Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
OLEH:
ALIMAH ZIKRA TAMPAL
( 16063072 )
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PERMASALAHAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK
A. Pendahuluan
Guru merupakan salah satu penggerak dan pelaksana dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Tanpa guru yang disebut sebagai tenaga pendidik maka pelaksanaan pembelajaran tidak
berjalan sebagaimana diharapkan (Kompri, 2015; 127). Guru dalam proses belajar mengajar
mempunyai fungsi ganda, sebagai pendidik dan pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam mencapai tujuan pendidikan (Daryanto, 2011: 206). Sejalan dengan itu, begitu besarnya
peran guru tersebut, dikemukakan oleh Sugeng dalam Daryanto (2011: 208) harus diakui bahwa
kemajuan di bidang pendidikan sebagian besar bergantung pada kewenangan dan kemampuan
staf pengajar (guru).
Keberadaan guru di sekolah maupun ditengah-tengah masyarakat memang akhir-akhir ini
sering mendapat sorotan tajam. Eksistensi dan profesionalisme guru di sekolah dalam mengajar
sering dipertanyakan, lebih-lebih jika dihubungkan dengan merosotnya kualitas pendidikan di
Indonesia yang dirasakan hampir disetiap lini pendidikan.
Menurut Daryanto (2011: 208), bahwa realitas di sekolah ironisnya pihak sekolah justru
direpotkan oleh masalah guru. Permasalahan yang mengemuka diantaranya adalah kekurangan
guru, serta guru mengajar tanpa persiapan matang, dan sekedar menyampaikan materi ajar,
mengajar terasa monoton, ditambah kurangnya motivasi dalam melakukan tugasnya. Selanjutnya
Purwanto (2002) dalam Daryanto (2011: 209) mengatakan bahwa permasalahan guru baik
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah profesionalisme guru yang belum
memadai.
Oleh karena itu, untuk menjawab keraguan dan harapan yang tinggi dari masyarakat maka
pengelola lembaga pendidikan (sekolah) khususnya Guru, harus mampu menjalankan proses
pembelajaran di sekolah sesuai dengan standar yang diharapkan, sesuai dengan tuntutan
profesionalisme guru dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sehingga
diharapkan pekerjaan sebagai guru betul-betul merupakan suatu pekerjaan yang memiliki nilai
profesionalitas.
Selain itu untuk mewujudkan profesionalisme tersebut maka guru, harus memiliki persyaratan-
persyaratan dalam kompetensi maupun kinerja yang dilakukannya sehingga di sebut profesional.
Salah satu hal yang diharapkan pada guru, dalam pekerjaannya sehingga di sebut profesional
adalah terkait kompetensi yang harus dimiliki. Sehingga diharapkan dapat menjalankan
pengeloaan lembaga pendidikan (sekolah) secara maksimal, dan menghasilkan output siswa yang
sesuai dengan tujuan pendidikan.
B. Kompetensi Guru
2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak mulia, (2) arif dan
bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi
kinerja sendiri, dan (10) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
bidang pekerjaan yang untuk menggelutinya memerlukan kemampuan dan ketrampilan
khusus yang bertumpu pada landasan intelektual yang dihasilkan dari suatu proses
pendidikan /pelatihan khusus.
Karena guru sebagai profesi, berdasarkan kriterian tersebut sudah barang tentu tidak
semua orang yang mengajar bisa disebut guru. Dan secacara otomatis para guru
adalah profesional. Semua itu merupakan tantangan dan tuntutan agar ke depan guru
brtindak profesional.
Karena guru sebagai profesi, berdasarkan kriterian tersebut sudah barang tentu tidak
semua orang yang mengajar bisa disebut guru. Dan secacara otomatis para guru adalah
profesional. Semua itu merupakan tantangan dan tuntutan agar ke depan guru brtindak
profesional.
2. Profesional
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
3. Profesionalisme
Profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang
guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya
dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa
menggangu tugas pokok guru tersebut
(http://pustakaaslikan.blogspot.co.id/2018/11/pengertian-profesionalisme guru.html). Dedi
Supriadi mengutip dari jurnal manajemen pendidikan Educational Leadership edisi Maret
1993, tentang 5 (lima) hal yang dituntut dimiliki guru agar menjadi professional adalah:
(Winarno: 2009; 4)
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa komitmen
tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada para siswa.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,
mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi
dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bias belajar dari pengalaman ia
harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada
proses belajar siswa.
D. Tenaga Pendidik
UU No. 20 Pasal 1 Ayat (6) Pendidik adalah tenaga kependidikan yangberkualifikasi dan
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agenpembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Tanggung Jawab Pendidik :
1. Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
2.Menilai hasil pembelajaran
3. Melakukan pembimbingan dan pelatihan
4.Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Hak Guru
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial.
2. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
Kewajiban Guru
Pengakuan dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Jadi sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dewasa ini profesionalitas guru kerap dikaitkan dengan mutu pendidikan di suatu negara.
Adapun di Indonesia mutu pendidikan masih tergolong jauh tertinggal dari negara lain.
Salah satu bukti rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari laporan United
Nations Educational,Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) 2017 peringkat
pendidikan indonesia berada di posisi 108 di dunia. Secara umum kualitas pendidikan tanah
air bearada dibawah Palestina,Samoa dan Mongolia. Hanya sebanyak 44% penduduk
menuntaskan pendidikan menengah. Sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan
alias keluar dari sekolah. Sedangkan menurut PISA (the Programfor International Student
Assessment) 2015,yang mengadakan ujian seluruh dunia untuk mengukur kecerdasan pelajar
sekolah berusia 15 tahun,Indonesia berada di peringkat 63 dari 72 negara yang dijadikan
sampel penelitian. Menurut IEA, kemampuan membaca untuk tingkat SD siswa Indonesia
berada dalam urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara kemampuan matematika
siswa SLTP Indonesia berada dalam urutan ke-39 dari 42 negara. Adapun kemampuan IPA,
Indonesia masuk dalam urutan ke-40 dari 42 negara Jika dibandingkan dengan negara-negara
di ASEAN, ternyata posisi Indonesia tetap berada pada urutan bawah. Selanjutnya Peringkat
indeks pengembangan manusia (Human Development Index) indonesia juga tergolong masih
sangat rendah.
Menurut Supriadi dalam bukunya Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, ia
mengatakan bahwa masalah guru antara lain:
Latar belakang pendidikan guru sewaktu SLTA sebagian besar bersal dri SMA (71,7%)
Namun sayang tidak disebutkan latar belakang sekolahnya. Padahal ini penting untuk
mengetahui kecenderungan sikap siswa terhadap profesi guru.
Fakta di sekolah yang dianggap faforit pada tingkat Kabupaten atau Kota Besar sebagian
kecil atau bahkan jarang siswa menduduki rangking atas mempunyai keinginan menjadi
guru. Mereka lebih suka memilih profesi yang mempunyai prospek secara ekonomis lebih
menjanjikan.
Pada lapisan sekolah di bawahnya, terutama untuk sekolah yang berada di pinggiran,
jumlah siswa mendaftar pada Fakultas Keguruan agak lumayan besar. Tetapi hal tersebut
lebih menyangkut pada keterpaksaan karena kondisi ekonomi orang tua. Dengan demikian
pilihan profesi guru bukan merupakan top priority.
Guru masih jauh dari nilai-nilai profesionalisme. Banyak pergurruan tinggi pendidikan
menyelenggarakan program sarjana setengah matang, dengan cara perkuliahan yang minim
dan jaminan lulus. Banyak guru mismatch, mengajar tidak sesuai dengan keahlian. Hal ini
mengindikasikan bahwa sembarang orang bisa jadi guru, dan jelas tidak tidak mempunyai
kompetensi kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya,
sehingga dapat menurunkan kualitas pembelajaran.
DP3 berfungsi untuk persyaratan kenaikan pangkat pegawai.Sistem penilaian DP3 tidak
lagi bisa mencerminkan kinerja guru yang sesungguhnya. Guru tidak perlu bekerja keras agar
DP3-nya mendapat nilai baik, karena kinerja guru seperti apapun, Kepala Sekolah tidak akan
berani memberikan penilaian yang obyektif. Sehingga bisa saja terjadi guru yang sering
membolos kenaikkan pangkatnya lancar dibanding guru yang rajin. Kasus ini terjadi karena
guru yang malas, rajin mengurus kenaikan pangkatnya, sedangkan guru yang rajin malah
sebaliknya.
Hak-hak guru berprestasi belum bisa diberikan oleh pemerintah, semua guru mendapat
perlakuan yang sama. Hal ini menurunkan motivasi berprestasi dan semangat
profesionalisme.
F. Solusi/Pemecahan Masalah
Untuk mendapat input guru yang berkualitas dalam rekruitmen perlu di SMA-SMA ada
sosialisasi tentang LPTK dan lulusan yang berprestasi diarahkan untuk memasuki LPTK.
Kecuali itu keberadaan LPTK jumlahnya perlu dibatasi, Perguruan tinggi yang mencetak
guru harus perguruan tinggi yang berkualitas.
Fungsi DP3 sebagai sarana pembinaan guru tidak berjalan dengan baik karena
budaya yang dibangun sejak awal tidak mencerminkan performance guru. Oleh sebab itu
dalam penilaian perlu didengar suara siswa, sebab guru sebagai pemberi jasa berupaya
untuk memuaskan pelanggan (siswa). Pemberian reward untuk guru berprestasi perlu
dilaksanakan.
G. Kesimpulan
2. Ciri profesi adalah: Adanya pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu,
dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang mendukung profesi tersebut, diperlukan
persiapan atau proses pendidikan tertentu yang sengaja dan sistimatik, dimilikinya suatu
mekanisme untuk menyaring (recrutmen procedure), dan dimilikinya organisasi
profesional
4. Guru dituntut dimiliki agar menjadi professional adalah: a) Guru mempunyai komitmen
pada siswa dan proses belajar. b) Guru menguasai secara mendalam bahan mata
pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. c) Guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai
cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. d) Guru mampu berpikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. e) Guru
seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
H. Daftar pustaka
jurnal manajemen pendidikan Educational Leadership edisi Maret 1993, tentang 5 (lima) hal
yang dituntut dimiliki guru agar menjadi professional. (Winarno: 2009; 4)
Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta.
Supriadi, Dei. 1999. Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru. Yoyakarta: Adicita Karya
Nusa
Jurnal pendidikan sekolah dasar tentang Identifikasi kompetensi guru sebagai cerminan
profesionalisme tenaga pendidik di kabupaten sumedang.upi vol 1.(Fahdini,rani et al 2014:33-
34)
https://www.academia.edu/5484088/Artikel_MPI_-_Profesionalisme_Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen