan uretra. Lelaki yang berhubungan intim dengan
perempuan yang mengidap jamur berpotensi terkena penyakit ini. Peradangan biasanya terjadi
akibat infeksi jamur atau bakteri di bawah kulit pada penis yang tidak disunat.

 Kandidosis mukokutan kronik


Kandidiasis mukokutan kronis (CMC) mengacu pada sekelompok gangguan heterogen yang
ditandai oleh infeksi superfisial berulang atau persisten pada kulit, membran mukosa, dan kuku
yang disebabkan oleh Candida albicans. Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi
leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam
defisiensi yang bersifat genetik, umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip
dengan penderita dengan defek poliendokrin.

b. Candidiasis kutis

 Candidiasis intertriginosa
Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk, menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar.
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau
kaki, glans penis dan umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil
atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.

 Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus
ani.

 Kandidiasis kutis generalisata


Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada lipat payudara, intergluteal dan umbilikus.
Sering disertai glositis, stomatitis dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel
dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita
kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik.

 Paronikia dan onikomikosis


Infeksi jamur ini terjadi pada kuku dan jaringan sekitarnya ini menyebabkan rasa nyeri dan
peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak dan menebal. Hal ini sering diderita oleh
orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air.

c. Candidosis Sistemik

 Endokarditis
Infeksi ini sering disebabkan oleh penumpukan dan pertumbuhan ragi dan pseudohifa /vegetasi
pada katub jantung buatan juga pada morfinis sebagai akibat penyuntikan sendiri.

 Meningitis
Gejala sama dengan meningitis TB atau karena bakteri lain

 Reaksi id (kandidid)
Reaksi ini terjadi karena adanya metabolit Candida. Klinisnya berupa vesikel – vesikel yang
bergerombol ,terdapat pada sela jari tanganatau bagian badan yang lain ,mirip dermatofitid. Di
tempat tersebut tidak adaelemen jamur. Bila lesi candidosis diobati , kandidid akan sembuh.
Jikadilakukan uji kulit dengan kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif
2.3 ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya infeksi Candida meliputi faktor endogen maupun eksogen,
antara lain :
1. Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
 Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
 Kegemukan, karena banyak keringat
 Debilitas
 Iatrogenik
 Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
 Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaanumum yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.

2. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Pada bayi
 Timbul bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
 Menimbulkan nyeri
 Infeksi mulut (peradangan).

2. Pada anak-anak dan dewasa


 Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut gusi danamandel (tonsil)
 Lesi menyerupai keju
 Nyeri
 Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
 Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut
 Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
 Kehilangan selera makan

2.5 PATOFISIOLOGI
Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai
saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur
akan berpoliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang
paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini
yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak
terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imunserta
penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immuno deficiency Sindrome (AIDS).
Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika
pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan
normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan
menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral
atau moniliasis.

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosa dari candidiasis biasanya berdasarkan dari gejala klinis yang ditimbulkan. Selain itu,
dapat dilakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.
1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%
atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan:
bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini
dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan
dalam suhu kamar atau lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like
colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada
corn meal agar.
2. Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanam bahan ke dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouroud, setelah itu dapat ditambahkan dengan antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Kemudian disimpan dalam suhu kamar 37ºC. Setelah 24-24 jam, koloni
akan tumbuh.
Identifikasi untuk Candida albicans dilakukan dengan membiakkannya pada corn meal agar.
Pada media ini, akan membentuk Chlamydoconidia dan pada serumnya akan membentuk germ
tube.
Germ tube test merupakan test yang dilakukan untuk membedakan Candida albicans
dengan candidia lainnya secara ekonomis dan efisien. 0,3 ml serum (bisa serum manusia, kelinci,
domba) dicampur dengan sel yeast. Lalu diinkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 2-3 jam.
Serum diambil dengan usa dan diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan deck glass. Bila
terbentuk germ tube maka kesimpulannya adalah Candida albicans. Germ tube merupakan
filament yang dibentuk oleh Blastoconidia dengan ciri khas tidak ada konstriksi pada perbatasan
antara Germ Tube dan Blastoconida.

2.7 PENATALAKSANAAN

Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang bervariasi, tergantung pada daerah mana
yang terkena dampak dari timbulnya Kandidiasis tersebut, seperti:
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang
paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan
pada mulut bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian
yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke
lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata
namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.
a. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi obat-obatan antifungal seperti
Nistatin dan clotrimazole. Untuk kasus-kasus yang lebih parah, ketoconazole atau flukonazol
dapat diminum sekali sehari.
b. Bila menderita candida esophagitis dapat di obati dengan ketoconazole, itraconazole (Sporanox)
atau flukonazol. Kandidiasis cornu dapat diobati dengan dengan antifungal powders dan krim.
c. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan menyebabkan infeksi dapat diobati
dengan obat antifungal seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, Nistatin, tioconazole dan
terconazole.

2.8 KOMPLIKASI PADA PENYAKIT CANDIDIASIS

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan
anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa


2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab ataukumur.

2.10 CARA PENULARAN

Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari
penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan
endogen.
2.11CARA PENCEGAHAN

Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
1. Pencegahan Pada bayi biasakan mencuci bersih dan mensterilkan botol/dot/pacifier yang
digunakan dan menyimpan pada tempat yang bersih dan kering.
2. Biasakan berkumur setelah memakai kortikosteroid inhaler
3. Rajin berkumur dan menggosok gigi
4. Rajin membersihkan gigi tiruan atau kawat gigi

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS PADA GANGGUAN


SISTEM INTEGUMEN ; CANDIDIASIS ORAL

A. PENGKAJIAN

1. SYSTEM KARDIOVASKULER
Tidak ada nyeri dada

2. SYSTEM PERNAFASAN
Respirasi normal, nadi normal

3. SYSTEM INTEGUMENT
Turgor tidak elastis, terasa gatal dan mukosa oral adanya lesi, pecah-pecah dan kemerahan pada
sudut mulut

4. SYSTEM MUSCULOSKELETAL
Badan terasa lemas dan sulit untuk bergerak karena kurang asupan nutrisi

5. SYSTEM PERSYARAFAN
Kadang-kadang nyeri pada bagian mulut atau bagian lain yang terinfeksi dan kesadaran penuh

6. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Perubahan pola tidur
Tanda :Tidur kurang, mata tampak mengantuk, sklera berwarna putih kemerahan, garis
Hitam dibawah mata

7. SIRKULASI
Tanda : Timbul bercak putih pada mulut dan kemerahan pada kulit yang terinfeksi
8. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak berdaya
Tanda : Ansietas, murung, menarik diri

9. MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat, Anorexia, Kehilangan nafsu
makan karena nyeri, Diindikasi kan infeksi sudah menyebar sampai esofagus sehingga terjadi
gangguan menelan pula.
Tanda : Porsi makan sedikit, penurunan berat badan, turgor kulit buruk.

10. KEAMANAN

Gejala : Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit / ulkus pada kulit, Riwayat
berulangnya infeksi jamur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa yang muncul pada penderita candidiasis yaitu :


1. Nyeri akut b.d proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan eksudat berwarna
putih
2. Hipertermi b.d suhu tubuh meningkat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan menurun
4. Kerusakan integritas mukosa oral b.d inflamasi
5. Gangguan rasa nyaman ( gatal-gatal ) berhubungan dengan infeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN /
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut b.d proses Setelah 
dilakukan Kaji nyeri 
secara Untuk mengetahui
infeksi yang tindakan keperawatan komprehensif baik
skala, nyeri yang dialami
menghasilkan 1x24 jam diharapkan frekuensi, lokasi dan durasinya klien secara
bentukan warna nyeri pada mukosa komprehensif
merah dan eksudat klien hilang.
 Untuk mengetahui
berwarna putih 
Dengan kriteria hasil Observasi respon non verbal
tingkat kenyamanan
klien mampu :
klien
 Mampu mengontrol
 Agar klien bias
nyeri
memahami dan
 
Mampu mengetahui Jelaskan mekanisme nyeri
mengetahui
factor penyebab nyeri yang terjadi
bagaimana nyeri bias
 Skala nyeri hilang
terjadi
 Ekspresi wajah rileks
 Untuk mengurangi
sensasi nyeri
 
Ajarkan tekhnik relaksasi dan Untuk mengobati
distraksi untuk mengurangi nyeri
rasa nyeri

 Mengurangi
 Kolaborasi dengan dokter
timbulnya nyeri
dalam pemberian obat
analgetik
 Kolaborasi dengan keluarga
dalam mengontrol factor
pemicu timbulnya nyeri seperti
pembatasan aktivitas
2 Hipertermi b.d suhu Setelah 
dilakukan 
Kaji ttv klien terutama suhu Mengetahui keadaan
tubuh meningkat tindakankeperawatan tubuh klien umum klien
1x24 jam diharapkan
 Dengan
suhu tubuh klien
 Berikan kompres hangat di menghangatkan
kembali normal.
sekitar lipatan misalnya ketiak seluruh permukaan
Dengan kriteria hasil
dan lipatan paha kulit, terjadi
klien mampu :
pelebaran pembuluh
 Suhu tubuh kembali
darah disekitar kulit
normal
sehingga aliran
 Tidak ada perubahan
darah bertambah dan
kulit
panas tubuh makin
 Tidak ada pusing
cepat dibuang
keudara
 Menjaga kecukupan
cairan dalam tubuh
dan mencegah
 Beri minum air putih atau susu
timbulnya panas
< dari 1000 cc/hr
lebih tinggi
 Pakaian tipis
membantu
mengurangi
penguapan tubuh
 
Anjurkan keluarga untuk tidak Membantu
memakaikan selimut dan menurunkan demam
pakaian tebal kepada klien klien

 Kolaborasi pemberian obat


anti mikroba dan antipiretik
3 Perubahan nutrisi Setelah 
dilakukan Kaji pola nutrisi klien  Mengetahui pola
kurang dari tindakan keperawatan nutrisi klien
kebutuhan tubuh b.d 1x24 jam diharapkan  Memberikan nutrisi
nafsu makan status nutrisi klien
 Beri nutrisi dalam keadaan yang adekuat
menurun membaik.
lunak, porsi sedikit tapi sering Mencegah
Dengan kriteria hasil
 Hindari makanan dan obat- kerusakan integritas
klien mampu :
pada mukosa mulut
obatan yang dapat
 Mampu
menimbulkan reaksi alergi
mengidentifikasi
 Perkembangan
pada rongga mulut
kebutuhan nutrisi
nutrisi klien sangat
 
Adanya peningkatan Anjurkan keluarga untuk
penting diperlukan
berat badan sesuai melaporkan tentang
untuk intervensi
dengan tujuan perkembangan nutrisi klien
selanjutnya
 Tidak ada tanda
 Membantu klien
malnutrisi
untuk memenuhi
  Kolaborasi pemasangan NGT
Menunjukan
kebutuhan nutrisi
peningkatan fungsi jika tidak dapat makan dan
pengecapan dari minum peroral
menelan

4 Kerusakan integritas Setelah 


dilakukan 
kaji kerusakaan lesi mukosa mengetahui derajat
mukosa oral b.d tindakan keperawatan oral kerusakan
inflamasi 1x24 jam diharapkan  mengurangi
kerusakan 
integritas berikan kebersihan pada alat- kerusakan integritas
mukosa oral teratasi alat yang digunakan klien mukosa
Dengan kriteria hasil
 meminimalkan
klien mampu :  ajarkan oral hygine yang baik
tumbuhnya jamur
 Mukosa oral kembali
disekitar rongga
normal
mulut
 
Tidak bengkak dan kolaborasi pemberian anti
 obat antifungi dapat
hiperemi jamur seperti nystatin
meminimalkan
 Lesi berkurang dan
penyebaran jamur
berangsur sembuh
penimbul lesi
 Membrane mukosa
oral lembab
5 Gangguan rasa Setelah 
dilakukan kaji rasa gatal klien  Mengetahui rasa
nyaman ( gatal-gatal tindakan keperawatan gatal yang dialami
) berhubungan 1x24 jam diharapkan klien
dengan infeksi 
klien tidak gatal-gatal 
jelaskan kepada klien gejala Dengan mengetahui
lagi. gatal berhubungan dengan fisiologis dan
Dengan kriteria hasil penyebabnya
psikologis dan
klien mampu :
prinsip gatal serta
 klien menunjukan penangannya akan
berkurangnya rasa meningkatkan rasa
gatal-gatal kooperatif
 tidak ada lecet akibat
 Untuk menghindari
garukan
terjadi komplikasi
 klien tidur nyenyak

tanpa terganggu rasa anjurkan kepada klien untuk
 Mukosa yang bersih
gatal tidak menggaruk mukosa nya mengurangi rasa
gatal
 kolaborasi dengan keluarga
untu tetap menjaga kebersihan
mukos klien

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari
penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan
endogen.
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan
anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

3.2 SARAN

Dengan kita mengetahui apa itu candidiasis dan bagaimana asuhan keperawatan secara
teoritis pada pasien penderita candidiasis sehingga kita bisa mengaplikasikan nya, dan bisa
menambah wawasan kita tentang candidiasis

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, huda. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis & nic-noc. Edisi revisi 2015,
penerbit mediaction : Jakarta

Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17, Cetakan II, Penerbit CV.
Infomedika, Jakarta, 2006

Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Louise B. Hauley. 2003.Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta : Hipokrates
Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35555-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-
Askep%20Candidiasis.html
LATAR BELAKANG
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang
paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal,
dan sebagainya.

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat
sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-
65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS

Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.

3. DEFINISI
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam (Wong :
1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan
mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral candidiasis atau
moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian
makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif
(Nelson, 1994: 638)
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan
susu formula (Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal
pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat.
Oral trush ini juga harus denagn stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada
membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau
minum (M. Scharin, 1994: 448).

4. ETIOLOGI
Oral thrush dan infeksi Candida lainnya dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah oleh karena penyakit atau obat-obatan seperti prednison, atau ketika antibiotik
mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme dalam tubuh.

Biasanya sistem kekebalan tubuh bekerja untuk mengusir invasi organisme berbahaya, seperti
virus, bakteri dan jamur, sambil mempertahankan keseimbangan antara mikroba "baik" dan
"buruk" yang biasanya menghuni tubuh.

Tetapi kadang-kadang mekanisme pelindung gagal, sehingga dapat


memungkinkan infeksi oral thrush terus berlanjut.

Penyakit-penyakit yang dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi kandidiasis mulut
(oral trush), antara lain:

1. HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat
menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan
berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.

2. Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh
karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi.
Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti
oral thrush

3. Diabetes mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan candida.

4. Infeksi jamur vagina


Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis
mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat
menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.

5. GEJALA KLINIS
1. Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush. Tergantung pada penyebab,
tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala
tersebut, antara lain:

a. Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan amandel (tonsil)
b. Lesi menyerupai keju
c. Nyeri
d. Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e. Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi tiruan)
f. Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
g. Kehilangan selera makan

Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan esofagus (Candida
esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa
seolah-olah makanan terjebak di tenggorokan.

2. Pada bayi dan ibu menyusui


Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan makan atau rewel
dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi tersebut kepada ibu mereka selama menyusui.
Wanita yang payudaranya terinfeksi candida mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala, antara
lain:

a. Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal


b. Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting (areola)
c. Puting terasa sakit saat menyusui
d. Sakit yang tajam jauh di dalam payudara

6. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp.
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan
mikotoksin –diantaranya gliotoksin– yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan
menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi
tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
b. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
c. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
d. Diagnosa pasti dengan biopsi
8. PENATALAKSANAAN
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap
pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya
agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush
sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan
berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati
dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya
mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
 Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum
menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak
menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

 Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi.
Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.

 Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses
penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.

 Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak
juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah,
pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si
kecil kembali mengalami trauma di lidah.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan,
lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
9. PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada kandida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk
mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: Penyakit tersebut tidak begitu bahaya. Ada obat-
obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut. Ragi dapat menjadi kebal (resistan)
terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART)
adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.

10. EPIDEMIOLOGI
Kolonisasi candida oral telah dilaporkan berkisar dari sekitar 40% sampai 70% dari anak yang
sehat dan dewasa, dengan tingkat lebih tinggi diamati antara anak-anak dengan gigi karies dan
orang dewasa yang lebih tua memakai gigi palsu. Candida kereta tingkat telah terbukti juga
meningkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes, dan infeksi HIV. kolonisasi Candida dapat
menyebabkan infeksi oportunistik mukosa serta disebarluaskan dan multi-sistem keterlibatan
organ dalam immunocompromised orang.Tingkat infeksi telah dilaporkan sebagai 50% selama
kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada infeksi HIV.
Agen antijamur yang sering digunakan selama radiasi dan kemoterapi untuk mencegah infeksi
oportunistik di antara pasien di bawah perawatan untuk kanker. Selain itu, pengenalan yang
sangat aktif anti-retroviral telah menyebabkan penurunan kejadian kandidiasis oral dan dalam
kasus penyakit refrakter antara orang yang terinfeksi HIV. Efek menguntungkan dari ARV
mungkin melalui efeknya pada pemulihan kekebalan dan kolonisasi orofaringeal lebih rendah
dari spesies Candida atau efek penghambatan langsung pada organisme ragi.

11. KOMPLIKASI
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral
thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
12. ASKEP

3.1 Pengkajian
Anamnesa
Identitas Anak
Nama : An. N
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 15 Desember 2010
Alamat : Surabaya
Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. R
Nama Ibu : Ny. P
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu : S.1
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama
Anak N menangis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut dan tubuhnya yang
panas).
Riwayat penyakit saat ini
Anak N menangis terus sejak kemarin, suhu tubuhnya meningkat, pada mulut terdapat bercak
putih serta tidak mau minum ASI.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Anak N tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : Toileting : anak lebih sering mengompol
Psikososial : Anak sering menangis dan sulit bicara
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Suhu : 38,5oC
Nadi : 110x/menit
RR : 30 x/menit
Tekanan darah : 99/65 mmHg
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau minum ASI.
B6 (bone) : normal
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : anak menangis Kandidasis Hipertermi
DO: T : 38,5oC
Proses infeksi

pelepasan medaitor inflamasi:


bradikinin, histamine, dan
prostatglandin

Suhu tubuh meningkat

DS : anak menangis DO: Kandidiasis Nyeri akut


timbul bercak putih pada
mulut, timbul bercak Timbul bercak putih
kemerahan mengandung
eksudat Menggumpal menutup
permukaan lidah
Gejala semakin memberat

Timbul bercak kemerahan dan


mengandung eksudat

DS: anak menangis DO: Kandidiasis Perubahan nutrisi kurang


Anak tidak mau minum dari kebutuhan
ASI, BB turun dari 12 Nyeri pada mulut
kg menjadi 10 kg, porsi
makan selalu tidak habis Tidak nafsu makan

Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna merah dan
mengandung eksudat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : -Anak tidak menangis
-Suhu tubuh normal : 36,5-37,5oC
Intervensi Rasional
Berikan kompres dingin di sekitar Di ketiak dan lipatan paha terdapat
lipatan misalnya ketiak, lipatan paha banyak pembuluh darah besar.
Hipertermi mengalami vasodilatasi
sehingga harus diberi kompres dingin
agar terjadi vasokonstriksi
Beri anak banyak minum air putih atau Peningkatan suhu tubuh
susu lebih dari 1000 cc/hari mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
Suhu ruangan harus diubah untuk
Ciptakan suasana yang nyaman (atur mempertahankan suhu mendekati
ventilasi) normal
Pakaian tipis membantu mengurangi
Anjurkan keluarga untuk tidak penguapan tubuh
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak Digunakan untuk mengurangi demam
Kolaborasi : pemberian obat anti dengan aksi sentralnya pada
mikroba, antipiretik pemberian cairan hipotalamus, meskipun demam
parenteral mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme
dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel yang terinfeksi
Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan anak setelah
Evaluasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, dilakukan tindakan keperawatan
pernafasan) setiap 3 jam

Diagnosa : Nyeri akut yang berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan
berwarna merah dan mengandung eksudat
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil: Anak tidak menangis, anak tampak rileks
Intervensi Rasional
Anjurkan ibu untuk menggendong dan Anak akan merasa nyaman dalam
menenangkan si anak misalnya dekapan ibunya
mengelus-elus kepalanya
Ajarkan teknik distraksi pada orang tua Mengalihkan perhatian anak
misalnya dengan memberikan anak terhadap nyeri
mainan
Beri analgesik sesuai indikasi Menghilangkan/mengurangi nyeri
Evaluasi status nyeri, catat lokasi, Memastikan kondisi anak setelah
karakteristik, frekuensi, waktu dan dilakukan tindakan keperawatan
beratnya (skala 0-10)
Diagnosa : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
Tujuan : Nafsu makan anak kembali normal
Kriteria hasil : -Anak mau minum ASI
-Anak tidak menangis
-Nutrisi terpenuhi 1000 kkal
Intervensi Rasional
Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi
1. Memberikan nutrisi yang adekuat
sedikit tapi sering 2. Mencegah kerusakan integritas pada mukosa
Menghindari makanan dan obat-obatan mulut
atau zat yang dapat menimbulkan reaksi
3. ASI merupakan nutrisi untuk anak dan dapat
alergi pada rongga mulut meningkatkan sistem imun anak
Anjurkan pada ibu untuk terus berusaha
4. Membantu klien untuk memenuhi nutrisi enteral
memberikan ASI untuk anak
Kolaborasi pemasangan NGT jika anak
tidak dapat makan dan minum peroral

13. ASPEK LEGAL ETIS


• Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara
holistik.

• Non Maleficence (do no harm)


Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya.
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

• Beneficence (do good)


Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan
baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.

• Justice (perlakuan adil)


Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.

• Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu
berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.

14. PENDKES

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Tema : Penyakit oral thrush


Sub Tema : Perawatan oral thrush
Sasaran : Ny. E
Tempat : Bangsal Di rumah sakit
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Oktober 2011
Waktu : 20 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. E dapat menjelaskan oral thrush.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat:
 Menjelaskan pengertian penyakit oral thrush dengan benar
 Menjelaskan patofisiologi oral thrush
 Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit oral thrush
 Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit oral thrush
 Menjelaskan penatalaksanaan oral thrust
C. Materi
1. Pengertian oral thrush
2. Patofisiologi penyakit oral thrush
3. Faktor penyebab dari oral thrush
4. Tanda/gejala penyakit oral thrush
5. Penatalaksanaan penyakit oral thrush

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pembukaan  Salam pembuka  Menjawab salam


 Menyampaikan tujuan  Menyimak,
5 Menit
penyuluhan Mendengarkan, menjawab
pertanyaan
2. Kerja/ isi  Penjelasan pengertian,  Mendengarkan dengan
penyebab, gejala, penuh perhatian
penatalaksanaan dan  Menanyakan hal-hal yang
patofisiologi penyakit oral belum jelas
thrush  Memperhatikan jawaban 10 menit
 Memberi kesempatan dari penceramah
peserta untuk bertanya  Menjawab pertanyaan
 Menjawab pertanyaan
 Evaluasi

 Menyimpulkan  Mendengarkan
3. Penutup 5 Menit
 Salam penutup  Menjawab salam
F. Media
1. Leaflet : Tentang penyakit oral thrush
2. Poster tentang penyakit oral thrush

G. Sumber/Referensi
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

H. Evaluasi
Formatif :
 Klien dapat menjelaskan pengertian oral thrush
 Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit oral thrush
 Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit oral thrush
 Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan oral thrush

Sumatif :
 Klien dapat memahami penyakit oral thrush

Yogyakarta, Rabu 13 Oktober 2011


` Penyuluh

(Windayona Hadi Prasetya)


15. JURNAL

Title:Growth of Candida albicans hyphae


Author(s):Peter E. Sudbery
Source:Nature Reviews Microbiology. 9.10 (Oct. 2011): p737. From Gale Education, Religion
and Humanities Lite Package.
Document Type:Report
DOI:http://dx.doi.org/10.1038/nrmicro2636
Abstract:
The fungus Candida albicans is often a benign member of the mucosal flora; however, it
commonly causes mucosal disease with substantial morbidity and in vulnerable patients it causes
life-threatening bloodstream infections. A striking feature of its biology is its ability to grow in
yeast, pseudohyphal and hyphal forms. The hyphal form has an important role in causing disease
by invading epithelial cells and causing tissue damage. This Review describes our current
understanding of the network of signal transduction pathways that monitors environmental cues
to activate a programme of hypha-specific gene transcription, and the molecular processes that
drive the highly polarized growth of hyphae.
Full Text:
Candida albicans is a commensal fungus that is frequently a benign member of the skin and
mucosal flora. However, C. albicans can cause disease of mucosal membranes (1,2).
Vulvovaginal candidiasis is commonplace and may affect up to 75% of women at least once in
their lifetime (3). A small subset of women (5-10%) experience chronic recurrent episodes that
substantially affect their quality of life. Patients with AIDS are prone to oral and
oesophageal candidiasis and such infections are also commonly associated with oral cancers,
the use of dentures and terminally ill patients who fail to produce sufficient saliva (2). Patients
suffering from burns and newborn (especially premature) babies are also subject to C. albicans
skin infections. In vulnerable groups of patients and frail patients in intensive care units, C.
albicans can cause a bloodstream infection known as candidaemia, which can develop into
disseminated candidiasis when the infection spreads to internal organs (4). Candidaemia and
disseminated candidiasis are extremely serious medical conditions with mortality rates
documented in different surveys of between 30-50%; some surveys have found them to be the
second most common cause of death from nosocomial infections (5-8).
A striking feature of C. albicans is its ability to grow either as a unicellular budding yeast or in
filamentous pseudohyphal and hyphal forms (9,10) (FIG. 1). Pseudohyphae are morphologically
distinguishable from hyphae because pseudohyphae have constrictions at the sites of septation
and are wider than hyphae. By contrast, hyphae form long tube-like filaments with completely
parallel sides and no constrictions at the site of septation (FIG. 1). As discussed later, there are
also fundamental differences between hyphae and pseudohyphae in their cell cycle organization
and mechanisms of polarized growth. The morphological plasticity of C. albicans is a virulence
determinant, as the hyphal form has key roles in the infection process (BOX 1). During mucosal
infections, the hyphal forms invade epithelial and endothelial cells and cause damage, probably
through the release of hydrolytic enzymes (11-14). Access to the bloodstream to establish
candidaemia requires penetration of mucosal barriers, whereas infection of internal organs
requires penetration of endothelia. In vitro studies with both reconstituted epithelia and
endothelia show that it is specifically the hyphal form that is invasive (11). In addition, biopsy
samples from patients with mucosal infection show that only hyphal forms are found in epithelial
cells (15). Furthermore, when yeast cells are engulfed by macrophages they escape by switching
to the hyphal form (16). Despite these documented roles of hyphae during infection, whether the
hyphal form is necessary for virulence is still controversial (BOX 2).
In the past 10 years, important technical advances have facilitated the investigation of the cell
and molecular biology of hyphal induction and growth, and of hyphal interactions with the
human host. These advances include the availability of genomic and transcriptomic sequence
data, improvements in the genetic toolbox (reviewed in REF. 17) and advances in live cell
imaging. Our understanding has been enhanced by studies in model fungal organisms such as the
budding yeast Saccharomyces cerevisiae and filamentous species such as Neurospora crassa and
Aspergillus nidulans. This Review describes how these studies are providing increasing
information about the signal transduction pathways that induce hyphal growth, the molecular and
cell biology of hyphal growth itself, the role of hyphal growth during the infection process and
the way that the host responds to such infections.
Controlling hyphal gene transcription
Environmental cues inducing hyphal growth. C. albicans is exquisitely adapted to growth in its
human host and forms hyphae under a range of environmental conditions that reflect the
diversity of the microenvironments that it encounters in the host. For instance, hyphae form in
response to the presence of serum (18), neutral pH (19), 5% C[O.sub.2] (the partial pressure of
C[O.sub.2] in the bloodstream)20, N-acetyl-D-glucosamine (GlcNAc) (21) and growth in an
embedded matrix or in microaerophilic conditions under a coverslip in strains lacking the
transcriptional regulator enhanced filamentous growth protein 1 (Efg1) (22,23). In addition,
hyphal growth is often induced in synthetic growth media such as Lee's medium (which contains
a mixture of amino acids) (24), Spider medium (a semi-synthetic medium based on mannitol as a
carbon source)25 and mammalian tissue culture media such as M199. Generally, hyphal growth
requires a temperature of 37 [degrees]C; an exception is filamentation in an embedded matrix
and hypoxic growth, which occurs at 25 [degrees]C. The serum and 37 [degrees]C combination
generates a powerful and robust signal for germ tube formation from yeast cells and forms the
basis for a classic diagnostic test for the presence C. albicans in medical microbiology.

Source Citation
Sudbery, Peter E. "Growth of Candida albicans hyphae." Nature Reviews Microbiology 9.10
(2011): 737+. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Web. 23 Nov. 2011.
Document URL
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA268651930&v=2.1&u=kpt05106&it=r&p=GPS
&sw=w

Gale Document Number: GALE|A268651930


DAFTAR PUSTAKA
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
e. http://go.galegroup.com/ps/retrieve.do?sgHitCountType=None&sort=DA-
SORT&inPS=true&prodId=GPS&userGroupName=kpt05106&tabID=T002&searchId=R2&resu
ltListType=RESULT_LIST&contentSegment=&searchType=BasicSearchForm&currentPosition
=1&contentSet=GALE%7CA268651930&&docId=GALE|A268651930&docType=GALE&role
=SP01
f. www.pisangkipas.wordpress.com
g. www.softdental.com/.../Oral_Candidiasis

ASUHAN KEPERAWATAN Ca. LIDAH

1. Pengertian :

Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadididasar mulut, kadang-kadang meluas kearah
lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde,1999).

1. Etiologi
2. Faktor herediter.
3. Faktor non herediter:

1) Faktor fisik (sinar ultraviolet).

2) Faktor biologik (Virus, parasit, bakteri).

3) Faktor karsinogenik
III.Klasifikasi Tumor :

1 Tumor Primer (T)

1. TIS : Karsinoma in Situ


2. T1 : Tumor kurang dari 2 Cm.
3. T2 : Tumor lebih dari 2 Cm
4. T3 : Tumor lebih dari 4 Cm.
5. T4 : Perluasan berat disekelilingnya.

2. Pembesaran Kelejnjar Limfe (N) :

1. No : Tidak teraba kelenjar limfe


2. N1 : Kelenjar limfe homolateral tidak terfiksasi
3. N2 : Kelenjar limfe bilateral atau kontraleteral tidak terfiksasi
4. N3 : Kelenjar limfe terfiksasi
5. N4 : Pembesaran kelenjar limfe tidak dapat dikaji karena perluasan yang berat.

3. Metastase (M)

1. Mo : Tidak terdapat metastase


2. M1 : Metastase ke kenjar limfe dan daerah disekitarnya.
3. M2 : Metasyase dengan perluasan, sulit untuk dideteksi.

1. Patobiologis

Faktor herediter / Karsinogenik

Tumor jinak/Tumor ganas


Tumbuh terus menerus

Medesak/merusak sel normal Nyeri

Pertumbuhan sel terganggu dan suplai nutrisi sel terganggu

Sel-sel mengalami nekrosis

Pertumbuhan sel-sel ganas bertambah dan meluas invasi kejaringan lain

Gangguan metabolisme oksigen, nutrisi

Asam laktat meningkat, Ph menurun

Produksi zat kimia meningkat ( Bradikinin,Histamin, enzim proteolitik) timbul nyeri


Hypopise mengeluarkan ACTH mempengaruhi kelenjar adrenal produksi cortisol meningkat

Mempengaruhi imunosupresor sehingga kekebalan menurun

(Resiko tinggi terjadi infeksi)

1. Diagnostik

1. Rongen Foto
2. Pemeriksaan histopatologik
3. Biopsi
4. Terapi pembedahan

1. Penatalaksanaan

1. Karsinoma lidah yangkecil ( T1-T2 ) dapat disembuhkan


2. Untuk Karsinoma lidah yang sudah besar (T3-T4) ditambahnya metastasetulang dan
kelenjar leher dipilih terapi kombinasi yaitu radioterapi dan pembedahan).

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data Subjektif :

a) Pembekakan

b) Nyeri pada lidah

c) Warna putih/merah pada lidah.

d) Nyeri yang menyebar keleher,rahang atau telinga.

e) Pembekakan kelenjar dileher

f) Rasa nyeri dan terganjal waktu menelan


g) Terjadi penrunan BB

h) Produksi kelenjar ludah meningkat

i) Suara bicara tidak jelas

Data Objektif :

a). Anaemi, hipoalbumin,hiponatremia,hiperkalsemia,

b) terdapat ulkus pada lidahPembekakan pada kelenjar leher

1. Diagnosa yangmungkin timbul :

ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


S : Kesulitan menelan Massa tumor dirongga mulut Resiko tinggi kurang
nutrisi dari kebutuhan
O : Ada massa tumor tubuh
pada lidah
Intake nutrisi kurang
Air liur banyak
S:– Mobilitas lidah menurun Gangguan komunikasi
verbal
O : Suara bicara tidak
jelas
Pengaturan vokal tidak
berfungsi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/kriteria Tindakan Rasional


1 Resiko tinggi Resti tidak Kaji makanan Memberikan dorongan
kurang nutrisi terjadi kesukaan pasien supaya pasien mau
dari
kebutuhan Kriteria : makan
tubuh b/d ada
massa tumor Porsi makan Berikan makanan Memudahkan pasien
pada rongga dihabiskan dalam bentuk cair menelan secara
mulut sedikit-sedikit

Menilai pemenuhan
Berat badan Kaji porsi makan yang kebutuhan gizi tubuh
dihabiskan
stabil

Evaluasi
Timbang berat badan perkembangan kes.
2 Gangguan Komunikasi Ajak bicara pelan- Fungsi mobilitas lidah
komunikasi verbal tidak pelan teratur.
verbal terganggu

Kriteria :

Suara /vokal
jelas.

Tentang iklan-iklan ini

Share this:

 Twitter
 Facebook

Terkait

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFFUSI PLEURA MALIGNA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN Tumor adneksa

About asuhankeperawatanhaerilanwar
bekerja di rs dr wahidin sudirohusodo makassar
View all posts by asuhankeperawatanhaerilanwar →
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

1.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER LIDAH


Mata Kuliah : Sistem Sensori Persepsi
Disusun Oleh:
AINUN NAJIB FEBRIYA RAHMAN I31112041
ANGGI CLAUDYA FITRAH I31112092
AYU MALLYA I31112042
CATHARINE FRISTY BLAISE I31112062
DEWI OKTAVIA I31112040
DIAH YULINA NASUTION I31112039
ELSA PERNANDA UTARI I31112093
ERY SANDI I31112023
FETRISELI GESTIA I31112066
IVO TOMY POMPANG I31112064
JOKO PRIYONO I31112091
REZA FINALDIANSYAH I31112038
TARIDA CRISTINA PASARIBU I31112065
YOSEPHA 131112100
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014/2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Kanker Lidah
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur
mata kuliah Sistem Sensori Persepsi Tahun Akademik 2014/2015 di Fakultas Kedokteran,
Universitas Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :
1. Ns. Murtilita. S.Kep. selaku dosen mata kuliah Sistem Sensori Persepsi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura,
2. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tak langsung.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini.
Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnan makalah berikutnya. Penulis
harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki
nilai ilmu pengetahuan.
Pontianak, November 2014
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
1...........................................................................................................Latar belakang
....................................................................................................................................1
2......................................................................................................Rumusan Masalah
....................................................................................................................................1
3.........................................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
A......................................................................................................................Definisi
....................................................................................................................................3
B.....................................................................................Anatomi dan Fisiologi Lidah
....................................................................................................................................4
C......................................................................................................................Etiologi
....................................................................................................................................6
D......................................................................Klasifikasi dan Stadium Kanker Lidah
....................................................................................................................................7
E.................................................................................................................Manifestasi
....................................................................................................................................9
F...............................................................................................................Patofisiologi
..................................................................................................................................11
G.....................................................................................................................Pathway
..................................................................................................................................13
H.............................................................................................Pemeriksaan Penunjang
..................................................................................................................................17
I..........................................................................................................Penatalaksanaan
..................................................................................................................................20
3
J.................................................................................................................Pencegahan
..................................................................................................................................21
K..................................................................................................Asuhan keperawatan
..................................................................................................................................21
BAB III.................................................................................................................................42
A................................................................................................................Kesimpulan
..................................................................................................................................42
Daftar Pustaka......................................................................................................................43
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang-
kadang meluas ke arah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas.
Telah banyak orang menderita penyakit perikarditis ini. Menurut 3,7% warga
dunia telah menderita penyakit perikarditis, sekitar 0,5% penderitanya sudah
meninggal. Sedangkan dindonesia sendiri, diperkirakan sekitar 2,8% warga indonesia
telah menderita penyakit ca lidah ini, diperkirakan 1,2% penderitanya sudah
meninggal.
Penyakit ca lidah ini penyebabnya bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti faktor luar, heriditer maupun non heriditer. Faktor luar meliputi rokok,
alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik
seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang ditularkan
melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Pada orang yang menderita penyakit ca lidah dapat disembuhkan apabila
peradangannya belum meluas. Crania adalah dapat kita lakukan dengan memberikan
terapi seperti radioterapi. Selain itu, kita juga dapat memberikan obat yang berguna
untuk mengurangi peradangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kanker lidah?
2. Apa etiologi terjadinya kanker lidah?
3. Apa saja klasifikasi dan Stadium Kanker Lidah?
4. Bagaimana manifestasi klinis terjadinya kanker lidah?
5. Bagaimana patofisiologi pada kanker lidah?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kanker lidah?
7. Apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah?
5
8. Apa saja pencegahan terjadinya kanker lidah?
9. Bagaimana asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah?
C. Tujuan
1. Mengetahui defini kanker lidah
2. Memahami etiologi terjadinya kaker lidah
3. Memahami Klasifikasi dan Stadium Kanker lidah
4. Memahami manifestasi klinis terjadinya kanker lidah
5. Mengetahui patofisiologi pada kanker lidah
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada kanker lidah
7. Memahami apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah
8. Memahami pencegahan terjadinya kanker lidah
9. Memahami asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kanker atau tumor ganas adalah proses penyakit yang bermula ketika sel
abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel abnormal ini membentuk
klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal pengatur
pertumbuhan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap di mana sel mendapatkan
ciri-ciri invasive, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-
pembuluh darah, melalui pembuluh tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam
tubuh untuk membentuk metastase pada bagian tubuh yang lain.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumur ganas yang berasal dari sel-sel
epitel skuamosa yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan biasanya
menimbulkan metastase. Karsinoma Sel Skuamosa merupakan kanker yang sering
terjadi pada rongga mulut yang secara klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi,
tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan. Lokasi kanker dapat terjadi pada semua
tempat di rongga mulut, antara lain mukosa bukal, Processus alveolar dan gingiva
rahang atas, Processus alveolar dan gingiva rahang bawah, palatum durum, lidah, dan
dasar mulut.
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi dasar mulut, kadang-kadang
meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de
Velde,1999).
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk sel epitel gepeng berlapis (squamous cell
carcinoma). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping
itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen. Kanker lidah
merupakan salah satu tipe kanker mulut (oral cancer). Kanker lidah adalah tumor
ganas yang terjadi pada lidah ketika pertumbuhan sel-sel lidah menjadi tak terkendali.
Kanker lidah berkembang dari sel-sel skuamosa. Sel-sel lidah normal yang tadinya
7
tumbuh dan membelah secara teratur dan terkontrol menjadi tidak terkendali sehingga
akan terus tumbuh dan membelah, maka terbentuklah massa jaringan yang abnormal.
Karsinoma sel skuamosa pada lidah merupakan tumor ganas yang berasal dari
mukosa epitel rongga mulut dan sebagian besar merupakan jenis karsinoma
epidermoid. Karsinoma sel skuamosa pada lidah terjadi karena akumulasi mutasi
genetik pada sel epitel lidah. Perubahan ini dapat disebabkan oleh paparan mutagen,
penurunan kondisi tubuh serta iritasi kronis. Tembakau menghasilkan karsinogen
kimia yang mempengaruhi metabolisme sel. Paparan karsinogen yang berlangsung
terus menerus dapat menyebabkan perusakan genetik sel skuamosa hingga terbentuk
kanker.
Jadi dapat disimpulkan kanker lidah adalah suatu kanker yang terjadi pada
permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
B. Anatomi Fisiologi Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam
produksi wicara.
a. Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringsn diluar
lidah serta berfungsi dalam pergerakan lidah secara keseluruhan.
b. Otot-otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap
keberbagai arah untuk membentuk sudut satu sama lain. Ini memberikan
mobilitas yang besar pada lidah.
c. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada
permukaan dorsal lidah. Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah
menjadi kasar.
 Papila fungiformis dan papila sirkumvalata memiliki kuncup-
kuncup pengecap.
 Sekresi berair dari kelenjar Von Ebner, terletak di otot lidah,
bercampur dengan makanan pada permukaan lidah dan membantu
pengecapan rasa.
8
d. tonsil-tonsil lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga
bagian belakang lidah (Sloane, 2003).
Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni :
1. Apek linguae (ujung lidah)
2. Corpus linguae (badan lidah)
3. Radix linguae (akar lidah)
a) Struktur-struktur Superficial Dari Lidah
Membran mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah, dipinggir
kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-kecil disebut
dengan papillae. Dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup pengecap
sehingga kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam yaitu:
papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae circumvallatae dan papillae
foliatae.
Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat
licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini
mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat papillae. Dasar
mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut yang insertionya
disebelah dalam mandibula. Disebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar-
kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.
b) Otot-otot Pada Lidah
otot-otot ekstrinsik melekatkan lidah ke bagian eksternal yaitu hioglosus,
genioglosus, palatoglosus, pharingoglosus dan stiloglusus. Otot-otot intrinsik ini
berjalan vertikal, transversal dan longirudinal. Dengan struktur otot ekstrinsik
dan intrinsik memungkinkan lidah untuk bergerak lincah (Suyatno, 2010)
9
c) Persarafan Pada Lidah
Otot-otot lidah di inervasi oleh nervus hipoglosus (N.XII). Sensasi untuk
perabaan (touch sensation) dari lidah 2/3 depan dibawah oleh N. Trigeminus (N.
V cabang lingualis) dan dari 1/3 belakang lidah dibawah olhe N
Glosopharingeus (N. IX). Sensasi untuk pengecapan (taste sensation) dari 2/3
depan dibawah oleh N. Fasialis (VII) dan dari 1/3 belakang lidah melalui N.
Glosopharingeus. Vaskularisasi lidah terutama disediakan oleh arteri
lingualis(Suyatno, 2010).
d) Aliran Limfa Pada Lidah
Aliran limfa disini penting oleh karena berhubungan dengan penyebaran
dini carcinoma lidah.Penyaluran limfe melalui lingua terjadi melalui 4 jalur :
 Limfe dari bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke cervikalis profunda
superior dikedua sisi.
 Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke
cervicalis profunda inferior.
 Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke submandibularis
 Limfe dari ujung lingua disalurkan ke submentalis
C. Etiologi
Penyebab kanker lidah belum diketahui secara pasti. Akan tetapi ada beberapa
faktor yang diduga menjadi pemicunya antara lan:
1. Merokok
2. Alkohol
3. Infeksi kronis
4. Trauma kronis pada gigi yang tajam sehingga menimbulkan trauma
pada lidah
5. pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai
6. kebersihan mulut yang buruk
Selain itu ada juga faktor yang lain menyebabkan kanker lidah terjadi, yaitu:
a. Faktor herediter (Usia, Jenis Kelamin, Genetik, riwayat keluarga)
10
b. Faktor non herediter.
Faktor non herediter karsinoma lidah terdiri dari:
1.Faktor fisik (sinar ultraviolet)
2. Faktor biologis( virus papiloma yang ditularkan melalui
hubngan suami istri, hepatitis, parasit dan bakteri)
Sejumlah besar penyebab kanker ganas lidah, tetapi berdasarkan para ahli belum ada
pernyataan yang dapat dibuat secara tegas. Namun ada beberapa dugaan bahwa
kanker ganas lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa gangguan tertentu
atau penyakit tertentu. Beberapa penelitian didapat bahwa penyakit sypilis, baik pada
kasus aktif ata sekurang-kurangnya telah ada riwayat penyakit syphilis sebe;umnya,
sering dijumpai bersama-sama dengan kanker ganas lidah.
D. Klasifikasi dan Stadium Kanker Lidah
 Klasifikasi
Sistem yang dipakai untuk klasifikasi karsinoma sel skuamosa adalah Klasifikasi
TMN dari America Joint Committe for Cancer and End Result Reporting.
T - Tumor Primer:
Tls : Karsinoma in situ
Tl : Besar tumor 2 cm atau kurang.
T2 : Besar tumor lebih dari 2 cm atau 4 cm.
T3 : Besar tumor lebih dari 4cm.
N - Metastase kelenjar :
N0 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe tidak teraba dan subjek
tidak ada metastase.
N1 : Secara klinis pada palpasi teraba kelenjar limfe servikal homo-
lateral dan tidak melekat, saspek terjadi metastase.
N2 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe servikal kontra- lateral atau
bilateral dapat teraba dan tidak melekat, subjek terjadi metastase.
N3 : Secara klinis limf nod teraba dan melekat, suspek terjadi metastase.
11
M – Metastase jarak jauh :
M0 : Tidak ada metastase
M1 : Tanda-tanda klinis dan radio-grafis dijumpai adanya metastase
melewati kelenjar limfe servikal.
 Stadium kanker lidah:
Stadium l : T1 N0 M0
Stadium 2 : T2 N0 M0
Stadium 3 : T3 N0 M0
: T1 N1 M0
: T2 N1 M0
: T3 N1 M0
Stadium 4 : T1 N2 M0 T1 N3 M0
: T2 N2 M0 T2 N3 M0
: T3 N2 M0 T3 N3 M0
Atau setiap T atau N dengan M1
WHO mengklasifikasikan SCC secara histologis menjadi:
1. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana
sel-sel basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin
(keratin pearl) (Gambar 7)
2. Moderate diffirentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di
mana sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi,
membentuk keratin (Gambar 8)
3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di
mana seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga
sel sulit dikenali lagi (Gambar 9)
12
Gambar 7: Histopatologis SCC well differentiated. Terlihat proliferasi sel-sel
Skuamosa disertai pembentukan keratin (keratin pearl) (tanda panah)
Gambar 8: Histopatologis SCC moderet differentiated. Terlihat proliferasi sel
Karsinoma
Gambar 9: Histopatologi SCC poorly differentiated. Terlihat proliferasi sel
karsinoma tanpa adanya diferensiasi sel sehingga sel sulit dikenali.
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker lidah diantaranya adalah :
 Biasanya terdapat luka (ulkus) seperti sariawan yang tidak sembuh dengan
pengobatan yang adekuat
13
 Perubahan pada permukaan lidah
 Mudah berdarah
 Nyeri lokal
 Nyeri yang menjalar ke telinga
 Nyeri menelan, sulit menelan
 Pergerakan lidah menjadi sangat terbatas.
 Tampak seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke dalam
jaringann dibawahnya.
 Bercak perokok (bintik kecoklatan yang mendatar) bisa timbul di sisi
dimana sebuah rokok atau pipa biasanya diletakkan di bibir. Dengan biopsi, bisa
diketahui apakah bercak tersebut bersifat ganas atau tidak.
Gambar 5. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah perokok kronik umur 32 tahun
Gambar 6. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah
14
Gambar 7. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah perokok kronik
Gambar 8. Karsinoma Sel Skuamous pada basis lidah
Gambar 9. Granular Cell Myoblastoma
F. Patofisiologi
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan
menjadi beberapa faktor, yaitu faktor luar, faktor heriditer dan faktor non-heriditer.
Faktor luar meliputi rokok, alkohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non
15
heriditer meliputi faktor fisik seperti sinar ultraviolet ; faktor biologis seperti virus
(papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri, hepatitis) parasit, dan
bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsangan karsinogen yang
mengenai sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin
sebagai pelindung. Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan
berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae
biasanya asimptomatis hingga proses penyakit berlanjut kemudian timbul nyeri
menelan dan pergerakan lidah yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix
linguae) dominan bermetastase ke colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae
tanda yang paling sering terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa
dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada
anterior (corpus linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe submental dan
submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi operasi glosektomi dan diseksi
leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan
pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien
akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I-IV (Broder). Lesi yang agak
jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh Ackerman.
Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferuspada permukaan.
Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang meluas ke tulang dan
tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan pembuluh limfe yang kaya,
hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah bening dan dimungkinkan oleh
susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan kanan dan kiri.
Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan
penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup dalam
serta cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil, terlihat
sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara
kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada bagian tengah lesi tepi
16
yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat penyebaran local yang besar,
tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase haematogenus terjadi pada tahap
selanjutnya.
17
Pathway Kanker Lidah
18
19
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng
parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum,
pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang
(penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah
dan adanya abnormalitas.
a) Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,
dihidrasi, warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura. Bibir
harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.
b) Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan
warna. Bau napas juga dicatat.
c) Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis, lapisan
putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah. Selanjutnya
dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada
mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah
terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah guna rnendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a) Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
b) Scan CT dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan
untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan
menunjukkan apakah terdapat metastase atau tidak. (Charlene J.Reeves, 2001,
hal: 133)
c) Radiologi
 Foto Dental
20
Untuk mendeteksi invasi minimal pada mandibula. Bila diamati bersama
dengan CT scan dapat menunjukkan adanya destruksi tulang.
 Bone Scan
Tidak berperan dalam mengevaluasi keterlibatan mandibula oleh tumor,
hanya berguna sebagai survey umum untuk melihat adanya metastasis ke
tulang.
 Foto Thorax Berguna untuk melihat adanya metastasis jauh ke paru.
 CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI dapat mendeteksi perluasan jaringan lunak dan
keterlibatan tulang pada pasien dengan karsinoma rongga mulut. Meski
demikian, MRI memiliki beberapa kelebihan dalam menentukan stadium
tumor pada rongga mulut:
- Perbedaan kontras jaringan antara tumor dengan otot-otot
normal lebih tinggi dari T2 – weighed imaged.
- Tidak ada gambaran sisa dari amalgam atau bahan-bahan gigi
yang tampak.
- Gambaran dapat dilakukan dengan potongan sagital, koronal
dan axial.
- Perbedaan kontras antara fibrosis post radiasi dengan tumor
yang rekuren sampai T2 - weighed imaged.
21
Gambar 11. (a) Karsinoma pada dasar lidah dari hasil CT Scan (b) Dari
hasil MRI tampak gambaran massa pada tepi kiri lidah .
d) Biopsi
Fine needle aspiration biopsy (FNAB) dapat meningkatkan diagnosis
keganasan kepala dan leher. Dapat dilakukan pada tumor primer atau pada
metastasis ke kelenjar getah bening leher. Namun hasil pemeriksaan masih
tingkat sitologi, belum bisa dijadikan pegangan untuk menentukan terapi
definitif.
Untuk diagnosis perlu dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya ialah
: insisional biopsi (diambil dari daerah carcinoma dan daerah yang sehat), tetapi
kejelekannya adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan
mempermudah penyebaran dari karsinoma tersebut. Biopsi insisi atau biopsi
cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (di atas 1 cm) atau tumor inoperable.
Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil (1 cm atau kurang), eksisi yang
dilakukan ialah eksisi luas seperti operasi definitif yaitu 1 cm dari tepi tumor.
Bila terdapat fasilitas potong beku insisional biopsi hanya dilakukan bila tumor
inoperable, oleh karena prosedur ini meningkatkan penyebaran sel-sel tumor
yang dapat menyebabkan tumor menjadi inoperable.
Tumor yang besar operable dilakukan potong beku waktu operasi untuk
menentukan terapi definitifnya.
e) Patologi Anatomi
 Sepertiga posterior : undifferentiated carcinoma
 Duapertiga anterior : welldifferentiated epidermoid carcinoma
f) Pewarnaan dengan TOLUIDINE BLUE
Pewarnaan lesi mukosa rongga mulut dengan toluidine blue berguna untuk
mendeteksi karsinoma stadium dini. Toluidine blue 1% akan diserap dan diikat
inti sel tumor sedangkan sel normal tidak. Test mempunyai “false negative“
6,7%, dan “false positive” 8,5%.
g) Penyebaran
22
Penyebaran karsinoma rongga mulut dapat terjadi secara perkontinuitatum,
limfogen dan hematogen. Karsinoma pada lidah menginfiltrasi otot lidah
sekitarnya sampai lidah dan dasar mulut, menyebabkan lidah sukar digerakkan.
30-35% dari karsinoma lidah dan dasar mulut disertai penyebaran secara klinis ke
kelenjar getah bening leher.
H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Terapi bedah disini berupa operasi pengangkatan tumor lidah dan jaringan
di dekatnya, dan jika diperlukan kelenjar getah bening yang berada didekatnya
juga diangkat. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada kanker lidah yang
mengenai 2/3 anterior lidah. Terapi operasi ini dipilih ketika tumor pada lidah
terlihat kurang dari 2 cm, yaitu pada stadium T1, dan ketika itu pada satu sisi dan
tidak melibatkan pangkal lidah. Sedangkan pada T2, T3,.. kemungkinan harus
dilakukan reseksi tumor primer dan diseksi leher. Juga sebelum operasi harus
dipertimbangkan seberapa jauh penyebaran dan bentuk dari kankernya.
2. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu menggunakan obat-obatan kanker lidah, seringkali
dikombinasikan dengan terapi radiasi agar hasilnya lebih bagus. Kemoterapi
merupakan obat anti kanker untuk menghancurkan sel-sel kanker di seluruh
tubuh. Ini mungkin menjadi pilihan jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening di dekatnya dan pada kanker lidah yang sudah menyebar jauh.
Obat kanker lidah dikombinasikan untuk menyerang sel-sel kanker pada
berbagai tahap siklus pertumbuhan dan mengurangi kemungkinan resistensi
obat.Bahan yang digunakan dalam kemoterapi adalah vincristin (V), aktinomisin
D (A), doksurubisin (Dox), siklofosfamid (C), ifosfamid (I), dan etoposid (E),
VAC merupakan standar terbaik untuk kemoterapi kombinasi dalam perawatan
kanker lidah.
3. Terapi Radiasi
23
Terapi radiasi atau radioterapi diperlukan ketika kanker lidah sudah
mencapai pangkal lidah atau posterior lidah. Terapi ini menggunakan radiasi
untuk membunuh sel kanker dan membuat tumor menyusut. Radioterapi
merupakan metode efektif untuk mencapai kontrol lokal tumor bagi pasien
dengan penyakit residual mikroskopik atau besar setelah biopsi, reseksi
pembedahan inisial, atau kemoterapi. Dosis awal yang direkomendasikan adalah
5,500 hingga 6,000 cG untuk mengontrol daerah tomur primer.ƴ
4. Rehabilitasi dan Tindakan Lanjut
a. Terapi untuk meningkatkan gerakan lidah, mengunyah, dan menelan.
b. Terapi wicara, jika terdapat gangguan bicara karena lidah tidak
berfungsi optimal
c. Pemantauan ketat area mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan paru-
paru untuk melihat apakah kanker telah kembali muncul atau menyebar.
Reseksi pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi parsial,
hemiglossectomi atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut dengan
buccal mukosa. Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher dengan
pengangkatan otot leher lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok, kelenjar
submandibular, dan saraf spinal tambahan. Penanganan pasien yang menderita kanker
mulut dikelola oleh seluruh tim kesehatan. Rujukan pada terapi bicara, terapi
pekerjaan, psikolog, dan ahli diet sangat penting karena berhubungan dengan masalah
yang mungkin muncul berikut ini yaitu komunikasi verbal, mengunyah, dan menelan
yang membawa perubahan tampilan diri serta harga diri.
I. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan risiko kanker ganas yang
menyerang organ lidah tersebut secara umum, antara lain:
 Berhenti merokok. Merokok adalah faktor resiko kanker yang terbesar.
Semua jenis tembakau membuat Anda berisiko kanker. Mencegah tembakau atau
24
memutuskan untuk berhenti menggunakannya merupakan keputusan kesehatan
yang sangat penting. Hal ini merupakan bagian dari mencegah kanker.
 Hindari minuman beralkohol.
 Pemeriksaan rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi. Salah satu hal yang wajib
dilakukan dan sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan
memeriksakan dan membersihkan gigi secara teratur. Hal itu bisa mencegah
karang gigi, gusi sakit, gigi berlubang,kanker mulut, dan penyakit gigi lainnya.
Jangan tunggu sampai Anda punya masalah, lalu baru pergi ke dokter gigi.
Sebaiknya cegah sebelum terjadi.
 Menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam
hari menjelang tidur
 Menjaga kebersihan mulut dan gigi. Apabila mulut dan gigi tidak terjaga
kebersihannya, maka membuat kuman yang berjangkit lama-lama menjadi jamur
dan akhirnya berkembang menjadi kanker. Selain menyikat gigi disarankan untuk
menggunakan obat kumur yang menuntaskan kegiatan membersihkan mulut.
Beberapa tindakan untuk mencegah kanker lidah yang bisa berguna dalam jangka
panjang antara lain :
 Menghindarkan makan atau minum yg panas - panas.
 Membersihkan mulut (lidah) sehabis makan khusunya makanan berlemak
tinggi.
 Meningkatkan konsumsi makan makanan yang asam.
 Mengikuti pola hidup sehat .
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
25
Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.
b. Riwayat penyakit sekarang
Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan
menekan atau menginfiltrsi jaringan sekita yang megakibatkan nyeri lokal,
otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko
perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan
efeknya sinergis dengan merokok.
Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV)
khususnya HPV 16 dan HPV 18.
Oral hygiene yang jelek.
3. Analisa data
Data Subjektif :
 Pembekakan
 Nyeri pada lidah
 arna putih/merah pada lidah.
 Nyeri yang menyebar keleher,rahang atau telinga.
 Pembekakan kelenjar dileher
 Rasa nyeri dan terganjal waktu menelan
 Terjadi penrunan BB
 Produksi kelenjar ludah meningkat
 Suara bicara tidak jelas
Data objektif :
 Terdapat ulkus pada lidahPembekakan pada kelenjar leher
 Hipoalbumin,hiponatremia,hiperkalsemia
b. Pemeriksaan fisik
26
 B1 (Breathing)
RR meningkat, penggunaan otot bantu pernafasaan.
 B2 (Blood)
Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
 B3 (Brain)
Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf XII (gerakan lidah
terganggu.
 B5 (Bowel)
Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan berat badan.
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari
pembedahan reseksi
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurology dan
kemampuan menelan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk
atau pengobatan
6. Resiko syok Hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan.
7. Gangguan cita tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi lidah dan
penampakan lidah.
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi.
9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
d. Intervensi
27
1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan
reseksi
Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh
minimal pada AKS
- Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
- Mendemostrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan sesuai indikasi untuk situasi individu
Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan riwayat nyeri, mis., lokasi nyeri,
frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-
10), dan tindakan penghilangan yang
digunakan.
Evaluasi/sadari terapi tertentu mis.,
pembedahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pasien/orang terdekat
apa yang diharapkan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis.,
reposisi, gosokan punggung) dan aktivitas
hiburan (mis., musik, televisi)
Dorong penggunaan keterampilan
manajemen nyeri (mis., teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa,
musik, dan sentukan terapeutik.
Evaluasi penghilang nyeri/kontrol. Nilai
aturan pengobatan bila perlu.
Kolaborasi
Kembangkan rencana manajemen nyeri
dengan pasien dan dokter.
Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
Catatan: Pengalaman nyeri adalah
individual yang digabungkan dengan
baik respons fisik dan emosional.
Ketidaknyamanan rentang luas adalah
umum (mis., nyeri insisi, kulit terbakar,
nyeri punggung bawah, sakit kepala)
tergantung pada prosedur/agen yang
digunakan.
Meningkatkan relaksasi dan membantu
memfokuskan kembali perhatian.
Memungkinkan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dan
menignkatkan rasa kontrol.
Tujuannya adalah kontrol nyeri
maksimul dengan pengaruh minimum
pada AKS.
Rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk kontrol nyeri.
Terutama nyeri kronis, pasien/orang
terdekat harus aktif menjadi partisipan
dalam manajemen nyeri di rumah.
28
Berikan analgesik sesuai indikasi mis.,
Brompton’s cocktail, morfin, metadon,
atau campuran narkotik IV khusus.
Berikan hanya untuk memberikan
analgesik dalam sehari. Ubah dari
analgesik kerja pendek menjadi kerja
panjang bila diindikasikan.
Berikan/instruksikan penggunaan PCA
dengan tepat.
Siapkan/bantu dalam prosedur mis., blok
saraf, kordotomi, mielotomi komisura.
Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respons individual
berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi, penilaian
dosis dan pemberian akan
diperlakukan. Catatan: adiksi atau
ketergantungan pada obat bukan
masalah.
Analgesia dikontrol pasien sehingga
pemberian obat tepat waktu, mencegah
fluktuasi pada nyeri, sering pada dosis
total rendah akan diberikan melalui
metode konvensional.
Mungkin digunakan dalam nyeri berat
yang tidak berespons pada tindakan
lain.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurology dan
kemampuan menelan
Hasil yang diharapkan:
- pasien akan menetapkan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan
Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan luasnya ketidakmampuan untuk
berkomunikasi
Berikan pilihan cara berkomunikasi,
contoh pensil dan papan, papan tulis ajaib,
papan gambar. Tempatkan bel pemanggil
dimana pasien dapat meraihnya; jawab
dengan cepat
Validasi arti upaya komunikasi.
Pertahankan kontak mata. Gunakan “Ya”
atau “Tidak”, berkedip dan sebagainya
Antisipasi kebutuhan. Hentikan dengan
sering memeriksa pasien.
Tipe cedera/situasi individual akan
menentukan kebutuhan yang
memerlukan bantuan
Memampukan pasien untuk
mengkomunikasian kebutuhan/masalah
, dan menurunkan ansietas sehubungan
dengan menjadi sendiri/tidak mampu
memanggil bantun.
Mengirimkan minat individual dan
keinginan untuk mengkomunikasiakan,
mendorong upaya lanjut. Batasi
frustasi dan kelelahan yang apat terjadi
pada “percakapan” lama.
Menurunkan ansietas dan perasaan
tidak berdaya
29
Tempatkan catatan pada kantor perawat
dan tempat tidur masalah kebutuhan
komunikasi dan bagaimana mereka
memenuhinya. Jawab panggilan dengan
cepat.
Pasien tidak mampu untuk mengatakan
dengan jelas atau menyatakan
kedaruratan/kebutuhan bantuan.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
Hasil yang diharapkan:
- Pasien akan mendemontrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari
kedinginan.
- Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau suhu pasien (derajat dan pola);
perhatikan menggigil atau diaphoresis
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan
limen tempat tidur, sesuai indikasi.
Berikan kompres mandi hangat; hindari
penggunaan alcohol
Suhu 38,9°-41,1°C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membantu dalam
diagnosis; mis., kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan pneumonia
pneumokokal; demam scarlet atau
tifoid; demam remiten (bervariasi
hanya beberapa derajat pada arah
tertentu) menunjukkan infeksi paru;
kurva intermiten atau demam yang
kembali normal sekali dalam periode
24 jam menunjukkan episode septic,
endokarditis septic, atau TB. Menggigil
sering mendahului puncak suhu.
Catatan: penggunaan antipiretik
mengubah pola demam dan dapat
dibatasi sampai diagnosis dibuat atau
bila demam tetap lebih berat dari
38,9°C
Suhu ruangan/jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal
Dapat membantu mengurangi demam.
Catatan: penggunana air es/alcohol
mungkin menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara actual. Selain
30
Kolaborasi
Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asemtamininofen, (Tylenol)
Berikan selimut pendingin
itu, alcohol dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam
mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel yang terinfeksi
Digunakan untuk mengurangi demam
umumnya lebih besar dari 39,5-40°C
pada waktu terjadi kerusakan/gangguan
pada otak
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
Hasil yang diharapkan :
- Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan progresif
kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda
malnutrisi
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu
makan/peningkatan masukan diet
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau masukan makanan setiap hari,
biarkan pasien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan
lipatan kulit trisep (atau pengukuran
antropometrik sesuai indikasi). Pastikan
jumlah penurunan berat badan saat ini.
Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrien, dengan masukan
Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi
nutrisi.
Membantu dalam identifikasi
malnutrisi protein-kalori, khususnya
bila berat badan dan pengukuran
antropometrik kurang dari normal.
Kebutuhan jaringan meabolik
ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
31
cairan adekuat. Dorong penggunaan
suplemen dan makan sering/lebih sedikit
yang dibagi-bagi selama sehari.
Nilai diet sebelumnya dan segera setelah
pengobatan mis., makanan bening, cairan
dingin, saring, krekers kering, roti
panggang, minuman berkarbonat. Berikan
cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah
makan.
Kontrol faktor lingkungan (mis., bau
kuat/tidak sedap atau kebisingan). Hindari
terlalu manis, berlemak, atau makanan
pedas.
Ciptakan suasana makan malam yang
menyenangkan, dorong pasien untuk
berbagi makanan dengan keluarga/teman.
Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisais, bimbingan imajinasi, latihan
sedang sebelum makan.
Identifikasi pasien yang mengalami
mual/muntah yang diantisipasi.
Dorong komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia.
Beirkan antiemetik pada jadwal reguler
sebelum/selama dan setelah pemberian
agen antineoplasmatik dengan sesuai.
Hematest feses, sekresi lambung.
menghilangkan produk sisa).
Supelemen dapat memainkan peran
penting dalam mempertahankan
masukan kalori dan protein adekuat.
Keefektifan penilaian diet sangat
individual dalam penghilangan mual
pascaterapi. Pasien harus mencoba
untuk menemukan solusi/kombinasi
terbaik.
Dapat mentriger respons mual/muntah.
Membuat waktu makan lebih
menyenangkan, yang dapat
meningkatkan masukan.
Dapat mencegah awitan atau
menurunkan beratnya mual, penurunan
anoreksia, dan memungkinkan pasien
meninggalkan masukan oral.
Mual/muntah psikogenik terjadi
sebelum kemoterapi mulai secara tidak
berespons terhadap obat antiemetik.
Perubahan lingkungan pengobatan atau
rutinitas pasien pada hari pengobatan
mungkin efektif.
Sering berbagai sumber distres emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan untuk memberi makan
pasien dengan sering. Bila pasien
menolak, orang terdekat dapat
merasakan ditolak/frustasi.
Mual/muntah paling menurunkan
kemamouan dan efek samping
psikologis kemoterapi yang
menimbulkan stres.
Terapi tertentu (mis., antimetabolit)
32
Kolaborasi
Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi mis., jumlah limfosit total,
transferin serum, dan albumin.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
Fenotiazin mis., proklorperazin
(Compazine), tietilperazin (Torecan);
antidopaminergik mis., metoklorpamid
(Reglan), ondasetron (Zofran);
antihistamin mis., difenhidramin
(Benadryl);
Kortikosteroid mis.m deksametazon
(decadron); kanabinoid mis., 9-
tetrahidrokanabinol; benzodiazepin mis.,
diazepam (valium);
Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6;
Antasid.
Rujuk pada ahli diet/tim pendukung
nutrisi.
Pasang/pertahankan selang NGT atau
pemberian makan untuk makanan enteral
atau jalur sentral untuk hiperalimentasi
parental bila diindikasikan.
menghambat pembaharuan lapisan sel-
sel epitel saluran GI, yang dapat
menyebabkan perubahan yang
direntang dari eritema ringan sampai
ulserasi berat dengan pendarahan.
Membantu mengidentifikasi derajat
ketidakseimbangan biokimia/malnutrisi
dan mempengaruhi pilihan intervensi
diet. Catatan: pengobatan antikanker
dapat juga mengubah pemeriksaan
nutrisi sehingga semua hasil harus
diperbaiki dengan status klinis klien.
Kebanyakan antiemetik bekerja untuk
mempengaruhi stimulasi pusat muntah
sejati dan kemoreseptor mentriger agen
zona juga bertindak secara perifer
untuk menghambat peristaltik balik.
Terapi kombinasi (mis., Torecan
dengan Drcadron atau Valium)
seringkali lebih efektif dari pada agen
tunggal.
Mencegah kekurangan karenan
penurunan absorbsi vitamin larut dalam
lemak. Defisiensi B6 dapat
memperberat/mengeksaserbasi depresi,
peka rangsang.
Meminimalkan iritasi lambung dan
mengurangi risiko ulserasi mukosa.
Memberikan rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan
dengan malnutrisi protein/kalori dan
defisiensi mikronutrien.
Pada adanya malnutrisi berat (mis.,
kehilangan berat badan 25%-30%
dalam 2 bulan), atau pasien telah
dipuasakan selama 5 hari dan tidak
mungkin untuk mampu makan selama
2 minggu, pemberian makan per selang
atau NPT mungkin perlu untuk
33
memenuhi kebutuhan nutrisi
5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk atau
pengobatan
Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk
mencegah/mengurangi risiko infeksi
- Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya
Intervensi Rasional
Mandiri
Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang
baik dengan staf dan pengunjung. Batasi
pengunjung yang mengalami infeksi.
Tempatkan pada isolasi sesuai indikasi.
Tekankan higiene personal.
Pantau suhu.
Kaji semua sistem (mis., kulit, pernapasan
genitourinaria) terhadap tanda/gejala
infeksi secara kontinu.
Ubah posisi dengan sering; pertahankan
linen kering dan bebas kerutan.
Tingkatkan istirahat adekuat/periode
latihan.
Tekankan pentingnya higiene oral yang
baik.
Lindungi pasien dari sumber-sumber
infeksi, seperti pengunjung dan staf
yang mengalami ISK.
Membantu potensial sumber infeksi
dan/atau pertumbuhan sekunder.
Peningkatan suhu terjadi (bila tidak
tertutup oleh obat kortikosteroid atau
anti-inflamasi) karena berbagai faktor
mis., efek samping kemoterapi, proses
penyakit, atau infeksi. Identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan terapi
yang tepat untuk dimulai.
Pengenalan dini dan intervensi segera
dapat mencegah progresi pada
situas/sepsis yang lebih serius.
Menurunkan tekanan dan iritasi pada
jaringan dan mencegah kerusakan kulit
(sisi potensial untuk pertumbuhan
bakteri).
Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk mencegah
komplikasi stasis mis., pneumonia,
dekubitus, dan pembentukan trombus.
Terjadinya stomatitis meningkatkan
resiko terhadap infeksi/pertumbuhan
sekunder.
34
Hindari/batasi prosedur invasif. Taati
teknik aspetik.
Kolaborasi
Pantau JDL dengan SDP diferensial dan
jumlah granulosit dan trombosit sesuai
indikasi.
Dapatkan kultur sesuai indikai.
Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Menurunkan resiko kontaminasi,
membatasi entri portal terhadap agen
infeksius.
Aktivitas sumsum tulang dihambat
oleh efek kemoterapi, status penyakit
atau terapi radiasi. Pemantauan status
mielosupresi penting, untuk mencegah
komplikasi lanjut (mis., infeksi,
anemia, atau hemoragi) dan jadwal
pemberian obat. Catatan: nadir (titik
terendah penurunan jumlah darah)
terlihat 7-10 hari setelah pemberian
kemoterapi.
Mengidentifikasi organisme penyebab
dan terapi yang tepat.
Mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi atau diberikan
secara profalaktik pada pasien
imunosupresi.
6. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan
Hasil yang diharapkan :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah
- Cairan tubuh pasien adekuat
Intervensi Rasional
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan
dan elektrolit
Pantau intake dan output
Timbang berat badan pasien tiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberi minum
Penurunan sirkulasi volume
menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi penggantian
cairan segera untuk memperbaiki
deficit.
Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat keluaran
tidak adekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
Mendeteksi kehilangan cairan,
penurunan 1 kg berat badan berarti
35
yang banyak pada pasien (2-3 liter/hari)
Kolaborasi dalam pemberian cairan
parenteral (IV Line) sesuai dengan umur.
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
anti sekresin, anti spasmolitik, dan
antibiotic
kehilangan cairan sebanyak 1 liter
Mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang secara oral
Mengganti cairan dan elektrolit
secaraadekuat dan cepat.
Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
cairan dan elektrolit agar seimbang,
anti spasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotic sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.
7. Gagguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi lidah dan penampakan
lidah.
Hasil yang diharapkan:
- menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti
dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan
orang lain.
- Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.
- Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
- Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Intervensi Rasional
Diskusikan arti kehilangan atau perubahan
dengan pasien, identifikasi persepsi situasi
atau harapan yang akan datang.
Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku
negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan
diri atau perilaku bunuh diri.
Catat reaksi emosi, contoh kehilangan,
depresi, marah.
Kolaboratif dengan merujuk pasien atau
Alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan
masalah untuk memfokuskan perhatian dan
intervensi secara konstruktif.
Rasional dapat menunjukkan depresi atau
keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian
lanjut atau intervensi lebih intensif.
pasien dapat mengalami depresi cepat setelah
pembedahan atau reaksi syok dan
menyangkal. Penerimaan perubahan tidak
dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik.
36
orang terdekat ke sumber pendukung,
contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial,
konseling keluarga..
Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk
membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan
kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan
dalam pemahaman proses yang pasien lalui
dan membantu mereka dalam emosi mereka.
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi.
Hasil yang diharapkkan:
- Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi
- Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi
aktif dalam aturan pengobatan
Intervensi Rasional
Tinjau ulang pengalaman pasien/orang
terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah mengatakan
pada pasien dan apakah kesimpulan pasien
telah dicapai.
Dorong pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan
Berikan lingkungan terbuka dimana pasien
merasa aman untuk mendiskusikan perasaan
atau menolak untuk bicara.
Pertahankan kontak sering dengan pasien.
Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila
diperlukan untuk imunosupresi atau implant
radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker
Membantu dalam identifikasi rasa takut
dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman dengan kanker.
Memberikan kesempatan untuk
memeriksa rasa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosis.
Membantu pasien untuk merasa
diterima pasa adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan
rasa terhormat dan kontrol.
Membeikan keyakinan bhhwa pasien
tidak sendiri atau ditolak; berikan
respek dan penerimaan individu,
mengembangkan kepercayaan.
Penyimpangan sensori dapat terjadi
nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia
dan dapat memperberat perasaan
ansietas/takut.
37
isolasi bila mungkin.
Bantun pasien/orang terdkat dalam
mengenali dan mengklarifikasi rasa takut
untuk memulai mengembangkan strategi
koping untuk menghadapi rasa takut ini.
Berikan informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis. Hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien
terhadap situasi.
Izinkan ekspersi marah, kecewa tanoa
konfrontasi. Berikan informasi dimana
perasaan adalah normal dan diekspresikann
secara tepat.
Jelaskan pengobatan yang dianjurkan,
tujuannya dan potensial efek samping.
Membantu pasien menyiapkan pengobatan.
Jelaskan prosedur, berikan kesempatan
untuk bertanya dan jawaban jujur. Tinggal
dengan pasien selama prosedur yang
menimbulkan ansietas dan konsultasi.
Berikan pemberi perawatan primer atau
konsisten kapanpun mungkin.
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila
kepuusan mayor akan dibuat.
Keterampilan koping sering rusak
setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan
dan konseling sering perlu untuk
memungkinkan individu mengenal dan
menghadapi rasa takut dan untuk
meyakini bahwa strategi kontrol/koping
tersedia.
Dapat menurunkan ansietas dan
memungkinkan pasien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
Penerimaan perasaan memungkinkan
pasien mulai menghadapi situasi.
Tujuan pengobatan kanker adalah
menghancurkan sel-sel malignan sambil
meminimasi kerusakan pada sel yang
normal. Pengobatan dapat meliputi
pembedahan (kuratif, preventif, paiatif)
serta kemoterapi, radiasi (internal,
eksternal) atau pengobatan lebih
baru/spesifik seperti hipertermia seluruh
tubuh atau bioterapi. Transplantasi
sumsum tulang mungkin dianjurkan
untuk beberapa tipe kanker.
Informasi akurat memungkinkan pasien
menghadapi situasi lebih efektif dengan
realitas, karenanya menurunkan ansietas
dan rasa takut karena ketidaktahuan.
Menjamin sistem pendukung untuk
pasien dan memunngkinkan orang
terdekat terlibat dengan tepat.
9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
Hasil yang diharapkan:
- Pasien akan mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan
pengobatan pada tingkatan kesiapan diri sendiri
38
- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan
- Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu berpartisipasi dalam aturan
pengobatan
- Mengidentifikasi/menggunakan sumber yang tersedia dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri
Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat
pemahaman diagnose khusus, alternative
pengobatan, dan sifat harapan
Tentukan persepsi pasien tentang kanker
dan pengobatan kanker; tanyakan tentang
pengalaman pasien sendiri/sebelumnya
atau pengalaman orang lain yang
mempunyai (atau pernah mempunyai)
kanker
Berikan informasi yang jelas dan akurat
dalm cara yang nyat tetapi sensitif. Jawab
pertanyaan secara khusus, tetapi tidak
memaksakan dengan detil-detil yang tidak
penting.
Dorong variasi diet dan pengalaman dalam
perencanaan makan dan persiapan
makanan, mis., memasak dengan jus
manis, anggur; menyediakan makanan
dingin atau pada suhu ruangan dengan
tepat (salat telur, es krim)
Berikan buku masak yang didesain untuk
pasien kanker
Memvalidasi tingkat pemahaman saat
ini, menidentifikasi kebutuhan belajaar,
dan memberikan dasar pengetahuan
dimana pasien membuat keputusan
berdasarkan informasi
Membantu identifikasi ide, sikap, rasa
takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjangan pengetahuan tentang
kanker
Membantu penilaian diagnose kanker,
memberikan informasi yang diperlukan
selama waktu menyerapnya. Catatan:
kecepatan dan metode pemberian
informasi perlu diubah agar
menurunkan ansietas pasien dan
meningkatkan kemampuan untuk
mengasimilasi informasi
Kreativitas dapat meningkatkan
keinginan dan masukan, khususnya
jika makanan protein terasa lebih pahit.
Membantu dalam memberikan
menu/ide bumbu khusus
Memperbaiki konsistensi feses dan
merangsang peristaltic
Pengenalanan dini tentang masalah
meningkatkan intervensi dini,
39
Anjurkan meningkatkan masukan cairan
dan serat dalam diet serta latihan teratur
Instruksikan pasien untuk mengkaji
membrane mukosa oral secara rutin,
perhatikan eritema, ulserasi
Anjurkan pasien memperhatikan kulit dan
perawatan rambut mis., menhindari sampo
keras, air garam permanen, air klor;
menghindari pemajanan pada angin
kencang dan panas atau dingin yang
ekstrem; hindari pemajanan sinar matahari
pada area target selama 1 tahunsetelah
akhir pengobatan radiasi dan memberikan
blok tabir surya (SPF 15 atau lebih besar)
Tinjau tanda dan gejala, kebutuhan
evaluasi medis, mis., infeksi, pelambatan
penyembuhan, reaksi obat. Peningkatan
nyeri (tergantung situasi individu)
Tekankan pentingnya melakukan evaluasi
medis
meminimalkan komplikasi yang
merusak masukan oral dan memberi
kesempatan untuk infeksi sistemik
Mencegah kerusakan rambut lebih
berat dan iritasi kulit, dapat mencegaj
reaksi ulangan.
Identifikasi dini dan pengobatan dapat
membatasi beratnya komplikasi
Memberikan pemantauan terus
menerus tentang kemajuan/resolusi
proses penyakit dan kesempatan untuk
diagnose dan pengobatan tepat waktu
terhadap komplikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker lidah adalah suatu kanker yang terjadi pada permukaan dasar mulut
yang timbul dari epitel yang menutupi lidah. Penyebab kanker lidah belum diketahui
secara pasti. Akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicunya antara
lan, Merokok, Alkohol, Infeksi kronis, pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai dan
kebersihan mulut yang buruk.
Selain itu ada juga faktor yang lain menyebabkan kanker lidah terjadi, yaitu:
Faktor herediter dan Faktor non herediter. Gejala-gejala kanker lidah diantaranya
adalah Biasanya terdapat luka (ulkus) seperti sariawan yang tidak sembuh dengan
40
pengobatan yang adekuat, Nyeri yang terkadang menjalar ke telinga, Nyeri menelan,
sulit menelan dan Bercak perokok (bintik kecoklatan yang mendatar).
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan risiko kanker ganas
yang menyerang organ lidah tersebut secara umum, antara lain: Berhenti merokok,
Hindari minuman beralkohol, Pemeriksaan rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi,
Menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam hari
menjelang tidur dan Menjaga kebersihan mulut dan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8, Vol.1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ballenger, 2002. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher Jilid I.
Jakarta:Binarupa Aksara
- https://www.scribd.com/doc/213270971/Karsinoma-Lidah
41
Download
of 41

1. Ca. Lidah (makalah)


by vicky-ohara

on Oct 02, 2015

Report

Category:
Documents

Download: 50

Comment: 0

266

views

Share

Comments

Description

makalah
Download 1. Ca. Lidah (makalah)

Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER LIDAH Mata Kuliah :


Sistem Sensori Persepsi Disusun Oleh: AINUN NAJIB FEBRIYA RAHMAN I31112041
ANGGI CLAUDYA FITRAH I31112092 AYU MALLYA I31112042 CATHARINE FRISTY
BLAISE I31112062 DEWI OKTAVIA I31112040 DIAH YULINA NASUTION I31112039
ELSA PERNANDA UTARI I31112093 ERY SANDI I31112023 FETRISELI GESTIA
I31112066 IVO TOMY POMPANG I31112064 JOKO PRIYONO I31112091 REZA
FINALDIANSYAH I31112038 TARIDA CRISTINA PASARIBU I31112065 YOSEPHA
131112100 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014/2015 16 KATA PENGANTAR Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Lidah
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur mata
kuliah Sistem Sensori Persepsi Tahun Akademik 2014/2015 di Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan
dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada : 1. Ns. Murtilita. S.Kep. selaku dosen mata
kuliah Sistem Sensori Persepsi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, 2. Pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tak langsung. Segala sesuatu di dunia ini tiada yang
sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi
kesempurnan makalah berikutnya. Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan
suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan. Pontianak, November 2014
Penulis Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I 1 1. Latar belakang 1 2. Rumusan
Masalah 1 3. Tujuan 2 BAB II 3 A. Definisi 3 B. Anatomi dan Fisiologi Lidah 4 C. Etiologi 6 D.
Klasifikasi dan Stadium Kanker Lidah 7 E. Manifestasi 9 F. Patofisiologi 11 G. Pathway 13 H.
Pemeriksaan Penunjang 17 I. Penatalaksanaan 20 J. Pencegahan 21 K. Asuhan keperawatan 21
BAB III 42 A. Kesimpulan 42 Daftar Pustaka 43 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang-kadang meluas ke arah
lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas. Telah banyak orang menderita penyakit perikarditis
ini. Menurut 3,7% warga dunia telah menderita penyakit perikarditis, sekitar 0,5% penderitanya
sudah meninggal. Sedangkan dindonesia sendiri, diperkirakan sekitar 2,8% warga indonesia
telah menderita penyakit ca lidah ini, diperkirakan 1,2% penderitanya sudah meninggal. Penyakit
ca lidah ini penyebabnya bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor luar, heriditer
maupun non heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis.
Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus
(papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri. Pada
orang yang menderita penyakit ca lidah dapat disembuhkan apabila peradangannya belum
meluas. Crania adalah dapat kita lakukan dengan memberikan terapi seperti radioterapi. Selain
itu, kita juga dapat memberikan obat yang berguna untuk mengurangi peradangan. B. Rumusan
Masalah 1. Apa definisi kanker lidah? 2. Apa etiologi terjadinya kanker lidah? 3. Apa saja
klasifikasi dan Stadium Kanker Lidah? 4. Bagaimana manifestasi klinis terjadinya kanker lidah?
5. Bagaimana patofisiologi pada kanker lidah? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kanker
lidah? 7. Apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah? 8. Apa saja pencegahan terjadinya kanker
lidah? 9. Bagaimana asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah? C. Tujuan 1.
Mengetahui defini kanker lidah 2. Memahami etiologi terjadinya kaker lidah 3. Memahami
Klasifikasi dan Stadium Kanker lidah 4. Memahami manifestasi klinis terjadinya kanker lidah 5.
Mengetahui patofisiologi pada kanker lidah 6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada kanker
lidah 7. Memahami apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah 8. Memahami pencegahan
terjadinya kanker lidah 9. Memahami asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah BAB II
PEMBAHASAN A. Definisi Kanker atau tumor ganas adalah proses penyakit yang bermula
ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel abnormal ini membentuk
klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal pengatur pertumbuhan sel
tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap di mana sel mendapatkan ciri-ciri invasive, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase pada bagian tubuh yang
lain. Karsinoma sel skuamosa merupakan tumur ganas yang berasal dari sel-sel epitel skuamosa
yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan biasanya menimbulkan metastase.
Karsinoma Sel Skuamosa merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara
klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan. Lokasi
kanker dapat terjadi pada semua tempat di rongga mulut, antara lain mukosa bukal, Processus
alveolar dan gingiva rahang atas, Processus alveolar dan gingiva rahang bawah, palatum durum,
lidah, dan dasar mulut. Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi dasar mulut, kadang-
kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde,1999).
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah
dengan selnya berbentuk sel epitel gepeng berlapis (squamous cell carcinoma). Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara
limfogen dan hematogen. Kanker lidah merupakan salah satu tipe kanker mulut (oral cancer).
Kanker lidah adalah tumor ganas yang terjadi pada lidah ketika pertumbuhan sel-sel lidah
menjadi tak terkendali. Kanker lidah berkembang dari sel-sel skuamosa. Sel-sel lidah normal
yang tadinya tumbuh dan membelah secara teratur dan terkontrol menjadi tidak terkendali
sehingga akan terus tumbuh dan membelah, maka terbentuklah massa jaringan yang abnormal.
Karsinoma sel skuamosa pada lidah merupakan tumor ganas yang berasal dari mukosa epitel
rongga mulut dan sebagian besar merupakan jenis karsinoma epidermoid. Karsinoma sel
skuamosa pada lidah terjadi karena akumulasi mutasi genetik pada sel epitel lidah. Perubahan ini
dapat disebabkan oleh paparan mutagen, penurunan kondisi tubuh serta iritasi kronis. Tembakau
menghasilkan karsinogen kimia yang mempengaruhi metabolisme sel. Paparan karsinogen yang
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan perusakan genetik sel skuamosa hingga terbentuk
kanker. Jadi dapat disimpulkan kanker lidah adalah suatu kanker yang terjadi pada permukaan
dasar mulut yang timbul dari epitel yang menutupi lidah. B. Anatomi Fisiologi Lidah Lidah
dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan
makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam produksi wicara. 1. Otot-otot
ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringsn diluar lidah serta berfungsi dalam pergerakan
lidah secara keseluruhan. 1. Otot-otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap
keberbagai arah untuk membentuk sudut satu sama lain. Ini memberikan mobilitas yang besar
pada lidah. 1. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan dorsal
lidah. Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah menjadi kasar. · Papila fungiformis dan papila
sirkumvalata memiliki kuncup-kuncup pengecap. · Sekresi berair dari kelenjar Von Ebner,
terletak di otot lidah, bercampur dengan makanan pada permukaan lidah dan membantu
pengecapan rasa. 1. tonsil-tonsil lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga bagian
belakang lidah (Sloane, 2003). Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni : 1. Apek
linguae (ujung lidah) 2. Corpus linguae (badan lidah) 3. Radix linguae (akar lidah) 1. Struktur-
struktur Superficial Dari Lidah Membran mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah,
dipinggir kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-kecil disebut dengan
papillae. Dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup pengecap sehingga kita dapat menerima /
merasa cita rasa. Ada empat macam yaitu: papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae
circumvallatae dan papillae foliatae. Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa
disini bersifat licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini
mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat papillae. Dasar mulut dibatasi
oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut yang insertionya disebelah dalam mandibula.
Disebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar-kelenjar ludah sublingualis dan
submandibularis. b) Otot-otot Pada Lidah otot-otot ekstrinsik melekatkan lidah ke bagian
eksternal yaitu hioglosus, genioglosus, palatoglosus, pharingoglosus dan stiloglusus. Otot-otot
intrinsik ini berjalan vertikal, transversal dan longirudinal. Dengan struktur otot ekstrinsik dan
intrinsik memungkinkan lidah untuk bergerak lincah (Suyatno, 2010) 1. Persarafan Pada Lidah
Otot-otot lidah di inervasi oleh nervus hipoglosus (N.XII). Sensasi untuk perabaan (touch
sensation) dari lidah 2/3 depan dibawah oleh N. Trigeminus (N. V cabang lingualis) dan dari 1/3
belakang lidah dibawah olhe N Glosopharingeus (N. IX). Sensasi untuk pengecapan (taste
sensation) dari 2/3 depan dibawah oleh N. Fasialis (VII) dan dari 1/3 belakang lidah melalui N.
Glosopharingeus. Vaskularisasi lidah terutama disediakan oleh arteri lingualis(Suyatno, 2010). d)
Aliran Limfa Pada Lidah Aliran limfa disini penting oleh karena berhubungan dengan
penyebaran dini carcinoma lidah.Penyaluran limfe melalui lingua terjadi melalui 4 jalur : · Limfe
dari bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke cervikalis profunda superior dikedua sisi. · Limfe
dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke cervicalis profunda inferior. ·
Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke submandibularis · Limfe dari ujung
lingua disalurkan ke submentalis C. Etiologi Penyebab kanker lidah belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicunya antara lan: 1. Merokok 2.
Alkohol 3. Infeksi kronis 4. Trauma kronis pada gigi yang tajam sehingga menimbulkan trauma
pada lidah 5. pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai 6. kebersihan mulut yang buruk Selain itu
ada juga faktor yang lain menyebabkan kanker lidah terjadi, yaitu: a. Faktor herediter (Usia,
Jenis Kelamin, Genetik, riwayat keluarga) b. Faktor non herediter. Faktor non herediter
karsinoma lidah terdiri dari: 1. Faktor fisik (sinar ultraviolet) 2. Faktor biologis( virus papiloma
yang ditularkan melalui hubngan suami istri, hepatitis, parasit dan bakteri) Sejumlah besar
penyebab kanker ganas lidah, tetapi berdasarkan para ahli belum ada pernyataan yang dapat
dibuat secara tegas. Namun ada beberapa dugaan bahwa kanker ganas lidah terjadi karena ada
hubungan dengan beberapa gangguan tertentu atau penyakit tertentu. Beberapa penelitian didapat
bahwa penyakit sypilis, baik pada kasus aktif ata sekurang-kurangnya telah ada riwayat penyakit
syphilis sebe;umnya, sering dijumpai bersama-sama dengan kanker ganas lidah. D. Klasifikasi
dan Stadium Kanker Lidah · Klasifikasi Sistem yang dipakai untuk klasifikasi karsinoma sel
skuamosa adalah Klasifikasi TMN dari America Joint Committe for Cancer and End Result
Reporting. T - Tumor Primer: Tls : Karsinoma in situ Tl : Besar tumor 2 cm atau kurang. T2 :
Besar tumor lebih dari 2 cm atau 4 cm. T3 : Besar tumor lebih dari 4cm. N - Metastase kelenjar :
N0 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe tidak teraba dan subjek tidak ada metastase. N1 :
Secara klinis pada palpasi teraba kelenjar limfe servikal homo-lateral dan tidak melekat, saspek
terjadi metastase. N2 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe servikal kontra- lateral atau
bilateral dapat teraba dan tidak melekat, subjek terjadi metastase. N3 : Secara klinis limf nod
teraba dan melekat, suspek terjadi metastase. M – Metastase jarak jauh : M0 : Tidak ada
metastase M1 : Tanda-tanda klinis dan radio-grafis dijumpai adanya metastase melewati kelenjar
limfe servikal. · Stadium kanker lidah: Stadium l : T1 N0 M0 Stadium 2 : T2 N0 M0 Stadium 3 :
T3 N0 M0 : T1 N1 M0 : T2 N1 M0 : T3 N1 M0 Stadium 4 : T1 N2 M0 T1 N3 M0 : T2 N2 M0
T2 N3 M0 : T3 N2 M0 T3 N3 M0 Atau setiap T atau N dengan M1 WHO mengklasifikasikan
SCC secara histologis menjadi: 1. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di
mana sel-sel basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin
pearl) (Gambar 7) 2. Moderate diffirentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana
sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi, membentuk keratin (Gambar
8) 3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana seluruh sel-sel
basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi (Gambar 9)
Gambar 7: Histopatologis SCC well differentiated. Terlihat proliferasi sel-sel Skuamosa disertai
pembentukan keratin (keratin pearl) (tanda panah) Gambar 8: Histopatologis SCC moderet
differentiated. Terlihat proliferasi sel Karsinoma Gambar 9: Histopatologi SCC poorly
differentiated. Terlihat proliferasi sel karsinoma tanpa adanya diferensiasi sel sehingga sel sulit
dikenali. E. Manifestasi Klinis Gejala-gejala kanker lidah diantaranya adalah : · Biasanya
terdapat luka (ulkus) seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan yang adekuat ·
Perubahan pada permukaan lidah · Mudah berdarah · Nyeri lokal · Nyeri yang menjalar ke
telinga · Nyeri menelan, sulit menelan · Pergerakan lidah menjadi sangat terbatas. · Tampak
seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke dalam jaringann dibawahnya. · Bercak
perokok (bintik kecoklatan yang mendatar) bisa timbul di sisi dimana sebuah rokok atau pipa
biasanya diletakkan di bibir. Dengan biopsi, bisa diketahui apakah bercak tersebut bersifat ganas
atau tidak. Gambar 5. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah perokok kronik umur 32 tahun
Gambar 6. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah Gambar 7. Karsinoma Sel Skuamous pada lidah
perokok kronik Gambar 8. Karsinoma Sel Skuamous pada basis lidah Gambar 9. Granular Cell
Myoblastoma F. Patofisiologi Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang
dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu faktor luar, faktor heriditer dan faktor non-
heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alkohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non
heriditer meliputi faktor fisik seperti sinar ultraviolet ; faktor biologis seperti virus (papiloma
yang ditularkan melalui hubungan suami istri, hepatitis) parasit, dan bakteri. Faktor-faktor
tersebut akan memicu suatu rangsangan karsinogen yang mengenai sel squamous carcinoma
pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai pelindung. Dimukosa mulut tersebut,
zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang
mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga proses penyakit berlanjut kemudian
timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix
linguae) dominan bermetastase ke colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang
paling sering terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian bisa
terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan metastase
pada kelenjar limfe submental dan submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi
operasi glosektomi dan diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi. Squamous sel
carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium yang tidak normal, tetapi selain
keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi
yang besar sebelum pasien akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari
lapisan atau kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I-IV (Broder). Lesi yang agak jinak
adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh Ackerman. Pada kelompok ini,
sel tumor masuk, membentuk massa papileferuspada permukaan. Tumor bersifat pasif pada
daerah permukaannya, tetapi jarang meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah
mempunyai susunan pembuluh limfe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar
getah bening dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan kanan
dan kiri. Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan penyebaran
ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup dalam serta cepat ke jaringan
didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam.
Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose
yang dangkal pada bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun
terdapat penyebaran local yang besar, tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase haematogenus
terjadi pada tahap selanjutnya. Pathway Kanker Lidah Faktor non herediter Faktor herediter
Replikasi sel terus menerus Pergantian sel untuk mengganti sel yg rusak Infeksi kronis Lidah sbg
tempat pertumbuhan bakteri dan jamur Hygiene oral buruk Trauma berulang pada lidah Trauma
kritis Faktor pemicu Abnormal struktur DNA kromosom Lebih byk konsumsi alkohol dan rokok
Diwariskan dalam gen Lamanya terpapar zat karsinogenik >40 th Laki-laki Jenis kelamin usia
Zat karsinogenik Rokok Mengubah struktur DNA dan kromosom Sinar UV virus Faktor biologis
Faktor fisik Genetic, riwayat keluarga Solvent/pelarut Zat karsinogenik mudah terserap ke epitel
skuamosa lidah Nikotin Alkohol Zat karsinogenik tertampung di lidah Zat karsinogenik
tertampung di lidah Mengubah struktur DNA DNA rusak Pembelahan sel abnormal Tumor
Pembelahan sel epitel skumosa lidah semakin tak terkendali Tumor ganas/ KANKER LIDAH
KANKER LIDAH Tumbuh terus-menerus Mendesak / merusak sel lidah Menekan Saraf Sel
nekrosis Kurang terpapar informasi mengetahui prognosis buruk Luka NYERI Penampilan diri
buruk Ancaman kematian KURANG PENGETAHUAN GANGGUAN CITRA TUBUH Krisi
situasional ANSIETAS Kebersihan mulut buruk RESIKO INFEKSI Kesulitan menelan
Kekakuan otot Penurunan neurologi Inflamasi Reseptor inflamsi NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN Rangsang hipotalamus KERUSAKAN KOMUNIKASIVERBAL HIPERTERMI
Prosedur pembedahan Luka Sesudah pembedahan Sebelum Pembedahan Kebersihan mulut
buruk Kurang terpapar informasi mengenai prosedur invasif Tindakan Infasif Reseksi jaringan
lidah Memotong saraf NYERI KURANG PENGETAHUAN HIPERTERMI Rangsang
hipotalamus Reseptor inflamsi Inflamasi RESIKO INFEKSI ANSIETAS Krisis situasional
Ancaman kematian RESIKO SYOK HIPOVOLEMIK Kehilangan cairan Perdarahan
GANGGUAN CITRA TUBUH Tidak terkontrol Perubahan pada penampakan lidah G.
Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan
eksternal mulut dan tenggorok diinspeksi dan palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan
lempeng parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum, pemeriksaan
dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan depresor lidah.
Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan adanya abnormalitas. a) Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban, dihidrasi, warna, tekstur,
simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan
simetris. b) Gusi Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan warna.
Bau napas juga dicatat. c) Lidah Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila
tipis, lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah. Selanjutnya dibagian
permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena
superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah
guna rnendapatkan visualisasi adekuat terhadap faring. 2. Pemeriksaan Diagnostik a) Ultrasound
yaitu dipakai untuk menilai massa superficial. b) Scan CT dan Megnetic Resonance Imaging
(MRI) yaitu digunakan untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan
menunjukkan apakah terdapat metastase atau tidak. (Charlene J.Reeves, 2001, hal: 133) c)
Radiologi · Foto Dental Untuk mendeteksi invasi minimal pada mandibula. Bila
diamati bersama dengan CT scan dapat menunjukkan adanya destruksi tulang. · Bone Scan
Tidak berperan dalam mengevaluasi keterlibatan mandibula oleh tumor, hanya berguna sebagai
survey umum untuk melihat adanya metastasis ke tulang. · Foto Thorax Berguna untuk melihat
adanya metastasis jauh ke paru. · CT Scan dan MRI CT Scan dan MRI dapat mendeteksi
perluasan jaringan lunak dan keterlibatan tulang pada pasien dengan karsinoma rongga mulut.
Meski demikian, MRI memiliki beberapa kelebihan dalam menentukan stadium tumor pada
rongga mulut: · Perbedaan kontras jaringan antara tumor dengan otot-otot normal lebih tinggi
dari T2 – weighed imaged. · Tidak ada gambaran sisa dari amalgam atau bahan-bahan gigi yang
tampak. · Gambaran dapat dilakukan dengan potongan sagital, koronal dan axial. · Perbedaan
kontras antara fibrosis post radiasi dengan tumor yang rekuren sampai T2 - weighed imaged.
Gambar 11. (a) Karsinoma pada dasar lidah dari hasil CT Scan (b) Dari hasil MRI tampak
gambaran massa pada tepi kiri lidah . d) Biopsi Fine needle aspiration biopsy (FNAB) dapat
meningkatkan diagnosis keganasan kepala dan leher. Dapat dilakukan pada tumor primer
atau pada metastasis ke kelenjar getah bening leher. Namun hasil pemeriksaan masih tingkat
sitologi, belum bisa dijadikan pegangan untuk menentukan terapi definitif. Untuk diagnosis perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan diantaranya ialah : insisional biopsi (diambil dari daerah
carcinoma dan daerah yang sehat), tetapi kejelekannya adalah pembuluh darah menjadi terbuka,
dan ini akan mempermudah penyebaran dari karsinoma tersebut. Biopsi insisi atau biopsi cakot
(punch) dilakukan bila tumor besar (di atas 1 cm) atau tumor inoperable. Biopsi eksisi
dilakukan pada tumor yang kecil (1 cm atau kurang), eksisi yang dilakukan ialah eksisi luas
seperti operasi definitif yaitu 1 cm dari tepi tumor. Bila terdapat fasilitas potong beku insisional
biopsi hanya dilakukan bila tumor inoperable, oleh karena prosedur ini meningkatkan
penyebaran sel-sel tumor yang dapat menyebabkan tumor menjadi inoperable. Tumor yang besar
operable dilakukan potong beku waktu operasi untuk menentukan terapi definitifnya. e) Patologi
Anatomi · Sepertiga posterior : undifferentiated carcinoma · Duapertiga anterior :
welldifferentiated epidermoid carcinoma f) Pewarnaan dengan TOLUIDINE BLUE Pewarnaan
lesi mukosa rongga mulut dengan toluidine blue berguna untuk mendeteksi karsinoma stadium
dini. Toluidine blue 1% akan diserap dan diikat inti sel tumor sedangkan sel normal tidak. Test
mempunyai “false negative“ 6,7%, dan “false positive” 8,5%. g) Penyebaran Penyebaran
karsinoma rongga mulut dapat terjadi secara perkontinuitatum, limfogen dan hematogen.
Karsinoma pada lidah menginfiltrasi otot lidah sekitarnya sampai lidah dan dasar mulut,
menyebabkan lidah sukar digerakkan. 30-35% dari karsinoma lidah dan dasar mulut disertai
penyebaran secara klinis ke kelenjar getah bening leher. H. Penatalaksanaan 1. Pembedahan
Terapi bedah disini berupa operasi pengangkatan tumor lidah dan jaringan di dekatnya, dan jika
diperlukan kelenjar getah bening yang berada didekatnya juga diangkat. Tindakan bedah
biasanya dilakukan pada kanker lidah yang mengenai 2/3 anterior lidah. Terapi operasi ini dipilih
ketika tumor pada lidah terlihat kurang dari 2 cm, yaitu pada stadium T1, dan ketika itu pada satu
sisi dan tidak melibatkan pangkal lidah. Sedangkan pada T2, T3,.. kemungkinan harus dilakukan
reseksi tumor primer dan diseksi leher. Juga sebelum operasi harus dipertimbangkan seberapa
jauh penyebaran dan bentuk dari kankernya. 2. Kemoterapi Kemoterapi yaitu menggunakan
obat-obatan kanker lidah, seringkali dikombinasikan dengan terapi radiasi agar hasilnya lebih
bagus. Kemoterapi merupakan obat anti kanker untuk menghancurkan sel-sel kanker di seluruh
tubuh. Ini mungkin menjadi pilihan jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dekatnya dan pada kanker lidah yang sudah menyebar jauh. Obat kanker lidah dikombinasikan
untuk menyerang sel-sel kanker pada berbagai tahap siklus pertumbuhan dan mengurangi
kemungkinan resistensi obat.Bahan yang digunakan dalam kemoterapi adalah vincristin (V),
aktinomisin D (A), doksurubisin (Dox), siklofosfamid (C), ifosfamid (I), dan etoposid (E), VAC
merupakan standar terbaik untuk kemoterapi kombinasi dalam perawatan kanker lidah. 3. Terapi
Radiasi Terapi radiasi atau radioterapi diperlukan ketika kanker lidah sudah mencapai pangkal
lidah atau posterior lidah. Terapi ini menggunakan radiasi untuk membunuh sel kanker dan
membuat tumor menyusut. Radioterapi merupakan metode efektif untuk mencapai kontrol lokal
tumor bagi pasien dengan penyakit residual mikroskopik atau besar setelah biopsi, reseksi
pembedahan inisial, atau kemoterapi. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 5,500 hingga
6,000 cGƴ untuk mengontrol daerah tomur primer. 4. Rehabilitasi dan Tindakan Lanjut a. Terapi
untuk meningkatkan gerakan lidah, mengunyah, dan menelan. b. Terapi wicara, jika terdapat
gangguan bicara karena lidah tidak berfungsi optimal c. Pemantauan ketat area mulut,
tenggorokan, kerongkongan, dan paru-paru untuk melihat apakah kanker telah kembali muncul
atau menyebar. Reseksi pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi parsial,
hemiglossectomi atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut dengan buccal
mukosa. Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher dengan pengangkatan otot leher
lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok, kelenjar submandibular, dan saraf spinal tambahan.
Penanganan pasien yang menderita kanker mulut dikelola oleh seluruh tim kesehatan. Rujukan
pada terapi bicara, terapi pekerjaan, psikolog, dan ahli diet sangat penting karena berhubungan
dengan masalah yang mungkin muncul berikut ini yaitu komunikasi verbal, mengunyah, dan
menelan yang membawa perubahan tampilan diri serta harga diri. I. Pencegahan Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk menekan risiko kanker ganas yang menyerang organ lidah
tersebut secara umum, antara lain: · Berhenti merokok. Merokok adalah faktor resiko kanker
yang terbesar. Semua jenis tembakau membuat Anda berisiko kanker. Mencegah tembakau atau
memutuskan untuk berhenti menggunakannya merupakan keputusan kesehatan yang sangat
penting. Hal ini merupakan bagian dari mencegah kanker. · Hindari minuman beralkohol. ·
Pemeriksaan rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi. Salah satu hal yang wajib dilakukan dan sangat
penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan memeriksakan dan membersihkan gigi
secara teratur. Hal itu bisa mencegah karang gigi, gusi sakit, gigi berlubang,kanker mulut, dan
penyakit gigi lainnya. Jangan tunggu sampai Anda punya masalah, lalu baru pergi ke dokter gigi.
Sebaiknya cegah sebelum terjadi. · Menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi hari setelah
sarapan dan malam hari menjelang tidur · Menjaga kebersihan mulut dan gigi. Apabila mulut
dan gigi tidak terjaga kebersihannya, maka membuat kuman yang berjangkit lama-lama menjadi
jamur dan akhirnya berkembang menjadi kanker. Selain menyikat gigi disarankan untuk
menggunakan obat kumur yang menuntaskan kegiatan membersihkan mulut. Beberapa tindakan
untuk mencegah kanker lidah yang bisa berguna dalam jangka panjang antara lain : ·
Menghindarkan makan atau minum yg panas - panas. · Membersihkan mulut (lidah) sehabis
makan khusunya makanan berlemak tinggi. · Meningkatkan konsumsi makan makanan yang
asam. · Mengikuti pola hidup sehat . J. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk,
dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat. 1. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama Luka
pada lidah yang tidak sembuh-sembuh. 1. Riwayat penyakit sekarang Luka pada lidah yang tidak
sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekita yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula. 1. Riwayat penyakit dahulu
Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok adalah 5-9 kali lebih
besar dibandingkan bukan perokok. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih
besar dan efeknya sinergis dengan merokok. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human
papilloma virus (HPV) khususnya HPV 16 dan HPV 18. Oral hygiene yang jelek. 1. Analisa data
Data Subjektif : · Pembekakan · Nyeri pada lidah · arna putih/merah pada lidah. · Nyeri yang
menyebar keleher,rahang atau telinga. · Pembekakan kelenjar dileher · Rasa nyeri dan terganjal
waktu menelan · Terjadi penrunan BB · Produksi kelenjar ludah meningkat · Suara bicara tidak
jelas Data objektif : · Terdapat ulkus pada lidahPembekakan pada kelenjar leher ·
Hipoalbumin,hiponatremia,hiperkalsemia b. Pemeriksaan fisik · B1 (Breathing) RR meningkat,
penggunaan otot bantu pernafasaan. · B2 (Blood) Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat). · B3
(Brain) Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf XII (gerakan lidah terganggu.
· B5 (Bowel) Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan berat badan. c. Diagnosa
Keperawatan 1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari
pembedahan reseksi 2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurology
dan kemampuan menelan 3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit 4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral 5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
kebersihan mulut yang buruk atau pengobatan 6. Resiko syok Hipovolemik berhubungan dengan
kehilangan cairan. 7. Gangguan cita tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi lidah dan
penampakan lidah. 8. Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi. 9. Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit dan rencana pengobatan d. Intervensi 1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau
pengobatan, efek dari pembedahan reseksi Hasil yang diharapkan : · Melaporkan penghilangan
nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS · Mengikuti aturan farmakologis
yang ditentukan · Mendemostrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi untuk situasi individu Intervensi Rasional Mandiri Tentukan riwayat nyeri, mis.,
lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10), dan tindakan penghilangan yang
digunakan. Evaluasi/sadari terapi tertentu mis., pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.
Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan. Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis.,
reposisi, gosokan punggung) dan aktivitas hiburan (mis., musik, televisi) Dorong penggunaan
keterampilan manajemen nyeri (mis., teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa,
musik, dan sentukan terapeutik. Evaluasi penghilang nyeri/kontrol. Nilai aturan pengobatan bila
perlu. Kolaborasi Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter. Berikan
analgesik sesuai indikasi mis., Brompton’s cocktail, morfin, metadon, atau campuran narkotik IV
khusus. Berikan hanya untuk memberikan analgesik dalam sehari. Ubah dari analgesik kerja
pendek menjadi kerja panjang bila diindikasikan. Berikan/instruksikan penggunaan PCA dengan
tepat. Siapkan/bantu dalam prosedur mis., blok saraf, kordotomi, mielotomi komisura. Informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan:
Pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan baik respons fisik dan emosional.
Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (mis., nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung
bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur/agen yang digunakan. Meningkatkan relaksasi
dan membantu memfokuskan kembali perhatian. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi
secara aktif dan menignkatkan rasa kontrol. Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimul dengan
pengaruh minimum pada AKS. Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk
kontrol nyeri. Terutama nyeri kronis, pasien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah. Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons
individual berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian
akan diperlakukan. Catatan: adiksi atau ketergantungan pada obat bukan masalah. Analgesia
dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada nyeri, sering
pada dosis total rendah akan diberikan melalui metode konvensional. Mungkin digunakan dalam
nyeri berat yang tidak berespons pada tindakan lain. 2. Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan penurunan neurology dan kemampuan menelan Hasil yang diharapkan: ·
pasien akan menetapkan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan Intervensi
Rasional Mandiri Tentukan luasnya ketidakmampuan untuk berkomunikasi Berikan pilihan cara
berkomunikasi, contoh pensil dan papan, papan tulis ajaib, papan gambar. Tempatkan bel
pemanggil dimana pasien dapat meraihnya; jawab dengan cepat Validasi arti upaya komunikasi.
Pertahankan kontak mata. Gunakan “Ya” atau “Tidak”, berkedip dan sebagainya Antisipasi
kebutuhan. Hentikan dengan sering memeriksa pasien. Tempatkan catatan pada kantor perawat
dan tempat tidur masalah kebutuhan komunikasi dan bagaimana mereka memenuhinya. Jawab
panggilan dengan cepat. Tipe cedera/situasi individual akan menentukan kebutuhan yang
memerlukan bantuan Memampukan pasien untuk mengkomunikasian kebutuhan/masalah , dan
menurunkan ansietas sehubungan dengan menjadi sendiri/tidak mampu memanggil bantun.
Mengirimkan minat individual dan keinginan untuk mengkomunikasiakan, mendorong upaya
lanjut. Batasi frustasi dan kelelahan yang apat terjadi pada “percakapan” lama. Menurunkan
ansietas dan perasaan tidak berdaya Pasien tidak mampu untuk mengatakan dengan jelas atau
menyatakan kedaruratan/kebutuhan bantuan. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses
peradangan penyakit Hasil yang diharapkan: · Pasien akan mendemontrasikan suhu dalam batas
normal, bebas dari kedinginan. · Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan. Intervensi
Rasional Mandiri Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil atau diaphoresis
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan limen tempat tidur, sesuai indikasi. Berikan kompres
mandi hangat; hindari penggunaan alcohol Kolaborasi Berikan antipiretik, misalnya ASA
(aspirin), asemtamininofen, (Tylenol) Berikan selimut pendingin Suhu 38,9°-41,1°C
menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis;
mis., kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pneumokokal;
demam scarlet atau tifoid; demam remiten (bervariasi hanya beberapa derajat pada arah tertentu)
menunjukkan infeksi paru; kurva intermiten atau demam yang kembali normal sekali dalam
periode 24 jam menunjukkan episode septic, endokarditis septic, atau TB. Menggigil sering
mendahului puncak suhu. Catatan: penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan dapat
dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih berat dari 38,9°C Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal Dapat
membantu mengurangi demam. Catatan: penggunana air es/alcohol mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu, alcohol dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih
besar dari 39,5-40°C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak 4. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi
adekuat akibat kondisi oral Hasil yang diharapkan : · Mendemonstrasikan berat badan stabil,
penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan
bebas tanda malnutrisi · Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat ·
Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu makan/peningkatan masukan
diet Intervensi Rasional Mandiri Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien
menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan
lipatan kulit trisep (atau pengukuran antropometrik sesuai indikasi). Pastikan jumlah penurunan
berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. Dorong pasien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan
suplemen dan makan sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari. Nilai diet sebelumnya
dan segera setelah pengobatan mis., makanan bening, cairan dingin, saring, krekers kering, roti
panggang, minuman berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam setelah makan.
Kontrol faktor lingkungan (mis., bau kuat/tidak sedap atau kebisingan). Hindari terlalu manis,
berlemak, atau makanan pedas. Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong
pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman. Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisais, bimbingan imajinasi, latihan sedang sebelum makan. Identifikasi pasien yang
mengalami mual/muntah yang diantisipasi. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah
anoreksia. Beirkan antiemetik pada jadwal reguler sebelum/selama dan setelah pemberian agen
antineoplasmatik dengan sesuai. Hematest feses, sekresi lambung. Kolaborasi Tinjau ulang
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis., jumlah limfosit total, transferin serum, dan
albumin. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Fenotiazin mis., proklorperazin (Compazine),
tietilperazin (Torecan); antidopaminergik mis., metoklorpamid (Reglan), ondasetron (Zofran);
antihistamin mis., difenhidramin (Benadryl); Kortikosteroid mis.m deksametazon (decadron);
kanabinoid mis., 9-tetrahidrokanabinol; benzodiazepin mis., diazepam (valium); Vitamin,
khususnya A, D, E, dan B6; Antasid. Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.
Pasang/pertahankan selang NGT atau pemberian makan untuk makanan enteral atau jalur sentral
untuk hiperalimentasi parental bila diindikasikan. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal. Kebutuhan jaringan meabolik ditingkatkan begitu
juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Supelemen dapat memainkan peran penting
dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat. Keefektifan penilaian diet sangat
individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan
solusi/kombinasi terbaik. Dapat mentriger respons mual/muntah. Membuat waktu makan lebih
menyenangkan, yang dapat meningkatkan masukan. Dapat mencegah awitan atau menurunkan
beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan pasien meninggalkan masukan oral.
Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara tidak berespons terhadap obat
antiemetik. Perubahan lingkungan pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan
mungkin efektif. Sering berbagai sumber distres emosi, khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat
dapat merasakan ditolak/frustasi. Mual/muntah paling menurunkan kemamouan dan efek
samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stres. Terapi tertentu (mis., antimetabolit)
menghambat pembaharuan lapisan sel-sel epitel saluran GI, yang dapat menyebabkan perubahan
yang direntang dari eritema ringan sampai ulserasi berat dengan pendarahan. Membantu
mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi pilihan
intervensi diet. Catatan: pengobatan antikanker dapat juga mengubah pemeriksaan nutrisi
sehingga semua hasil harus diperbaiki dengan status klinis klien. Kebanyakan antiemetik bekerja
untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan kemoreseptor mentriger agen zona juga
bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik. Terapi kombinasi (mis., Torecan
dengan Drcadron atau Valium) seringkali lebih efektif dari pada agen tunggal. Mencegah
kekurangan karenan penurunan absorbsi vitamin larut dalam lemak. Defisiensi B6 dapat
memperberat/mengeksaserbasi depresi, peka rangsang. Meminimalkan iritasi lambung dan
mengurangi risiko ulserasi mukosa. Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi
kebutuhan individu dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan
defisiensi mikronutrien. Pada adanya malnutrisi berat (mis., kehilangan berat badan 25%-30%
dalam 2 bulan), atau pasien telah dipuasakan selama 5 hari dan tidak mungkin untuk mampu
makan selama 2 minggu, pemberian makan per selang atau NPT mungkin perlu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi 5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk
atau pengobatan Hasil yang diharapkan : · Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi
untuk mencegah/mengurangi risiko infeksi · Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat
pada waktunya Intervensi Rasional Mandiri Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik
dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada
isolasi sesuai indikasi. Tekankan higiene personal. Pantau suhu. Kaji semua sistem (mis., kulit,
pernapasan genitourinaria) terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinu. Ubah posisi dengan
sering; pertahankan linen kering dan bebas kerutan. Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan.
Tekankan pentingnya higiene oral yang baik. Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik
aspetik. Kolaborasi Pantau JDL dengan SDP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit
sesuai indikasi. Dapatkan kultur sesuai indikai. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Lindungi
pasien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK. Membantu
potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder. Peningkatan suhu terjadi (bila tidak
tertutup oleh obat kortikosteroid atau anti-inflamasi) karena berbagai faktor mis., efek samping
kemoterapi, proses penyakit, atau infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi
yang tepat untuk dimulai. Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada
situas/sepsis yang lebih serius. Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah
kerusakan kulit (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri). Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi stasis mis., pneumonia, dekubitus, dan
pembentukan trombus. Terjadinya stomatitis meningkatkan resiko terhadap infeksi/pertumbuhan
sekunder. Menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen infeksius.
Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek kemoterapi, status penyakit atau terapi radiasi.
Pemantauan status mielosupresi penting, untuk mencegah komplikasi lanjut (mis., infeksi,
anemia, atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat. Catatan: nadir (titik terendah penurunan
jumlah darah) terlihat 7-10 hari setelah pemberian kemoterapi. Mengidentifikasi organisme
penyebab dan terapi yang tepat. Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profalaktik pada pasien imunosupresi. 6. Resiko Syok Hipovolemik
berhubungan dengan kehilangan cairan Hasil yang diharapkan : · Tanda-tanda vital dalam batas
normal · Turgor elastik , membran mukosa bibir basah · Cairan tubuh pasien adekuat Intervensi
Rasional Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Pantau intake dan output
Timbang berat badan pasien tiap hari Anjurkan keluarga untuk memberi minum yang banyak
pada pasien (2-3 liter/hari) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral (IV Line) sesuai
dengan umur. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan anti sekresin, anti spasmolitik, dan
antibiotic Penurunan sirkulasi volume menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki deficit.
Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tidak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme. Mendeteksi kehilangan cairan, penurunan 1 kg berat badan
berarti kehilangan cairan sebanyak 1 liter Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Mengganti cairan dan elektrolit secaraadekuat dan cepat. Anti sekresi untuk menurunkan sekresi
cairan dan elektrolit agar seimbang, anti spasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotic
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin. 7. Gagguan Citra Tubuh
berhubungan dengan perubahan anatomi lidah dan penampakan lidah. Hasil yang diharapkan: ·
menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas
perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain. · Berkomunikasi dengan orang terdekat
tentang perubahan peran yang telah terjadi. · Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan
pola hidup. · Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi. Intervensi
Rasional Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi
atau harapan yang akan datang. Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara
sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan,
depresi, marah. Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung,
contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.. Alat dalam mengidentifikasi
atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
Rasional dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau
intervensi lebih intensif. pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi
syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik. Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu
pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman
proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka. 8. Ansietas berhubungan
dengan ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi.
Hasil yang diharapkkan: · Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut · Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi ·
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan
pengobatan Intervensi Rasional Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya
dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan apakah kesimpulan
pasien telah dicapai. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak
untuk bicara. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila
tepat. Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implant
radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker isolasi bila mungkin. Bantun pasien/orang terdkat
dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping
untuk menghadapi rasa takut ini. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
Hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi. Izinkan ekspersi marah,
kecewa tanoa konfrontasi. Berikan informasi dimana perasaan adalah normal dan diekspresikann
secara tepat. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial efek samping.
Membantu pasien menyiapkan pengobatan. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk
bertanya dan jawaban jujur. Tinggal dengan pasien selama prosedur yang menimbulkan ansietas
dan konsultasi. Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun mungkin. Libatkan
orang terdekat sesuai indikasi bila kepuusan mayor akan dibuat. Membantu dalam identifikasi
rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker. Memberikan
kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
Membantu pasien untuk merasa diterima pasa adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat dan kontrol. Membeikan keyakinan bhhwa pasien tidak sendiri atau
ditolak; berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan. Penyimpangan
sensori dapat terjadi nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan
ansietas/takut. Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan
yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal
dan menghadapi rasa takut dan untuk meyakini bahwa strategi kontrol/koping tersedia. Dapat
menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
Penerimaan perasaan memungkinkan pasien mulai menghadapi situasi. Tujuan pengobatan
kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan sambil meminimasi kerusakan pada sel yang
normal. Pengobatan dapat meliputi pembedahan (kuratif, preventif, paiatif) serta kemoterapi,
radiasi (internal, eksternal) atau pengobatan lebih baru/spesifik seperti hipertermia seluruh tubuh
atau bioterapi. Transplantasi sumsum tulang mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe kanker.
Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas,
karenanya menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan. Menjamin sistem
pendukung untuk pasien dan memunngkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat. 9. Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan Hasil yang diharapkan: · Pasien
akan mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan pada tingkatan
kesiapan diri sendiri · Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan · Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu berpartisipasi dalam aturan
pengobatan · Mengidentifikasi/menggunakan sumber yang tersedia dengan tepat. Intervensi
Rasional Mandiri Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnose khusus,
alternative pengobatan, dan sifat harapan Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan
pengobatan kanker; tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya atau pengalaman
orang lain yang mempunyai (atau pernah mempunyai) kanker Berikan informasi yang jelas dan
akurat dalm cara yang nyat tetapi sensitif. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak
memaksakan dengan detil-detil yang tidak penting. Dorong variasi diet dan pengalaman dalam
perencanaan makan dan persiapan makanan, mis., memasak dengan jus manis, anggur;
menyediakan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan tepat (salat telur, es krim) Berikan
buku masak yang didesain untuk pasien kanker Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan
serat dalam diet serta latihan teratur Instruksikan pasien untuk mengkaji membrane mukosa oral
secara rutin, perhatikan eritema, ulserasi Anjurkan pasien memperhatikan kulit dan perawatan
rambut mis., menhindari sampo keras, air garam permanen, air klor; menghindari pemajanan
pada angin kencang dan panas atau dingin yang ekstrem; hindari pemajanan sinar matahari pada
area target selama 1 tahunsetelah akhir pengobatan radiasi dan memberikan blok tabir surya
(SPF 15 atau lebih besar) Tinjau tanda dan gejala, kebutuhan evaluasi medis, mis., infeksi,
pelambatan penyembuhan, reaksi obat. Peningkatan nyeri (tergantung situasi individu) Tekankan
pentingnya melakukan evaluasi medis Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, menidentifikasi
kebutuhan belajaar, dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan
berdasarkan informasi Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjangan pengetahuan tentang kanker Membantu penilaian diagnose kanker, memberikan
informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya. Catatan: kecepatan dan metode
pemberian informasi perlu diubah agar menurunkan ansietas pasien dan meningkatkan
kemampuan untuk mengasimilasi informasi Kreativitas dapat meningkatkan keinginan dan
masukan, khususnya jika makanan protein terasa lebih pahit. Membantu dalam memberikan
menu/ide bumbu khusus Memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltic
Pengenalanan dini tentang masalah meningkatkan intervensi dini, meminimalkan komplikasi
yang merusak masukan oral dan memberi kesempatan untuk infeksi sistemik Mencegah
kerusakan rambut lebih berat dan iritasi kulit, dapat mencegaj reaksi ulangan. Identifikasi dini
dan pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi Memberikan pemantauan terus menerus
tentang kemajuan/resolusi proses penyakit dan kesempatan untuk diagnose dan pengobatan tepat
waktu terhadap komplikasi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kanker lidah adalah suatu
kanker yang terjadi pada permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
Penyebab kanker lidah belum diketahui secara pasti. Akan tetapi ada beberapa faktor yang
diduga menjadi pemicunya antara lan, Merokok, Alkohol, Infeksi kronis, pemakaian gigi palsu
yang tidak sesuai dan kebersihan mulut yang buruk. Selain itu ada juga faktor yang lain
menyebabkan kanker lidah terjadi, yaitu: Faktor herediter dan Faktor non herediter. Gejala-gejala
kanker lidah diantaranya adalah Biasanya terdapat luka (ulkus) seperti sariawan yang tidak
sembuh dengan pengobatan yang adekuat, Nyeri yang terkadang menjalar ke telinga, Nyeri
menelan, sulit menelan dan Bercak perokok (bintik kecoklatan yang mendatar). Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk menekan risiko kanker ganas yang menyerang organ lidah
tersebut secara umum, antara lain: Berhenti merokok, Hindari minuman beralkohol, Pemeriksaan
rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi, Menyikat gigi minimal dua kali sehari, pagi hari setelah
sarapan dan malam hari menjelang tidur dan Menjaga kebersihan mulut dan gigi. DAFTAR
PUSTAKA Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8, Vol.1.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ballenger, 2002. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala
dan leher Jilid I. Jakarta:Binarupa Aksara · https://www.scribd.com/doc/213270971/Karsinoma-
Lidah
X

Recommended

presentasi ca lidah

Embriologi Lidah1. Lateral lingual swelling 2. Tuberculum impar 3. Foramen cecum 4. Copula
5. Eppiglottal swelling 6. Laryngeal orifice 7. Arytenoid swellings 8. Pharyngeal…
Makalah Kd 1 CA Colon

ca colon

Makalah Kd 1 CA Colon

ca colon

BAB 1 Kanker Lidah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma lidah adalah tumor agresif dengan
prognosis buruk. Dalam onkologi sel skuamosa kanker kepala dan leher sering dianggap
bersama-sama…
makalah kanker lidah

sensi dan persepsi

Makalah OM Kelainan Lidah

KELAINAN LIDAH ERRES TIFANI SEFTY ROHMA NINGRUM TRI AKBARISYAH DESI
SRI ASTUTI DIAH TANJUNG PERMATA 04091004011 04091004012 04091004013
04091004014 04091004015 DOSEN PENGAJAR…

makalah lidah buaya

PENERAPAN PENGGUNAAN DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) UNTUK PENGOBATAN


STOMATITIS AFTOSA (Sariawan) DI DESA CIBURIAL KECAMATAN CIMENYAN
KABUPATEN BANDUNG Oleh: Tenny Setiani,…
makalah lidah buaya

PROSPEK DAN PELUANG USAHA PENGOLAHAN PRODUK Aloe vera L. Oleh : Dyah
Purwaningsih Jurdik Kimia, FMIPA UNY I. PENDAHULUAN Seiring dengan makin
meningkatnya kesadaran masyarakat…

Makalah ANALISIS Si Pahit Lidah

Sken 1 CA Mammae

kanker payudara

ca tahap 1 baru
ok

SKENARIO 1 CA MAMAE.docx

1. Lp CA Tiroid

KANKER TIROID Kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang terbanyak
dijumpai. Berdasarkan dari “Pathological Based Registration” di Indonesia kanker tiroid…

ASKEP CA PARU (1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kanker paru merupakan penyebab


kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu
peningkatan…
PFR-LAURENA V. CA 1

law

Makalah CA Paru

makalah kanker paru

Makalah CA Colon

Makalah CA Hepar
tugas kmb 2

makalah CA prostat

makalah ca prostat

Luka Ca - Makalah Nurkholis.ppt

Luka Ca - Makalah Nurkholis.ppt

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner &
Suddart).
B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur
sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah
otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang
tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari
meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri
besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Ø Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Ø Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan
pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Ø Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan
liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba
atau cepat sekali.
Ø Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi
alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia
dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
Ø Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache)
dan radang (arteritis temporalis)
Ø Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
Ø Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol
kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher
(spondiloartritis deforman servikalis.
Ø Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi
dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan
sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini
dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan
mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal
yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah
retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang
menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk
menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini
adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit
lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan
fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan
kerusakan responsivitas CO2.
Ø Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan
fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau
beberapa hari.
Ø Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan
lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun
kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala,
yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada
tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat
yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan
ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan
dan obat relaksan otot.

E. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
v Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval
diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.
v Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit
kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan
yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja
dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur
tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena
penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak
adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri
berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa
yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat,
berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma
servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan
darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas,
penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi
diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan
reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi,
Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan
“berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai
indikasi.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat
diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu
mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap
asertif sesuai indikasi.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress
emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang
dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-
senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan atau faktor presipitasinya.
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang
bukan terapi medis

SAKIT KEPALA ( HEADACHE )


A. PengertianSakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organic atau penyakit
lain, respon stress , vasodilatasi atau migren , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ), kombinasi
respon tersebut.
B. Penyebab :Tumor intra cranialInfeksi sistemikCedera KepalaHypoxia CerebralPenyakit kronik, mata,
telingaStress
C. Klasifikasi :Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji
dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala.Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi
individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik
yang berbeda diantara individu yang berbeda.Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Migren ( dengan dan tanpa aura )1.Sakit kepala tegang2.Sakit kepala klaster
D. Patofisiologi :
Vasospasme arteri kepala → Suplay nutrisi keotak berkutang
Ischemia berkepanjangan
Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan tonus otot
Tekanan darah meningkat
Pembuluh darah berdilatasi
Peregangan dinding arteriNeuro kinin
PENGKAJIANTemuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala tersebutRiwayat yang
lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :Lelah, letih , malaiseKetegangan mataKesulitan membacaInsomnia
Sirkulasi :Denyutan vaskuler misalnya daerah temporalPucat, wajah tampak kemerahan
Integritas egoAnsietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / CairanMual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
KenyamananRespon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Interaksi socialPerubahan dalam tanggung jawab peran
Diagnosa keperawatan :
1.Nyeri akut berhubungan dengan stress dan ketegangan atau vasospasme2.Gangguan pola istirahat
tidur b/d nyeri3.Kurang pengatahuan berhubungan dengan kurang dengan informasi/keterbatasan
kognitif.4.Resiko Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah/
anoreksia5.Cemas b/d krisis situasi
Intervensi :1. Nyeri :1.Kaji faktor-faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang2.Catat intensitas nyeri (skala
0-10)3.Catat karakteristik nyeri (berat/ berdenyut/konstan),lokasinya,lamanya,factor yang
memperburuk/meredakan4.Observasi tanda-tanda nyeri non verbal; seperti ekspresi wajah,tubuh
gelisa,menangis atau meringis,perubahan frek.jantung,pernapasan,dan observasi tekanan
darah5.anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan tenang,tehnik relaksasi6.Masage daerah kepala/leher
/lengan jika pasien dapat mentoleransi pasien dengan sentuhan7.Kolaborasi berikan obat sesuai dengan
dengan indikasi analgetik, misalnya asetaminofen,ponstan dan lain-lain.
2. Pola istirahat tidur :1.Hilangkan kebisingan / stimulus eksternal yang berlebihan2.Bicara yang tenang,.
Perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek sesuai kebutuhan.3.Berikan kesempatan untuk
beristirahat / tidur4.Berikan oabt sesuai indikasi ( kolaborasi )
3. Kurang Pengetahuan :1. Diskusikan etiologi indifidual dari sakit kepala bila diket2. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi kemungkinan factor predisposisi,seperti stress emosi, suhu yang berlebihan,alergi
terhadap makanan/lingkungan tertentu.3. Diskusikan tentang obatnya dan efek sampingnya .4.
Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.5. Anjurkan pasien atau orang yang
terdekat untuk menyediakan waktu agar deapat relaksasi dan bersenang-senang6. Sarankan pemakaian
musik-musik yang bernuansa meyenangkan.
Cemas b/d krisis situasi :1.Kaji status mental dan tingkat kecemasan pasien / keluarga2.Berikan
penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.3.Berikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.4.Berikan petunjuk mengenai sumber- sumber
penyokong yang ada, seperti keluarga , konselor dll5.Jawab Setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
dan berikan informasi tentang proggnosa penyakit
5.Resiko ketidak seimbangan nutrisi1.Berikan makanan dalam jumlah kecil dalam waktu yang sering
dengan teratur2.Timbang berat badan sesuai indikasi3.Kolaborasi : Konsultasi dengan ahli gizi4.Kaji
cairan lambung, muntah
SARAF CRANIAL XII
PENDAHULUANSaraf otak ada 12 pasangMemeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan
lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karenaitu perlu dipahami anatomi
dan fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian
paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir).Bila ini rusak,hal ini
diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling
berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan
bagian lainnya.
Anatomi Dan FisiologiSaraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik
lidah, fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk
lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi kontra lateral.
Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah otak (stroke),misalnya di korteks
dan kapsula interna.
PemeriksaanInfeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat
dan bergerak.Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan
dan ada tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut? Apakah lidah mencong?Tremor lidah dapat di jumpai
pada pasien yang sakit berat (lemah),demensia paralitik dan intoksikasi.
Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang kita sulit membedakan
antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang tersungkur.Untuk memudahkan perbedaanya,
lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau menghilang.
Pada Atetose didapatkan gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan
dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika terdapat kumpulan
pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean kesukaran
menelan, selain itu juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh kebelakang
sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan lidahnya ke segalah jurusan dan perhatikan
kekuatan geraknya, kjemudian penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita nilai daya
tekanya dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar.Jika terdapat perasa lidah bagian kiri
lidah tidak dapat ditekankan kepipi sebelah kanan,tetapi kesebelah kiri dapat
Gangguan Pada Nervus XII Dan PenyebabnyaLesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi di
kortex atau kapsula interna yang dapat di debabkan oleh misalnya pada strok, dalam hal ini didapatkan
kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi dan fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan
fasikular hal ini disebabkan oleh siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma.
Pada lesi infra nuklir didapatkan atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar medulla oblongata
tetapi masih di dalam tengkora, misalnya trauma,fraktur dasar tulang tengkorak ,meningitis atau dapat
juga oleh kelainan yang berada di luar tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis.

Pengertian Cephalgia Askep Cephalgia Askep Cephalgia Cephalgia atau sakit kepala adalah
salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala
bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon
tersebut (Brunner & Suddan ) Klasifikasi Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan
oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut: 1.
Migren (dengan atau tanpa aura) 2. Sakit kepala tegang 3. Sakit kepala klaster dan hemikrania
paroksismal 4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural. 5. Sakit kepala
dikaitkan dengan trauma kepala. 6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis.
Perdarahan subarakhnoid). 7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non
vaskuler ( mis. Tumor otak) 8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus
obat. 9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik. 10. Sakit kepala yang dihubungkan
dengan gangguan metabolik (hipoglikemia). 11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan
dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut) 12. Neuralgia
kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial) Patofisiologi Sakit kepala timbul sebagai hasil
perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap
nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan
frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura
basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak.
Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap bangunan-
bangunan itu dapat berupa: Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap
selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras
ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan
lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun
tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada
infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska
contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). Gangguan pembuluh darah ekstrakranial,
misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan
terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis
deformans servikalis. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi)
dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu
sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala
sininim dari pusing kepala. Manifestasi Klinis a. Migren Migren adalah gejala kompleks yang
mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi
berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh
gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai
kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan
hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi
arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan
ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: 1. Fase aura. Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat
memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah
serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan,
perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura
ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi
awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan
responsivitas CO2. 2. Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan
tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,
beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari. 3. Fase pemulihan Periode kontraksi otot leher
dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya
terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang. b. Cluster Headache Cluster Headache
adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam
bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan
menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung.
Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe
sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin. c. Tension Headache Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi
pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang.
Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher.
Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung
kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk
memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot. Cephalgia
Cephalgia Pengkajian Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang
penyebab dan sifat dari sakit kepala. 1. Data Subyektif a. Pengertian pasien tentang sakit kepala
dan kemungkinan penyebabnya. b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress. c.
Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan. d. Tempat, frekwensi, pola dan
sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala. e. Awal
serangan sakit kepala. f. Ada gejala prodomal atau tidak g. .Ada gejala yang menyertai. h.
Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren). i. Situasi yang
membuat sakit kepala lebih parah. j. Ada alergi atau tidak. 2. Data Obyektif a. Perilaku : gejala
yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri. b. Perubahan kemampuan dalam
melaksanakan aktifitas sehari – hari. c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik
sistem saraf cranial. d. Suhu badan e. Drainase dari sinus. Dalam pengkajian sakit kepala,
beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah: a. Sakit kepala yang
terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik. b. Sakit
kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. d.
Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun
tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur. e. Sakit kepala tipe sinus timbul
pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk. f. Banyak sakit kepala yang berhubungan
dengan kondisi stress. g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada,
sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis. h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang
tetap dan sifatnya bertambah terus. i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala
bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine
demikian juga alkohol. j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam
lingkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala. k. Obat
kontrasepsi oral dapat memperberat migrain. l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala
perlu dikaji. Diagnostik 1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan
aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat. 2. MRI Scan, dengan tujuan
mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning
dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh. 3. Pungsi lumbal, dengan
mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui
terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang
mendadak akibat pengambilan CSF. Diagnosa Keperawatan Cephalgia 1. Nyeri b.d stess dan
ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. 2. Koping
individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat,
kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri. 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif. Rencana
Asuhan Keperawatan Cephalgia 1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf,
vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. Intervensi: a. Pastikan durasi/episode masalah ,
siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan b. Teliti keluhan
nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut,
konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan. c. Catat kemungkinan
patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau
trauma. d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan,
tekanan darah. e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang f. Evaluasi perilaku
nyeri g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan
aktivitas, penurunan berat badan. h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi
dari pasien, seperti mengisolasi diri. i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang
terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga j. Diskusikan dinamika fisiologi dari
ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri
dengan segera jika nyeri itu timbul. l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan
indikasi. m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. n. Berikan kompres
dingin pada kepala. o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai
kebutuhan. p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan. q.
Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi
stres dan teknik relaksasi yang lain. r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif
“Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari
dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif. s.
Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai
indikasi. 2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping
tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri. Intervensi; a. Dekati pasien
dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan. b.
Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh. c. Sarankan pasien untuk
mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan
kesenangan dari hidup ini. d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual. e.
Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan. f.
Kolaborasi Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat
pelatihan sikap asertif sesuai indikasi. 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif. Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui. b. Bantu pasien dalam
mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang
berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu. c. Diskusikan tentang obat-obatan dan
efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai
indikasi d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,
makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan
sebagainya. e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal. f. Anjurkan pasien/orang
terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang. g. Anjurkan
untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum. h. Sarankan
pemakaian musik-musik yang menyenangkan. i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit
kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya. j.
Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya
resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis Daftar Pustaka 1.
Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, Bandung. 2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta. 3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta. 4.
Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta. 5. Susan
Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,
Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta. 6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses –
proses penyakit. EGC, Jakarta Artikel yang Berhubungan : Pengkajian Keperawatan Tingkat
Kesadaran Askep AMI Kumpulan Askep Tags: Askep, askep cephalgia, asuhan keperawatan
cephalgia, sakit kepala Artikel Lain Pentingnya Kesadaran Fisik Mental Dan Spiritual Dalam
Menjaga Kesehatan Penyebab Penurunan Daya Konsentrasi SOP Pemberian Obat Injeksi
Intravena Perset Tips Membersihkan Telinga Dengan Aman Tips Menjaga Kesehatan Mata Tips
Mengatasi Kantung Mata Dan Mata Panda Secara Alami Pelayanan Admission Penanggulangan
Bencana Internal Rumah Sakit Dari Bahaya Gempa Bumi Penanggulangan Bencana Internal
Rumah Sakit Dari Bahaya Kebakaran Respon Obat Yang Tidak Diinginkan Kategori Analis (1)
Anatomi Fisiologi (3) Askep (9) Askep Anak (11) Askep Bedah (13) Askep Gerontik (1) Askep
Interna (11) Askep Jiwa (1) Askep Kulit (4) Askep Mata (2) Askep Maternitas (2) Askep Paru
(1) Askep Saraf (5) cedera olahraga (3) Diet (6) gawat darurat (16) Keperawatan (67) Kesehatan
Balita (8) Manajemen Keperawatan (1) Pemeriksaan fisik (3) Pengkajian (10) Protap (26) Syok
(6) Tips Sehat (27) Download ASKEP Tags air susu ibu alergi Askep asma asuhan keperawatan
asuhan keperawatan kanker avpu bab berat badan biomekanika trauma buang air besar defekasi
dehidrasi demam diabetes mellitus Diet diet sehat gcs hipertensi infeksi saluran pernafasan akut
ispa kateter kateterisasi urine kepuasan klien kompres hangat makp menu makanan anak model
asuhan keperawatan nadi o2 oksigen pengkajian keperawatan pireksia prinsip pemberian obat
Rabies respirasi suhu tubuh Syok terapi oksigen timbang terima tingkat kesadaran triage unit
gawat darurat ureter urine [SEO Monitor by MyPagerank.Net] Msn bot last visit powered by
MyPagerank.Net [Googlebot last access powered by MyPagerank.Net] Yahoo bot last visit
powered by MyPagerank.Net Tukar Link ? Copy kode dibawah ini, kemudian paste di blog

Anda:
Tampilan akan seperti ini : [NursingBegin.com - Kumpulan Askep - Tips Kesehatan] Langganan
Artikel Enter your Email Preview | Powered by FeedBlitz [Subscribe to get updates by email, IM
and more!] Menu Anak My Facebook Nursing Begin Create Your Badge widgeo.net Copyright
© 2008 - 2016NursingBegin.com All Rights Reserved. Copyright © 2008 - 2016
NursingBegin.com.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

También podría gustarte