Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat
memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul
antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi
menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler)
meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebih
meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak
(Martono. 1999)
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor
lingkungan yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada
tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial,
kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling
akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang
mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia
seseorang adalah sistem pernafasan.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-
prnyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan
penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang
pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di
masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan
(4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit
paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab
atau kejadian tersebut (Martono. 1999)
Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOM orang
usia lanjut. Insidens PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi tahun
1990 — 1991 adalah sebesar 5,6% (Martono. 1999)
Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi
pada usia lanjut, meliputi aspek anatomik-fisiologik, aspek epidemiologik, serta
aspek klinik, dan terapi modalitas yang akan diberikan.
1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan terapi modalitas ini adalah :
1. Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem respiratori pada
lansia.
2. Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem respiratori pada
lansia.
3. Mengetahui dan dapat memberikan gambaran PPOM pada lansia
4. Memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik ”.
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
menggambarkan perubahan fisiologis sistem respiratori dan terapi modalitas
sistem respiratori pada lansia dengan studi literature yang diperoleh dari buku-
buku perpustakaan, internet dan hasil dari diskusi kelompok yang disajikan
dalam bentuk makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2
Pada orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik tersebut merupakan
bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi
merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan.
Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut
(Martono. 1999)
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah
disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang
menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi :
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal,
artinya umum terjadi pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam
sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan
tidak dapat berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).
3
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume
rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan
otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-
Iebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun
gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts
menurun, (3) resintensi saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
4. Gangguan transport gas.
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan (adanya ketidakseimbangan ventilasi -
perfusi (Mangunegoro, 1992). Selain itu diketahui bahwa pengambilan 02 oleh
darah dari alveoli (difusi) dan transport 02 ke jaringan-jaringan berkurang,
terutama terjadi pada saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan
02 maksimal disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan
pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) karena
berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
5. Gangguan perubahan ventilasi pain.
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya
penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral
ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.
4
terjadi penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya
penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yang
iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala
obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding
perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan
volume paru atau terjadi keterbatasan gerakan pernafasan (restriksi) dan
timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif.
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-
otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan
"relatif' berkurang. Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada
usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor
lain yang menimbulkan imobilitas (paru), misalnya efusi pleura,
pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro, 1992). Perbaikan
fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara intensif
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari
pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh
faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan paru); (2)
pembedahan abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat anestesi
tertentu. Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses
ventilasi, distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya
perubahan patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi
paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian,
karena timbulnya gagal nafas.
5
beberapa macam penyakit paru: bronkitis kronis, emfisema paru, PPOM,
TB paru, kanker paru dan sebagainya.
b. Perubahan daya tahan tubuh
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena
lemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga penderita rentan terhadap
kuman-kuman pathogen virus, protozoa, bakteri atau jamur.
c. Perubahan metabolik tubuh
Pada orang usia lanjut sering terjadi peruban metabolik tuhuh, dan paru
dapat ikut mengalami peruban penyebab tersering adalah penyakit-
penyakit metabolik yang bersifat sistemik: diabetes mellitus, uremia, artritis
rematoid dan sebagainya. Fakator usia peranannya tidak jelas, tetapi
lamanya menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk timbulnya
kelainan paru tadi.
6
Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada saluran
nafas, dapat pula memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM,
bronkitis kronis dan sebagainya.
Pengaruh atau akibat kekurangan gizi
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan tubuh,
terutama respons imun seluler. Ini merupakan konsekuensi lanjut atas
terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut. Proses
involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang
beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan
limfosit T berkurang dan limfosit T yang beredar dalam peredaran darah
juga berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terdapat
perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi.
IgA dan IgG terdapat peningkatan, sedangkan IgM mengalami
penurunan.
BAB III
7
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA Nn.R
DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN
A. Pengkajian
1. Identitas
NAma : Ny. R
Umur : 70 Th
Alamat : Perumnas Bumi Ayu reidence Blok. N. 12
Pendidikan : SPG
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Serawai
Agama : islam
Pekerjaan : petani
Status Perkawinan : kawin
Tanggal Masuk Panti :-
Tanggal Pengkajian : 3 oktober 2018
2. Identitas Keluarga
Nama : Ny. I
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Perumnas Bumi Ayu Recidence Blok. N. 12
Hub. Dengan Klien : cucu
8
d. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
Pasien tidak mengerti tentang bagaimana menangani batuk berdahak
yang berakibat sesak nafas.
e. Nutrisi
Klien mengatakan tidak ada makanan yang dipantang untuk saat ini
f. obat
NO JENIS PEMB DOSIS
ERIA
N
1 O² 3 – 5 L/Menit
2 - D 5 %+ IVFD - Drip amino 1
Aminophilin Amp gtt 20 x/mnt
- Drip RL 2
- RL + amp gtt 20x/mnt
Ondan
3 Ceftriaxon IV 2 x 1 gr
4 Ondansentron IV 2 x1 amp
5 Ranitidin IV 2 x 1 amp
6 Panloc IV 2X1 amp
7 OBH syr Oral 3x1 sdm
8 Amlodiphin IV 1x10 mg
7. Pemeriksaan fisik :
9
a. Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis (15) E : 4 M: 6 V: 5
Tekanan darah : 130/100 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 95x/menit
Respirasi : 28x/menit
Tinggi Badan : 155 cm
b. Integumen
Tidak terdapat luka dan lesi pada anggota tubuh, terdapat beberapa
perubahan pigmentasi pada anggota tubuh, tektur kulit tipis dan kering,
warna rambut klien keseluruhan beruban, kuku klien lebih keras.
c. Hemopoietik
Tidak terdapat pendarahan pada klien, tidak ada pembengkakan kelenjar
limfa, klien tidak mengalami anemia, klien tidak memiliki riwayat
transfusi darah.
d. Kepala
Kepala simetris, bentuk bulat, tiadak ada lesi dan tidak ada nyeri,
distribusi rambut merata, tidak ada alopesia, dan tidak rontok, kulit
kepala bersih serta tidak ada ketombe.
e. Wajah
Wajah tidak simetris, warna kulit sama dengan warna kullit yang lain.
f. Telinga
Telinga simetris, posisi pina sejajar dengan mata, tidak ada lesi dan
kemerahan. Tidak ada pembengkakan dan lesi pada telinga luar, liang
telinga bersih dan terdapat sedikit serumen, serumen tidak keras dan
tidak bau. Membran timfani berwarna kelabu utuh, klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik terbukti
klien mampu mendengar bisikan pemeriksa pada jarak 50 cm, dan bisa
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik dan benar.
g. Mata
Alis simetris, kelopak mata mampu mengedip, konjuctiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, dan tidak ada lesi. Kornea halus, reflex kornea
positif, reaksi pupil terhadap cahaya baik, kebersihan mata bersih. Bola
mata klien dapat mengikuti gerakan tangan pemeriksa pada 5 posisi,
10
klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, klien dapat melihat jari
pemeriksa, dan penglihatan klien masih jelas terbukti klien masih bisa
menyebutkan nama obyek yang dilihatnya serta tidak ada nyeri tekan
pada saat bola mata ditekan.
h. Hidung
Posisi simetris, warna kulit sama dengan warna kulit yang lain, tidak
ada lesi dan secret, mukosa hidung tidak kemerahan, lembut, septum
simetris, tidak ada masa, klien dapat membedakan bau kayu putih dan
kopi.
i. Mulut
Bibir tidak simetris, warna merah kecoklatan, mukosa lembab, tidak ada
lesi, pada gusi, jumlah gigi klien tidak lengkap. Lidah simetris, bersih
tidak ada lesi, warna merah gerakan lidah tidak ada hambatan, tonsil
simetris, tidak membesar dan tidak kemerahan dan nyeri. Uvula tidak
membesar warna merah muda. Fungsi pengecapan baik terbukti klien
mampu membedakan rasa manis dan asin
j. Leher
Bentuk simetris, warna kulit leher sama dengan warna kulit anggota
tubuh lain, tidak ada jaringan parut, tidak ada pembengkakan, posisi
trachea di tengah. Klien dapat menyentuhkan dagu ke sternum (flexi
350) dapat menengadah (ekstensi 450), dapat menekuk leher dengan
telinga mengarah ke dagu (lateral ke kiri dan ke kanan 300 ), rotasi kiri
dan kanan (500), pergerakan leher tidak kaku dan tidak terbtas, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, denyut nadi pada arteri karotis kuat, dan
tidak ada perubahan akibat inspirasi dan ekspirasi. Tidak ada
peningkatan vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjat tiroid,
reflex menelan baik.
k. Thoraks
Bentuk dada simetris, tidak ada kifosis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
jaringan parut, tidak ada massa, ekspansi dada simetris frekuensi nafas
23 x/menit. Batas paru normal, tidak ada suara nafas tambahan,
pengembangan paru simetris, ada wheezing dan suara nafas tambahan
lainnya. Batas jantung normal, tidak terjadi pembesaran, palpasi normal
11
pada semua area, bunyi jantung normal, BJ I dominan di area
trikuspidal dan mitral dan bunyi jantung II di area pulmonal dan aortic,
tidak ada bunyi jantung tambahan. Tidak ada pembesaran pada kelenjar
limfe.
l. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, warna kulit merata, tidak ada striae, tidak ada
hiperpigmentasi, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada
pernafasan perut, tidak Nampak pelebaran pembuluh darah vena
diseluruh area abdomen, umbilicus, tidak hiperpigmentasi dan tidak
berbau. Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada distensi pada gaster. Hepar
tidak teraba. Pada saat kandung empedu di tekan klien tidak mengeluh
nyeri dan tidak menghentikan nafas dalamnya. Bising usus pada semua
kwadran, terdengar timphani di semua kwadran, saat palpasi suhu
teraba hangat. Kandung kemih kosong, ginjal tidak teraba dan klien
mengatakan tidak ada rasa nyeri saat BAK dan BAB, BAB lancar tidak
ada keluhan.
b) Nervus II (Optikus)
12
Penglihatan klien baik, bisa membaca dalam jarak 50 cm, yaitu
membaca tulisan nama perawat,klien membaca tidak
menggunakan alat bantu.
d) Nervus V ( Trigeminus)
Klien merasakan pilinan kapas pada kelopak mata, daerah maksila
dan mandibula, refleks kornea (++), pada saat mengunyah
kekuatan otot massester dan temporal kuat.
g) Nervus IX
Klien dapat merasakan rasa pahit pada obat
h) Nervus X (vagus)
Klien dapat menelan dengan baik tanpa merasa sakit pergerakan
uvula bebas.
i) Nervus XI (Assesorius)
Klien dapat melawan tahanan saat menoleh ke samping dan dapat
mengangkat bahu, kekuatan menahan lemah.
j) Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat menggerakkan
lidahnya dengan bebas. Dengan posisi di tengah.
13
Klien mengatakan tidak mengalami susah tidur, tidak ada perasaan
gelisah, klien jarang murung atau menangis sendiri dan klien merasa
tenang tidak ada perasaan khawatir tanpa sebab.
b. Pengkajian spiritual
Agama yang dianut oleh klien adalah agama Islam dan klien selalu
berdoa setiap harinya kepada Tuhan . Klien mengatakan apabila dirinya
telah dipanggil Tuhan, klien ikhlas dan menerima keputusan karena itu
merupakan takdir.
c. Pengkajian Fungsional
Klien termasuk ke dalam kategori F (KATZ index) karena klien mampu
mandiri dalam makan,kecuali mandiri berpakaian, kontinensia (BAB
dan BAK), berpindah dan mandi.
d. Pengkajian tingkat kemandirian
Barthel Indeks
N Dengan Mandir
Kriteria Skor Keterangan
o Bantuan i
Frekuensi 3x
1 Makan 5 10 10 Jumlah 1porsi
Jenis nasi
Frekuensi 6 x
2 Minum 5 10 10 Jumlah 2 L
Jenis air pth
Berpindah dari kursi roda
3 ke tempat tidur dan 5-10 15 15
sebaliknya
Personal toilet (cuci Frekeunsi 2x
4 muka, menyisisr rambut, 0 5 5
gosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian,
5 5 10 10
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 15 Frekuensi 2x
7 Jalan di permukaan datar 0 5 5
8 Naik turun tangga 5 10 10
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
Frekuensi 1x
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10 Konsistensilembe
k
Frekeunsi 4x
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 10
Warna kng jrnh
12 Olah raga / Latihan 5 10 10 Frekuensi: 15-20
14
Menit
Jenis: /hr
Rekreasi/ pemanfaatan Jenis : nonton TV
13 5 10 10
waktu luang Frekuensi:/hr
Total Skor 130
Keterangan :
A : 130 = Mandiri
B : 65-125 = Ketergantungan sebagian
C : 60 = ketergantungan total
Tingkat kemandirian klien termasuk kategori C : Ketergantungan Total
e. Pengkajian Sosial
15
Interpretasi hasil klien adalah
akhir ini?
2 Apakah anda merasa lemas atau kurang tenaga?
berolahraga?
9 Apakah anda sering mengantuk dan tertidur sesudah
makan malam?
10 Apakah anda merasakan adanyanya perubahan atau
16
o
Apakah penerangan rumah cukup (tidak
1
gelap) ?
Apakah sinar matahari dapat masuk kedalam
2
rumah ?
Apakah penataan barang-barang di dalam rumah
3
rapih (tidak berantakan) ?
Apakah di dalam rumah ada tangga atau lantai
yang tidak rata ?
Apakah lantai kamar mandi licin ?
Apakah tempat buang air besar memakai kloset
duduk ?
Apakah tempat tidur lansia terlalu tinggi ?
Apakah WC dekat dengan kamar lansia ?
Apakah tempat duduk terlalu tinggi bagi lansia
Hasil :
Skore lebih dari 5 : berisiko jatuh
Interpretasi hasil klien adalah berisiko ……………………..
17
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
1 Ds : Bersihan ja;an
klien mengatakan sesak Peningkatan produksi nafas tidak
klien mengatakan sering sputum
batuk berdahak efektif
Do:
TD :130/100 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 95x/menit
Respirasi : 28x/menit
Tampak peningkatan sputum
Klien tampak batuk berdahak
2. Gangguan
Ds :
Klien mengatakan klien sesak Penyempitan saluran nafas pertukaran gas
Klien mengatakan kalau
sesak di sertai rasa lemas
yang membuat pasien tidak
dapat beraktivitas.
Do :
Klien tampak sesak
Klien tampak pucat jika sesak
Kapilari reffil >3 detik
18
Do:
Klien tampak cemas Kurang informasi
Klien sering bertanya tentang
penyakitnya
B. Diagnosa keperawatan
1. Berihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyempitan
saluran nafas.
3. Kurang pengetahuan berhubungan kurang informasi
C. Intervensi
Perencanaan
N Diagnose Tujuan Interven Rasionalisas Implement Evaluasi
o keperawata si i asi
n
1 Bebersihan Setelah dapat S : klien
jalan nafas dilakukan Berikan membantu memberika mengatak
tidak tindakan O2 pernafasan n therapy an
efektik keperawat sesuai pasien oksigen 3-5 sesaknya
berhubung an selama order l/menit sudah
an dengan ± 2x24jam diharapkan berkurang
Peningkata diharapka dapat
n produksi n mengurangi O:
sputum perbaikan Anjurka rasa sesak menganjur klien
pola nafas n pasien yang kan pasien tampak
klien, untuk dirasakan untuk terlihat
ditandai keseimb pasien. keseimban tenang
dengan : angan gan
Sesak aktivitas Dapat aktivitas RR:22x/m
19
klien dan mengurangi dan enit
tampak istirahat sesak dan istirahat A:
berkurang membantu masalah
RR : pernafasan teratasi
20x/menit sebagian
kolabora Sesak
si P:
dengan Berkolabor intervensi
dokter asi dengan di
dalam dokter lanjutkan
pemberi dalam I:
an pemberian
therapy therapy Anjurkan
obat obat: pasien
O₂ 3-5 untuk
L/menit keseimba
IVFD ngan
D5% + aktivitas
Aminophili dan
n 1amp istirahat
IVFD
RL + Kolaboras
Ondan i dengan
2amp dokter
dalam
Ceftriaxon pemberian
2x1 therapy
Panloc obat :
3x1 amp O2 3-
5L/menit
Amlodiphi IVFD
n 1x10 mg D5% +
OBH Aminophi
syr 3x1 lin 1 amp
sdm IFVD RL
+ Ondan 2
amp
Panloc 3x1
amp
Amlodiph
in 1x10
mg
OBH syr
3x1 sdm
E:
intervensi
dilanjutka
20
n
21
pengetahua dilakukan Bantu meningkatka Membantu mengatak
n tindakan pasien n pasien an sudah
berhubung keperawat mengerti pengetahuan mengerti mengerti
an dengan an ± tentang klien tentang tentang
kurang 2x24jam penyakit penyakitny penyakitn
informasi diharapka nya dan a dan ya
n perawata perawatann O:
pengetahu nnya ya Klien
an klien tampak
meningkat Ajarkan Mengajark tenang
, dengan dan an dan Klien
kriteria : anjurkan menganjur tidak
Pasien pada kan pada sering
tampak klien klien bertanya
tenang perlunya perlunya tentang
Pasien untuk untuk penyakitn
tidak berhenti berhenti ya lagi
sering merokok merokok A:
bertanya masalah
tentang teratasi
penyakitn P:
ya lagi intervensi
dihentikan
I:
dihentikan
E:
masalah
teratasi
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan saluran
nafas, antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus
ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek pernafasan terhadap
rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut berpengaruh pada
mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi
saluran nafas akut bagian bawah. Berhagai cara dapat dilakukan untuk
pencegahan terhadap timbulnya infeksi pernafasan akut bagian bawah. Untuk
mencegab melanjunya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi dengan
melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan taraf
23
kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Untuk Lansia menghindari faktor resiko :
1. Anjurkan klien untuk tidak merokok
2. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
3. Anjurkan klien untuk menghindari alergen
4. Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
5. Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
Untuk keluarga memberikan dukungan :
1. Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
2. Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
3. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta : EGC.
Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing : Concept and
Practice. Philadelphia : WB Sounders Company.
Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis
proses-proses Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.
R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.
24
25