Está en la página 1de 22

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN PERNAPASAN

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Evisonia Simbolon (30.01.14.0020)


Niluh Manik Aprilia (30.01.14.0036)
Sry Istiyani (30.01.14.0046)
Wita Asiska Putri (30.01.14.0058)

Dosen Pembimbing:
Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M.Kes.

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses menjadi tua itu pasti dialami oleh setiap orang dalam kelangsungan
hidupnya. Individu menjadi tua harusnya menyadari bahwa dia tidak akan
seperti ketika anak-anak ataupun dewasa lagi. Tubuhnya tidak lagi memiliki
otot yang kuat dan lentur sehingga saat melakukan aktivitas ia akan terkendala
oleh kekakuan otot maupun sendi akibat penuan. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk melakukan
fungsinya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Penuaan adalah konsekuensi
yang tidak dapat dihindari. Menua (menjadi tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.
Pada usia lanjut selain terjadi perubahan anatomi fisiologi dapat timbul
pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan umumnya, penyakit-penyakit
yang diderita kelompok usia lanjut merupakan kelanjutan penyakit yang
diderita sejak umur muda, akibat dari gejala sisa penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, penyakit akibat akibat kebiasaan-kebiaasan tertentu di masa lalu (
misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol, dan sebagainya).
Menurut data yang ada infeksi saluran atas bagian bawah akut dan
tuberkulosis paru masih menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh
masyarakat. Roesdi tahun 1980 meneliti secara retrospektif terhadap 31.275
orang penderita yang dirawat di rumah sakit Dr. Kariadi selama satu tahun,
ditemukan 226 orang penderita usia lanjut. Diantara 226 orang penderita
tersebut 67 orang (29,4%) menderita penyakit paruh dalam berbagai jenis.
Pada tahun 1981 Pranarka mengadakan survei kesehatan kelompok usia lanjut
di daerah penggunungan di jawa tengah ( berpenduduk 3.247 jiwa )
menemukan sebanyak 274 orang (8,4%) penduduk usia diatas 50 tahun,
sebanyak 56 orang (1,7%) menderita penyakit paru, dan 29 orang (0,9%)
diantaranya menderita tuberkulosis paru.
Sultan negara di bali (1987) memeriksa sebanyak 196 orang kelompok
pensiunan atau usia lanjut ( dikota denpasar bali, menemukan 24,5%
diantaranya dengan kelainan atau penyakit paru. Sudharto di semarang (1987)
mengadakan studi retrospektif terhadap penderita-penderita usia lanjut yang
dirawat di Rumah sakit Dr. Karyadi Semarang yang menderita penyakit
infeksi, menemukan sebnayak 614 penderita usia lanjut menderita dan 61,9%
diantaranya menderita infeksi saluran nafas. Rahmatullah pada tahun 1993
mengadakn studi retrospektif terhadap 55.655 orang penderita yang dirawat di
rumah sakit kariadi Semarang menemukan sebanyak 522 orang usia lanjut
penderita penyakit paru dengan rincian ISPA atau Pneumoni 16,6% ,
tuberkulosis paru 25,2%, PPOM 5,6% dan Karsinoma paru 4,5%.
Berdasarkan data diatas kelompok tertarik untuk membahas dan membuat
makalah yang berkaitan dengan keperawatan komunitas asuhan keperawatan
pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan.

B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa/i mampu memberi asuhan keperawatan lansia pada
gangguan penapasan.

2. Khusus
1) Mahasiswa/i untuk mengetahui cara melakukan pengkajian
keperawatan lansia pada gangguan penapasan.
2) Mahasiswa/i untuk mengetahui cara menentukan diagnose
keperawatan yang tepat dan mengutamakan diagnosa yang paling
dibutuhkan pada pasien lansia pada gangguan penapasan.
3) Mahasiswa/i untuk mengetahui pembuatan intervensi keperawatan
pada pasien lansia pada gangguan penapasan.
4) Mahasiswa/i untuk mengetahui cara melakukan tindakan
keperawatan pada pasien lansia pada gangguan penapasan.
5) Mahasiswa/i untuk mengetahui cara melakukan tindakan evaluasi
keperawatan pada pasien lansia pada gangguan penapasan.
6) Mahasiswa/i mampu mengetahui isu atau masalah penelitian terkini
pada keperawatan pada pasien lansia pada gangguan penapasan.

C. Manfaat
Sesuai dengan latar belakang, rumusan msalah dan tujuan penulisan yang
hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan
makalah ini adalah
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa menahami asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan pernapasan
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui dan
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan pernapasan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
diaplikasikan pada pelayanan kesehatan
3. Bagi lnsutusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa meningkatkan
pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi
kesehatan
D. Statistika

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan yang


terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat dan sistematika
penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bagian bab ini berisikan tentang teori-teori yang relevan


dengan judul. Penyusun melakukan kajian mendalam tentang fakta, teori,
konsep, atau pendekatan asuhan keperawatan lansia dengan gangguan
pernapasan dan Konsep keperawatan yang berisi tentang pengkajian,
diagnosa dan perencanaan.

3. BAB III Tinjauan Kasus

Pada bab ini menjelaskan tentang pendokumentasian pelaksanaan


asuhan keperawatan berisi tentang kasus, pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4. BAB IV Pembahasan

a. Simpulan

1) Berisi uraian singkat dan jelas, yang merupakan hasil akhir dari
asuhan keperawatan tentang luka bakar.

2) Merupakan jawaban dan tujuan khusus penulisan dan sebagai


ikhtisar penting dari BAB I dan BAB III

3) Tidak diperkenankan memasukkan hal-hal baru, diluar yang


disajikan pada bab-bab sebelumnya.
b. Saran

1) Saran harus mengacu pada manfaat asuhan keperawatan,


berdasarkan simpulan akhir.

2) Merupakan tanggapan dari butir kesimpulan yang berupa


kesenjangan.

3) Saran berupa alternatif pemecahan masalah yang “operasional”,


artinya saran dapat ditindak lanjuti oleh pihak yang diberi saran.

4) Saran berupa masukkan terhadap manajemen pengelolaan kasus


berdasarkan literatur atau pengalaman terbaru
(buku/workshop/seminar/pelatihan/studi banding).

5) Saran dapat ditujukan kepada perawat, "pasien, keluarga pasien,


tim pemberi pelayanan, maupun institusi yang terkait dalam
kajian.

6) Saran tidak boleh menjelek-jelekkan dan bukan kritik terhadap


institusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep medik
1. Perubahan pada sistem pernapasan
Perubahan-perubahan anatomi Sistem Pernapasan
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
sehinggavolume udara inspirasi berkurang, sehingga pernapasan cepat
dan dangkal
b. Menurunnya aktivitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan elastisitas
d. Cepat menurunkan pernapasan
e. Kapasitas residu meningkat
f. Menarik napas lebih berat
g. Kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernapas
menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasanya dan jumlahnya
berkurang sehingga menyebabkan terganggunya proses difusi
h. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi
dari hemoglobin sehingga O2 tidak terangkut kesuluh sel dengan baik.
i. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun dan lama kelamaan akan menjadi racun pada tubuh sendiri.
j. Kemampuan batuk berkurang sehingga kemampuan untuk mengeluarkan
secret dan corpus ileum dari saluran napas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi, serta kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan
otot pernapasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

Perubahan-perubahan fisiologis Sistem Respirasi


Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan structural dan
fungsional pada toraks dan paru- paru. Kita ketahui bahwa tujuan
pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi
kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang
berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi
paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh
Daya pegas paru-paru berkurang, sehingga secara normal menahan
thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan
otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku
dan otot pernapasan menjadi lemah, amka menyebabkan kemampuan lansia
untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan klasifiaksi
dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap
infeksi pernapasan.
a. Gerak pernafasan : adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun
rongga dada akan merubah mekanika pernafasan amplitudo pernafasan
menjadi dangkal timbul keluhan sesak bernafas
b. Distribusi gas : perubahan struktur anatomik saluran gas akan
menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air traping) ataupun
gangguan pendistribusian oksigen
c. Volume dan kapasitas paru menurun
d. Gangguan transport gas : pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara
bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya
tidakkeseimbangan ventilasi-perfusi,Selain itu diketahui bahwa
pengambilan O2 dalam darah dari alveoli (difusi) dan transport O2
kejaringan-jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga
e. Gangguan perubahan ventilasi paru : akibat adanya penurunan kepekaan
komoreseptor perifer, komoreseptor sentral ataupun pusat-pusat
pernafasan pada medula oblongata dan pons.
f. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.
g. Atrofi umum tonsil.
h. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.
i. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan
metabolism kalsium dan kartilago iga.
j. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.
k. Kifosis.
l. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan
m. Penurunana kapasitas difusi
n. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas
vital
o. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan
recoil elastic paru dan peningkatan kapasitas residual.
p. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang
mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan
pertukaran tekanan oksigen.
q. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%
r. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi
paru dan sumbat mukus.
s. Toleransi rendah terhadap oksigen.

2. Faktor Faktor yang memperburuk fungsi paru


Selain penurunan funsi paru akibat proses penuaan terdapat beberapa faktor
yang memperburuk fungsi paru yaitu antara lain:
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru yaitu penyempitan saluran
nafas.Pada tingkat awal saluran nafas mengalami penurunan nilai VEP1
yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tadi.
2. Obesitas
Pada obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan
dinding perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada.
3. Immobilitas
Immobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat
otot-otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital paksa atau volume paru
akan relatif berkurang
4. Operasi
Dari pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan faal
paru adalah: (1) pembedahan toraks (dada dan jantung);(2) pembedahan
abdomen bagian atas;(3)anastesi atau jenis obat anastesi tertentu

3. Dampak Akibat Perubahan Sistem Pernafasan Pada Lansia


Dengan adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasan
ditambah dengan adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya
macam penyakit paru yaitu :
a. Bronkitis kronis
b. Emfisema paru
c. PPOM
d. Tb paru
e. Kanker paru
Sulitnya pendiagnosisan karena gejala-gejala klasik penyakit paru seperti
batuk,nyeri dada, pembentukan sputum, dan demam sering tidak tampak
pada pasien lansia. Dengan adanya perubahan sistem pernapasan pada usia
lanjut, dapat menjadi kontraindikasi tindakan intervensi bedah

4. Masalah Penyakit yang Sering Terjadi


Ada beberapa penyakit paru yang menyertai usia lanjut, yang penting ada 4
macam: Pnemoni, Tuberkulosis paru, Penyakit Paru Obstruksi Menahun
(PPOM) dan Karsinoma Paru.
1) Pnemonia
Kejadian Pnemonia pada usia lanjut tergantung pada tiga hal yaitu
a. Kondisi fisik penderita.
b. Lingkungan dimana mereka berada.
c. Kuman penyebabnya atau virulensinya.

Pnemoni pada usia lanjut mempunyai angka kematian yang tinggi kira-
kira 40%. Penyebabnya ada tiga hal
a. Karena pnemoninya sendiri.
b. Pada penderita yang sering disertai berbagai kondisi atau penyakit
penyerta.
c. Pada kenyataanya penderita pnemoni usia lanjut sulit di obati.
Penyebab Pnemonia pada usia lanjut dapat bermacam-macam, yang
paling sering penyebabnya adalah kombinasi berbagai kuman. Pada usia
lanjut, pnemoni kiomunitas yang disebabkan oleh bakteri gram positif,
sebgaian besar adalah kuman Strep. Pnemoniae.
Gambaran klinik penderita pnemoni pada usia lanjut sering-sering tidak
menunjukkan gambaran yang nyata. Dilaporkan terdapat penurunan
kesadaran pada 20% kasus, distensi abdomen pada 5% kasus tanda
dehidrasi 50% pada kasus.

2) Tuberkolosis Paru
Tuberkolosis pada usia lanjut sering dilupakan, karena beberapa hal antara
lain keluhan, gejala klinik maupun gambaran radiologik tidak khas.Seperti
lazimnya, penyebab infeksi adalah kuman tahan asam, M. Tuberculosis.
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh para penderita tuberkulosis usia
lanjut adalah: sesak nafas, penurunan berat badan dan gangguan mental.
Bila tuberkulois reaktivitas dari fokus infeksi sebelumnya, daerah paru
yang sering terserang adalah bagian daerah apeks paru dengan atau
penyebaran kedaerah-daerah lain.
3) Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
Merupakan semua penyakit pernafasan yang dikarakteristikan oleh
obstruksi kronis pada aliran udar (asma, bronkitis kronis, dan emfisema).
Penyebab utama obstruksi adalah inflamasi jalan nafas, perlengetan
mukosa, penyempitan lumen jalan nafas, atau kerusakan jalan nafas.
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi
paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh
adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami banyak
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. Yang termasuk PPOM
adalah Bronkitis kronis, emfisema paru dan penyakit saluran nafas perifer.
Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang
terdapat pada penderita, antara lain merokok sigaret yang berlangsung
lama, polusi udara, infeksi paru, berulang, umur, jenis kelamin, ras,
difiensi alfa-1 antitripsin, difiensi antioksidan.Gambaran klinik yang
ditemukan adalah gambaran penyakit paru yang mendasari di tambah
tanda-tanda klinik akibat terjadinya obstruksi bronkus.

4) Karsinoma Paru
Beberapa faktor yang telah diketahui berpengaruh terhadap
timbulnya karsinoma paru antara lain,merokok, polusi udara dan bahan
industri yang bersifat karsinogenik.Perkiraan penyebabnya adalah irtasi
bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan berlangsung kronis.
Biasanya karsinoma paru tidak tidak memberikan keluhan-keluhan,
dan penyakit ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan umum (general
chek up). Karsinoma paru akan memberikan gejala klinik biasanya kalau
sudah lanjut, menimbulkan komplikasi, misalnya menberikan tekanan
pada organ di sekitarnya, metastasis jauh dan sebagainya, sehingga
mengganggu fungsi organ lain. Kadang-kadang gejala yang mencolok
yaitu munculnya rasa nyeri pada daerah dada, sesak nafas, hemotisis,
timbul benjolan didada.
5. Pencegahan Penyakit Pada Usia Lanjut
Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur
anatomik maupun fisiologik alami juga tidak apat dihindari. Pencegahan
terhadap timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia lanjut dilakukan pdaa
prinsipnya dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki
keaadan gizi, menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh misalnya merokok, minum alkohol dan sebagainya.
Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan
dengan ucara yang lazim.
a. Usaha pencegahan infeksi/saluran nafas
Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambat
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor yang mempenaruhi timbulnya
infeksi.
b. Usaha menegah timbulnya TB paru.
Yang bisa dilakukan adalah menghindari kontak person dengan
penderitaTB paru atau menghindari cara-cara penularan lainnya
c. Usaha pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma
Sejak usia muda bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap
timbulnya kelainan paru (PPOM dan karsinoma paru), perlu dilakukan
pemantauan secara berkala:
1) Pemeriksaan foto rontgen toraks
2) Pemeriksaan faal paru, paling tidak setahun sekali
3) Saat dianjurkan bagi mereka yang beresiko tinggi tadi (perokok berat
dan laki-laki) menghindari atau segera berhenti
Asuhan Keperawatan

Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)

1. Pengkajian

Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk


pemecahan masalah klien. Pada klien dengan PPOM didasarkan pada kegiatan
sehari-hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10, identifikasi faktor
social dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung yang terjadinya gejala.
Identifikasi dari tipe dan gejala yang muncul seperti tiba-tiba atau membahayakan
dan faktor presipitasi lainnya meliputi perjalanan penularan temperature dan
stress.

Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada,


respiratory rate dan pola pernafasan posisi tubuh menggunakan otot bantu
pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan, dan bau sputum. Palpasi dan
perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan
premitus, gerakan dinding dada, dan penyimpan diagfragma. Auskultasi dinding
data pada lansia harusnya berikan cukup waktu untuk kenyamanan dengan
menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Kerusakan pertukaran gas
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko tinggi terhadap infeksi

3. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Berhubungan dengan :
- Infeksi
- Trauma
- Kerusakan perseptual/kognitif
- Bronkospasme
- Peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi
kental
- Penurunan energi/kelemahan
Ditandai dengan :
- sianosis, dispneu, demam, takipnea
- Pernyataan
- kesulitan bernafas
- Perubahan kedalam atau kecepatan pernafasan, penggunaan
otot aksesori
- Bunyi nafas abnormal, misal : mengi, ronkhi, krekels
- Batuk (menetap), dengan atau tanpa produksi sputum

Kriteria hasil :

- Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas


bersih
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas, misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Tindakan keperawatan

1. Ausultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal : mengi,


ronchi, dan krekels
2. Kaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
3. Catat derajat dipsnea, misal, keluhan sesak, gelisah, ansietas,
distres pernafasan, dan penggunaan alat bantu nafas
4. Beri posisi yang nyaman, misal, peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
5. Minimalkan polusi lingkungan (debu, asap, bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu)
6. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai total
toleransi jantung, memberikan air hangat. Anjurkan masukan
cairan sebagai pengganti makanan
7. Beri obat sesuai dengan indikasi, bronkodilator (epinefrin,
albuterol, terbutalin) Xantin, Streroid oral, IV, inhalasi
metilprednisolon, dexametason, antihistamin, antimikrobial,
analgesik, antitusif
8. Berikan humidifikasi tambahan, misal, nebulizer ultranik,
humidifier aerosol
9. Fisioterapi dada

2. Kerusakan pertukaran gas


Berhubungan dengan :
- Perubahan aliran darah
- Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah
- Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronkus, dan jebakan udara)
- Kerusakan membran alveo-kapiler
Ditandai dengan :
- Dispnea
- Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah
- Ketidakmampuan mengeluarkan sekret
- Nilai GDA abnormal (hipoksia dan hiperkapnia)
- Perubahan tanda vital
- Penurunan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria hasil/kriteria evaluasi :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal bebas gejala
distres pernafasan
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan/situasi
- Berkurang atau tida adanya gangguan status mental dan
istirahat
Tindakan keperawatan :
Mandiri :
1. Kaji frekuensi, kedalam pernafasan, catat penggunaan otot
bantu nafas, pernafasan bibir, ketidakmampuan bicara
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu memilih posisi yang
mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan/nafas bibir
sesuai kebutuhan atau toleransi klien
3. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan
bunyi tambahan
5. Palpasi fremitus
6. Awasi tingkat kesadaran/status mental
7. Awasi tanda vital dan irama jantung
8. Awasi GDA dan nadi oksimetri
9. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi klien
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau
mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor
biologis dan psikologis
- Dispnea
- Kelemahan
- Efek samping obat
- Produksi sputum
- Anoreksia, mual/muntah
Ditandai dengan :
- Kelemahan otot menelan atau penguyah
- Penurunan berat badan
- Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
- Kelemahan
- Mengeluh gangguan sensasi pengecapan
- Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:
- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat
- Mengonsumsi diet tinggi kalori seimbang (± 2400 kalori)
- Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat yang tepat.
Tindakan keperawatan:
Mandiri:
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
5. Dorong periode istirahat semalam, serta 1 jam sebelum dan
sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
6. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
7. Hindari makanan yang sangat panas/sangat dingin.
8. Timbang berat badan sesuai indikasi.
9. Bantu keluarga merencanakan makanan tinggi kalori dan
protein
10. Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang
mudah dicerna, nutrisi seimbang, misal, nutrisi tambahan oral
atau selang, serta secara parenteral.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi


Faktor resiko meliputi :
- Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan
patogen
- Tidak adekuatnya pertahanan utama ( kulit luka, penurunan
kerja silia, menetapnya sekret)
- Tidak adekuatnya imunitas ( kerusakan jaringan, peningkatan
penajanan pada lingkungan )
- Proses penyakit kronis
- Malnutrisi
Kriteria hasil . kriteria evaluasi:
- Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor resiko
- Tidak mengalami infeksi
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
resiko infeksi
- Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk
emningkatkan lingkungan yang aman.
Tindakan keperawatan:
Mandiri:
1. Kaji pentingnya nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering,
dan masukan cairan adekuat
2. Auskulitasi paru sevara ketat, anjurkan klien melaporkan bila
sakit tenggorokan
3. Obseravasi suhu
4. Observasi warna, kateter, bau sputum.
5. Tunjukkan dan bantu tentang pembuangan tisu dan sputum.
Tekankan teknik cuci tangan yang benar dan penggunaan
sarung tangan bila memegang/membuang tisu, serta wadah
sputum.
6. Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi
7. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
8. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat
9. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk/ penghisapan untuk
pewarnaan kuman gram, kultur, atau sensitivitas.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi, status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994, dalam Potter dan Perry, 1997)

5. Evaluasi keperawatan
Focus utama pada klien lansia dengan PPOM adalah untuk mengendalikan
kemampuan dalam ADLS mengontrol gejala dan tercapainya hasil yang
diharapkan. Klien lansia mungkin membutuhkan perawatan tambahan
dirumah, monitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan teknik
energy conserving untuk mengurangi sesak nafas dan kecemasan yang
diajarkan dalam rehabilitas paru. Klien lansia membutuhkan waktu yang
lama untuk memperlajari teknik untuk rehabilitasi yang dianjurkan. Saat
pertama kali mengajarkan mereka harus mempunyai pemahaman yang
baik untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Proses menjadi tua itu pasti dialami oleh setiap orang dalam kelangsungan
hidupnya. Individu menjadi tua harusnya menyadari bahwa dia tidak akan
seperti ketika anak-anak ataupun dewasa lagi. Tubuhnya tidak lagi memiliki
otot yang kuat dan lentur sehingga saat melakukan aktivitas ia akan
terkendala oleh kekakuan otot maupun sendi akibat penuan. Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
melakukan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Penuaan adalah
konsekuensi yang tidak dapat dihindari.
1.2 Saran
a. Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literature dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
b. bagi pendidikan
Bagi dosen pendidikan agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
c. Bagi kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana terjadinya gangguan
pernafasan pada lansia
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhie & H. Hadi Martono, 2000, Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Salemba Medika
Santoso, Hanna dan Ismail, Andar. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia : Uraian
Medis dan Pedagosis-Pastoral. Jakarta : Gunung Mulia.
Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.

También podría gustarte