Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
MEKANIKA TANAH 1
OLEH :
KELOMPOK III
1MRK5
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
4.5.3 Pengambilan Hasil Rata-Rata Berat Jenis Tanah ............................ 16
v
BAB VIII CALIFORNIA BEARING RATIO ................................................... 45
8.1 Pendahuluan ........................................................................................... 45
8.2 Peralatan ................................................................................................. 46
8.3 Benda Uji ................................................................................................ 46
8.4 Prosedure Pengujian ............................................................................... 48
8.5 Perhitungan dan Pelaporan ..................................................................... 49
vi
BAB I
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH
(SOIL SAMPLING)
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan pengambil-
an sampel tanah, baik yang asli maupun terganggu sesuai prosedur yang benar dan
dapat mengumpulkan berbagai informasi serta menggambarkannya dalam grafik
mengenai hubungan antara perubahan kadar air alami terhadap kedalaman.
1.1 PENDAHULUAN
Pengambilan sampel tanah merupakan kegiatan yang paling awal
dilakukan dalam pelaksanaan praktikum Laboratorium Uji Tanah (LUT)
yang dimaksudkan untuk mendapatkan sampel tanah, baik yang asli
(undisturbed) maupun terganggu (disturbed). Sampel tanah tersebut
nantinya akan digunakan dalam pengujian-pengujian selanjutnya di
laboratorium.
Sampel tanah diambil berbentuk kubus (block samples) yang diambil
dari dalam lubang galian/sumur uji (test pit).
Selain itu, melalui kegiatan ini dapat pula dibuat deskripsi susunan
lapisan tanah dan diketahui tinggi muka air tanah setempat.
1
1.3 PROSEDUR PENGUJIANSUMUR UJI (TEST PIT)
1. Menentukan lokasi yang akan diambil sampel tanah serta bersihkan per-
mukaannya dari rerumputan atau benda-benda lainnya
2. Membuat lubang dengan ukuran (100 x 100 x 100) cm atau dengan
ukuran lain sesuai petunjuk instruktur
3. Menyisakan tanah berbentuk kubus dengan ukuran (20 x 20 x 20) cm
pada dasar galian mulai di kedalaman 100 cm, atau mengambil sampel
tanah asli dengan menggunakan tabung sampel tanah, tiap kelompok
minimal 3 (tiga) tabung sampel tanah
4. Membungkus tanah asli tersebut dengan aluminium foil atau plastik, bila
pengambilannya dengan tabung sampel tanah maka tabung sampel tanah
dapat ditutup dengan plastik atau menggunakan malam/parafin, serta
mengambil sampel tanah setiap kedalaman 50 cm atau setiap terdapat
perubahan lapisan tanah untuk mengetahui kadar airnya
5. Memberi label identifikasi agar tidak tertukar bila sampel tanah lebih dari
satu serta menyimpan sampel tanah tersebut ditempat yang teduh.
1.4 PELAPORAN
Semua data yang yang dijumpai selama pelaksanaan kegiatan, harus dicatat
langsung di lapangan pada profil sumur uji maupun profil bor, yang meliputi :
2
1.5 KESIMPULAN
1. Tanah terganggu (Disturbed Soil) adalah tanah yang dekat dengan permukaan
di mana keadaan tanah tersebut telah banyak dipengaruhi lingkungan.
2. Tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil) adalah tanah yang terlindung tanah
terganggu (Disturbed Soil) dari pengaruh lingkungan luar sehingga
keadaannya masih benar-benar asli.
1.6 SARAN
1. Pengambilan tanah harus dilakukan sesuai prosedur untuk menjaga keadaan
tanah agar selalu terkontrol.
2. Keadaan tanah undisturbed harus benar-benar dijaga keasliannya hingga
pengujian berlangsung guna mendapatkan data yang valid sehingga
memerlukan perlakuan khusus jika dibandingkan tanah terganggu (Disturbed
Soil).
3
Lampiran 1.1 Gambaran Umum Pengujian Sumur Uji (Test Pit)
Gambar 1.1 Tampak Depan Pengujian Sumur Uji (Test Pit)
4
BAB II
KADAR AIR TANAH (WATER CONTENT, w)
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian penentuan
kadar air dengan prosedur yang benar, dapat melakukan perhitungan kadar air
serta dapat menggunakannya dalam perhitungan-perhitungan untuk pengujian
yang lain.
2.1 PENDAHULUAN
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam masa tanah terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan
dinyatakan dalam prosen.
Kadar air tanah merupakan salah satu parameter tanah yang penting
untuk menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya.
Oleh sebab itu, pengujian atas kadar air tanah ini merupakan salah satu
pengujian yang selalu dilakukan setiap penyelidikan tanah.
Pengujian menggunakan metode kering oven (oven drying method),
yaitu memanaskan benda uji pada suhu (110 ± 5) ºC selama 16 s/d 24 jam.
Pada keadaan khusus apabila tanah yang diuji berupa jenis lempung
dari mineral monmorolinote/holosite, gypsum atau bahan-bahan organik
(misalnya tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum dibatasi
sampai 60 ºC dengan waktu pengeringan yang lebih lama.
Penentuan kadar air tanah sedapat mungkin dilakukan segera setelah
penyiapan benda uji, terutama bila cawan yang digunakan mudah berkarat.
2.2 PERALATAN
1. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda uji
sampai (110 ± 5 )ºC
2. Cawan dengan penutup dan tak berkarat (terbuat dari gelas/alumunium).
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 ; 0,1 ; 1 gram (lihat Tabel 2.1)
5
4. Desikator, berisi selica gel
5. Penjepit (Crubicle tongs)
6
2.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Ww (W1 W 2)
Kadar air (w) = = 100 %
Ws (W 2 W3) ..................(2.1)
dengan :
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan = W3 gram
Berat air (Ww) = (W1 – W2) gram
Berat tanah kering (Ws) = (W2 – W3) gram
Contoh perhitungan
59,22−40,62
Kadar air (w) = x 100% = 59,25%
40,62−9,23
2.6 KESIMPULAN
1. Dari hasil pengujian kadar air tanah tidak terganggu (undisturb soil) tanah Gresik
didapatkan kadar air rata-rata 61,27%
2. Tanah Gresik memiliki kadar air yang tinggi yang membuat tekstur tanahnya
menjadi cenderung becek.
2.7 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data yang
valid.
2. Tanah undisturb harus disimpan dengan baik agar kadar airnya terjaga dari mulai
penggalian hingga tanggal pengujian.
7
Tabel 2.2 Lembar hasil pengujian kadar air tanah (water content, w)
8
BAB III
BERAT ISI TANAH
(UNIT WEIGHT OF SOIL, 𝛾)
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian penentuan
berat isi menggunakan silinder tipis dengan prosedur yang benar, dapat meng-
hitung besarnya nilai berat isi, serta dapat membuat benda uji buatan (remoulded
samples).
3.1 PENDAHULUAN
Berat isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan antara berat total
tanah terhadap isi/volume total tanah yang dinyatakan dalam notasi γwet
(gram/cm³).
Seperti halnya kadar air tanah, berat isi tanah juga merupakan sifat
fisik tanah yang penting sehingga pengujiannya dilakukan secara rutin
bersama-sama dengan pengujian lainnya di laboratorium.
Pelaksanaan pengujian ini menggunakan metoda silinder tipis yang di-
masukkan kedalam tanah (drive cylinder method) sehingga tidak dapat
dilakukan pada jenis tanah berpasir lepas atau terdapat banyak kerikil.
Sementara itu dalam pengujian pemadatan tanah di laboratorium atau
penentuan kepadatan tanah di lapangan, berat isi tanah dinyatakan dalam
berat isi tanah kering γdry, yaitu perbandingan antara berat butir tanah
terhadap volume total tanah.
Jika tidak didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan
benda uji buatan (remoulded samples) dengan mempertahankan berat isi dan
kadar air yang sesuai dengan keadaan aslinya.
9
3.2 PERALATAN
1. Cincin (ring) besar/kecil
2. Jangka sorong
3. Pisau/spatula
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
10
3.5 KESIMPULAN
Dari pengujian berat isi (𝛾d) pada tanah terganggu(undisturbed soil)
tanah Gresik didapat berat isi tanah basah (𝛾 wet) rata-rata 1,67 gram/cm3.
3.6 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yang akurat.
2. Pengukuran volume ring harus dilakukan dalam keadaan ring bersih dari
segala pertikel.
11
Tabel 3.1 Lembar hasil pengujian berat isi tanah (unit weight of soil), (𝛾d)
12
BAB IV
BERAT JENIS TANAH
(SPECIFIC GRAVITY OF SOIL, Gs)
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat menentukan nilai berat jenis (Gs)
tanah berbutir halus di laboratorium dengan prosedur yang benar, dapat meng-
gunakan nilai berat jenis (Gs) yang diperoleh untuk menghitung besaran sifat-
sifat fisik tanah penting lainnya.
4.1 PENDAHULUAN
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah
(Ws) dengan berat air (Ww) yang mempunyai volume (V) sama pada
temperatur tertentu.
Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indek propertis
tanah (misalnya : angka pori (e), berat isi tanah (γt), derajat kejenuhan (Sr)
dan karakteristik pemampatan (Cc, Cr, Cv) serta sifat-sifat penting tanah
lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis dapat pula ditentukan sifat tanah
secara umum misalnya : tanah organik mempunyai berat jenis yang kecil,
sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi)
ditunjukkan dari berat jenis tanah yang besar.
Pengujian berat jenis tanah ini dimaksudkan untuk menentukan berat
jenis tanah untuk ukuran butiran tanah yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm),
dengan menggunakan piknometer. Apabila nilai Gs akan digunakan dalam
perhitungan pada pengujian hidrometer, maka benda uji yang dipakai adalah
yang lolos ayakan No. 10 (2,00 mm).
4.2 PERALATAN
1. Piknometer dengan kapasitas 50 ml dan 100 ml
2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram
3. Desikator
13
4. Oven dengan pengatur suhu (110 5) C
5. Thermometer ukuran 0 – 50 C dengan ketelitian pembacaan 1 C
6. Ayakan nomor saringan #4, #10, 40#
7. Tungku listrik (hot plate)
8. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature bath)
9. Air suling.
14
4. Mengambil piknometer dari desikator dan tambahkan dengan air suling
sampai penuh kemudian menempatkannya pada bak pengatur suhu
(constant temperature bath), sehingga isi piknometer mempunyai suhu yang
sama (constant). Setelah suhu konstan, menambahkan air suling lagi sampai
penuh dan menutup piknometer tersebut. Mengeringkan bagian luar dan
menimbang beratnya (W3)
5. Membersihkan piknometer, kemudian mengisinya dengan air suling sampai
penuh dan memasukannya pada bak pengatur suhu. Setelah suhu konstan,
mengeringkan bagian luar piknometer dan menimbangnya beserta tutupnya
(W4)
15
Tabel 4.1 Faktor koreksi terhadap suhu
T (Suhu)oC Faktor koreksi K T (Suhu) oC Faktor koreksi K
18 1,0016 25 1,0000
19 1,0014 26 0,9997
20 1,0012 27 0,9995
21 1,0010 28 0,9992
22 1,0007 29 0,9989
23 1,0005 30 0,9986
24 1,0003 31 0,9983
GL(W2 W1)
Gs
(W5 W1) (W3 W2)
dengan :
Gs = Berat jenis tanah
GL = Berat jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + sampel tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + sampel tanah + air + tutup
W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi
Contoh Perhitungan :
1(43,06 − 33,08)
𝐺𝑠 = = 2,29
(88,15 − 33,08) − (93,76 − 43,06)
16
4.6 KESIMPULAN
Dari pengujian berat jenis (Gs) tanah Gresik didapatkan berat jenis (Gs) tanah
rata-rata 2,69.
4.7 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yang valid.
2. Pada proses penimbangan piknometer, piknometer harus dalam keadaan bebas
dari partikel.
3. Pengujian harus diperhatikan langkah demi langkahnya.
17
Tabel 4.2 Lembar hasil pengujian berat jenis tanah (specivic gravity of soil, Gs)
LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO HATTA NO.9 MALANG
18
BAB V
BATAS-BATAS ATTERBERG
(ATTERBERG LIMITS, LL, PL, IP)
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan salah satu cara
pengujian konsistensi tanah dengan prosedur yang benar, dapat menentukan
harga-harga batas cair dan batas plastis serta menggambarkan grafik untuk batas
cair dengan benar.
5.1 PENDAHULUAN
Batas cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi tanah antara cair
dan plastis. Batas plastis adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara
plastis dan semi padat. Batas susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam
kondisi antara semi padat dan padat.
Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka
terhadap perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik
tertentu berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit,
PL) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit, SL).
Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas
dari tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan
harga indek plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai
kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis (IP = LL – PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap
perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta
besar pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.
5.2 PERALATAN
1. Alat batas cair standar (casagrande)
2. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
3. Alat pembuat alur (grooving tool)
19
4. Spatula
5. Cawan untuk penentuan kadar air
6. Air suling
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
8. Lempeng kaca ukuran 60 x 60 x 1cm
20
6. Memutar engkol alat uji sehingga mangkok naik/jatuh setinggi 1 cm dengan
kecepatan 2 putaran perdetik. Permutaran ini dilakukan terus dengan
kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berimpit sepanjang 1,27 cm
dan mencatat jumlah pukulan pada waktu berimpit tersebut
7. Mengulangi pekerjaan (3) sampai (6) paling kurang 2 kali sampai diperoleh
jumlah pukulan yang sama, dimaksudkan agar campuran tersebut sudah betul-
betul merata kadar airnya. Bila telah diperoleh jumlah pukulan yang sama,
maka mengambil sedikit tanah pada bagian yang berimpit untuk dicari kadar
airnya
8. Melakukan pengujian tersebut di atas dengan kadar air yang bervariasi
sehingga didapat pukulan antara 10 – 50.
21
5.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
5.5.1 Penentuan Batas Cair
1. Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
selanjutnya digambar dalam grafik. Jumlah pukulan digambarkan pada
sumbu mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu
tegak dengan skala normal
2. Membuat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang di-
peroleh tidak terletak satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik
berat dari titik-titik tersebut
3. Menarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 x sampai memotong garis
grafik, kemudian menarik garis mendatar dari titik potong tersebut
hingga memotong sumbu vertikal (sumbu kadar air). Nilai yang
diperoleh tersebut merupakan nilai batas cair (Liquid Limit, LL) dari jenis
tanah yang diuji.
Rumus :
Ww= W1- W2
Ws = W2-W3
W = Ww + Ws ×100%
Keterangan :
Ww = Berat air
W1 = Berat cawan + Tanah basah
W2 = Berat cawan + Tanah kering
W3 = Berat cawan
Ws = Berat tanah kering
W = Kadar air
Ww= 22,60 – 16,64 = 5,96
Ws = 16,64 – 9,85 = 6,79
W = 5,96+ 6,79 ×100% =87,78 %
PI = LL-PL
= 86,80 – 50,67
= 36,13%
22
5.5.2 Penentuan Batas Plastis
Menentukan kadar air rata-ratanya pada kadar air tersebut (pada prosedur
penentuan batas plastis) merupakan harga batas plastis (Plastic Limit, PL).
5.6 KESIMPULAN
1. Dari pengeplotan grafik pada gambar 5.1 didapatkan Batas Cair (Liquid
Limit)sebesar 86,80%, pada pengujianBatas Plastis (Plastis Limit)diperoleh
nilai sebesar 50,67% sehingga diperoleh indeks plastisitas (Plasticity Index)
36,13%.
2. Nilai indeks plastisitas (Plasticity Index) sebesar 36,13% dinilai terlalu besar,
sehingga tanah Gresik di golongkan kedalam tanah ekspansif.
5.7 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yang valid.
2. Pembacaan dalam proses penimbangan harus dilakukan hati-hati agar
memperoleh berat yang valid.
3. Proses pengeplotan grafik harus dilakukan dengan teliti agar didapatan nilai
Batas Cair (Liquid Limit)yang akurat.
23
Tabel 5.1 Lembar hasil pengujian batas-batas Atterberg (Atterberg limits)
LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO HATTA NO.9 MALANG
24
BAB VI
ANALISIS UKURAN BUTIRAN
(GRAIN SIZE ANALYSIS)
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian analisis
ukuran butiran dan distribusinya, baik yang berbutir kasar (kerikil/pasir) maupun
yang berbutir halus (lempung/tanah lolos saringan no. 200) dengan prosedur yang
benar, serta dapat mentabelkan dan menggambarkan analisis butiran tersebut.
6.1 PENDAHULUAN
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai
ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun
tanah nonkohesif.
Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan
distribusinya. Sehingga di dalam mekanika tanah, analisis ukuran butir
banyak dilakukan/ dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.
Pengujian Analisis Butiran ini dilakukan dengan dua cara :
1. Analisis Ayakan (sieve analysis), dilakukan untuk kandungan tanah yang
berbutir kasar (pasir, kerikil).
2. Analisis hidrometer (hydrometer analysis), dilakukan untuk kandungan tanah
berbutir halus (lolos ayakan No.200).
6.2.2 Peralatan
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji
2. Satu set saringan dengan ukuran : 3/8”; No 4; No 10; No 20; No. 40;
No.100; No.200
25
3.Oven dengan pengatur suhu sampai 110 ºC
4.Mesin penggetar saringan
5.Talam
6.Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
τs- τ..w
υ = x D²
18. ............(6.1)
26
dengan :
= kecepatan turun butir-butir tanah (cm/detik)
γs = berat volume butir-butir tanah (gram/cm³)
γw = berat volume air (gram/cm³)
= viscositas / kekentalan air (gram.detik/cm²)
D = diameter butiran tanah (cm)
Supaya mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan
hidro-meter yang berfungsi untuk mengetahui spesific gravity larutan
setiap waktu pengamatan.
Dari hasil tersebut didapatkan data yang setelah diolah akan di-
peroleh grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan antara
diameter dan prosentase lolos.
6.3.2 Peralatan
1. Ayakan # 10 (2 mm) 8. Stop watch
2. Hidrometer 9. Timbangan
3. Termometer 0 – 50 ºC 10. Gelas ukur 1000 ml
4. Mixer 11. Air suling
5. Sodium hexamethaphosphat 12. Glass/string rod
6. Oven 13. Glass beaker
7. Evaporating dish
27
4. Mengambil sampel tanah yang akan diuji baik kering maupun tidak,
kemudian jadikan satu dengan larutan (3) dalam glass beaker dan
mengaduk sebentar serta menyimpannya selama 24 jam.
28
9. Mengkocok terakhir kali dan menyaring dengan ayakan # 200 (0,075
mm)
10. Memindahkan benda uji dari ayakan ke cawan (yang sudah diketahui
beratnya) dan mengovennya, setelah kering menimbang cawan beserta
benda uji, lalu mengayak dengan ayakan No.4, 10, 20, 40, 60, 100, 200.
Rc . a
% lolos x 100% ........................................(6.3)
Ws
dengan :
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi
a = koreksi terhadap Gs = 2,65 (lihat Tabel 6.2)
Ws = Berat benda uji kering
R = Ra + 1 ............................................................................... (6.4)
dengan :
R = Bacaan hidrometer hanya terkoreksi oleh meniskus
Ra = Bacaan hidrometer saat pengujian
L
t ........................................................................................... (6.5)
L
D K ........................................................................................... (6.6)
t
29
dengan :
v = Kecepatan butiran mengendap
D= Diameter butiran
L = Jarak yang ditempuh butiran (lihat Tabel 6.3)
t = waktu pengamatan
K = koreksi terhadap temperatur dan Gs (lihat Tabel 6.4)
Berat Jenis
Temperatur Faktor koreksi
Ct Tanah
(ºC) (a)
(Gs)
15 -1,10 2,85 0,96
16 -0,90 2,80 0,97
17 -0,70 2,75 0,98
18 -0,50 2,70 0,99
19 -0,30 2,65 1,00
20 0,00 2,60 1,01
21 0,20 2,55 1,02
22 0,40 2,50 1,04
23 0,70
24 1,00
25 1,30
26 1,65
27 2,00
28 2,50
29 3,05
30 3,80
30
Tabel 6.3 Perbandingan bacaan hidrometer terkoreksi oleh meniskus (R) dengan
jarak yang ditempuh oleh butiran (L, effective depth)
R L R L
0 16,3 Lanjutan........
1 16,1 31 11,2
2 16,0 32 11,1
3 15,8 33 10,9
4 15,6 34 10,7
5 15,5 35 10,5
6 15,3 36 10,4
7 15,2 37 10,2
8 15,0 38 10,1
9 14,8 39 9,9
10 14,7 40 9,7
11 14,5 41 9,6
12 14,3 42 9,4
13 14,2 43 9,2
14 14,0 44 9,1
15 13,8 45 8,9
16 13,7 46 8,8
17 13,5 47 8,6
18 13,3 48 8,4
19 13,2 49 8,3
20 13,0 50 8,1
11 12,9 51 7,9
12 12,7 52 7,8
13 12,5 53 7,6
14 12,4 54 7,4
15 12,2 55 7,3
16 12,0 56 7,1
17 11,9 57 7,0
18 11,7 58 6,8
19 11,5 59 6,6
30 11,4 60 6,5
31
Tabel 6.4 Nilai koreksi (K) terhadap temperatur dan Gs
Temp. K
ºC 2,50 2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85
16 0,0151 0,0148 0,0146 0,0144 0,0141 0,0139 0,0137 0,0136
17 0,0149 0,0146 0,0144 0,0142 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134
18 0,0148 0,0144 0,0142 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132
19 0,0145 0,0143 0,0140 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132 0,0131
20 0,0143 0,0141 0,0139 0,0137 0,0134 0,0133 0,0131 0,0129
21 0,0141 0,0139 0,0137 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127
22 0,0140 0,0137 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0128 0,0126
23 0,0138 0,0136 0,0134 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124
24 0,0137 0,0134 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0125 0,0123
25 0,0135 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127 0,0125 0,0123 0,0122
26 0,0133 0,0131 0,0129 0,0127 0,0125 0,0124 0,0122 0,0120
27 0,0132 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124 0,0122 0,0120 0,0119
28 0,0130 0,0128 0,0126 0,0124 0,0123 0,0121 0,0119 0,0117
29 0,0129 0,0127 0,0125 0,0123 0,0121 0,0120 0,0118 0,0116
30 0,0128 0,0126 0,0124 0,0122 0,0120 0,0118 0,0117 0,0115
6.5 KESIMPULAN
6.5.1 USCS
1. Dari hasil pengujian dan pengeplotan data pada grafik klasifikasi USCS
didapatkan hasil tanah Gresik yang diuji terdiri dari Gravel Coarse 0%,
Gravel Fine 0,69%; Sand Coarse 23%; Sand Medium 46,71%; San Fine
8,41%; dan lempung 20,98%
2. Nilai D10= 0,06; D30= 0,42; dan D60= 1,3 sehingga didapatkan nilai Cu
= 21,67 dan Cc = 2,62.
3. Dari pengujian hasil analisa gradasi didapatkan agregat lolos saringan no.
200 = 17,57% dan lolos saringan no. 4 = 99,31%.
4. Dari pengujian batas Atteberg diperoleh nilai Batas Cair (Liquid Limit,
LL)= 86,80%; nilai Batas Plastis (Plastic Limit,PL)= 50,67% dan Indeks
Plastisitas (Index Plasticity,IP) = 36,13%.
32
5. Dari hasil analisa gradasi didapatkan tipe kurva Uniform Graded dan
menurut USCS diklasifikasikan sebagai tanah CH (Clayey High
Plasticity)
6.5.2 AASHTO
1. Dari hasil pengujian dan pengeplotan data pada grafik klasifikasi
AASHTO didapatan hasil tanah Gresik yang diuji terdiri dari Gravel Fine
23,9%, Sand Coarse 46,71%, Sand Fine 8,41%, Fines (Silt Clay) 20,98%
2. Nilai D10=0,06; D30= 0,42; dan D60= 1,3 sehingga didapatkan nilai Cu =
21,67 dan Cc= 2,62.
3. Dari pengujian hasil analisa gradasi didapatkan agregat lolos saringan no.
10= 76,10% dan lolos saringan no. 40= 29,38% serta no 200= 17,57%.
4. Dari pengujian batas Atteberg diperoleh nilai Batas Cair (Liquid Limit,
LL)= 86,80%; nilai Batas Plastis (Plastic Limit,PL)= 50,67% dan Indeks
Plastisitas (Index Plasticity,IP) = 36,13%.
5. Dari hasil analisa gradasi didapatkan tipe kurva Uniform Graded dan
berdasarkan AASHTO diklasifikasikan sebagai tanah kerikil dan pasir
berlanau atau berlempung.
6.6 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan
data yang valid.
2. Pada proses pembacaan pada rambu hidrometer serta termometer harus
dilakukan secara teliti pada interval waktu yang telah ditentukan secara
tepat sehingga diperoleh bacaan yang akurat.
3. Pada proses pengeplotan grafik gradasi gabungan harus dilakukan
menggunakan prosedur yang benar sehingga diperoleh nilai Cu Cc yang
tepat.
4. Penentuan tipe kurva dan klasifikasi tanah harus didasarkan pada standar
yang telah ditetapkan menurut AASHTO dan USCS.
33
Tabel 6.5 Lembar hasil pengujian analisa ayak (seive analysis)
K N E G E RI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
NI M
K
E
POLITEKNIK NEGERI MALANG
A
IT
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Soekarno Hatta 9 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
KELOMPOK :3 Lokasi : BETOYOGUCI, MANYAR, GRESIK
KELAS : 1 MRK 5 Sampel : UNDISTURBED SOIL
DOSEN : DANDUNG NOVIANTO,ST.,MT Titik/kedalaman : 80-100 CM
Tanggal pengujian : 18 MEI 2015
34
Tabel 6.6 Tabel hasil pengujian analisis hidrometer (hydrometer analysis)
K N E G E RI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
NI M
K
A
IT
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Soekarno Hatta PO.BOX 04 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok :3 Lokasi : BETOYOGUCI, MANYAR, GRESIK
KELAS : 1 MRK 5 Sampel : DISTURBED SOIL
DOSEN : DANDUNG NOVIANTO,ST.,MT Titik/kedalaman : 0- 80 cm
Tanggal pengujian : 20 MEI 2015
Kerikil
(ASTM D 422 - 72) Kasar s/d Sedang
Data Pengujian:
Nomor Hidrometer : 87329A Berat Jenis Tanah (Gs) : 2,69
Koreksi Meniscus : 1 Berat Tanah : 50 gr
Koreksi thd nol Hid : -2
Ayakan:
Berat
No Dia.
tertahan
Jml. Berat tertahan % Kumulatif
Saringan (mm) (Gram) (Gram ) Tertahan Lolos
10 2,000 0,02 0,02 2,60 97,40
20 0,840 0,11 0,13 14,29 83,12
40 0,420 0,10 0,23 12,99 70,13
60 0,250 0,03 0,26 3,90 66,23
100 0,150 0,12 0,38 15,58 50,65
200 0,075 0,39 0,77 50,65 0,00
100,00
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG
35
Gambar 6.1 Grafik analisa hidrometer
K N E G E RI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
NI M
K
A
IT
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Soekarno Hatta PO.BOX 04 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
KELOMPOK :3 Lokasi : BETOYOGUCI, MANYAR, GRESIK
KELAS : 1 MRK 5 Sampel : DISTURBED SOIL
DOSEN : DANDUNGNOVIANTO,ST.,MT Titik/kedalaman : 0 - 80 CM
BH-01 / 02,50 m s/d 15,00 m Tanggal pengujian : 20 MEI 2015
ANALISIS HIDROMETER
(ASTM D 422 - 72)
Catatan:
Prosentase lolos Ayakan No.200 (75mm) = 0,00 %
Prosentase tertahan Ayakan No.4 (4.75mm) = 0,23 %
36
Gambar 6.2 Grafik gradasi fraksi butiran menurut USCS
DALAM PERSEN
P
E
R
S
E D60
N
L
D30
O
L
O D10
S
DIAMETER AYAKAN
P
E
R
S
D60
E
N
L D30
O
L
D10
O
S
DIAMETER AYAKAN
37
BAB VII
PEMADATAN TANAH
(SOIL COMPACTION)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujianpemadat-an
tanah dengan prosedur yang benar,dapat menggambarkan grafik hubungan antara
berat isi kering dengan kadar air untuk energi pemadatan tertentu,sertadapat
menentukan nilai berat isi kering maksimum (MDD,𝛾d) dan nilai kadar air
optimum (OMC, wopt).
7.1 PENDAHULUAN
Pemadatan (compaction) adalah proses merapatkan butiran tanah secara
mekanisyang menyebabkan keluarnya udara dari ruang pori sehingga meningkat-
kan kepadatan tanah.
Selain sebagai landasan pondasi struktur diatasnya, tanah dalam bidang
Teknik Sipil, digunakan pula sebagai bahan konstruksi/timbunan
(construction/fillmaterial). Salah satu upaya untuk meningkatkan sifat fisik tanah
tersebut adalah dengan cara memadatkannya dengan tujuan:
1. Meningkatkan kekuatan geser tanah = f(c,)
2. Memperkecil nilai permeabilitas tanah k = f(e)
3. Memperkecil nilai pemampatan tanah S = f(e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan antara
lain : besarnya energi pemadatan, kandungan air dalam tanah serta jenis tanah.
38
Kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density, 𝛾d) adalah
kepadatan kering yang didapatkanjika suatu sampel tanah dengan kadar air
optimum dipadatkan dengan energi tertentu.
Pemadatan relatif (Relative Compaction) adalah prosentase
perbandingan antara gdryyang dicapai dilapangan terhadap 𝛾d yang didapat
dari pengujian dilaboratorium
Garis kejenuhan (Saturation/Zero Air Voids Line, ZAVC) adalah garis
yang menunjukkan hubungkan antara 𝛾d dan kadar air (w) untuk tanah
dalam keadaan jenuh.
Pelaksanaan pemadatan dilapangan umumnya dapat dilakukan melalui
beberapa cara, antara lain: dengan cara menggilas secara statis/dinamis,
peng-getaran (khususnya untuk tanah berbutir)dan lain sebagainya.
Dalam Tabel 7.1 diberikan beberapa alternatif cara pengujian
dilabora-torium dimana cara yang digunakan harus disebutkan dalam
Tabel 7.1Alternatif pengujian pemadatan di laboratorium
pelaporan.
Percobaan Standar/Ringan Modified/Berat
Cara A B C D A B C D
Diameter cetakan [mm] 102 152 102 152 102 152 102 152
Tinggi cetakan [mm] 116 116 116 116 116 116 116 116
212
Volume cetakan [cm3] 943 943 2124 943 2124 943 2124
4
Berat penumbuk [kg] 2,5 2,5 2,5 2,5 4,54 4,54 4,54 4,54
Tinggi jatuh [cm] 30,5 30,5 30,5 30,5 45,7 45,7 45,7 45,7
Jumlah lapisan 3 3 3 3 5 5 5 5
Jumlah tumbukan per lapis 25 56 25 56 25 56 25 56
Bahan lolos saringan [mm] 4,75 4,75 19,0 19,0 4,75 4,75 19,0 19,0
7.2 PERALATAN
1. Cetakan (mould) dengan diameter 102mm dan 152mm
2. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5kg dan 4,54kg
3. Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4" (# 19mm)
4. Timbangan dengan ketelitian 1,0gram
39
5. Jangka sorong (caliper)
6. Extruder (alat pengeluar sampel tanah)
7. Oven dengan pengatur suhu dan peralatan penentuan kadar air
8. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet dan tempat sampel.
40
5. Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan lapis berikutnya, muka
tanah hasil pemadatan sebelumnya harus dikasarkan dengan pisau/spatula
6. Melepas leher penyambung dan memotong kelebihan tanah dengan pisau
perata (straight edge)
7. Membersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2) [gram]
8. Mengeluarkan tanah yang ada didalam cetakan dengan alat pengeluar
sampel tanah (extruder)
9. Membelah benda uji lalumengambil tanah secukupnya pada tiga bagian
(atas, tengah dan bawah) untuk mencari kadar airnya
10. Mengulangi tahap (3) s/d (9) untuk keseluruhan benda uji yang
disiapkan.
41
dengan:
gwet = berat isi basah zavc = berat isi kering ZAVC
gdry = berat isi kering Gs = berat jenis tanah
W = kadar air benda uji V = volume cetakan
W1 = berat cetakan dengan/tanpa alas
W2 = berat cetakan dengan/tanpa alas + benda uji
4. Menggambarkan grafik hubungan antara berat isi kering tanah (gdry) dan
kadar air (w) kemudian mendapatkan nilai berat isi kering tanah
maksimum (MDD, gdry maks) dan kadar air optimum (OMC, wopt) dari
grafik tersebut (lihat Gambar 7.1).
dry [g/cm³]
ZAVC
dry maks
2
dry maks
1
OMC OMC
2 1
Kadar air
[%]
Gambar 7.1 Grafik hubungan kadar air (w) dengan berat isi kering
(gdry) pada pengujian pemadatan tanah
42
7.6 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian proktor yang dilakukan didapat Maximum Dry
Density (MDD) sebesar 1,125gram/cm3 dan Optimum Moisture Content
(OMC) sebesar19%
7.7 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yangn valid.
2. Jenis mould, berat tumbukan, jumlah pukulan, tinggi jatuh alat penumbuk
harus sesuai dengan yang telah ditentukan agar diperoleh data yang akurat.
43
Tabel 7.2 Tabel hasil pengujian pemadatan tanah (soil compaction)
No. contoh 1 2 3 4 5 6
No. cawan 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Berat tanah basah + cawan [W 1] (grm) 59,65 58,65 53,22 51,04 52,08 50,14 46,06 44,23 42,57 41,11 43,78 45,37
Berat canah kering + cawan [W 2] (grm) 55,29 54,41 48,53 45,89 46,17 45,02 40,05 39,13 36,12 35,28 36,11 38,21
Berat air [W w = W 1 - W 2] (grm) 4,36 4,24 4,69 5,15 5,91 5,12 6,01 5,10 6,45 5,83 7,67 7,16
Berat cawan [W 3] (grm) 9,91 10,01 9,88 9,54 9,85 9,24 9,61 9,91 9,58 9,84 9,36 9,86
Berat tanah kering [W S = W 2 - W 3] (grm) 45,38 44,40 38,65 36,35 36,32 35,78 30,44 29,22 26,54 25,44 26,75 28,35
Kadar air, (w) [w = W w ÷ W s x 100%] (%) 9,61 9,55 12,13 14,17 16,27 14,31 19,74 17,45 24,30 22,92 28,67 25,26
Penentuan Kepadatan
No. contoh 1 2 3 4 5 6
Kadar air [wavrg] (%) 9,58 13,15 15,29 18,5988 23,61 26,96
Berat tanah + cetakan [W A] (grm) 5601 5721 5811 5906 5896 5809
Berat cetakan [W B] (grm) 4561 4561 4561 4561 4561 4561
Berat tanah basah [W t = W A - W B] (gr/cm3) 1040 1160 1250 1345 1335 1248
3
Berat isi tanah basah [t = W t ÷ Vt] (gr/cm ) 1,05 1,17 1,26 1,35 1,34 1,26
Berat isi tanah kering [dry = t ÷ (1 + w)] (gr/cm3) 0,95 1,03 1,09 1,14 1,09 0,99
MODIFIED
STANDAR
44
BAB VIII : CALI F
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian CBR
laboratorium (CBRlab.) dengan prosedur yang benar serta dapat mengerjakan per-
hitungan dan penggambaran grafik untuk pengujian CBRlab. dengan benar.
8.1 PENDAHULUAN
Nilai CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara
beban penetrasi dari bahan tertentu, terhadap beban standar untuk
kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu dan dinyatakan dalam prosen
(%).
Beban penetrasi
CBR = x 100%
Beban standar ........................................(8.1)
45
Tabel 8.1 Tabel beban standar untuk CBR
Data yang diperoleh dari pelaksanaan pengujian ini berupa pasangan beban
dan kedalaman penetrasi.
8.2 PERALATAN
1. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load ring)
dan arloji pengukur deformasi (dial gauge)
2. Cetakan dengan diameter 15,2 cm dan tinggi 12,6 cm termasuk leher
penyambung dan keping alas serta piringan pemisah
3. Alat penumbuk seberat 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm
4. Piston/torak penetrasi dengan diameter 4,49 cm
5. Keping beban seberat 4,0 kg
6. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
7. Alat perata (straight edge), talam dan lain-lain
8. Peralatan untuk penentuan kadar air.
46
2. Merangkai cetakan, keping alas, leher penyambung dan memasukkan
piringan pemisah serta memberi kertas saring diatasnya
3. Memadatkan tanah benda benda uji tersebut dengan cara yang
disesuaikan dengan cara yang digunankan pada pengujian pemadatan
tanah. Bila benda uji akan direndam, carilah dulu kadar airnya sebelum
dipadatkan, bila tidak direndam, kadar airnya dapat dicari setelah benda
uji tersebut dikeluarkan dari cetakannya
4. Membuka leher penyambung, meratakan permukaan dengan alat
perata, jika terdapat lubang-lubang dapat menambalnya dengan bahan
yang halus lalu menimbangnya
5. Melepaskan alas cetakan dan mengeluarkan piringan pemisah,
memasang alas cetakan pada sisi lainnya, kemudian membalik benda
uji yang masih terdapat dalam cetakan, memberi kertas saring lalu
memasang keping beban
6. Untuk CBR yang tanpa rendaman (unsoaked), benda uji telah siap
untuk ditekan pada mesin beban.
Bila yang dilakukan adalah CBR rendaman (soaked), ikuti langkah-
langkah berikut ini:
6.1 Mengganti alas cetakan yang dipakai pada langkah (5) di atas dengan
alas cetakan yang berlubang, jangan lupa untuk memasang kertas saring
6.2 Memasang alas pengembangan lubang di atas permukaan benda uji,
serta memberi keping beban seberat 4,00 kg atau sesuai keadaan beban
perkerasan
6.3 Memasang tripod serta arloji untuk mengukur pengembangan dan atur
pembacaannya pada posisi nol
6.4 Merendam benda uji dengan permukaan air berada 2,5 cm di atas
permukaan benda uji. Lama perendaman benda uji disesuaikan dengan
jenis tanah, untuk tanah yang berbutir lebih halus diperlukan waktu
yang lebih lama. Sebagai pedoman perendaman dapat dihenti-kan
apabila pembacaan pengembangan sudah relatif sangat kecil
6.5Mencatat tgl/bln/thn dan waktu memulai dan selesainya perendam-an
serta membaca besarnya pengembangan
47
6.6 Melepaskan tripod beserta arloji pengembangan, mengeluarkan benda
uji kemudian mentiriskan dengan cara memiringkan benda uji selama
15 menit
6.7 Membersihkan cetakan dari air yang tersisa, kemudian menimbang-nya,
lalu benda uji telah siap untuk ditekan pada mesin beban.
48
8.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
1. Untuk benda uji yang direndam (soaked), menghitung besarnya nilai
pengembangan (swelling). Swelling adalah perbandingan antara
perubahan tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji
semula yang dinyatakan dalam prosen (%).
2. Mengkonversi bacaan beban dari bacaan divisi kedalam satuan gaya
dan menggambarkan grafik hubungan beban terhadap penetrasi (lihat
Gambar 8.1). Melakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva
yang berbentuk cekung pada pembacaan-pembacaan awal akibat
ketidak aturan permukaan dan atau sebab-sebab lain
3. Dengan menggunakan grafik yang telah dikoreksi dapat ditentukan
besar nilai CBR Laboratorium untuk penetrasi tertentu. Nilai CBR
Laboratorium benda uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2,50 mm,
bila nilai CBR pada penetrasi 5,00 mm lebih besar dari nilai CBR
pada penetrai 2,50 mm, maka pengujian harus diulangi. Apabila pada
pengujian ulangan, nilai CBR pada penetrasi 5,00 mm lebih besar
dari nilai CBR pada penetrasi 2,50 mm maka yang diambil sebagai
nilai CBR Laboratorium adalah nilai CBR pada penetrasi 5,00 mm.
4. Bila beban maksimum terjadi sebelum 5,00 mm maka nilai CBR
didapat dari perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban
standar yang sesuai.
49
Beban penetrasi [kN]
Kurva beban standar
Kurva beban
Tanpa koreksi
Kurva beban
dengan koreksi
Kedalaman penetrasi
Nol koreksi 2,5mm terkoreksi
[mm]
Gambar 8.1 Grafik CBR Hubungan Antara beban terhadap penetrasi
50
8.7 KESIMPULAN
1. Dari pengujian tanpa rendaman didapatkan nilai CBR pada penetrasi 2,5
mm=16,29 % dan pada penetrasi 5 mm= 16,38%.
2. Dari pengujian dengan rendaman didapatkan nilai CBR pada penetrasi 2,5 mm
=1,13% dan pada penetrasi 5mm sebesar= 1,13%.
8.8 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yang valid.
2. Dalam proses penumbukan harus dilakukan dengan benar agar pada saat
penetrasi tanah tidak runtuh.
51
Tabel 8.2 Tabel hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman
NI
K N E G E RI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
M
K
A
IT
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO.BOX 04 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
Kelompok : 3 Lokasi : DS BETOYOGUCI KEC MANYAR KAB GRESIK
KELAS : 1 MRK 5 Sampel : DISTURBED SOIL
DOSEN : DANDUNG NOVIANTO,ST.,MT
Titik/kedalaman : 0- 80 cm
Tanggal pengujian : 3 JUNI 2015
CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883 - 87) - (SNI 03-1744-1990)
Beban - Penetrasi
Atas Bawah
Penetrasi
Bacaan Beban Bacaan Beban
(mm) (div) (lbf) (div) (lbf)
0,0 0 0 0 0
0,5 12 108 53 477
1,0 20 180 54 486
1,5 28 252 62 558
2,0 36 324 68 611
2,5 42 378 71 638
3,0 49 441 76 683
3,5 55 495 80 719
4,0 60 540 84 755
4,5 65 585 88 791
5,0 70 629 91 818
7,5 90 809 103 926
10,0 108 971 115 1034
12,5 122 1097 128 1151
Serial kN
Atas Bawah
Penetrasi (mm)
2.5 5.0 2.5 5.0
CBR 12,43 14,04 20,16 18,72
CBR2,5 mm 16,29
CBR5,0 mm 16,38
Catatan:
CBRrendaman 2 hari :
swelling = 2,91 mm = 2,315 %
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA
52
Tabel 8.3 Tabel hasil pengujian CBR laboratorium dengan
K N E G E RI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
NI M
K
A
IT
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO.BOX 04 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883 - 87) - (SNI 03-1744-1990)
Atas Bawah
Penetrasi (mm)
2.5 5.0 2.5 5.0
CBR 2,02 1,89 0,25 0,36
CBR2,5 mm 1,13
CBR5,0 mm 1,13
Catatan:
CBRrendaman 2 hari :
swelling = 2,91 mm = 2,315 %
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL. SOEKARNO HATTA
53
BAB IX
PENETRASI KERUCUT DINAMIS
(DYNAMIC CONE PENETRATION)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian Penetrasi
Kerucut Dinamis (DCP) dengan prosedur yang benar serta dapat menghitung nilai
California Bearing Ratio (CBR) lapangan rata-rata berdasarkan data pengujian
yang diperoleh.
9.1 PENDAHULUAN
Pengujian DCP merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di
lapangan, yang secara tidak langsung dapat dipakai untuk menentukan nilai CBR
lapangan dari tanah dasar (subgrade). Pelaksanaan pengujian ini sangat mudah
dan hasilnya dapat diperoleh secara cepat sehingga lebih ekonomis jika dibanding-
kan dengan bila melakukan pengujian CBR lapangan secara konvensional.
54
Jenis alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah versi Scala
dengan berat penumbuk 9,07 kg (20 lb) yang dijatuhkan bebas setinggi
50,8cm (20 inch), serta ujung kerucut dengan sudut puncak 30.
Melalui pengujian ini dapat diperoleh sebuah rekaman yang menerus
dari kekuatan relatif tanah (CBR) sampai dengan kedalaman 90 cm di
bawah permukaan tanah.
Lapis-lapisan dari material perkerasan yang ada harus dibuang terlebih
dahulu sebelum pengujian dilaksanakan.
Pengukuran dan pencatatan data lapangan terdiri atas : pasangan
jumlah tumbukan (n) dan kedalaman penetrasi (cm).
9.2 PERALATAN
1. Peralatan utama terdiri atas :
- Penumbuk seberat 9,07 kg (20 lb) yang dapat dijatuhkan bebas setinggi 50,8
cm (20 inch) melalui sebuah batang peluncur bergaris tengah 16 mm (5/8
inch), dilengkapi dengan landasan pemukul (anvil)
- Batang penetrasi terdiri dari besi/baja bulat bergaris tengah 16 mm (5/8
inch) sepanjang 90 cm, dilengkapi kerucut pada ujungnya
- Kerucut (konus) terbuat dari baja keras dengan sudut puncak 30, serta
diameter terbesarnya adalah 2 cm (luas = 1,61 cm²).
2. Alat ukur (penggaris/rol meter), panjang 100 cm dengan skala 0,50 cm
3. Peralatan pengukuran kadar air, jika diperlukan.
55
4. Selanjutnya memasang alat ukur (penggaris/meteran) dalam posisi vertikal,
bersebelahan dengan batang penetrasi di permukaan tanahnya dengan
menggunakan batas landasan pemukul sebagai datum pengukuran
5. Melakukan penumbukan dengan palu yang dijatuhkan bebas, mengukur dan
mencatat kedalaman penetrasi untuk setiap tumbukan. Pekerjaan ini harus
dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang
6. Memberikan serangkaian tumbukan (5 atau 10 kali), apabila jenis tanah
yang diuji sangat keras (penetrasi kurang dari kira-kira 0,2 cm/tumbukan),
lalu mengukur kedalaman penetrasi yang terjadi
7. Menghentikan pengujian apabila telah tercapai keadaan berikut ini :
- Tidak terdapat penurunan yang berarti untuk 10 tumbukan terakhir
berturut-turut
- Kedalaman penetrasi telah mencapai kedalaman/ketebalan lapisan yang
hendak dievaluai
- Batang penetrometer telah masuk seluruhnya kedalam tanah
8. Mengeluarkan alat dari dalam tanah dengan jalan memukulkan palu dengan
arah ke atas pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut)
9. Akibat dari langkah (8) yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat
menyebabkan pemanjangan yang nyata dari batang peluncur, sehingga
diperlukan pengecekan setiap kali akan melakukan pengujian, dengan
mengatur baut pembatas tinggi jatuh pada posisi yang tepat.
56
9.4 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
Rumus-rumus yang digunakan :
1. Nilai CBR untuk tiap lapisan dengan rumus :
Log CBR =1,352 – 1,125 log (D) (sudut puncak kerucut 30º) ............ (9.1)
Log CBR =1,635 – 1,290 log (D) (sudut puncak kerucut 60º) ............ (9.2)
2. Hitung nilai CBRrata-rata untuk keseluruhan tebal lapisan dengan rumus :
3
h1. 3 CBR1 + h2. 3 CBR2 +.....+ hn. 3 CBRn
CBR avrg. = ............(9.3)
h1 + h2 +...+ hn
3 3
100,5 3√4,14 + 94,5√6,53 + 87 3√8,02 + 73√5,49 + 44 3√3,11 + 11,5 3√2,74
100,5 + 94,5 + 87 + 73 + 44 + 11,5
= 3,81
dengan :
D = kedalaman penetrasi untuk 1 (satu) tumbukan
h1 = ketebalan lapisan tanah ke-1 = ΔD1
hn = ketebalan lapisan tanah ke-n = ΔDn
Catatan:
Rumus (9.1–9.2) dapat disesuaikan/dirubah, sesuai dengan informasi dari hasil-
hasil penelitian selanjutnya/terbaru.
9.5 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian penetrasi pada tanah asli Malang di daerah belakang
Gedung Teknik Sipil didapatkan nilai CBR 3,81% pada titik pertama dan
3,69% pada titik kedua. Nilai CBR pada kedalaman 90 cm dari permukaan
tanah didapatkan nilai 2,8% (titik 1) dan 1,75%(titik 2).
9.6 SARAN
1. Pada proses pemasangan kerucut dinamis dan batang penetrasi harus dipasang
tegak lurus dengan tanah.
57
2. Selama proses pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati untuk
meminimalisisr kecelakaan kerja pada proses penumbukan.
Tabel 9.1 Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut (DCP)
58
Tabel 9.2 Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut (DCP) titik 1
59
Tabel 9.3Tabel hasil pengujian penetrasi kerucut (DCP) titik 2
60
BAB X
KERUCUT PASIR
(SAND CONE)
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat melaksanakan pengujian Kerucut
Pasir dengan prosedur yang benar serta menghitung nilai kepadatan (berat isi
kering) tanah di lapangan.
10.1 PENDAHULUAN
Pengujian Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang
dilaku-kan di lapangan guna menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah
asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan dan dapat dilakukan pada
tanah kohesif maupun non-kohesif.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk tujuan yang sama yaitu :
- Metoda Silinder (Drive Silinder method), khusus untuk tanah kohesif
- Metode Balon Karet (Rubber Ballon method), untuk semua jenis tanah
- Metoda Nuklir (Nuclear method), untuk semua jenis tanah.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui pengujian ini,
biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan (degree of compaction),
yaitu perbandingan antara d (kerucut pasir) dengan dmaks hasil pengujian
pemadatan di laboratorium dalam [%].
10.2 PERALATAN
1. Peralatan utama terdiri dari:
- Tabung kalibrasi pasir uji
- Silinder tempat pasir uji
- Kerucut yang dilengkapi dengan keran
- Pelat dasar yang berlubang
61
2. Sekop kecil, linggis, palu, perata, dll.
3. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram (dibawa ke lapangan)
4. Pasir uji (Ottawa sand)
5. Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air.
10.3 KALIBRASI
Pekerjaan kalibrasi sebaiknya dilakukan di laboratorium, yang meliputi :
10.3.1 Berat Isi Pasir Uji
1. Menimbang tabung kalibrasi pasir uji (W1)
2. Mengisi tabung kalibrasi tersebut sampai penuh dengan menggunakan
silinder yang berisi pasir uji (sebanyak 2/3 tingginya)
3. Menimbang tabung kalibrasi beserta pasir ujinya, setelah diisi penuh dan
diratakan permukaan pasir ujinya (W2)
4. Menimbang tabung kalibrasi beserta airnya, setelah pasir uji pada tabung
kalibarasi diganti dan diisi air sampai penuh (W3)
5. Mengitung berat isi pasir uji γsand = (W2–W1)/((W3–W1)
62
4. Mengumpulkan tanah hasil galian dan memasukkan kedalam kantung
plastik kemudian menimbangnya (W7) serta menggunakan sebagian tanah
tersebut untuk mencari kadar airnya di laboratorium
5. Menyiapkan silinder yang telah berisi pasir uji sebanyak 2/3 tingginya,
kemudian menimbangnya (W8)
6. Meletakkan silinder (5) tepat di atas lubang, kemudian membuka keran
7. Setelah lubang galian di tanah dan kerucut penuh dengan pasir uji, menutup
keran kemudian mengangkat dan menimbangnya (W9)
8. Mengembalikan pasir uji yang terisi dalam lubang ke tempat semula.
63
10.6 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian di Sand Cone didapatkan derajat kepadatan di lapangan
229%, berat isi tanah kering lapangan (𝛾d) 2,58 gr/cm3 dan kadar air optimum
(wopt) 12,70%.
10.7 SARAN
1. Pengujian harus dilakukan secara teliti dan hati-hati agar mendapatkan data
yang valid.
2. Pada proses penimbangan berat pada tabung kalibrasi, silinder pasir uji dan
kerucut harus dilakukan dengan hati-hati agar data yang didapatkan akurat.
3. Penempatan plat harus diletakkan pada daerah bukan tanah urug yang relatif
datar serta sebelum proses penggalian permukaan tanah dipastikan bebas dari
bahan perkerasan dan rumput-rumput.
64
Tabel 10.1 Tabel hasil pengujian kerucut pasir (sand cone)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
K N E G E RI
E
K
NI M
LA
P OL
NG
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Jl. Veteran PO.BOX 04 Malang 65145,Telp. (0341) 575750 Fax. (0341) 575750
email : mektan.polinema@gmail.com - mektan.polinema@yahoo.com
KELOMPOK: 3 Lokasi : MALANG
KELAS : 1 MRK 5 Jl. Soekarno - Hatta no. 9,Sampel
Kodya Malang : TANAH ASLI
DOSEN : DANDUNG NOVIANTO,ST., MT Titik/kedalaman : 0 - 20 CM
BH-01 / 02,50 m s/d 15,00 Tanggal
m pengujian : 8 JUNI 2015
Titik SC 01
Lapisan (layer) 0
65
66
DAFTAR PUSTAKA
Appono, Gerrad. Sholeh, Moch. 2012. “Modul Ajar Laboratorium Uji Tanah”.
Malang: Politeknik Negeri Malang
67