Está en la página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di
Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-
50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer
Society, 2011). Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6
juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian
per tahun.Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus
meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015
dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030 (Parkway CancerCentre, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2% atau
sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk (ChartBin,
2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan pada bulan
April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar
1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan
menempati urutan 45 didunia (Indonesia Health Profile, 2011). Jumlah kasus kanker
payudara pada tahun 2005 di Provinsi JawaTengah, sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari
10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008
sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281
kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi
kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi
di Kota Surakarta sebesar 0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang
memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi dini
kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit
kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI).
Keterlambatan deteksi dini inikemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan
wanita tentangdeteksi dini kanker payudara (Indonesian Cancer Fondation, 2011)

1
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena rendahnya
tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasiyang akurat tentang
kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu rentangusia saat mamografi sebaiknya
dilakukan juga tidak tahu potensinya dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk,
2005).
Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang dinyatakan
menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi emosional dan salah
satunya yang sering terjadi adalah depresi. Menyediakan informasi bagi pasien
merupakan faktor penentu penting bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi
kualitas kesehatan, tingkat kecemasan dantingkat depresi penderita kanker. Depresi
sering kurang terdiagnosis karena banyak faktor, termasuk kurangnya penyediaan
pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan pengobatan (Schwartz dkk, 2009).
Menurut (Miller, 2008) sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker sekaligus
depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita
mengalami kecemasan dan depresi. Dampak depresi pada penderita kanker tidak hanya
pada penderitanya saja, tetapi juga bisa berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya
akan menurunkan kualitas hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari ca mammae
2. Mengetahui klasifikasi ca mammae
3. Mengetahui etiologi ca mammae
4. Mengetahui patofisiologi ca mammae
5. Mengetahui stadium ca mammae
6. Mengetahui manifestasi klinis ca mammae
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang ca mammae
8. Mengetahui penatalaksanaan ca mammae
9. Mengetahui komplikasi ca mammae
10. Mengetahui pencegahan ca mammae
11. Mengetahui asuhan keperawatan ca mammae

1.3 Manfaat
Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
mengenai kanker payudara atau ca mammae.
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar,
dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003). Kanker payudara adalah kanker
yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama
pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2009).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik,
2005).

2.1.2 Klasifikasi
1. Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya.
2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju
puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopause.
4. Karsinoma invasive
Karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak
jaringan lainnya, biasanya terinkalisir (terbatas pada payudara) maupun
melastatik (menyebar kebagian tubuh lainnya).

3
5. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

2.1.3 Etiologi
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-
faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk
mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
2. Ca mammae yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan. Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
3. Menarke dini
Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal
Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30
tahun lebih berisiko mengalami knker payudara.
5. Menopause pada usia lanjut
Menopause setelah usia 50 tahun.
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Kontrasepsi oral
8. Masukan alkohol setiap hari
9. Hormon
Diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan
carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak
perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
10. Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium.
11. Pernah mengalami radiasi didaerah dada.

4
12. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae.
Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang
iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi,
zat pewarna, sinar radioaktif.
13. Obesitas pasca maunopause
14. Lingkungan
Kemunkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
payudara yaitu keadaan lingkungan dengan paparan sinar radioaktif, sinar X
dan pencemaran bahan-bahan kimia.
15. Genetik
Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetic
berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan
genetik masih belum diketahui perubahan genetik ini termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan payudara.

2.1.4 Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker
yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung
dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
5
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain,
kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.

2.1.5 Stadium Ca Mammae


Stadium adalah proses mencari tahu seberapa luasnya kanker tersebut pada
saat ditemukan. Stadium kanker merupakan faktor terpenting dalam menentukan
pilihan pengobatan kanker payudara.
1. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
2. Stadium II A
Tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh.
Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN.
3. Stadium II B
Tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5
cm tanpa keterlibatan LN.
4. Stadium III A
Tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan
LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.
5. Stadium III B
Semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit
semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6
6. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.(Setio W, 2000)

2.1.6 Manifestasi Klinis


Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,
nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit
tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi
pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah
bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan,
pusing, penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas
terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat.
Ca payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak
terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri
yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat
dimanifestasikan adanya Ca payudara pada tahap lanjut.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang
tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.
2. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.

7
3. MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal,
MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini.
4. Pemeriksaan biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong
beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae
yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari
penyebaran iatrogenik tumor.

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pangangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi, yaitu:
a. Mastektomi radikal
Mastektomi radikal operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara
b. Mastektomi radikal modifikasi
Mastektomi radikal modifikasi yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga,
serta benjolan di sekitar ketiak.
c. Mastektomi total
Mastektomi total pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi bukan
kelenjar ketiak. Model operasi ini terutama untuk karsinoma insitu atau
pasien lanjut usia.

2. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
a. Radioterapi murni kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal,
survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan
kontraindikasi atau menolak operasi.
8
b. Radioterapi adjuvan
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut
pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi
terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian
kanker mammae non-operabel menjadi kanker mammae yang operabel.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu
ditambah radioterapi kelenjar limfe regional). Indikasi radioterapi pasca
mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia pektoralis terinvasi,
jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi irisan
positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan regio
supraklavikular. Regio mamaria interna jarang terjadi rekurensi klinik,
sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih kontroversial.
c. Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik.

3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal
Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan terapi hormon. Terapi
hormonal bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap
wanita pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah
ditinggalkan. Terapi hormonal medikamentosa yang digunakan di klinis yang
terutama adalah obat antiestrogen. Tamoksifen merupakan penyekat reseptor
estrogen, mekanisme utamanya adalah berikatan dengan reseptor estrogen
secara kompetitif, menyekat transmisi informasi ke dalam sel tumor sehingga
berefek terapi. Tamoksifen juga memiliki efek mirip estrogen, berefek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium dan lain-lain. Sehingga perlu
diperhatikan dan diperiksa secara berkala.
9
2.1.9 Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura,
tulang dan hati. Selain itu komplikasi ca mammae yaitu :
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
(penyebaran limfogen dan hematogen), penyebaran hematogen dan limfogen
dapat mengenai hari, paru, tulang, sum-sum tulang, otak syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara dan kematian

2.1.10 Pencegahan
Menurut mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat
beberapa cara mencegah ca mammae yaitu :
1. Strategi pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok
besar, begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara
lain berupa:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan agar orang hidup sehat melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer ini
juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
yang dilakukan secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan
menggunakan mammografi.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita.

10
2. Terapkan pola hidup sehat
a. Menjaga berat badan ideal
b. Pemberian ASI
c. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan
d. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari.
e. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak mengandung lemak
f. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur
g. Menghentikan konsumsi alkohol
h. Olahraga yang tertaur
i. Menghindari stress
j. Hindari merokok
3. Konsumsi makanan pencegah cancer
Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah ca
mammae yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, the hijau, brokoli, kembang
kol, bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut, sayuran, ikan salmon dan
tuna, gandum, yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien biasanya mengalami nyeri tekan pada daerah mamma, nyeri pada
bahu, pinggang, punggung, bagian bawah atau pelvis, pusing.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada

11
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
6. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.
b. Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

7. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah
dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.

12
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan
haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputus asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

13
2.2.2 Penyimpangan KDM

Genetik kanker Karsinogen Lingkungan


K. kimiawi : Nitrosamin, dll.
Virus : Mammary tumor, virus Paparan karsinogen
Hormon : Estrogen
Sinar pengion : S. UV, S. radioaktif

Sel epitel sal. Kel air susu, epitel lobulus, gelang putting susu, tempat lain

Penyebaran

Pertumbuhan local Langsung, limfogen, dan hematogen

CA MAMMAE

Sel/jaringan Pembedahan Mendesak jaringan sekitar

Pertumbuhan tidak normal Adanya luka terbuka Menekan jaringan mammae

Benjolan pada payudara Resiko Peningkatan


Infeksi konsistensi mammae

Nyeri Akut
Ukuran mammae abnormal

Kurang
Pengetahuan

14
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

15
2.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji karakteristik nyeri, skala 1. Untuk mengetahui
dengan adanya penekanan keperawatan 2x24 jam nyeri, sifat nyeri, lokasi dan sejauhmana perkembangan
massa tumor. diharapkan intensitas nyeri penyebaran. rasa nyeri yang dirasakan
klien berkurang atau hilang, 2. Beri posisi yang oleh klien sehingga dapat
dengan kriteria hasil : menyenangkan. dijadikan sebagai acuan
1. Klien tidak merasa nyeri. 3. Anjurkan teknik relaksasi untuk intervensi selanjutnya.
2. Klien tampak tenang napas dalam. 2. Dapat mempengaruhi
4. Kolaborasi pemberian kemampuan klien untuk
analgetik. rileks/istirahat secara efektif
dan dapat mengurangi nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi
napas dalam.
4. Analgetik dapat memblok
rangsangan nyeri sehingga
dapat nyeri tidak
dipersepsikan.

16
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda – tanda 1. Untuk mengetahui secara
berhubungan dengan luka keperawatan 2x24 jam infeksi. dini adanya tanda – tanda
operasi. diharapkan infeksi klien 2. Lakukan pencucian tangan infeksi sehingga dapat segera
berkurang atau hilang dengan sebelum dan sesudah diberikan tindakan yang
hasil klien tidak merasakan prosedur tindakan. tepat.
nyeri. 3. Lakukan prosedur invasif 2. Menghindari resiko
secara aseptik dan antiseptik. penyebaran kuman penyebab
4. Kolaborasi pemberian infeksi.
antibiotik. 3. Untuk menghindari
kontaminasi dengan kuman
penyebab infeksi.
4. Menghambat perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi
proses infeks.
3 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji pengetahuan pasien atau 1. Untuk mengetahui tingakat
tentang kondisi, prognosis, keperawatan 2x24 jam keluarga mengenai kanker pengetahuan klien atau
dan serta pengobatan diharapkan pengetahuan klien payudara. keluarga tentang ca mammae.
penyakitnya berhubungan bertambah dengan hasil klien 2. Berikan informasi tentang 2. Untuk mengetahui jenis
dengan kurangnya mengetahui tentang ca pilihan pengobatan yang pengobatan yang sesuai.
informasi. mammae yang dideritanya. sesuai. 3. Mencegah membatasi
3. Anjurkan untuk banyak kelelahan, meningkatkan

17
beristirahat dan membatasi penyembuhan, dan
aktifitas yang berat. meningkatkan perasaan
4. Jelaskan tentang proses sehat.
penyakit, prosedur 4. Memberikan pengetahuan
pembedahan dan harapan dasar, dimana pasien dapat
yang akan datang. membuat pilihan
berdasarkan informasi, dan
dapat berpartisipasi dalam
program terapi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan
jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003). Kanker payudara adalah kanker yang relatif
sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia
antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2009). Klasifikasi yaitu karsinoma insitu,
karsinoma duktal, karsinoma lobuler, karsinoma invasive, dan karsinoma meduler.
Etiologi yaitu menarke dini, nulipara dan usia maternal, menopause pada usia lanjut,
menopause setelah usia 50 tahun, hormone, obesitas, lingkungan, genetic. Patofisiologi,
proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu fase induksi: 15-30 tahun, fase
in situ: 1-5 tahun, fase invasi, fase diseminasi: 1-5 tahun. Stadium Ca Mammae yaitu
stadium I, stadium II A, stadium II B, stadium III A, stadium III B, stadium IV.
Manifestasi klinis pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa
sakit, keluar cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), nyeri tekan atau rabas
khususnya berdarah dari putting. Pemeriksaan penunjang yaitu mammografi, USG, MRI
mammae, pemeriksaan biopsi. Penatalaksanaan yaitu mastektomi, radioterapi,
kemoterapi, terapi hormonal. Komplikasi yaitu metastase ke jaringan sekitar, gangguan
neuro varkuler, faktor patologi, fibrosis payudara dan kematian. Pencegahan ca mammae
yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, pencegahan tersier dan terapkan pola
hidup sehat seperti menjaga berat badan ideal, pemberian ASI, konsumsi sayuran, buah,
dan kacang-kacangan, dll.

3.2 Saran
1. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca mammae serta mampu
menjaga mulai dari pola makan, sampai pola aktivitas sehingga anggota keluarga lain
terhindar dari penyakit ca mammae.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan ca mammae.
19
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Hawari, Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC

20

También podría gustarte